• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KURSUS INOVASI TEKNOLOGI BITE Agustus 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH KURSUS INOVASI TEKNOLOGI BITE Agustus 2016"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

KURSUS INOVASI TEKNOLOGI BITE 2016

4 – 6 Agustus 2016

TEAM PENELITI DAN TEKNISI BALITJESTRO

BALAI PENELITIAN TANAMAN JERUK DAN BUAH SUBTROPIKA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

(2)

PRODUKSI BENIH JERUK BERMUTU (BENIH SEBAR)

SETIONO

Pendahuluan

Pembangunan agribisnis Jeruk diawali di perbenihan, artinya agribisnis jeruk yang berkelanjutan dan kompetitif menuntut dukungan industri benih yang tangguh , yaitu menghasilkan benih jeruk bermutu prima yang berlabel bebas penyakit , tersedia pada saat musim tanam dan dengan harga yang terjangkau petani.

Benih jeruk bermutu adalah benih yang varietasnya sudah terdaftar untuk peredaran dan diperbanyak melalui sistem sertifikasi benih, mempunyai mutu genetik (true to type), mutu fisiologis, mutu fisik serta status kesehatan yang sesuai dengan standar mutu (bebas penyakit

sistemik) atau memenuhi persyaratan teknis minimal.

Benih jeruk bebas penyakit bukan berarti tahanterhadap 5 pathogen sistemik ( CVPD, CTV, CVEV, CEV dan CPsV), tetapi setelah ditanam dilapang dapat terinfeksi melalui serangga penular maupun peralatan yang digunakan dalam proses perbenihan.

Alur proses produksi pohon induk jeruk dan distribusi benih jeruk bermutu melalui beberapa tahapan yaitu : Penentuan Pohon Induk Tunggal (PIT) – Penyambungan Tunas Pucuk (PTP) – Regrafting – Indeksing – BS – BD/BF – BP/BPMT – Benih Sebar.

Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat musim tanam sulit untuk mendapatkan benih jeruk bermutu sehingga banyak petani yang masih menggunakan benih jeruk seadanya yang asal usulnya tidak jelas sehingga saat berbuah petani kecewa karena hasilnya tidak sesuai seperti yang diharapkan.

(3)

agar dapat di implementasikan, tetapi masih banyak yang belum menerapkan dengan benar sesuai SOP yang ada.

Pengertian.

Banyak dijumpai istilah atau definisi dalam perbenihan hortikultura yang tertuang dalam Permentan No: 48/Permentan/SR.120/2012 tanggal 10 Agustus 2012 tentang Produksi, Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Benih. Contoh pengertian yang dimaksud diantaranya :

Benih Hortikulturayang selanjutnya disebut benih adalah tanaman Hortikultura atau bagian darinya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman hortikultura.

Persyaratan Teknis Minimal adalah spesifikasi teknis benih yang

mencakup mutu genetik, fisik, fisiologis dan atau status kesehatan benih yang ditetapkan oleh Direktur Jendral atan nama Menteri.

Sertifikasi benih adalah proses pemberian sertifikat terhadap kelompok

benih melalui serangkain pemeriksaan dan atau pengujian, serta memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal.

Secara garis besar bahwa Produksi Benih Jeruk Bermutu terdiri dari 6 kegiatan, yaitu :

1. Penyediaan Semai Batang Bawah 2. Penyediaan Mata Tempel

3. Penempelan (Okulasi) 4. Pemeliharaan Tanaman 5. Sertifikasi Benih

6. Distribusi/Penyaluran benih

1. Penyediaan Semai Batang Bawah

Tidak semua jenis jeruk dapat digunakan sebagai batang bawah, dipilih varietas yang kompatibel/sesuai kesalahan memilih varietas batang bawah akan berakibat merugikan petani karena batang bawah berperan sebagai pendukung batang atasnya. Lebih dari 20 karasteristik hortikultura akibat pengaruh batang bawah, termasuk vigor dan ukuran tanaman, kedalaman akar, toleran terhadap suhu rendah, adaptif terhadap kondisi tanah tertentu seperti kadar garam/ salinitas tinggi atau kelebihan air, toleran/tahan terhadap nematode dan busuk akar atau leher akar phytopthora, hasil, ukuran dan tekstur

(4)

buah, serta mutu buah. Beberapa varietas yang dapat digunakan sebagai batang bawah antara lain : Japansche Citroen (JC), Rough Lemon (RL), Volkameriana, Kunci-01, Poncirus trifoliata, Citumello 4475, Carrizo citrange dan Troyer citrange .

Benih untuk semaian batang bawah dapat diperoleh dengan memanen buah jeruk pada kondisi masak fisiologis - matang, tidak memanen buah yang sudah jatuh/rontok karenabuah yang jatuh sudah terinfeksi penyakit busuk akar (phytopthora sp). Biji dipisahkan dari daging buah, dihilangkan lendir menggunakan abu gosok untuk menghilangkan zat penghambat kemudian diperlakukan direndam dalam air hangat pada suhu 52° C selama 10 menit dan atau direndam Benomyl 5 % selama satu menit untuk membunuh cendawan tular benih.

Penyemaian idealnya diletakkan di rak (minimal tinggi rak dari permukaan tanah 20 cm) yang berfungsi untuk mencegah percikan /masuknya air hujan/irigasi yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah (damping off) dan diberi naungan atap plastik transparan. Tempat/wadah media penyemaian dapat berupa: polybag, keranjang plastik, kotak kayu atau rak semai, menggunakan media tumbuh pasir sungai/ tanah endapan , ditanam cara baris dibuatkan alur dengan jarak tanam : 1-2 cm x 5 cm. Posisi tanam adalah bagian runcing benih ditancapkan ke media tumbuh kemudian ditutup media dan disiram.Permukaan media tumbuh persemaian ditutup plastik hitam perak selama 2 minggu yang berfungsi untuk menyerempakkan perkecambahan.

semai biji ditata dengan sistem alur

semai biji disebar Posisi tanam benih

(5)
(6)

tanam 15-20 cm x 30-40 cm atau di polybag ukuran tinggi 30 cm x diameter 10 cm yang menggunakan media tumbuh tanah endapan/sedimen atau bahan lain diantaranya dapat berupa campuran antara humus/tanah + pasir/sekam + kompos/pupuk kandang (1:1:1 v/v). Untuk membuat lubang tanam semaian dapat menggunakan tugal dengan kedalaman lubang sesuai ukuran panjang akar tunggang supaya perakaran tumbuh lurus tidak bengkok/melilit , kemudian disiram air secukupnya.

2. Penyediaan Mata Tempel

Pohon induk sumber mata tempel jeruk ditanam di Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang terbuat dari bangunan rumah kasa insect proof berpintu ganda , varietas yang ditanam sudah terdaftar peredarannya atau telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Pengertian Blok Penggandaan Mata Tempel adalah pertanaman pohon induk tanaman tahunan yang berasal dari pertanaman Blo Fondasi yang setara dengan kelas Benih Pokok dan sebagai penghasil benih sumber untuk kelas Benih Sebar

Mata tempel yang digunakan berasal dari ranting dengan kriteria 1. Umur tunas 3-4 bulan sejak pertunasan

2. Ukuran diameter (penampang) 0,5- 0,8 cm

3. Memiliki embrio aktif ( mata tunas menonjol) , belum tumbuh tunas 4. Berpenampang segitiga sampai bulat, berwarna hijau dan berdaun 5. Berasal dari ranting yang tumbuhnya vertikal/tegak dan masih segar 6.Sebanyak 2-3 mata tunas pada pangkal ranting tidak digunakan 7.Telah diperlakukan dengan fungisida, pada kedua ujungnya telah

(7)

Benih sumber/pohon induk di BPMT telah dikelola dengan baik tetapi masih dijumpai tujuh cendawan yang mencemari rantingmata tempel, yaitu: Fusarium sp,Collectroticum sp., Cercosprora sp.,

Phytium sp., Alternaria sp., Aspergilus sp., dan Penicillum sp. yang

apabila tidak dikendalikan dapat menurunkan kualitas mata tempel. Tindakan/ perlakuan untuk mengendalikan cendawan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Ranting-ranting dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki 2. Ranting-ranting dicelup dalam larutan klorox 10% yang telah

dipersiapkan sebelumnya (100 cc klorox + 900 cc air) selama 60 detik kemudian segera dikering-anginkan. Jika selama 15 menit ranting belum kering segera dibantu dengan kipas angin. Pencelupan dalam larutan dan pengeringan yang terlalu lama dapat mengakibatkan mutu ranting mata tempel menurun. 3. Setelah itu dicelup dalam larutan 5% benomyl / Benlate (5 gram

Benlate +1000 cc Air) selama 60 detik dan kemudian dikering anginkan.Jika selama 15 menit ranting belum kering angin segera dibantu dengan kipas angin. Pencelupan dalam larutan dan pengeringan yang terlalu lama dapat mengakibatkan mutu ranting mata tempel menurun.

4. Ranting dimasukkan dalam kantong plastik transparan dan diikat rapat. Bungkusan ranting mata tempel seharusnya disegel oleh BPSB. Segel BPSB paling tidak memuat informasi tentang varietas, tanggal panenan, jumlah mata tempel dan kode blok/ bedengan dari mana ranting mata tempel.

