• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA

KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq.) UMUR 5 TAHUN

DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. PUTRI HIJAU,

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Dedy Hamonangan Silaban 101201178

Manajemen Hutan

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Peneletian : Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

Nama : Dedy Hamonangan Silaban

NIM : 101201178

Program Studi : Kehutanan

Minat : Manajemen Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Muhdi, S. Hut., M.Si Dr. Diana Sofia Hanafia, S.P., M.P

Ketua Anggota

Mengetahui,

(3)

ABSTRAK

DEDY HAMONANGAN SILABAN

:

Model Pendugaan Cadangan Karbon Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 5 Tahun Di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat, dibimbing oleh MUHDI dan DIANA SOFIA HANAFIA.

Tanaman kelapa sawit adalah penyerap CO2 sama halnya dengan tanaman lain seperti hutan. Saat ini pusat perkebunan kelapa sawit terletak di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model alometrik pendugaan karbon perkebunan kelapa sawit di PT. Putri Hijau Kabupaten Langkat dan mendapatkan potensi kandungan karbon tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap kegiatan, yaitu tahap pertama pengambilan data di lapangan dan tahap kedua menganalisa biomassa dan karbon dari tiap bagian-bagian tanaman yang dilakukan laboratorium. Hasil penelitian mendapatkan model pendugaan biomassa dan massa karbon terbaik tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) umur 5 tahun adalah W = 0,00597 D1,000 HBP1,142 dan C = 0,001559 D0,948HBP1,154, potensi biomassa

kelapa sawit PT. Putri Hijau mencapai 28,53 ton /ha pada umur 5 tahun dan nilai massa karbon mencapai 7,17 ton / ha.

(4)

ABSTRACT

DEDY HAMONANGAN SILABAN: Model Estimating Carbon Stock In Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Age 5 Years In Palm Plantation PT. Putri Hijau, Langkat, supervised by MUHDI and DIANA SOFIA HANAFIA.

Palm Oil Plant a CO2 absorber as well as other crops such as forest plants. Currently the center of oil palm plantations located in the province of North Sumatra. This study aimed to obtain carbon estimation models Allometric palm plantations in PT. Putri Hijau, Langkat and to get potential carbon content of plant oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) Age 5 years. The research carried out in two stages, the first stage was data collection in the field and the second stage was biomass and carbon analyzes of each of the laboratory. The research resulted that model allometrik to get the mass of carbon biomass and the best crop of oil palm (Elaeis guineensis Jacq) were W = 0.00597 D1,000 HBP1,142, and C =

0.001559 D0, 948HBP1, 154 and the results of estimating the value of the volume of oil

palm biomass PT . Putri Hijau was 28.53 tons / ha and carbon mass values was 7.17 tons / ha.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun, pada

tanggal 13 Desember 1992 dari ayah F. Silaban dan Ibu E. Tampubolon. Penulis

merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SDN 091673 Bandar Tongah pada

tahun 1998-2004, kemudian dilanjutkan di SMPN 1 Pematang Bandar pada tahun

2004-2007, lalu dilanjutkan di SMA SWASTA HKBP KAMPUS NOMMENSEN

Pematang Siantar pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di

Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (USU)

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan

organisasi di kampus, antara lain anggota Himpunan Mahasiswa Kehutanan

(HIMAS USU) pada tahun 2010. Selain itu penulis aktif menjadi kepala pengurus

Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) Penerima Beasiswa Karya Salemba Empat

(KSE USU) 2011-2012, Wakil Ketua Natal Program Studi Kehutanan tahun 2012,

Sekretaris Hari Lingkungan Hidup PEMA Pertanian USU tahun 2013.

Penulis pernah mengikuti pelatihan militer di Akademi Militer (AKMIL)

Magelang, Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Beasiswa Indofood Sukses

Makmur, Tbk pada tahun 2012. Penulis juga mengikuti Praktek Pengenalan

Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2012 di Taman Hutan Raya Tongkoh,

Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk tanggal 7 Februari – 7 Maret 2014.

(6)

Pemanenan Hasil Hutan (PHH) tahun 2014. Penulis juga penerima Dana Program

Kreativitas Mahasiswa DIKTI (PKM DIKTI) bidang Penelitian tahun 2013. Akhir

perkuliahan, penulis telah melakukan penelitian di PT. PUTRI HIJAU Kabupatan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian ini adalah Model Penduga

Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 5 Tahun di Perkebunan Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua ayahanda F. Silaban dan ibunda E. Tampubolon serta

seluruh keluarga besar atas dukungan, motivasi, kasih saying dan doanya.

2. Dr. Muhdi, S.Hut., M.Si. dan Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP., MP. selaku

komisi pembimbing yang telah membantu dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini.

3. Beasiswa Indofood Sukses Makmur. Tbk yang telah memberikan dukungan

dana selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

4. Teman satu tim peneliti Andreas dan Guswinda yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian penelitian ini.

5. Kelompok kecil saya sweet solideo ( Imannuel, Reymond, Warsein dan Ira)

yang setia memberikan dukungan doa dan semangat.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan menambah

ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, Juni 2014

(8)

DAFTAR ISI

Hipotesis Penelitian... ... 5

Manfaat Penelitian... ... 5

TINJAUAN PUSTAKA... 6

Ekologi dan Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) ... 6

Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) ... 10

Biomassa Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) ... 12

Karbon Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) ... 15

Model Alometrik Pendugaan Biomassa dan Massa Karbon ... 21

METODOLOGI PENELITIAN ... 24

Waktu dan Tempat Penelitian... ... 24

Alat dan Bahan Penelitian... ... 24

Metode Penelitian... ... 24

Prosedur Penelitian... ... 25

Pengumpulan data dilapangan ... 25

Analisis di laboratorium ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit ... 31

Berat Basah Tanaman Contoh ... 32

Kadar Air Kelapa Sawit ... 33

Berat Kering (Biomassa) ... 35

Kadar Karbon ... 36

(9)

Model Pendugaan Biomassa dan Massa Karbon Kelapa Sawit ... 40

Potensi Biomassa dan Cadangan Karbon Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau ... 43

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

Kesimpulan ... 48

Saran ...48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Hasil Pendugaan Cadangan Karbon Pada Berbagai Perkebunan di Kabupaten Langkat Dengan Menggunakan Metode Allometrik

Tahun 2012 ... 21

1. Karakteristik tanaman contoh yang digunakan untuk menyusun

persamaan allometrik ... 31

2. Hasil uji T kadar karbon kelapah sawit (Elaeis guineensis Jacq) umur 5 tahun pada berbagai bagian tanaman ...

... 38

3. Rata-rata massa karbon kelapa sawit umur 5 tahun pada berbagai

bagian tanaman ... 39

4. Model penduga biomassa bagian-bagian tanaman kelapa sawit

umur 5 tahun ... 41

5. Model penduga massa karbon bagian-bagian tanaman kelapa sawit

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Alur Penelitian Pendugaan Cadangan Karbon Tegakan Kelapa Sawit 4

2. Karbon Tersimpan Dalam Tanaman Kelapa Sawit Pada Berbagai Umur Tanaman Serta NilaiTime Average C ... 18

3. Plot contoh ukuran 20 meter x 20 meter ... 25

4. Berat basah rata-rata pada setiap bagian kelapa sawit umur 5 tahun ... 32

5. Kadar air rata-rata tanaman sawit umur 5 tahun

berdasarkan bagian-bagiannya ... 34

6. Biomassa rata-rata bagian kelapa sawit umur 5 tahun ... 35

7. Kadar karbon rata-rata (%) bagian tanaman sawit umur 5 tahun ... 36

8. Biomassa total kelapa sawit umur 5 tahun PT. Putri Hijau

ukuran petak contoh 20 meter x 20 meter ... 44

9. Total massa karbon tanaman kelapa sawit umur 5 tahun pada

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Inventarisasi Tanaman Kelapa Sawit Umur 5 Tahun... 53

2. Hasil Perhitungan Biomassa Tanaman Kelapa Sawit ... 54

3. Output spss model alometrik terpilih penduga biomassa tanaman kelapa sawit ... 55

4. Output spss model alometrik terpilih penduga massa karbon tanaman

kelapa sawit ... 57

(13)

ABSTRAK

DEDY HAMONANGAN SILABAN

:

Model Pendugaan Cadangan Karbon Pada Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 5 Tahun Di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat, dibimbing oleh MUHDI dan DIANA SOFIA HANAFIA.

