STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG
Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070)
Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262
E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com, Website: www.staklimpondokbetung.net
B M K G
ANALISIS MUSIM HUJAN 2014/2015
ANALISIS MUSIM HUJAN 2014/2015
DAN
DAN
PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2015
PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2015
TANGERANG SELATAN, MARET 2015
TANGERANG SELATAN, MARET 2015
PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA
PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA
i
Analisis Musim Hujan 2014/2015 disusun berdasarkan keadaan yang terjadi pada periode berlangsung sedangkan Prakiraan Musim Kemarau 2015 dibuat berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Pondok Betung dengan mempertimbangkan hasil prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, khususnya Instansi pengelola Pos Hujan Kerjasama di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta yang telah membantu dalam penyusunan publikasi ini.
Kami menyadari masih ada kekurangan dari publikasi ini mengingat data yang kami terima sangat terbatas, khususnya dari pos kerjasama, karena itu saran dan kritik yang membangun diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini.
Semoga bermanfaat.
TANGERANG SELATAN, MARET 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI
PONDOK BETUNG – TANGERANG
Ir. BUDI ROESPANDI NIP. 196007061981031002
EPALA STASIUNN KLIMATOLOGI ONDOK BETETETETETUNG G––––– TANGERANG
Ir. BUDI ROROROROROR ESESESSSPANDI NIP. 196007060606060 1981031002
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI --- III
1. PENDAHULUAN --- 1
1.1. Latar Belakang --- 1
1.2. Tujuan --- 1
2. TINJAUAN UMUM --- 2
2.1. Pemutakhiran Zona Musim di Wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta --- 2
2.2. Curah Hujan --- 3
3. PEMBAHASAN --- 5
3.1. Analisis Musim Hujan 2014/2015 --- 5
3.2. Kondisi Suhu Udara pada saat Musim Kemarau 2014 --- 7
3.2.1. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Kemayoran--- 7
3.2.2. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Cengkareng --- 7
3.2.3. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Serang --- 8
3.2.4. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Curug --- 9
3.2.5. Suhu Udara Stasiun Maritim Tanjung Priok --- 9
3.2.6. Suhu Udara Stasiun Geofisika Tangerang--- 10
3.3. Iklim Mikro Stasiun Klimatologi Pondok Betung pada saat Musim Kemarau 2014 --- 11
3.3.1. Suhu Udara --- 11
3.3.2. Curah Hujan --- 11
3.3.3. Kelembaban Udara --- 12
3.3.4. Lama Penyinaran Matahari --- 12
3.3.5. Windrose --- 13
3.4. Prakiraan Musim Kemarau 2015 --- 13
3.4.1. Kondisi Dinamika Atmosfer --- 13
3.4.2. Prediksi Dinamika Atmosfer --- 15
3.4.3. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2015 --- 17
3.4.4. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2015 --- 17
3.4.5. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2015 --- 19
3.4.6. Prakiraan Curah Hujan di Luar Zona Musim (Non ZOM) Wilayah Banten dan DKI Jakarta --- 21
4. PENUTUP --- 22
4.1. Kesimpulan --- 22
4.2. Saran --- 22 ii
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, menyebabkan wilayah Indonesia memiliki sistem iklim/cuaca yang unik.
Keberadaan wilayah Indonesia sebagaimana tersebut, kondisi iklimnya akan dipengaruhi oleh fenomena global seperti El Nino, La Nina, Dipole Mode, dan Madden Julian Oscillation (MJO), disamping pengaruh fenomena regional, seperti sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi Suhu Muka Laut di sekitar wilayah Indonesia.
Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang bergunung, berlembah, serta banyak pantai, merupakan fenomena lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Secara klimatologis, wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta terdapat 8 pola iklim, dimana 6 pola merupakan Zona Musim (ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau (pola Monsun), sedangkan 2 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki ciri mempunyai 2 kali puncak hujan dalam setahun (pola Ekuatorial), sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah, dan waktu terjadinya musim hujan dan musim kemarau kebalikan dengan daerah ZOM (pola Lokal).