(8)

3. Okulasi

Okulasi/penempelan merupakan metode perbanyakan yang umum digunakan oleh penangkar jeruk komersial di Indonesia. Ada 3 metode okulasi yang sering digunakan, yaitu:

1. Okulasi Forkert

(9)

3. Okulasi bentuk huruf T

Cara okulasi diawali dengan menentukan bidang okulasi pada ketinggian 20-25 cm diatas permukaan leher akar tanaman, kemudian membuat sayatan panjang 1-1,5 cm dan lebar 0,5-0,75 cm sesuai dengan metode yang dipilih , dilakukan diantara ruas (internode) batang bawah jeruk. Mata tempel disayat dengan bentuk sesuai dengan metode yang dipilih dan ukuran sayatannya sama dengan pada batang bawahnya, kemudian disisipkan ke sayatan batang bawah dan diikat dengan tali plastik transparan. Tali plastik pengikat okulasi dibuka setelah 14-21 hari, kemudian dilakukan pemotongan batang bawah 1-2 cm diatas bidang okulasi atau ada yang dibiarkan terlebih dulu 7 hari kemudian baru dipotong.

Tunas okulasi yang tumbuh diseleksi dan dipelihara satu tunas yang terbaik dan diusahakan tumbuh lurus dan tegak, boleh dicabangkan apabila sudah mencapai ketinggian 40- 50 cm dari leher akar. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi, ialah: kondisi fisiologis batang atas dan batang bawah, kondisi alat yang digunakan (ketajaman pisau, kebersihan pisau), keterampilan pelaksana/okulator( cara mengikat, pemilihan bahan untuk mengikat) , kondisi lingkungan (suhu <3 0º C, kelembaban > 70 %).

4. Pemeliharaan Tanaman

Sejak menyemai benih batang bawah sampai dengan benih siap distribusi/salur, tanaman harus harus dipelihara intensif. Pemeliharaan berupa penyiraman, mewiwil, pengendalian OPT maupun penyiangan disesuaikan dengan kondisi dan keperluannya. Selama dipesemaian, serangan cendawan rebah kecambah/ damping off (lanas=bhs.jawa) menjadi kendala utama, namun dapat dikendalikan dengan mencabut kecambah yang terserang, memberi fungisida dan memberii naungan atap plastik transparan.

(10)

Penyakit Alternaria sp. menyerang tunas hasil okulasi sehingga mengakibatkan tunas tanaman busuk mulai dari ujung sampai ke pangkalnya kemudian tanaman mati. Pengendalian serangan penyakit ini dapat dilakukan dengan memotong tunas yang terserang, menyemprot dengan fungisida bahan aktif Benomil, Tembaga hidrooksida dan lainnya dan atau memberi naungan atap plastik transparan. Serangan OPT lain seperti hama Thrips, ulat peliang daun (Phylocnistris citrella), ulat papilio, kutu sisik dan tungau dikendalikan dengan insektisida. Serangga penular penyakir jeruk Diaphorina citri dan Toxophthera harus diwaspadai menjadi prioritas utama pengendalian menggunakan insektisida bahan aktif imidakloprit, dimethoate, sipermetrin dan lainnya yang tersedia dipasar. Sterilisasi alat pertanian harus diperhatikan (gunting, pisau dan gergaji) menggunakan larutan alkohol 70% untuk mencegah tertular penyakit CEV yg disebabkan viroid.

Pemberian unsur hara selama pertumbuhan dalam bentuk pupuk buatan dimulai sejak semaian umur 1 bulan setelah berkecambah sampai dengan benih siap salur/distribusi yang diberikan dalam bentuk larutan 5 gr NPK (15-15-15)+3 gr ZA /liter air dengan interval setiap 2-3 minggu terbukti mampu memberikan pertumbuhan yang baik.

5. Sertifikasi Benih

Pembeda antara benih jeruk bersertifikat dengan benih jeruk liar adalah identitas benih. Benih bersertifikat diberi identitas berupa label dari BPSB yang dipasang pada setiap individu tanaman. Pemohon

(11)

yang belum memiliki sertifikat SMM, sedangkan penyelenggara sertifikasi benih yaitu :1).Instansi atau Unit Kerja yang menyelenggarakan tugas dan fungsi bidang pengawasan dan sertifikasi benih (BPSB). 2). Produsen benih yang memiliki sertifikat system manajemen mutu (SMM) dibidang perbenihan (sertifikasi mandiri). Penerbitan sertifikat benih dan pemberian nomor seri label pada setiap individu benih jeruk dilakukan apabila telah lulus melalui serangkaian pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan administrasi dan fisik lapang yang meliputi pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan okulasi dan pemeriksaan siap salur.

6. Distribusi/Penyaluran Benih

Rata-rata benih jeruk okulasi sudah dapat didistribusikan setelah berumur 5 bulan sejak okulasi , pertumbuhan mengalami dua periode pertunasan dengan tinggi tanaman mencapai lebih 50 cm dari titik okulasi. Penyaluran benih jeruk dengan menyertakan label biru yang diikatkan pada setiap individu tanaman. Saat pemasangan label diawasi oleh petugas Pengawas Benih Tanaman. Berdasarkan Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Tanaman Hortikultura, Tahun 2012 yang diterbitkan oleh Direktorat Perbenihan Hortikultura bahwa berdasarkan persyaratan teknis minimal benih jeruk hasil okulasi yang disalurkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

- Tinggi bidang okulasi dari leher akar = 20-25 cm - Tinggi tanaman 50 cm ( 25-30 cm dari titik okulasi) - Umur tanaman dari okulasi minimal 5 bulan - Sehat, bebas vektor penyakit utama tanaman jeruk,

apabila persyaratan minimal yang sudah ditentukan tidak tercapai maka dinyatakan tidak lulus dan tidak diterbitkan sertifikat dan nomer seri label .

Benih jeruk siap salur yang memenuhi

persyaratan teknis minimal Benih jeruk tdk dapat disalurkan karena tidak memenuhi persyaratan teknis minimal

(12)

Agrobisnis jeruk yang menggunakan benih bermutu merupakan investasi masa depan yang sudah jelas dapat dipastikan hasilnya, berkaitan dengan hal tersebut maka tidak disarankan menanam benih jeruk yang tidak diketahui asal-usulnya , lebih baik menunda musim tanam sampai diperoleh benih bermutu.

Daftar Pustaka

Anonim, 2013. Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Tanaman Hortikultura ( Nomor : 01/Kpts/ /SR.130/12/2012). Direktorat Perbenihan Hortikultura. Direktorat Jendral Hortikultura. Kementerian Pertanian. 2013.

Anonim, 2013. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 48/Permentan/ SR.120/8/2012). Tentang Produksi, Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Beniha Hortikultura dalam Peraturan Perbenihan Hortikultura. Direktorat Perbenihan Hortikultura, Direktoran Jendral Hortikultura. Kementerian Pertanian. Jakarta, 2013.

Davies FS and L.Gene Albrigo, 2003.Citrus. CAB International. 254p Siata, S, 1990. Keragaan Pertumbuhan Semai Jeruk Kultivat Japanche

Citroen (JC) dan Rough Lemon (RL) Dari Berbagai Ukuran Benih. Thesis.Fakultas Pasca Sarjana universitas Gajahmada. Program KPK Universitas Brawijaya Malang. 120p.

Saunt, J, 2000. Citrus Rootstock in Citrus Varieties of The World. Sinclair International Limited, Norwich, England. 2000. p.145-156

Setiono dan A. Supriyanto, 2014.Kamus Pestisida Untuk Organisme pengganggu Tanaman.Materi Sekolah Lapang PTKJS.kerjasama Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten

(13)

Setiono, 2015. Pengelolaan BF, BPMT serta Teknologi Produksi Benih Jeruk Bebas Penyakit. Disampaikan pada kegiatan Revitalisasi Perbenihan Jeruk, Batu 21-24 April 2015

Yuana Pristy kusumaning Ayu, 2016.Studi Poliembrioni pada Benih Batang Bawah Jeruk Japansche Citoen (JC).Skripsi. Universitas Brawijaya. Fakultas Pertanian. Jurusan Budidaya Pertanian. Malang. 2016

(14)

TEKNIK IDENTIFIKASI VARIETAS JERUK

Hadi Mulyanto dan Tim Pemuliaan Tanaman

Pendahuluan

Jeruk merupakan tanaman asli (indigenous) dari benua Asia khususnya dari India sampai China. Banyak spesies jeruk yang telah dibudidayakan di daerah subtropik. Jeruk dan kerabatnya termasuk ke dalam famili Rutaceae yang meliputi banyak genera (Roy dan Goldschmidt, 1996). Jeruk mempunyai enam genera, yaitu: 1) Citrus, 2) Microcitrus, 3) Fortunella, 4) Poncirus, 5) Cymenia, dan 6) Eremocitrus. Daun yang dimiliki semua genera tunggal, kecuali Poncirus yang berdaun majemuk (trifoliate). Di antara enam genera tersebut, yang paling banyak dikenal adalah jenis Citrus. Citrus memiliki subgenera yaitu Citrus dan Papeda. Subgenera citrus memiliki 10 spesies dan 7 di antaranya telah dibudidayakan dan menjadi jeruk komersial, yaitu 1) Citrus sinensis Osbeck (jeruk manis), 2)

Citrusreticulata Blanco (jeruk keprok), 3) Citrus maxima Merr (jeruk

pamelo), 4) Citruslimon (jeruk lemon), 5) Citrus aurantifolia (jeruk nipis), 6)

Citrus medica (citroen), dan 7) Citrus paradisi (grapefruit). Karakter Penting Tanaman Jeruk

a. Karakter pertumbuhan tanaman

Tanaman tumbuh tegak (menjulang), dengan tajuk berbentuk ellipsoid. Karakter ini terdapat pada jeruk keprok (C. reticulata Blanco), antara lain keprok Batu 55, keprok Madura, keprok Pulung, keprok Garut, keprok Borneo Prima, keprok Sipiruk dll.

Tanaman tumbuh dengan tajuk menyebar terdapat pada jeruk Siam, jeruk manis (C. sinensis), jeruk pamelo, keprok Terigas, keprok RGL, dan keprok Tejakula.

