• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTENSITAS SERANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN DI PT BARITO PUTERA PLANTATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTENSITAS SERANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM MENGHASILKAN DI PT BARITO PUTERA PLANTATION"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 04, Nomor 1, Edisi November 2018

11

Agrisains

Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

INTENSITAS SERANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM

MENGHASILKAN DI PT BARITO PUTERA PLANTATION

Mila Lukmana1* dan Faisal Alamudi2

1 Dosen Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan 2 Mahasiswa Politeknik Hasnur

Email: milalukmana@gmail.com ABSTRACT

Rhinoceros beetle (Oryctes rhinocerus) is an important pest of oil palm plantations and invades newly planted crops in the field until the age of 2.5 years. Rhinoceros beetle attack unopened leaves in the central bud, leaf midribs, broken fruit and even death of the plant. Given the losses caused pest monitoring is required to be controlled quickly and precisely. This study aims to monitor the Rhinoceros beetle population based on symptoms of attack on the northern B24 block of young oil palms PT Barito Putera Plantation. The research method used descriptive survey method with data collection from the field. The results of monitoring is known that the level of horn beetle attack is classified as a mild attack with an attack intensity of 3.86%.

Keywords: Rhinoceros beetles, monitoring, symptoms of attack PENDAHULUAN

Hama kumbang tanduk (Oryctes rhinocerus) merupakan hama utama pada perkebunan kelapa sawit dan ditemukan menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam di lapangan sampai tanaman berumur 2,5 tahun dengan menyerang titik tumbuh sehingga terjadi kerusakan pada daun muda. Menurut Handayani dkk (2014) kumbang tanduk merusak tanaman dengan cara menggerek kemudian menghisap cairan serta melubangi pelepah daun, batang dan buah. Tanda serangan hama ini terlihat dari lubang bekas gerekan pada pangkal pelepah dan buah. Serangan ini mengakibatkan pelepah daun mudah patah dan membusuk, sedangkan buah yang berlubang menjadi rusak. Ciri khas serangan kumbang tanduk ditandai

dengan pelepah kelapa sawit yang terserang bila nanti daunnya membuka maka akan terlihat daun tergunting menyerupai huruf “V”.

Kerusakan parah akibat kumbang tanduk sebanyak 15% daun rusak dan menyebabkan penurunan hasil sebesar 25% (Kalidan, 2012). Serangan hama kumbang tanduk di PTPN V Sei Galuh dapat menurunkan produksi tandan buah segar hingga 69% pada tahun pertama. Selain itu dapat menyebabkan kematian tanaman muda hingga 20% dari luas lahan. Serangan tersebut menyebabkan dilakukannya penyisipan tanaman kelapa sawit berulang kali. Serangan hama kumbang tanduk ini terjadi pada areal TBM 2 dan TBM 3, sehingga perlu dilakukan pengendalian yang intensif (Apriyaldi, 2015). Pengamatan populasi dan intensitas hama kumbang tanduk secara rutin berperan penting dalam

(2)

Volume 04, Nomor 1, Edisi November 2018

12

Agrisains

Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

pengelolaan hama kumbang tanduk (Handoko dkk, 2017). Mengingat kerugian yang ditimbulkan serangan hama kumbang tanduk maka diperlukan monitoring keberadaan hama ini agar dapat dikendalikan secara cepat dan tepat.

Monitoring hama kumbang tanduk dapat dilakukan menggunakan 2 cara, yaitu berdasarkan populasi kumbang tanduk di lapangan dan gejala serangan baru. Tujuan penelitian ini untuk monitoring hama kumbang tanduk berdasarkan gejala serangan baru pada kelapa sawit fase tanaman belum menghasilkan di Perkebunan PT Barito Putera Plantation.

METODE PELAKSANAAN

Penelitian ini berlangsung mulai bulan Februari – Mei 2017 di Kebun I Divisi 4 Blok 24 Utara Perkebunan Kelapa Sawit PT Barito Putera Plantation (PT BPP) Desa Antar Raya Kecamatan Marabahan Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan. Bahan dan yang digunakan meliputi tanaman kelapa sawit fase belum menghasilkan 2 (TBM2), hama kumbang tanduk, alat tulis dan kamera.

Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif dengan pengumpulan data dari lapangan. Sampel lahan yang diamati ditentukan dengan purposive sampling berdasarkan adanya tanda serangan hama kumbang tanduk. Pengamatan intensitas serangan di lakukan di areal perkebunan kelapa sawit TBM 2 blok B24 utara, dengan sampel seluas 1 hektar pada bagian pertengahan blok yaitu pada Row ke- 75 sampai 84. Metode monitoring hama kumbang tanduk ini berdasarkan gejala serangan baru yang kemudian dihitung intensitas serangannya. Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2011), persentase

intensitas serangan hama kumbang tanduk dihitung menggunakan rumus:

𝐼𝑆 = 𝑛 𝑥 𝑣

N x V 𝑥 100% Keterangan:

IS = Intensitas serangan

N = Jumlah sample pada kriteria tertentu yang diamati

v = Nilai skor pada sample yang diamati

N = Jumlah semua sample yang diamati

V = Nilai skor tertinggi pada metode tersebut (5)

Batas ambang intensitas serangan kumbang tanduk pada kelapa sawit TBM yaitu 5 %. Data pendukung penelitian diperoleh dari wawancara serta data suhu, kelembaban dan curah hujan selama satu bulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk monitoring hama kumbang tanduk berdasarkan gejala serangan baru. Monitoring dilakukan dengan sensus kemudian mengamati pokok sample kelapa sawit sebanyak 150 pokok (Gambar 1). Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2011) menyatakan bahwa monitoring kumbang tanduk perlu dilakukan sekali sebulan bersamaan dengan pengendalian manual. Kumbang dan bekas gerekan yang masih segar dicatat dan dihitung. Sedangkan kumbang yang ditemukan saat monitoring diambil dengan kait dan dimusnahkan

(3)

Volume 04, Nomor 1, Edisi November 2018

13

Agrisains

Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

Gambar 1. Hasil sensus serangan hama kumbang tanduk pada blok B24 utara. Sensus tersebut dilakukan

berdasarkan kriteria serangan seperti tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkatan kriteria serangan hama kumbang tanduk. Kriteria Keterangan 0 Tidak ada gejala serangan 1

Serangan atau kerusakan kurang dari 5% atau pelepah yang digerek hanya 1-2 pelepah.

2

Serangan atau kerusakan 5-10% atau pelepah yang digerek 3-5 pelepah.

3

Serangan dengan kerusakan tanaman 10-25% atau sebagian besar pelepah tergerek dan membentuk seperti kipas.

4

Serangan dengan kerusakan 25-50% atau sebagian besar pelepah tergerek dan tanaman tampak kerdil.

5

Serangan berat dengan kerusakan lebih dari 50% atau pupus terpuntir atau pupus tidak ada atau tanaman mati.

(Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2011).

Hasil sensus pada blok B24 utara, diketahui bahwa pokok kelapa sawit yang terserang hama kumbang tanduk tergolong dalam tingkatan kriteria serangan 1 sampai 3. Pada kriteria serangan 1 terdapat lubang bekas gerekan pada bagian pangkal pelepah sebanyak 1-2 pelepah dan lama kelamaan pelepah yang tergerek tersebut akan patah seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Keadaan fisik tanaman kelapa sawit kriteria serangan 1

(4)

Volume 04, Nomor 1, Edisi November 2018

14

Agrisains

Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

Kriteria serangan 2 ditemukan pada kelapa sawit TBM 2 dengan ciri fisik pangkal pelepah terdapat lubang bekas gerekan, yang lama kelamaan pelepah tergerek tersebut akan patah. Pelepah yang tergerek sebanyak 3-4 pelepah seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Keadaan fisik kelapa sawit kriteria serangan 2

Serangan kumbang tanduk pada kriteria serangan 3 terlihat pada pelepah yang masih muda dan bagian yang diserang adalah daun-daun yang belum membuka atau masih menguncup. Kerusakan pada tanaman terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan yang berupa guntingan segitiga seperti huruf “V”, dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Keadaan fisik kelapa sawit kriteria serangan 3

Hasil sensus serangan hama kumbang tanduk ditemukan pokok yang

terserang sebanyak 16 pokok/ha (Gambar 5) dengan intensitas serangan sebesar 3,86%. Menurut PPKS (2011), apabila ditemukan kumbang dan bekas gerekan seegar sebanyak 10/ha maka perlu segera dilakukan pengendalian. Jika mengacu pada Natawigena (1989) dalam Lobalohin dkk, (2014) intensitas serangan hama kumbang tanduk di lahan blok 24 utara termasuk kategori ringan karena berada pada skala 1 persentase antara >0 – 25%.

Gambar 5. Hasil Sensus Serangan Hama Kumbang Tanduk pada blok B24 utara

Penelitian ini menggunakan metode monitoring berdasarkan gejala serangan baru untuk mengetahui keberadaan dan intensitas serangan hama kumbang tanduk. Sehingga dapat ditentukan teknik pengendalian sedini mungkin dan tepat berdasarkan kategori serangan. Kategori serangan ringan hama kumbang tanduk pada blok B24 utara mengisyaratkan perlu dilakukan pengendalian dini agar status kategori serangan tidak meningkat. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan kumbang tanduk secara manual dan land clearing. Land clearing perlu dilakukan secara kontinu untuk membersihkan lahan dari kayu dan pelepah hasil dari pruning dan kastrasi.