Tanaman kelapa sawit adalah penyerap CO2 sama halnya dengan tanaman lain seperti hutan. Saat ini pusat perkebunan kelapa sawit terletak di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model alometrik pendugaan karbon perkebunan kelapa sawit di PT. Putri Hijau Kabupaten Langkat dan mendapatkan potensi kandungan karbon tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap kegiatan, yaitu tahap pertama pengambilan data di lapangan dan tahap kedua menganalisa biomassa dan karbon dari tiap bagian-bagian tanaman yang dilakukan laboratorium. Hasil penelitian mendapatkan model pendugaan biomassa dan massa karbon terbaik tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) umur 5 tahun adalah W = 0,00597 D1,000 HBP1,142 dan C = 0,001559 D0,948HBP1,154, potensi biomassa

kelapa sawit PT. Putri Hijau mencapai 28,53 ton /ha pada umur 5 tahun dan nilai massa karbon mencapai 7,17 ton / ha.

(14)

ABSTRACT

DEDY HAMONANGAN SILABAN: Model Estimating Carbon Stock In Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Age 5 Years In Palm Plantation PT. Putri Hijau, Langkat, supervised by MUHDI and DIANA SOFIA HANAFIA.

Palm Oil Plant a CO2 absorber as well as other crops such as forest plants. Currently the center of oil palm plantations located in the province of North Sumatra. This study aimed to obtain carbon estimation models Allometric palm plantations in PT. Putri Hijau, Langkat and to get potential carbon content of plant oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) Age 5 years. The research carried out in two stages, the first stage was data collection in the field and the second stage was biomass and carbon analyzes of each of the laboratory. The research resulted that model allometrik to get the mass of carbon biomass and the best crop of oil palm (Elaeis guineensis Jacq) were W = 0.00597 D1,000 HBP1,142, and C =

0.001559 D0, 948HBP1, 154 and the results of estimating the value of the volume of oil

palm biomass PT . Putri Hijau was 28.53 tons / ha and carbon mass values was 7.17 tons / ha.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanfaatan hutan selama ini hanya memandang hasil hutan kayu, hal ini

menyebabkan penebangan hutan yang tidak terkendali yang mengakibatkan

kerusakan hutan (deforestasi). Selain itu alih guna lahan hutan menjadi lahan

perkebunan, pertanian, dan pemukiman menyebabkan laju kerusakan hutan

semakin bertambah. Padahal, pemanfaatan hutan tidak terbatas hanya produksi

kayu dan hasil hutan non kayu, tetapi juga hasil hutan lainnya seperti plasma

nuftah, penyerapan karbon, dan jasa lingkungan (Suhendang, 2002).

Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara

ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya,

sehingga memicu kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang menginginkan

mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

industri pulp, perkebunan, karet, kopi, coklat, dan lain-lain. Secara legal konversi

lahan hutan sering dilakukan melalui revisi tata guna lahan tingkat kabupaten dan

provinsi. Akibat kebijakan tersebut luas hutan alam di Indonesia terus menyusut

dari tahun 1990 sampai tahun 2010, yaitu dari 1,8 juta hektar per tahun menjadi

1,17 juta hektar per tahun (Dirjen Planalogi Kehutanan, 2010).

Indonesia adalah Negara dengan lahan hutan mencapai 60% dari area negara.

Keberadaan hutan sangat penting tidak hanya untuk ekonomi nasional dan

kehidupan masyarakat lokal, tetapi juga lingkungan global. Indonesia merupakan

tempat berkumpulnya mega keanekaragaman hayati dan penjaga lahan hutan

(16)

masih ada akan terancam keberadaannya untuk dikonversi menjadi lahan

perkebunan kelapa sawit maupun hutan tanaman industri.

Lahan yang dikonversi dan dikelola dengan benar, akan menghasilkan

kapasitas serapan karbon yang meningkat. Namun demikian, hutan ketika

dikonversi menjadi bentuk penggunaan lain dan mengalami gangguan akan

berubah menjadi sumber emisi. Saat ini sejumlah hutan tropika mengalami

degradasi hebat, diantaranya disebabkan konversi hutan menjadi areal pertanian,

perkebunan dan pemukiman.

Dalam rangka menjawab kebutuhan kebijakan alternatif, diperlukan kajian

tentang pola penggunaan lahan yang sesuai dengan upaya mitigasi perubahan

iklim. Seberapa besar relevansi perkebunan kelapa sawit dapat dijadikan sebagai

penyedia jasa lingkungan yang menghasilkan penerimaan ekonomi, tanpa harus

mengubahnya menjadi penggunaan lahan tertentu yang menurunkan simpanan

karbon dan seberapa besar serapan karbon kelapa sawit dibandingkan pohon

dalam hal konversi lahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Jasa lingkungan yang dimaksud adalah REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), yaitu sebuah mekanisme pembayaran kompensasi atas pengalihan alokasi penggunaan lahan perkebunan kelapa sawit

sehingga mampu menghindarkan terjadinya deforestasi atau degradasi hutan.

Salah satu indikator penting untuk suatu lanskap dapat dimasukkan ke program

REDD adalah terjadinya penurunan emisi atau peningkatan simpanan karbon

vegetasi.

Deforestrasi mengacu pada hilangnya hutan akibat kegiatan manusia yang

(17)

hutan akibat degradasi yang berkesinambungan yang diakibatkan kebakaran yang

berulang kali dan penebangan illegal.

Vegetasi mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan emis i

gas rumah kaca. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu penyerap CO2 yang ada di bumi. Penyerapan karbon oleh kelapa sawit ditentukan

melalui proses fotosintesis dan pelepasan oksigen melalui respirasi. Hasil

penelitian Henson (1999) mengungkapkan bahwa dalam proses fotosintesis

(assimilasi) kelapa sawit menyerap sekitar 161 ton CO2 per hektar per tahun.

Seluruh tanaman/tumbuhan menggunakan CO2 dalam proses fotosintesis dan

menghasilkan O2 dan energi yang sebagian energi tersebut tersimpan dalam

bentuk biomassa (stok karbon).

Melihat fungsi kelapa sawit (Elaeis guneensis Jacq.) sebagai penyerap karbon, informasi mengenai jumlah karbon yang disimpan oleh kelapa sawit

menjadi penting. Di Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Langkat memiliki

potensi yang sangat besar terutama perkebunan kelapa sawit. Kabupaten Langkat

merupakan salah satu wilayah yang memiliki komoditi sawit yang cukup tinggi.

Seiring dengan berkembangnya dan makin luasnya perkebunan di Kabupaten ini

maka diperlukan suatu informasi teknis tentang cadangan karbon pada perkebunan

di kelapa sawit, juga diperlukan penelitian mengenai pendugaan cadangan karbon

hingga menghasilkan informasi C-stok dan seberapa besar jumlah C-ton/ha yang

tersimpan pada tanaman kelapa sawit di PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat,

(18)

Alur Penelitian

Berikut adalah alur penelitian yang dirancang untuk mendapatkan hasil

sesuai dengan yang sebenarnya dilapangan dan dilaboratorium :

Gambar 1. Gambaran Alur Penelitian Pendugaan Cadangan Karbon Tanaman Kelapa

Sawit.

Peninjauan Lokasi (Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Besitang, Sumatera Utara)

Perencanaan Petak Ukur

Pembuatan Petak Ukur Ukuran 20 m x 20 m

Pengukuran dimensi tanaman kelapa sawit, mencakup diameter batang tinggi total dan tinggi

Penebangan tanaman sebagai sampel untuk ditimbang berat basah dan memisahkan ke dalam bagian-bagian tanaman untuk dijadikan sebagai sampel yang akan dianalisis di

Mengukur dan menimbang bagian-bagian tanaman. Batang dibagi kedalam sortiman pendek dan

diukur diameter ujungnya. Seluruh batang dan daun ditimbang untuk memperoleh

Analisis contoh uji dilaboratorium untuk mendapatkan nilai berat jenis, kadar zat terbang, kadar abu

dan kadar karbon dalam biomassa (stok karbon)

(19)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui seberapa besar perbedaan kandungan karbon pada tiap

bagian kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yaitu antara batang, pelepah dan daun.

2. Mendapatkan model alometrik pendugaan karbon perkebunan kelapa

sawit di PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

3. Mendapatkan potensi kandungan karbon tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan kandungan karbon

pada bagian – bagian tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) antara batang, pelepah dan daun.

Manfaat Penelitian

Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan khususnya bagi

peneliti yang terkait dengan biomassa dan karbon tersimpan pada tanaman sawit

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi dan Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari

Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut

berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Tanaman kelapa sawit berasal dari

daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak diantara Afrika

dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi benua

Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi

dipermasalahkan orang (Risza, 1994).

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya tumbuh lurus, dan

umumnya tidak bercabang, dan tidak mempunyai kambium. Tanaman ini berumah

satu atau monoecius. Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Palmae

Keluarga : Palmaeceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

(Mangoensoekarja dan Semangun, 2005).