(15)

Gambar 1. Karakter pertumbuhan tanaman; a) tumbuh tegak, b) tumbuh menyebar

b. Ranting

Ranting merupakan bagian tanaman yang memiliki mata tempel yang nantinya bermanfaat sebagai materi perbanyakan secara konvensional melalui okulasi. Beberapa ciri spesifik pada ranting mata tempel antara lain;

 Berduri; jeruk nipis, jeruk limau, jeruk manis, Japanche citron dan Rough Lemon

 Tidak berduri; jeruk pamelo, jeruk kalamondin, jeruk keprok dan jeruk siam

 Warna ranting; hijau tua (jeruk manis, jeruk keprok Satsuma, jeruk keprok Freemon) dan hijau muda (jeruk siam dan jeruk keprok)

c. Sayap daun

Sayap daun merupakan bagian daun yang terletak di bawah helai daun, melekat pada petiole daun.

 Memiliki sayap daun; jeruk pamelo, jeruk grapefruit, jeruk manis, dan jeruk purut.

(16)

Gambar 2. Sayap daun pada petiole; a) tanpa sayap daun, b-d) bersayap daun dengan ukuran yang beragam

d. Bentuk tepi daun

 Tepi daun bergelombang merupakan ciri spesifik yang sebagian besar dimiliki oleh jeruk keprok (C. reticulata)

 Tepi daun tidak bergelombang terdapat pada jeruk siam, jeruk keprok Tejakula, jeruk keprok RGL

Gambar 3. Bentuk tepi daun; a) tepi daun bergelombang, b) tepi daun tidak bergelombang

e. Bentuk ujung daun

 Ujung daun meruncing; jeruk siam, jeruk keprok Tejakula, jeruk keprok RGL

(17)

Gambar 4. Bentuk ujung daun; a) meruncing b) tumpul

f. Warna daging buah

Daging pada buah jeruk mempunyai karakter warna yang beragam, berikut warna-warna yang terdapat pada buah jeruk;

 Daging buah dengan warna putih krem terdapat pada jeruk nipis dan lemon; contohnya jeruk nipis kutai, jeruk nipis perak, jeruk lemon, jeruk pamelo pangkep putih, dll.

 Daging buah dengan warna kuning, contohnya pada buah jeruk manis, jeruk keprok Sanggul, dll.

 Warna daging buah oranye terdapat pada jeruk siam dan jeruk keprok, contohnya pada jeruk keprok Batu 55, jeruk keprok Garut, jeruk keprok Monita, jeruk keprok RGL, jeruk keprok SoE dll

 Buah dengan warna daging merah muda sampai merah terdapat pada jenis jeruk pamelo, misalnya jeruk pamelo Srinyonya, jeruk pamelo Nambangan, jeruk pamelo Magetan, jeruk pamelo Raja, jeruk Pangkep Merah, jeruk pamelo Kudus dll.

Gambar 5. Keragaman warna daging buah;

(18)

g. Bentuk axis buah

Karakter bentuk axis atau rongga yang terdapat pada buah jeruk berbentuk berlubang dan tidak berlubang (padat).

 Buah dengan axis berlubang contohnya pada jeruk Siam, jeruk keprok Batu 55, jeruk keprok garut, jeruk keprok Monita, jeruk keprok RGL, jeruk keprok SoE, dll.

 Buah dengan axis padat contohnya pada jeruk manis (citrus

sinensis), jeruk nipis, jeruk lemon, jeruk pamelo, dll.

Gambar 6. Bentuk axis buah; a) berlubang, c) padat

h. Aroma spesifik daun atau buah

Aroma spesifik pada jeruk bisa menjadi karakter pembeda, sekaligus dapat dijadikan sebagai penanda/penciri varietas. Aroma tersebut diperoleh ketika buah dikupas atau daun diremas, misalnya aroma yang terdapat pada buah jeruk limau, jeruk siam, jeruk keprok Terigas dll. Untuk mengetahui dan membedakan aroma buah antara varietas satu dengan lainnya perlu dicermati dan dicoba berulang-ulang.

i. Jumlah biji

Jumlah biji juga bisa menjadipembeda antar varietas dengan jumlah yang beragam dari yang berbiji sedikit (seedless) sampai berbiji banyak (seedy). Sebagian besar jeruk yang berkembang di Indonesia termasuk jenis jeruk dengan jumlah biji yang banyak.

(19)

j. Ciri khusus beberapa varietas:

1. Rasa buah

Rasa manis tanpa asam : jeruk siam, jeruk manis Pacitan Rasa manis asam : jeruk keprok (Batu 55, Garut,

Pulung, Berasitepu, Madura, dll)

Rasa buah asam : Kalamondin, JC, RL, Nipis,

Lemon

Rasa buah anggur : Pineaplle

Rasa Manis pada kulit buah : Nagamik Kumquat

Rasa buah menjadi pahit/getir bila ditanam didataran tinggi; jeruk pamelo, kecuali pamelo Bageng dan Kudus.

2. Morfologi buah

 Ujung buah memiliki ciri khusus (navel, lingkaran, ujung runcing) :

 Buah memiliki konde (neck) : Dekopon dan grapefruit  Buah bergaris seperti jari : Jaribuda

 Kulit buah kasar/keriput : jeruk purut, jeruk sambel 3. Pembungaan

 Awal berbunga harus mengalami stress air; jeruk keprok  Berbunga tanpa stress air; jeruk siam, jeruk keprok RGL,

jeruk keprok Satsuma, jeruk manis dan jeruk pamelo. 4. Aspek budidaya

 Pemanenan buah dilakukan pada saat buah telah masak fisiologis, jika dipanen lewat masak (terlalu lama dipohon) buah akan kering (tidak berair), misalnya pada jeruk keprok Monita, jeruk keprok Satsuma, jeruk Borneo Prima, dan jeruk keprok Tejakula.

 Jeruk siam memiliki zona agroekologi yang luas artinya bisa ditanam mulai dataran rendah sampai tinggi.

 Jeruk yang memiliki wilayah tanam spesifik dataran tinggi, misalnya jeruk keprok Batu 55, jeruk keprok Monita, jeruk keprok Tawangmangu, jeruk keprok Garut, jeruk Berasitepu, jeruk Manis dll.

(20)
(21)

Tabel 1. Karakter penting dalam spesies Citrus Karakter penting Spesies Citrus Citrus sinensis Citrus reticulata Citrus

maxima Citrus limon

Citrus aurantifolia Citrus paradisi Citrus medica Habitus tanaman Tegak menyebar Tegak Tegak menyebar

Perdu Perdu Perdu Tegak

menyebar Morfologi daun Bentuk daun brevipetiolate Bentuk daun sessile-eliptic Bentuk daun ovale atau eliptic ovale Bentuk daun ovale Bentuk daun oblong ovate, kecil 5-7,5 cm - Bentuk daun oblong atau lancelote Sayap daun Ukuran sayap daun lebih kecil dari daun Daun tanpa sayap (kecil) Bersayap dan daun berukuran besar Sayap daun sempit atau marginal Sayap daun sempit Tidak bersaya p Sayap daun agak lebar Morfologi bunga Berukuran kecil Berukuran kecil Berukuran besar Berwarna kemerahan dan jumlah stamen sangat banyak Berukuran kecil - Berukuran besar Morfologi buah Berukuran sedang, Berukuran sedang, Berukuran sangat - Berukuran kecil (ø 4-6 Beukura n besar, Berukuran besar (ø

(22)

9-sukar dikupas, juring sukar dilepas, ujung buah terkadang memiliki navel mudah dikupas, juring mudah dilepas, pangkal buah terkadang memiliki konde besar (ø 11-17 cm), pulp vesichel besar, juring mudah dilepas cm), bentuk ovoid, pulp kehijauan, rasa biasanya asam daging buah sangat lengket 13 cm), pulp vesichel besar, juring susah dilepas Morfologi biji Berukuran besar, monoembrio ni dengan kotiledon putih Biji kecil, polyembrio ni dan kotiledon berwarna hijau Biji besar, datar, dan cenderung berwarna kuning, kasar san cebderung monoembr ioni Biji kecil, berbentuk ovoid, permukaan halus Biji kecil, permukaan halus - Biji agak halus dan polyembrioni

(23)

TEKNIK IDENTIFIKASI PEYAKIT CVPD DAN DEFISIENSI UNSUR HARA SECARA VISUAL,CEPAT DAN SEDERHANA

Mutia Erti Dwiastuti, Dina Agustina, Unun Triasih Laboratorium Fitopatologi Balitjestro

PENDAHULUAN

Penyakit yang paling ditakuti petani jeruk Indonesia adalah penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) dengan nama internasional

Huanglungbin (HLB).Penyebab penyakit adalah Candidatus Liberobacter

asiaticum (Clas), kelompok bakteri gram negatif, phloem-limited fastidious prokaryotic yang termasuk kelompok alpha subdivisi Proteobacteria, parasit obligat, yang tidak bisa dikulturkan secara in vitro. Strain bakteri sejenis ditemukan di Asia, Afrika, dan Amerika, yang berturut-turut disebabkan oleh Candidatus Liberibacter asiaticus (CLas), CandidatusL.

