• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2009), teori stewardship didesain bagi para peneliti untuk menguji

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2009), teori stewardship didesain bagi para peneliti untuk menguji"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Teori Stewardship

Menurut Donaldson dan Davis (dikutip dari Clarke, 2009), teori stewardship didesain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para manajer dalam perusahaan sebagai pelayan (steward) dapat termotivasi untuk bertindak dengan cara terbaik pada principalnya, sedangkan Chinn (dikutip dari Clarke, 2009) mengatakan bahwa stewardship theory dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusianya yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.

Penerapan Teori Stewardship terhadap penelitian ini menjelaskan eksistensi pengelola masjid sebagai manusia yang bertanggungjawab dan dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya dalam mengelola masjid termasuk dalam hal mengelola kas masjid yang digunakan untuk kepentingan publik.

(2)

B. Organisasi Sektor Publik

Untuk memahami konsep organisasi sektor publik secara utuh, sebenarnya perlu memahami definisi dan teori “organisasi” dan makna kata “publik” itu sendiri. Menurut beberapa ahli, yang mendefinisikan organisasi yakni adalah :

Menurut Mooney (2011), organisasi adalah segala bentuk setiap perserikatan orang-orang untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Menurut Simon (2009), organisasi ialah sebagai pola komunikasi yang lengkap dan hubungan lain didalam suatu kelompok orang-orang.

Sedangkan menurut Prajudi (2011), menggambarkan bahwa organisasi memiliki sifat yang abstrak, sulit dilihat namun bisa di rasakan eksistensinya.

Secara teoritis, organisasi memang dapat di pahami dari berbagai macam sudut pandang atau perspektif. Paling tidak terdapat 2 (dua) pendekatan yang dapat digunakan untuk memaknai organisasi yaitu pendekatan struktural dan pendekatan perilaku. Pendekatan struktural ini sebenarnya menyoroti suatu organisasi sebagai wadah sehingga dapat dikatakan pendekatan ini melihat organisasi sebagai organisasi yang statis. Organisasi disini diartikan sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan dan penggambaran yang jelas mengenai kedudukan, jabatan, serta wewenang dan pertanggungjawaban.

(3)

organisasi sebagai suatu organisasi yang bersifat dinamis yang dapat juga dikatakan bahwa organisasi merupakan proses kerjasama yang serasi antara orang-orang di dalam perwadahan yang sistematis, formal dan hirarkial yang berfikir dan bertindak seirama demi terciptanya tujuan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, maka pada dasarnya terdapat kesamaan pengertian definisi tentang organisasi, yaitu menyatakan bahwa organisasi sebagai satu kesatuan sosial dari kelompok manusia, yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing.

C. Ciri-ciri Organisasi Sektor Publik

Organisasi sektor publik memiliki ciri sebagai berikut:

 Tidak mencari keuntungan finansial

 Dimiliki secara kolektif oleh publik

 Kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk saham

D. Karakteristik Organisasi Sektor Publik

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 45 paragraf 01 (2012), karakteristik organisasi nirlaba/sektor publik berbeda dengan organisasi bisnis. Perbedaan utama yang mendasar

(4)

terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi sektor publik dalam tujuannya yakni untuk mensejahterkan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar dan kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohani. Kemudian di samping itu dalam memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apa pun dari organisasi tersebut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012).

E. Karakteristik Masjid

Masjid merupakan salah satu organisasi nirlaba, sama halnya dengan gereja yang merupakan salah satu jenis organisasi nirlaba yang memiliki beberapa karakteristik dan sering kurang memahami pentingnya memiliki fungsi sistem pengendalian internal. Beberapa karakteristik itu adalah tidak adanya kepemilikan saham, tidak adanya pengukur kinerja secara keseluruhan, dan sering dikelola oleh para profesional yang menyediakan layanan yang ditawarkan oleh organisasi. Latar belakang pendidikan dari para profesional biasanya memiliki sedikit atau sama sekali tidak memiliki pelatihan manajemen bisnis atau akuntansi (Duncan,2008).

