• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pengamatan dan perhitungan terhadap tanaman kelapa sawit pada umur 5 tahun pada perkebunan sawit PT. Putri Hijau ke dari 3 buah petak contoh dengan ukuran 20 meter x 20 meter dengan jarak petak contoh 10 meter, diketahui bahwa dalam setiap petak contoh jarak tanam adalah 9 meter x 9 meter dan terdapat 9 pokok tanaman sawit di dalamnya. Masing-masing untuk setiap petak contoh dicari tinggi total tanaman, tinggi bebas pelepah dan diameter yang disajikan pada Lampiran 1. Pada pengamatan yang dilakukan dilapangan terdapat perbedaan tinggi total, tinggi bebas pelepah dan diameter dari masing – masing tanaman contoh dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik tanaman contoh yang digunakan untuk menyusun persamaan allometrik

Petak Diameter batang (cm) Tinggi total (m) Tinggi bebas pelepah (m)

1 81.84 10.30 1.60

2 102.54 9.93 1.62

3 92.35 8.52 1.52

Tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan antara diameter batang, tinggi total dan tinggi bebas pelepah dari masing-masing petak contoh. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan dalam mendapatkan cahaya matahari atau intensitas cahaya matahari yang diperoleh berbeda-beda, serta perbedaan kandungan unsur hara yang diperoleh tanaman. Hal ini sesuai menurut pendapat Pahan (2008) yang menyatakan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh di daerah antara 100 LU-120 LS. Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 0-400 meter di atas permukaan laut. Curah hujan optimal yang

dikehendaki sekitar 2000-2400 mm per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun. Intensitas penyinaran matahari optimum antara 5-12 jam per hari dan suhu optimum berkisar antara 240 – 280 C. Keasaman tanah (pH) sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5-7, dengan pH optimum antara 5-6.

Berat Basah Tanaman Contoh

Hasil perhitungan potensi berat basah dari beberapa bagian tanaman kelapa sawit yang diperoleh dari penebangan dilapangan disajikan pada Gambar 6

Gambar 6. Berat basah rata-rata pada setiap bagian kelapa sawit umur 5 tahun Gambar 6 memperlihatkan bahwa rata-rata berat basah terbesar tanaman sawit berasal dari batang yakni sebesar 394,6 kg, selanjutnya berat basah pelepah sebesar 249,9 kg dan daun sebesar 49,7 kg. Perbedaan berat basah yang terjadi antara masing-masing bagian tanaman dikarenakan perbedaan kemampuan bagian dari tanaman dalam menyerap unsur hara dari tanah sesuai dengan pendapat Suwandi dan Chan (1982) yang menyatakan bahwa penyerapan unsur hara yang

0 50 100 150 200 250 300 350 400

Daun Pelepah Batang

49,7 248,9 394,6 B e r at B as ah R ata -r ata (K g) Daun Pelepah Batang

akibat penambahan bahan organik dalam tanah. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman akan lebih baik sehingga dapat meningkatkan berat basah dan berat kering tanaman dan sesuai dengan kemampuan menyimpan oleh bagian tanaman tersebut. Dalam penelitian Muhdi et al., (2014) menyatakan bahwa rata-rata berat basah terbesar tanaman kelapa sawit terdapat pada batang yakni 1400 kg (84,45%) dari total biomassa keseluruhan, selanjutnya rata-rata berat basah pelepah 157,9 kg (9,52%) dan berat basah rata-rata daun sebesar 72,4 kg (4,37%). Perbedaan hasil penelitian tersebut dikarenakan umur tanaman yang diteliti adalah berbeda nyata.

Kadar air kelapa sawit

Air merupakan unsur alami dari semua bagian tegakan sawit yang hidup. Sejumlah air akan tetap tinggal di dalam struktur dinding-dinding sel. Jumlah air akan mempengaruhi sifat fisik dan mekaniknya ketahanan terhadap penghancuran biologis, dan kestabilan dimensi produk.