1.2. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk:
1. Menginformasikan pola unsur-unsur iklim di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta 2. Menganalisis Musim Hujan yang terjadi pada periode 2014/2015
3. Menginformasikan kondisi iklim mikro Area Stasiun Klimatologi Pondok Betung dan beberapa stasiun lain pada periode Musim Kemarau 2014
4. Memprakirakan Awal Musim Kemarau 2015 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta
2. TINJAUAN UMUM
2.1. Pemutakhiran Zona Musim di Wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Luas suatu wilayah Zona Musim (ZOM) tidak selalu sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan. Dengan demikian, satu wilayah ZOM bisa terdiri dari beberapa kabupaten, dan sebaliknya satu wilayah kabupaten bisa terdiri dari beberapa ZOM.
Sesuai dengan ketentuan WMO mengenai Standar Normal 30 Tahun, maka berakhirnya tahun 2010 merubah nilai rata-rata curah hujan bulanan sebelumnya. Yaitu periode tahun 1981-2010. Data normal curah hujan inilah yang digunakan dalam pemutakhiran Zona Musim yang baru.
Metode analisis data yang diterapkan dalam pemutakhiran ZOM ini adalah metode analisis cluster, yaitu mengelompokkan suatu objek/data yang memiliki kesamaan sifat tanpa menghilangkan struktur alami dari objek/data sehingga kelompok-kelompok yang dihasilkan memiliki makna, seperti pola atau klasifikasi.
Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun (1981-2010), maka Propinsi Banten dan DKI Jakarta terdiri atas 9 ZOM.
3
Tabel 1. Cakupan Wilayah ZOM Propinsi Banten dan DKI Jakarta
ZOM Wilayah 55 Kab Pandeglang dan Kab Lebak bagian barat
56 Kab Pandeglang bagian utara dan Kab Serang bagian barat daya 57
Kab Serang bagian selatan, Kab Pandeglang bagian timur laut dan Kab Lebak bagian utara
58
Kota Cilegon, Kota Serang, Kab Serang bagian timur, Kab Tangerang bagian tengah dan Kota Tangerang, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan bagian utara, Jakarta Timur bagian barat
59 Kab Serang bagian timur laut dan Kab Tangerang bagian utara 60 Jakarta Utara, Jakarta Timur bagian utara, Jakarta Barat bagian utara
61
Jakarta Timur bagian selatan, Jakarta Selatan bagian selatan, Kota Tangerang Selatan, Kab Tangerang bagian selatan, Kab Serang bagian tenggara, Kab Lebak bagian timur laut
62 Kab Lebak bagian tengah 63 Kab Lebak bagian selatan
67 Kab Lebak bagian Tenggara (Wilayah ZOM Propinsi Jawa Barat)
2.2. Curah Hujan
Hujan merupakan gejala atau fenomena cuaca yang dipandang sebagai variabel tak bebas karena terbentuk dari proses berbagai unsur. Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Jumlah curah hujan dalam satu dasarian (rentang waktu selama 10 hari) lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya ditetapkan sebagai permulaan musim hujan. Sedangkan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010) disebut sebagai sifat hujan.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :
a. Sifat Hujan Atas Normal (AN) : jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya.
b. Sifat Hujan Normal (N) : jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya.
c. Sifat Hujan Bawah Normal (BN) : jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.
5
3. PEMBAHASAN 3.1. Analisis Musim Hujan 2014/2015
Hasil Analisis Musim Hujan 2014/2015 di wilayah Banten dan DKI Jakarta menunjukkan bahwa Awal Musim Hujan periode 2014/2015 di wilayah ini terjadi pada dasarian II Oktober sampai dengan dasarian III Desember. Jika dibandingkan dengan Normal Awal Musim Kemarau, maka Musim Hujan 2014/2015 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta Maju 1 dasarian, Sama dan Mundur antara 1 - 7 dasarian.