Africanus (CLaf), dan Candidatus L. americanus (Clam). Penyakit ini

merupakan silent killer pada tanaman jeruk.Ancaman CVPD menyebabkan menurunnya produktifitas, kualitas bahkan kematian tanaman jeruk serta terjadinya erosi sumber daya genetik jeruk, salah satu diantaranya adalah punahnya pertanaman jeruk keprok Tejakula di Bali dan Keprok Punten di Batu. Penyakit tersebut pernah menyebabkan kerugian sebesar 23 Milyar / tahun pada era tahun 1990-an. Daerah sebarnya meliputi seluruh sentra pertanaman jeruk di Indonesia, termasuk Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan yang dulunya masih bebas dari penyakit ini.Penyakit ini ditemukan di daerah dengan ketinggian rendah (10 m dpl.) sampai ketinggian 1.000 m dpl. Tahun 1997 ditemukan hampir 100% tanaman jeruk keprok Tejakula di pantai Utara Bali terinfeksi ulang HLB berdasarkan hasil survei dan analisa PCR dan DNA hibridization Sementara itu dari Kalimantan Barat dilaporkan bahwa 31% tanaman jeruk yang telah berproduksi telah terinfeksi HLB. Karena daya rusaknya yang tinggi, diduga penyakit ini telah mengancam perekonomian sekitar 65.000 petani jeruk yang ada. Sebagian besar varietas komersial peka terhadap penyakit ini.Varietas jeruk besar dan Konde Purworejo toleran.Trauma terhadap keganasan penyakit CVPD

(24)

samai saat ini masih menghantui sebagian besar petani jeruk/yang akan mengembangkan kebun jeruk.

Kenapa disebut silent killer?, karena penyakit ini menyerang sistem jaringan pengangkut tanaman jeruk (floem). Jaringan pengangkut, kalau pada manusia ini diibaratkan sebagai peredaran darah.Kerusakan sistem jaringan tersebut pada awalnya tidak terlihat nyata, tanaman seperti masih sehat. Namun bila tidak dicegah, akan sulit disembuhkan, bahkan menyebabkan kematian. Penularan dari tanaman sakit ke tanaman sehat melalui materi perbanyakan vegetatif (mata tempel) saat di pembibitan. Okulasi (penempelan) dan penyambungan (grafting) sangat efektif menularkan bakteri CLas. Penularan antar tanaman dalam kebun melalui vektor serangga D. citri. Serangga vektor biasanya bersembunyidi balik bagian tanaman yang terlindung. Varietas yang palling rentan terinfeksi adalah jeruk siem. Tingkat infeksi melalui penyambungan mencapai 100% pada 4 bulan setelah inokulasi (BSI). Jumlah bakteri meningkat 10 ribu kali dari 103 pada 1 bulan setelah inokulasi menjadi sekitar 108 pada 8 BSI.

Keberhasilan pengendalian sangat ditentukan oleh ketepatan dan kecepatan dalam mengidentifikasi penyakit. Selama ini identifikasi penyakit CVPD atau HLB di lapang dianggap cukup sulit karena rancu dengan gejala difisiensi unsur hara mikro seperti Zn,Fe, Mn, Mo atau hara makro N dan Mg. Identifikasi melalui pemeriksaan laboratorium dengan Polymerase Chain reaction (PCR), memberi hasil sangat akurat, namun memerlukan ketrampilan, fasilitas alat laboratorium serta biaya tinggi. Kursus singkat dalam rangka 10th Balitjestro ini memberi tutorial sederhana, yang cukup akurat serta murah dalam mengidentifikasi CVPD di lapang. Cara ini dapat membantu praktisi lapang untuk menegakkan diagnosis dan segera memutuskan pengendalian yang tepat dan cepat.

(25)

PROGRAM PELATIHAN

NO TAHAPAN METODE PELATIHAN

1. Penyampaian materi Metode ajar/ penyuluhan dan diskusi 2. Identifikasi gejala

CVPD dan difisiensi unsur hara

demonstrasi peserta mengidentifikasi gejala terhadap bahan tanaman jeruk yang sudah disediakan panitia 3. Identifikasi uji pati

yodium

Peserta mempraktekkan uji pada reagen dan bahan tanaman jeruk yang sudah disediakan panitia serta mendiskusikan hasil ujinya.

4. Identifikasi molekuler dengan PCR

Peserta mengamati prosedur dan hasil akhir dari uji PCR, serta membandingkan dengan uji sederhana pati yodium 5. Penyediaan kit uji

pati yodium

Bagi peserta yang tertarik bisa mendapatkannya

TAXONOMI PATOGEN PENYEBAB CVPD

Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Alphaproteobacteria Order : Rhizobiales Family : Rhizobiaceae Genus : Liberibacter

Species : - Candidatus Liberibacter africanus ( Jagoueix et al.1994) synLiberibacter africanus / africanum

- Candidatus Liberibacter asiaticus ( Jagoueix et al.1994) synLiberibacter asiaticus / asiaticum

- Candidatus Liberibacter americanus (Teixeira et al.1994) syn Liberibacter americanus/ americanum

(26)

TEKNIK IDENTIFIKASI PENYAKIT CVPD

A. Teknik Identifikasi berdasarkan Gejala Serangan CVPD Lapang

1. Kelainan gejala harus diamati pada keseluruhan tanaman dalam kebun. Pada tanaman yang kekurangan unsur hara mikro, gejala cenderung muncul pada seluruh tanaman dalam satu kebun; tetapi tidak demikian pada tanaman yang terserang penyakit CVPD, gejala hanya pada blok tanaman tertentu saja.

2. Gejala khas CVPD, belang-belang kuning mulai berkembang pada bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Pada gejala lanjut daun menjadi lebih kaku dan lebihkecil, tulang daun menjadi kuning

.

3. Infeksi pada tanaman muda : kuncup berkembang lambat, pertumbuhannya mencuat ke atas, daun menjadi lebih kecil dan ditemukan gejala khas CVPD.

(27)

4. Pada gejala berat, : daun menguning sebagian atau seluruhnya, terjadi pengerasan tulang daun primer dan sekunder, daun menjadi lebih kaku dan menebal

5. Pada tanaman dewasa, kadang ditemukan gejala greening sektoralyaitu daun-daun bergejalablotching pada cabang tertentu diiringi pertumbuhan tunas air lebih banyak dari tanaman normal di luar musim pertunasan, daun pada cabang sakit menjorok ke atas seperti sikat , cabang- cabang meranggas.

(28)

6. Pada pohon yang sudah berproduksi menyebabkan buah pada cabang terinfeksi menjadi lebih kecil, tidak simetris. Kadang-kadang ditemukan buah red nose (warna orange pada pangkal buah) terutama di tempat yang terlindung dari sinar. Buah terserang bijinya abortus dan rasanyaasam .

B. Teknik Identifikasi dengan uji pati yodium

Gejala pada benih jeruk yang belum ditanam biasanya agak sulit karena masa inkubasi penyakit cukup lama antara 4 – 8 bulan setelah inokulasi. Cara pengamatan secara langsung terhadap gejala perlu didampingi alat bantu identifikasi. Alat bantu tersebut berupa pemeriksaan penumpukan amilum dengan UJI PATI YODIUM atau

dengan METODE PCR [POLYMERASE CHAIN REACTION ].

Teknik ini sangat sederhana dan murah sekali (hanya memerlukan biaya Rp 350,- saja. Sangat murah bila dibanding dengan uji PCR

(29)

di uji lagi oleh Kawano, 2006 dan diacu secara Nasional oleh Kementerian Pertanian Australia pada tahun 2014 sampai sekarang.

C. Teknik Identifikasi Keberadaan Serangga Vektor

Pengamatan vektor ini dapat membantu identifikasi. Indikatornya adalah banyak populasi D.citri di lokasi tersebut dan ditemukan tanaman yang khlorosis, menguning, mirip difisiensi , baik ada atau tidak ada gejala khas CVPD.tuna Pengamatan sebaiknya pagi hari sebelum matahari terik. Cermati bagian tunas, Imago akan terlihat dibagian bawah daun atau tunas, cermati tunas yang mengeluarkan eksudat sekresi warna putih, merupakan sekresi nimfaD.citri.Telur berbentuk lonjong warna kuning keemasan juga menandaakan vektor serangga imagonya ada disekitar lokasi itu.Pemasangan yellow trapping yang dilapisi plastik berlem tikus dapat membantu monitoring

D.citri.

D. Identifikasi berdasarkan wawancara dan observasi

Apabila gejala khas viruses tidak ditemukan, maka untuk memastikan apakah tanaman jeruk terserang CVPD atau hanya kekurangan unsur hara saja, maka lakukan wawancara dengan petaninya apakah

(30)

pemupukan sudah dilakukan dengan optimal sesuai kebutuhan?. Kalau belum memuaskan, lakukan observasi singkat dengan cara memangkas bagian kanopi bergejala menguning sampai batas tidak bergejala, kemudian tanaman dipupuk dengan pemupukan yang seimbang dan tunggu sampai periode pertunasan berikutnya. Apabila daun baru masih muncul gejalanya, maka itu menandakan adanya penyakit menular (infeksius), bukan kekurangan unsur hara (non infeksius). Maka segera lakukan tindakan pengendalian. Namun apabila tidak muncul gejalanya pada daun yang baru tumbuh, bisa disimpulkan bahwa gejala itu merupakan kekurangan unsur hara.

E. Identifikasi keberadan tanaman inang lain yang peka

Apabila tidak ditemukan gejala khas pada tanaman yang dicurigai, amati juga tanaman sekitarnya yang peka. Apabila pada tanaman peka sekitarnya ada yang bergejala blotching (belang tidak merata), maka kemungkinan besar tanaman jeruk komersial di lokasi itu sudah terinfeksi CVPD juga. Berikut disajikan tanaman dalam kelompok sub famili dan spesies yang peka CVPD.

Sub famili Spesies

Aurantioideae : Aurantieae Aeglopsis chevalieri Swingle Atalantia (syn. Severinia) buxifolia (Poir.) Oliv.

Balsamocitrus dawei Stapf Citrus spp.

