• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPADATAN POPULASI KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PTPN VI UNIT USAHA OPHIR PASAMAN BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPADATAN POPULASI KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PTPN VI UNIT USAHA OPHIR PASAMAN BARAT."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

KEPADATAN POPULASI KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.)

PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI PTPN VI

UNIT USAHA OPHIR PASAMAN BARAT

Oleh:

Wesi, Jasmi, Armein Lusi Z

Program Studi Pendidikan Biologi (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Email :Wesisyuhada@gmail.com

ABSTRACT

Asiatic rhinoceros beetle ( Oryctes rhinoceros L. ) is an important pest in plantations of oil palm and coconut as the base of the plant canopy broaching . Based on this research has been conducted in order to determine the amount of the Horn Beetle Population Density on Plant Oil Palm in PTPN VI Ophir Pasaman West Business Unit .The study was conducted in February- March 2014 in PTPN VI Cambodgien Ophir IV Business Unit West Pasaman , using the descriptive survey method by means of direct collection of beetle horns of the research sites . Field sampling conducted during the first month on the location of the TBM and TM ie , one week in the light and one week in the dark by using pheromone traps containing ferotrap , preserved beetle horns obtained by using a solution of 70 % alcohol . Verification of beetle horns performed at the Laboratory of Zoology STKIP PGRI West Sumatra . Results calculated using the formula density , followed by t-test analysis at level α of 0.05% .From the results of research on the horn beetle population densities obtained a total population of beetle horns . was 250 ind/trap , and show characteristic horn beetle , dark brown body color , the horn section there is caput . At the end of the female abdomen are fine hairs , whereas in male hairless . Total body length of males and females ranged from 41- 43 mm , and the length of the horn ranges are 9-10 mm . Average density of beetle horns on the TBM and TM moon dark and bright moon was 33.5 ind / trap during bright moon and new moon .

Key Word : Oryctes rhinoceros L. Population density.

PENDAHULUAN

Kumbang merupakan salah satu jenis serangga yang dapat merusak tanaman seperti tanaman kelapa dan tanaman kelapa sawit. Kumbang dapat dikatakan sebagai hama dan sebagai predator apabila jumlahnya telah melebihi batas ambang. Kumbang terdiri atas berbagai jenis didunia.

Salah satu kendala dalam budidaya tanaman kelapa sawit adalah serangan hama yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman hingga berdampak pada penurunan tingkat produksi kelapa sawit. Hama dapat menyerang kelapa sawit sejak tahap pra-pembibitan hingga tahap menghasilkan (Murdani dkk, 2012). Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.) adalah hama penting pada pertanaman kelapa sawit dan kelapa karena menggerek pangkal tajuk tanaman dan serangan berat dapat mematikan tanaman (Pardede dan Utomo, 1997).

Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada bagian caput terdapat tanduk kecil. Pada ujung abdomen yang betina terdapat bulu-bulu halus, sedangkan pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk kelapa sawit. Gerekan tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai merusak titik tumbuh akan dapat mematikan tanaman (Endro dkk., 2013). Kumbang menggerek pupus yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM) di areal peremajaan yang berumur ±1 tahun (BBP2TP, 2012). Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian salah satu ketiak pelepah daun paling atas.

Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf “V”, gejala ini merupakan ciri khas kumbang tanduk. Serangan

(2)

2

hama kumbang tanduk dapat menurunkan produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan menimbulkan kematian tanaman muda hingga 25% (Umiarsih, 2013).

Untuk alat pengendali populasi hama kumbang tanduk ini digunakan yaitu feromon agregat yang dipasangkan pada perangkap ferotrap. Penggunaan feromon sebagai insektisida alami sangat efektif, ramah lingkungan, dan lebih murah dibandingkan teknik pengendalian konvensional. Feromon merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, mangsanya, tanaman inang, dan tempat berkembang biaknya. Komponen utama feromon sintetis kumbang tanduk adalah etil-4 metil oktanoat. Feromon tersebut dikemas dalam kantong plastik (PPKS, 2010).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari –Maret 2014, di Kenagarian Langgam Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat. Pengambilan sampel dilakukan pada lahan perkebunan PTPN VI Ophir Afdeling Inti IV. Kumbang tanduk yang ditemukan diverifikasi di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang.