Menurut Suyatno (1995) tanaman kelapa sawit biasanya dibagi atas 6

kelompok yaitu :

a. Tanaman belum menghasilkan 0 – 3 tahun – muda (belum menghasilkan)

(21)

c. Tanaman menghasilkan 5 – 12 tahun–teruna (produksi/Ha; mengarah naik)

d. Tanaman menghasilkan 12 – 20 tahun–dewasa (produksi/Ha; posisi

puncak)

e. Tanaman menghasilkan 21 – 25 tahun–tua (produksi/Ha; mengarah turun)

f. Tanaman menghasilkan 26 tahun – renta (produksi/Ha; sangat rendah)

Syarat tumbuh kelapa sawit merupakan aspek penting yang harus diperhatikan

karena merupakan aspek penentu dan sulit untuk dilakukan modifikasi. Hal ini

dapat diatasi dengan melakukan beberapa pendekatan agar faktor pembatas yang

ada dapat dicegah atau dapat ditekan sedemikian rupa sehingga berubah menjadi

faktor pendukung. Kelapa sawit dapat tumbuh di daerah antara 100LU-120 LS. Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 0-400

meter di atas permukaan laut. Curah hujan optimal yang dikehendaki sekitar

2000-2400 mm per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun. Intensitas

penyinaran matahari optimum antara 5-12 jam per hari dan suhu optimum berkisar

antara 240– 280 C. Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah seperti tanah podsolik coklat, podsolik kuning, hidromorfik kelabu, alluvial, regosol, dan

organosol (tanah gambut). Keasaman tanah (pH) sangat menentukan ketersediaan

dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah

dengan pH 5-7, dengan pH optimum antara 5-6 (Pahan, 2008).

Daun tanaman kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip

genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun disanggah oleh pelepah yang panjangnya

bisa mencapai 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai.

Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada

(22)

spiral. Pohon kelapa sawit normal dan sehat yang dibudidayakan biasanya

memiliki 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda

yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang

lebih tua antara 20-25 helai. Kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur 12-14

bulan. Bunganya termasuk monocious yang berarti bunga jantan dan betina

terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Tanaman ini dapat

menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri. Buah kelapa sawit termasuk buah

batu yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil (Mangoensoekarja dan Semangun, 2005).

Tumbuhan seperti perkebunan, memiliki mekanisme proses fotosintesis

(asimilasi) yang menyerap CO2 atmosfer bumi dan energi matahari dan disimpan

dalam bentuk biomass (stok karbon). Selain proses fotosintesis, tumbuhan juga

melakukan pernafasan/respirasi yang menghasilkan CO2 ke atmosfer bumi. Oleh

sebab itu, yang perlu dilihat adalah penyerapan netto-nya yakni CO2 yang diserap

dikurangi CO2 yang dilepas. Henson (1999) menghitung penyerapan netto CO2

perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan hutan alam tropis. Data empiris

tersebut menunjukkan bahwa secara netto kelapa sawit dan hutan alam tropis (juga

tanaman lainnya) adalah penyerap CO2 dari atmosfer bumi. Namun kemampuan

perkebunan kelapa sawit dalam menyerap CO2 (secara netto) lebih besar

(23)

Tanaman kelapa sawit juga memerlukan unsur hara tambahan untuk

pertumbuhannya, penyerapan unsur hara yang berasal dari pupuk akan lebih

efektif karena meningkatnya daya dukung tanah akibat penambahan bahan

organik dalam tanah. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman akan lebih baik

sehingga dapat meningkatkan berat basah dan berat kering tanaman dan sesuai

dengan kemampuan menyimpan oleh bagian tanaman tersebut

(Suwandi dan Chan, 1982) .

Sebagian areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera pada mulanya

dimiliki oleh masyarakat secara perorangan, namun dalam perkembangannya,

kepemilikan perkebunan ini digantikan oleh perusahaan-perusahaan asing dari

Eropa. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun

1969. Pada saat itu luas areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 hektar

dengan total produksi minyak sawit mentah yaitu 189.000 ton per tahun.

Sedangkan pada tahun 2005 produksi minyak kelapa sawit Indonesia mencapai

9,9 juta ton (Hadi, 2004).

Banyak air yang terkandung pada sepotong kayu disebut kadar air (KA)

kayu. Banyaknya kandungan kadar air pada kayu bervariasi, tergantung jenis

kayunya, bagian kayunya, kandungan tersebut berkisar sekitar 40-400%. Hasil

inventarisasi dikumpulkan dilapangan merupakan data berat basah sehingga

diperlukan data berat kering untuk memperoleh besar kadar air

(Dumanauw, 1990).

(24)

bahwa besarnya kadar air dalam pohon bervariasi antara 30 – 300 % tergantung

spesies pohon, posisi dalam batang dan musim.

Dalam suatu pohon terdapat variasi kandungan air. Hal ini tidak hanya

pada pohon tetapi sama halnya pada kelapa sawit, dimana terdapat perbedaan

kandungan kadar air pada setiap bagian-bagiannya (Haygreen & Boyner, 1996).

Penelitian oleh Tjitrosemito dan Mawardi (2001) mengemukakan

kandungan karbon kelapa sawit pada umur 19 tahun sekitar 40,28 ton/ha.

Jika dilihat dari hasil tersebut maka diduga perkebunan kelapa sawit berada pada

lahan mineral yang subur. Kondisi maksimum pada umur 19-24 tahun dengan

kandungan karbon sebesar 27.168 ton setiap hektarnya. Variasi nilai yang

diperoleh tersebut sesuai dengan luasan lokasi penelitian dan umur kelapa

sawit. Namun, pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan dan

konversi lahan gambut menjadi perkebunan terbukti melepaskan CO2 sebesar

20–55 ton/ha/tahun (Hooijer et al., 2006).

Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD)

Mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan merupakan dua

aktifitas yang dapat mengurangi penambahan karbon di atmosfer. Peningkatan

simpanan karbon (di dalam REDD+) mengacu pada sequestrasi karbon dari

atmosfer. Ruang lingkup REDD+ dalam konteks yang luas, akan tetapi, juga

memasukkan cadangan karbon karena hal ini mengacu pada konservasi hutan dan

karbon yang disimpan di hutan yang masih utuh. Cadangan berbeda dengan emisi

dimana cadangan tidak berarti sebuah perubahan dalam konsentrasi gas rumah

kaca di atmosfer dan oleh karena itu tidak diakui sebagai aktifitas mitigasi

(25)

Data mengenai luas lahan kelapa sawit sangat bervariasi, tergantung

sumbernya. Berdasarkan data statistik, luas perkebunan sawit di Indonesia

tahun 2013 mencapai sekitar 9,3 juta ha, dimana sekitar 40% diusahakan oleh

petani, sedangkan sisanya dikuasai perusahaan swasta dan BUMN. Departemen

Pertanian Amerika Serikat memperkirakan bahwa Indonesia pada tahun 2009

telah menanam kelapa sawit pada lahan seluas kira-kira 7,3 juta hektar.

Organisasi-organisasi non- pemerintah bahkan memperhitungkan sampai 9,2 juta

hektar. Indonesia menjadi produsen ekspor minyak kelapa sawit terbesar di

dunia. Pada musim panen 2009/2010 menghasilkan 21 juta ton minyak kelapa

sawit, yaitu hampir separuh dari produksi minyak kelapa sawit dunia yang

berjumlah 45 juta ton. Di samping minyak kelapa sawit, juga dihasilkan 5,3 juta

ton minyak biji sawit yang masuk ke pasar dunia. Patut diamati bahwa Indonesia

mengalami pertumbuhan ekspor yang luar biasa antara tahun 2003 dan 2010

yaitu berlipat ganda menjadi 16,2 juta ton (musim panen 2009/2010) dan

berdasarkan perkiraan akan terus meningkat (Adams, 2011).

Tanggapan pemerintah dalam soal pembukaan lahan / sistem pertanian

dengan cara membakar hutan / lahan ini sebenarnya menjadi titik penting untuk

melihat bagaimana menempatkan posisi masyarakat ketika berhadapan dengan

isu lingkungan hidup. Tekanan atas masih terjadinya pembakaran hutan makin

menguat bukan hanya oleh kepentingan kelancaran transportasi atau kesehatan

tetapi juga oleh keinginan Indonesia untuk terlibat lebih jauh dalam perundingan

perubahan iklim dengan melaksanakan salah satu skema mitigasi perubahan

(26)

satu contributor terbesar bertambahnya karbon di atmosfer yang menjadikan

Indonesia sebagai salah satu emitter terbesar dunia saat ini (Angelsen, 2008). REDD dalam pelaksanaannya merujuk pada dua hal. Pertama, proses

pembentukan mekanisme pembayaran kepada negara berkembang yang telah

mengurangi emisinya lewat pengurangan laju deforestasi dan degradasi hutan.