Limonia acidissima L. Murraya exotica L. Murraya paniculata.

Pamburus missionis (Wight) Swingle Swinglea glutinosa (Blanco) Merr. Triphasia trifolia (Burm. f.) P. Wilson

Aurantioideae: Clauseneae Clausena anisata (Willd.) Benth. Clausena indica Oliv.

(31)

TEKNIK IDENTIFIKASI GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA PADA TANAMAN JERUK

Untuk mengatasi kerancuan ini gejala, pedoman yang harus diketahui untuk membedakan antara tanaman yang kekurangan unsur mikro dengan tanaman yang terserang penyakit CVPD.Unsur-unsur hara mikro tersebut adalah Zn, Fe, Mn, Cu, B, dan Mo serta unsur hara makro N dan Mg. Gejala klorosis pada daun kekurangan unsur hara biasanya mempunyai

pola teratur, sedang pada tanaman terserang CVPD, pola klorosisnya tidak teratur

1. Defisiensi Zink (Zn)

Pola gejala teratur antara sisi kiri dan kanan.Daun klorosis menguning jelas pada helaian daun yang kontras dengan tulang daun hijau gelap, berkesan seperti menebal.(Gambar). Pada tahap awal ukuran daun normal, tetapi pada difisiensi parah ukuran daun mengecil, sempit dan kuning seluruhnya. Gejala yang terjadi pada awal pertumbuhan menyebabkan kualitas buah kurang baik.Gejala defisiensi Zn sangat mirip dengan gejala pada CVPD terutama pada jeruk Siam.Tanah masam dapat memicu terjadinya defisiensi Zn.

2. Difisiensi Besi (Fe)

Gejala defisiensi Fe pada daun sangat khas dan berpola teratur yaitu semua tulang daun mulai dari tulang daun utama (primer), tulang daun kedua (sekunder) dan tulang daun ketiga (tersier) hijau pucat sedang helai daun kekuningan.Apabila dilihat secara keseluruhan daun seperti terlihat kerangkanya, sementara itu helaiannya agak menguning (Gambar.).Ukuran daun cenderung masih normal. Penyebab utama defisiensi Fe atau besi adalah pH tanah yang sangat tinggi seperti pada tanah berkapur dan yang bersifat alkalis, pada tanah berpasir yang sering mengalami pencucian, tanah-tanah tergenang atau kondisi kelebihan ion antagonis (Ca, Cu, Mg, Mn, Mo, P, dan Zn).

(32)

3. Difisiensi Mangan (Mn)

Sama dengan gejala defisiensi Zn dan Fe, pola gejala di Mn berpola teratur. Gejala defisiensi Mangan (Mn) biasanya gejalanya hubungan dengan defisiensi Zn, tetapi defisiensi Mn tidak terlalu jelas perubahan warnanya kuningnya. Gejala ditandai dengan adanya daerah hijau pucat diantara tulang daun sekunder pada daun muda, sedangkan daerah sepanjang tulang daun berwarna hijau, dan lebih jelas terlihat pada daun yang terkena cahaya matahari (Gambar 15c.). Umumnya gejala menjadi hilang setelah daun menjadi tua.Kebalikan dengan defisiensi Zn, daun tidak berubah ukurannya, jadi tetap berukuran normal.

4. Defisiensi Magnesium (Mg)

Gejala kekurangan unsur hara makro Magnesium ditandai dengan adanya khlorosis pada helai dan tulang daun, mulai dari pucuk, dan mengarah kebawah, pola khas dari defisiensi ini adalah membentuk huruf V terbalik (gambar 15d.)

5. Defisiensi Boron (B)

Defisiensi Boron menyebabkan berbagai gejala pada daun, ranting dan buah. Gejala pada daun ditandai dengan layu, mengkerut (daun tertarik ke belakang) dan keriting. Tulang daun utama dan sekunder membesar menjadi khlorotik (Gambar) dan pecah (corky). Beberapa daun gugur, ranting-ranting mati ujung dan terdapat gum pada ranting-ranting. Akibat defisiensi B, tanaman cenderung membentuk bunga berlebihan, tetapi hanya sedikit yang membentuk buah. Buah-buah yang terbentuk cenderung gugur pada sebelum waktunya.Buah menjadi keras dan asimetris. Jika dipotong terdapat gum pada axis tengah yaitu pada bagian kulit albedo (bagian dalam). Biji-biji juga menjadi abortus (Gambar). Gejala defisiensi B sering muncul pada musim kemarau yang panjang. Defisiensi Cu umunya terjadi pada tanaman-tanaman muda baru tanam di tanah bukaan baru yang mengandung bahan organik tinggi. Bahan organik cenderung membuat Cu tanah tidak

(33)

6. Defisiensi Molybdenum (Mo)

Gejala dapat ditandai dengan belang-belang bulat kuning terang seperti terbakar pada daun (Gambar 15f.). Pada musim hujan daun dapat menjadi gugur sedang pada musim kemarau kembali normal atau hijau kekuningan. Unsur Mo kurang tersedia pada tanah masam dan kebutuhan tanaman jeruk terhadap Mo lebih sedikit dibanding unsur mikro lainnya.

Gambar Gejala defisiensi unsur hara jeruk vs gejala CVPD (a).Gejala defisiensi hara mikro Zn, (b).gejala defisiensi hara mikro Fe(c).gejala defisiensi hara mikro Mn, (d). gejala defisiensi hara makro Mg, (e) & (f). Gejala belang-belang tidak merata CVPD

a b

c d

(34)

7. Defisiensi Tembaga (Cu)

Gejala awal defisiensi ditandai dengan warna daun hijau gelap, seperti kelebihan N, tunas-tunas sangat viqour dan besar. Kadang-kadang daun berbentuk mangkuk (’cupped leaves’), tunas Kadang- kadang-kadang berbentuk S. Gejala defisiensi sedang ditandai dengan adanya batang atau ranting mengeluarkan getah coklat, berkerak, daun rontok dan mati pucuk (Gambar ). Gejala lanjut atau parah ditandai dengan adanya buah yang mempunyai kantong getah, retakan-retakan kecil (Gambar )dan buah rontok. Gejala kekurangan Cu sering terjadi pada jeruk manis. Bila terjadi pada jeruk nipis menyebabkan kadar air buah rendah, kadang-kadang bentuk buah tidak normal, ranting selalu kecil, warna coklat dan mati pucuk.

Gambar 16. Gejala difisiensi hara jeruk (a) Gejala defisiensi hara mikro boron, (b). Defisiensi hara Molybdenum (Mo), (c).Gejala difisiensi Cu, mati ujung, (d). Gejala difisiensi Cu, buah berkerak,Foto : dok.Pribadi dan dok.Dwiastuti

& Sutopo.2004)

c d

b a

(35)

PRAKTIKUM IDENTIFIKASI GEJALA CVPD DAN DIFISIENSI HARA JERUK

Peraga :

1. Bermacam macam gejala CVPD 2. Bermacam macam gejala difisensi hara 3. Bemacam macam gejala tanaman sehat Alat bantu :

1. Lembar jawaban 2. Waktu 10 menit

PRAKTIKUM UJI PATI YODIUM

Reagen : 1. 1 g Iodine

2. 2 g Potasium iodine (KI) 3. 100 ml H2O

Alat bantu :

1. Kertas gosok (abrasive paper 120 mesh) dipotong 2 x 1 cm 2. Plastik klip 1 ons – 25 ons

3. Pipet plastik Prosedur :

1. Koleksi sampel daun bergejala CVPD, difisiensi hara dan yang tidak bergejala

2. Gores daun2 terpilih yang ingin diuji dengan kertas gosok yang sudah dipotong, sebanyak 20 kali gores dengan tekanan yang sama.

3. Masukkan tiap sampel daun yang telah digores dalam plastik dan tambahkan dengan H2O 100 ml kemudian ratakan pada bagian daun. Satu sampel satu plastik.

(36)

5. Amati segera cairan dalam plastik masing-masing. Cairan dalam sampel daun yang terinfeksi CVPD akan biru kehitaman. Merupakan reaksi adanya pati amilase yang berwarna biru dengan pengecatan iodne dan pengecatan amylopektin berwarna ungu dengan iodine. Cairan dalam sampel sehat atau bergejala difisiensi hara tidak akan berubah warna, (tetap jernih/putih). 6. Pengamatan harus cepat dan segera dokumentasikan. Karena

setelah 5 menit warna biru kehitaman akan jernih lagi. 7. Bandingkan hasilnya dengan hasil uji PCR.

Gambar : a. Cara menggosok daun dengan abrassive, b. Hasil uji pada kontrol negatif.c. hasil uji pada CVPD, d. Hasil uji pada defisiensi

(37)

TEKNOLOGI TABULAMPOT JERUK Hadi Mulyanto, Kusnan

Pendahuluan

Agribisnis tanaman buah-buahan dapat dilakukan pada lahan pertanian yang luas (perkebunan), agak sempit (pekarangan) dan bahkan dilahan sangat sempit sekitar halaman rumah, seperti di perbatasan kota atau di kota. Lahan Pertanian yang ada di perkotaan pada umumnya semakin tahun semakin menyusut luasannya, sebagai akibat terjadi pergeseran fungsi lahan dari lahan usaha tani menjadi perumahan/ pemukiman penduduk, pertokoan, perkantoran atau fasilitas umum lainnya. Lahan pertanian sempit menuntut seseorang untuk kreatif mengoptimalisasi lahan yang antara lain dengan mengusahakan tanaman buah-buahan dalam wadah/tempat yang terbatas yang dikenal dengan budidaya Tanaman Buah Dalam Pot (Tabulampot).