Penelitian ini menggunakan metode Survey Deskriptif yaitu koleksi langsung ke lapangan, dimana perangkap dipasang pada sore hari sekitar jam 17.00 wib, kemudian sampel dikumpulkan pada jam 06.00 wib selama 1 bulan pada saat bulan terang dan bulan gelap. Untuk pengambilan sampel pada masing-masing lokasi yang akan diamati seluas ± 4 hektar, baik pada TBM maupun pada TM dipasang 2 perangkap pada masing-masing lahan tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode Survey Deskriptif yaitu koleksi langsung ke lapangan, dimana perangkap dipasang pada sore hari sekitar jam 17.00 wib, kemudian sampel dikumpulkan pada jam 06.00 wib selama 1 bulan pada saat bulan terang dan bulan gelap. Untuk pengambilan sampel pada masing-masing lokasi yang akan diamati seluas ± 4 hektar, baik pada TBM maupun pada TM dipasang 2 perangkap pada masing-masing lahan tersebut.

Dalam penelitian ini pengambilan sampel kumbang tanduk pada area perkebunan kelapa sawit dilakukan berdasarkan pada perbedaan umur tumbuhan kelapa sawit yakni sawit yang berumur 2 tahun, dan sawit yang berumur 3 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan mengkoleksi kumbang tanduk menggunakan ferotrap yang terdiri atas satu kantong feromon sintetik (Etil-4

metil oktanoate) yang digantungkan dalam ember

plastik kapasitas 12 lt. Tutup ember plastik yang berdiameter 30 cm, diletakkan terbalik dan dilubangi 5 buah dengan diameter 4 cm. Pada

dasar ember plastik dibuat 5 lubang dengan diameter 2 mm untuk pembuangan air hujan. Ferotrap tersebut kemudian digantungkan pada tiang kayu setinggi 4 m dan dipasang di dalam areal kelapa sawit. Satu kantong feromon sintetik dapat digunakan selama ±2-3 bulan. Setiap hari dilakukan pengumpulan kumbang yang terperangkap dan dan dimasukkan kedalam botol koleksi, dan diberi larutan alkohol 70% untuk mengawetkannya.

Analisis data bertujuan untuk menghitung kepadatan populasi (O. rhinoceros L.), yang ditemukan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan rumus:

K = Individu (𝑂𝑟𝑦𝑐𝑡𝑒𝑠 𝑟ℎ𝑖𝑛𝑜𝑐𝑒𝑟𝑜𝑠 L.) Jumlah Perangkap

(Suin. 2002)

Dan dilanjutkan dengan analisa Uji t, dengan menggunakn rumus:

𝑡 = 𝑥 1−𝑥 2 1 𝑛 1+ 1 𝑛 2 𝑠 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠 2= 𝑛1−1 𝑆12+ 𝑛2−1 𝑆22 𝑛1+𝑛2−2 (Sudjana, 2005)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanaman kelapa sawit di PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman Barat ditemukan ciri-ciri kumbang tanduk yaitu ukuran tubuh jantan lebih panjang dari betina dengan panjang berkisar antara 41-43 mm. Pada kepala jantan dan betina terdapat tanduk dengan panjang berkisar antar 8-10 mm. Pada bagian ujung abdomen jantan tidak ditutupi oleh bulu, pigidium (ekor) tidak menonjol. Pada ujung abdomen betina banyak ditutupi oleh bulu dan pigidium lebih menonjol. Warna tubuh coklat kehitaman agak mengkilap, memiliki 2 pasang sayap (Gambar 3).

A B Gambar 3. Imago O. rhinoceros L. A: jantan B : betina

Hasil pengukuran beberapa karakter morfologi O. rhinoceros L. seperti panjang tubuh, panjang kepala, panjang tanduk, panjang thorax

(3)

3

dan panjang abdomen beserta rata-ratanya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1: Hasil pengukuran beberapa karakter morfologi kumbang tanduk jantan dan betina

