PERANAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (Studi Di Desa Pinilih Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara )
Oleh Lusy Gabriela
Abstrak
Badan permusyawaratan desa yang ideal adalah Badan permusyawaratan desa yang menjalankan fungsinya dengan baik sesuai yang diamanatkan dalam undang–undang, adapun fungsi BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan desa secara luas meliputi fungsi legislasi, Anggaran dan fungsi pengawasan .
Penelitian ini dilakukan di Desa Pinilih, pada bulan Agustus 2016. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi/pengamatan. Penelitian ini dengan judul Peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa di Desa Pinilih bermaksud untuk mengetahui bagaimana Peranan BPD dalam Tahapan penetapan APBDes berdasarkan Permendagri 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa. Teknis analisis data penulis berupaya dengan mereduksi data atau merangkum atau memilah hal yang pokok, menyajikan data, kemudian penarikan kesimpulan atau evaluasi.
Berdasarkan penelitian diatas, Peranan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Pinilih dalam tahapan penetapan APBDes yaitu pada Musyawarah Dusun/jaga dan Musyawarah Desa Sudah berjalan sesuai dengan mekanisme undang–undang yang berlaku, namun masih didapati kurangnya rasa kebersamaan antara BPD dan Pemerintah Desa.
Pendahuluan
Desa Pinilih adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara . Desa Pinilih terbagi atas 4 jaga. Hal ini saya ketahui berdasarkan hasil pengamatan awal ketika saya KKNT (kuliah kerja nyata dan terpadu ) di desa Pinilih selama kurang lebih 2 bulan.
Tahapan penyusunan peraturan desa APBDes seharusnya di mulai dari pertemuan antar tokoh masyarakat dengan BPD yang dikenal dengan musyawarah antar dusun. Pertemuan ini membahas tentang pengambilan keputusan yang paling sesuai dengan aspirasi masyarakat untuk dibahas pada rapat pleno bersama kepala desa. Aspirasi Masyarakat diserap, ditampung, dihimpun, dan di tindaklanjuti oleh Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah desa juga melakukan rapat intern bersama BPD, ini dilakukan agar pada saat rapat penyusunan dan pembahasan APBDes tidak terjadi perbedaan argumen yang sangat besar yang dapat menghambat terbentuknya APBDes. Kemudian rapat pleno penyusunan dan pembahasan APBDes yang dihadiri oleh BPD, Kepala Desa , dan tokoh masyarakat yang mewakili dilaksanakan. Rapat ini disebut juga dengan Musyawarah Desa.
Tapi di desa Pinilih Ternyata tidak berjalan sesuai dengan alur yang di tetapkan , dalam rapat pleno BPD tidak merumuskan apa yang merupakan aspirasi masyarakat sehingga proses penyusunan APBDes tidak sesuai dengan harapan masyarakat desa Pinilih, hal ini terbukti dengan adanya masyarakat yang menyatakan pandangannya bahwa Peranan BPD desa Pinilih belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena belum mampu menyampaikan kebutuhan dan harapan masyarakat desa Pinilih pada pembahasan APBDes. Oleh karena itu yang menjadi persoalan dalam hal ini adalah apakah BPD memang benar–benar telah melaksanakan peranannya dalam penyusunan APBDes sesuai dengan yang ada dalam Undang – undang dan harapan masyarakat atau hanya menjalankan proses administrasi kelengkapan berkas tanpa menjalankannya sesuai fungsi BPD dalam Undang–Undang Nomor 6 Tahun 2014.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah peranan badan permusyawaratan desa dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja desa. Adapun judul yang di angkat adalah “Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa ( Studi Di Desa Pinilih Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara )”.
Konsep Peranan
Kata Peranan ini sebenarnya memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. (Kamus besar Bahasa Indonesia, 2007:845;2008:1173) Peranan merupakan tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa, Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Peranan juga dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut, sang pelaku baik itu individu maupun organisasi akan berperilaku sesuai dengan harapan orang atau lingkungannya.
Secara etimologis kata peranan berdasar dari kata peran yang artinya: pemain sandiwara, tukang lawak. Kata “peran” ini diberi akhiran “an” maka
menjadi peranan yang artinya sesuatu yang memegang pimpinan atau karena suatu hal atau peristiwa (Poerwadarmita 1985:735). Dengan demikian kata peranan berarti sesuatu berupa orang, benda atau barang yang memegang pimpinan atau karena suatu hal atau peristiwa.