Tanaman buah dalam pot yang dikelola dengan baik tidak saja bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan gizi, penghasil oksigen, nilai estetika yang berfungsi sebagai tanaman hias menambah pendapatan pemiliknya.

Pengelolaan Tabulapot hampir sama dengan pengelolaan tanaman di tanah, tetapi terdapat sedikit perbedaan yaitu bahwa lingkungan tempat tumbuh dan tanaman pas tabulampt dimanipulasi sehingga pertumbuhan tanaman dapat dikendalikan.

Keuntungan Budidaya Tabulampot :

 Dapat dilakukan di lahan pekarangan yang terbatas luasnya, menciptakan ekosistem yang sehat dan indah

 Memudahkan pengamatan tanaman secara khusus

 Dapat dipindah-pindah sesuai dengan keinginan untuk keindahan  Merupakan wahana dalam penyaluran hobi dan ajang penelitian  Menyelamatkan jenis tanaman

 Waktu produksi dapat diatur, khususnya bila ditanam dalam green house

 Berbuah lebih cepat

(38)

Kelemahan Budidaya Tabulampot :

 Jumlah buah yang dihasilkan tidak optimal seperti pada tanaman yang ditanam di lahan

 Harus melaksanakan penggantian media secara periodic

 Tidak semua jenis tanaman buah dapat berbuah dalam wadah (pot)

 Memerlukan pemeliharaan yang intensif

BAHAN DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN

1. Pot

Pemilihan pot harus memperhatikan kelebihan dan kekurangannya, kemampuan/daya beli, tujuan, nilai dan jenis tanaman, serta ukuran proporsional.

2. Tanaman

 Memperhatikan syarat tumbuh, sesuai dengan agroklimat  Varietas unggul (produktivitas dan kulaitas buah tinggi, warna,

rasa dan aroma menarik, atau berkhasiat  Mempunyai daya tarik/estetika

 Sedang ngetrend (trending tropic)

Kualitas benih tanaman menentukan keberhasilan budidaya Tabulampot, oleh karena itu pilih pilih benih yang sehat, vigor, dan berasal dari pohon yang jelas identitas asal-usulnya.Dan pilih benih dari perbanyakan vegetative.

3. Media Tumbuh

Media tumbuh hendaknya gembur, porus, dan bebas hama penyakit. Macam media:

 Tanah liat/lempung berat + pupuk kandang/humus/kompos + Pasir sungai dengan perbandingan 4:2:3

 Tanah liat + pupuk kandang/humus/kompos + pasir sungai dengan perbandingan 2:1:1

(39)

Media tumbuh yang telah dicampur bisa ditambahkan kapur pertanian/dolomit.

4. Pecahan genting/ bata

5. Pupuk majemuk NPK (16-16-16) dan pupuk tunggal (Urea, SP 36) serta pestisida kimia dan nabati.

6. Gunting tanaman, sekop kecil, cangkul, gembor, alat semprot keil ( jet sprayer isi 2 liter).

CARA PENANAMAN

 Menyiapkan dan mencampur media tanam yang mudah didapatkan di lingkungan sekitar. Perbandingan campuran media tumbuh menyesuaikan jenis tanah yang tersedia.

 Menutup lubang pot/drum dengan pecahan genting secukupnya supaya media tanam tidak terbuang keluar saat dilakukan penyiraman

 Mengisi pot dengan media tanam sampai terisi dua pertiga bagian pot

 Menanam benih secara benar kedalam pot, bila terdapat akar tunggang yang bengkok hendaknya dilakukan pemotongan kemudian diisi media tanam hingga penuh dan ditekan-tekan dengan tangan agar padat. Akar tertimbun sempurna tidak mencuat keatas, batang tegak, apabila perlu diberi penyangga dengan ajir yang terbuat dari bambu.

 Menyiram benih yang telah ditanam hingga semua mediatanam cukup basah dengan menggunakan gembor.

(40)

PEMELIHARAAN

 Mempertahankan kelembaban air dengan melakukan penyiraman secara berkala pada musim kemarau sehingga kebutuhan air tanaman tetap tercukupi. Penyiraman yang dilakukan secara berlebihan (becek) dan dalam waktu yang lama akan menyebabkan perakaran tanaman rusak (busuk) dan berakibat daunnya menguning. Sebaliknya bila pada saat berbunga dan buah muda tanaman sering kekurangan air (layu) akan menyebabkan bunga dan buah muda gugur (rontok).

 Pemupukan dilakukan secara rutin setiap bulan sekali menggunakan campuran 15-25 gram pupuk NPK 16-16-16 dengan 25 gram urea, kemudian disiram secukupnya.

 Pengendalian hama-penyakit dilakukan saat tanaman sedang tumbuh tunas baru utamanya hama kutu daun (Aphids), Thrips (Scirtothrips citri) dan ulat peliang daun dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Alfametrin/Imidakloprit dengan takaran 0,5 - 1 ml/liter air disemprotkan menggunakan sprayer/jetspray secara merata setiap minggu selama tiga kali semprot. Perlu diperhatikan bahwa sebagian besar hama pengganggu tanaman jeruk datang saat tumbuh tunas baru dan saat bungan mekar sampai buah menjelang tua pembesaran buah.

 Melakukan penyiangan bila ada gulma yang tumbuh.

 Pemangkasan dilakukakan terhadap tunas yang tumbuh pada batang bawah bawah, tunas air, tunas tunas yang tumbuh terlalau banyak dan disisakan tiga tunas yang terbaik.

 Membungkus buah dengan plastik atau pembungkus buah khusus, untuk menghindari serangan lalat buah ( jambu air, belimbing, jeruk Pamelo ).

 Melakukan penjarangan buah agar didapatkan buah yang berkualitas baik (berukuran besar dan rasa manis), karena jumlah buah yang terlalu banyak ( lebih dari 3 buah) dalam satu tangkai akan menghasilkan buah berukuran kecil.

(41)

MEMACU PEMBUNGAAN (INDUKSI BUNGA)

Tabulampot jeruk umur 1,5-2 tahun yang pertumbuhannya normal mestinya sudah mampu untuk berbuah, akan tetapi karena asupan nutrisinya tercukupi terus menerus biasanya akan terjadi pertumbuhan vegetativ saja dan tanaman enggan untuk berbuah. Kondisi sebaliknya terjadi bila tanaman sering mengalami kekurangan air akan menyebabkan tanaman mengalami cekaman (stress) air, sehingga tambahan air yang kita berikan akan memacu pertumbuhan tunas baru yang akan diikuti munculnya bunga. Perlakuan “stress” air inilah selanjutnya kita lakukan untuk memacu pembungaan tanaman jeruk dalam pot. Saat yang tepat untuk melakukan stress air pada tanaman jeruk adalah pada saat tanaman sedang berhenti tumbuh (dorman). Perlakuan stress air secara umum bisa dilakukan pada tanaman buah-buahan lainnya, namun ada pula yang tidak perlu stress air ( Kedondong ), bahkan tidak bisa dilakukan dan harus menunggu sampai umur tertentu tanaman mau berbunga seperti : Durian, Nangka, Rambutan dll.

Tahapan pelaksanaan “stress” air pada tabulampot jeruk :

 Umur tabulampot minimal 1-2 tahun yang sedang dorman.

 Dibiarkan tidak disiram selama 3-5 hari, sampai daunnya layu semi permanen.

Bila pada musim hujan “stress air” dilakukan dengan cara menyungkup pot dengan plastik agar tanaman tidak kehujanan, setelah terjadi layu semi permanen sungkup plastik dilepas, kemudian dilakukan penyiraman.

 Memupuk tanaman dengan takaran 40-50 gram pupuk NPK (16-16-16) dicampur urea 25 gram untuk ukuran pot berdiameter 45-50 cm, kemudian disiram air sampai cukup lembab.

 Setelah 10-15 hari (sejak stress air) tunas yang muncul akan disertai munculnya bunga.

(42)

Gambar 2. A. Pucuk daun dorman, B, Daun layu semi permanen, dan C. Bunga yang muncul setelah dilakukan stress air

JENIS JENIS JERUK UNTUK TABULAMPOT SERTA PROSPEK HARGA JUAL

Hampir semua jenis tanaman jeruk bisa ditanam dalam pot namun ada beberapa jenis yang umum adalah :

 Jenis jeruk hias (Ornament) : jeruk Kalamondin , Kalamondin daun variegata, Nagamik Kumquat, Jeruk Limau (untuk sambal).

 Jeruk keprok : Siam Pontianak, Keprok Terigas, Keprok Batu 55, Keprok Madura, keprok Uwik ragi dll.

 Jeruk besar (Pamelo) : pamelo Nambangan, pamelo Raja, pamelo Srinyonya, pamelo Ratu dll.

 Jeruk manis (jeruk peras) : manis Pacitan, manis Valencia, manis Punten, manis Waturejo dll.

Harga jual tabulampot jeruk bervariasi tergantung jenis/varietasnya, umur tanaman dan keragaan buah. Pada saat tertentu ( Imlek ) permintaan tabulampot jeruk Kalamondin dan jeruk Pamelo permintaannya meningkat sehingga harga jualnya lebih mahal dibanding hari biasa, sedangkan jeuk Limau permintaanya terus menerus.

