• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR MINUM DEPOT ISI ULANG KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AIR MINUM DEPOT ISI ULANG KOTA SEMARANG"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1

Program Studi Teknik Industri

Oleh :

DWI SUYANTO

E12.2007.00254

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

(2)
(3)

iii

sehingga laporan tugas akhir yang berjudul “PENGARUH DIMENSI KUALITAS,

SANITASI DAN PENGOLAHAN AIR TERHADAP KUALITAS AIR MINUM DEPOT ISI ULANG KOTA SEMARANG”dapat penulis selesaikan. Oleh karena

itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

2. DR-Eng., Yuliman Purwanto, M.Eng, selaku Dekan Fakultas Teknik. 3. Dwi Nurul Izzhati.,MT selaku Ketua Program Studi Teknik Industri 4. Dr. Ir. Dwi Eko Waluyo. selaku pembimbing I yang dengan sabar

memberikan bimbingan pada penulis terkait dengan penelitian penulis. 5. Tita Thalita M.T. selaku pembimbing 2 yang selalu mengingatkan

penulis jika berbuat kesalahan.

6. Bu Ratih yang selalu membimbing aku pada saat aku bingung melakukan sesuatu tindakan.

7. Dosen-dosen pengampu di Program Studi Teknik Industri Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya masing-masing, sehingga penulis dapat mengimplementasikan ilmu yang telah disampaikan.

8. Seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dukungan baik moral, spiritual, maupun material yang tidak ternilai.

(4)

iv

untuk melakukan penelitian di tempat mereka.

11. Teman-teman penulis di kontrakan gank Kere Hore yang setia mendampingi penulis dengan hati yang sabar.

12. Semua pihak yang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan praktik ini.

Akhir kata, semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan Teknik Industri Universitas Dian Nuswantoro dan menjadi referensi bagi rekan-rekan sekalian.

Semarang, Agustus 2011 Penulis

(5)
(6)

v

Halaman Prakata ... iii

Halaman Daftar Isi ... v

Halaman Daftar Tabel ... ix

Halaman Daftar Gambar ... x

Halaman Daftar Lampiran ... xi

Halaman Abstraksi ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Masalah ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Pembatasan Masalah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimensi Kualitas... 9

2.2 Pengendalian Mutu (Kulitas) ... 11

2.3 Kondisi Sanitasi DAMIU... 12

2.4 Standar Kualitas Air Bersih ... 13

2.5 Proses Pengolahan Air Bersih... 18

2.6 Proses Penjernihan Air... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.2 Sumber Data ... 34

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.4 Variabel Operasionalisasi ... 38

3.5 Indikator Variabel Penelitian ... 38

3.6 Teknik Pengukuran dan Pengujian Instrumen ... 38

(7)

vi

Kualitas ... 49

4.2.2 Analisi Deskriptif Hasil Penelitian Tentang Pengendalian Mutu Kualitas ... 52

4.2.3 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian Tentang Kondisi Sanitasi... 54

4.2.4 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian Tentang Standar Kualitas Air Bersih ……….. 56

4.2.5 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian Tentang Proses Pengolahan Air Bersih………... 58

4.2.6 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian Tentang Proses Pejernihan Air……… 60

4.2.7 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian Tentang Kualitas Air………. 63

4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 66

4.3.1 Uji Validitas……….. 66

4.3.2 Uji Reliabilitas……….. 68

4.4 Uji Asumsi Klasik ... 69

4.4.1 Normalitas... 69

4.4.2 Uji Heteroskedastistas ... 71

4.4.3 Autokorelasi……… 72

4.5 Uji Hepotesis ... 73

4.5.1 Uji Regresi Linier Berganda... 73

4.5.2 Uji Simultan………... 76

4.5.3 Uji Parsial………... 77

(8)

vii

4.7.2 Hasil Laboratorium Dinkes………... 84 4.8 Rekomendasi Bagi Pemilik DAMIU……… 84 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 85 5.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

viii

Tabel 3.1 Refrensi Kuisoner Konsumen DAMIU... 35

Tabel 4.1 Hasil Penyebaran Kuisoner ... 47

Tabel 4.2 Umur Responden ... 48

Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden ... 48

Tabel 4.4 Hasil Tentang Intensitas Konsumsi Air Minum ... 49

Tabel 4.5 Hasil Kuisoner Tentang Harga Produk ... 50

Tabel 4.6 Hasil Kuisoner Konsumsi Tentang Kepuasan... 51

Tabel 4.7 Hasil Kuisoner Konsumsi Tentang Kemasan... 52

Tabel 4.8 Hasil Kuisoner Konsumsi Tentang Sumber Air... 53

Tabel 4.9 Hasil Kuisoner Tentang Pengamatan Proses Pembersihan galon ... 54

Tabel 4.10 Hasil Kuisoner Tentang Lingkungan ... 55

Tabel 4.11 Hasil Kuisoner Tentang Pelatihan Karyawan DAMIU... 55

Tabel 4.12 Hasil Kuisoner Tentang Pengujian Kualitas Air ... 56

Tabel 4.13 Hasil Kuisoner Tentang Informasi Uji Kualitas Air ... 57

Tabel 4.14 Hasil Kuisoner Tentang Proses Pembersihan Galon... 58

Tabel 4.15 Hasil Kuisoner Tentang Pengetahuan Teknologi... 59

Tabel 4.16 Hasil Kuisoner Tentang Kepuasan Penerapan Teknologi... 60

Tabel 4.17 Hasil Kuisoner Tentang Kepuasan Peralatan Yang Digunakan... 61

Tabel 4.18 Hasil Kuisoner Tentang Perawatan Mesin ... 62

Tabel 4.19 Hasil Kuisoner Tentang Uji laboratorium... 62

Tabel 4.20 Hasil Kuisoner Tentang Pengetahuan Kualitas Air... 63

Tabel 4.21 Hasil Kuisoner Tentang Kepuasan Kualias Air ... 64

Tabel 4.22 Hasil Kuisoner Tentang Sumber Air... 65

Tabel 4.23 Hasil Kuisoner Tentang Sosialisasi Konsumen ... 66

Tabel 4.24 Hasil Uji Instrumen Validitas... 67

Tabel 4.25 Hasil Uji Instrumen Reliabilitas... 68

Tabel 4.26 Hasil Uji Perhitungan Autokorelasi ... 73

(10)
(11)

x

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 18

Gambar 4.1 Grafik Normalitas... 69

Gambar 4.2 Kurva Histrogram... 70

(12)

xi

Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas ... 97 Lampiran 4 Regresi... 99 Lampiran 5 Histrogram... 100

(13)

xii

untuk mengetahiu pengaruh dimensi kualitas, sanitasi dan pengolahan air terhadap kualitas air minum depot isi ulang. Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif dengan melalui beberapa tahapan diantaranya penyebaran kuisoner yang dibagikan kepada konsumen pengguna DAMIU serta melakukan wawancara dengan pemilik maupun karyawan DAMIU. Sedangkan pada tahap terakhir adalah pengolahan data menggunakan program SPSS, kemudian dari hasil pengolahan tersebut didapat bahwa banyak faktor yang mempengaharui kualitas air, diantaranya dimensi kualitas, pengendalian mutu kualitas, kondisi sanitasi, standar kualitas air bersih, proses pengolahan air bersih dan proses penjernihan air. Faktor-faktor itulah yang dapat mempengaharui kualitas air. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai rekomendasi untuk pemilik DAMIU untuk lebih menjaga kebersihan air.

(14)

1

1.1 Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh. Dengan terpenuhinya kebutuhan air, maka proses metabolisme dalam tubuh manusia dapat berlangsung dengan baik. Sebaliknya jika kekurangan air proses metabolisme akan terganggu dan akibatnya dapat menimbulkan kematian. Salah satu upaya pengamanan makanan dan minuman untuk melindungi kesehatan masyarakat adalah pengawasan terhadap kualitas air minum.