Menurut Dumanauw (1990) banyak air yang terkandung pada sepotong kayu disebut kadar air (KA) kayu. Banyaknya kandungan kadar air pada kayu bervariasi, tergantung jenis kayunya, bagian kayunya, kandungan tersebut berkisar sekitar 40-400%. Hasil penelitian Muhdi et al., (2014) yang menyatakan rata-rata kadar air tertinggi terdapat pada batang yaitu sebesar 238,4% , selanjutnya pelepah sebesar 261,9% dan yang terendah adalah daun sebesar 143,9%. Hasil inventarisasi dikumpulkan dilapangan merupakan data berat basah sehingga diperlukan data berat kering untuk memperoleh besar kadar air. Hasil analisis laboratorium menunjukkan terdapat variasi kadar air (KA), dan dapat dilihat pada Gambar 7. Dimana untuk kadar air rata-rata tertinggi pada tegakan Elaeis

guineensis Jacq umur 5 tahun terdapat pada bagian batang yaitu 323,97% , dan pada kadar air rata-rata pelepah 218,81%, kemudian untuk kadar air rata-rata terendah terdapat pada daun 183, 49%.

Gambar 7. Kadar air rata-rata tanaman sawit umur 5 tahun berdasarkan bagian-bagiannya. Gambar 7 menunjukkan terjadinya perbedaan antara kandungan kadar air dari masing-masing bagian tanaman dikarenakan pada setiap tanaman terdapat variasi kemampuan dalam menyerap dan menyimpan air. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Haygreen & Boyner (1996), yang menyatakan bahwa dalam suatu pohon terdapat variasi kandungan air. Hal ini tidak hanya pada pohon tetapi sama halnya pada kelapa sawit, dimana terdapat perbedaan kandungan kadar air (KA) pada setiap bagian-bagiannya. Hasil penelitian Iswanto et al., (2010) menyebutkan bahwa nilai kadar air pohon kelapa sawit berkisar antara 219,9- 379,4%. Tsoumis (1991) menyatakan bahwa besarnya kadar air dalam pohon bervariasi antara 30 – 300 % tergantung spesies pohon, posisi dalam batang dan musim. 0 50 100 150 200 250 300 350

Daun Pelepah Batang

183,49 218,81 328,97 K ad ar A ir R ata -r ata (% ) Daun Pelepah Batang

Berat Kering (Biomassa)

Berdasarkan hasil analisis diperoleh biomassa kelapa sawit dari setiap bagian meliputi daun, pelepah dan batang. Hasil analisis menunjukkan nilai rata- rata biomassa terbesar berada pada bagian batang sawit sebesar 97,751 kg, selanjutnya pelepah sebesar 81, 338 kg dan nilai biomassa yang terendah terdapat pada daun kelapa sawit dengan nilai rata-rata sebesar 17,505 kg.

Berdasarkan tanaman kelapa sawit contoh yang ditebang, nilai rata-rata biomassa setiap bagian kelapa sawit disajikan pada Gambar 8. Nilai tersebut merupakan nilai pengukuran biomassa dan perhitungan biomassa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.

Gambar 8. Biomassa rata-rata bagian kelapa sawit umur 5 tahun

Berdasarkan Gambar 8 dapat diamati bahwa adanya variasi nilai biomassa yang berbeda antar bagian-bagian kelapa sawit, dimana menunjukkan bahwa biomassa terbesar terdapat pada bagian batang. Hal ini disebabkan biomassa berkaitan erat dengan proses fotosistesis, biomassa bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik dari proses

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Daun Pelepah Batang

17,505 81,338 94,751 B io m as sa R ata -r ata (K g) Daun Pelepah Batang

fotosintesis, hasil fotosistesis digunakan oleh tumbuhan untuk melakukan pertumbuhankearah horizontal dan vertikal. Menurut Handoko (2007), biomassa disusun oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari unsur karbon dioksida (CO2), hidrogen dan oksigen. Biomassa tegakan kelapa sawit dipengaruhi oleh umur tegakan, komposisi dan struktur tegakan. Brown (1997) mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total bahan organik hidup di atas tanah yang dinyatakan dalam berat kering oven per unit area.

Kadar Karbon

Biomassa dapat menyatakan kandungan karbon yang terdapat pada suatu tanaman kelapa sawit. Menurut Brown (1997) biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon di vegetasi hutan sebab 50 % dari biomassa adalah karbon.

