• Tidak ada hasil yang ditemukan

kepadatan populasi larva kumbang tanduk - ADOC.PUB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "kepadatan populasi larva kumbang tanduk - ADOC.PUB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

(Oryctes rhinoceros L.) PADA KAYU LAPUK BEKAS TEBANGAN KELAPA SAWIT DI KENAGARIAN KOTO BARU KECAMATAN

LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT

Silvia Meridawati1, Nurhadi2, Yosmed Hidayat2

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat silviameridawati@gmail.com

ABSTRACT

Larvae Oryctes rhinoceros L. is a pradature insect that looks very different from the adult insects that are often found in the remnants of rotted organic matter for example in the stems of oil palm that have been obsolete. Food is a source of nutrients used by insects to live and breed, if it is available with suitable quality and quantity the insect population will rise rapidly. The development of horn beetle larvae is also influenced by abiotic factors (environmental factors), like:

temperature and humidity. This reseach aims to find out the population density of horn beetle larvae on degraded timber of oil palm oil in Kenagarian Koto Baru, Luhak Nan Duo district, west Pasaman regency. This research was conducted in June 2017. This research method is descriptive survey, determining the location of the research by using purposive sampling technique. Where the location of the collection is based on the vegetation where the horn beetle larvae are collected.

Sampling of horn beetle larvae was done by direct collection of horn beetle larvae present at research location by hand (handsortir) and dodos palm kits (egrek sawit), sampling done in the morning. The results showed that the population density of horn beetle larvae on the weathered sticks was 2.9 head stem as high as close to the threshold. Environmental factors at the site support the life of beetle horn larvae.

Keywords: Stained palm oil, Oryctes rhinoceros L., Larva Oryctes rhinoceros L., Population.

PENDAHULUAN

Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.) merupakan hewan nocturnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari. Kumbang tanduk memiliki dua pasang sayap, sayap pertama berfungsi sebagai pelindung dan sayap kedua digunakan untuk terbang. Menurut Handayani (2013),

kumbang tanduk menyerang salah satu tanaman yaitu tanaman kelapa sawit, dimana kumbang ini dapat merusak tanaman dengan cara menggerek, menghisap cairan dan melubangi tanaman seperti pelepah daun dan batang. Tanda serangan kumbang tanduk ini juga dapat di lihat pada bekas lubang gerekan pada 1

(2)

pangkal pelepah, akibatnya pelepah daun mudah putus dan membusuk kering. Pelepah kelapa sawit yang diserang apabila nantinya membuka maka daunnya akan kelihatan seperti seperti huruf V.

Peningkatan populasi kumbang tanduk (O.rhinoceros L.) dipengaruhi oleh tempat berkembang biaknya. Kumbang tanduk menyukai tumpukan bahan-bahan organik.

Terutama bahan organik yang sedang terdekomposisi. Menurut Andoko dan Widodoro (2013), kumbang betina biasanya meletakkan telur pada sisa-sisa bahan organik yang telah melapuk, batang kelapa sawit yang masih berdiri dan telah melapuk, tumpukan batang kelapa sawit, batang kelapa sawit yang telah dicacah, serbuk gergaji, serta tumpukan tandan kosong kelepa sawit. Oleh sebab itu ledakan populasi sering terjadi diperkebunan kelapa sawit yang kotor atau yang terletak disekitar tempat-tempat yang mengandung banyak tempat perkembangbiakannya.

Suatu spesies serangga mencapai status hama apabila kehadirannya mengganggu usaha kesejahteraan

manusia, status tersebut akan tercipta bila populasi itu sampai pada taraf tertentu. Taraf ini pada umumnya akan tercapai lebih cepat apabila terdapat perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan manusia (Warouw, 1985) dalam (Sasauw, 2016).

Peningkatan pupulasi hama O.

rhinoceros pada tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah ketersediaan tempat berkembang biak serangga hama tersebut.