Kualitas air dapat ditinjau dari segi físik, kimia, dan bakteriologis. Penelitian sebelumnya Supriyono Asfawi (2004), yang meneliti tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas bakteriologis air minum isi ulang tingkat produsen di kota semarang. Hasil penelitian keseluruhan depot belum memenuhi persyaratan yang dikeluarkan pada pedoman higiene dan sanitasi depot air minum isi ulang yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Perilaku hidup bersih dari para pekerja masih kurang. Kualitas bakteriologis air minum isi ulang berdasarkan hasil pemeriksaan lab menunjukkan bahwa 34 sampel (69,4%) sudah memenuhi

(15)

syarat untuk air minum, dan selebihnya belum memenuhi syarat, hal ini dipengaruhi oleh air baku yang digunakan, cara pengolahan dan kondisi lingkungan depot. Persyaratan secara físik, yaitu air minum tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak keruh. Kebutuhan sehari-hari terhadap air berbeda-beda untuk tiap tempat dan tingkatan kehidupan. Air minum merupakan kebutuhan manusia paling penting. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun mikrobiologi.

Saat ini kualitas air minum di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air. Air tawar bersih untuk air minum semakin langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan.

Penelitian yang telah dilakukan Didin Lukmanul Hakim (2010), dengan judul Aksesibilitas Air Bersih Bagi Masyarakat Di Permukiman Linduk Kec. Pontang Kab. Serang. Hasil dari penelitiannya : Kualitas air bersih masyarakat yang berasal dari supply non perpipaan, tidak dapat digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan air bersih masyarakat (tertentu). Ini terlihat dari penggunaan banyak sumber air bersih oleh

(16)

masyarakat. Selain itu, pemilihan banyak sumber air bersih agar tidak mengurangi jumlah air bersih yang dipergunakan agar dapat memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari.

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa air minum dalam kemasan yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi. Namun, harga air minum dalam kemasan dari berbagai merek yang terus meningkat membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah.

Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) menjadi pilihan yang lain. Air minum jenis ini dapat diperoleh di depot-depot dengan harga sepertiga lebih murah dari produk air minum dalam kemasan yang bermerek. Karena itu banyak rumah tangga yang beralih pada layanan ini. Hal inilah yang menyebabkan air minum isi ulang bermunculan. Berkembangnya usaha depot air minum isi ulang di berbagai kota mendapat sorotan tajam dari masyarakat. Kualitas air minum isi ulang masih dipertanyakan, khususnya pada kualitas bakteriologis air minum isi ulang. Kecenderungan penggunaan air minum isi ulang oleh masyarakat di perkotaan semakin meningkat. Buruknya kondisi lingkungan membuat mereka khawatir untuk mengonsumsi air tanah, bahkan air dari Perusahaan Air Minum (PAM) yang telah disediakan pemerintah. Namun sayangnya tidak semua Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) dikelola dengan baik.

Kota Semarang adalah salah satu kota di Jawa Tengah dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, meskipun air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sudah ada di Semarang namun masyarakat

(17)

lebih menyukai air minum isi ulang yang beredar di sekitar tempat tinggalnya. Tidak semua penduduk di Semarang mempunyai sumur sendiri dengan alasan bahwa air sumur yang ada kualitasnya tidak bagus, karena air sumur di daerah tersebut masih keruh, berbau, berwarna dan terkadang berasa, air sumur yang ada tidak dikonsumsi melainkan hanya untuk mandi, mencuci piring dan pakaian. Pada umumnya kedalaman sumur yang ada berkisar 10-20 meter dari permukaan tanah.

Begitu juga dengan air dari PDAM tidak dikonsumsi melainkan hanya untuk mandi, mencuci piring dan pakaian dengan alasan kualitas air dari PDAM mengandung tawas sangat tinggi dan air sering mati. Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang dengan alasan air yang ada tidak layak untuk dikonsumsi dan harga air minum isi ulang sangat murah di banding dengan air minum dalam kemasan. Mereka mengkonsumsi air minum isi ulang hanya untuk minum dan memasak saja, biasanya air isi ulang tidak di masak terlebih dahulu tetapi langsung dikonsumsi. Masyarakat membeli air minum isi ulang menggunakan galon bukan jirigen.

Penelitian sebelumnya Dwi Sulistyawati (2003), dengan mengambil sampel terhadap 35 Produsen Air Isi Ulang di Kota Semarang, terdapat rata-rata Angka kuman air minum isi ulang adalah 55 koloni/ml, dengan proporsi angka kuman < 100 koloni/ml sebanyak 26 sampel (74,29%) sedangkan angka kuman 100 koloni/ml sebanyak 9 sampel( 25,71%) dan

(18)

angka bakteri coliform 11 koloni/100 ml, dengan Proporsi sampel yang positif mengandung bakteri sebanyak 16 sampel (45,71%).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan kajian tentang kualitas air pada depot isi ulang yang ada di kota Semarang dengan uji kimia biologi dan uji statistika.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah dimensi kualitas berpengaruh pada kualitas air?

2. Apakah pengendalian mutu kualitas berpengaruh pada kualitas air?

3. Apakah kondisi sanitasi berpengaruh pada kualitas air?

4. Apakah standar kualitas air bersih berpengaruh pada kualitas air bersih?

5. Apakah proses pengolahan air bersih berpengaruh pada kualitas air?

6. Apakah proses penjernihan air berpengaruh pada kualitas air? 7. Apakah dimensi kualitas, pengendalian mutu kualitas, kondisi

sanitasi, standart kualitas air bersih, proses pengolahan air bersih, proses penjernihan air berpengaruh pada kualitas air?

(19)

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh dimensi kualitas terhadap kualitas air.

2. Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh pengendalian mutu kualitas terhadap kualitas air.

3. Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh kondisi sanitasi terhadap kualitas air.

4. Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh standar kualitas air bersih terhadap kualitas air.

5. Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh proses pengolahan air terhadap kualitas air.

6. Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh proses penjernihan air terhadap kualitas air.

7. Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh dimensi kualitas, pengendalian mutu kualitas, kondisi sanitasi, standar kualitas air bersih, proses pengolahan air, proses penjernihan air terhadap kualitas air.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat tentang penelitian ini antara lain sebagai berikut : a. Bagi Penulis atau Mahasiswa

(20)

Manfaat secara umum yang diperoleh mahasiswa dalam melakukan penelitian ini adalah :

1. Mahasiswa dapat membandingkan dan menerapkan pengetahuan akademis yang telah didapat dan juga melatih mahasiswa agar nantinya dapat mengidentifikasi dan menentukan alternatif pemecahan masalah.

2. Mahasiswa dapat mengembangkan suatu cara berfikir yang logis untuk menganalisis atau mengevaluasi kondisi kerja secara tepat dan akurat dengan langkah yang sistematis.

b. Bagi Akademik

1. Dapat menambah literatur kepustakaan akademik.

2. Dapat membantu mahasiswa lain dalam memecahkan masalah serupa. c. Bagi pemilik DAMIU

Memberikan masukan tentang pengendalian mutu yang akan dijalankan untuk menciptakan kualitas air minum yang aman dikonsumsi.

d. Bagi konsumen (masyarakat)

Memberikan informasi dan pedoman bagi masyarakat dalam memilih dan mengkomsumsi air minum isi ulang dengan benar.

1.5 Batasan Masalah

Dalam penelitian tugas akhir ini penulis melakukan pembatasan masalah yang dimaksudkan agar obyek penelitian dapat terarah sesuai dengan yang diharapkan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan pada ±60 DAMIU wilayah kota Semarang.

(21)

2. Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. 3. Objek penelitian adalah kualitas air minum DAMIU.