Onrizal (2004) menyatakan bahwa jumlah karbon dalam pohon meningkat secara linier dengan meningkatnya biomassa pohon. Jumlah kadar karbon terbesar dari hasil yang didapatkan adalah pada batang sebesar 23, 743 % selanjutnya diikuti oleh pelepah sebesar 22, 759 %, dan pada daun sebesar 8.32 % dapat dilihat pada Gambar 9.

0 5 10 15 20 25

Daun Pelepah Batang

8.32 %

22.759 % 23.743 %

Batang memiliki kadar karbon terbesar karena pada masa pertumbuhan dan masa produktif, pohon menyerap karbon melalui daun dalam proses fotosintesis dan hasilnya langsung disebar ke seluruh bagian pohon yang lain. Bagian pohon yang mampu menyimpan lebih banyak adalah pada bagian terbesar yaitu batang. Sedangkan daun umumnya tersusun oleh banyak rongga stomata yang berfungsi sebagai pertukaran gas sehingga kurang padat dan tidak banyak menyimpan karbon.

Variasi kadar karbon berdasarkan variasi diameter dan umur tanaman, adanya korelasi positif antara pertambahan diameter dan umur dengan pertambahan kadar karbon. Demikian juga terdapat variasi kadar karbon sawit dimana bagian batang memiliki kadar karbon paling besar dan semakin keatas bagian ujung batang dan bagian lainnya seperti pelepah dan daun semakin kecil. Tingginya kadar karbon pada bagian batang disebabkan karena pada bagian batang penyususn terbesar berupa unsur karbon. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Limbong (2009) yang menyatakan bahwa unsur karbon merupakan bahan organik penyusun dinding sel-sel batang. Kayu secara umum tersusun oleh selulosa, lignin dan bahan ekstraktif yang sebagian besar disusun dari unsur karbon. Kadar karbon bagian batang pohon penting dalam menduga potensi karbon sawit.

Kandungan bahan organik dan produksi biomassa sawit, variasi ini sangat dipengaruhi oleh berat jenis, berat basah dan kadar air setiap bagian jaringan tanaman. Uji beda nyata kadar karbon antara bagian-bagian tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji t kadar karbon kelapah sawit (Elaeis guineensis Jacq) umur 5 tahun pada berbagai bagian tanaman

Daun Pelepah Batang

Daun 0,00018**

Pelepah 0,12130tn

Batang 0,00006**

Keterangan : ** : Berbeda sangat nyata (P< 0,01) pada selang kepercayaan 95% tn

: Tidak berbeda nyata (P> 0,05) pada selang kepercayaan 95%

Tabel 3 dapat diketahui bahwa kadar karbon yang dihasilkan pada daun dengan pelepah berbeda satu dengan lain karena nilai P berada lebih kecil dari 0,01 begitu juga kadar karbon yang dihasilkan pada batang dengan daun berbeda satu dengan lain dikarenakan nilai P berada lebih kecil dari 0,01, sedangkan pada kadar karbon pelepah dengan kadar karbon batang tidak berbeda nyata karena nilai P berada diatas 0,05.

Kadar karbon pada pelepah dan batang untuk sawit umur 5 tahun dari hasil penelitian yang dilakukan dilaboratorium diketahui bahwa tidak berbeda nyata hal ini dikarenakan batang tanaman kelapa sawit pada umur 5 tahun memiliki kandungan bahan organik yang tersusun oleh selulosa, lignin dan bahan ekstraktif yang sebagian besar disusun dari unsur karbon yang jumlahnya hampir sama dengan pelepah. Penyataan ini sesuai dengan pendapat dari Limbong (2009) yang menyatakan bahwa unsur karbon merupakan bahan organik penyusun dinding sel- sel batang. Kayu secara umum tersusun oleh selulosa, lignin dan bahan ekstraktif yang sebagian besar disusun dari unsur karbon. Kadar karbon bagian batang pohon penting dalam menduga potensi karbon sawit.

Massa Karbon

Hasil perhitungan massa karbon kelapa sawit umur 5 tahun pada berbagai bagian tanaman dapat dilihat pada Tabel 4. Diketahui bahwa nilai rata-rata massa karbon tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 22,518 kg, kemudian massa karbon pelepah sebesar 18,596 kg dan yang terendah pada daun yaitu sebesar 3,208 kg.