(5)

F. Ukuran Masjid

Konsep ukuran dalam matematika, umumnya merujuk pada pengertian seperti panjang, luas, dan volume. Berdasarkan ukurannya, masjid dapat diklasifikasikan menjadi masjid besar dan masjid kecil. Klasifikasinya ditentukan berdasarkan ketersediaan fasilitas yang sekaligus menunjukkan kualitas masjid tersebut. Masjid kecil terdiri dari fasilitas utama, sedangkan masjid besar terdiri dari fasilitas utama dan fasilitas pendukung. Yang termasuk fasilitas utama adalah mimbar, mihrab, tempat adzan, tempat wudhu, kamar mandi, toilet. Adapun fasilitas pendukung adalah menara, kantor pengurus, majelis taklim, perpustakaan, poliklinik, baitul mal, Unit Pelayanan Zakat (UPZ), dan lain-lain (Dewan Masjid Indonesia, 2009).

Masjid besar memiliki fasilitas yang lebih lengkap daripada masjid kecil. Salah satu fasilitas itu adalah kantor pengurus. Adanya kantor pengurus membuktikan kelengkapan sebuah pengurus masjid yang dapat meningkatkan potensi pemisahan tugas keuangan. Masjid besar biasanya mempekerjakan pegawai yang lebih banyak daripada masjid yang berukuran lebih kecil. Masjid yang lebih besar juga mungkin mempekerjakan seseorang dengan keahlian di bidang akuntansi dan administrasi. Perbedaan inilah yang mungkin membuat kualitas sistem pengendalian internal di masjid yang

(6)

berukuran besar dengan masjid yang berukuran kecil berbeda. Masjid yang berukuran besar mungkin memiliki kualitas sistem pengendalian intern yang lebih baik daripada masjid yang berukuran kecil.

G. Pengembangan Sistem Pengendalian Akuntansi

Langkah pertama dalam pengembangan sistem pengendalian akuntansi yang efektif adalah mengidentifikasi bidang dimana penyalahgunaan atau kesalahan-kesalahan mungkin terjadi. Beberapa akuntan dapat memberikan checklist (daftar pengecekan) Booklet, Effective Internal Accounting Control Non Profit Organizations: A Guide for Directors and Management”, memasukan bidang dan tujuan pengembangan sistem pengendalian akuntansi yang efektif. Yang mana di dalamnya terdapat unsur, antara lain :

1. Pengendalian Umum

Pengendalian umum adalah semua bentuk pengendalian yang tidak terkait langsung dengan aplikasi komputer. Contohnya, memastikan bahwa ruang kantor terkunci, kemudian penempatan satpam di tugas jaga.

Meliputi:

(7)

 Pengendalian akuntabilitas aktiva

 Pengendalian operasi pusat informasi dan  Pengendalian otorisasi

2. Penerimaan Kas

Untuk memastikan bahwa seluruh kas telah diterima, didepositokan secara cepat, dicatat dengan sesuai, direkonsiliasi, dan dipertahankan menurut prosedur keamanan yang memadai.

3. Pengeluaran Kas

Untuk memastikan bahwa semua pembayaran kas hanya dilakukan atas kewenangan pengelola yang tepat, untuk tujuan aktivitas yang valid, dan dicatat secara tepat.

4. Integritas dan Nilai Etika

Integritas didefinisikan pula sebagai suatu kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal. Bila dikaitkan dengan kode etik, integritas didefinisikan sebagai tindakan yang konsisten, sesuai dengan kebijakan dan kode etik organisasi, yang merupakan petunjuk dari keutuhan pribadi dan sikap yang konsisten yang juga harus transparan, akuntabel, bertanggung jawab, dan independen.

(8)

H. Sistem Pengendalian Internal

1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Definisi tentang sistem pengendalian internal telah dipaparkan oleh beberapa ahli ekonomi akuntansi. Berikut ini definisi Pengendalian Internal yang dikemukakan commite on Auditing Procedur American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), yaitu :

Pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang telah digunakan dalam perusahaan untuk mengamankan aktivanya, mengecek kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efisiensi operasi, dan mendorong ketaatan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan pimpinan (Arens dan Loebbecke, 2010).

Menurut Committee of Sponsoring Organizations (dikutip dari Duncan 2008), Pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu proses, dilakukan oleh entitas dewan direksi, manajemen, dan personil, yang dirancang untuk memberikan jaminan yang wajar atas pencapaian tujuan tentang efektivitas.