Sedangkan peranan menurut Soerjono Soekanto, (1981:221) selain di tentukan oleh pelaku, peranan tersebut juga di tentukan oleh harapan pihak lain, termasuk juga kemampuan, keahlian, serta kepekaan pelaku tersebut terhadap tuntutan dan situasi yang mendorong dijalankannya peranan. Peranan juga bersifat dinamis , dimana dia akan menyesuaikan diri terhadap kedudukan yang lebih banyak agar kedudukannya dapat diakui oleh masyarakat.
Konsep Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa yang menjadi lembaga desa. Badan Permusyawaratan Desa berfungsi Membahas dan menyepakati Rancangan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan melakukan pengawasan kinerja kepala desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis.
BPD adalah perwakilan warga masyarakat yang ada di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Keberadaan BPD sebagai pengganti Lembaga Masyarakat Desa (LMD) merupakan perwujudan dari aspirasi terhadap reformasi di bidang pemerintahan khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan desa yang dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kelancaran dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Fungsi, tugas, dan wewenang yang dimiliki oleh BPD menjadikan BPD sebagai salah satu tokoh penting di desa. BPD adalah tokoh penting setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 dan sangat menentukan, sebab dengan kekuasaan yang dimilikinya dapat menjatuhkan kepala desa sebelum masa jabatan berakhir, yakni apabila kepala desa tidak dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya.
Keberadaan BPD telah mengubah struktur kekuasaan di tingkat desa, dari kekuasaan terpusat pada kepala desa bergeser kepada BPD sebagai perwakilan dari rakyat desa. BPD secara normatif dapat bersifat fungsional dalam pemerintahan desa, tetapi sekaligus juga disfungsional, khususnya apabila kewenangan menjatuhkan kepala desa. Keberadaan BPD ini tidak terlepas dari proses pembentukan BPD dan sejumlah fungsi, kewenangan, dan hak-hak yang dimilikinya.
Anggota BPD berasal dari komponen-komponen di masyarakat desa kini telah tampil menjadi salah satu pemimpin desa yang berpengaruh. Anggota-anggota BPD terdiri dari para pemuka di masyarakat yang dipilih oleh warga desa telah menjadi pemimpin di organisasi yang ada di desa dan tidak dibenarkan apabila anggota BPD merangkap sebagai kepala desa atau perangkat desa. Para pemuka masyarakat ini tidak lagi berada di luar sistem tetapi telah masuk menjadi bagian dan sekaligus tokoh dalam sistem tersebut.
Apabila anggota-anggota BPD tidak mampu memahami kedudukan dan fungsi yang dijalankan tersebut dalam keseluruhan pemerintahan desa, maka sangat mungkin pelaksanaan fungsi tersebut tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya yang dikehendaki oleh UU tersebut. Oleh karena itu semangat anggota BPD dalam menjalankan fungsinya sebagaimana yang dikehendaki oleh UU tersebut harus mengedepankan kepentingan masyarakat desa yang merupakan kata kunci bagi terwujudnya otonomi desa yang juga berarti terwujudnya demokratisasi di desa. Untuk mewujudkan hal tersebut maka hubungan antara kepala desa dan BPD perlu kiranya dibangun dan dikembangkan suasana saling terbuka dan komunikasi yang dilandasi semangat memajukan masyarakat desa. Konsep Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa menteri dalam negeri. Dalam Pasal 1 disebutkan beberapa hal:
“Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa“. “Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa“. “Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDesa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa ”. Struktur APBDesa atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) terdiri dari:
a. Pendapatan Desa; b. Belanja Desa; dan c. Pembiayaan Desa.
Pendapatan Desa terdiri atas kelompok: a. Pendapatan Asli Desa (PADesa); b. Transfer; dan
c. Pendapatan Lain-Lain.
d. Kelompok PADesa terdiri atas jenis: e. Hasil usaha;
f. Hasil aset;
g. Swadaya, partisipasi dan Gotong royong; dan h. Lain-lain pendapatan asli desa.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metodologi Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa informasi tertulis dan lisan dari seseorang dan perilaku yang dapat di amati (Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2004 :63).