Karakter ♂ rata-rata ♀ rata-rata

Panjang Tubuh (mm ) 40-46 43 37-45 41

Panjang Kepala (mm ) 12- 20 16 13-15 14

Panjang Tanduk (mm ) 08-12 10 08-10 9

Panjang Thorax (mm ) 10-12 11 05-11 8

Panjang Abdomen (mm ) 06-10 8 0,5-0,7 6

Hasil penelitian tentang kepadatan populasi O. rhinoceros L. Pada tanaman kelapa sawit di PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman Barat kepadatan total populasi kumbang tanduk adalah 250 ekor. pada TBM (bulan gelap dan bulan

terang) didapatkan 18,5 ind./perangkap dan 13 ind./perangkap. Sedangkan pada TM (bulan terang dan bulan gelap) didapatkan 15 ind./perangkap dan 16 ind./perangkap (Gambar 4 dan Lampiran 2).

Gambar 4. Kepadatan Populasi Kumbang Tanduk pada Tanaman yang Belum Menghasilkan Buah dan Tanaman yang Menghasilkan Buah Bulan Terang dan Bulan Gelap.

Hasil uji t kepadatan populasi kumbang tanduk pada TBM dan TM saat bulan gelap dan bulan terang di PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman Barat dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 3. Dimana dari hasil uji t tersebut pada TBM dan TM diperoleh bahwa thitung dan ttabel sangat berbeda nyata, begitu juga dengan hasil uji t TBM dan TM bulan terang dan bulan gelap juga sangat berbeda nyata.

Kondisi faktor lingkungan pada lokasi tanaman kelapa sawit di PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman Barat saat pengambilan sampel seperti suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan keadaan cuaca terhadap kepadatan populasi (Tabel 3). 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Bulan gelap Bulan terang

TBM TM

(4)

4

Tabel 2. Analisis Uji t TBM dan TM (Bulan Gelap dan Bulan Terang Pada Tanaman Kelapa Sawit Di PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman Barat

Kondisi Tanaman N X S2 S (Standar Deviasi) (Simpangan Baku) TBM dan TM (bulan gelap) 134 33,5 4,19 2,01 TBM dan TM (bulan terang) 116 29 3,90

thitung 16,07 ttabel 1,646

Tabel 3. Hasil pengukuran Faktor Fisika Lingkungan Pada Tanaman Kelapa Sawit Di PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman Barat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 dan Lampiran 2 bahwa jumlah populasi kumbang tanduk pada tanaman kelapa sawit di PTPN IV Unit Usaha Ophir Pasaman Barat pada bulan gelap dan bulan terang berbeda. Pada saat bulan gelap jumlah kumbang tanduk sebanyak 134 ind./perangkap dengan rata-rata 33,5 ind./perangkap dan bulan terang 116 ind./perangkap dengan rata-rata 29 ind./perangkap.

Setelah dilakukan penelitiaan pada 2 stasiun pengambilan yaitu pada TBM jumlah kepadatan kumbang tanduk sebanyak 126 ind./perangkap dengan rata-rata 31,5 ind./perangkap, dan TM jumlah kepadatan populasi kumbang tanduk sebanyak 124 ind./perangkap dengan rata-rata 31 ind./perangkap. Tingginya populasi kumbang tanduk yang ditemukan pada penelitian diduga disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dari hasil penelitian yang telah di lakukan oleh rudini didapatkan 235 ind./perangkap. Dewi didapatkan 50 ind./perangkap.

Dari hasil yang didapatkan oleh dewi bahwa penyebaran kumbang dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya oleh faktor-faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, kelembaban dan angin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fauzi (2002) yang menyatakan bahwa penyebaran hewan dan tumbuhan di alam ini bukanlah terjadi secara kebetulan namun sebagai hasil interaksi dari pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadapnya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepadatan populasi adalah Ketersediaan makanan, suhu, kisaran suhu, kelembaban/hujan,

cahaya/warna/bau, angin dan tofografi. Faktor fisik merupakan salah satu faktor yang lebih banyak berpengaruh terhadap serangga dibandingkan terhadap faktor lain (Jumar, 2000).

Banyaknya kepadatan kumbang tanduk pada bulan gelap dibandingkan bulan terang diduga disebabkan oleh faktor cahaya. Dimana tingkah laku larva didominasi oleh faktor cahaya, larva bergerak dipengaruhi oleh cahaya yang muncul secara tiba-tiba (Umiarsih, 2009).