4. Variabel dalam penelitian ini berjumlah ada 6 variabel yaitu ; Dimensi kualitas, Pengendalian Mutu Kualitas, Kondisi Sanitasi, Standar Kualitas Air Bersih, Proses Pengolahan Air, Proses Penjernihan Air

(22)

9

2.1 Dimensi Kualitas

Kualitas harus dimulai dari kebutuhan masyarakat dan berakhir pada persepsi masyarakat. Citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi masyarakat. Masyarakat yang mengkonsumsi dan menikmati pelayanan suatu institusi pemerintahan atau organisasi publik, sehingga masyarakat yang akan menentukan baik atau buruknya suatu pelayanan.

Menurut Juran Nasution (2004), kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan atas lima ciri utama berikut :

a. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan b. Psikologis, yaitu citra rasa atau status c. Waktu, yaitu kehandalan

d. Kontraktual, yaitu adanya jaminan

e. Etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur

Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaannya lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, produknya

(23)

tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality assurance) dan sesuai etika bila digunakan.

Mutu produk dan jasa dapat didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan untuk memenuhi harapan–harapan pelanggan. Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen (Juran Nasution, 2004).

Kualitas adalah kesesuaian dengan persyaratan, kecocokan pada pemakaian, perbaikan atau penyempurnaan, berkesinambungan, bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan baik sejak awal maupun setiap saat, melakukan segala sesuatu dengan benar sejak awal dan sesuatu dilakukan untuk membahagiakan pelanggan (Tjiptono, 2004).

Sedangkan delapan dimensi kualitas menurut Philip Kotler (2000) adalah sebagai berikut : (1) Kinerja (performance): karakteristik operasi suatu produk utama, (2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature), (3) Kehandalan (reliability): probabilitas suatu produk tidak berfungsi atau gagal, (4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), (5) Daya Tahan (durability), (6) Kemampuan melayani (serviceability) (7) Estetika (estethic): bagaimana suatu produk dipandang dirasakan dan didengarkan, dan (8) Ketepatan kualitas yang dipersepsikan (perceived

(24)

Dalam kenyataannya kualitas adalah konsep yang cukup sulit untuk dipahami dan disepakati. Dewasa ini kata kualitas mempunyai beragam interpretasi, tidak dapat didefinisikan secara tunggal, dan sangat tergantung pada konteksnya. Beberapa definisi kualitas berdasarkan konteksnya perlu dibedakan atas dasar: organisasi, kejadian, produk, pelayanan, proses, orang, hasil, kegiatan, dan komunikasi (Crosby, Philip B.,2003).

2.2 Pengendalian Mutu (Kualitas)

Menurut Prawirosentono (2004), pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen, agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan. Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana proses dan hasil produk (jasa) yang dibuat sesuai dengan standar yang ditetapkan perusahaan.

Dalam pengendalian mutu ini semua kondisi barang diperiksa berdasarkan standar yang ditetapkan, bila terdapat penyimpangan dari standar dicatat untuk dianalisis, dan hasil analisis tersebut digunakan untuk perbaikan sistem kerja, sehingga produk yang bersangkutan sesuai dengan standar yang ditentukan. Pelaksanaan pengawasan mutu dan kegiatan produksi harus dilaksanakan secara terus-menerus untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rencana standar agar dapat dengan segera diperbaiki.

(25)

Kegiatan pengendalian mutu merupakan bidang pekerjaan yang sangat luas dan kompleks karena semua variabel yang mempengaruhi mutu harus diperhatikan. Menurut Prawirosentono (2004), secara garis besarnya, pengendalian mutu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

(1) Pengendalian mutu bahan baku.

(2) Pengendalian dalam proses pengolahan (work in process). (3) Pengendalian mutu produk akhir.

2.3 Kondisi Sanitasi DAMIU

Sanitasi adalah bagian penting dalam proses pengolahan makanan/minuman yang harus dilaksanakan dengan baik. Proses produksi makan dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang meliputi persiapan,pengolahan dan penyajian. Oleh karena itu sanitasi dalam proses pengolahan pangan dilakukan sejak dari bahan baku hingga siap dikonsumsi. Sanitasi meliputi kegiatan-kegiatan aseptik dalam persiapan,pengolahan dan penyajian, pembersihan lingkungan kerja dan kesehatan pekerja.

Kondisi sanitas depot dalam sempel penelitian menunjukkan tingkat yang belum memuaskan, karena lebih banyak dalam kategori cukup, hal ini bisa saja dipahami karena memang produksi air minum isi ulang termasuk dalam industri rumahan, sehingga lebih mencari tempat-tempat yang strategis sehingga lebih mudah di jangkau oleh pembeli. Mulai berada di

(26)

perumahan/perkampungan hingga pertokoan, bahkan ada yang menjadi satu dengan usaha lain yang tidak berkaitan dengan air minum.

Berdasarkan buku pedoman pengawasan hygien dan sanitasi depot air minum isi ulang, disyaratkan berlokasi di daerah yang bebas dari pencemaran seperti ,daerah genangan,tempat pembuangan kotoran dan sampah, dekat dengan penimbunan barang berbahaya dan beracun, perusahaan yang menimbulkan pencemaran dan daerah yang padat pencemaran.

Kontruksi bangunan harus kuat aman dan mudah dibersihkan serta gampang dalam pemeliharaan. Lantai harus dalam keadaan bersih yang tentu di dukung dengan bahan yang kedap air, permukaannya rata dan tidak licin, tidak menyerap debu. Dinding harus terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, tidak boleh ada benda-benda yang tidak berhubungan dengan proses produksi tergantung di dinding. (Purnawan 2003)

2.4 Standar Kualitas Air Bersih

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang ”Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air “, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

No 907/Menkes/SK/VII/2002 dalam laporan pelaksanaan penyuluhan makanan dan minuman (2003), kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan adalah :

(27)

a. Syarat Fisik :

Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan temperature tidak melebihi suhu udara.

b. Syarat Kimia :

Tidak mengandung bahan kimia yang beracun dan zat yang menimbulkan gangguan kesehatan.

c. Syarat Bakteriologi :

Tidak mengandung kuman parasit, kuman patogen, bakteri E coli Bakteri

coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air

minum.

Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, tetapi keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah. Oleh karena itu, dipersyaratkan bahwa air minum harus bebas dari bakteri semua jenis

coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform maka akan

semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan (Suara Karya Online, 2005).

Dua standar nasional yang mengatur kualitas air minum, yaitu SNI 01 3553 - 1996 (Standar Nasional Indonesia) dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Peraturan Menteri Kesehatan No

(28)

907/Menkes/SK/VII/2002, air minum harus memenuhi persyaratan tingkat kontaminasi nol untuk keberadaan bakteri coliform.

Tabel 1. Persyaratan Mutu Air Minum Dalam Kemasan

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan

a) Bau - Tidak Berbau

b) Rasa Unit PtCo Normal

c) Warna - Maks .5

2 pH 6,5 - 7,5

3 Kekeruhan NTU Maks .5

4 Kesadahan , sebagai CaCO3 Mg/I Maks .150

5 Zat yang terlarut Mg/I Maks . 500

6 Zat organik (angka KmnO4) Mg/I Maks . 1,0 7 Nitrat dihitung sebagai (NO3) Mg/I Maks . 45 8 Nitrit dihitung sebagai (NO2) Mg/I Maks . 0,005

9 Amonium (NH4) Mg/I Maks . 0,15

10 Sulfat (SO4) Mg/I Maks . 200

11 Klorida (CI) Mg/I Maks . 250

12 Fluorida (F) Mg/I Maks . 1

13 Sianida (CN) Mg/I Maks . 0,05

14 Besi (FE) Mg/I Maks . 0,3

(29)

Tabel 1 …. (Lanjutan)

16 Klor bebas Mg/I Maks . 0,1

17 Cemaran logam

- Timbal (Pb) Mg/I Maks . 0,005

- Tembaga (Cu) Mg/I Maks . 0,5

- Kadmium (Cd) Mg/I Maks . 0,005

- Raksa (Hg) Mg/I Maks . 0,001

18 Cemara asen (As) Mg/I Maks . 0,05

19 Cemara mikroba :

- Angka lempeng total awal *) Koloni/ml

Maks . 1,0 x 10(2)

- Angka lempeng total akhir

**) Koloni/ml

Maks . 1,0 x 10(5)

- Bakteri bentuk coli APM/100ml <2 Koloni/ml Nol

- C. Perfringens - negatif/100ml

- Salmonella - negatif/100ml

Sumber: Dewan Standarisasi Nasional (DSN), 1996 Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah: 1. Persyaratan Biologis

Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat group, yakni parasit,

(30)

bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.