9 1

6

Jumlah Pokok Kelapa Sawit yang Terserang Kumbang

Tanduk

Kriteria Serangan 1 Kriteria Serangan 2 Kriteria Serangan 3

(5)

Volume 04, Nomor 1, Edisi November 2018

15

Agrisains

Jurnal Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Hasnur

Pengendalian pada tingkat serangan berat kumbang tanduk dapat dipertimbangkan menggunakan pengendalian hama terpadu dengan menerapkan beberapa teknik pengendalian sekaligus. Menurut Kalidas (2012), pengendalian hama terpadu dapat diterapkan dengan beberapa cara seperti konservasi musuh alami, koleksi virus dalam jumlah besar yang dapat melawan hama target, pemeliharaan kondisi kebun dari situs pembiakan hama, pengembangan feromon

nanopartikel/nanakapsul/nanofiber yang stabil agar dapat menahan feromon dalam konsentrasi tinggi meskipun suhu tinggi yang dapat menyebabkan evaporasi feromon dll. Bedford (2014) menyatakan bahwa pengendalian kumbang tanduk dapat menggunakan fungi Metarhizium anisopliae sebagai biopestisida dan Oryctes Nudivirus (OrNV) yang dapat membunuh larva dan disebarluarkan oleh kumbang dewasa. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:

1. Kriteria serangan kumbang tanduk pada lahan blok B24 utara tergolong pada kriteria 1-3.

2. Intensitas serangan kumbang tanduk pada lahan blok B24 utara sebesar 3,86% dengan kategori tingkat serangan ringan.

3. Pengendalian dini perlu dilakukan agar status kategori intensitas serangan tidak meningkat.

4. Pengendalian dini hama kumbang tanduk dapat dilakukan secara manual dengan pengutipan hama dan land clearing.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyaldi, R. 2015. Analisis Intensitas Serangan Hama Kumbang Tanduk

(Oryctes Rhinoceros) Pada Kelapa Sawit Di PTPN V Sei. Galuh Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Tugas Akhir. Tidak dipublikasikan. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

Bedford, G.O. 2014. Advances in The Control of Rhinoceros Beetle, Oryctes rhinoceros in Oil Palm. Journal of Oil Palm Research Vol. 26, No 13

Handayani, W.F, Jasmi dan E.Safitri. 2014. Kepadatan Populasi Kumbang Tanduk Oryctes Rhinoceros L. (Coleoptera : Scarabaeidae) Pada Tanaman Sawit Di Kanagarian Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Pendidikan Biologi Vol 1, No 1 Handoko, J, H. Fauzana dan A.Sutikno.

2017. Populasi dan intensitas Serangan Hama Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros Linn.) pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan. JOM FAPERTA UNRI Vol.4, No.1

Kalidas, P. 2012. Pest Problem of Oil Palm and Management Strategies for Sustainbility. Agrotechnology SS11,001

Lobalohin, S, Noya, S. H. Dan Hasinu J V.. 2014. Kerusakan Tanaman Kelapa (Cocos Nucifera, L.) Akibat Serangan Hama Sexava Sp Dan Oryctes Rhinoceros Di Kecamatan Teluk Elpaputih Kabupaten Maluku Tengah . Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 10, No 1

Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS. 2011. Kumbang Tanduk Oryctes rhinoceros Linn. Medan Vol. H – 0003.series

Gambar

Gambar 1. Hasil sensus serangan hama kumbang tanduk pada blok B24 utara.
Gambar 4. Keadaan fisik kelapa sawit  kriteria serangan 3

Referensi

Dokumen terkait

TINGKAT SERANGAN KUMBANG BADAK (Oryctes rhinoceros L.) PADA AREAL PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.).. BERDASARKAN

Mortalitas Larva Kumbang Tanduk ( Oryctes rhinoceros L) Karena Pemberian Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Kenikir ( Cosmos caudatus Kunth)di Hari Ke-2. Berdasarkan

PERBANDINGAN POPULASI KUMBANG TANDUK Oryctes rhinoceros ANTARA LADANG POKOK KELAPA SAWIT MUDA «5 TAHUN DAN MATANG >10 TAHUN DI SG.. BATANG,

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 dan Lampiran 2 bahwa jumlah populasi kumbang tanduk pada tanaman kelapa sawit di PTPN IV Unit Usaha

Pada areal replanting kelapa sawit, serangan kumbang dapat mengakibatkan tertundanya masa berproduksi sampai satu tahun, dan tanaman yang mati dapat mencapai lebih

dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa ketinggian perangkap 2,5 meter yang lebih baik dalam memerangkap kumbang tanduk (O.rhinoceros) di areal kebun kelapa

rhinoceros adalah hama yang berbahaya baik pada tanaman kelapa yang masih di pembibitan sampai tanaman dewasa (Singh and Rethinam, 2005).. Penggunaan feromon dapat

Gambar 12 menunjukkan bahwa kondisi serangan hama kumbang kelapa di Kecamatan Mattirobulu Kabupaten Pinrang dengan tingkat serangan yang bervariasi mulai dari tanaman tidak