Data yang diperoleh akan dianalisis serta dideskripsikan berdasarkan penemuan fakta-fakta penelitian di lapangan. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosial khususnya pendekatan ilmu pemerintahan. Pendekatan inilah yang akan dipergunakan dalam menjelaskan fenomena dan menganalisis Peranan, kendala, solusi, dan strategi pengembangan peranan kelembagaan desa dalam rangka menyusun APBDes.
Dengan dasar tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dengan didukung oleh data-data tertulis maupun data-data hasil wawancara.
Fokus penelitian dari penulisan ini adalah sebagai berikut: dalam membahas peranan BPD dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja desa di desa Pinilih Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara yang menjadi fokus adalah tahapan penyusunan rancangan APBDes berdasarkan Permendagri 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa yaitu di mulai dari pertemuan antar tokoh masyarakat dengan BPD yang di kenal dengan musyawarah antar dusun (Pasal 15 ). Pertemuan ini tentang Penggalian gagasan serta membahas tentang pengambilan keputusan yang paling sesuai dengan aspirasi masyarakat untuk dibahas pada rapat pleno bersama kepala desa. selanjutnya Pertemuan antar Pemerintah desa dan BPD, pertemuan ini dilakukan agar pada saat rapat penyusunan dan pembahasan APBDes tidak terjadi perbedaan argumen yang sangat besar yang dapat menghambat terbentuknya APBDes. Kemudian rapat pleno penyusunan dan pembahasan APBDes yang dihadiri oleh BPD , Kepala Desa , dan tokoh masyarakat yang mewakili dilaksanakan. Rapat ini disebut juga dengan Musyawarah Desa (Pasal 25).
Adapun yang dimaksud informan dalam penelitian ini yaitu Ketua, Wakil, dan anggota BPD desa Pinilih. dan Informan lainnya adalah Pemerintah Desa Pinilih (Hukum Tua, Sekretaris Desa ), dan Tokoh Masyarakat
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dilakukan melalui observasi dan wawancara (Interview). Observasi diadakan secara partisipatif, dimana peneliti langsung membaur dengan masyarakat yang menjadi sasaran penelitian. Pengolahan data dilakukan melalui tahap Editing dan Interpretasi data, Sedangkan analisis data dilakukan melalui tahapan Reduksi Data, Penyajian Data, dan menarik kesimpulan. Literatur diperoleh melalui berbagai ketentuan hukum seperti UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Permendagri 111 tahun 2014 tentang pedoman teknis di desa, Permendagri 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa, Permendagri 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, PP Nomor 43 tahun 2014 tentang Desa, beberapa Perda yang berkaitan dengan Desa serta beberapa Peraturan Desa. Sedangkan literatur diperoleh dari penelusuran beberapa buku yang relevan, seperti: demokratisasi, good governance, kybernology, dan pemerintahan serta pembangunan desa.
Hasil Penelitian
Perubahan kedudukan BPD dari unsur penyelenggara pemerintahan menjadi kelembagaan desa tidak hanya berdampak positif dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa, tetapi juga dalam pemantauan di Desa Pinilih, sering memunculkan efek negatif dalam hubungan antarlembaga di desa dan bahkan terhadap masyarakat secara umum. Tingkat pemahaman aparatur desa dan anggota BPD dalam menjalankan mekanisme demokrasi di tingkat desa juga menjadi penyebab munculnya berbagai konflik dalam hubungan antar-lembaga di desa.
Sebagai Daerah Otonom daerah mempunyai kewenangan yang luas dan tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan kepentingan masyarakat
berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Badan Permusyawaratan Desa berkedudukan sejajar dan menjadi mitra kerja Pemerintahan Desa diharapkan dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang mengawasi jalannya Pemerintahan Desa. Oleh karena itu, pengaturan tentang Pemerintahan Desa dituangkan dalam peraturan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014.
