• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Depresi pada Pasangan Infertil

Infertil pada umumnya masalah perempuan dan karena itu banyak orang mungkin tidak akan mendapatkan dukungan emosional yang mereka butuhkan, dengan emosi ini saja menyebabkan banyak orang menderita depresi. Depresi ini dapat menyebabkan berbagai efek samping fisik dan meletakkan beban pada hubungan pekerjaan dan menikmati kehidupan sehari-hari. Pengobatan yang efektif termasuk resep obat-obatan terapi alternatif dan botani suplemen tersedia dan dapat membantu Anda meninggalkan depresi (Harun, 2010).

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. Word Health Organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke empat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu dalam kehidupan pernah mengalami depresi (Nurmiati, 2005).

Depresi merupakan penyakit suasana hati yang lebih dari sekedar kesedihan atau duka cita yang lebih hebat dan bertahan terlalu lama (Harun, 2010).

Depresi merupakan salah satu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa kosong dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan menuduh diri dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri, klien tidak berminat pada pemeliharaan dan aktivitas sehari-hari (Kelliat, 1996).

Banyak peneliti mengakui bahwa perempuan yang menjalani perawatan kesuburan pada resiko yang tinggi untuk mengembangkan depresi, tapi mengalami masalah kesuburan dapat menegangkan bagi kedua pasangan. laki-laki juga dapat mengalami ketidaksuburan yang berhubungan dengan depresi (Harun, 2010).

Depresi adalah tantangan yang harus ditangani secara individual. Seseorang datang untuk mengatasi dengan infertilitas harus fokus pada perawatan untuk mempertahankan kondisi yang sejelas keadaan mental dan pikiran (Nurmiati, 2005).

Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana setelah bersenggama secara teratur 2-3x per minggu, tanpa

(2)

pencegahan atau menggunakan alat kontrasepsi dalam waktu satu tahun (Agritubella, 2007).

Infertilitas merupakan adanya sesuatu kegagalan istri untuk mendapatkan kehamilan setelah pasangan suami istri selama setahun setelah berusaha untuk mendapatkan keturunan (Benson etc al, 2001).

1. Etiologi

Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung dan iritabilitas. Pasien mengalami distrorsi kognitif seperti mengeritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun, pesimis dan putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi psikomotor dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit masuk tidur atau terbangun dini hari, nafsu makan berkurang, begitu pula dengan gairah seksual (Nurmiati, 2005).

Depresi terjadi karena adanya stresor psikososial berat yang menimpa seseorang dan orang tersebut tidak mampu mengatasinya. Karena depresi merupakan gangguan emosi. Emosi merupakan respon seseorang terhadap gejala sesuatu yang terjadi di lingkungan. Banyak orang menduga bahwa gangguan depresi hanya disebabkan oleh pengalaman-pengalaman pribadi yang buruk. Sangat sedikit sesorang yang menduga bahwa pada depresi terdapat gangguan neurobiologik otak (Nurmiati, 2005).

Masyarakat menganggap bahwa penyebab Infertilitas berasal dari faktor istri. Padahal selain dari faktor istri, kegagalan memperoleh anak dapat disebabkan oleh faktor suami (Rahmani, 2007).

a. Faktor Laki-laki

Menurut Taher (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya infertilitas pada laki-laki antara lain adalah :

1) Faktor idiopatik

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap laki-laki yang mengalami masalah infertilitas di klinik, infertilitas bagian Urologi di RSUPN Cipto Mangunkusuma menunjukan bahwa sebanyak 20-25% masalah tersebut tidak diketahui penyebabnya. Kemungkinan hal tersebut dapat di pengaruhi oleh adanya faktor genetik, karena berdasarkan penelitian mutakhir didapatkan hasil yang mengarah pada adanya kelainan kromosom pada penderita infertilitas.

(3)

2) Varikokel

Varikokel merupakan terjadinya pelebaran pembuluh darah balik vena di sekitar buah zakar. Sebanyak 40% varikokel menjadi penyebab infertilitas pada pria. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya benjolan di bagian tas buah zakar yang nantinya akan bertambah besar dan nyata apabila penderita mengejan. Buah zakar kiri adalah yang paling sering terkena.