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Pengendalian Intern di definisikan sebagai berikut: Sistem Pengendalian Intern meliputi organisasi serta semua metode dan

(9)

ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mengecek kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha, dan mendorong di taatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.

Menurut Mulyadi (2008), sistem pengendalian internal adalah suatu sistem yang meliputi struktur organisasi,metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Dari definisi-definisi sistem pengendalian internal, dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam unsur dengan tujuan untuk melindungi harta benda, meneliti ketetapan dan seberapa jauh dapat dipercayai data akuntansi, mendorong efisiensi operasi dan menunjang dipatuhinya kebijaksanaan pimpinan.

2. Komponen Sistem Pengendalian Internal

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik Per 1 Januari 2011, Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling terkait, yaitu :

(10)

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup sebagai berikut:

a. Integritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Filosofi dan gaya operasi manajemen

2. Penaksiran Risiko

Penilaian risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola. Penilaian risiko untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan identifikasi, analisis, dan manajemen terhadap risiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun eksternal yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat,

(11)

mengolah, meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:

a. Perubahan dalam lingkup operasi b. Personel baru

c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan diberbagai tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini: a. Review terhadap kinerja

b. Pengolahan informasi c. Pengendalian fisik d. Pemisahan tugas

(12)

4. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang yang melaksanakan tanggung jawab mereka.

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa atau kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara

(13)

terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduannya. Aktivitas pemantau auditor intern atau personel mencakup penggunaan informasi dari komunikasi pihak luar seperti keluhan customers dan komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.

3. Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Jusup (2008), manajemen menerapkan pengendalian internal untuk memberikan keyakinan memadai dalam mencapai tiga kategori tujuan berikut ini:

1. Keandalan informasi laporan keuangan

Pengendalian ditujukan untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang disusun oleh manajemen untuk pihak-pihak ekstern telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.

2. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku Pengendalian ditujukan untuk mendeteksi tingkat kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang kemungkinan mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan.

3. Efektivitas dan efisiensi operasi

(14)

kemungkinan adanya aktiva yang tidak di otorisasi dalam pembelian, pemakaian atau penjualan.

Sedangkan Menurut Mulyadi (2001) tujuan sistem pengendalian internal adalah:

1. Menjaga kekayaan organisasi

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efisiensi

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka perlu adanya syarat-syarat tertentu untuk mencapainya, yaitu unsur-unsur yang mendukungnya. American Institute of Certified Public Accountant (dikutip dari Arens dan Loebbecke, 2010) mengemukakan bahwa suatu sistem pengendalian intern yang memuaskan akan bergantung sekurang-kurangnya empat unsur pengendalian intern adalah sebagai berikut : 1. Suatu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab

fungsional secara tepat.

2. Suatu sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik berguna untuk melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik, hutang- hutang, pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya.

(15)

melakukan tugas- tugas dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi.

4. Suatu tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab.

I. Kegiatan Pengendalian Internal

Pengendalian bukanlah merupakan sesuatu yang diam atau pasif, tetapi merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan bersama-sama dengan jalannya kegiatan perusahaan. Pengendalian juga melibatkan berbagai komponen dan bagian di dalam perusahaan, sehingga harus di koordinasi dengan baik

1. Pemberian Otorisasi atas Transaksi dan Kegiatan

Otorisasi adalah suatu pemberian sebagian kekuasaan manajemen kepada karyawan untuk melakukan kegiatan dan mengambil keputusan. Hal ini perlu dilakukan karena manajemen tidak akan mampu membuat semua keputusan dan menjalankan semua kegiatan di dalam perusahaan. Pemberian otorisasi sebenarnya tidak sama jenisnya dari suatu perusahaan dan perusahaan lainnya. Hal ini sangat tergantung kepada keinginan manajemen untuk membagi tugas dengan pihak-pihak yang ada di dalam perusahaan. Biasanya untuk kegiatan yang bersifat strategis, tidak akan diberikan kepada karyawan (misalnya penentuan barang yang akan dijual atau penentuan harga

(16)

jual).

Otorisasi seringkali diwujudkan dalam bentuk tanda tangan. Apabila manajemen setuju terhadap suatu permintaan, menajemen akan membubuhkan tanda tangan di dokumen yang diajukan. Apabila karyawan diberi wewenang untuk memutuskan, karyawan tersebut yang akan membubuhkan tanda tangan.