Gambar 4. Distribusi Perbandingan Musim Hujan 2014/2015
ZOM NORMAL FAKTA
PERBANDINGAN TERHADAP
NORMAL
SELISIH
55 OKT II OKT II SAMA 0
56 OKT I NOP I MUNDUR 3
57 OKT I NOP II MUNDUR 4
58 NOP II NOP II SAMA 0
59 DES II DES III MUNDUR 1
60 DES I NOP III MAJU -1
61 SEP III NOP II MUNDUR 5
62 SEP I NOP II MUNDUR 7
63 OKT II OKT III MUNDUR 1
Keterangan : Selisih merupakan perbedaan periode dasarian dari nilai normal dengan faktanya Sumber : Staklim Pondok Betung
7
3.2. Kondisi Suhu Udara pada saat Musim Kemarau 2014
Suhu udara mempunyai variabilitas yang kecil jika dibandingkan dengan curah hujan. Berikut ini disajikan kondisi suhu udara pada Musim Kemarau 2014 yang dapat dijadikan sebagai acuan pada Musim Kemarau 2015.
3.2.1. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Kemayoran
Gambar 5. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Kemayoran Periode April 2014 – September 2014
Suhu udara rata-rata selama Musim Kemarau periode 2014 tertinggi terjadi pada bulan April dan September 2014 di Stasiun Meteorologi Kemayoran yaitu 30.4oC dan terendah di terjadi pada bulan Juli 2014 sebesar 25.8oC. Sedangkan suhu maksimum absolut mencapai 37oC terjadi pada bulan September 2014 dan suhu minimum absolut terjadi pada bulan April 2014 sebesar 23.2oC.
3.2.2. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Cengkareng
Pada Musim Kemarau periode 2014, suhu udara rata-rata tertinggi di Stasiun Meteorologi Cengkareng terjadi pada bulan April 2014 yaitu 29.8oC dan terendah pada bulan Juli 2014 yaitu 24.3oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 34.7oC terjadi pada September 2014, dan suhu udara minimum absolut sebesar 21.1oC terjadi pada bulan Mei 2014.
Suhu udara rata-rata tertinggi di Stasiun Meteorologi Serang pada Musim Kemarau periode 2014, terjadi pada bulan April 2014 yaitu 29.6oC dan terendah pada bulan Juni 2014 yaitu 23.3oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 35.4oC terjadi pada bulan April 2014 dan suhu udara minimum absolut sebesar 19.6oC terjadi pada bulan September 2014.
Gambar 6. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Cengkareng Periode April 2014 – September 2014
3.2.3. Suhu Udara Stasiun Meteorologi Serang
Gambar 7. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Serang Periode April 2014 – September 2014
9
Pada Musim Kemarau periode 2014 di Stasiun Meteorologi Curug, suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan April 2014 yaitu 28.5oC dan terendah pada bulan Juli 2014 yaitu 23.8oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 36.2oC terjadi pada bulan September 2014 dan suhu udara minimum absolut sebesar 19.9oC terjadi pada bulan September 2014.
3.2.5. Suhu Udara Stasiun Maritim Tanjung Priok
Suhu udara rata-rata pada Musim Kemarau periode 2014 di Stasiun Maritim Tanjung Priok tertinggi pada bulan September 2014 sebesar 31.0oC dan terendah pada bulan Juni dan Juli 2014 sebesar 26.0oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut terjadi pada bulan September 2014 sebesar 36.5oC dan suhu minimum absolut terjadi pada bulan Juli 2014 sebesar 24.0oC. Grafik dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 8. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Meteorologi Curug Periode April 2014 – September 2014
Pada Musim Kemarau periode 2014, suhu udara rata-rata tertinggi di Stasiun Geofisika Tangerang terjadi pada bulan April 2014 yaitu 30.4oC dan terendah pada bulan Juli 2014 yaitu 24.3oC. Sedangkan suhu udara maksimum absolut sebesar 36.2oC terjadi pada bulan September 2014 dan suhu udara minimum absolut sebesar 19.2oC terjadi pada bulan Juli 2014.
Gambar 9. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Maritim Tanjung Priok Periode April 2014 – September 2014
3.2.6. Suhu Udara Stasiun Geofisika Tangerang
Gambar 10. Grafik Suhu Udara Maksimum, Rata-rata dan Minimum Pada Stasiun Geofisika Tangerang Periode April 2014 – September 2014
11
Akumulasi curah hujan yang terjadi pada Musim Kemarau 2014 tercatat sebesar 1056.8 mm.