3) Obstruksi (sumbatan saluaran sperma)

Penyebab lain dari infertilitas pada pria yaitu sekitar 15% adalah adanya sumbatan atau obstruksi pada saluran sperma. Walaupun spermatozoa telah diproduksi dengan baik, akan tetapi sperma tetap saja tidak dapat disalurkan. Hal ini biasanya terjadi akibat adanya infeksi maupun bawaan dari lahir sehingga tidak terbentuknya sebagian saluran sperma.

4) Pada 20% sisanya, infertilitas pada pria diakibatkan oleh berbagai faktor, misalnya adanya gangguan hormon, kelainan bawaan, pengaruh obat, gangguan ereksi atau ejakulasi, radiasi, keracunan pestisida, gangguan imunologi, operasi di daerah panggul dan lain sebagainya.

b. Faktor Wanita

Menurut Alam dan Hadibroto (2007) menjelaskan bahwa penyebab infertilitas pada wanita antara lain adalah :

1) Kegagalan ovulasi

Kegagalan ovulasi ini menjadi penyebab sektar 20%. Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada mekanisme hormon reproduksi atau kelenjar tiroid. Hal ini dapat disebabkan adanya stress, anoreksia nervosa dan sebagainya. Stress akan menyebabkan terjadinya kekejangan (sasm) di saluran telur sehingga dapat menghalangi perjalanan sel telur. Anoreksia nervosa (malas makan dengan alasan yang tidak masuk akal), atau olah raga terlalu berat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan hormonal yaitu hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang nantinya akan mengganggu proses pematangan, menghalangi sel telur tertanam di dinding rahim.

(4)

Sumbatan pada saluran telur menjadi penyebab sekitar 20-40% yang disebabkan oleh adanya infeksi penyakit menular seksual, sistisis dan sebagainya. Endometriosis dapat menyebabkan peradangan dan terjadinya jaringan parut, yang nantinya akan mempengaruhi indung telur dan dapat menyumbat saluran telur.

3) Kegagalan implantasi embrio di rahim

Tumor (kista) atau jaringan fibrosa (fibroid) dan pemaparan radiasi dosis tinggi dpat menghalangi terjadinya implantasi atau penanaman sel telur yang telah dibuahi di dinding rahim.

4) Hambatan pada leher rahim

Hambatan tersebut merupakan menjadi penyebab sebanyak 5% misalnya cairan vagina yang terlalu asam, yang disebabkan oleh adanya infeksi taraf rendah pada vagina, maupun berasal dari kondisi kimiawi dari tubuh sendiri yang nantinya akan dapat membunuh sperma.

c. Faktor kedua pasangan

Masalah yang menjadi penyebab infertilitas tidak hanya berasal dari salah satu dari pasangan, akan tetapi oleh keduanya. Adanya ketidakserasian sangat berhubungan erat dengan ketidaksuburan. Ketidakserasian tersebut dapat terjadi akibat kuranganya komunikasi pada komunikasi pasangan ketika melakukan hubungan seksual, misalnya terjadinya vaginismus nantinya akan menimbulkan reaksi alergi wanita terhadap sperma yang diakibatkan adanya ketakutan untuk hamil (Alam etc al, 2007).

2. Faktor Risiko Terjadinya Depresi

Depresi dapat merupakan hasil dari berbagai faktor, terutama ketika berhubungan dengan orang lain.

a. Faktor biologis: Depresi sering merupakan akibat dari ketidakseimbangan neurotransmiter di dalam otak. Neurotransmitter, seperti serotonin, dopamine dan norepinefrin, yang bertanggung jawab untuk mengirimkan pesan seluruh otak. Pesan ini sering mengatur suasana hati. Jika neurotransmiter ini menjadi tidak seimbang, hal ini dapat memicu perubahan mood.

(5)

b. Genetika: Depresi cenderung berjalan dalam keluarga, jadi jika Anda memiliki anggota keluarga dekat yang menderita depresi, terdapat peningkatan kemungkinan Anda juga.

c. Lingkungan: Lingkungan juga memainkan peran yang kuat dalam menyebabkan depresi. Faktor-faktor lingkungan, seperti stress, kehilangan, atau mengubah sering memicu episode depresi (Harun, 2010).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan depresi yaitu mulai faktor genetik sampai dengan faktor nongenetik. Faktor genetik, ketidakseimbangan biogenik amin, gangguan neuroendokrin dan perubahan neurofisiologi, serta faktor psikologik seperti kehilangan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, distorsi kognitif, ketidakberdayaan yang dipelajari dan faktor-faktor lain yang diduga berperan dalam terjadinya depresi (Nurmiati, 2005).