Kedua, ia merujuk pada aktifitas persiapan bagi negara agar terlibat dalam

mekanisme REDD, yang setidaknya akan melakukan pengujian dan

pengembangan metodologi, teknologi dan institusi pengelolaan hutan secara

berkelanjutan yang berupaya untuk mengurangi emisi karbon. Di Indonesia,

rujukan kedua itu dikenal dengan istilah Demonstration Activities (DA) (Departemen Kehutanan, 2008).

Produksi kredit karbon REDD membutuhkan implementasi suatu set

tahapan yang menuntut adanya berbagai institusi dan kegiatan praktek lapangan

baru. Karena REDD beroperasi berdasarkan pendekatan nasional dan di

implementasikan pada tingkat subnasional (provinsi/kabupaten/unit manajemen),

berbeda dengan CDM yang diimplementasikan dengan pendekatan proyek

(project based). Oleh karena itu, untuk mendukung implementasi REDD diperlukan suatu pengukuran densitas karbon setidaknya pada level kabupaten

agar didapatkan data yang lebih akurat pada level nasional (FAO, 2006).

Biomassa Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Biomassa adalah total berat atau volume organisasi dalam suatu area atau

volume tertentu. Biomassa juga didefinisikan sebagai jumlah total bahan organik

hidup di atas tanah pada pohon termasuk daun, ranting, cabang, batang utama dan

(27)

Biomassa digunakan sebagai dasar perhitungan bagi kegiatan pengelolaan

tanamam, karena tanaman dapat dianggap sebagai sumber (source) dan rosot (sinks) dari karbon. Jumlah stok biomassa tergantung pada terganggu atau tidaknya, ada atau tidaknya permudaan alam, dan peruntukkannya. Biomassa

tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman, sejarah perkembangan vegetasi,

komposisi dan struktur tanaman serta faktor iklim (curah hujan dan temperatur)

mempengaruhi laju peningkatan biomassa tanaman, selain itu perbedaan iklim

juga menyebabkan perbedaan laju produksi bahan organik. Jumlah karbon dalam

pohon meningkat secara linier dengan meningkatnya biomassa pohon

(Onrizal, 2004).

Menurut Ahmad (1990) dalam Aminudin (2008) batang merupakan bagian

yang tersusun dengan banyak selulosa. Selulosa merupakan molekul gula linier

yang berantai panjang yang tersusun oleh karbon, sehingga makin tinggi selulosa

maka kandungan karbon akan makin tinggi. Adanya variasi horizontal

mengakibatkan adanya kecenderungan variasi dari kerapatan dan juga komponen

kimia penyusun. Makin besar diameter tanaman diduga memiliki potensi selulosa

dan zat penyusun lainnya akan lebih besar. Lebih tingginya karbon pada bagian

batang erat kaitannya dengan lebih tingginya biomassa bagian batang jika

dibandingkan dengan bagian tanaman lainya.

Biomassa dibedakan menjadi dua kategori menurut Hairiah, et al. (2001),

(28)

1. Biomasa pohon. Proporsi terbesar cadangan karbon di dataran umumnya terdapat pada komponen pepohonan.

2. Biomasa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi semak belukar yang berdiameter batang < 5 cm, tumbuhan menjalar,

rumput-rumputan atau gulma.

3. Nekromasa. Batang pohon mati baik yang masih tegak atau telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah, yang merupakan

komponen penting dari C dan harus diukur pula agar diperoleh estimasi

cadangan karbon yang akurat.

4. Serasah. Serasah meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan ranting yang terletak di permukaan tanah.

Adapun karbon di dalam tanah, meliputi :

1. Biomasa akar. Akar mentransfer karbon dalam jumlah besar langsung

ke dalam tanah, dan keberadaannya dalam tanah bisa cukup lama.

2. Bahan organik tanah. Sisa tanaman, hewan dan manusia yang ada di

permukaan dan di dalam tanah.

Menurut Handoko (2007), biomassa disusun oleh senyawa karbohidrat yang

terdiri dari unsur karbon dioksida (CO2), hidrogen dan oksigen. Biomassa

tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh umur tanaman, komposisi dan struktur

tanaman.

Brown (1997) mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total bahan

organik hidup di atas tanah yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit

area. Hampir 50% dari biomassa dari vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon

(29)

mengalami kebakaran akan menyebabkan konsentrasi CO2 meningkat secara

global di atmosfir dan menjadi masalah lingkungan hidup. Biomassa dapat

dibedakan dalam dua kategori yaitu biomassa di atas permukaan tanah (above

ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground

biomass).

Terdapat 4 cara utama untuk menghitung biomassa yaitu (i) sampling

dengan pemanenan (Destructive sampling) secara in situ;(ii) sampling tanpa pemanenan (Non-destructivesampling) dengan data pendataan hutan secara in situ; (iii) Pendugaan melalui penginderaan jauh; dan (iv) pembuatan model (Sutaryo,

2009).

Biomasa akar pohon pada masing-masing kelas tutupan dihitung

berdasarkan pendekatan nilai terpasang (default value) nisbah pohon: akar pada hutan tropika seperti yang telah dijelaskan dalam metodologi penelitian, yaitu4:1

untuk pohon di lahan kering, 10:1 untuk pohon di lahan basah dan 1:1 untuk

pohon di tanah-tanah miskin (Hairiah et al., 2001).

Karbon Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Proporsi terbesar penyimpanan karbon di dataran umumnya terdapat pada

komponen tanaman hijau. Menurut Muhdi (2008), jumlah karbon dalam tanaman

pohon dipengaruhi oleh proses fotosintesis dan respirasi dari tanaman pohon yang

akan mempengaruhi jumlah karbon dioksida bebas di atmosfer. Hubungan timbal

balik ini merupakan proses pengikatan dan pelepasan karbon bebas di atmosfer

menjadi karbon terikat pada tanaman. Tanaman hijau menggunakan energy

cahaya matahri untuk memecah molekul air dan menggabungkannya dengan

(30)

Cadangan karbon adalah jumlah karbon dalam suatu pool. Pool karbon adalah suatu system yang mempunyai mekanisme untuk mengakumulasi atau

melepas karbon. Contoh pool karbon adalah biomassa hutan, produk-produk kayu, tanah, dan atmosfer. Penyerapan karbon adalah proses memindahkan karbon dari

atmosfer dan menyimpannya dalam reservoir (Masripatin et al., 2010).

Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik.

Pergerakannya dalam suatu ekosistem bersamaan dengan pergerakan energi

melalui zat kimia lain; karbohidrat dihasilkan selama fotosintesis dan CO2

dibebaskan bersama energi selama respirasi. Dalam siklus karbon, proses timbal

balik fotosintesis dan respirasi seluler menyediakan suatu hubungan antara

lingkungan atmosfer dan lingkungan terestrial. Tumbuhan mendapatkan karbon

dalam bentuk CO2 dari atmosfer melalui stomata daun dan menggabungkannya

kedalam bahan organik biomassa melalui proses fotosintesis. Sejumlah bahan

organik tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi konsumen. Respirasi oleh

semua organism mengembalikan CO2 ke atmosfer (Sutaryo, 2009).

Besarnya karbon tersimpan di atas permukaan sangat ditentukan oleh jenis

dan umur tanaman, keragaman dan kerapatan tanaman, kesuburan tanah, kondisi

iklim, ketinggian tempat dari permukaan laut, lamanya lahan dimanfaatkan untuk

penggunaan tertentu, serta cara pengelolaannya. Contoh variabilitas simpanan

karbon dari berbagai jenis tanaman pada lahan gambut di Kalimantan barat

(Susanti et al., 2009), menunjukkan bahwa kelapa sawit dan karet mempunyai karbon tersimpan yang tidak jauh berbeda dibanding hutan sekunder yakni berkisar

41-45 ton/ha. Namun demikian, dalam kondisi hutan alami atau dalam kondisi

(31)

penelitian ini juga hampir sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang

menyatakan besarnya jumlah biomassa kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) umur 5 tahun adalah sebesar 28-30 ton /ha (Yulianti, 2010).

Umur tanaman sangat menentukan besarnya karbon tersimpan. Oleh karena

itu, dalam menentukan karbon tersimpan dalam biomassa tanaman, digunakan

nilai time average (rata-rata simpanan karbon dalam satu siklus hidup tanaman). Karbon tersimpan pada tanaman kelapa sawit pada berbagai umur tanaman, dengan

nilai time average-nya menunjukkan perbedaan. Perbedaan nilai time average C

tanaman sawit yang didapat Rogi (2002) yaitu sebesar 60 ton/ha disebabkan oleh

adanya perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan kemampuan

tanaman dalam menambat karbon, misalnya kesuburan tanah, varietas tanaman,

dan lain sebagainya (Susanti et al., 2009).