Curah hujan terbesar sebesar 76 mm terjadi pada bulan Juni 2014 dan terendah sebesar 0 mm terjadi hampir disetiap bulan periode tersebut, yaitu pada April – September 2014. Penyajian kondisi iklim mikro Stasiun Klimatologi Pondok Betung pada Musim Kemarau 2014 dimaksudkan untuk memberikan gambaran kondisi Musim Kemarau 2015.
3.3.1. Suhu Udara
Gambar 11. Grafik Suhu Udara Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung
Periode April 2014 – September 2014
Suhu udara rata-rata pada Musim Kemarau 2014 mencapai nilai tertinggi pada bulan April 2014 sebesar 29.8oC dan nilai terendah pada bulan Juli 2014 sebesar 24.5oC. Sedangkan suhu maksimum absolut tercatat sebesar 36.8oC terjadi pada bulan September 2014 dan suhu minimum absolut tercatat sebesar 21.0oC terjadi pada bulan Mei 2014.
3.3.2. Curah Hujan
Gambar 12. Grafik Curah Hujan Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung
Nilai maksimum lama penyinaran matahari pada Musim Kemarau 2014 sebesar 100%, terjadi pada bulan April-September 2014.
Sedangkan nilai minimum sebesar 0%, terjadi pada bulan Juni dan Juli 2014
3.3.3. Kelembaban Udara
Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung
Periode April 2014 – September 2014
Kelembaban udara rata-rata selama Musim Kemarau 2014 sebesar 80%. Kelembaban maksimum terukur pada bulan April 2014 sebesar 97%. Sedangkan nilai minimum terukur pada bulan September 2014 sebesar 54%.
3.3.4. Lama Penyinaran Matahari
Gambar 14. Grafik Lama Penyinaran Matahari Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung
13
3.4. Prakiraan Musim Kemarau 2015
Hal-hal yang disampaikan dalam dinamika atmosfer adalah, meliputi analisis serta prakiraan terhadap perkembangan El Nino/La Nina, Dipole Mode dan Suhu Permukaan Laut di Indonesia.
3.4.1. Kondisi Dinamika Atmosfer 1. Perkembangan El Nino/La Nina
Pada Oktober 2014 kondisi di Ekuator Pasifk Tengah (Nino 3.4) berada pada kondisi normal, kondisi ini terjadi sejak Maret 2014. Pada bulan Oktober 2014 indeksnya bernilai +0.49, selanjutnya memasuki bulan November 2014 hingga Januari 2015 indeks Nino34 sudah berada pada kondisi El Nino Lemah dengan indeksnya bernilai +0.53.
Beberapa analisis menunjukkan bahwa kondisi normal hingga El Nino lemah akan dominan hingga pertengahan tahun 2015. Dalam kaitan ini memberikan indikasi, bahwa awal Musim Kemarau 2015 di Wilayah Indonesia berada pada kisaran normalnya hingga maju beberapa dasarian.
Gambar 15. Windrose
Pada Stasiun Klimatologi Pondok Betung
Gambar 16. Kondisi Anomali Suhu Muka Laut tanggal 1 Maret 2015 Sumber : NCDC NOAA
Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Juli 2014 sampai dengan Januari 2015 cenderung bernilai negatif berkisar -4 s/d -9, nilai ini masih berada didalam kisaran normalnya. Kondisi demikian memberikan indikasi bahwa aktivitas sirkulasi angin pasat diperhitungkan tidak berpengaruh signifikan ke wilayah Indonesia.
2. Analisis kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD)
Nilai Dipole Mode Indeks (DMI) dalam 3 bulan terakhir adalah : +0.02 (November 2014) ; -0.31 (Desember 2014) dan -0.49 (Januari 2015). Sementara, prediksi Dipole Mode Indeks (DMI) pada bulan Februari hingga April 2015 berkisar pada nilai -0.2 s/d +0.1. Nilai ini berada pada kondisi normal. Dengan demikian, mengindikasikan bahwa pada Musim Kemarau 2015, uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia tidak berpotensi bertambah atau berkurang.