2. Persyaratan Fisik

Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau.

3. Persyaratan Kimia

Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun.

4. Persyaratan Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.

(31)

2.5 Proses Pengolahan Air Bersih

Tujuan pengolahan air bersih merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih dan sehat sesuai dengan standard mutu air. Proses pengolahan air bersih merupakan proses fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum (Mulia, 2005).

Sumber air untuk keperluan domestik dapat berasal dari beberapa sumber, misalnya dari aliran sungai yang relatif masih sedikit terkontaminasi, berasal dari mata air pegunungan, berasal dari danau, berasal dari tanah, atau sumber lain, seperti air laut. Air tersebut harus terlebih dahulu diolah di dalam wadah pengolahan air sebelum didistribusikan kepada pengguna. Variasi sumber air akan mengandung senyawa yang berbeda, maka sudah menjadi kewajiban pengelola air untuk menjadikan air aman untuk dikonsumsi, yaitu air yang tidak mengandung bahan berbahaya untuk kesehatan berupa senyawa kimia untuk mikroorganisme (Manihar, 2007).

Ada banyak cara pengolahan air untuk keperluan air bersih, tergantung pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air yang akan diolah dan jenis sumber bahan baku air. Modifikasi pengolahan air dan pemilihan serta penambahan bahan pengendap dapat dilakukan untuk efisiensi pengolahan air bersih.

(32)

Beberapa bagian atau langkah penting pengolahan air (bukan hanya air minum) yang sering dilakukan untuk mendapatkan air bersih adalah Manihar (2007) :

a. Menghilangkan Zat Padat

Sebelum air diolah untuk air bersih, sering ditemukan bahan baku air mengandung bahan-bahan yang terbawa ke dalam arus air menuju bak penampungan. Bahan padat yang mengapung dan melayang dengan ukuran besar tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi). Sedangkan untuk bahan padat ukuran kecil dihilangkan dengan proses pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses penghilangan bahan ukuran kecil yang dikenal sebagai koloid, perlu ditambahkan koagulan. Bahan Koagulan yang sering dipakai adalah alum (tawas). Tawas di dalam air akan terhidrolisa dan membentuk senyawa kompleks aluminium yang siap bereaksi dengan senyawa basa di dalam air. Endapan berupa senyawa aluminium hidroksida akan terbentuk dan membawa serta mengikat senyawa- senyawa lain yang tersuspensi ke dalamnya dan mengendap bersama- sama berupa lumpur.

b. Menghilangkan Kesadahan Air

Kalsium dan Magnesium dalam bentuk senyawa bikarbonat dan sulfat sering ditemukan dalam air yang menyebabkan kesadahan air. Salah satu pengaruh kesadahan air adalah dalam proses pencucian dengan menggunakan sabun karena terbentuknya endapan garam yang sukar larut bila sabun bereaksi dengan ion magnesium dan kalsium. Cara

(33)

untuk menghilangkan kesadahan air, misalnya air untuk konsumsi masyarakat digunakan proses penghilangan kesadahan air dengan penambahan soda Ca(OH2) dan abu soda Na2CO3 sehingga kalsium akan mengendap sebagai Mg(OH)2. Bila kesadahan hanya disebabkan oleh kesadahan karbonat maka cukup hanya dengan menambahkan

Ca(OH)2 untuk menghilangkannya.

c. Menghilangkan Bakteri Pathogen

Penghilangan mikroba pathogen dapat dilakukan dengan menggunakan disinfectant. Umumnya bahan- bahan disinfectant ini bersifat oksidator, sehingga dapat membunuh mikroba pathogen. Menurut Waluyo bahan-bahan disinfectant yang banyak dipakai adalah:

(1)Kaporit

Klorin bila ditambahkan ke dalam air akan terhidrolisis dengan cepat menghasilkan ion klor dan asam hipoklorit.

(2)Ozon

Ozon atau O3 bersifat mudah larut dalam air dan mudah

terdekomposisi pada temperatur dan pH tinggi. Penggunaan ozon lebih aman dibanding kaporit, terutama bagi mereka yang sensitif terhadap klor. Pengolahan dengan proses ozonisasi dilakukan dengan cara menyaring air, mendinginkannya, tekanan ditinggikan, dan ozon dipompakan ke dalam wadah air selama 10- 15 menit. Permasalahannya adalah kelarutan ozon di dalam air relatif kecil sehingga kekuatan desinfektannya sangat terbatas. Ozon sangat

(34)

bereaksi dengan cepat yang menyebabkan persistensinya di dalam air hanya sebentar saja.

a. Pembuatan ozon

Ozon dapat dibuat didalam alat yang dinamakan Ozoniser. Ozoniser adalah suatu unit alat yang menghasilkan arus listrik 5.000–20.000 v dan 50–500 Hz, mengubah O2 yang bersih dan kering menjadi Ozon (O3). Cara pembuatan ozon tersebut dapat dilakukan dengan melewatkan udara kering yang telah difilter melalui tabung–tabung atau dilewatkan diantara lempengan tegangan listrik yang tinggi.

b. Sifat-sifat ozon.

Ozon merupakan oksidator kuat yang bereaksi cepat dengan hampir semua zat organik, kecuali bagi ion chllorida karena tidak bereaksi dengan ozon dan amonia yang sedikit bereaksi dengan ozon. Sifat ozon yang bereaksi dengan cepat menyebabkan persistensinya didalam air hanya sebentar saja. Dengan demikian desinfektan ini kurang efektif bila ditujukan untuk menjaga kualitas air yang terkontaminasi dijaringn distribusi. Waktu paruh atau half life hanya 20 menit tanpa residen.

c. Kemampuan ozon

Ozon mampu menguraikan komponen organik termasuk asam humus. Dengan ozon, asam humus akan terurai menjadi senyawa yang sederhana dan bersifat biodegradable. Ozon bersifat

(35)

bakterisida, virusida, algasida serta mengubah senyawa organik komplek menjadi senyawa yang sederhana. Penggunaan ozon lebih banyak diterima oleh konsumen karena tidak meninggalkan bau dan rasa. Setelah melalui proses ozonisasi, air minum ditampung dalam tangki bersih untuk selanjutnya siap dikonsumsi.

(3)Sinar Ultra Violet

Ultra violet adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang diantara 100–400 nm (1nm = 0,0000001 mm). Panjang gelombang ini menempatkan ultra violet diluar spektrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata. Sinar ultra violet dibagi menjadi 4 (empat) spektrum, yaitu :

(1) UV, Sinar ultra violet yang tidak dapat melewati atmosfir bumi. (2) UV-A, berada diantara panjang gelombang 200–290 nm

memiliki tingkat daya bunuh paling tinggi terhadap bakteri, protozoa maupun virus.

(3) UV-B, berada diantara panjang gelombang 290–300 nm terdapat dalam sinar matahari.

(4) UV-C, berada diantara panjang gelombang 300–400 nm terdapat dalam sinar matahari namun hampir tidak memiliki kemampuan sebagai desinfeksi.

a. Desinfeksi dengan UV

Radiasi sinar ultra violet adalah radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang lebih pendek dari spektrum antara 100–

(36)

40 nm, dapat membunuh bakteri tanpa meninggalkan sisa radiasi dalam air. Radiasi sinar ultra violet telah digunakan untuk desinfeksi air sejak pergantian abad 20. Apabila terdapat panjang gelombang yang terus menerus hingga mencapai panjang gelombang infra merah maka akan terjadi penurunan bahkan tidak ada kemampuan daya bunuh terhadap bakteri.