2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Salah satu prinsip pengendalian internal yang harus diperhatikan manajemen adalah pembagian tugas dan tanggung jawab. Tidak ada satu karyawan atau satu bagian pun yang dapat menyelesaikan suatu transaksi tanpa campur tangan pihak lain. Manajemen juga harus menerapkan pencegahan terhadap kemungkinan karyawan melakukan kecurangan atau penyelewengan, sebenarnya itu juga karena peran manejemen.

Wewenang dan tanggung jawab yang dibagi terdapat tiga fungsi, yaitu fungsi penyimpanan, fungsi pencatatan, dan fungsi pemberian otorisasi. Ketiga fungsi ini tidak boleh ada pada diri satu karyawan atau satu bagian, sehingga harus dipisah.

 Fungsi penyimpanan, mendapat tugas antara lain: a. Menyimpan kas

(17)

c. Menulis cek d. Meneriman cek

 Fungsi pencatatan , mendapat tugas antara lain : a. Menyiapkan dokumen transaksi

b. Mencatat jurnal

c. Mengerjakan atau menyiapkan rekonsiliasi d. Menyiapkan berbagai laporan

 Fungsi pemberian otorisasi, antara lain:

a. Memberi otorisasi atas berbagai transaksi yang menyangkut kas

3. Perancangan dan Penggunaan Dokumen dan Catatan yang Baik Transaksi yang terjadi di dalam perusahaan jumlahnya sangat banyak dan harus di catat melalui dokumen (baik dokumen yang berbentuk fisik maupun berbentuk tampilan layar). Karyawan yang meng-input data transaksi dengan dokumen tersebut akan mudah merasa bosan atau lelah. Kebosanan dan kelelahan inilah yang dapat menyebabkan karyawan tersebut salah dalam melakukan pencatatan. Untuk menghindari resiko ini, perusahaan harus merancang dokumen dan media pencatatan lain yang baik.

(18)

4. Perlindungan yang Cukup terhadap Kekayaan dan Catatan Perusahaan

Kekayaan dan catatan perusahaan harus dilindungi dengan baik. Perlindungan yang dapat dilakukan oleh perusahaan, agar tidak terjadi pencurian, penggunaan tanpa otorisasi, dan perusakan. Di antaranya adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengawasan dan penyeliaan (supervision) yang efektif dan pembagian tugas dan tanggung jawab yang baik.

b. Penyelenggaraan catatan aktiva dan penyajian informasi yang akurat, sehingga dapat menggambarkan keadaan sebenarnya, atau setidak-tidaknya mendekati keadaan yang sesungguhnya.

c. Penyediaan tempat penyimpanan yang baik.

5. Pemeriksaan Independen terhadap Kinerja Perusahaan

Secara berkala, perusahaan harus melakukan pemeriksaan terhadap kinerja masing-masing bagian atau karyawan. Pemeriksaan kinerja ini dapat dilakukan dengan salah satu langkah berikut:

a. Melakukan rekonsiliasi antara dua catatan yang terpisah atau berbeda mengenai suatu rekening. Misalnya untuk mengetahui penjualan tanggal tertentu, dapat diperiksa faktur penjualan pada tanggal tersebut dan barang yang keluar dari gudang pada tanggal

(19)

tersebut.

b. Membandingkan antara jumlah unit persediaan di gudang dengan jumlah menurut catatan persediaan. Untuk ini diperlukan perhitungan fisik di gudang.

c. Menyelenggarakan double entry bookkeeping, yaitu metode pencatatan yang selalu melibatkan setidak-tidaknya dua rekening untuk mencatat satu transaksi.

d. Menjumlah berbagai hitungan dengan cara batch totals, yaitu penjumlahan dari atas ke bawah. Kebanyakan dokumen berisi suatu rincian hitungan yang terdiri atas beberapa baris.

J. Jenis-jenis Pengendalian Sistem

Jenis pengendalian pada umumnya, sangat bervariasi, karena untuk setiap jenis atau kelompok resiko memerlukan jenis pengendalian tertentu pula. Pada bagian ini akan dibahas berbagai jenis pengendalian sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.