3. Kondisi Suhu Permukaan Laut (SST) perairan di Indonesia
Hingga akhir Januari 2015, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi netral dengan anomali suhu berkisar -0.5°C s/d +0.5°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif hangat berada diperairan di barat Sumatera dan bagian selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, yang anomali suhu permukaan lautnya mencapai >0.5°C .
15
Gambar 17. Prediksi Elnino oleh 4 Institusi Internasional dan BMKG Sumber : www.bmkg.go.id
2. Prediksi Dipole Mode
Prediksi Indeks Dipole Mode beberapa bulan ke depan pada kondisi normal sehingga tidak ada penambahan curah hujan yang cukup signifikan di Indonesia bagian barat. 3.4.2. Prediksi Dinamika Atmosfer
1. Prediksi La Nina/El Nino
Aktivitas La Nina/El Nino diindikasikan berdasarkan nilai Indeks Nino34. Hasil prediksi dari beberapa institusi seperti NCEP (USA), Jamstec (Japan), POAMA (Australia), serta BMKG menunjukkan, bahwa prediksi sampai bulan Agustus 2015 berada pada kondisi Normal – El Nino Moderate. Dalam kaitan ini memberikan indikasi, bahwa awal Musim Kemarau 2015 di Wilayah Indonesia berada pada kisaran normalnya hingga maju beberapa dasarian.
Gambar 19. Prediksi Suhu Muka Laut sampai bulan Agustus 2015 Sumber : NCEP USA
Gambar 18. Prediksi DMI oleh 1 Institusi Internasional dan BMKG Sumber : www.bmkg.go.id
17
sebagai berikut :
1) Wilayah perairan di barat Sumatera dan selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara diprakirakan akan tetap hangat hingga Juli 2015 dengan anomali suhu berkisar +0.5°C s/d +1°C.
2) Wilayah perairan Indonesia lainnya diprakirakan akan berada pada kondisi normalnya dengan anomali suhu permukaan laut berkisar antara -0.5oC s/d +0.5 °C.
3.4.3. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2015
Berdasarkan dari kondisi analisis dinamika atmosfer secara global dan regional di atas, maka Musim Kemarau 2015 untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprediksikan sebagai berikut :
1) Awal Musim Kemarau di Propinsi Banten dan DKI akan sama, maju dan mundur dibandingkan dengan normalnya, diprakirakan akan jatuh pada sekitar periode Awal April sampai dengan Awal Juni 2015.
2) Sifat hujan Musim Kemarau untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta diprakirakan akan berada kisaran Bawah Normal (BN), Normal (N) dan Atas Normal (AN). Cakupan wilayah berdasarkan jatuhnya Awal Musim Kemarau 2015 adalah sebagai berikut: • Awal musim hujan Mar III – Apr II : Zona Musim 59
• Awal musim hujan Apr I – Apr III : Zona Musim 60 • Awal musim hujan Apr II – Mei I : Zona Musim 58
• Awal musim hujan Mei II – Jun I : Zona Musim 56, 57 dan 61 • Awal musim hujan Mei III – Jun II : Zona Musim 55, 62 dan 63 3.4.4. Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2015
Jika dibandingkan dengan normal Awal Musim Kemarau, maka Awal Musim Kemarau 2015 di wilayah Banten dan DKI Jakarta umumnya Sama dari Normalnya.
Cakupan wilayah berdasarkan perbandingan terhadap Normal Awal Musim Kemarau dengan Prakiraan Awal Musim Kemarau 2015 adalah sebagai berikut :
- Maju dari normalnya : Zona Musim 56, 57, 58, 61, 62 dan 63 - Sama dengan normalnya : Zona Musim 55 dan 60
Gambar 20. Peta Prakiraan Awal Musim Kemarau 2015 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Gambar 21. Peta Prakiraan Perbandingan Awal Musim Kemarau 2015 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
19
3.4.5. Prakiraan Sifat Hujan Musim Kemarau 2015
Sifat hujan Musim Kemarau 2015 Wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta pada umumnya Normal (N). Namun ada wilayah yang prakiraan sifat hujan Musim Kemarau 2015 adalah Bawah Normal (BN) dan Atas Normal (AN).