Secara alamiah sinar ultra violet juga terdapat pada lapisan troposfer, tetapi tidak dalam jumlah yang besar. Dengan rusaknya Ozon maka akan lebih banyak sinar ultra violet memasuki lapisan troposfer. Apabila sinar ultra violet tersebut dalam jumlah sedikit akan berguna bagi tubuh manusia dalam pembentukan vitamin D. Sinar ultra violet dengan panjang gelombang 280–320 nm bersifat bakterisidal dan sering digunakan untuk desinfeksi udara maupun air. Desinfeksi menggunakan sinar UV mempunyai kelebihan dibandingkan dengan Ozon dan Chlorin. Kelebihannya antara lain:

(1) Tanpa bahan kimia.

(2) Tanpa rasa atau bahu yang mengganggu

(3) Sangat efektif dalam membunuh sebagian besar bakteri patogen seperti : E.coli, Giardia Lamblia dan Cristoporidium.

(4) Tidak mengeluarkan produk sampingan yang bisa membahayakan.

(37)

(6) Mudah pengoperasiannya

(7) Dapat menentukan dosis dengan tepat b. Mekanisme desinfeksi UV

Sinar ultra violet dengan panjang gelombang 253,7 nm mampu menembus dinding sel mikroorganisme sehingga dapat merusak

Dcoxyribonuclead Acid (DNA) dan Ribonuclead Acid (RNA) yang

bisa menghambat pertumbuhan sel baru dan dapat menyebabkan kematian bakteri. RNA berperan pada sintesis protein mengatur anabolisme, menghasilkan dan membentuk enzim sebagai penyimpan makanan. DNA terdapat dalam nukleus berisi kode genetika untuk reproduksi seluruh komponen sel. Air yang dilewati sinar ulra violet harus jernih. Air yang mengandung suspendid solid akan mempengaruhi transmisi dan penyerapan sinar ultra violet sehingga dapat melindungi bakteri, terutama bakteri dengan ukuran yang lebih kecil dari partikel suspendid solid.

c. Faktor yang mempengaruhi daya kerja UV

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya kerja sinar ultra violet pada pengolahan air minum, adalah :

(1) Kekeruhan

Air yang keruh akan menghalangi penyinaran sinar UV (2) Kontaminasi padatan

Sinar UV tidak efektif pada air dengan kontaminasi kepadatan tinggi.

(38)

(3) Jarak antara lampu dengan permukaan air

Penyinaran pada jarak yang dekat akan lebih efektif dibanding dengan jarak yang semakin jauh.

(4) Temperatur

Temperatur yang semakin tinggi akan semakin menambah daya bunuh bakteri.

(5) Jenis Organisme

Bakteri yang menghasilkan spora sangat resisten sehingga pengaruh desinfeksi dengan sinar ultra violet sangat kecil.

d. Sumber UV

Sumber sinar ultra violet berasal dari lampu mercury bertekanan rendah berfungsi sebagai pusat energi listrik ultra violet. Lampu tersebut banyak digunakan karena sekitar 85 % dari panas lampu adalah monokromatik pada panjang gelombang 253 nm. Panjang gelombang kisaran 250–270 nm, memerlukan ukuran panjang lampu 2,5–5 feet (0,75–1,5m) dengan diameter 0,6–0,8 inchi (15– 20 nm). Energi yang muncul dihasilkan oleh uap mercury yang diisikan kedalam lampu.

e. Lama penyinaran UV

Lama penyinaran atau kontak merupakan faktor penting dalam desinfeksi air minum. Semakin lama kontak maka akan semakin banyak bakteri yang terbunuh.

(39)

(6) Desinfektan.

Beberapa desinfektan belum atau tidak banyak digunakan karena kurang efektif atau karena penggunaannya masih merupakan hal baru. Desinfektan tersebut adalah:

a. Ferrat

Ferrat merupakan garam dari asam ferric (H2FeO4) dimana Fe bervalensi Sebagai bakterisida dan virusida, ferrat lebih baik daripada kloramin.

b. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida (H2O2) adalah oksidator kuat yang digunakan

(40)

harganya mahal dan konsentrasi yang diperlukan sebagai desinfektan cukup tinggi.

a) Kalium Permanganat

Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat

yang sudah lama digunakan. Dalam proses pengolahan air bersih, penggunaan KMnO4 adalah sebagai oksidator untuk mengurangi kadar Fe dan Mn dalam air, serta untuk menghilangkan rasa dan bau dari air yang diolah. Selain itu, kalium permanganat digunakan pula sebagai algisida.

Penggunaannya sangat terbatas karena harganya mahal, daya bakterisidanya rendah serta warnanya mengganggu bila digunakan pada konsentrasi tertentu.

2.6 Proses penjernihan air

Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat tersuspensi dari air melalui media berpori-pori. Zat padat tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui suatu lapisan materi berbentuk butiran yang disebut media filter. Media filter biasanya pasir atau kombinasi pasir, anthracite, garnet, polystyrene dan beads. Filter dengan bahan anthracite, kecepatan filtrasinya dapat diperbesar menjadi 1,5–2 kali saringan kasir. Pasir yang paling baik untuk bahan filter adalah pasir yang mengandung kwartsa.

(41)

Penghilangan zat padat tersuspensi dengan penyaringan memainkan peranan penting, baik yang terjadi dalam pemurnian alami dari air tanah maupun dalam pemurnian buatan dalam pemurnian instalasi pengolahan air. 1. Proses

Filter yang digunakan dalam proses filtrasi biasanya dianggap sebagai saringan yang menahan zat padat tersuspensi diantara media filter.

Proses filtrasi tergantung pada gabungan dari mekenisme fisika dan kimia yang kompleks, dan yang terpenting adanya proses adsorpsi. Pada waktu air melalui lapisan filter, zat padat terlarut bersentuhan dan melekat pada permukaan dari butiran media filter atau materi yang lebih dulu melekat membentuk lapisan film.

Kekuatan menarik dan mengikat partikel kebutiran, sama seperti yang terdapat pada proses koagulasi dan flokulasi. Hasil penyaringan air melalui media penyaringan berbanding lurus dengan ketebalan dan ukuran media saringan. Semakin tebal atau semakin kecil ukuran saringan, maka akan semakin banyak zat-zat yang tersaring.

2. Saringan pasir lambat

Saringan pasir lambat, berguna untuk menghilangkan organisme pathogen yaitu bakteri dan virus dari air baku. Melalui adsorpsi bakteri dapat dihilangkan dari virus dan air baku. Melalui adsorpsi bakteri dapat dihilangkan dari air dan ditahan pada permukaan butiran pasir kira-kira 85% -90% total bakteri. Apabila filter beroperasi dengan baik, saringan

(42)

pasir lambat dapat menghilangkan protozoa seperti Entamoeba hiistolytica dan cacing seperti Schistotosoma haemabium dan Ascaris lumbricoides.

Saringan pasir lambat sesuai dengan namanya hanya mempunyai kemampuan menyaring : 0,1–0,3 m3 / jam atau 2–7 m3 / m2 / jam. Hal ini disebabkan ukuran butiran pasirnya relatif halus yaitu 0,2 mm. 3. Saringan pasir cepat

Saringan pasir cepat mempunyai kecepatan menyaring melebihi kecepatan saringan pasir lambat yaitu 6–15 m3 / m2 / jam (120–360 m3 / m2). Pada saringan pasir cepat media yang digunakan adalah pasir dengan ukuran efektif : 0,4–1,2 mm. Untuk membersihkan atau mencuci media pasir tidak cukup hanya dengan mengambil lapisan atas saja tetapi dengan back-wash.

4. Saringan berkecepatan tinggi

Saringan ini mempunyai kecepatan menyaring 3-4 kali kecepatan saringan pasir cepat. Pada saringan ini digunakan kombinasi dari beberapa media filter tidak hanya pasir saja sehingga dikenal dengan istilah multi media filter. Disebut dual media filter apabila menggunakan kombinasi 2 jenis media filter. Disebut melti media filter apabila menggunakan 3 atau lebih media sebagai bahan filter. Dual atau Multi media filter mempunyai tingkat dari kasar sampai halus, artinya media berukuran kasar terletak diatas media berukuran lebih halus.