Tabel 4. Rata-rata massa karbon kelapa sawit umur 5 tahun pada berbagai bagian tanaman

Petak Massa Karbon (Kg)

Daun Pelepah Batang Total

I 3,432 17,145 20,937 41,514 56,002 35,452 II 3,032 25,112 27,858 III 3,160 13,531 18,761 Rata-rata 3,208 18,596 22,518 44,322

Pada Tabel 4 memperlihatkan adanya perbedaan massa karbon dari masing-masing bagian tanaman. Batang memiliki proporsi terbesar dibandingkan pelepah dan daun. Hal ini dikarenakan oleh biomassa batang yang besar dan batang memiliki selulosa yang besar. Menurut Ahmad (1990) dalam Aminudin (2008) batang merupakan bagian yang tersusun dengan banyak selulosa. Selulosa merupakan molekul gula linier yang berantai panjang yang tersusun oleh karbon, sehingga makin tinggi selulosa maka kandungan karbon akan makin tinggi. Adanya variasi horizontal mengakibatkan adanya kecenderungan variasi dari kerapatan dan juga komponen kimia penyusun. Makin besar diameter tanaman diduga memiliki potensi selulosa dan zat penyusun lainnya akan lebih besar. Lebih tingginya karbon pada bagian batang erat kaitannya dengan lebih tingginya biomassa bagian batang jika dibandingkan dengan bagian tanaman lainnya.

Penyerapan unsur hara, kesuburan tanah, varietas dan umur juga dapat mempengaruhi jumlah kandungan massa karbon. Hal ini sesuai dengan penyataan Susanti et al., (2009) menyatakan bahwa Umur tanaman sangat menentukan besarnya karbon tersimpan. Oleh karena itu, dalam menentukan karbon tersimpan dalam biomassa tanaman, digunakan nilai time average (rata-rata simpanan karbon dalam satu siklus hidup tanaman). Karbon tersimpan pada tanaman kelapa sawit pada berbagai umur tanaman, dengan nilai time average-nya menunjukkan perbedaan. Perbedaan nilai time average C tanaman sawit yang didapat Rogi (2002) yaitu sebesar 60 ton/ha disebabkan oleh adanya perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan dan kemampuan tanaman dalam menambat karbon, misalnya kesuburan tanah, varietas tanaman.

Model Pendugaan Biomassa dan Massa Karbon Kelapa Sawit

Persamaan alometrik merupakan persamaan yang menghubungkan dimensi- dimensi dari pohon dengan nilai biomassa pohon. Setiap tanaman yang berbeda akan memiliki pola yang berbeda untuk membentuk persamaan alometrik ini. Penyusunan persamaan alometrik untuk kelapa sawit yang telah dilakukan Thenkabail et al., (2004) dalam penelitiannya tersebut dapat menghasilkan persamaan berikut : Berat Kering (kg) = 0.3747*tinggi (cm) + 3.6334 (R2 = 0.9804). Persamaan tersebut disusun berdasarkan data biomassa dan dimensi kelapa sawit yang ditanam pada lahan mineral di Afrika, sehingga kurang tepat jika diterapkan pada kelapa sawit yang tumbuh di Sumatera Utara. Dalam penelitian ini telah dilakukan penyusunan persamaan alometrik biomassa, massa karbon pada tiap-tiap bagian tanaman dengan diameter, tinggi bebas cabang maupun tinggi total tanaman

tanaman contoh. Model pendugaan biomassa dan massa karbon ini menggunakan pendekatan diameter, tinggi total dantinggi bebas cabang hingga diperoleh suatu model terbaik.

Persamaan terpilih tersebut selanjutnya dibandingkan dengan persamaan- persamaan lain yang menggunakan beberapa variabel bebas yang berbeda. Model terbaik dari suatu persamaan yang menggunakan suatu variabel bebas tertentu akan dipilih untuk menduga biomassa dan massa karbon tanaman kelapa sawit. Model alometrik yang berhasil dibangun untuk menduga biomassa dan massa karbon bagian-bagian tanaman kelapa sawit umur 5 tahun di perkebunan PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Model penduga biomassa bagian-bagian tanaman kelapa sawit umur 5 tahun.