1. Pengendalian Berdasarkan Tujuan a. Pengawasan Akuntansi

Pengawasan akuntansi dilakukan dengan menggunakan standar yang sudah biasa digunakan di dalam akuntansi, misalnya laba rugi, biaya, perputaran aktiva, rasio

(20)

keuangan dan sebagainya. b. Pengawasan Manajemen

Pengawasan manajemen adalah suatu pengawasan yang bertujuan untuk: (1) meningkatkan efisiensi operasi perusahaan dan (2) meningkatkan kepatuhan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Menjalankan perusahaan dengan baik agar efisien merupakan keharusan bagi manajemen. Hal ini merupakan salah satu penerapan good corporate governance atau penyelenggaraan perusahaan dengan baik. Seberapa pun besar atau kecilnya perusahaan, harus dijalankan dengan efisien.

2. Pengawasan Berdasarkan Hubungannya dengan Kejadian Pengawasan dapat dilakukan untuk mencegah, menemukan, dan mengoreksi kesalahan. Ada tiga jenis pengawasan yang berhubungan dengan kejadian kesalahan, yaitu pengawasan preventif, pengawasan detektif, dan pengawasan korekt if. Sesuai dengan namanya, masing-masing jenis pengawasan tersebut diterapkan sebelum ada kejadian kesalahan, pada waktu terdapat kejadian kesalahan, pada waktu ada kejadian kesalahan, dan setelah ada kesalahan.

(21)

a. Pengawasan Preventif

Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan untuk mencegah berbagai kesalahan atau penyelewengan di dalam perusahaan. Pengawasan ini sangat penting karena jika kesalahan sudah terjadi, sulit untuk diperbaiki.

Contoh pengawasan preventif yang lain adalah : (1) penyelenggaraan catatan yang baik (2) permonitoran berbagai kegiatan oleh tiap-tiap atasan. Sebagian besar pengawasan yang diperlukan oleh tiap perusahaan adalah pengawasan preventif.

b. Pengawasan Detektif

Pengawasan detektif adalah pengawasan yang ditujukan untuk menemukan adanya penyelewengan, kesalahan, atau kecurangan. Contoh pengawasan detektif adalah dengan penyelenggaraan pencatatan pada buku besar. Buku besar ini akan dibandingkan dengan jurnal. Apabila ada ketidakseimbangan, dapat ditemukan penyebabnya.

c. Pengawasan Korektif

Pengawasan korektif adalah pengawasan yang ditujukkan untuk mengoreksi kesalahan atau ketidaksesuaian. Contoh pengawasan korektif ini adalah jurnal penyesuaian pada akhir suatu periode.

(22)

K. Penyebab Gagalnya Pengawasan

Sistem pengawasan diterapkan dan dilaksanakan didalam perusahaan adalah untuk menjamin tercapainya berbagai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Namun demikian, sistem pengawasan tetap menghadapi resiko gagal. Kegagalan sistem pengawasan disebabkan karena hal hal dibawah ini, diantaranya:

a. Adanya kolusi. Kolusi atau persekongkolan adalah kerja sama antara karyawan dengan karyawan lain di dalam perusahaan, atau antara karyawan dengan pihak luar, untuk mengadakan penyimpangan prosedur demi keuntungan pribadi. Persekongkolan ini biasanya terjadi antara bagian yang bertugas mencatat dengan bagian yang bertugas menyimpan. Bagian yang memberi otorisasi lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat karena memiliki kedudukan yang lebih tinggi, namun tidak berarti mereka tidak mungkin melakukan kolusi.

b. Penegakan pengawasan kurang baik. Pihak manajemen tidak secara sungguh-sungguh menegakkan sistem pengawasan di dalam perusahaan. Mereka sudah menyetujui untuk mengadakan pengawasan, tetapi manajemen tidak pernah memantau dan mengevaluasi sistem pengawasan yang ada. Bentuk penyimpangan dimulai dari yang sederhana, misalnya tidak secara lengkap mengisi formulir (misalnya pada data tanggal, pada kolom

(23)

keterangan, pada kolom jumlah, bahkan akhirnya mereka tidak menggunakan formulir sama sekali).

