• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT THE INFLUENCE OF LENDING AND NON PERPORMING LOANS TO PROFIT BUSINESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT THE INFLUENCE OF LENDING AND NON PERPORMING LOANS TO PROFIT BUSINESS"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LENDING AND NON PERPORMING LOANS TO PROFIT BUSINESS

(Case Study at Koperasi Pegawai Republik Indonesia-Perhimpunan Pegawai Pekerjaan Umum (KPRI-P3U) Tasikmalaya)

Compiled by : SRI YULIANI RAHAYU

103403077

Guided by:

H. Maman Suherman, SE.MM,Ak.CA R. Neneng Rina A., SE., MM.Ak

Distination is lending, Non Perporming Loans and profit business at Koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya. The aim of this research was to know and analyze the influence of lending and Non Perporming Loans on profit business at Koperasi KPRI-P3U Taikmalaya. In this research used descriptive method with case study , the data gathering through by field research andliterature study.Field research was done through, documentation

and interview, while literature study through by literature that problem under research. Toanalyze of data used by path analysis. Result of research indicates

the partial that lending has not significant effect to Non Perporming Loans and the simultaneous that lending and Non Perporming Loans has significant effect to profit business at Koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH BESARNYA PENYALURAN KREDIT DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP SISA HASIL USAHA (SHU)

(Studi kasus pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia-Perhimpunan Pegawai Pekerjaan Umum (KPRI-P3U) Tasikmalaya).

Oleh :

SRI YULIANI RAHAYU 103403077

Dibimbing oleh:

H. Maman Suherman, SE.MM,Ak.CA R. Neneng Rina A., SE., MM.Ak

Tujuannya adalah penyaluran kredit , kredit bermasalah dan sisa hasil usaha (SHU) pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya. Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh besarnya penyaluran kredit dan kredit bermasalah terhadap sisa hasil usaha (SHU) pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya baik secara simultan maupun parsial. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif dengan studi kasus, pengumpulan data melalui penelitian lapangan dan kepustakaan.Penelitian lapangan dilakukan melalui dokumentasi dan wawancara,sedangkan penelitian kepustakaan yaitu melalui berbagai literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti. Untuk menganalisis data maka digunakan analisis jalur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial penyaluran kredit terhadap kredit bermasalah tidak berpengaruh signifikan,dan secara simultan penyaluran kredit dan kredit bermasalah berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha pada Koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya.

(3)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Koperasi merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang berfungsi untuk membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi para anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan biasanya didirikan oleh sekumpulan orang dengan modal lemah karena koperasi juga berfungsi sebagai wadah untuk mengorganisir pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki anggota koperasi (PSAK No. 27,2007). Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,serta ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,adil,dan makmur berlandasan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945. Koperasi memiliki beberapa jenis diantaranya koperasi simpan pinjam, koperasi konsumen,koperasi produsen,koperasi pemasaran. Koperasi simpan pinjam tujuannya untuk menyalurkan kredit kepada anggotanya sehingga masalah utama yang dihadapi oleh koperasi simpan pinjam adalah seberapa besar kegiatan koperasi dalam bidang penyaluran kredit kepada anggotanya yang dapat menimbulkan suatu kredit yang bermasalah. Kegiatan penyaluran kredit tersebut dapat terwujud dengan baik apabila koperasi memiliki standar operasional prosedur dalam menetapkan kebijakan pemberian kredit yang akan disalurkan kepada para anggotanya. Standar operasional prosedur pemberian kredit yang ditetapkan oleh koperasi khususnya koperasi simpan pinjam yang dilakukan sebelum koperasi memutuskan untuk menyetujui permintaan atau penambahan kredit yang diajukan oleh anggotanya. Standar operasional penetapan pemberian kredit dapat dijadikan bahan dasar oleh koperasi simpan pinjam dalam mengukur sejauh mana risiko yang ditimbulkan atas kegiatan tersebut.

Dengan menggunakan standar operasional penetapan pemberian kredit koperasi simpan pinjam akan mengetahui akibat kredit bermasalah yang akan dialami dalam hal

(4)

pemberian kredit,maka koperasi akan menjadikan informasi tersebut sebagai tolak ukur dalam menentukan seberapa besar SHU yang akan didapat di karenakan standar operasional prosedur penyaluran kredit tersebut dapat meminimalisir risiko kredit yang akan dihadapi sebagai masalah yang akan timbul akibat penyaluran kredit. Hal tersebut terjadi sebagai akibat koperasi simpan pinjam memiliki kegiatan utama yaitu menyalurkan kredit kepada anggota.