Faktor yang mempengaruhi jumlah kepadatan kumbang tanduk antara seperti kecepatan angin, suhu dan kelembaban, cahaya, curah hujan, dan ketersediaan makanan. Kecepatan angin sangat mempengaruhi penyebaran kumbang dengan menggunakan perangkap ferotrap yang berisi 1 sacet feromon. Diduga kecepatan angin sangat berpengaruh dalam penyebaran aroma yang dihasilkan oleh feromon. Feromon merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, mangsanya, tanaman inang, dan tempat berkembang biaknya. Feromonas merupakan feromon sintetik berbahan aktif Ethyl 4 Methyl

Octanoate yang mampu memerangkap kumbang

tanduk jantan maupun betina (PPKS, 2010). Feromon yang dipasang pada lahan tanaman sawit mengeluarkan aroma yang dibawa oleh angin untuk mempengaruhi atau menarik kumbang jantan dan betina untuk melakukan perkawinan. Dimana feromon berfungsi sebagai alat pengendali populasi hama kumbang tanduk pada tanaman kelapa sawit (PPKS, 2010).

Faktor suhu juga sangat berpengaruh terhadap jumlah populasi kumbang TBM dan TM, Faktor Fisik Pengambilan Sampel

TBM Rata-rata TM Rata-rata Bulan Bulan Bulan Bulan

Terang Gelap Terang Gelap

Suhu (CO) 28 27 27 27 29 28 Kelembaban(%) 71 72 71 71 73 72 Kecepatan angin (m/s) 0.08 0.02 0.05 0.04 0.18 0,11 Keadaan Cuaca Cerah Cerah Cerah Cerah

(5)

5

diduga disebabkan oleh banyak sedikitnya jumlah larva yang ditemukan. Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada TBM dan TM didapatkan suhu dan kelembaban rata-rata perkembangan larva kumbang tanduk adalah 270C dan 71 %. Hal ini sangat menunjang perkembangan kumbang tanduk. Menurut Umiarsih, (2009) suhu perkembangan larva yang sesuai adalah 270C-290C dengan kelembaban relative70-95%.

Tingginya jumlah kepadatan populasi kumbang tanduk pada TBM dan TM diduga disebabkan oleh keragaman vegetasi yang terdapat di sekitar tanaman kelapa sawit tersebut. Untuk mengatasi tumbuhnya vegetasi lain yang dapat meningkatkan jumlah kepadatan populasi dan serangan kumbang tanduk pada tanaman kelapa sawit dapat ditanam tanaman kacang-kacangan penutup tanah (Mucunna).

Penanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah dimaksudkan untuk menutupi permukaan tanah, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan dan mengurangi kompetisi hara dengan tanaman kelapa sawit kelak, kacang-kacangan dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit karena berfungsi menghasilkan bahan organik, disamping dapat mengikat unsur nitrogen dari udara (Pahan, 2010).

Kumbang tanduk dikatakan sebagai hama karena telah melewati batas ambang. Dimana batas ambang kumbang adalah 3 ekor kumbang tertangkap ha. untuk TBM. Sedangkan untuk TM adalah 20 ekor/ha.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanaman kelapa sawit di PTPN VI Unit Usaha Ophir Pasaman Barat didapatkan kesimpulan yaitu, ciri-ciri ukuran tubuh jantan lebih panjang dari betina dengan panjang berkisar antara 41-43 mm. Pada kepala jantan dan betina terdapat tanduk dengan panjang berkisar antar 8-10 mm. Pada bagian ujung abdomen jantan tidak ditutupi oleh bulu, pigidium (ekor) tidak menonjol. Pada ujung abdomen betina banyak ditutupi oleh bulu dan pigidium lebih menonjol. Warna tubuh coklat kehitaman agak mengkilap, memiliki 2 pasang sayap. Kepadatan populasi Oryctes rhinoceros L. ditemukan sebanyak 250 ekor/ind dengan kepadatan populasi pada bulan gelap 33,5 ind./perangkap dan bulan terang 29 ind./perangkap. kepadatan populasi Oryctes rhinoceros L. sudah melewati batas ambang.

Disarankan pada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang komposisi dan siklus hidup kumbang tanduk.