Kelapa sawit pada umur 0-10 tahun mempunyai cadangan karbon di atas

permukaan tanah 19 ton/ha, jika diperhatikan dengan baik nilai tersebut tergolong

tidak baik hal ini dikarenakan umur tanaman, kerapatan per satuan luas, iklim dan

pengolahan lahan serta lingkungan pertumbuhan kelapa sawit terutama jenis

lahannya dan juga teknik pengukuran yang digunakan sangat tidak baik

ditemukan dilapangan (Hairiah, 2011).

Pendugaan cadangan karbon memiliki nilai yang bervariasi karena sangat

ditentukan oleh umur tanaman, kerapatan per satuan luas, iklim dan pengolahan

lahan serta lingkungan pertumbuhan kelapa sawit terutama jenis lahannya dan

(32)

Gambar 2. Karbon Tersimpan Dalam Tanaman Kelapa Sawit Pada Berbagai Umur Tanaman Serta Nilai Time Average C

(Sumber: Rogi, 2002).

Hasil penelitian Muhdi (2012) di hutan alam tropika, Kalimantan Timur

menyatakan rata-rata kadar karbon berdasarkan kelas diameter memiliki kadar

karbon yang bervariasi, yakni kadar karbon terbesar terdapat pada bagian batang

sebesar 45,75%, dengan kisaran kadar karbon antara 40,29-53,12%. Rata-rata

kadar karbon terkecil yakni pada daun sebesar 19,61%, dengan kisaran kadar

karbon rata- rata 15,31-22,58% dikarenakan daun memiliki kadar zat terbang dan

kadar abu yang tinggi. Selain itu, daun hanya mengandung sedikit bahan

penyusun kayu sehingga kadar karbon tersimpan sedikit.

Besarnya kadar karbon tergantung pada kadar abu dan zat terbang dimana

semakin tinggi kadar zat terbang dan kadar abu maka kadar karbon juga semakin

rendah. Rata-rata massa karbon terbesar pohon berasal dari batang, yakni 253,31

kg (71,14%). Selanjutnya massa karbon akar sebesar 62,24 kg (17,48%), cabang

34,03 kg (9,56%), daun 6,41 kg (1,80%), dan buah 0,06 kg (0,02%). Hasil

penelitian Kusuma (2009) menyatakan bahwa rata-rata kadar karbon tertinggi

terdapat pada pangkal batang sebesar 61,62%. Demikian pula halnya dengan

penelitian Febrina (2012) yang menyatakan bahwa kadar karbon terbesar

(33)

Dalam proses fotosintesis, kelapa sawit akan menyerap CO

2 dari udara

dan akan melepas O

2 ke udara. Proses ini akan terus berlangsung selama

pertumbuhan dan perkembangannya masih berjalan. Umur kelapa sawit

mencapai lebih dari 25 tahun dengan pengelolaan yang baik. Berdasarkan data

Ditjenbun, perkebunan kelapa sawit di Indonesia mampu menyerap CO

2

sebanyak 430 juta ton. Kondisi ini ditunjukkan pula dengan data penelitian dari

IOPRI (Indonesia Oil Palm Research Institute) bahwa fiksasi CO

2 adalah 25.71

ton/ha/tahun (Htut , 2004).

Hasil temuan Nurhayati (2005) mencatat kelapa sawit mampu menyimpan

lebih dari 80 ton C/ha. Akan tetapi jumlah tersebut dicapai setelah 10-15 tahun

pertumbuhan sehingga jumlah karbon rata-rata waktu yang ditambat oleh tanaman

kelapa sawit sekitar 60.4 ton/ha atau rata-rata sekitar 2,44 ton C/ha/tahun dan ekivalen

dengan 8,95 ton CO2 ha/tahun.

Menurut Maulana (2010), tingginya potensi simpanan karbon lebih

dipengaruhi oleh komposisi diameter pohon dan sebaran berat jenis vegetasinya.

Tipe hutan dengan komposisi jenis pohon berberat jenis tinggi akan mempunyai

potensi simpanan yang cenderung lebih tinggi daripada tipe hutan dengan

kerapatan tinggi tetapi jenis pohonnya berberat jenis rendah.

Peningkatan cadangan karbon dapat dilakukan dengan meningkatkan

pertumbuhan biomassa hutan secara alami, menambah cadangan kayu hutan yang

ada dengan cara penanaman pohon atau mengurangi pemanenan kayu. Karbon

yang diserap oleh tanaman dapat disimpan dalam bentuk biomassa kayu sehingga

(34)

Unsur karbon merupakan bahan organik penyusun dinding sel-sel batang.

Kayu secara umum tersusun oleh selulosa, lignin dan bahan ekstraktif yang

sebagian besar disusun dari unsur karbon. Kadar karbon bagian batang pohon

penting dalam menduga potensi karbon sawit (Limbong, 2009).

Hasil penelitian Muhdi (2013) pada 55 pohon contoh di hutan alam tropika,

Kalimantan Timur menyatakan rata-rata biomassa terbesar pohon berasal dari batang

yakni 485,65 kg (64,31%) dari total biomassa pohon. Biomassa akar sebesar 163,76

kg (21,68 %), cabang 76,69 kg (10,16%), daun 28,84 kg (3,82%), dan buah 0,18

kg (0,18%) dari total biomassa pohon. Berdasarkan hasil pengujian di

laboratorium menunjukkan bahwa rata-rata kadar air tertinggi terdapat pada daun,

yakni sebesar 108,72%, sedangkan kadar air terendah terdapat pada bagian

cabang sebesar 80,21%. Daun memiliki nilai kadar air tertinggi disebabkan oleh

struktur daun tersusun atas rongga stomata yang diisi oleh sedikit bahan penyusun

kayu seperti selulosa, hemiselulosa dan lignin.

Berdasarkan hasil penelitian Purba (2012) bahwa Kabupaten Langkat

memiliki luas areal kebun sawit sebesar 113.725,241 ha. Keberadaan tanaman

sawit kelas umur tanaman menghasilkan pada suatu sistem penggunaan lahan

memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap total cadangan karbon. Pada

sawit 70% dari total karbon berasal dari sawit kelas umur tanaman menghasilkan

sedangkan pada sawit kelas umur tanaman belum menghasilkan hanya 30%.

Pendugaan cadangan karbon di atas permukaan tanah pada tanaman sawit di

(35)

Tabel 1. Hasil Pendugaan Cadangan Karbon Pada Berbagai Perkebunan di Kabupaten Langkat Dengan Menggunakan Metode Allometrik Tahun 2012

No Perusahaan Tahun Tanam Umur (Tahun) Total Cadangan Karbon (ton/ha)

Model Alometrik Pendugaan Biomassa dan Massa Karbon

Pemodelan adalah pengembangan analisis ilmiah yang dapat dilakukan

dengan berbagai cara, yang berarti bahwa dalam memodelkan suatu ekosistem

akan lebih mudah dibandingkan dengan ekosistem sebenarnya (Onrizal, 2004).

Model biomassa mensimulasikan penyerapan karbon melalui fotosintesis dan

kehilangan karbon melalui respirasi. Penyerapan karbon bersih akan disimpan

dalam organ tumbuhan dalam bentuk biomassa. Fungsi dan model biomassa

dipresentasikan melalui persamaan tinggi dan diameter pohon

(Johnsen et al., 2001).

Persamaan allometrik dibuat dengan mencari korelasi paling baik antar

dimensi pohon dengan biomassanya. Sebelum membuat persamaan tersebut,

pohon-pohon yang mewakili sebaran kelas diameter ditebang dan ditimbang. Nilai

total biomassa diperoleh dengan menjumlahkan semua berat individu pohon dari

suatu unit area tertentu (Sutaryo, 2009).

Hubungan allometrik merupakan hubungan antara suatu peubah tak bebas

yang diduga oleh satu atau lebih peubah bebas, yang dalam hal ini diwakili oleh

(36)

volume pohon atau biomassa pohon dengan diameter dan tinggi total pohon.

Dalam hubungan ini, volume pohon atau biomassa pohon merupakan peubah tak

bebas yang besar nilainya diduga oleh diameter dan tinggi total pohon, yang

disebut sebagai peubah bebas. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam suatu

persamaan allometrik (Hairiah et al., 2001).

Persamaan allometrik dapat disusun dengan cara pengambilan contoh

dengan melakukan penebangan dan perunjukan dari berbagai sumber pustaka

yang mempunyai tipe hutan yang dapat diperbandingkan. Persamaan tersebut

biasanya menggunakan diameter pohon yang diukur setinggi dada (Dbh) yang

diukur 1,3 m dari permukaan tanah sebagai dasar. Persamaan empirik untuk

biomassa total W berdasarkan diameter D mempunyai sebuah bentuk polinomial :

W = a + bD + cD2 + dD3 atau mengikuti fungsi : W = aDb. Setelah persamaan

allometrik disusun, hanya diperlukan mengukur Dbh (atau parameter lain yang

digunakan sebagai dasar persamaan) untuk menaksir biomassa satu pohon.