(43)

Tabel. 1. Harga jual “tabulampot” jeruk

Jenis/varietas Umur Keragaan

tanaman Harga /pot (Rp.) Kalamondin, Sambal, Nagamik. 4-6 bl 8 bl – 1 th 1,5 – 2 th Belum berbuah Mulai berbunga-beruah

Buah lebat, tinggi

40-70 cm, diameter polibag 35-45 cm 9.000 – 12.500 15.000 – 20.000 25.000 - 35.000 Keprok Batu 55, Siam Pontianak, Manis Pacitan, Pamelo, 2-3 th 3-4 th Sudah berbuah Berbuah lebat 250.000-300.000 350.000-500.000

Gambar 3. Tabulampot Kalamondin Varigata, Tabulampot Manis Pacitan dan Tabulampot Siam Pontianak

PENGGANTIAN MEDIA TUMBUH

Tanaman jeruk dalam pot hidup pada media tumbuh yang terbatas sehingga pada waktu tertentu (1-2 tahun) akan mengalami kondisi yang kritis yaitu pertumbuhannya terhenti karena kandungan unsur haranya sudah habis dan perakarannya sudah memenuhi media dalam pot, sehingga harus dilakukan penambahan/penggantian media tumbuh.

(44)

Cara penggantian media tumbuh :

 Tanaman dilepas/dikeluarkan dari pot

 Dilakukan pemotongan akar 5 cm melingkar dari tepi perakaran  Mengisi media tumbuh yang baru

 Memasukkan kembali tanaman ke dalam pot dan ditambahnkan media tumbuh secukupnya

 Memberikan pupuk lengkap NPK(16-16-16) 40-50 gram + 15-25 gram Urea ditabur secara merata dan ditutup dengan media tanam dan disiram sampai cukup lembab.

Gambar 4. Tahapan penggantian media tumbuh

CATATAN TAMBAHAN

 Untuk menghasilkan buah yang berkualitas baik ukuran dan rasanya sebaiknya buah yang terlalu lebat dilakukan pengurangan (penjarangan).

 Bunga dan buah muda sering mangalami rontok kemungkinan disebabkan oleh: (1). serangan hama Thrips (Scirtothrips citri) atau hama lainnya, (2). tanaman sering kekurangan air, dan (3). pemberian pemupukan yang terlalu banyak.

 Untuk menghasilkan buah yang mulus (bersih) sebaiknya dilakukan pengendalian hama Thrips saat bunga mekar.

(45)

cara membungkus buah dengan plastik / kertas serta dengan cara memasang perangkap serangga yang telah diberi hormone (sex feromon).

 Untuk menghindari kematian akibat kelebihan dosis sebaiknya memupuk menggunakan pupuk yang dilarutkan dalam air terlebih dahulu.

 Sebaiknya memanen buah dengan menggunakan gunting aga buah tidak bolong serta memungkinkan pertumbuhan tunas yang lebih baik pada tangkai buah.

(46)

PENGOLAHAN MANISAN KURMELO ( KULIT JERUK PAMELO )

Ady Cahyono, S.P PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kendala produksi dan kualitas rendah buah pamelo yang disebabkan oleh:

o Akibat serangan hama lalat buah pada saat buah menjelang masak fisiologis

o Akibat serangan hama penggerek buah pada saat buah menjelang dewasa

o Gugur Buah (abortus) pada saat buah menjelang dewasa karena defisiensi hara dan kekurangan air

o Bencana angin sehingga buah pamelo banyak berjatuhan dan belum layak konsumsi.

o Sisa hasil penjarangan buah.

Akibat kendala tersebut buah pamelo hanya dianggap sebagai sampah dan limbah yang dipergunakan sebagai mainan anak – anak, pakan ternak dan sebagian dibuang begitu saja. Pada hal semua itu masih bisa di olah menjadi manisan kulit

jerukdan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan secara

otomatis akan meningkatkan nilai tambah, perbaikan gizi dan kesehatan yang lebih baik . Kandungan didalam kulit jeruk (senyawa naringin, antosianin, lemonen, vitamin C dan protein).

B. TUJUAN

 Peserta kursus dapat mengerti dan bisa menerapkan panduan dengan baik dan benar

 Peserta kursus dapat memperoleh hasil yang maksimal  Peserta kursus dapat memproses dan memproduksi

(47)

C. MANFAAT

 Limbah yang terbuang akan termanfaatkan dengan baik  Memupuk jiwa kretivitas untuk berkarya

 Meningkatkan nilai tambah

 Meningkatkan nilai gizi dan kesehatan.

(48)

PROSES PEMBUATAN MANISAN KURMELO A. Alat dan Bahan :

Alat yang dibutuhkan :

Bahan yang dibutuhkan :

B. Proses pengupasan Kulit :

 Buah pamelo  Gula pasir  Garam  Citroen zuur  Cuka makan  Hand Refroctometer  Pisau dapur  Telenan  Ember  Panci stanlis  Kompor  Entong kayu  Oven

 Iris bagian kulit dengan juring-juring

 Lepaskan bagian kulit dengan daging buah sesuai irisan pada juring kulit  Kupas bagian kulit luar

yang berwarna hijau kekuningan

 Potong – potong kulit

bagian dalam yang

berwarna putih kemerahan ukuran kecil- Kecil ± 1cm².

(49)

C. Proses peremasan dan perendaman pada larutan garam :

D. Proses pembilasan air garam :

E. Proses Perebusan Kulit dan perendaman pada Larutan Gula I

 Siapkan kulit yang sudah diiris kecil-kecil sebanyak 1 kg  Buat larutan garam 100 g/ l air  Masukkan Kulit yang sudah

diiris kecil-kecil kedalam larutan garam

 Lakukan peremasan kulit sampai sampai air keruh dan pekat

 rendam semalam ± 24 jam.

 Peras kulit dari cekaman air garam

 Bilas sampai bersih berkali - kali sampai tidak Berasa asin  Lakukan penambahan cuka

makan apabila rasa kulit tersa masih pahit remas kembali dan bilas kembali sampai bersih.

 Buat larutan gula 25%, ºBrix atau

 Buat adonan gula, 1000 g gula : 1750 ml air  Panaskan sampai mendidih, masukan kulit  Aduk sampai mendidih kembali ± 20 menit  Angkat dan terus direndam semalaman ± 24 jam

(50)

F. Proses perebusan kulit dan perendaman pada larutan gula II

G. Proses perebusan kulit dan perendaman pada larutan gula III

H. Proses pengeringan/ oven :

I. Hasil Kurmelo

 Buat larutan gula 35% ºBrix

 Buat adonan gula, 1000 g gula : 1500 ml air

 Masukkan kulit dan aduk sampai mendidih kembali ± 20 menit  Angkat dan terus direndam semalaman ± 24 jam

 Angkat kulit dari air rendaman gula dan tiriskan menggunakan saringan/ serok

 Buat larutan gula 50% ºbrix

 Buat adonan gula, 1000 g gula : 1000 ml air  Tambahkan citroen zuur sedikit sedikit untuk

menambah rasa jeruk yang diiginkan

 Masukkan kulit dan aduk sampai mendidih kembali ± 20 menit

 Angkat dan terus direndam semalaman ± 24 jam  Angkat kulit dari air rendaman gula III dan tiriskan

menggunakan saringan/ serok

 Taruh rebusan kulit yang sudah ditiriskan dalam loyang oven  Masukkan loyang dalam oven  Nyalakan oven atur pada suhu 55 ºC  Lama pengovenan 10 jam

 Lakukan rotasi sap loyang agar manisan kering merata

1. Gula masuk merata kedalam pori-pori kulit

2. Warna manisan mengkilab seperti emas atau permen FOX

3. Daya simpam lama ± 120 hari/ 4 bulan

(51)

PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG)

Sukadi PENDAHULUAN

Pada umumnya perbanyakan tanaman anggur dilakukan dengan stek cabang atau ranting dengan tingkat keberhasilan di atas 80%.Cabang atau ranting yang digunakan berasal dari hasil pemangkasan produksi (lanjutan), yaitu pemangkasan pada tanaman anggur setelah fase panen buah selesai.Cara membuat benih anggur dengan stek cabang atau ranting, yaitu dengan mengambil stek cabang yang dipotong sepanjang 20-25 cm (3-4 mata tunas), atau bergantung dari varietas tanaman anggur yang diperbanyak. Bagian atas dipotong miring 350 untuk membedakan antara sisi atas dengan sisi bawah stek, dengan jarak dari mata 5 cm. Bagian bawah di potong rata dengan jarak 1 cm dari mata tunas. Tanaman yang berasal dari stek akan menghasilkan perakaran serabut.

Perbanyakan tanaman anggur dengan cara sambung (grafting) sudah dilakukan sejak tahun 1931 di New Zealand. Alasan perbanyakan dengan cara sambung adalah untuk memperoleh kebaikan dari batang bawah tertentu, memperbaiki jenis-jenis anggur yang sulit pertumbuhan dan produksinya, memperoleh ketahanan terhadap tanah yang tidak menguntungkan, dan mengubah kebiasaan pertumbuhanya (Winkler, 1973

dalam Baswarsiati et.al, 1992). Perbanyakan dengan cara sambung untuk

tanaman anggur yang banyak dilakukan adalah pada bagian tunas muda (tunas pucuk). Tahapan penyambungannya adalah dengan memotong tunas anggur sepanjang 5-10 cm, membelah bagian tengah tunas sedalam 1-2 cm, memotong tunas (entres) sepanjang 5-10 cm (2-3 mata), menyayat tunas bagian bawah membentuk huruf V, memasukkan entres dalam belahan tunas batang bawah, mengikat dengan tali plastik mulai dari bawah sampai diatas, dan menyungkup dengan plastik untuk menjaga kelembaban bidang sambungan. Kendala yang dialami dalam perbanyakan penyambungan adalah dua kali dalam pelaksanaan, karena harus menyiapkan tanaman batang bawah terlebih dahulu sehingga memerlukan waktu yang lebih lama.