Dalam koperasi simpan pinjam yang memilki kegiatan utama dalam bidang penyaluran kredit yang kemungkinana menimbulkan kredit bermasalah yang kolektabilitasnya masuk dalam kriteria kredit kurang lancar,kredit diragukan,dan kredit macet,karena Kredit bermasalah ialah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya. Semakin besar jumlah kredit yang disalurkan kepada anggota maka semakin besar pula piutang atau tagihan yang harus segera diselesaikan. Oleh karena itu koperasi melakukan analisis kredit terlebih dahulu sebelum menyetujui atau menyalurkan kredit.

Kelangsungan usaha koperasi simpan pinjam sangat ditentukan oleh besarnya jumlah kredit yang disalurkan kepada anggotanya dikarenakan kegiatan utama dari koperasi simpan pinjam adalah menyalurkan kredit. Semakain besar jumlah kredit yang disalurkan semakin besar pula perolehan SHU yang didapat oleh koperasi. Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh oleh koperasi simpan pinjam berasal dari penyaluran kredit sebagai kelebihan hasil atau surplus dari adanya pendapatan bunga dengan beban bunga. Pada koperasi simpan pinjam, SHU yang diperoleh dalam tahun berjalan harus disesuaikan dengan anggaran tahun dasar dan anggran rumah tangga, SHU yang diperoleh tersebut biasanya dimanfaatkan untuk

(5)

kesejahteraan anggota dengan jalan dibagikan kembali kepada anggota dengan presentase yang berbeda antara anggota aktif dan anggota pasif di sesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Selain itu SHU juga digunakan untuk mengembangkan kelangsungan usaha koperasi dan untuk pengembangan pembangunan daerah.

Dengan adanya Koperasi Pegawai Republik Indonesia Perhimpunan Pegawai Pekerja Umum Tasikmalaya,dapat membantu meningkatkan taraf hidup anggota yang merupakan pegawai pekerja umum di kabupaten Tasikmalaya. Dengan adanya penyaluran dana dalam bentuk simpan pinjam berfungsi sebagai lalu lintas uang dimana uang yang dihimpun dari anggota yang akan mengakibatkan penggunaan uang menjadi bertambah, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Secara kualitatif berarti dapat meningkatkan usaha anggota sedangkan kuantitatif berarti jumlah dana akan bertambah dalam bentuk pendapatan. Di KPRI-P3U ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pemberian kredit diantaranya peminjam harus mengajukan permintaan secara lisan maupun tulisan, setelah itu surat permohonan ditampung oleh pengurus untuk dipertimbangkan dalam rapat pengurus,lalu pengurus mempertimbangkan untuk memutuskan permohonan pemberian pinjaman, setelah itu pemberian pinjaman dilakukan dengan memperhitungkan keadaan keuangan didalam kas maupun dana pelayanan yang tersedia, lalu pemberian pinjaman yang ditangguhkan harus mendapat perhatian pada bulan berikutnya. Dengan adanya penyaluran kredit tersebut akan memunculkan kredit bermasalah dimana semakin besar jumlah kredit yang disalurkan kepada anggotanya maka akan menimbulkan kredit bermasalah yang besarnya piutang atau tagihan yang harus segera selesaikan sehingga berpengaruh terhadap perolehan sisa hasil usaha (SHU) pada unit simpan pinjam di KPRI-P3U Tasikmalaya. Maka dari itu pemberian kredit tersebut harus dilakukan sesuai prosedur yang ada.

(6)

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan pengaruh penyaluran kredit dan kredit bermasalah terhadap sisa hasil usaha pada koperasi KPRI-P3U Taikmalaya.

2. Untuk mengetahui hubungan pengaruh penyaluran kredit terhadap kredit bermasalah pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya.

3. Untuk mengetahui pengaruh penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara parsial terhadap sisa hasil usaha pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya

4. Untuk mengetahui pengaruh penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara simultan terhadap sisa hasil usaha pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya

II. TINJUAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1.1 Penyaluran kredit

Kredit berasal dari bahasa credere , yang artinya kepercayaan maksudnya kepercayaan dari si pembeli kredit atau kreditur kepada si penerima kredit atau debitur bahwa kredit yang disalurkannya akan dikembalikan sesuai perjanjian, sedangkan bagi sipenerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu (kasmir 2008;97).

2.1.1.1 Pengertian Kredit

Seperti yang dikemukakan dalam PP No 9 tahun 1995 (pasal 1) tentang pelaksanaan kegiatan usaha pinjaman oleh koperasi yaitu sebagai berikut :

“pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu bersadarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan”.

(7)

2.1.2 Kredit Bermasalah

2.1.2.1 Pengertian Kredit Bermasalah

Menurut As. Mahmoeddin (2004 : 2) dalam bukunya “melacak kredit bermasalah”

“Kredit bermasalah ialah kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kredit bermasalah merupakan suatu kondisi kredit dimana debitur mengingkari persetujuan pengembalian kredit yang jatuh tempo sehingga terjadi keterlambatan pembayaran serta kredit yang kolektabilitasnya masuk dalam kriteria kurang lancar,kredit diragukan, dan kredit macet.