Gambar 22. Peta Prakiraan Sifat Musim Kemarau 2015 Propinsi Banten dan DKI Jakarta
Tabel 3. Prakiraan Awal Musim Kemarau 2015 Wilayah Banten dan DKI Jakarta
NO ZOM Daerah / Kabupaten Awal Musim Hujan
Antara Perbandingan Thd Rata- rata (Dasarian) Sifat Hujan 1 2 3 4 5
55 Pandeglang dan Lebak bagian barat MEI III - JUN II SAMA N
56 Pandeglang bagian utara, Serang
bagian barat daya MEI II - JUN I MAJU (-2) AN
57 Serang bagian selatan, Pandeglang
bagian timur laut, Lebak bagian utara MEI II - JUN I MAJU (-2) N
58
Kota Cilegon, Kota Serang, Serang bagian timur, Tangerang bagian tengah, Kota Tangerang, Jakarta Pusat dan Barat, Jakarta Selatan bagian utara, Jakarta Timur bagian barat
APR II - MEI I MAJU (-2) N
59 Serang bagian timur laut, Tangerang
bagian utara MAR III - APR II MUNDUR (2) BN
60
Jakarta Utara, Jakarta Timur/Jakarta Barat bagian utara, Bekasi/Karawang utara bagian barat
APR I - APR III SAMA N
61
Jakarta Timur/Jakarta Selatan bagian selatan, Kota Tangerang/Kab Tangerang bagian selatan, Serang bagian tenggara, Lebak, Depok, Bogor bagian Utara dan timur laut
MEI II - JUN I MAJU (-1) N
62 Lebak bagian tengah MEI III - JUN II MAJU (-2) N
21
3.4.6. Prakiraan Curah Hujan di Luar Zona Musim (Non ZOM) Wilayah Banten dan DKI Jakarta
Wilayah Non ZOM adalah wilayah yang umumnya memiliki ciri terjadi 2 kali puncak hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) atau mengalami curah hujan tinggi/rendah sepanjang tahun, atau daerah yang mengalami kejadian musim hujan dan musim kemarau kebalikan dengan daerah Zona Musim (ZOM) pada umumnya. Berdasarkan hasil analisis serta
pertimbangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer, prakiraan curah hujan periode April 2015 – September 2015 pada daerah Non ZOM adalah sebagai berikut :
• Curah hujan kumulatif selama periode April 2015 – September 2015:
¾ Di daerah Non ZOM 26 umumnya berkisar antara 750-1000 milimeter.
• Sifat hujan pada daerah Non ZOM wilayah Banten diprakirakan adalah Bawah Normal-Normal. Sifat hujan yang dimaksud adalah jumlah hujan kumulatif periode April 2015 – September 2015 dibandingkan dengan rata-ratanya pada masing-masing daerah dalam periode yang sama.
4. PENUTUP 4.1. Kesimpulan
• Awal Musim Hujan 2014/2015 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta Maju 1 dasarian, Sama dan Mundur antara 1 - 7 dasarian.
• Awal Musim Kemarau 2015 di sebagian besar wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta diprakirakan akan terjadi sekitar periode bulan April – Juni 2015.
• Jika dibandingkan terhadap normal/rata-ratanya, maka Awal Musim Kemarau 2015 diprakirakan Maju, Sama dan Mundur dari normalnya.
• Sifat Hujan selama Musim Kemarau 2015 di wilayah Propinsi Banten dan DKI Jakarta diprakirakan Bawah Normal (BN), Normal (N) sampai dengan Atas Normal (AN).
4.2. Saran
• Ketersediaan data dari masing-masing pos hujan sangat diperlukan untuk ketepatan dan keakuratan prakiraan.
• Kerjasama antara instansi-instansi terkait (PEMDA, PEMKOT, PEMPROV) serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyebarluaskan informasi-informasi cuaca dan iklim.
• Kritik dan saran dari pembaca kami harapkan untuk peningkatan kualitas informasi iklim ini.
STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG
MARET 2015
BMKG