Penaksiran biomassa total untuk seluruh pohon dalam transek ukur dapat

dikonversi menjadi biomassa dalam satuan ton per hektar (Hairiah et al., 2001). Menurut Thenkabail et al., (2004) tanaman kelapa sawit yang tumbuh di Afrika memiliki model persamaan alometrik yang baik ini berdasarkan hasil

penelitiannya, persamaan tersebut adalah sebagai berikut :

Berat Kering (kg) = 0.3747*tinggi (cm) + 3.6334 (R2 = 0.9804).

Pilihan persamaan model allometrik untuk tujuan penaksiran biomassa

harus berdasarkan persamaan yang telah diketahui. Model yang telah banyak

digunakan secara luas adalah berdasarkan hukum allometrik pertumbuhan : loge

(37)

hasil pengukuran seperti diameter pangkal atau diameter yang diukur setinggi

dada (Dbh) dengan berat, volume atau riap. Selain itu penaksiran dapat dilakukan

dengan memasukan pengukuran diameter dan tinggi pohon ke dalam persamaan :

loge Y = a + b loge (d2h). Setelah persamaan dibangun, dapat dilakukan

perhitungan berat biomassa dengan menggunakan berbagai dimensi pohon yang

(38)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di areal perkebunan PT. Putri Hijau, Kecamatan

Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian dilakukan

dengan dua tahap kegiatan, yaitu tahap pertama pengambilan data dilapangan dan

tahap kedua menganalisis karbon yang dilakukan di laboratorium Kimia Hasil

Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai September 2013.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : chainsaw untuk penebangan, clinometer untuk mengukur kemiringan lapangan, pita diameter untuk mengukur diameter sawit, pita meter dan tali berskala untuk mengukur jarak,

timbangan (neraca Ohaus) untuk menimbang berat batang, pelepah dan daun kelapa sawit, parang dan kampak untuk membuat patok, kamera untuk dokumentasi, alat

tulis untuk mencatat data dilapangan, kantong plastik untuk membawa sampel

tanaman, aluminium foil untuk membungkung sampel dan kalkulator menghitung data.

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kelapa

sawit (Elaeis guineensis Jacq).

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode sampling dengan pemanenan

(39)

metode acak sederhana dengan menggunakan 3 (tiga) buah petak contoh dengan

ukuran 20 meter x 20 meter dengan jarak petak contoh 10m ( Kiyoshi, 2002).

Gambar 3. Plot contoh ukuran 20 meter x 20 meter

Prosedur Penelitian

Pelaksanan penelitian ini meliputi kegiatan pengumpulan data dilapangan

dan analisis di laboratorium. Tahapan kegiatannya adalah :

1. Pengumpulan data dilapangan

Pengambilan contoh terpilih dilakukan dengan penebangan satu buah tanaman

kelapa sawit pada tiap – tiap plot yang berukuran 20 meter x 20 meter, tanaman

contoh yang terpilih tersebut kemudian ditebang dari pangkal batang bawah diatas

permukaan tanah, kemudian dipisahkan berdasarkan bagian-bagian, yaitu batang,

pelepah dan daun. Batang akan dibagi menjadi beberapa segmen, dengan panjang

segmen sekitar 200 cm. Semua bagian pohon contoh tersebut kemudian ditimbang,

sehingga diketahui berat basah setiap bagiannya. Berat basah pohon adalah hasil

penjumlahan semua berat basah dari bagian pohon.

Tahapan kerja penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Memilih tanaman contoh kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit yang

mewakili harus tumbuh sehat.

(40)

3. Menebang dan memisahkan ke dalam bagian-bagian yaitu batang, pelepah

dan daun. Tanaman contoh ditebang sedekat mungkin dengan permukaan

tanah.

4. Mengukur dan menimbang bagian-bagian . Batang dibagi kedalam sortimen

pendek 2 m dan diukur diameter ujungnya. Seluruh batang dan daun

ditimbang untuk memperoleh bobot basah.

5. Pengambilan contoh uji seluruh tanaman contoh. Contoh uji terdiri atas

contoh uji bagian batang (pangkal, tengah, dan ujung batang), cabang,

ranting, daun dan akar masing- masing 300 gram. Contoh uji dikemas dalam

Aluminium foil untuk mencegah berkurangnya kandungan air pada contoh uji tersebut.

2. Analisis di Laboratorium Kadar air

Cara pengukuran kadar air contoh uji adalah sebagai berikut :

1. Contoh uji ditimbang berat basahnya.

2. Contoh uji dikeringkan dalam tanur suhu 103 ± 2oC sampai tercapai berat konstan, kemudian dimasukkan ke dalam eksikator dan ditimbang berat

keringnya.

3. Penurunan berat contoh uji yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering

tanur ialah kadar air contoh uji.

Kadar karbon

Pengukuran kadar karbon dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut :

(41)

Prosedur penentuan kadar zat terbang menggunakan American Society for Testing Material (ASTM) D 5832-98. Prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Sampel dari tiap bagian pohon berkayu dipotong menjadi bagian-bagian kecil

sebesar batang korek api, sedangkan sample bagian daun dicincang.

b. Sampel kemudian dioven pada suhu 80oC selama 48 jam.

c. Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling (willey mill). d. Serbuk hasil gilingan disaring dengan alat penyaring (mesh screen) berukuran

40-60 mesh.

e. Serbuk dengan ukuran 40-60 mesh dari contoh uji sebanyak ± 2 gr, dimasukkan

kedalam cawan porselin, kemudian cawan ditutup rapat dengan penutupnya, dan

ditimbang dengan timbang Sartorius.

f. Contoh uji dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 950 oC selama 2 menit. Kemudian didinginkan dalam eksikator dan selanjutnya ditimbang.

g. Selisih berat awal dan berat akhir yang dinyatakan dalam persen terhadap berat

kering contoh uji merupakan kadar zat terbang.

Pengukuran persen zat terbang terhadap sampel dari tiap bagian pohon dilakukan

sebanyak tiga kali ulangan.

2. Kadar abu

Prosedur penentuan kadar abu menggunakan American Society for Testing Material (ASTM) D 2866-94. Prosedurnya adalah sebagai berikut : a. Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke dalam tanur

listrik bersuhu 900 oC selama 6 jam.

(42)

mencari berat akhirnya.

c. Berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur

contoh uji merupakan kadar abu contoh uji.

Pengukuran kadar abu terhadap sampel dari tiap bagian pohon dilakukan sebanyak

tiga kali ulangan.

3. Kadar karbon

Penentuan kadar karbon contoh uji dari tiap-tiap bagian pohon

menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995, dimana

kadar karbon contoh uji merupakan hasil pengurangan 100% terhadap

kadar zat terbang dan kadar abu.

Pengolahan Data Kadar air

Nilai kadar air dari contoh uji didapat dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

BKT = Berat kering tanur (oven) dari contoh uji

Berat kering/Biomassa

Berat kering total bagian-bagian pohon dihitung dengan rumus :

(43)

Dimana :

BK = Berat kering/biomassa (Kg) BB = Berat basah (Kg)

KA = Kadar air (%)

Berat kering total dari keseluruhan pohon merupakan penjumlahan berat kering total

bagian pohon kelapa sawit yang terdiri dari berat kering batang utama dan

daun.

Kadar zat terbang

Kadar zat yang mudah menguap dinyatakan dalam persen berat

dengan rumus sebagai berikut :

%

B = Berat contoh uji dikurangi berat berat cawan dan sisa contoh uji berat

cawan dan sisa contoh uji pada suhu 950 oC

Kadar abu

Besarnya kadar abu dihitung dengan rumus sebagai berikut :

%

Penentuan kadar karbon terikat (fixed carbon) ditentukan berdasarkan rumus berikut ini:

Kadar karbon terikat arang = 100% - kadar zat terbang arang-kadar abu.