3. Beberapa faktor yang menyebabkan depresi: a. Jenis kelamin

Depresi lebih sering terjadi pada wanita. Ada dugaan bahwa wanita lebih sering mencari pengobatan sehingga depresi lebih sering terdiagnosa. Selain itu, ada pula yang menyatakan bahwa wanita lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan ambangnya terhadap stressor lebih rendah bila dibandingkan dengan pria. Adanya depresi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon pada wanita menambah tingginya prevalensi depresi pada wanita, misalnya adanya depresi prahaid, post partum dan postmenopause.

b. Usia

Depresi lebih sering pada usia muda. Umur rata-rata antara 20-40 tahun. Faktor sosial sering menempatkan seseorang yang berusia muda pada resiko tinggi. Predisposisi biologi seperti faktor genetik juga sering memberikan pengaruh pada seseorang yang lebih muda. Walaupun demikian, depresi juga dapat terjadi pada anak-anak dan lanjut usia.

c. Geografis

Di negara maju, depresi lebih sering terjadi pada wanita. Penduduk kota lebih sering menderita depresi dibandingkan dengan penduduk desa. Depresi lebih

(6)

tinggi dalam institusi dalam perawatan bila dibandingkan dengan di dalam masyarakat. Sekitar 10-15% penderita dalam perawatan akut menderita depresi mayor dan 20-30% menderita depresi minor. Depresi di pusat kesehatan masyarakat lebih tinggi bila dibandingkan dengan populasi umum.

d. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang menderita gangguan depresi lebih tinggi pada subyek penderita bila dibandingkan dengan kontrol. Begitu pula riwayat keluarga bunuh diri dan menggunakan alkohol lebih sering pada keluarga penderita depresi daripada kontrol. Dengan perkataan lain, risiko depresi semakin tinggi bila ada riwayat genetik dalam keluarga.

e. Kepribadian

Seseorang dengan kepribadian yang lebih tertutup, mudah cemas, hipersensitif dan lebih bergantung pada orang lain lebih rentang terhadap depresi. f. Stressor Sosial

Stressor adalah suatu keadaan yang dirasakan sangat menekan sehingga seseorang tidak dapat beradaptasi dan bertahan. Stressor sosial merupakan faktor resiko terjadinya depresi. Peristiwa-peristiwa kehidupan baik yang akut maupun yang kronik dapat menimbulkan depresi. Misalnya pertengkaran yang hampir berlangsung setiap hari baik di tempat kerja atau di rumah tangga, kesulitan keuangan dan ancaman yang menetap terhadap keamanan (tinggal di daerah yang berbahaya atau konflik) dapat mencetuskan depresi.

g. Dukungan Sosial

Faktor-faktor dalam lingkungan sosial yang dapat memodifikasi pengaruh stressor psikososial terhadap depresi telah menjadi perhatian dalam penelitian psikiatri. Seseorang yang tidak dapat terintegrasi ke dalam masyarakat cenderung menderita depresi. Dukungan sosial terdiri dari empat komponen yaitu jaringan sosial, interaksi, dukungan sosial yang di dapat dan dukungan instrumental.

h. Tidak bekerja

Tidak mempunyai pekerjaan atau menganggur juga merupakan faktor terjadinya depresi. Suatu survai yang dilakukan terhadap wanita dan pria di bawah

(7)

65 tahun yang tidak bekerja sekitar enam bulan melaporkan bahwa depresi tiga kali lebih sering pada pengangguran dari pada yang bekerja (Nurmiati, 2005).

4. Tanda dan Gejala

Gejala utama depresi adalah perasaan tak henti-hentinya kesedihan atau keputusasaan. Namun ada banyak gejala lain yang dapat dipicu oleh kasus depresi (Frank Bruno, 1997)

a. Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup. Tantangan yang ada, hobi atau rekreasi tidak memberikan kesenangan.

b. Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika kondisinya telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan.

c. Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi pada pihak lain banyak orang yang mengalami depresi justu terlalu banyak atau sering tidur. d. Gangguan aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami depresi

mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap usaha untuk mengkomunikasikan idenya.

e. Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk mengatakan atau merasa lelah atau capai. Ada anggapan bahwa gejala itu disebabkan oleh faktor-faktor emosional, bukan faktor biologis.

f. Keyakinan seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak efektif, orang tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti menyia-nyiakan hidup atau tidak bisa mencapai banyak kemajuan, sering kali terjadi.

g. Perilaku merusak diri tidak langsung. Contohnya : penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan lainnya, makan berlebihan, terutama kalau seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti menjadi gemuk, diabetes, hypoglicemia atau bisa juga perilaku merusak diri sendiri secara tidak langsung dan kadang menjadi pemarah dan suka mencari gara-gara.