Struktur Organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Pinilih Kecamatan Dimembe Tahun 2012 sampai sekarang :
Ketua : Shirilus Tawaluyan Sekretaris : Agnes Tumbelaka Spd.Sd Anggota : Alfrets Manangkalangi
Mariana Longdong SPd Femsi Pinontoan
Hendrik Palar Tenda Elvis Jerry Kusoy SH
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa sebelumnya dalam penelitian ini adalah melihat tentang bagaimana peranan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Pinilih. Oleh sebab itu untuk menjawab permasalahan penelitian, maka telah dilakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengacu kepada proses Penyusunan rancangan APBDes di desa menurut Permendagri 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa. Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa yang menjadi focus penelitian yaitu adalah : “Tahapan penyusunan rancangan APBDes di desa yang di mulai dari pertemuan antar tokoh masyarakat dan BPD yang di kenal dengan Musdus , selanjutnya pertemuan antar pemerintah desa bersama BPD, kemudian rapat pleno penyusunan dan pembahasan APBDes disebut juga dengan Musyawarah Desa.
Untuk mengungkapkan bagaimana peranan BPD dalam penyusunan APBDes maka dilakukan wawancara dengan para informan BPD, Perangkat Desa dan Tokoh Masyarakat. Adapun teknik wawancara yang di gunakan adalah wawancara tidak terstruktur, dimana pertanyaannya disesuaikan dengan Kondisi dan keadaan yang unik dari responden.
Hasil wawancara dengan informan mengenai focus penelitian di deskripsikan sebagai berikut:
Mengenai proses perencanaan pembangunan di Desa Pinilih, Noni T sebagai Sekretaris Desa Pinilih mengungkapkan bahwa “ Di Desa Pinilih, dalam Proses perencanaan pembangunan di awali dengan Musyawarah yang di adakan Di masing–masing jaga, sesuai dengan jadwal yang telah disusun, dimana di mulai dengan Jaga 1 pada minggu pertama, selanjutnya jaga dua di minggu kedua dst; untuk musdus di laksanakan di hari sabtu dengan maksud semua masyarakat bahkan yang bekerja di luar daerah dapat ikut bersama-sama hadir dan menyampaikan aspirasinya dalam Musyawarah yang di adakan di lingkungan/Jaga. Proses Selanjutnya adalah Musyawarah Desa atau Musrembangdes yang di adakan Di kantor hukum Tua”.
Selanjutnya Elvis K Sebagai anggota BPD mengatakan “Proses atau tahapan Perencanaan Pembangunan di Desa Pinilih di awali dengan Pertemuan yang di adakan di Lingkungan/jaga, yaitu antara BPD, Perangkat Desa Dan
Masyarakat, yang bertujuan untuk memaksimalkan penggalian aspirasi masyarakat. Karena dengan diadakannya pertemuan atau musyawarah di lingkungan ini di harapkan dapat menggali dan menampung aspirasi masyarakat secara lebih rinci langsung bersentuhan dengan berbagai macam golongan masyarakat yang kemudian hasil dari pertemuan nanti akan kembali di bahas di Musrembangdes untuk di tentukan program yang menjadi prioritas Sesuai dengan Masalah dan kebutuhan masyarakat. ”Agnes T yang juga merupakan Anggota BPD mengatakan“. Dalam tahapan perencanaan Pembangunan, Di desa Pinilih memang mengadakan Pertemuan antar masyarakat, pemerintah desa, dan BPD pada tingkat jaga atau lingkungan dengan tujuan untuk lebih maksimal lagi dalam pengalian aspirasi masyarakat, karena yang lebih tahu akan masalah dan yang menjadi kebutuhan adalah masyarakat itu sendiri” .
Suasana saat musrembang berjalan dengan sukses, aman dan tertib seperti yang di katakan oleh Yenni W (Masyarakat jaga 1) “waktu musrembangdes banyak hal yang terjadi yang bikin naik emosi tapi ada juga yang bikin tertawa karena ada masyarakat yang menanyakan hal-hal yang sebenarnya merupakan hal umum, tapi itu semua tidak menghalangi suksesnya musrembangdes yang di adakan di desa Pinilih“.
Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan hukumtua desa Pinilih, APBDes 2015 desa Pinilih yang telah disepakati bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD dan di cantumkan dalam Rancangan Peraturan Desa Pinilih no 1 tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Adalah sebagai berikut :
P E N D A P A T A N
1. PENDAPATAN ASLI DESA : RP . –
1) Hasil Usaha Desa : RP. –
2) Swadaya , Partisipasi , & gotong royong : RP. - 3) Lain – Lain Pendapatan asli desa yang sah : RP. –
2. PENDAPATAN TRANSFER : RP . 512.358.231
1) Dana Desa (APBN) : RP . 269.902.000 2) Bagian Hasil Pajak & Retribusi daerah kab/kota : RP. 19.825.231 3) Alokasi Dana Desa : RP. 39.031.000 4) Bantuan Keuangan : RP . 183.600.000
5) Bantuan Provinsi : RP. –
6) Bantuan Kabupaten / Kota : RP. 183.600.000
1. PENDAPATAN LAIN – LAIN : -
1) Hibah dan sumbangan dari Pihak ke tiga yang tidak mengikat : - 2) Lain – Lain Pendapatan desa yang sah : -
JUMLAH PENDAPATAN : RP. 512.358.231
BELANJA DESA
a) Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa : Rp . 248.179.469.30 b) Bidang Pembangunan Desa : Rp . 237.278.761.70 c) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan : Rp . 9.400.000.00 d) Bidang Pemberdayaan Masyarakat : Rp . 17.500.000.00 e) Bidang tak Terduga : -
Jumlah Belanja : RP . 512.358.231.00
Surplus/Defisit : -
PEMBIAYAAN DESA
b. Pengeluaran Pembiayaan -
c. Selisih Pembiayaan -
a. Peranan BPD dalam Segenap Proses Penyusunan APBDes pada Musyawarah Dusun/Jaga/lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian, observasi dan pengambilan data Di desa Pinilih, diketahui bahwa Musrembang dusun/lingkungan/jaga adalah forum musyawarah tahunan stakeholders dusun/lingkungan/rukun warga (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan di dusun/Iingkungan/rukun warganya dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya).
Musrembang dusun/Iingkungan/rukun warga di Desa Pinilih dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang dibutuhkan yang menggambarkan permasalahan, nyata yang sedang dihadapi. Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta musrembang untuk proses pengambilan keputusan hasil musrembang. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam musrembang melalui pembahasan yang disepakati bersama. Hasil musrembang dusun/lingkungan/rukun warga Desa Pinilih, terdiri dari usulan kegiatan baik yang akan dilaksanakan secara swadaya maupun kegiatan yang diharapkan bersumberdana dari yang lain, serta daftar nama delegasi yang akan mengikuti musrenbang di tingkat desa.
Musrembang dusun/lingkungan/rukun warga di Desa Pinilih diselenggarakan dengan tujuan antara lain sebagai berikut :
1) Menampung dan merumuskan prioritas kebutuhan masyarakat desa Pinilih sesuai dengan tingkat-tingkat kepentingannya;
2) Menetapkan prioritas kegiatan dusun/lingkungan/rukun warga yang akan dibiayai baik melalui swadaya maupun sumber pendanaan lainnya;
3) Menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan untuk dibahas pada musrembang desa berasal dari dokumen perencanaan RPJMDes yang ada dan review tahun berjalan. Tapi dilihat dari hasil wawancara ada perbedaan jawaban atau tanggapan dari Ketua BPD desa Pinilih dan Hukumtua, yaitu ketua BPD mengatakan di desa Pinilih tidak diadakan Musyawarah Dusun sedangkan Hukumtua mengatakan salah satu tahapan proses penyusunan APBDes adalah Musyawarah yang di adakan di tingkat jaga/lingkungan/dusun; adanya perbedaan pendapat ini menunjukan ketidakcocokan antara Ketua BPD dan hukumtua sehingga mempengaruhi keharmonisan antara hubungan keduanya dalam penyelenggaran pemerintahan di desa pinilih, hal ini diperkuat lagi dengan adanya tanggapan dari masyarakat kalau memang benar antara ketua BPD dan hukumtua atau perangkat desa memang sering terjadi konflik. Berdasarkan hasil observasi peneliti ketika peneliti sedang mengikuti KKNT di Desa Pinilih , Desa Pinilih memang mengadakan musyawarah Dusun, hal ini dipastikan dengan adanya notulensi hasil rapat dari jaga 1,2,3 dan jaga 4; Untuk partisipasi masyarakat dalam Musyawarah Dusun berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti, masyarakat sudah aktif dalam mengemukakan aspirasinya mengenai masalah dan yang menjadi kebutuhan dalam pembangunan di desa Pinilih .
b. Peranan BPD desa Pinilih dalam Segenap Proses Penyusunan APBDes pada Musyawarah Desa/Musrembangdes
Badan Permusyawaratan Desa di Desa Pinilih Menyelenggarakan Musyawarah desa yang di selenggarakan dalam rangka penyusunan rancangan APBDes berdasarkan RKP Desa. Dalam rangka Penyelenggaraan Musyawarah desa di Desa Pinilih, BPD mengundang masyarakat dusun dan/atau kelompok masyarakat yang mengajukan usulan rencana kegiatan pembangunan desa . BPD menyebarluaskan informasi tentang hasil kesepakatan musyawarah Desa yang merupakan RAPBDes .