(44)

Model persamaan alometrik untuk penaksiran biomassa pohon atau

karbon dan bagian-bagian pohon menggunakan satu atau lebih peubah

dimensi pohon berikut :

Ŷ = ß0+ ß1D+ ß2D2 Ŷ = ß0Dß1

Ŷ = ß0+ ß1D2H Ŷ = ß0 Dß1Hß2

Dimana :

Ŷ = Taksiran nilai biomassa atau karbon pohon kelapa sawit (kg/pohon)

D = Diameter pohon (dbh) (cm)

H = Tinggi pohon (m)

ß0, ß1, ß2 = Konstanta (parameter) regresi

Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar karbon pada

bagian-bagian pohon yang dilakukan dengan analisis statistik dengan uji

nilai T ( uji beda rata-rata) menggunakan software SPSS 16.0. Adapun

parameter yang diuji adalah: Perbedaan kadar karbon rata-rata setiap

bagian tanaman yaitu pada bagian batang, pelepah, dan daun. Prosedur uji

statistik adalah sebagai berikut:

1.Menentukan formulasi hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata karbon antar setiap bagian tanaman

H1 : Ada perbedaan rata-rata karbon antar setiap bagian tanaman

2.Menentukan taraf nyata pada selang kepercayaan 95%

3.Menentukan kriteria pengujian

(45)

Ho ditolak (H1 diterima) apabila P<0.05

(46)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tanaman Kelapa Sawit

Hasil pengamatan dan perhitungan terhadap tanaman kelapa sawit pada

umur 5 tahun pada perkebunan sawit PT. Putri Hijau ke dari 3 buah petak contoh

dengan ukuran 20 meter x 20 meter dengan jarak petak contoh 10 meter, diketahui

bahwa dalam setiap petak contoh jarak tanam adalah 9 meter x 9 meter dan

terdapat 9 pokok tanaman sawit di dalamnya. Masing-masing untuk setiap petak

contoh dicari tinggi total tanaman, tinggi bebas pelepah dan diameter yang

disajikan pada Lampiran 1. Pada pengamatan yang dilakukan dilapangan terdapat

perbedaan tinggi total, tinggi bebas pelepah dan diameter dari masing – masing

tanaman contoh dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik tanaman contoh yang digunakan untuk menyusun persamaan allometrik

Petak Diameter batang (cm) Tinggi total (m) Tinggi bebas pelepah (m)

1 81.84 10.30 1.60

2 102.54 9.93 1.62

3 92.35 8.52 1.52

Tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan antara diameter batang, tinggi

total dan tinggi bebas pelepah dari masing-masing petak contoh. Hal ini

dikarenakan terdapat perbedaan dalam mendapatkan cahaya matahari atau

intensitas cahaya matahari yang diperoleh berbeda-beda, serta perbedaan

kandungan unsur hara yang diperoleh tanaman. Hal ini sesuai menurut pendapat

Pahan (2008) yang menyatakan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh di daerah antara

(47)

dikehendaki sekitar 2000-2400 mm per tahun dengan penyebaran merata

sepanjang tahun. Intensitas penyinaran matahari optimum antara 5-12 jam per hari

dan suhu optimum berkisar antara 240 – 280 C. Keasaman tanah (pH) sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit

dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5-7, dengan pH optimum antara 5-6.

Berat Basah Tanaman Contoh

Hasil perhitungan potensi berat basah dari beberapa bagian tanaman

kelapa sawit yang diperoleh dari penebangan dilapangan disajikan pada Gambar 6

Gambar 6. Berat basah rata-rata pada setiap bagian kelapa sawit umur 5 tahun

Gambar 6 memperlihatkan bahwa rata-rata berat basah terbesar tanaman

sawit berasal dari batang yakni sebesar 394,6 kg, selanjutnya berat basah pelepah

sebesar 249,9 kg dan daun sebesar 49,7 kg. Perbedaan berat basah yang terjadi

antara masing-masing bagian tanaman dikarenakan perbedaan kemampuan bagian

dari tanaman dalam menyerap unsur hara dari tanah sesuai dengan pendapat

Suwandi dan Chan (1982) yang menyatakan bahwa penyerapan unsur hara yang

(48)

akibat penambahan bahan organik dalam tanah. Dengan demikian, pertumbuhan

tanaman akan lebih baik sehingga dapat meningkatkan berat basah dan berat

kering tanaman dan sesuai dengan kemampuan menyimpan oleh bagian tanaman

tersebut. Dalam penelitian Muhdi et al., (2014) menyatakan bahwa rata-rata berat basah terbesar tanaman kelapa sawit terdapat pada batang yakni 1400 kg (84,45%)

dari total biomassa keseluruhan, selanjutnya rata-rata berat basah pelepah 157,9

kg (9,52%) dan berat basah rata-rata daun sebesar 72,4 kg (4,37%). Perbedaan

hasil penelitian tersebut dikarenakan umur tanaman yang diteliti adalah berbeda

nyata.

Kadar air kelapa sawit

Air merupakan unsur alami dari semua bagian tegakan sawit yang hidup.

Sejumlah air akan tetap tinggal di dalam struktur dinding-dinding sel. Jumlah air

akan mempengaruhi sifat fisik dan mekaniknya ketahanan terhadap penghancuran

biologis, dan kestabilan dimensi produk.

Menurut Dumanauw (1990) banyak air yang terkandung pada sepotong

kayu disebut kadar air (KA) kayu. Banyaknya kandungan kadar air pada kayu

bervariasi, tergantung jenis kayunya, bagian kayunya, kandungan tersebut berkisar

sekitar 40-400%. Hasil penelitian Muhdi et al., (2014) yang menyatakan rata-rata kadar air tertinggi terdapat pada batang yaitu sebesar 238,4% , selanjutnya

pelepah sebesar 261,9% dan yang terendah adalah daun sebesar 143,9%. Hasil

inventarisasi dikumpulkan dilapangan merupakan data berat basah sehingga

diperlukan data berat kering untuk memperoleh besar kadar air. Hasil analisis

laboratorium menunjukkan terdapat variasi kadar air (KA), dan dapat dilihat pada

(49)

guineensis Jacq umur 5 tahun terdapat pada bagian batang yaitu 323,97% , dan pada kadar air rata-rata pelepah 218,81%, kemudian untuk kadar air rata-rata

terendah terdapat pada daun 183, 49%.

Gambar 7. Kadar air rata-rata tanaman sawit umur 5 tahun berdasarkan bagian-bagiannya.

Gambar 7 menunjukkan terjadinya perbedaan antara kandungan kadar air

dari masing-masing bagian tanaman dikarenakan pada setiap tanaman terdapat

variasi kemampuan dalam menyerap dan menyimpan air. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Haygreen & Boyner (1996), yang menyatakan bahwa dalam suatu pohon terdapat variasi kandungan air. Hal ini tidak hanya pada pohon tetapi

sama halnya pada kelapa sawit, dimana terdapat perbedaan kandungan kadar air

(KA) pada setiap bagian-bagiannya. Hasil penelitian Iswanto et al., (2010) menyebutkan bahwa nilai kadar air pohon kelapa sawit berkisar antara

219,9-379,4%. Tsoumis (1991) menyatakan bahwa besarnya kadar air dalam pohon

bervariasi antara 30 – 300 % tergantung spesies pohon, posisi dalam batang dan

(50)

Berat Kering (Biomassa)

Berdasarkan hasil analisis diperoleh biomassa kelapa sawit dari setiap

bagian meliputi daun, pelepah dan batang. Hasil analisis menunjukkan nilai

rata-rata biomassa terbesar berada pada bagian batang sawit sebesar 97,751 kg,

selanjutnya pelepah sebesar 81, 338 kg dan nilai biomassa yang terendah terdapat

pada daun kelapa sawit dengan nilai rata-rata sebesar 17,505 kg.

Berdasarkan tanaman kelapa sawit contoh yang ditebang, nilai rata-rata

biomassa setiap bagian kelapa sawit disajikan pada Gambar 8. Nilai tersebut

merupakan nilai pengukuran biomassa dan perhitungan biomassa secara lengkap

dapat dilihat pada lampiran 2.

Gambar 8. Biomassa rata-rata bagian kelapa sawit umur 5 tahun

Berdasarkan Gambar 8 dapat diamati bahwa adanya variasi nilai biomassa

yang berbeda antar bagian-bagian kelapa sawit, dimana menunjukkan bahwa

biomassa terbesar terdapat pada bagian batang. Hal ini disebabkan biomassa

berkaitan erat dengan proses fotosistesis, biomassa bertambah karena tumbuhan

menyerap CO2 dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik dari proses

(51)

fotosintesis, hasil fotosistesis digunakan oleh tumbuhan untuk melakukan

pertumbuhankearah horizontal dan vertikal. Menurut Handoko (2007), biomassa

disusun oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari unsur karbon dioksida (CO2),

hidrogen dan oksigen. Biomassa tegakan kelapa sawit dipengaruhi oleh umur

tegakan, komposisi dan struktur tegakan. Brown (1997) mendefinisikan biomassa

sebagai jumlah total bahan organik hidup di atas tanah yang dinyatakan dalam

berat kering oven per unit area.

Kadar Karbon

Biomassa dapat menyatakan kandungan karbon yang terdapat pada suatu

tanaman kelapa sawit. Menurut Brown (1997) biomassa hutan dapat memberikan

dugaan sumber karbon di vegetasi hutan sebab 50 % dari biomassa adalah karbon.

Onrizal (2004) menyatakan bahwa jumlah karbon dalam pohon meningkat

secara linier dengan meningkatnya biomassa pohon. Jumlah kadar karbon terbesar

dari hasil yang didapatkan adalah pada batang sebesar 23, 743 % selanjutnya

diikuti oleh pelepah sebesar 22, 759 %, dan pada daun sebesar 8.32 % dapat

dilihat pada Gambar 9.