L. Penelitian Terdahulu

Romney dan Steinbart (2009:229) mendefinisikan Sistem Pengendalian Internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat dan andal mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Sebagaimana diketahui, bahwa sistem pengendalian internal yang tidak dilakukan dengan baik akan menimbulkan suatu kecurangan dalam hal keuangan dalam suatu organisasi. Dimana bukti yang mendukung hal tersebut yakni Zamzani (2012), melakukan suatu riset penelitian di Indonesia yang dirancang untuk mengidentifikasi suatu pengendalian internal di organisasi nirlaba, dimana dalam hal ini, melakukan pengujian akibat kejahatan keuangan dan melaporkan jenis kontrol yang tidak pada tempatnya atau yang tidak terinci dalam suatu masjid. Hasil yang diperoleh dalam penelitian tersebut bahwa 33 persen dari penerimaan kas tidak terdeteksi dalam penerimaannya.

Di samping itu, Penelitian yang dilakukan oleh Kampo (2013) dengan penelitian yang berjudul Analisa Sistem Pengendalian Internal terhadap

(24)

Sistem Pengendalian Intern Masjid Kecil Sistem Pengendalian Intern Masjid Besar

yayasan pendidikan diperoleh hasil bahwa sekitar 73% (persen) elemen-elemen pengendalian internal sudah dimiliki oleh yayasan, meskipun dalam pelaksanaannya masih perlu disempurnakan. Dengan hasil tersebut, mengindikasikan bahwa sistem pengendalian internal terhadap yayasan belum dapat menjamin ketersediaan informasi keuangan yang akurat, handal, dan terutama dalam usaha melindungi aset yayasan secara aman.

M. Rerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 1. Rerangka Pemikiran

Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable). Variabel terikat (dependent variable) meliputi kualitas sistem pengendalian intern, sedangkan variabel bebas (independent variable) meliputi ukuran masjid. Kerangka pemikiran dari permasalahan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Ha

Gambar2.1 Model Konseptual

(25)

2. Pengembangan Hipotesis

Ukuran masjid dalam penelitian ini ditinjau dari segi ketersediaan fasilitas dimana salah satunya masjid besar memiliki kantor pengurus yang membuktikan kelengkapan sebuah pengurus masjid yang dapat meningkatkan potensi pemisahan tugas keuangan. Masjid besar biasanya mempekerjakan pegawai yang lebih banyak daripada masjid yang berukuran lebih kecil. Masjid yang lebih besar juga mungkin mempekerjakan seseorang dengan keahlian di bidang akuntansi dan administrasi. Perbedaan inilah yang mungkin membuat kualitas sistem pengendalian intern dimasjid yang berukuran besar dengan masjid yang berukuran kecil berbeda.

Booth (dikutip dari Duncan, 2008) telah meneliti dan menunjukkan bahwa ukuran gereja di Amerika Serikat mempengaruhi kualitas sistem pengendalian intern gereja. Ini dibuktikan bahwa 30% dari gereja Methodis kecil tidak memiliki audit tahunan, sedangkan gereja Methodis besar hanya 18%nya yang tidak memiliki audit tahunan. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha: Terdapat perbedaan kualitas sistem pengendalian internal antara masjid besar dengan masjid kecil.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil terpenting yang diperoleh dari kegiatan workshop tersebut adalah tesusunnya draf rencana implementasi proyek pilot pengembangan guru dalam penggunaan ICT untuk

Hasil penelitian hubungan dorongan peer group dengan perilaku SADARI diperoleh bahwa dari 40 orang responden yang tidak memiliki dorongan peer group, yang

Pada tahap forecasting (peramalan) akan dibahas peramalan tingkat penjualan sepeda motor pada data training dengan menggunakan unsur data asli, peramalan data testing tanpa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa somatotype pemanah kategori pemula Klub Gendewo Yudho

Dari pembagian tugas sebagai juru kamera hasil riset menunjukan bahwa banyak masyarakat yang menginginkan tayangan yang bermutu, yang mendidik serta tampilan yang

Analisis mutu VCO yang dilakukan selama penyimpanan memberikan hasil bahwa diantara ketiga contoh VCO dan ketiga suhu yang digunakan pada penelitian ini yang memiliki mutu

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem yang bertujuan untuk memproses data, mengolah data transaksi

Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk menghitung seberapa besar pengaruh veriabel terikat dalam penelitian ini. Untuk mengetahui besarnya koefisien regresi