Desa Pinilih menyelenggarakan Musrenbang Desa di awal tahun 2016, yang dihadiri oleh Kepala Dusun, organisasi masyarakat, BPD, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan PKK, tokoh adat (Ratumbanua). Pemerintah Desa Pinilih berusaha untuk dapat melibatkan masyarakat dalam hal ini BPD sebagai representative aspirasi masyarakat desa dalam setiap tahap proses perencanaan pembangunan tahun ini.
HukumTua mengatakan “proses perencanaan pembangunan yang diselenggarakan selama sehari sedapat mungkin bisa melibatkan masyarakat secara keseluruhan, namun karena kesibukan dan keterbatasan ruang maka tidak seluruhnya diundang, tapi tidak apa-apa karena aspirasi mereka sudah ditampung dalam list daftar prioritas kegiatan lingkungan” .
Semua jaga di Desa Pinilih mengusulkan kegiatan yang sama, yang membedakan hanya lokasi kegiatannya saja. Berikut daftar masalah dan kebutuhan masyarakat yang diusulkan oleh masyarakat Jaga 1 Desa Pinilih yakni pengaspalan jalan, pembuatan Drainase, pembangunan Jalan kebun. Fenomena usulan dalam musrenbang desa didominasi kegiatan fisik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa Peranan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Pinilih dalam tahapan penetapan APBDes yaitu pada Musyawarah Dusun /jaga dan Musyawarah Desa Sudah berjalan sesuai dengan mekanisme undang – undang yang berlaku , namun masih didapati kurangnya rasa kebersamaan antara BPD dan Pemerintah Desa Saran
Diharapkan kepada BPD dan Pemerintah Desa hendaknya Menyadari peran, tugas, fungsi dan posisi masing–masing, bekerja sama, berkoordinasi, bermusyawarah , dan berkomunikasi yang baik, fokus pada penyelesaian masalah Tanpa mementingkan ego masing–masing.
DAFTAR PUSTAKA
Abe, Alexander,, 2001, Perencanaan daerah memperkuat prakarsa rakyat dalam otonomi daerah,Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta.
Abe, Alexander, 2002, Perencanaan Daerah Partisipatif, Penerbit Pondok Edukasi, Solo.
Adi, Isbandi Rukminto, 2001, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Lembaga Penelitian FE-UI, Jakarta.
Ade Cahyat dan Sigit Wibowo , 2006, Masyarakat mengawasi pembangunan daerah, Bagaimana agar dapat efektif?. Penerbit Center for International Forestry Research, CIFOR Bogor, Indonesia.
Budi Puspo, Bahan Ajar Metodologi Penelitian Kualitatif, Universitas Diponegoro, Semarang.
Conyers, Diana, 1994, Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kunarjo, 2002, Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, Universitas Indonesia UI Press, Jakarta.
Moleong, Lexy, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif , PT. Remaja Rosada Karya, Bandung.
Mubiyarto, 1984, Pembangunan Pedesaan, P3PK UGM, Yogyakarta.
Milles, MB & Hubberman, AM, (1992) Analisis Data Kualitatif , Terjemahan oleh Tjetjep Rohidi dan mulyarto, UI Percetakan, Jakarta.
Rachman, Maman. 2001. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang: IKIP Semarang.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta.
Soerjono Soekanto , 2009 , Sosiologi suatu pengantar , Edisi baru : Rajawali Pers.Jakarta
Tjokroamidjojo, Bintoro, 1995, manajemen Pembangunan, Gunung Agung, Jakarta.
Wasistiono, Sadu. 2006. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokus Media.
Sumber Lainnya Undang-undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014
Peraturan menteri dalam negeri no 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa