• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Feed Efficiency and Body Weight Gain of Local Goat Fed Corn Stover Inoculated by Fungi Trichoderma sp. and Supplemented with Gliricidia Leaves)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Feed Efficiency and Body Weight Gain of Local Goat Fed Corn Stover Inoculated by Fungi Trichoderma sp. and Supplemented with Gliricidia Leaves)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN KAMBING LOKAL DENGAN PAKAN JERAMI JAGUNG YANG DIINOKULASI FUNGI Trichoderma sp. DAN DIPERKAYA DAUN GAMAL

(Feed Efficiency and Body Weight Gain of Local Goat Fed Corn Stover Inoculated by Fungi Trichoderma sp. and Supplemented with Gliricidia Leaves)

Rohmiyatul Islamiyati1, Sjamsuddin Rasjid1, Ismartoyo1, Asmuddin Natsir1

1Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 Email : rohmiyatul_islamiyati@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengkaji pakan jerami jagung yang diinokulasi oleh fungi Trichoderma sp. dan diperkaya daun gamal terhadap efisiensi penggunaan pakan dan pertambahan bobot badan kambing lokal. Penelitian dilaksanakan berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok ternak kambing yaitu A : 80% jerami jagung + 20% daun gamal, B : 60 % jerami jagung + 40% daun gamal, C : 80% jerami jagung olahan + 20% daun gamal, D : 60% jerami jagung olahan + 40% daun gamal. Ternak kambing betina lokal (turunan kambing Marica x Kacang) berasal dari kabupaten Jeneponto yang berumur berkisar satu tahun. Rata-rata bobot badan awal 12.46 kg ± 1.64 yang ditempatkan pada kandang metabolisme secara acak. Jumlah pemberian pakan adalah 3.5% bobot badan. Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian jerami jagung yang diinokulasi dengan fungi Trichoderma sp. dan daun gamal pada ternak kambing berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap pertambahan bobot badan, tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap efisiensi penggunaan pakan. Disimpulkan bahwa pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan ternak kambing yang diberi pakan jerami jagung yang diolah dengan fungi Trichoderma sp. lebih baik daripada tanpa diolah. Suplementasi 40% daun gamal lebih baik daripada 20% dengan pakan dasar jerami jagung.

Kata Kunci : Gamal, jerami jagung, kambing lokal, Trichoderma sp.

Makalah disampaikan pada seminar nasional peningkatan produktivitas sumber daya peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung tanggal 12 Nopember 2013

(2)

2 ABSTRACT

The aim of this research is to examine the use of corn stover inoculated by fungi Trichoderma sp. and enriched gliricidia leaves on feed efficiency and body weight gain of local goats. The research was conducted by randomized block design (RBD) with 4 treatments and 3 groups of goats. The treatments were A: 80% corn stover + 20% gliricidia leaves, B: 60% corn stover + 40% gliricidia leaves, C: 80% treated corn stover + 20% gliricidia leaves, D: 60% treated corn stover + 40% gliricidia leaves. Local goat (Marica x Kacang) derived from Jeneponto districts range from one-year-old. Average initial body weight of 12.46 ± 1.64 kg were placed in metabolic cages at random. The amount of feed offered to each goat was 3.5% of body weight on dry matter base. Analysis of variance showed that corn stover inoculated by fungi Trichoderma sp. and gliricidia leaves on goats significantly (P<0.05) on body weight gain, no significantly (P>0.05) on feed efficiency. In conclusion, body weight gain and feed efficiency of goats fed corn stover inoculated by fungi Trichoderma sp. better than untreated. Supplementation at the level of 40% gliricidia leaves is better than 20% with fed corn stover base.

Keywords: Corn stover, gliricidia, local goat, Trichoderma sp.

PENDAHULUAN

Produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersedian pakan. Populasi ternak yang terus bertambah menyebabkan semakin bertambah pula pakan yang dibutuhkan. Produksi hijauan sangat berfluktuasi, berlimpah pada musim hujan, terjadi kekurangan saat kemarau dan pada daerah padat ternak. Permasalahan yang dihadapi peternak adalah berkurangnya sumber pakan berkualitas disebabkan adanya alih fungsi lahan. Penyediaan pakan yang berkesinambungan dengan kualitas dan kuantitas yang memadai merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan. Strategi pemberian pakan yang efisien yaitu dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah dan bernilai gizi bagi ternak. Limbah pertanian yang potensial dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia adalah jerami jagung. Limbah tanaman jagung di Sulawesi Selatan meningkat, seiring digalakkannya program pencapaian satu setengah juta ton produksi jagung. Limbah tanaman jagung berkisar 5-6 ton bahan kering per hektar (Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, 2006 ).