Menurut Sasauw (2016), dalam mengurangi peningkatan populasi hama O. rhinoceros maka perlu diketahui sebelumnya mengenai siklus hidup dari hama O.

rhinoceros. Seperti pada fase larva karena dengan terdeianya tempat yang sesuai dengan perkembangan larva bisa meningkatkan populasi serangga hama O. rhinoceros.

Selain itu perkembangan larva juga dipengaruhi oleh keberadaan predator (musuh alami). Menurut Pracaya (2005), musuh alami pada larva kumbang tanduk yaitu tupai, tikus, burung hantu, kadal dan gagak.

Sedangkan menurut Rahmawati

(3)

(2012), larva (uret) kumbang tanduk dapat dikendalikan dengan menggunakan musuh alami yaitu tikus, tupai, ayam, bebek dan burung hantu.

Berdasarkan hasil observasi di Kanagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat banyak ditemukan bekas tebangan kelapa sawit yang telah lapuk. Dimana di dalam bekas tebangan kelapa sawit tersebut ditemukan banyak larva kumbang tanduk karena lahan yang akan dijadikan tempat penelitian ini banyak mengandung sisa organik.

Sisa-sisa organik ini sangat disukai oleh larva tersebut. Selain itu batang yang membusuk ini merupakan tempat yang nyaman untuk tinggal dan berkembangbiak bagi larva kumbang tanduk. Berdasarkan hal di atas telah dilakukan penelitian mengenai kepadatan populasi larva kumbang tanduk (O. rhinoceros L.) pada kayu lapuk bekas tebangan kelapa sawit di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif dimana penentuan lokasi penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel larva kumbang tanduk dilakukan dengan cara koleksi langsung terhadap larva kumbang tanduk yang ada pada lokasi penelitian dengan menggunakan tangan (handsortir) dan alat bantu dodos (egrek sawit) dan pinset. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari, pengambilan sampel dilakukan dengan 2 kali pengambilan.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2017. Pengambilan dan penghitungan sampel larva kumbang tanduk Oryctes rhinoceros dilakukan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat.

Adapun alat yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah botol koleksi, pinset, kertas label, selotip, Thermometer alkohol, hygrometer, pisau, dodos sawit (egrek sawit), cangkul, kamera digital dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah larva kumbang

(4)

tanduk (O. rhinoceros L.) dan alkohol 70%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kepadatan populasi larva Kumbang Tanduk (Oryctes

rhinoceros L.) pada kayu lapuk bekas tebangan kelapa sawit di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat dapat dilihat pada Tabel 1 Berikut.

Tabel 1. Jumlah populasi larva kumbang tanduk (O. rhinoceros L.) pada kayu lapuk bekas tebangan Kelapa Sawit di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat

Unit (batang kayu)

Jumlah larva kumbang tanduk pada kayu

lapuk dekat tanaman (ekor) Total (ekor)

A B

I II I II A B

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

8 2 11 3 10 14

3 1 0 5 4 5

5 3 10 2 8 12

4 0 5 5 4 10

1 4 3 1 5 4

2 0 4 2 2 6

0 1 0 1 1 1

2 0 1 3 2 4

10 2 2 3 12 5

1 3 3 0 4 3

Jumlah

(ekor) 36 16 44 20 52 64

K

(ekor/batang) 3,6 1,6 4,4 2,0 2,6 3,2

Ket :

A : Jumlah larva pada kayu lapuk dekat tanaman jagung (ekor) B : Jumlah larva pada kayu lapuk dekat tanaman sawit (ekor) K : Kepadatan populasi (ekor/batang)

Berdasarkan data pada Tabel 1 diketahui bahwa kepadatan rata- rata populasi larva kumbang tanduk (O. rhinoceros L.) pada kayu lapuk secara keseluruhan adalah 2,9 ekor/batang. Kepadatan populasi

Pada kayu lapuk dekat tanaman jagung (A) 2,6 ekor/batang.