(8)

h. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk memecahkan masalah secara efektif. Keluhan umum yang sering terjadi adalah tidak bisa berkonsentrasi.

i. Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri atau suka dengan kekerasan. Gejala depresi menurut PPDGJ-III (Maslim, 2003) :

1. Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) a. Afek depresi

b. Kehilangan minat dan kegembiraan

c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

2. Gejala lainnya :

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f. Tidur terganggu

g. Nafsu makan berkurang 5. Tingkat Depresi

a. Depresi ringan

1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas

2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g) 3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya

4) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

5) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

b. Depresi sedang

1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan

(9)

2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya 3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu

4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.

c. Depresi berat tanpa gejala psikotik

1) Semua gejala utama depresi harus ada

2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat.

3) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan. 4) Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2

minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.

5) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

d. Depresi berat dengan gejala psikotik

1) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F3.2 tersebut diatas. 2) Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya

melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).

(10)

B. Konsep Diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri dipengaruh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain. (Suliswati etc al, 2005).

Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual (Payapo etc al, 2005).

Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunia secara terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaan sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman. Karakter individu dengan konsep diri yang positif :

1. Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai teman dan mudah bersahabat. 2. Mampu berfikir dan membuat keputusan.

3. Dapat beradaptasi dan menguasai lingkugan.

Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif. Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari berbagai stressor, dengan adanya stressor akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri. Dalam usaha mengatasi ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping yang bersifat membangun.

1. Komponen Konsep diri

Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image), ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem), peran (self-role) dan identitas diri (self-identity).

a. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi. Jika

(11)

individu selalu sukses maka cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah (Suliswati, 2005).

Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Manusia cenderung bersikap negatif, walapun ia cinta dan kemampuan orang lain tapi jarang mengekspresikannya. Sebagai seorang perawat sikap negatif harus dikontrol sehingga setiap orang yang bertemu perawat dengan sikapnya yang positif merasa dirinya berharga. Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain (Suliswati, 2005).

Coopersmith (Dikutip oleh Stuart etc al, 1991) Menguraikan empat cara meningkatkan harga diri :

1) Memberi kesempatan yang berhasil. Memberikan tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan, kemudian memberikan pengakuan dan pujian akan keberhasilannya. Jangan memberikan tugas yang sudah diketahui tidak akan dapat diselesaikan.

2) Menanamkan gagasan. Memberikan gagasan yang dapat memotivasi.

3) Mendorong aspirasi. Pertanyaan dan pendapat perlu ditanggapi dengan memberi penjelasan yang sesuai. Memberikan pengakuan dan sokongan untuk aspirasi yang positif sehingga anak memandang dirinya diterima dan bermakna.

4) Membantu membentuk koping. Pada tiap tahap perkembangan, individu mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Individu perlu mengembangkan koping untuk menghadapi kemungkinan yang terjadi dalam penyelesaian tugas.

Hidup akan merasa bermakna atau berhasil jika diterima dan diakui orang lain, merasa dapat mengontrol dirinya, merasa mampu menghadapi kehidupan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Harga diri: 1) Pengantar sukses dan gagal

Pengalaman hidup sebelumnya dapat mempengaruhi kesuksesan seseorang. 2) Motivasi dan Evaluasi diri.

(12)

Memberikan gagasan yang dapat memotivasi dan evaluasi diri adalah proses mental yang berkelanjutan. Nilai diri atau harga diri merupakan kebutuhan manusia menurut hierarki Maslow orang akan merasa berharga dalam hidupnya karena memiliki harga diri.

3) Koping individu

Individu perlu mengembangkan koping untuk menghadapi stressor yang muncul. Harga diri juga dipengaruhi oleh sejumlah koping yang mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup. Seseorang dengan harga diri tinggi cenderung menunjukkan keberhasilan yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya diri (potter etc al, 2005).