Faktor pembatas dari limbah tanaman sebagai pakan adalah nilai nutrisi yang rendah dan sudah terjadi lignifikasi lanjut sehingga selulosa dan hemiselulosa terikat oleh lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan karbohidrat struktural penyusun utama dinding sel tanaman, dan sering berikatan dengan lignin dalam bentuk kristal

(3)

3

lignoselulosa. Upaya untuk meningkatkan nilai nutrisinya yaitu melakukan pengolahan sebelum diberikan pada ternak. Pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan bantuan mikroorganisme saat ini banyak dilakukan, karena lebih ramah terhadap lingkungan. Fungi di alam merupakan perombak bahan organik dan berperan penting dalam kehidupan. Trichoderma adalah salah satu fungi yang tersebar luas dan hampir dapat ditemui di lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Miselium Trichoderma dapat menghasilkan suatu enzim diantaranya glukanase dan kitinase (Junaid, 2006).

Limbah tanaman jagung yang diolah secara biologis dengan fungi

Trichoderma sp. merupakan sumber energi yang potensial bagi ternak, namun perlu

dikombinasikan dengan pakan kaya sumber protein yaitu leguminosa pohon antara lain daun gamal. Hal ini perlu dilakukan karena kalau ternak ruminansia hanya diberikan pakan jerami jagung saja kebutuhan proteinnya tidak terpenuhi. Daun gamal dipilih pada penelitian ini disamping potensinya yang cukup besar dan bernilai gizi tinggi juga merupakan leguminosa pohon yang ketersediannya kontinyu sepanjang tahun. Winugroho dan Widayati (2009) menyatakan bahwa leucaena dan gliricidia yang dikonsumsi sebagai ransum tunggal oleh domba lebih banyak didegradasi di dalam rumen dan terbuang dalam urin, hanya 24- 30% yang dimanfaatkan oleh ternak. Dianjurkan pemberian leguminosa perlu dicampur dengan pakan sumber energi dengan level yang tepat sehingga penggunaan protein oleh ternak menjadi optimal.

MATERI DAN METODE PENELITIAN Desain Percobaan dan Perlakuan

Penelitian dilaksanakan berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok ternak kambing :

A : 80% jerami jagung + 20% daun gamal B : 60% jerami jagung + 40% daun gamal C : 80% jerami jagung olahan + 20% daun gamal D : 60% jerami jagung olahan + 40% daun gamal

Pengolahan Jerami Jagung

Jerami jagung hibrida DMI-2 yang berasal dari Kabupaten Jeneponto dipotong ± 3-5 cm sebanyak lima kg. Jerami jagung disemprot dengan air sampai kelembaban 55-60 %, lalu ditaburkan 5% inokulum fungi Trichoderma sp. dicampur hingga merata. Jumlah koloni fungi Trichoderma sp. sebanyak 8,6 x 106 cfu/ml. Campuran jerami jagung dimasukkan kedalam kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil kemudian di inkubasi selama dua minggu. Setelah cukup waktunya plastik dibuka kemudian dijemur dan siap diberikan pada ternak.

(4)

4 Pelaksanaan Penelitian

Ternak kambing pada penelitian ini adalah kambing betina lokal (turunan kambing Marica x Kacang) berasal dari Kabupaten Jeneponto, umur sekitar satu tahun dengan rata-rata bobot badan awal 12.46 kg ± 1.64. yang ditempatkan pada kandang metabolisme yang berukuran 65 x 100 cm, secara acak. Tinggi kandang dari lantai adalah 70 cm. Pada awal penelitian kambing diberi obat cacing VERM-O dan untuk mencukupi kebutuhan vitamin dilakukan penyuntikan intra muscular vit A, D, E (AD3E Injection.

Jumlah pemberian pakan adalah 3.5% bobot badan (NRC, 2005). Untuk meningkatkan palatabilitas jerami jagung ditambahkan molases dan mineral ruminansia sebanyak 2%. Pakan diberikan dua kali sehari yaitu jam 08.00 pagi dan 16.00 sore. Air minum diberikan secara ad libitum. Ternak dipelihara selama dua bulan dengan rincian dua minggu masa adaptasi pemeliharaan, dua minggu masa adaptasi pakan dan satu bulan pengamatan. Penimbangan bobot badan ternak dilakukan pada awal dan akhir masa pengamatan. Pengambilan sampel pakan dilakukan terhadap jerami jagung olahan dan tidak diolah serta daun gamal yang diberikan pada ternak. Sampel dikumpulkan kemudian diovenkan pada suhu 700 C selama tiga hari. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot badan, konsumsi bahan kering pakan dan efisiensi penggunaan pakan.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan sidik ragam sesuai Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok (ulangan). Pengaruh nyata perlakuan diuji lanjut dengan uji Duncan (Gaspersz, 1991). Data diolah dengan bantuan perangkat lunak SPSS for Windows Version 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ternak kambing yang diberi pakan jerami jagung, jerami jagung yang diinokulasi fungi Trichoderma sp. (jerami jagung olahan) dan diperkaya daun gamal secara umum kondisinya sehat dan baik

Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian jerami jagung yang diinokulasi dengan fungi Trichoderma sp. dan daun gamal pada ternak kambing betina lokal berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap pertambahan bobot badan, tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap konsumsi bahan kering dan efisiensi penggunaan pakan. Pertambahan bobot badan tertinggi 91.00 g/ekor/hari yaitu pada perlakuan D (jerami jagung olahan + 40% daun gamal) dan terendah 63.67 g/ekor/hari yaitu pada perlakuan A (jerami jagung + 20% daun gamal). Ada peningkatan pertambahan bobot badan ternak kambing yang mendapat perlakuan jerami jagung olahan baik yang ditambahkan 20% atau 40% daun gamal yaitu dari 63.67 g/ekor/hari menjadi 70.67 g/ekor/hari atau sebesar 10.99 % dan dari 90.33 g/ekor/hari menjadi 91.00 g/ekor/hari atau sebesar 0.74%. Peningkatan bobot badan ini erat kaitannya dengan kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik dan retensi N. Perlakuan inokulasi fungi

(5)

5 0 20 40 60 80 100 A B C D

Pertambahan Bobot Badan

A B C D g/Ek/Hr

lignohemiselulosa sehingga selulosa dan hemiselulosa lebih tersedia sebagai sumber energi, juga terdapat peningkatan protein jerami jagung. Pertambahan bobot badan yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Masetyo (2006) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ternak kambing betina lokal yang diberi pakan dasar jerami jagung yang disuplementasi dengan daun lamtoro sebesar 57.14 g/ekor/hari. Ngitung (2013) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan kambing lokal yang diberi pakan rumput lapang yang ditambahkan daun gamal adalah 48.10 g/ekor/hari. Belewu e.t al. (2007) menyatakan bahwa terjadi peningkatan produksi susu pada ternak kambing yang diberi pakan kulit singkong yang diinokulasi Trichoderma harzanium.

Gambar 1. Pertambahan Bobot Badan Harian Ternak Kambing

Keterangan :

A : 80% jerami jagung + 20% daun gamal, B : 60% jerami jagung + 40% daun gamal, C : 80% jerami jagung olahan + 20% daun gamal, D: 60% jerami jagung olahan + 40% daun gamal

Konsumsi bahan kering tertinggi yaitu perlakuan B dan terendah pada perlakuan A. Ada kecenderungan peningkatan konsumsi bahan kering pada kambing yang diberi pakan daun gamal 40% daripada daun gamal 20%. Gamal disukai kambing untuk mencukupi kebutuhan protein juga tingkat palatabilitas yang tinggi. Ada sedikit penurunan konsumsi bahan kering pada perlakuan D, hal ini kemungkinan sudah tercukupinya kebutuhan protein pada ternak kambing yang diberi pakan jerami jagung olahan. Azim et al., (2011) menyatakan bahwa domba persilangan (Rhamani x Ossimi) yang diberi pakan jerami jagung yang diinokulasi 15% Trichoderma viride konsumsi bahan kering 96.20 g/kgBB0.75 , konsumsi protein

(6)

6 0 5 10 15 20 25 A B C D

EFISIENSI PAKAN

A B C D

14.60 g/kgBB0.75, pertambahan bobot badan 156 g/ekor/hari lebih tinggi dibandingkan domba yang diberi pakan jerami jagung tanpa perlakuan yaitu konsumsi bahan kering 95.20 g/kgBB0.75 , konsumsi protein 11.80 g/kgBB0.75, pertambahan bobot badan 126 g/ekor/hari.

Gambar 2. Efisiensi Penggunaan Pakan Ternak Kambing

Efisensi penggunaan pakan tertinggi 23.48% yaitu pada perlakuan D dan terendah 16.90% pada perlakuan A. Ada kecenderungan peningkatan efisiensi penggunaan pakan pada kambing yang mendapat jerami jagung olahan baik yang ditambahkan daun gamal 20% atau 40% yaitu sebesar 8.9% dan 8.03%. Omer et.

al.(2012) menyatakan bahwa domba Rahmani yang diberi ransum 30% jerami jagung

yang diinokulasi oleh Trichoderma reesi pertambahan bobot badan sebesar 243 g/ekor/hari dibandingkan kontrol 190 g/ekor/hari dan konversi pakan 5.39 dibandingkan kontrol 6.26.