Bagian Model Pendugaan SE Sig

R-sq (adj) (%) F Hit Batang W = -511,054+ 32,771 D – 0,269 D2 334,788 0,481 21,7 0,829 W = 37353,687 D-1,217 0,907 0,234 19,5 1,698 W = 0.105 + 0,00019 D2 HBP 248,128 0,034* 49,8 6,943 W = 0,000312 D 1,063 HBP 1,528 0,164 0,002* 88,1 22,19 Pelepah W = 135,393 – 2, 958 D + 0,025 D2 11,695 0,021* 72,4 7,881 W = 9,223 D0,451 0,231 0,100 33,9 3,590 W = 70,586 – 4,620 e-6 D2 HBP 19,759 0,456 8,20 -0,049 W = 185,78 D0,083 HBP -0,247 0,088 0,082 56,5 3,895 Daun W = 13,892 + 0,326 D – 0,003 D2 3,746 0,290 33,8 1,534 W = 60,889 D-0,259 0,167 0,176 24,5 2,267 W = 18,837 + 1,215 e-6 D2 HBP 3,971 0,336 13,2 1,068 W = 4,797 D0,052 HBP 0,209 0,0572 0,065 59,8 4,461 Total W = -361,767 + 30,139 D – 0,247 D2 332,54 0,536 18,8 0,693 W = 6486,983 D-0,703 0,698 0,361 12,0 0,956 W = 89,525 + 0,00019023 D2 HBP 240,29 0,032* 50,5 7,145 W = 0,00597 D1,000 HBP 1,142 0,145 0,005* 82,6 14,263

Keterangan : W = Biomassa ; D = Diameter ; SE = Simpangan Baku ; Sig = Signifikansi ; R-sq(adj) = Koefisien Determinasi ; HBP = Tinggi bebas pelepah ; * = Berbeda

Tabel 6. Model penduga massa karbon bagian-bagian tanaman kelapa sawit umur 5 tahun.

Bagian Model Pendugaaan SE Sig

R-sq (adj) (%) F hit Batang C = -111,891+7,446 D - 0,062 D2 75,649 0,452 23,3 0,910 C = 14320,932 D – 1,340 0,902 0,193 22,9 2,078 C = 1,677 + 4,389e-5 D2 HBP 57,046 0,036* 49,1 6,750 C = 9,90832e-5 D0,963 0,148 0,001* 90,6 28,962 Pelepah C = 33,016 – 0,782 D + 0,007 D2 3,118 0,024* 71,0 7,348 C = 1,586 D 0,503 0,293 0,140 28,3 2,770 C = 16,213-1,505e-6D2 HBP 5,005 0,344 12,8 1,031 C = 137, 721 D-0,044 HBP -0,367 0,100 0,055 62,0 4,886 Daun C = 2,259 + 0,075 D + 0,000678 D2 0,680 0,173 44,2 2,379 C = 13,997 D-0,311 0,173 0,124 30,4 3,064 C = 3,579 + 1,841 e-7 D2 HBP 0,809 0,468 7,8 0,589 C = 1,0617 D0,005 HBP 0,212 0,059 0,055 62,0 4,885 Total C = -76,627 + 6,739 D – 0,056 D2 74,79 0,512 20,0 0,749 C = 1970,174 D-0,774 0,699 0,318 14,2 1,560 C = 21,469 + 4,257 e-5 D2 HBP 55,141 0,035* 49,3 6,796 C = 0,001559 D0,948HBP 1,154 0,139 0,004* 84,4 16,214

Keterangan : W = Biomassa ; D = Diameter ; SE = Simpangan Baku ; Sig = Signifikansi ; R-sq(adj) = Koefisien Determinasi ; HBP = Tinggi bebas pelepah ; * = Berbeda

nyata (P 0.01-0.05) pada selang kepercayaan 95%

Model penduga biomassa dan massa karbon dengan diameter dan tinggi pohon adalah berbentuk pangkat dengan nilai R-sq (adj) tertinggi dan nilai SE terkecil diantara semua model yang dianalisis dari hasil analisis pada Tabel 5 dan Tabel 6 sehingga didapatkan persamaan alometrik pendugaan biomassa dan massa karbon tanaman kelapa sawit pada bagian daun masing-masing adalah W = 4,797 D0,052 HBP0,209 dan C = 1,0617 D0,005 HBP0,212. Pelepah adalah W = 135,393 – 2, 958