Sedangkan kepadatan populasi larva kumbang tanduk pada kayu lapuk dekat tanaman sawit (B) 3,2 ekor/batang.

(5)

Tabel 2. Faktor lingkungan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat

Faktor Lingkungan Disekitar tanaman jagung Disekitar tanaman Sawit

I II I II

Suhu udara (oC) 22 24 24 22

Kelembaban udara (%) 89 98 100 92

Suhu tanah (oC) 24 26 23 24

Berdasarkan Tabel 2 faktor lingkungan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat adalah

suhu udara berkisar antara 22–24

oC, kelembaban udara berkisar antara 89-100%, suhu tanah berkisar antara 23–26 oC.

Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa kepadatan populasi larva kumbang tanduk pada kayu lapuk di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat adalah 2,9 ekor/batang, bahwasannya kepadatan larvanya tergolong tinggi. Karena mendekati ambang batas. Menurut Syuhada (2014), kumbang tanduk dikatakan sebagai hama karena telah melewati batas ambang. Dimana batas ambang kumbang tanduk adalah 3 ekor kumbang tertangkap ha untuk TBM.

Sedangkan untuk TM adalah 20 ekor/ha. Larva ini akan yang akan menjadi imago.

Larva yang didapat di lapangan ditemukan dalam bekas tebangan kelapa sawit yang telah melapuk, larva ini sangat menyukai tempat yang banyak mengandung bahan-bahan organik sebagai sumber gizi bagi larva dan tempat berkembangbiak bagi larva itu sendiri. perkembangan larva kumbang tanduk dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Dimanan faktor biotik seperti makanan, musuh alami. Sedangkan faktor abiotik yaitu, suhu, kelembaban, cahaya.

Menurut Jumar (2000), makanan adalah sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembangbiak, jika 5

(6)

makanan tersedia dengan kualitas dan kuantitas yang cocok maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sedangkan menurut Daud (2007) dalam Fathoni (2015), tersedianya tumpukan batang kelapa sawit atau kelapa baik yang masih berdiri maupun yang sudah dicacah memberi peluang bagi O. rhinoceros untuk mendapatkan tempat berbiak.

Karena kondisi tersebut menyediakan bahan-bahan organik dan tempat yang nyaman untuk tinggal dan berkembangbiak.

Menurut Herman (2012) dalam Apriyaldi (2014), selama lebih 2 tahun masa pertumbuhan, batang yang masih berdiri memberikan perkembanganbiakan 39.000 larva perhektar dibandingkan dengan batang yang telah dicacah dan dibakar (500 larva perhektar). Hama ini biasanya berkembangbiak pada tumpukan bahan organik yang sedang mengalami pembusukan.

Setelah dilakukan penelitian pada 2 unit pengambilan sampel pada kayu lapuk dekat tanaman jagung kepadatan larva kumbang tanduk sebanyak 2,6 ekor/batang, hasilnya lebih sedikit jika

dibandingkan dengan kepadatan larva pada kayu lapuk dekat tanaman sawit kepadatan larva kumbang tanduk sebanyak 3,2 ekor/batang.

Penyebab mengapa populasi larva yanag ditemukan dekat tanaman sawit lebih tinggi karena, pada tanaman sawit cocok untuk hama O.

rhinoceros dalam meletakkan telur.

Kemungkinan batang lapuk dekat tanaman sawit lebih dekat dengan makanan pada fase imago, yaitu pada tanaman sawit itu sendiri.

Peningkatan populasi larva juga dipengaruhi oleh kelembaban udara. Dimanan kelembaban udara dekat tanaman jagung lebih rendah yaitu berkisar antara 89-98%, bila dibandingkan dengan kelembaban udara pada kayu lapuk disekitar tanaman kelapa sawit yaitu 92-100%.

Kemungkinan hal ini disebabkan kayu lapuk dekat tanaman jagung, tertutupi oleh tanaman jagung.

Kelembaban rendah merupakan habitat yang kurang cocok bagi larva.