Harga diri yang rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada klien skizofrenia dan depresi (Keliat, 1994).

C. Harga Diri dengan Depresi pasangan Infertil

Infertilitas merupakan masalah kesehatan yang tidak hanya berhubungan dengan masalah fisik saja akan tetapi juga secara psikologis, pasangan suami istri cenderung harga dirinya merosot. Mereka sering merasa kesepian, sedih, dan marah. Rangkaian panjang kekecewaan bahwa banyak pengalaman dapat menyebabkan efek mati rasa, dan dapat mengakibatkan depresi. Adanya nilai dan norma yang ada pada masyarakat mengenai nilai anak, kemudian adanya peranan perempuan sebagai istri sekaligus ibu, serta keinginan memiliki keluarga ideal. (Potter etc al, 2006).

Banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak pernah mempunyai anak. Banyak faktor yang mempengaruhi infertilitas, salah satu faktornya adalah dari segi psikologis yang dapat menyebabkan pasangan mengalami harga diri yang rendah apalagi saat berinteraksi dengan orang lain. Infertilitas merupakan suatu keadaan yang menekan, pada pasagan suami istri sering kali hal ini menyebabkan depresi, cemas dan lelah berkepanjangan. Padahal hal tersebut memberikan pengaruh yang cukup besar pada kemampuan untuk bisa hamil (Admin , 2010).

Dampak psikologis pasangan suami istri yang infertil adalah munculnya perasaan depresi hal tersebut juga didukung oleh Keye (1995), yang menyatakan

(13)

bahwa dampak psikologis pasangan suami istri infertil adalah rasa bersalah terhadap pasangan, frustasi, tidak berguna serta rendah diri dan hal itu berdampak sangat buruk terhadap hubungan suami istri yang mengakibatkan pasangan suami istri menjadi kurang harmonis dan tidak lagi mesra dan hangat. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Karmiyati dari 59 pasangan suami istri infertile 9% mengalami depresi sedangkan menurut Downey dan McKidney (1992) menunjukkan bahwa 11% pasangan suami istri infertile mengalami depresi yang cukup berat. Selain itu dampak yang dirasakan oleh pasangan suami istri infertil adalah merasa sebagai orang yang kurang berguna dan malu terhadap lingkungan karena merasa sebagai pasangan yang tidak bisa menghasilkan keturunan dan akhirnya mereka menjadi bahan omongan bagi kebanyakan orang sehingga mereka malu jika harus bertemu dengan orang disekitar mereka (Novi N, 2007).

Infertilitas yang dialami oleh seorang istri menyebabkan dampak psikologis pada dirinya, seperti munculnya perasaan frustasi, harga diri yang rendah, depresi yang cukup berat, stress, perasaan tidak sempurna dan kurang berarti serta hubungan suami istri juga mengalami masalah ( Dewata R, 2010)

Depresi ini dapat menyebabkan berbagai efek samping fisik dan meletakkan beban pada hubungan pekerjaan dan menikmati kehidupan sehari-hari. Pengobatan yang efektif termasuk resep obat-obatan terapi alternatif dan botani suplemen tersedia dan dapat membantu anda meninggalkan depresi. Depresi juga sebagai suatu gangguan alam perasaan, ditandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa dan perasaan kosong (Stuart & Sundeen, 1987).

Kehamilan yang selalu gagal pada pasangan infertil menjadikan kekecewaan berubah menjadi kehancuran. Subur Banyak orang menjadi tertekan dan cemas. Ketegangan dalam perkawinan dan di antara anggota keluarga kadang-kadang menjadi tak tertahankan. Harga diri salah satu atau kedua pasangan merosot. Mereka sering merasa kesepian, sedih, dan marah. Rangkaian panjang kekecewaan bahwa banyak pengalaman dapat menyebabkan efek mati rasa, dan depresi dapat mengakibatkan. Jika salah satu pasangan memiliki masalah medis yang menyebabkan ketidaksuburan, dia sering merasa bersalah dan mungkin bahkan menawarkan perceraian lain. Pada saat yang sama, orang tidak subur mungkin takut

(14)

bahwa pasangannya akan meninggalkan hubungan. Semua perubahan ini bisa membuat orang merasa secara emosional jauh dan perlu untuk menghindari keintiman. (Eny, 2010)

Depresi pada wanita lebih sering terjadi dibandingkan pada pria. Secara umum wanita mempunyai resiko dua kali lipat dibandingkan pria untuk mengalami gangguan depresi di dalam hidupnya. Hal ini disebabkan faktor genetik maupun sosial. Secara psikososial wanita lebih banyak mengalami tekanan psikososial dibandingkan dengan pria. suatu gangguan penyesuaian bila berlangsung lebih dari delapan minggu tanpa adanya perbaikkan gejala disertai dengan menurunnya harga diri. Gejala depresi harus diperhatikan dan pengobatan dilakukan bila keluhan telah mengganggu fungsi sosial dan pribadi si wanita (Novi N, 2007).