D + 0,025 D2 dan C = 33,016 – 0,782 D + 0,007 D2. Batang adalah W = 0,000312 D 1,063 HBP1,528 dan C = 9,90832e-5 D0,963.

Tabel 6 dan Tabel 7 memperlihatkan bahwa pada bagian batang persamaan alometrik terbaik adalah dengan menggunakan variabel bebas diameter dan tinggi bebas pelepah untuk perhitungan biomassa dan massa karbon.

diameter dan tinggi bebas pelepah sebagai persamaan alometrik terbaik. Bagian daun menggunakan variabel bebas diameter dan tinggi bebas pelepah untuk persamaan alometrik terbaiknya.

Persamaan alometrik menggunakan variabel bebas diameter dan tinggi tanaman didapatkan pada semua bagian tanaman. Berbeda pada prakteknya di lapangan, jika ketersediaan data tinggi tidak dapat dipenuhi maka sebaiknya pendugaan biomassa dan massa karbon menggunakan variabel bebas diameter saja. Model alometrik yang berhasil dibangun untuk menduga biomassa dan massa karbon total tanaman kelapa sawit umur 5 tahun menggunakan variabel bebas diameter dan tinggi bebas pelepah memiliki nilai koefisien determinasi tertinggi yaitu untuk biomassa sebesar (R2 adj = 82,6%), nilai SE terkecil (0,145) dan untuk massa karbon sebesar (R2 adj = 84,4%), nilai SE terkecil (0,1399).

Potensi Biomassa dan Cadangan Karbon Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau

Cadangan karbon sering disebut dengan karbon biomassa (C/biomassa), dimana tahun tanam sangat berpengaruh terhadap biomassa dari tanaman kelapa sawit. Biomassa merupakan bahan organik hasil dari proses fotosintesis, dimana biomassa bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari udara dan mengubahnya menjadi senyawa organik dan dinyatakan dalam satuan bobot kering. Hasil fotosintesis tersebut digunakan oleh tumbuhan untuk melakukan pertumbuhan ke arah horisontal dan vertikal.

Keberadaan tegakan sawit kelas umur tanaman menghasilkan pada suatu sistem penggunaan lahan, memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap total cadangan karbon. Pada sawit 70% dari total karbon berasal dari sawit kelas

umur tanaman menghasilkan sedangkan pada sawit kelas umur tanaman belum menghasilkan hanya 30%.

Dikaitkan dengan peran perkebunan kelapa sawit sebagai penyerap CO2 , hasil proses fotosintesis ini jauh lebih besar daripada respirasi. Akibatnya oksigen yang dihasilkan secara netto besar. Semakin cepat tanaman kelapa sawit bertumbuh semakin besar pula oksigen yang dihasilkan persatuan waktu. Semakin luas perkebunan kelapa sawit yang bertumbuh dan berproduksi semakin besar pula oksigen yang dihasikan persatuan waktu dan ruang.

Berdasarkan model alometrik terpilih untuk pendugaan biomassa dan massa karbon kelapa sawit umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau yang didapat maka dapat diketahui seberapa besar potensi biomassa dan massa karbonnya. Model alometrik terbaik yang digunakan W = 0,00597 D1,000 HBP1,142 dan C = 0,001559 D0,948HBP1,154 dari persamaan terbaik yang didapat dapat

dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Gambar 10. Biomassa total kelapa sawit umur 5 tahun PT. Putri Hijau ukuran petak contoh 20 meter x 20 meter

Pada Gambar 10 disajikan bahwa pada umur yang sama terdapat perbedaan

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600

Petak contoh 1 Petak contoh 2 Petak contoh 3 1504 kg 713 kg 1206 kg Petak contoh 1 Petak contoh 2 Petak contoh 3

PT. Putri Hijau. Perbedaan nilai biomassa pada Gambar 10 dipengaruhi oleh kesuburan tanahnya dan gangguan (termasuk pencurian dan hama penyakit). Bahwa semakin tinggi kesuburan tanahnya maka semakin tinggi biomassa yang dihasilkan hal ini sesuai dengan penyataan De Wait dan Chave (2004).