Dalam kenyataan tidak semua kredit yang telah diberikan dapat berjalan lancar, sebagian ada yang kurang lancar dan sebagian menuju kemacetan. Demi amannya suatu kredit, maka perlu diambil langkah-langkah untuk mengklasifikasikan kredit berdasarkan kelancarannya. Berdasarkan kecilnya kredit bermasalah dapat diukur dengan rasio kredit bermasalah (Non Perporming Loans). Perhitungan NPL dalam penelitian ini diragukan adalah sesuai dengan ketentuan SE BI No. 3/33 DPNP Tanggal 14 Desember 2001 tentang perhitungan rasio keuntungan yang dirumuskan sebagai berikut :

NPL = Kredit Bermasalah x 100% Total Kredit

2.1.3 Koperasi

2.1.3.1 Pengertian Koperasi

menurut pasal 1 UU No.25/1992 yang dimaksud dengan koperasi di Indonesia adalah suatu badan usaha yang lebih memiliki dasar asas kekeluargaan.

(8)

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi sekalugus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas kekeluargaan”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27:2007)

“Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan demikian, koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional”.

2.1.4 Sisa Hasil Usaha

2.1.4.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha

Menurut Undang-Undang No 25 tahun 1992 (pasal 45 ayat 1) pengertian Sisa Hasil Usaha adalah sebagai berikut :

“Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan dan kewajiban-kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun yang bersangkutan “.

Sisa hasil usaha yang diperoleh harus dibagikan kepada anggota baik anggota aktif maupun anggota pasif dengan presentase yang berbeda, selain itu sisa hasil usaha harus digunakan untuk menambah modal kerja guna meningkatkan kelangsungan usahanya.

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI No 27:2007) adalah sebagai berikut : “sisa hasil usaha adalah gabungan dari hasil partisipasi netto dan laba atau rugi kotor dengan non anggota ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi”.

2.2 Kerangka Pemikiran

Koperasi merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang berfungsi untuk membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi para anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, dan berfungsi sebagai wadah untuk mengorganisir pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki anggota koperasi (PSAK No. 27,2007). Kegiatan simpan pinjam adalah kegiatan untuk menghimpun dana dan

(9)

menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya (PP RI No 9 Tahun 1995 ).

Penyaluran kredit atau dalam koperasi istilahnya adalah pinjaman seperti yang dikemukakan dalam PP No. 9 Tahun 1995 (pasal 1 tentang pelaksanaan kegiatan usaha koperasi) yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjama-meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan. Kebijakan dalam penyaluran kredit harus dilakukan oleh pihak kreditur sebelum menentukan penyaluran kredit,apakah permohonan kredit yang diajukan oleh pihak anggota disetujui atau tidak. Kebijakan ini merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya seorang kreditur, dalam hal ini koperasi mengendalikan masalah kredit atau bahkan menghilangkan masalah yang berasal dari adanya risiko dan kredit bermasalah sehingga mengakibatkan jumlah modal kerja dalam bentuk piutang semakin besar, sehingga mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan pada setiap periode.

Besarnya penyaluran kredit kepada anggota dapat mempengaruhi besarnya jumlah modal kerja yang didapat akan tetapi dapat menimbulkan pula semakin besarnya risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang, karena akibat kredit bermasalah. Kredit bermasalah merupakan kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan,misalnya persyaratan pembayaran bunga,pengambilan pokok pinjaman,peningkatan margin deposit,pengikat dan peningkatan angunan,dan sebagainya (As. Mahmoeddin 2004: 2 ).

(10)

Adanya penyaluran kredit memungkinkan mengakibatkan kredit bermasalah yang akan berakibat pada kerugian,kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan, maupun pendapatan laba yang tidak dapat diterima. Artinya, koperasi kehilangan kesempatan mendapat laba atau imbalan yang berakibat pada penurunan pendapatan sisa hasil usaha. (Ismail: 2010: 123). Ada beberapa kemungkinan-kemungkinan yang dilakukan oleh pihak kreditur (koperasi) yang mengakibatkan kecenderungan kredit bermasalah diantaranya, keteledoran koperasi mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan,terlalu mudah memberikan kredit yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan. Hal ini membuktikan bahwa penyaluran kredit yang melalui tahap analisis mampu meminimalisir terjadinya kredit bermasalah yang akan mempengaruhi besarnya perolehan sisa hasil usaha.

Sisa hasil usaha dalam UU No.25 tahun 1992 (pasal 45: ayat 1 tentang perkoperasian) yaitu pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan dan kewajiban-kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun yang bersangkutan. Dalam koperasi besarnya sisa hasil usaha yang diperoleh dalam tahun berjalan disesuaikan dengan anggaran tahun dasar atau anggaran rumah tangga. Sisa hasil usaha diperoleh koperasi selain dibagikan kembali kepada anggotanya juga sebagian dimanfaatkan untuk memperbesar dana usahanya para anggota koperasi memperoleh bagian sisa hasil usaha berdasarkan jasa yang mereka sumbangkan dalam proses pembentukan sisa hasil usaha itu.

Dari uraian kerangka pemikiran diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa ketika penyaluran kredit meningkat dengan kredit bermasalah yang bisa dijaga maka laba pun bertambah. Akan tetapi tidak selamanya kredit bermasalah itu bisa dijaga dalam posisi yang sama setiap periodenya. Adakalanya kredit bermasalah tersebut mengalami fluktuasi setiap

(11)

periodenya yang nantinya bisa mempengaruhi terhadap perolehan laba ataupun terhadap sisa hasil usaha.

2.3 Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Suharsimi Arikunto (2010:110)

“Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang dikumpulkan.

Berdasarkan pengertian diatas penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan penyaluran kredit dan kredit bermasalah terhadap sisa hasil usaha pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya.

2. Terdapat hubungan penyaluran kredit terhadap kredit bermasalah walaupun tidak berpengaruh signifikan pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya.

3. Terdapat pengaruh penyaluran kredit serta kredit bermasalah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya

4. Terdapat pengaruh penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya

III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penulis ini adalah besarnya penyaluran kredit dan kredit bermasalah dan Sisa hasil usaha (SHU). Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini

(12)

adalah Koperasu Pegawai Republik Indonesia Perhimpunan Pegawai Pekerjaan Umum (KPRI-P3U) Tasikmalaya dengan ruang lingkup bagian keuangan.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif , menurut Moh. Nazir (2005:64) metode deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan suatu keadaan atau situasi perusahaan yang sesungguhnya berdasarkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian pada perusahaan tersebut untuk kemudian diolah menjadi data selanjutnya diadakan suatu analisis sehingga menghasilkan kesimpulan.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis pada besarnya pengaruh yang ditimbulkan variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel-variabel sehubungan dengan judul yang diajukan yaitu : “ Pengaruh Besarnya Penyaluran Kredit dan Kredit Bermasalah terhadap Sisa Hasil Usaha”,

Tabel 3.2.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala Penyaluran

Kredit (X1)

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan. PP No. 9 tahun 1995 (pasal 1) tetntang pelaksanaan kegiatan usaha kperasi

Jumlah kredit yang disalurkan pada periode tertentu Rasio Kredit Bermasalah

kredit yang tidak lancar atau kredit dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman,

Jumlah kredit yang di berikan dengan kolektabilita Rasio

(13)

(X2) peningkatan margin deposit,

pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya. (As. Mahmoeddin 2004:2) s kurang lancar,diragu kan,dan macet. Total kredit yang diberikan Sisa Hasil Usaha (Y)

pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan dan kewajiban-kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun yang bersangkutan. UU No. 25 tahun 1992 (pasal 45: ayat 1) tentang perkoperasian

Besarnya sisa hasil usaha

Rasio

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan maka dibutuhkan data dan informasi yang akan mendukung penelitian ini, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data penelitian ini dilakukan diperoleh langsung dari sumber data dimana penelitian dilaksanakan, dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan cara studi dokumentasi yaitu suatu cara yang digunakan dalam memperoleh data dan informasi yang mempelajari, membaca, dan mengumpulkan dokumen serta arsip perusahaan yang ada kaitannya dengan permasalahan.

3.3 Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis 3.3.1 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, dimana dua variabel bebas (independent variable) yakni, nesarnya penyaluran kredit (X1) dan Kredit Bermasalah (X2), dan variabel terikat (dependent variable) adalah Sisa Hasil Usaha (Y).

Teknik yang digunakan adalaha analisa jalur (path analysis). Tujuan digunakan analisa jalur (path analysis) adalah untuk mengetahui pengaruh seperangkat variabel X (independent variable) dan untuk mengetahui pengaruh variabel Y ( dependent variable). Dalam analisa

(14)

jalur ini dapat dilihat pengaruh dari setiap variabel secara bersama-sama. Selain itu, tujuan dilakukannya analisa jalur adalah untuk menerangkan pengaruh langsung atau tidak langsung dari beberapa variabel penyebab terhadap variabel lainnya

X1 Ɛ

Y

X2

“dimana (X1) dan (X2) mempengaruhi (Y)’

Gambar 3.3.1

Struktur lengkap Path Analysis

3.3.1 Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis akan dimulai dengan penetapan hipotesis Operasional penetapan tingkat signifikan,uji signifikan,kriteria dan penarikan kesimpulan.