(43)

5. Persyaratan pasir sebagai media filter

Pasir sebagai bahan atau filter agar hasil filtrasi efektif dipersyaratkan sebagai berikut :

a. Bersih tidak mengandung tanah liat dan zat organik b. Butiran maksimum 2 mm

c. Derajat kekerasan 0,3–0,8 d. Berat jenis 2,35–2,65

6. Saringan karbon aktif (Carbon filter).

Fungsi carbon filter adalah sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa chlor dan bahan organik. Semakin lama air yang kontak dengan carbon filter semakin banyak pula zat yang terserap.

Carbon filter dapat dibuat dari batubara atau arang batok kelapa.

Carbon filter dalam kurun waktu tertentu akan mengalami kejenuhan sehingga perlu dicuci dengan cara dibakar atau diganti.

7. Saringan mikro (Micro filter)

Micro filter adalah saringan halus berukuran mikron berbentuk

silinder mudah dibersihkan atau dicuci. Microfilter berguna untuk menyaring partikel yang berukuran 0,04–100 mikron ataupun bakteri yang berukuran lebih besar dari ukuran microfilter.

Micro filter diproduksi dengan berbagai variasi ukuran dan

berbagai variasi bahan. Variasi ukuran yaitu < 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Variasi bahan dapat dibedakan sebagai berikut :

(44)

a. Catridge lilitan, memakai benang yang disikat halus sehingga seratnya berjurai kemudian dililitkan pada inti logam yang berlubang . Catridge ini mempunyai kemampuan 10 mikron.

b. Catridge membran, terbuat dari bahan sellulosa, nilon, polisulfon, akrilik, poinifiliden flourida. Caridge ini mempunyai kemampuan 2 mikron.

c. Catridge filter membran nilon, terbuat dari nilon. Catridge ini mempunyai kemampuan dibawah 0,2 mikron. Ukuran microfilter didalam unit pengolahan air pada depot air minum dipersyaratkan maksimum 10 mikron.

(45)

32

Metodologi penelitian merupakan tahap-tahap penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah sehingga penelitian dapat dilakukan dengan terarah, terencana, sistematis, dan memudahkan dalam menganalisis permasalahan yang ada. Langkah-langkah penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini

Mulai Studi Pendahuluan Perumusan Masalah Penentuan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka Studi Lapangan

Perancangan Penelitian Identifikasi variabel penelitian Menentukan Model Kuisioner

Menentukan Jumlah Sampel Penelitian

Pengumpulan Data Penyusunan Kuisioner (Jumlah 30) Penyebaran Kuisioner (Jumlah 30)

B

(46)

Tidak

Ya Tidak

Ya

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Uji Validitas Uji Reliabilitas Pembahasan Hasil Penelitian Analisa Data Selesai Pengolahan Hasil Kuisioner A

Kesimpulan dan Saran

B B Uji Statistik 1. Normalitas 2. Hesterokesdasitas 3. Autokorelasi

(47)

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan memberikan/ membagikan lembar pertanyaan yang berkaitan dengan higiene sanitasi. Ada bagian dalam kuesioner penelitian ini, yaitu kondisi depot air minum yang buruk yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap air minum isi ulang, pekerja depot air minum harus sehat dan bebas dari penyakit menular, peralatan yang dipakai depot ait minum isi ulang masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa), melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan setiap enam bulan sekali. Kuesioner ini terdiri dari lima dimensi/ variabel kualitas pelayanan, dan disetiap dimensi/ variabel tersebut terdapat beberapa item/ atribut yang menjadi obyek penelitian responden yang berjumlah 30.

3.2 Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung dari responden dengan menggunakan teknik pengumpulan data seperti yang dijelaskan diatas (kuesioner). Sumber data primer (responden) yang menjadi populasi penelitian ini adalah depot air minum isi ulang di kota semarang yang sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini.

Untuk tahap pembuatan indikator pertanyaan kuesioner pada penelitian ini mengacu ke sumber referensi pada penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya.

(48)

Tabel 3.1 Referensi Kuesioner Konsumen DAMIU

Dimensi Kualitas(X1)

1. Saya sering mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot air minum isi ulang (DAMIU)

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

2. Menurut saya, harga produk air minum isi ulang (DAMIU) tidak mahal

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

3. Saya puas terhadap pelayanan karyawan di DAMIU

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

4. Menurut saya, kemasan galon tepat digunakan untuk air minum isi ulang a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

Pengendalian Mutu Kualitas (X2)

5. Saya ingin mengetahui sumber air yang digunakan DAMIU

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

6. Saya selalu mengamati proses pembersihan dan pengisian galon di DAMIU a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

Kondisi Sanitasi (X3)

7. Saya puas terhadap kondisi kebersihan lingkungan/sanitasi di DAMIU

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

(49)

8. Perlu dilakukan pelatihan karyawan tentang SOP pengolahan air minum isi ulang

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

Standar Kualitas Air Bersih (X4)

9. Saya memerlukan informasi proses pengujian kualitas air minum yang dihasilkan oleh DAMIU

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

10. Saya ingin jika sertifikat uji kualitas air diinformasikan kepada konsumen DAMIU

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

Proses Pengolahan Air Bersih (X5)

11. Saya puas dengan proses pembersihan dan pengisian galon di DAMIU

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

12. Saya ingin mengetahui teknologi yang digunakan DAMIU untuk menghasilkan air minum

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

13. Saya puas dengan penerapan teknologi yang digunakan DAMIU untuk menghasilkan air minum

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

Proses Penjernihan Air (X6)

14. Saya puas terhadap peralatan yang digunakan di DAMIU

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

(50)

15. DAMIU perlu melakukan perawatan dan pemeliharaan mesin yang digunakan a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

16. DAMIU perlu melakukan uji lab secara rutin

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

Kualitas Air (Y)

17. Saya ingin mengetahui kualitas air di DAMIU

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

18. Saya sangat puas dengan kualitas air di DAMIU

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

19. Menurut saya, sumber air yang digunkan DAMIU mempengaruhi kualitas air minum

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

20. Perlu dilakukan sosialisasi kepada konsumen tentang kualitas produk air minum

a) Sangat setuju b) Setuju c) Ragu-ragu d) Tidak setuju e) Sangat tidak setuju

Keterangan Pembobotan Kuisoner

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

(51)

3.4 Variabel Operasionalisasi

Variabel penelitian merupakan dari studi pendahuluan dari studi pustaka. Tahap ini bertujuan mengidentifikasi variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dimensi kualitas, pengendalian mutu kualitas, kondisi sanitasi, standar kualitas air bersih dan proses penjernihan air.

3.5 Indikator Variabel Penelitian

Indikator yang digunakan untuk mengukur pengaruh terhadap implementasi hasil uji air minum isi ulang di kota semarang terhadap upaya kesehatan pelanggan.

3.6 Teknik Pengukuran dan Pengujian Instrumen 3.6.1 Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini menggunakan model analisa regresi

3.6.2 Pengujian Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas instrument dilakukan untuk mengukur tingkat kevalidan suatu instrument. Tinggi atau rendahnya validitas instrument akan menunjukkan penyimpangan data yang dikumpulkan. Jika validitas tinggi, maka data yang ada akan menunjukkan tidak adanya penyimpangan. Jika r hitung > dari r tabel, maka data dapat dinyatakan valid (Arikunto, 1996: 136).