Perbanyakan secara stek maupun sambung memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing,

(52)

kedua teknik perbanyakan tersebut dapat digabungkan teknik pelaksanaanya. Penggabungan kedua teknik perbanyakan ini disebut dengan STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) yaitu teknik perbanyakan menggabungkan antara stek sebagai batang bawah dengan penyambungan sebagai batang atas.STEKBUNG anggur menggabungkan varietas batang atas dengan keunggulan pada kualitas buahnya tetapi lemah dalam sistim perakaran, dengan varietas batang bawah yang memiliki sistim perakaran lebat dan tahan terhadap serangan hama/ penyakit. Beberapa varietas anggur yang dapat digunakan sebagai batang bawah antara lain anggur varietas BS-5, BS-8, dan BS-30 (Pane, 2016).

KEUNTUNGAN PERBANYAKAN STEKBUNG ADALAH :

 Mengatasi permasalahan tanaman anggur yang perakarannya sedikit  Memanfaatkan tanaman anggur yang perakarannya lebat sebagai

batang bawah

 Menghasilkan tanaman anggur yang kokoh  Meningkatkan pertumbuhan tanaman anggur  Meningkatkan produksi tanaman anggur

PERBANYAKAN STEKBUNG ANGGUR

Langkah-langkah perbanyakan STEKBUNG anggur :

A. Persiapan Media Tanam

 Media tanam terlebih dahulu disiapkan satu minggu sebelum penanaman atau perlakuan Stekbung.

 Media tanam dimasukkan dalam polybag ukuran 13 X 20 cm, lalu disiram dengan fungisida berbahan aktif Mefenoksam atau

Mankonzeb 3 (tiga) hari sebelum tanam.

 Lubang tanam dalam polybag dibuat sedalam 7-10 cm dengan lebar 1 cm.

 Media tanam yang baik digunakan dalam perbanyak stek adalah pasir sungai (ladekan)

(53)

Gambar 1. Persiapan media tanam stekbung anggur

B. Persiapan Batang Bawah dan Batang Atas (Stek Cabang/Ranting)

 Cabang/ranting stek untuk batang bawah dipotong sepanjang 20-25 cm (3-4 mata tunas), sedangkan untuk batang atas dipotong sepanjang 10 cm ( 1 mata tunas)

 Cabang/stek anggur disterilkan dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik berbahan aktifdifenoconazoleselama 5-10 menit, lalu ditiriskan atau diangin-anginkan dalam ruangan teduh supaya tidak terkena sinar matahari langsung.

 Cabang/stek anggur diseleksi atau dikelompokkan berdasarkan ukuran diameter cabang/ranting (baik batang bawah maupun batang atas)

Gambar 2. Persiapan stek untuk batang bawah dan batang atas

C. Pelaksanaan Stekbung

 Stek batang bawah dan batang atas disiapkan, dengan memilih berdasarkan ukuran diameter cabang/ranting yang sama.

 Stek batang bawah dibelah sedalam 2-3 cm tepat pada bagian tengah cabang

(54)

 Stek batang atas disayat pada kedua ujungnya hingga membentuk huruf V sepanjang 2-3 cm.

 Stek batang atas dimasukkan pada belahan batang bawah.

 Pertautan kedua batang tersebut diikat dengan tali rafia atau plastik sampai rapat, dimulai dari bawah sampai keatas.

 Stek yang telah disambung, bagian atasnya dicelupkan ke dalam parafin yang sudah dipanaskan (untuk menghindari panasnya larutan parafin, setelah dicelup ke parafin langsung di celupkan ke air dingin)

 Setelah di celup larutan parafin, stek yang sudah di sambung stek batang bawah di rendam pada lurutan Rootone-F.

 Kemudian ditanam pada media yang telah disiapkan

 Untuk menghidari panas matahari secara langsung, perlu diberi naungan (paranet hitam 40%)

Gambar 3. Tahapan Stekbung Anggur

D. Pemeliharaan Tanaman Stekbung

Pada dasarnya pemeliharaan untuk stekbung sama dengan pemeliharaan tanaman hasil dari cara perbanyakan stek biasa. Yaitu ditempatkan pada tempat yang teduh dengan kelembaban 75-90% dan suhu udara maksimum 250C.Pengairan dilakukan secukupnya dan tidak sampai menggenang, penyemprotan hama/penyakit tanaman dilakukan satu minggu sekali. Pemberian pupuk daun yang bisa

(55)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan perbanyakan stekbung adalah :

1. Kondisi cabang/ranting yang akan digunakan sebagai bahan stek harus cukup umur dan sehat.

2. Diameter stek berukuran ± 1 cm dengan kulit berwarna cokelat muda cerah.

3. Bagian bawah kulit telah hijau, berair dan bersih dari noda-noda hitam (Downy Mildeuw)

4. Perlakuan stekbung sebaiknya dilakukan pada bulan Agustus dan Desember, karena pada bulan tersebut kualitas cabang/ranting untuk bahan stek cukup bagus karena didukung oleh pertumbuhan tanaman anggur yang sangat bagus pada bulan sebelumnya (Juli dan Nopember).

Keberhasilan STEKBUNG dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : - Kesehatan tanaman

- Keterampilan pelaksanaan

- Sterilisasi bahan (media tanam) dan alat (ketajaman alat)

DAFTAR PUSTAKA

Pane, R.A.P. 2016.Pengaruh Batang Bawah dan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Keberhasilan Stekbung Pada Tanaman Anggur (Vitis vinifera) di Balitjestro. Laporan PKL. Program Keahlian Teknologi Industri Benih. Program Diploma.Institut Pertanian Bogor.

Baswarsiati, dkk. 1992. Penggunaan Berbagai Varietas Batang Bawah dan Batang Atas Pada Perbanyakan Anggur Denagan Cara Sambung. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Buah-Buahan Sub Balai Penelitian Hortikultura.

Supriyanto. A dan Tegopati. B. 1986. Pengaruh Cara Sambung dan Diameter Batang Bawah pada Perbanyakan Apokat. Hortikultura. Balai Penelitian Hortikultura Solok.

(56)

PERBANYAKAN TANAMAN LENGKENG (Dimocarpus longan Lour) DENGAN CARA STEK BATANG

Buyung AL Fanshuri, Sukadi dan Suprianto Pendahuluan

Banyak orang berpendapat bahwa perbanyakan tanaman lengkeng secara vegetatif sangat sulit dikarenakan kambium yang tipis dan mudah kering. Pendapat ini benar jika kita belum tahu teknologi yang tepat untuk melakukannya, namun jika kita sudah tahu teknologinya maka sangat mudah untuk menghasilkan benih lengkeng.Kuncinya adalah kita harus tahu media yang tepat, umur entres yang diambil, waktu pengambilan entres serta pengaturan suhu dan kelembaban lingkungan.

Para penangkar tanaman lengkeng biasanya menanam biji, mencangkok atau menyambung untuk mendapatkan benih lengkeng. Namun, setiap perbanyakan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pertimbangan utama untuk memilih teknik perbanyakan adalah tingkat keberhasilan yang tinggi. Selain teknik perbanyakan tersebut, ada satu lagi cara perbanyakan vegetatif yang mudah dan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi, yaitu stek batang.

Stek batang pada tanaman lengkeng bukanlah sebuah kemustahilan seperti yang banyak dibayangkan orang.Cara ini memang belum banyak dilakukan penangkar di Indonesia, namun di luar negeri sudah dikembangkan sejak lama.Minimnya pengetahuan dan dan pengalaman yang menyebabkan di Indonesia belum berkembang teknik perbanyakan ini. Balitjestro sudah melakukan penelitian tentang perbanyakan ini dan sudah ditemukan teknologinya sehingga perlu disebar luaskan agar bisa diaplikasikan oleh para penangkar di seluruh Indonesia.

Faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan tingkat keberhasilan yang tinggi dalam perbanyakan tanaman lengkeng dengan cara stek batang adalah sebagai berikut :

1. Jenis varietas. Semua varietas dapat diperbanyak dengan cara stek batang, namun masing-masing mempunyai tingkat keberhasilan yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian, varietas diamond river tingkat keberhasilannya tertinggi dibanding varietas

Gambar

Gambar 1. Karakter pertumbuhan tanaman;  a) tumbuh tegak, b) tumbuh  menyebar
Gambar 3.   Bentuk tepi daun; a) tepi daun bergelombang,  b) tepi  daun tidak bergelombang
Gambar 4.   Bentuk ujung daun;  a) meruncing  b) tumpul  f.  Warna daging buah
Gambar 6.  Bentuk axis buah;  a) berlubang, c)  padat  h.  Aroma spesifik daun atau buah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis dampak manfaat berlakunya otonomi daerah untuk pengentasan kemiskinan diperoleh bahwa faktor ekonomi adalah faktor yang paling dominan diikuti oleh faktor

Adalah tugas dari pemasar untuk meneliti faktor-faktor yang mendasari konsumen dalam memilih salah satu atau beberapa diantara jajaran produk yang ditawarkan

Setiap objek akan direpresentasikan dengan menggunakan pergerakkan banyak titik fitur. Maka dua buah titik fitur akan berada pada objek yang sama bila memiliki pergerakkan yang

Jl. Sebuah ekosistem hutan memiliki sistem sosial yang terdiri dari manusia dengan proses-proses sosial dan kemudian terdapat lingkungan ekosistem itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dosis tinggi

Konsep diri dilihat dari teori Maslow termasuk ke dalam kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri, dimana seseorang mendapat pengakuan orang lain serta dapat mencapai

Pembangunan pangkalan udara Panasan diproyeksikan pemerintah kolonial Belanda sebagai bagian dalam memperkuat pertahanan dan keamanan Pulau Jawa bagian tengah dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang upaya yang dilakukan oleh guru sosiologi dalam membina kepribadian siswa dan pembentukan kepribadian siswa, adapun