Harga diri sangat penting bagi wanita infertil karena harga diri berperan dalam perkembangan kepribadiannya. Tanpa harga diri yang tinggi akan lebih mudah merasa tertekan dan takut dalam menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan. Harga diri juga berperan dalam banyak perilaku, karena wanita infertil yang dapat menerima keadaan dirinya tidak akan memiliki hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, harga diri pada wanita infertil menjadi perlu untuk diteliti karena harga diri yang tinggi dapat menuntun wanita yang infertil ke arah keputusan-keputusan untuk berperilaku yang rasional (Novi N, 2007).

(15)

D. KERANGKA KERJA PENELITIAN 1. Kerangka Teori Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, maka dapat disusun kerangka teori penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1: Kerangka Teori modifikasi teori Stuart & Sundeen (1998) dan Nurmiati (2005)

2 Kerangka Konsep Penelitian

Dalam Menggambarkan hubungan antara variabel-variabel penelitian ini, maka disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2: Kerangka Konsep modifikasi teori Stuart & Sundeen (1998) dan Nurmiati (2005). Harga Diri Tingkat Depresi : - Ringan - Sedang - Berat Konsep Diri :

- Citra tubuh (body image)

- Ideal diri (self-ideal) - Harga diri

(self-esteem)

- Peran (self-role) - Identitas diri

(self-identity)

Faktor Risiko terjadi Depresi: - Faktor bilogis

- Faktor genetik - Faktor lingkungan

Depresi pada Infertil

Faktor penyebab depresi : - Jenis kelamin - Usia - Geografis - Riwayat keluarga - Kepribadian - Stresor Sosial - Dukungan Sosial - Tidak bekerja

(16)

E.Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel Independen dan variabel Dependen :

1. Variabel Independen

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah harga diri 2. Variabel Dependen

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat depresi pada pasangan infertil

F. Hipotesis penelitian

Berdasarkan tinjaun pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep. Maka dapat dirumuskan sebagai berikut : ada hubungan antara harga diri dengan tingkat depresi pada pasangan infertil di Kelurahan Wonosari Ngaliyan Semarang.

Gambar

Gambar 2.2: Kerangka Konsep modifikasi teori Stuart & Sundeen (1998) dan Nurmiati  (2005)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk produk ini, penilaian keselamatan kimia sesuai dengan peraturan EU REACH No 1907/2006 tidak dilakukan. Informasi lain

Abstrak Pada kasus-kasus aktual di lapangan, penelitian mengenai kondisi air tanah adalah sulit untuk dilakukan, sehingga untuk mempelajari lebih lanjut mengenai tinggi muka air

KPU Provinsi/KIP Provinsi dan/atau KPU Kabupaten/Kota/KIP Kabupaten/Kota yang sedang melaksanakan proses pengadaan yang bersangkutan dengan pemutakhiran data pemilih dan

Pembiasaan memberikan manfaat bagi anak. Karena pembiasaan berperan sebagai efek latihan yang terus menerus, anak akan lebih terbiasa berperilaku dengan nilai-nilai

Fungsi Seni Rupa Tiga Dimensi Karya seni rupa tiga dimensi pada umumnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan karya-karya seni rupa murni patung, relief, monumen

(1) PA/KPA atau Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah menyampaikan surat permintaan rekomendasi kepada APIP yang bersangkutan berdasarkan usulan penetapan sanksi

Geometry and Building Flat (GBF) yang dapat digunakan sebagai media pendukung belajar siswa dalam pelajaran matematika khususnya pada materi bangun ruang dan

Mencermati beberapa pengaturan organisasi sayap oleh partai politik seperti partai Golkar, Partai PKS, dan partai NasDem dalam anggaran dasarnya dapat ditarik