KESIMPULAN

Pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan ternak kambing yang diberi pakan jerami jagung yang diolah dengan fungi Trichoderma sp. lebih baik daripada tanpa diolah. Suplementasi 40% daun gamal lebih baik daripada 20% dengan pakan dasar jerami jagung.

DAFTAR PUSTAKA

Azim, S. N. A., M. A. Ahmed, F. A. Donia, H. Soliman. (2011). Evaluation of

Fungal of Some Agricultural Residues. Egyptian Journal of Sheep & Goat

(7)

7

Belewu, M. A., A.A. Asifat, M. B. Yousuf. (2007). Evaluation of Trichoderma

harzanium treated cassava waste on the quality and quantity of milk goat.

African Journal of Biotechnology 6 (18) : 2193-2196

Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, (2006). Limbah Tanaman sebagai Pakan

Ruminansia, Jakarta.

Gasperz, V. (1994). Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian,

Ilmu- Ilmu Teknik dan Biologi. CV.Armico, Bandung.

Ngitung, R. 2013. Studi Biologi dan Ekologi Kambing Marica sebagai Plasma

Nutfah Endemik Sulawesi Selatan. Disertasi. Program Pasca Sarjana

Universitas Hasanuddin, Makassar.

Junaid, M. (2006) Kemampuan Cendawan Trichoderma sp. menghasilkan Enzim

Kitinase, B-1,3 Glukanase, Kutinase serta Daya Tumbuh In Vitro di Permukaan Bunga dan Buah Kakao. Tesis SSP PPS Unhas, Makassar.

Keopaseuht, T., T. Chhay, B. Bounthong, T. R. Preston. (2004). Effect of Method of

Offering Foilages of Gliricidia sepium and Stylosanthes guinensis CIAT 184 (Stilo) to Goats on Intake and Digestibility. Livestock Research for Rural

Development, Vol 16, Art.31

Marsetyo. 2006. Pengaruh Penambahan Daun Lamtoro atau Bungkil Kelapa

terhadap Konsumsi, Kecernaan Pakan dan Pertambahan Bobot Badan Kambing Betina Lokal yang Mendapat Pakan Dasar Jerami Jagung.

Jurnal Protein. 13(1): 23-29.

NRC. 2005. Nutrient Requirements of Goats: Angora, Dairy,and Meat Goats in

Temperate and Tropical Countries. National Academic Press, Washington, DC.

Omer, H. A. A., F.A.F. Ali, S.M. Gad. (2012). Replacement of Clover Hay by

Biologically Treated Corn Stalks in Growing Sheep Rations. Journal of

Agricultural Science 4(2) : 257 – 268

Winugroho, M. dan Y. Widiawati. (2009). Keseimbangan Nitrogen pada Domba

yang Diberi Daun Leguminosa sebagai Pakan Tunggal. Buletin Ilmu

Gambar

Gambar 1. Pertambahan Bobot Badan Harian Ternak Kambing  Keterangan  :
Gambar 2. Efisiensi Penggunaan Pakan Ternak Kambing

Referensi

Dokumen terkait

Amin (2012) mengemukakan bahwa tasawuf memiliki beberapa pengertian sebagai berikut: 1) Tasawuf dikaitkan dengan ash-shuffah, orang-orang pada jaman Rasulullah SAW

Orang yang memiliki kesadaran spiritual akan memiliki beberapa kemampuan khusus, diantaranya mampu menemukan kekuasaan Yang Maha Kuasa, merasakan kelezatan ibadah ,

Keabsahan data dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan). Kredibilitas dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang

Efektlf untuk mengontrol perdarahan setelah persalinan atau setelah keguguran pada kehamllan muda dengan cara menyebabkan uterus berkontraksl Digunakan sebagal

Roadmap menguraikan, secara garis besar, tahapan-tahapan dalam proses penerapan IPv6 yang berupa rencana aksi, peranan IPv6 Task Force dan indikator-indikator

Tahap awal dari penelitian ini adalah identifikasi dan penetapan kadar tanin yang terdapat dalam daun jambu biji, karena senyawa tanin ini yang akan berfungsi

RSA bersama-sama dengan ekosistem buatan perkebunan kelapa merupakan habitat penting tersisa yang dapat menunjang kehidupan satwaliar..