1. Penetapan Hipotesis Operasional a. Secara simultan :

Ho:ρ<0 penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara simultan tidak

berpengaruh terhadap sisa hasil usaha (SHU)

Ha: ρ>0 penyaluran kredit dan kredit bermasalah secara simultan berpengaruh

terhadap sisa hasil usaha (SHU) b. Secara Parsial :

(15)

Ha : ρ>0 penyaluran kredit berpengaruh terhadap kredit bermasalaj

Ho : ρ<0 penyaluran kredit secara parsial tidak berpengaruh terhadap sisa hasil

usaha (SHU)

Ha : ρ>0 penyaluran kredit secara parsial berpengaruh terhadap sisa hasil usaha

(SHU)

Ho : ρ>0 kredit bermasalah secara parsial tidak berpengaruh terhadap sisa hasil

usaha (SHU)

Ha : ρ>0 kredit bermasalah secara parsial berpengaruh terhadap sisa hasil usaha

(SHU)

2. Penetapan tingkat signifikansi

Tingkat signifikan yang digunakan adalah 95% (ɑ = 0,05 ) yang merupakan tingkat signifikansi yang sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukan ketiga variabel mempunyai korelasi cukup nyata. Dimana metode pengujian yang digunakan adalah pengujian satu arah.

3. Uji signifikansi

a. Secara simultan menggunakan uji F b. Secara parsial menggunakan uji t 4. Kaidah keputusan

Secara parsial

Terima -t½ ≤ thitung ≤ t½ɑ

Tolak thitung < -t½ɑ atau thitung > t½ɑ Secara simultan

(16)

5. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian seperti tahap diatas maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang diterapkan dapat diterima atau ditolak.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab IV ini akan paparkan hasil penelitian yan telah dilakukan berupa data mengenai penyaluran kredit dengan indikator jumlah kredit yang disalurkan pada periode tertentu, kredit bermasalah dengan indikator jumlah kredit bermasalah dengan kolektabilitaskredit kurang lancar,diragukan,dan macet dengan total kredit,dan sisa hasil usaha dengan indikator besarnya sisa hasil usaha pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya.

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data pertahun selama 10 tahun dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013.

4.2 Pembahasan.

1.2.2 Pengaruh Besarnya Penyaluran Kredit Terhadap Kredit Bermasalah pada Kopersi KPRI-P3U Tasikmalaya

Untuk mengetahui besarnya pengaruh penyaluran kredit (X1) terhadap kredit bermasalah (X2) digunakan analisis jalur (path analysis) dengan proses perhitungan software SPSS 16.0.

Ρx2Ɛ = 0,231

ρx2x1= 0,480

Gambar 4.2.3

Nilai koefisien jalur antara variabel X1 dan X2

X1 X2

(17)

Dari hasil SPSS diperoleh ρx2x1 sebesar 0,480. Sehingga dari koefisien jalur tersebut (ρx2x1) dapat diperoleh koefisien jalur determinasi (ρx2x1)2

sebesar 0,231 berarti bahwa 23,1% variabelitas dari variabel X2 (kredit bermasalah) hal ini dapat diinterpretasikan bahwa berapapun jumlah penyaluran kredit yang dimiliki oleh koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya akan berdampak pada perubahan kredit bermasalah pada KPRI-P3U Tasikmalaya. Sedangkan faktor residu sebesar 0,769 atau 76,9 % yang diiduga dari faktor lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan perhitungan SPSS, diperoleh nilai thitung sebesar 1,549 sedangkan t½ ɑ df (n-2) adalah 2,306 dengan kaidah keputusan jika -t½ ɑ ≤ thitung t½ ɑ dan tolak Ho jika -t½ ɑ > thitung atau thitung > t½ ɑ dengan mengmbil taraf signifikan 0,05%. Sehingga nilai thitung lebih besar dari t½ ɑ , maka terima Ho.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyaluran kredit berpengaruh tidak signifikan terhadap kredit bermasalah. Adapun tidak signifikannya penyaluran kredit terhadap kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya berasal dari pihak koperasi itu sendiri,kondisi nasabah,atau dari kondisi eksternal. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukan menurut Siswanto Sutojo (2008 : 21).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juwita Agustrisna (2007) dengan penelitian di KPRI Universitas Negeri Medan,dengan kesimpulan bahwa penyaluran kredit tidak signifikan terhadap kredit bermasalah.

4.2.4 Pengaruh Besarnya Penyaluran Kredit Secara Parsial Terhadap Sisa Hasil Usaha.

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS untuk analisis jalur koefisien beta (β) atau koefisien standar ( standardized coefficients ) untuk variabel X1 (Penyaluran kredit ) terhadap Y (sisa hasil usaha) sebesar 0,705 dengan arah positif dan diperoleh koefisien determinasi 0,497 atau sebesar 49,7% yang berarti bahwa besarnya penyaluran kredit mempengaruhi terhadap sisa hasil usaha sebesar 49,7 % artinya berapa pun jumlah penyaluran kredit tidak akan berpengaruh pada peningkatan sisa hasil usaha..