0 5 10 15 20 25

Daun Pelepah Batang

8.32 %

22.759 % 23.743 %

(52)

Batang memiliki kadar karbon terbesar karena pada masa pertumbuhan

dan masa produktif, pohon menyerap karbon melalui daun dalam proses

fotosintesis dan hasilnya langsung disebar ke seluruh bagian pohon yang lain.

Bagian pohon yang mampu menyimpan lebih banyak adalah pada bagian terbesar

yaitu batang. Sedangkan daun umumnya tersusun oleh banyak rongga stomata

yang berfungsi sebagai pertukaran gas sehingga kurang padat dan tidak banyak

menyimpan karbon.

Variasi kadar karbon berdasarkan variasi diameter dan umur tanaman,

adanya korelasi positif antara pertambahan diameter dan umur dengan

pertambahan kadar karbon. Demikian juga terdapat variasi kadar karbon sawit

dimana bagian batang memiliki kadar karbon paling besar dan semakin keatas

bagian ujung batang dan bagian lainnya seperti pelepah dan daun semakin kecil.

Tingginya kadar karbon pada bagian batang disebabkan karena pada bagian

batang penyususn terbesar berupa unsur karbon. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Limbong (2009) yang menyatakan bahwa unsur karbon merupakan

bahan organik penyusun dinding sel-sel batang. Kayu secara umum tersusun oleh

selulosa, lignin dan bahan ekstraktif yang sebagian besar disusun dari unsur

karbon. Kadar karbon bagian batang pohon penting dalam menduga potensi

karbon sawit.

Kandungan bahan organik dan produksi biomassa sawit, variasi ini sangat

dipengaruhi oleh berat jenis, berat basah dan kadar air setiap bagian jaringan

tanaman. Uji beda nyata kadar karbon antara bagian-bagian tanaman kelapa sawit

(53)

Tabel 3. Hasil uji t kadar karbon kelapah sawit (Elaeis guineensis Jacq) umur 5 tahun pada berbagai bagian tanaman

Daun Pelepah Batang

Daun 0,00018**

Pelepah 0,12130tn

Batang 0,00006**

Keterangan : ** : Berbeda sangat nyata (P< 0,01) pada selang kepercayaan 95% tn

: Tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang kepercayaan 95%

Tabel 3 dapat diketahui bahwa kadar karbon yang dihasilkan pada daun

dengan pelepah berbeda satu dengan lain karena nilai P berada lebih kecil dari

0,01 begitu juga kadar karbon yang dihasilkan pada batang dengan daun berbeda

satu dengan lain dikarenakan nilai P berada lebih kecil dari 0,01, sedangkan pada

kadar karbon pelepah dengan kadar karbon batang tidak berbeda nyata karena

nilai P berada diatas 0,05.

Kadar karbon pada pelepah dan batang untuk sawit umur 5 tahun dari hasil

penelitian yang dilakukan dilaboratorium diketahui bahwa tidak berbeda nyata hal

ini dikarenakan batang tanaman kelapa sawit pada umur 5 tahun memiliki

kandungan bahan organik yang tersusun oleh selulosa, lignin dan bahan ekstraktif

yang sebagian besar disusun dari unsur karbon yang jumlahnya hampir sama

dengan pelepah. Penyataan ini sesuai dengan pendapat dari Limbong (2009) yang

menyatakan bahwa unsur karbon merupakan bahan organik penyusun dinding

sel-sel batang. Kayu secara umum tersusun oleh sel-selulosa, lignin dan bahan ekstraktif

yang sebagian besar disusun dari unsur karbon. Kadar karbon bagian batang

(54)

Massa Karbon

Hasil perhitungan massa karbon kelapa sawit umur 5 tahun pada berbagai

bagian tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Diketahui bahwa nilai rata-rata massa

karbon tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 22,518 kg, kemudian

massa karbon pelepah sebesar 18,596 kg dan yang terendah pada daun yaitu

sebesar 3,208 kg.

Tabel 4. Rata-rata massa karbon kelapa sawit umur 5 tahun pada berbagai bagian tanaman

Petak Massa Karbon (Kg)

Daun Pelepah Batang Total

Pada Tabel 4 memperlihatkan adanya perbedaan massa karbon dari

masing-masing bagian tanaman. Batang memiliki proporsi terbesar dibandingkan

pelepah dan daun. Hal ini dikarenakan oleh biomassa batang yang besar dan

batang memiliki selulosa yang besar. Menurut Ahmad (1990) dalam Aminudin

(2008) batang merupakan bagian yang tersusun dengan banyak selulosa. Selulosa

merupakan molekul gula linier yang berantai panjang yang tersusun oleh karbon,

sehingga makin tinggi selulosa maka kandungan karbon akan makin tinggi.

Adanya variasi horizontal mengakibatkan adanya kecenderungan variasi dari

kerapatan dan juga komponen kimia penyusun. Makin besar diameter tanaman

diduga memiliki potensi selulosa dan zat penyusun lainnya akan lebih besar.

Lebih tingginya karbon pada bagian batang erat kaitannya dengan lebih tingginya

(55)

Penyerapan unsur hara, kesuburan tanah, varietas dan umur juga dapat

mempengaruhi jumlah kandungan massa karbon. Hal ini sesuai dengan penyataan

Susanti et al., (2009) menyatakan bahwa Umur tanaman sangat menentukan besarnya karbon tersimpan. Oleh karena itu, dalam menentukan karbon tersimpan

dalam biomassa tanaman, digunakan nilai time average (rata-rata simpanan karbon dalam satu siklus hidup tanaman). Karbon tersimpan pada tanaman kelapa sawit

pada berbagai umur tanaman, dengan nilai time average-nya menunjukkan perbedaan. Perbedaan nilai time average C tanaman sawit yang didapat Rogi (2002) yaitu sebesar 60 ton/ha disebabkan oleh adanya perbedaan faktor-faktor yang

mempengaruhi kecepatan dan kemampuan tanaman dalam menambat karbon,

misalnya kesuburan tanah, varietas tanaman.

Model Pendugaan Biomassa dan Massa Karbon Kelapa Sawit

Persamaan alometrik merupakan persamaan yang menghubungkan

dimensi-dimensi dari pohon dengan nilai biomassa pohon. Setiap tanaman yang berbeda

akan memiliki pola yang berbeda untuk membentuk persamaan alometrik ini.

Penyusunan persamaan alometrik untuk kelapa sawit yang telah dilakukan

Thenkabail et al., (2004) dalam penelitiannya tersebut dapat menghasilkan persamaan berikut : Berat Kering (kg) = 0.3747*tinggi (cm) + 3.6334 (R2 = 0.9804). Persamaan tersebut disusun berdasarkan data biomassa dan dimensi kelapa sawit

yang ditanam pada lahan mineral di Afrika, sehingga kurang tepat jika diterapkan

pada kelapa sawit yang tumbuh di Sumatera Utara. Dalam penelitian ini telah

dilakukan penyusunan persamaan alometrik biomassa, massa karbon pada tiap-tiap

Gambar

Gambar 1. Gambaran Alur Penelitian Pendugaan Cadangan Karbon Tanaman Kelapa
Gambar 2. Karbon Tersimpan Dalam Tanaman Kelapa Sawit Pada Berbagai Umur Tanaman Serta Nilai Time Average C   (Sumber: Rogi, 2002)
Tabel 1. Hasil Pendugaan Cadangan Karbon Pada Berbagai Perkebunan di Kabupaten Langkat Dengan Menggunakan Metode Allometrik Tahun 2012
Gambar 3. Plot contoh ukuran 20 meter x 20 meter
+7

Referensi

Dokumen terkait

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXVIII-5/W16, 2011 ISPRS Trento 2011 Workshop, 2-4 March 2011,

In the third step the predicted models from the Coarse Classification including the ratings and the new found edges from Image Based Verification are used together to do a

KNP mencerminkan bagian atas laba rugi dan aset neto dari Entitas Anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada entitas induk, yang

To find more homogenous regions of the segmentation output, each band of the fused Kompsat-2 image is overlaid with the segments and some simple statistical

Berdasarkan persyaratan-persyaratan dalam perjanjian pinjaman, Perusahaan dan Entitas Anak debitur diharuskan untuk mempertahankan rasio- rasio keuangan tertentu dan

The method manipulates the redundancy inherent in line pair-relations to generate artificial 3D point entities and utilize those entities during the estimation process to improve

Menyetujui dan mengesahkan Laporan Keuangan Perseroan untuk Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015, yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Osman Bing

Keluaran Terpenuhinya Perbaikan Peralatan Kerja 1 Tahun Hasil Meningkatnya layanan Administrasi Perkantoran 0,77%. Kelompok Sasaran Kegiatan : Aparatur