Pada penelitian ini telah diketahui total potensi biomassa kelapa sawit dengan menggunakan model alometrik terbaik, jadi total biomassa kelapa sawit umur 5 tahun PT. Putri Hijau Kabupaten Langkat adalah sebesar 28,53 ton /ha. Hasil ini juga hampir sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan besarnya jumlah biomassa kelapa sawit umur 5 tahun adalah sebesar 28-30 ton /ha (Yulianti, 2010).

Gambar 11. Total massa karbon tanaman kelapa sawit umur 5 tahun pada petak contoh 20 meter x 20 meter.

Gambar 11 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai karbon pada umur yang sama, hal ini dipengaruhi oleh jenis lahannya dan juga teknik pengukuran yang digunakan. Potensi massa karbon atau cadangan karbon yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau adalah sebesar 7,17 ton / ha. Pada

0 50 100 150 200 250 300 350

Petak contoh 1 Petak contoh 2 Petak contoh 3 329.16 kg

269.17 kg 263.11 kg

Petak contoh 1 Petak contoh 2 Petak contoh 3

penelitian sebelumnya terdapat perbedaan yaitu menurut Purba (2012) pada perkebunan PT. PTPN II di kabupaten Langkat yang menyatakan bahwa umur 5 tahun mempunyai cadangan karbon di atas permukaan tanah 35 ton/ha, jika diperhatikan dengan baik nilai tersebut tergolong tidak baik hal ini dikarenakan umur tanaman, kerapatan per satuan luas, iklim dan pengolahan lahan serta lingkungan pertumbuhan kelapa sawit terutama jenis lahannya dan juga teknik pengukuran yang digunakan sangat tidak baik ditemukan dilapangan. Sesuai dengan pendapat dari Hartley (1967) menyatakan pendugaan cadangan karbon memiliki nilai yang bervariasi karena sangat ditentukan oleh umur tanaman, kerapatan per satuan luas, iklim dan pengolahan lahan serta lingkungan pertumbuhan kelapa sawit terutama jenis lahannya dan juga teknik pengukuran yang digunakan.

Hutan memiliki nilai karbon yang lebih tinggi daripada tanaman kelapa sawit dikarenakan bahwa hutan memiliki jenis vegetasi dan keragaman jenis yang tinggi. Menurut Adinugroho et al. (2006) hutan berperan dalam upaya peningkatan penyerapan CO2 dimana dengan bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, vegetasi yang berklorofil mampu menyerap CO2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini antara lain disimpan dalam bentuk biomassa yang menjadikan vegetasi tumbuh menjadi makin besar atau makin tinggi. Pada setiap ekosistem jumlah karbon yang terkandung di dalamnya berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan keanekaragaman dan kompleksitas komponen yang menyusun ekosistem tersebut. Pohon-pohon berdiameter besar dan berumur panjang yang tumbuh di hutan merupakan penyimpan CO2 yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tanaman semusim.

Oleh karena itu, hutan alami dengan keanekaragaman jenis pohon yang berumur panjang merupakan tempat penyimpanan CO2 terbesar. Bila hutan diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian atau perkebunan sawit, maka jumlah CO2 yang tersimpan akan merosot, untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih, maka harus dilakukan pengendalian jumlah CO2 di udara. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penyerapan CO2 oleh tanaman dan menekan pelepasan (emisi) CO2 ke udara.

Tanaman kelapa sawit sebagai vegetasi memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dan menyimpannya didalam ekosistem yang tersimpan didalam vegetasi sebagai penyerapan karbon (carbon sink). Jika tanaman kelapa sawit dapat dikelola dengan baik maka akan memberikan kontribusi terhadap keselamatan lingkungan dari ancaman global sebagai efek dari emisi gas rumah kaca.

Dokumen terkait