(18)

Dengan kriteria tolak Ho jika -t½ ɑ > t hitung atau t hitung >t½ ɑ maka dengan koefisien beta (β) = 0,705 diperoleh nilai t hitung sebesar 5,143 dengan mengambil taraf signifikan t½ ɑ sebesar 0,05%, maka nilai t½ ɑ (n-1) = 2,306 sehingga t hitung lebih besar dari t½ ɑ , maka tolak Ho.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyaluran kredit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha. Kebijakan dalam menyalurkan jumlah kredit akan mengurangi risiko tertanamnya modal kerja dalam piutang terlalu lama. Hal ini membuktikan bahwa penyaluran kredit yang melalui tahapan analisis mampu meminimalisir risiko kredit yang akan mempengaruhi besarnya perolehan SHU, apabila hal ini tidak dapat dikendalikan atau bahkan ditangani secara serius maka akan dapat menghambat terhadap perolehan SHU untuk itu diperlukan suatu analisis pemberian kredit Bambang Rianto (1995:87).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tika Kartika (2009),terhadap koperasi wanita USP Sauyunan Tasikmalaya dengan kesimpulannya bahwa penyaluran kredit berpengaruh signifikan terhadap perolehan sisa hasil usaha. Penelitian lainnya yaitu menurut Ferry Andias (2008), dengan melakukan penelitian di Koperasi Simpan Pinjam di Kota Banjar,dengan kesimpulan bahwa penyaluran kredit berdampak terhadap risiko kredit dan berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

4.2.5 Pengaruh Kredit Bermasalah Secara Parsial Terhadap Sisa Hasil Usaha.

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS untuk analisis jalur koefisien beta (β) atau koefisien standar (standardized coefficients) untuk variabel X2 (kredit bermasalah ) terhadap Y(sisa hasil usaha) sebesar 0.380 dengan arah positif dan diperoleh koefisien determinasi 0,144 atau sebesar 14,4% yang berarti bahwa jumlah kredit yang diberikan mempengaruhi terhadap sisa hasil usaha sebesar 14,4%. Variabelitas dari variabel Y dipengaruhi oleh

(19)

variabel X1 artinya yaitu bahwa jumlah kredit bermasalah akan berpengaruh pada peningkatan sisa hasil usaha.

Dengan kriteria tolak Ho jika –t½ ɑ > thitung atau thitung > t½ ɑ maka dengan koefisien beta (β) = 0,380 diperoleh nilai thitung sebesar 2,771 dengan mengambil taraf signifikan t½ ɑ sebesar 0,05% , maka nilai t½ ɑ (n-k-l ) = 2,306 sehingga thitung lebih besar dari t½ ɑ , maka tolak Ho.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kredit bermasalah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap sisa hasil usaha. Resiko yang aka dialami apabila suatu koperasi melakukan penyaluran kredit salah satunya kredit bermasalah, karena apabila terjadi kredit bermasalah maka akan mengalami perubahan juga terhadap sisa hasil usaha menurut Lukman Dendawijaya (2009:24)

Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitin sebelumnya menurut N.M Taman Ayunk (2006),terhadap koperasi simpan pinjam kabupaten badung provinsi Bali. Dalam hasil penelitiannya mengkaji bahwa secara simultan penyaluran kredit dan kredit bermasalah signifikan terhadap sisa hasil usaha.

1.2.6 Pengaruh Besarnya Penyaluran Kredit dan kredit bermasalah Secara simultan terhadap sisa hasil usaha pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya.

Pengaruh besarnya penyaluran kredit (X1) terdapat kredit bermasalah (X2) terdapat sisa hasil usaha (Y), dapat dilihat dari indikator yang digunakan masing-masing variabel,dengan menggunakan path Analysis. Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data yang diperlukan maka dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis secara simultan tersebut menggunakan uji F yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara signifikan antara besarnya penyaluran kredit terhadap kredit bermasalah terhadap sisa hasil usaha, dimana dari hasil dan pengolahan data melalui SPSS 16.0.

(20)

Dari perhitungan SPSS,diperoleh Fhitung sebesar 31.079 . Dimana kriteria penolakan Ho, jika Fhitung > Ftabel dengan taraf signifikan ɑ sebesar 5% maka dari tabel distribusi F-Snedecor diperoleh Fɑ ; k ; (n-k-l)= F0,05 ; 2:4 adalah sebesar 8,65 atau cukup melihat nilai sig F yaitu sebesar 0,000 yang artinya dengan Fɑ lebih kecil dari 5% maka menunjukan pengaruh tersebut terhadap signifikan.