DAFTAR PUSTAKA

BBP2TP. 2012. Agen Pengendali Hayati Tanaman

Perkebunan. Medan: Sumatera Utara.

BBP2TP. 2012.OPT Utama Tanaman Kelapa Sawit. Medan : Sumatera Utara.

Endro, Desmendry Silitonga1, Darma Bakti, Marheni. Penggunaan Suspensi

Baculovirus Terhadap Oryctes rhinoceros L.(Coleoptera: Scarabaeidae) Di Laboratorium. USU.J urnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337- 6597.

Fauzi, Y., yustina, E. W., Iman, S dan Rudi. 2002. Kelapa Sawit. Edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian . Rineka Cipta: Jakarta.

Handayani, Dewi S. 2010. Kajian Kemampuan Menyebar Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros L.) Berdasarkan Arah Mata Angin (Utara-Selatan) Pada Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elais Guinensis Jacq.) Sumatera Utara : Medan. Skripsi.

Harahap, Rudini. 2010. Kepadatan Jumlah

Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) Pada Tanaman Kelapa Sawit

(Elaeis Guineensis Jacq.) Di Lapangan. Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara: Medan. Skripsi.

Murdani, Erwin, Maryani, Lahmuddin dan Priwiratama. 2012. Efikasi Beberapa

Formulasi Metarhizium Anisopliae Terhadap Larva Oryctes rhinoceros L. (Coleoptera: Scarabaeidae) Di Insektarium.Alumnus Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Marihat. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol. 1, No. 1, Desember 2012.

Nur, Tjahjadi .1996. Hama dan Penyakit Tanaman.Kanisius : Yogyakarta.

Pardede. DJ, Condro Utomo. 1977. Keampuhan

(6)

6

Melindungi Tanaman Kelapa Sawit Dari Serangan Oryctes rhinoceros (L) di Kebun Sei Pancur. Pusat Penelitian

Perkebunan (RISPA): Medan.

Pahan, Iyung. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Managemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya : Jakarta.

PPKS. 2010. Pengendalian Oryctes rhinoceros L. yang Ramah Lingkungan Menggunakan Feromonas dan Metari. Pusat Penelitian Kelapa Sawit: Medan.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009. Penyakit

Busuk Pangkal Batang (Ganoderma

boninense) dan Pengendaliannya.

http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/psawit06.pdf. Diakses pada 24 mei 2013.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika.Edisi kelima. Transito : Bandung.

Suin, N. M. 2002. Metode Ekologi.Andalas University Press: Padang.

Umiarsih. 2013 Hama Kumbang Badak (Oryctes

rhinoceros L.) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Di Indonesia. Artikel.dikses Thursday, December 19, 2013, 8:17:23 PM

Referensi

Dokumen terkait

TINGKAT SERANGAN KUMBANG BADAK (Oryctes rhinoceros L.) PADA AREAL PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.).. BERDASARKAN

Penelitian untuk karya ilmiah ini dilakukan dari bulan Juni sampai Oktober 2010 dengan judul Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust pada Tanaman Kelapa Sawit

Penelitian ini dilakukan untuk pengembangan teknologi pengendalian hama kumbang kelapa sawit ( Oryctes rhinoceros ) dengan eksplorasi dan aplikasi.. pengendali hayati

Penelitian ini dilakukan untuk pengembangan teknologi pengendalian hama kumbang kelapa sawit ( Oryctes rhinoceros ) dengan eksplorasi dan aplikasi.. pengendali hayati

Kumbang tanduk Oryctes rhinoceros Linnaeus Coleoptera: Scarabaeidae adalah salah hama yang menyerang tanaman kelapa sawit, khususnya tanaman yang masih muda.. Adanya kebijakan

dengan ciri bentuk tubuh bulat telur atau memanjang, warna coklat kehitaman, mengkilat, memiliki satu tanduk pada bagian kepalanya, ukurannya cukup besar, memiliki kaki yang berduri

Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa kepadatan populasi larva kumbang tanduk pada kayu lapuk di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat adalah

Hama O.rhinoceros atau kumbang badak merupakan salah satu hama yang penting pada tanaman kelapa sawit dan dikenal sebagai hama penggerek pucuk kelapa sawit.. Serangan hama ini dapat