(52)

Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas adalah rumus Product-Moment Pearson. Uji validitas ini menggunakan bantuan program Software SPSS 12.0 for Windows. Adapun rumus dari Product-Moment Pearson yaitu:

...(3.1)

Dimana :

rxy : Korelasi product moment

N : Cacah subjek uji coba Σy : Jumlah skor butir (x) Σx : Jumlah skor variable (y) Σx2 : Jumlah skor butir kuadrat (x) Σy2 : Jumlah skor variable (y)

Σxy : Jumlah perkalian butir (x) dan skor variable (y) b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat keandalan suatu instrumen. Instrument yang reliabel akan menunjukkan bahwa instrument tersebut akan mampu mengungkapkan data yang dapat dipercaya (dapat diandalkan). Teknik pengukuran reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha (Cronbach’ s Alpha). Instrumen variabel dikatakan reliabel apabila memiliki Cronbach’ s Alpha

(53)

atau reliabilitas instrumen lebih besar dari koefisien alpha yaitu 0,60 (Arikunto, 1996 : 191). Rumus Cronbach’ s Alpha yaitu:

...(3.2) Dimana :

r11 : Koefisien reliabilitas instrumen

K : Banyaknya butir pertanyaan : Jumlah varian butir

: Varian total

3.7 Analisis Data

Untuk menganalisa data yang diperoleh dari responden digunakan analisis kuantitatif, yaitu analisa berdasarkan metode statistik dan mengklasifikasikan data ke dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel untuk mempermudah analisa. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan :

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan jawaban responden pada angket penelitian. Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap masing-masing alternatif jawaban apakah tergolong sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju dan sangat setuju terlebih dahulu menentukan interval dengan cara:

(54)

bilangan Banyaknya dah Skor teren -nggi Skor terti Sehingga diperoleh : 8 . 0 5 1 -5

Dengan demikian, dapat ditentukam kategori jawaban responden masing-masing variabel yaitu :

a. Skor untuk kategori sangat setuju = 4,20 > rata-rata > 5,00

b. Skor untuk kategori setuju = 3,42 > rata-rata > 4,20 c. Skor untuk kategori ragu-ragu

=2,61 > rata-rata > 3,42

d. Skor untuk kategori tidak setuju =1,80 > rata-rata > 2,61

e. Skor untuk kategori sangat tidak setuju =1,00 > rata-rata > 1,80

2. Analisa Regresi Berganda

Digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dengan variabel terikat mempunyai pengaruh yang berarti atau tidak, dan di uji hanya menggunakan satu variabel bebas. Apabila masing- masing variabel bebas mempunyai kontribusi terhadap perubahan naik atau turunnya nilai variabel terkait, maka ada pengaruh secara signifikan terhadap variabel Y (Gujarati, 1999 : 91), dengan rumus sebagai berikut :

(55)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 +……+ e ...(3.3) Dimana:

Y = Variabel terikat a = Konstanta/intersept X1 = dimensi kualitas

X2 = pengendalian mutu kualitas X3 = kondisi sanitasi

X4 = standar kualitas air bersih X5 = proses pengolahan air bersih X6 = proses penjernihan air

b1 = Koefisien regresi antara X1 dan Y b2 = Koefisien regresi antara X2 dan Y b3 = Koefisien regresi antara X3 dan Y b4 = Koefisien regresi antara X4 dan Y b5 = Koefisien regresi antara X5 dan Y b6 = Koefisien regresi antara X6 dan Y e = Standar error

3. Pengujian Hipotesis (Statistik) a. Uji Linearitas (F)

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan linear atau tidak antara variabel X terhadap variabel Y. Hal ini dilakukan sebagai syarat dilakukannya uji pengaruh. Artinya jika hubungan kedua variabel linear, maka uji pengaruh dapat dilakukan dan

(56)

sebaliknya jika hubungan kedua variabel tidak linear, maka uji pengaruh tidak dapat dilakukan.

1) Hipotesis yang diuji

Asumsi/dasar dalam uji pengaruh yang digunakan adalah:

- Jika F hitung < dari F tabel (0,05), atau dengan melihat nilai Sig. > dari F tabel, maka tidak signifikan (menolak Ha dan menerima Ho).

- Jika F hitung > dari F tabel (0,05), atau dengan melihat nilai Sig. < dari F tabel, maka dapat dikatakan signifikan (menerima Ha dan menolak Ho).

2) Taraf uji α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = n - k – 1 Merumuskan Hipotesis Statistik.

a) Ho :  = 0

Artinya : Dimensi Kualitas, Pengendalian Mutu, Kondisi Sanitasi, Standar Kualitas Air Bersih, Proses Pengolahan air Bersih, Proses Penjernihan Air (sendiri-sendiri) tidak berpengaruh terhadap Kualitas Air.

b) Ha :  ≠ 0

Artinya Dimensi Kualitas, Pengendalian Mutu, Kondisi Sanitasi, Standar Kualitas Air Bersih, Proses Pengolahan air Bersih, Proses Penjernihan Air (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap Kualitas Air.

(57)

3) F hitung dengan rumus: F = R2/ K ...(3.4) (1-R)2/(n-k-1) Dimana: F = F hitung R2/ k = kosfisien determinasi n-k-1 = derajat kebebasan b. Uji Parsial (t)

Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y secara tersendiri.

1) Hipotesis yang diuji

Asumsi/dasar pengambilan penelitian yang digunakan adalah: - Jika t hitung < dari t tabel (0,05), atau dengan melihat nilai Sig.

> dari t tabel, maka tidak signifikan (menolak Ha dan menerima Ho). Artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

- Jika t hitung > dari t tabel (0,05), atau dengan melihat nilai Sig. < dari F tabel, maka dikatakan signifikan (menerima Ha dan menolak Ho). Artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

2) Taraf uji α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = n - (k +1) 3) T hitung dengan rumus:

t = b1 ...(3.5) SEb1

(58)

Dimana :

t = t hitung

b1 = koefisien regresi

SEb1 = standar error koefisien regresi c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan atau kontribusi dari keseluruhan variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5,X6) pengaruhnya terhadap variabel terkait (Y), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas yang tidak dimasukkan kedalam model regresi. Model dianggap baik apabila hasil dari koefisien determinasi sama dengan nilai satu, atau mendekati nilai satu (Gujarati, 1995 : 131)

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terkait dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal pada grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2002: 79), yaitu :

(59)

1) Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Menurut Gujarati dalam Ghozali (2005) bahwa salah satu cara utuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Glejer yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Uji Glejer dengan menggunakan SPSS 12.0 for Windows, apabila variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen nilai absolut Ut (Abs Ut), maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Autokolerasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada kolerasi atara variabel pengganggu (et) pada periode

(60)

tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya (et-1). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokolerasi (Alhusin, 2003: 102). Model regresi yang bebas dari autokolerasi dapat dilihat dari nilai Durbin- Waston yang diinterpretasikan sebagai berikut :

< 1,10 adalah ada autokolerasi 1,10 – 1,54 adalah tidak ada kesimpulan 1,55 - 2,46 adalah tidak ada autokolerasi 2,46 – 2,90 adalah tidak ada kesimpulan > 2,91 adalah ada autokolerasi

(61)

47

4.1 Gambaran Umum Responden

Obyek pada penelitian ini yaitu depot air minum isi ulang di Kota Semarang yang sekaligus menjadi sampel dalam penelitian ini., dengan demikian para responden yang diambil sebagai sampel penelitian berasal dari konsumen depot air minum isi ulang di Kota Semarang. Jumlah sampel penelitian ditentukan sebanyak 30 sampel, sehingga pada penelitian ini akan disebar sebanyak 30 kuesioner. Hasil dari penyebaran kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah.