Karna dapat menghambat perkembangan larva. Menurut Riostone (2010) dalam Ahmad (2011), larva tertarik pada

(7)

kelembaban yang tinggi yaitu 85- 95% dari pada kelembaban rendah.

Selain kelembaban udara, perkembangan larva juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

Berdasarkan Tabel 2 faktor lingkungan di Kenagarian Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat yaitu suhu udara berkisar antara 22–24 oC. Hal ini diketegorikan lebih rendah dari suhu efektif larva kumbang tanduk.

Menurut Susanto (2000) dalam Ahmad (2011), Suhu perkembangan larva yang sesuai adalah 27-29oC.

Pada pengamatan suhu tanah didapatkan hasil berkisar antara 23–

26 oC.

Kumbang tanduk

dipengaruhi oleh habitat dan lingkungan fisik tempat hidupnya.

Pada saat musim kemarau, ketersediaan makanan kumbang tanduk terbatas sehingga tidak terjadi musim kawin. Sehingga perkembangan larva hingga kumbang muda terhambat mengakibatkan populasinya relatif sedikit Nurhakim (2014).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan.

1. Kepadatan populasi larva kumbang tanduk (O. rhinoceros L.) yang ditemukan pada kayu lapuk bekas tebangan kelapa sawit adalah 2,9 ekor/batang mendekati batas ambang.

2. Faktor fisika dan kimia lingkungan di Kenagarian Koto Baru Kabupaten Pasaman Barat optimal untuk mendukung kehidupan larva kumbang tanduk bagi larva.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. 2011. Biologi Hama Kumbang Penggerek Pucuk Kelapa Sawit (Oryctes rhinoceros L.) (Coleoptera : Scarabaeidae) Pada Media Batang dan Tandan Kosong Kelapa Sawit di Rumah Kassa. Skripsi. Sumatera Utara: USU.

Andoko, A, dan Widodoro. 2013.

Berkebun Kelapa Sawit Si Emas Cair. Jakarta Selatan : Agromedia Pustaka.

Apriyaldi, R. 2015. Analisis Intensitas Serangga Hama

8 7

(8)

Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Pada Kelapa Sawit Di PTPN V SEI Galuh Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Laporan Tugas Akhir Politeknik Pertanian.

Payakumbuh: Universitas Andalas.

Fathoni, I, Udi Tarwotjo dan Rully Rahadian. 2015. Teknik Pengendalian Hama Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Periode Menghasilkan di PT Sumbar Andalas Kencana Muara

Timpeh Kabupaten

Dharmasraya. Laporan Tugas Akhir Politeknik Pertanian.

Payakumbuh: Universitas Andalas.

Handayani, W. F. 2013. Kepadatan Populasi Kumbang Tanduk Oryctes rhinoceros L.

(Coleptera : Scarabaeidae) Pada Tanaman Sawit Di Kanagarian Surantih Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. jurnal.

Padang: STKIP PGRI PT.

Jumar. 2000. EntomologiPertanian.

Jakarta: Rineka Cipta

Nurhakim, Y.I. 2014. Perkebunan Kelapa sawit Cepat Panen.

Jakarta: Infra Group.

Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rahmawati, R. 2012. Cepat dan Tepat Berantas Hama dan

Penyakit Tanaman.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sasauw,A., Jusuf, M., dan Dantje, T.

2016. Populasi Larva Oryctes rhinoceros (Coleoptera:

Scarabeidae) Pada Beberapa Jenis Media Peneluran Di perkebunan kelapa. Jurnal Fakultas Pertanian. Hlm. 2 Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Syuhada, W. 2014. Kepadatan Populasi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros L.) Pada tanaman Kelapa sawit Di PTPN VI Unit Ophir Pasaman barat. Skripsi.

Padang: STKIP PGRI PT.

9

Referensi

Dokumen terkait

DECISION TABLE Works Approval / Licence section Condition number W = Works Approval L= Licence Justification including risk description & decision methodology where relevant