Dikarenakan 31.079 lebih besar dari 8,65 dan sig F sebesar 0,000 maka Ho ditolak dengan kata lain penyaluran kredit (X1), Kredit bermasalah (X2) pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya secara simultan berpengaruh signifikan pada sisa hasil usaha sebesar koefisien determinasi 0,948 atau 94,8% dengan faktor residu atau faktor lain yang tidak diteliti sebesar 0,052 atau sebesar 5,2%.

Maka dapat simpulkan bahwa kedua variabel X1 dan X2 (penyaluran kredit dan kredit bermasalah ) mempunyai pengaruh yang signifikan pada sisa hasil usaha. Semakin meningginya jumlah penyaluran kredit dan kredit bermasalah maka akan berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

Adanya penyaluran kredit memungkinkan mengakibatkan kredit bermasalah yang akan berakibat pada kerugian-kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah disalurkan maupun pendapatan laba yang tidak dapat diterima artinya koperasi kehilangan kesempatan mendapat laba atau imbalan yang berakibat pada penurunan pendapatan sisa hasil usaha (Ismail 2010:123).

Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitin sebelumnya menurut N.M Taman Ayunk (2006),terhadap koperasi simpan pinjam kabupaten badung provinsi Bali. Dalam hasil penelitiannya mengkaji bahwa secara simultan penyaluran kredit dan kredit bermasalah signifikan terhadap sisa hasil usaha.

(21)

Secara lengkap pengaruh antara variabel X1 dan variabel X2 terhadap Y dapat dilihat sebagai berikut: ρyx1 = 0,705 ρyƐ2 = 0,480 ρx1 x2= 0,480 ρyx2 = 0,380 ρx2Ɛ1 = 0,769 Tabel 4.2.6

Formula Untuk mencari pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel

No Pengaruh langsung Pengaruh tidak langsung Total pengaruh

1 Y X Y (ρyx1)2 (0,705)2 = 0,497 (A) Y X1 X2 Y = (ρyx1)(ρx2x1)(ρyx2) x 2 =(B) (0,705)(0,480)(0,380)x2=0,257 (B) X1 Y A + B = (C) 0,497+0,257= 0,754 (C) 2 Y X2 Y=(ρyx2)2 =(0,380)2 =0,144 X2 Y = 0,144 (D) 3 Total Pengaruh X1 (C+D ) = E (0,754+0,144)=0,898

dan X2 secara Simultan 0,898 (E) 4 Pengaruh Faktor Residu 1- 0,898 0,102

(F)

5 Total (E+F) (0,898+0,102) 1

Keterangan :

X1 : Penyaluran Kredit

X2 : Kredit Bermasalah

Y : Sisa Hasil Usaha X1

X2

Y Ɛ2

(22)

Dari hasil analisis diatas menunjukan bahwa koefisien determinasi jalur pengaruh variabel X1 (penyaluran kredit ) dengan variabel X2 (kredit bermasalah)adalah sebesar 0,231 dan variabel X1 terhadap Y (sisa hasil usaha) adalah 0,497 dan X2 terhadap Y sebesar 0,144. Dengan faktor residu atau faktor lain yang tidak diteliti tetapi berpengaruh terhadap sisa hasil usaha adalah sebesar 0,102.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembasan mengenai pengaruh penyaluran kredit dan kredit bermasalah terhadap sisa hasil usaha (SHU) pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya,maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Besarnya penyaluran kredit dan kredit bermasalah dan sisa hasil usaha (SHU) pada KPRI-P3U Tasikmalaya dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 cenderung bervariasi setiap tahunnya.

2. Hasil analisis menunjukan bahwa besarnya penyaluran kredit berpengaruh secara positif terhadap kredit bermasalah,tetapi relatif lebih kecil. Rendahnya pengaruh tersebut dikarenakan besarnya penyaluran kredit yang diberikan di koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah,tetapi resiko tersebut tidak dapat diabaikan.

3. Hasil analisis menunjukan bahwa besarnya penyaluran kredit dan kredit bermasalah berpengaruh positif secara parsial dan signifikan terhadap sisa hasil usaha pada koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya. Artinya semakin tinggi penyaluran kredit yang diberikan makan akan semakin tinggi pula sisa hasil usaha yang akan diperoleh. 4. Hasil analisis menunjukan bahwa besarnya penyaluran kredit dan kredit bermasalah

(23)

koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya, artinya penyaluran kredit dan kredit bermasalah mempunyai pengaruh terhadap peningkatan sisa hasil usaha.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang dikemukakan diatas,maka dioeroleh saran sebagai berikut :