Tabel 4.1 Hasil Penyebaran Kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner disebar 30

Kuesioner kembali 30

Kuesioner tidak kembali ( - )

Kuesioner rusak/ tidak lengkap ( - )

Kuesioner diolah 30

Persentase kuesioner yang layak diolah 100 % Sumber : Data Primer diolah, 2012

Hasil penyebaran kuesioner memperlihatkan dari 30 kuesioner yang disebar, semuanya dapat kembali dan terisi dengan lengkap. Dengan demikian sampel penelitian sudah terpenuhi. Para responden yang telah melakukan pengisian kuesioner akan dideskripsikan berdasarkan umur dan jenis kelamin responden. Deskripsi ini dilakukan untuk mengetahui gambaran

(62)

secara umum para konsumen depot air minum isi ulang di Kota Semarang. Berikut hasil deskripsi responden.

a. Deskripsi responden berdasarkan umur

Ditinjau dari segi umur para responden, dapat dilihat pada pengelompokan seperti yang tercantum pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Umur Responden

No Keterangan Jumlah Persentase

1 < 30 tahun 4 13.33

2 31 s/d 35 tahun 8 26.67

3 36 s/d 40 tahun 18 60.00

Jumlah total 30 100.00

Sumber : Data Primer diolah, 2012

Dari Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa hasil pengelompokan umur dapat menjadi gambaran bahwa konsumen depot air minum isi ulang di Kota Semarang dari 30 responden sebagian besar berusia antara 36 sampai 40 tahun dengan jumlah 18 konsumen dan dengan persentase 60,00%.

b. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden

No Keterangan Jumlah Prosentase

1 Laki- laki 19 63.33

2 Perempuan 11 36.67

Jumlah total 30 100.00

(63)

Dilihat dari Tabel 4.3 di atas, dapat dijelaskan bahwa dari jenis kelamin 30 responden konsumen DAMIU sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Jumlah responden laki-laki yaitu 19 konsumen dengan persentase 63,33% dan selebihnya 11 konsumen adalah perempuan dengan persentase 36,67%.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian Tentang Dimensi Kualitas (X1)

a. Sering mengkonsumsi air minum yang berasal dari depot air minum isi ulang (DAMIU)

Konsumsi masyarakat terhadap air minum isi ulang menjadi salah satu pilihan karena harganya yang murah dan cukup praktis. Menjamurnya usaha ini memberikan pilihan kepada msayarakat dalam memilih depot mana yang menurut mereka memiliki kualitas air isi ulang yang paling baik. Masyarakat sebagai konsumen sudah barang tentu akan melakukan seleksi dari banyak pilihan berdasarkan pertimbangan harga dan kualitas air yang berasal dari DAMIU. Berikut ini jawaban responden terkait dengan intensitas dalam mengkonsumsi air isi minum yang berasal dari DAMIU.

Tabel 4.4 Data Hasil Kuesioner Tentang Intensitas Konsumsi Air Minum Yang Berasal Dari DAMIU

No Jawaban Bobot Frekuensi Hasil

1 Sangat tidak setuju 1 0 0

2 Tidak setuju 2 1 2

3 Ragu-ragu 3 12 36

4 Setuju 4 16 64

5 Sangat setuju 5 1 5

Jumlah 30 107

(64)

Rata-rata = 30 107

= 3.56

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3,56 yang termasuk dalam kategori jawaban setuju. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Kota Semarang terhadap air minum yang berasal dari DAMIU cukup tinggi. b. Harga produk air minum isi ulang (DAMIU) tidak mahal

Dalam persepsi konsumen seringkali harga diidentikan dengan kualita sebuah produk. Terkait dengan persepsi konsumen mengenai harga produk air minum isi ulang sebagai berikut.

Tabel 4.5 Data Hasil Kuesioner Konsumsi Tentang Harga Produk Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Tidak Mahal

No Jawaban Bobot Frekuensi Hasil

1 Sangat tidak setuju 1 0 0

2 Tidak setuju 2 0 0

3 Ragu-ragu 3 9 27

4 Setuju 4 17 68

5 Sangat setuju 5 4 20

Jumlah 30 115

Sumber : data primer diolah, 2012 Rata-rata =

30 115

= 3.83

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3,83 yang termasuk dalam kategori jawaban setuju. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pandangan konsumen, harga air minum isi ulang termasuk kategori murah.

(65)

c. Puas terhadap pelayanan karyawan di DAMIU

Kepuasan konsumen merupakan salah satu tujuan perusahaan untuk menciptkan pelanggan yang loyal. Dengan menciptakan kepuasan konsumen tentu saja konsekuensi yang harus dilakukan perusahaan adalah memberikan pelayanan produk yang berkualitas. Terkait dengan pertanyaan mengenai kepuasan konsumen terhadap pelayanan karyawan di DAMIU sebagai berikut.

Tabel 4.6 Data Hasil Kuesioner Konsumsi Tentang kepuasan Terhadap Pelayanan Karyawan di DAMIU

No Jawaban Bobot Frekuensi Hasil

1 Sangat tidak setuju 1 0 0

2 Tidak setuju 2 0 0

3 Ragu-ragu 3 7 21

4 Setuju 4 17 68

5 Sangat setuju 5 6 30

Jumlah 30 119

Sumber : data primer diolah, 2012 Rata-rata =

30 119

= 3.96

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3,96 yang termasuk dalam kategori jawaban setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh karyawan DAMIU kepada konsumen cukup baik.

d. Kemasan galon tepat digunakan untuk air minum isi ulang

Kemasan merupakan salah satu proses yang paling penting untuk menjaga kualitas produk minuman selama masa penyimpanan.

(66)

Jawaban responden mengenai ketepatan kemasan galon digunakan untuk air minum isi ulang sebagai berikut.

Tabel 4.7 Data Hasil Kuesioner Konsumsi Tentang Kemasan Galon Tepat Digunakan Untuk Air Minum Isi Ulang

No Jawaban Bobot Frekuensi Hasil

1 Sangat tidak setuju 1 0 0

2 Tidak setuju 2 1 2

3 Ragu-ragu 3 11 33

4 Setuju 4 16 64

5 Sangat setuju 5 2 10

Jumlah 30 109

Sumber : data primer diolah, 2012 Rata-rata =

30 109

= 3.63

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3,63 yang termasuk dalam kategori jawaban setuju. Kemasan yang baik tidak hanya sekedar untuk menjaga kualitas air minum tetapi juga secara memberikan keuntungan dari segi pendapatan karena kemasan dalam gallon dapat digunakan beurlang-ulang. Namun demikian, DAMIU tetap harus memperhatikan kebersihan gallon sebelum digunakan untuk pengisian ulang.

4.2.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian Tentang Pengendalian Mutu Kualitas (X2)

a. Ingin mengetahui sumber air yang digunakan DAMIU

Pengendalian mutu kualitas air minum isi ulang dapat dilakukan oleh konsumen dengan mengetahui dari mana asal sumber air yang

Gambar

Gambar 3.1   Diagram Alir Penelitian
Tabel 4.1   Hasil Penyebaran Kuesioner
Tabel 4.3   Jenis Kelamin Responden
Tabel 4.4   Data Hasil Kuesioner Tentang Intensitas Konsumsi Air  Minum Yang Berasal Dari DAMIU
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kendati kata demokrasi memiliki beragam arti, namun yang paling nampak penunjukan maknanya adalah dalam persoalan politik yang kerap digunakan dalam bahasa serta

Berdasarkan rumusan masalah ter- sebut, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk menge- tahui Penerapan model pembelajaran berbasis masalah

Dengan hasil pengujian Reliability pada sistem atau keandalan pada sistem ini senilai 87% pada keandalan sistem mendeteksi pergerakan tetesan infus dan 83% pada

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu bahwa kebanyakan siswa SMU PGRI I Jombang bersikap positifterhadap pelaksanaan model pembelajaran KBK di sekolah.. Tetapi

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI

Diperoleh data hasil rerata kuesioner pada tahap uji coba one-to-one terhadap penggunaan bahan ajar dalam bentuk Job sheet sebesar 84 termasuk ke dalam kategori

Efek pada organ target Tidak ada efek yang diketahui pada kondisi penggunaan normal BISA BERBAHAYA BILA TERTELAN.. MATA Bisa menyebabkan iritasi mata pada orang

Jagung yang ditanam 3 minggu sebe- lum tanam kedelai menghasilkan biomassa dan total hasil biji kering nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang ditanam belakangan (3