- Sebaiknya koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya melakukan ekspansi atau peluasan kredit dengan tetap berpegang teguh prinsip kehati-hatian terutama kredit konsumtif sehingga kualitas kredit dapat dipertahankan tetap sehat dan mengurangi kredit bermasalah untuk menekan beban operasional guna meningkatkan SHU. - Sebaiknya pihak koperasi KPRI-P3U Tasikmalaya harus melakukan

penanggulangan kredit bermasalah sebelum terjadi kerugian yang lebih besar.penanggulangan tersebut dpat dilakukan dengan cara rescheduling atau memperpanjang jangka waktu kredit dan memperpanjang jangka waktu angsuran. - Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dalam penelitian berikutnya disarankan untuk

meneliti faktor lain yang mempengaruhi penyaluran kredit dan lebih berkembang dengan menambah bahsan variabel lain.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Agustrisna Juwita(2007).Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sisa hasil usaha [online] tersedia : http://usu.ac.id diakses 04 juni 2014 (20:05)

Ayunk Ni made Taman(2006). Pengaruh jumlah anggran,jumlah simpanan,jumlah pinjaman,jumlah modal kerja terhadap sisa hasul usaha [online] tersedia : http://unud.ac.id diakses 04 juni (21:10)

Dendawijaya,Lukman . (2005). Manajemen Perbankkan. Edisi Kedua,Cetakan kedua. Jakarta Bogor: Ghalia Indonesia.

Dendawijaya,Lukman. (2009). Manajemen Perbankkan. Edisi Kedua, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Hendra. (2010) . Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Hendra & kusnadi. (2005) . Ekonomi Koperasi, Edisi Kedua. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Hasibuan, Malayu S.P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). PSAK. Jakarta: Salemba Empat. Ismail. (2010) . Pengantar Manajemen, Jakarta : Penerbit Erlangga

Kasmir. (2006). Dasar-dasar Perbankkan,Cetakan Kelima. Jakarta : penerbit PT. RajaGrafindo Persada.

Kasmir. (2008). Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Kartasapoetra,G. (2001). Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila & UUD 1945.

Jakarta: Rieneka Cipta.

Mahmoeddin,As. (2004). Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta : Sinar Harapan. Nazir Mohamad. (2005) . Metodelogi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 9 (1995). tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam.

Riyanto,Bambang. (2009). Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta : Penerbit GPFE.

(25)

Rudianto.(2010). Akuntansi Koperasi, Edisi Kedua. Yogyakarta : Penerbit Erlangga.

Rustrianti,Nisa,Bequimaniar (2006). Analisis Modal Sendiri Pengaruhnya Terhadap Tingkat Perolehan Sisa Hasil Usaha. Koleksi jurnal Universitas Komputer Indonesia (online). Tersedia http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=78217. Diakses Tanggal 11 April 2014.

Sudarwanto, Adenk (2013). Akuntansi Koperasi, Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Sumarsono Sonny, 2003. Manajemen Koperasi, Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

Sutojo Siswanto,2008. Mengenai Kredit Bermasalah, Edisi Kedua, Jakarta : Damar Mulia Mustaka

Siamat Dahlan. (2001). Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi ketiga. Jakarta: penerbit FE-UI.

Undang-Undang Republik Indonesia N. 25 Tahun 1992 Tentang perkoperasian Undang-Undang N0. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasia

Undang-Undang Perbankkan No. 10 Tahun 1998

www.depkop.go.id

Wartawarga,UGR.(2010). Kredit Bermasalah. [Online]. Tersedia: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/06/kredit-bermasalah//. [15 April 2014].

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini hanya memuat materi sederhana dari Kasus Coronary Artery Bypass yang dapat dipelajari untuk user yang tertarik pada.

a) Pemerintah diharapkan agar dapat mendukung peningkatan Diklat, memelihara, membina dan memberikan fasilitas yang memadahi agar kegiatan Pendidikan dan Pelatihan

a) Observasi/pengamatan, yaitu metode pengumpulan data dengan mengulas dan mencatat secara sistematis kejadian atau fenomena yang sedang diteliti. 26 Pengamatan ini

Kedua, Bank Dunia ingin meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan melalui realokasi sumber daya pemerintah dari pelayanan kuratif tersier ke program-program

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah Unit Penyertaan yang dijual kembali dan dimiliki serta Nilai Aktiva

Pada kasus pasca stroke ini akan diberikan sebuah konsep desain rumah tinggal yang dapat menurunkan tingkat kestabilan emosi pasien dengan penerapan – penerapan desain sesuai

Tetapi kalau saya menjadi tuan rumah, sebagai contoh tahun lalu, menjadi tuan rumah ASEAN Summit dan East Asia Summit, yang dihadiri oleh 18 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan,

Menurut Charles Kurzman, penelitian Amina Wadud tentang perempuan dalam al- Quran yang tertuang dalam karyanya tersebut merupakan hasil kombinasi bacaan-bacaan