• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis yang dilakukan dalam budidaya bunga krisan potong oleh PT. Alam Indah Bunga Nusantara meliputi : persiapan lahan untuk motherstock dan produksi krisan potong, persemaian stek krisan, budidaya motherstock (MS) krisan potong, budidaya bunga krisan potong, panen dan pasca panen.

Persiapan Lahan untuk Motherstock dan Produksi Krisan Potong

Kegiatan persiapan lahan untuk motherstock dan produksi krisan potong, meliputi pengolahan lahan, sterilisasi lahan, pembuatan bedeng dan parit, pemasangan sarana penunjang tanaman, serta pengendalian gulma sebelum tanam. a. Pengolahan Lahan

Persiapan lahan diawali dengan kegiatan menggulung net penyangga kemudian meletakkannya pada pinggir tunnel atau sere. Kegiatan berikutnya adalah membongkar sisa-sisa tanaman yang masih ada di lahan yang tidak layak lagi dipanen. Sisa-sisa tanaman dan gulma dibuang ke tempat pembuangan sampah, setelah itu menggantungkan drip irigasi dengan rapi pada kawat-kawat yang telah disediakan. Kegiatan persiapan lahan motherstock dan produksi krisan potong, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kegiatan Persiapan Lahan Motherstock dan Produksi Krisan Potong Penggulungan net penyangga (a), Pembongkaran sisa-sisa tanaman (b), Penggulungan Drip Irrigation (c)

(2)

Pengolahan lahan dilakukan untuk membuat struktur tanah menjadi gembur dan aerasinya baik, sehingga pertumbuhan akar menjadi baik. Pengolahan lahan dilakukan pada tanah bagian atas (top soil) sampai kedalaman sekitar 30 cm. Pengolahan lahan sebaiknya tidak mengikutsertakan lapisan sub soil karena lapisan tersebut dapat bereaksi masam dan lengket (Supari, 1999).

Pengecekan pH tanah sangat penting sebelum pengolahan lahan untuk mengetahui tanah yang akan ditanam bersifat masam atau tidak, jika diketahui tanah bersifat masam dapat segera dilakukan pengapuran tanpa mengganggu tanaman yang ditanam. Nilai pH tanah yang ideal untuk tanaman krisan potong berkisar 5.5-6.7. Pengecekan pH tanah di perusahaan dilakukan sebelum kegiatan pengolahan lahan, dengan menggunakan alat pH meter tanpa dikalibrasi. Lahan diberikan kapur pertanian (dolomit) 100-200 kg/500 m2 jika pH tanah < 5.5. Alat Pengukur pH meter tanah disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Alat Pengukur pH Meter Tanah

PT. Alam Indah Bunga Nusantara melakukan pengolahan lahan secara moderen dengan menggunakan mobil traktor yang dikendalikan oleh karyawan harian. Pengolahan lahan terbagi menjadi dua tahap, yaitu bajak dan rotari. Tahap pertama pengolahan lahan yaitu membajak lahan dengan menggunakan implement bajak singkal yang ditarik dengan mobil traktor. Bajak lahan bertujuan untuk memecahkan tanah dengan kedalaman ± 30 cm. Kegiatan setelah membajak lahan yaitu penyebaran bokasi dan pupuk dasar. Dosis bokasi yang diberikan yaitu 1500 kg/500m2 dan dosis pupuk yang diberikan yaitu NPK 20 kg/500m2, Urea 15 kg/500m2, SP-36 20 kg/500m2, Furadan 3 kg/500m2, MgSO4 2 kg/500m2.

Tahap kedua pengolahan lahan yaitu rotari dengan tujuan mencampur semua bahan-bahan yang telah disebar ke lahan dengan rata, menggemburkan tanah, dan meratakan lahan dengan kedalaman ± 20 cm. Pengolahan lahan dengan

(3)

rotari sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali agar diperoleh kondisi pertanaman yang baik. Kegiatan pengolahan lahan dengan menggunakan traktor dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengolahan Lahan dengan Menggunakan Mobil Traktor. Bajak Singkal (a) dan Rotari (b)

b. Sterilisasi Lahan

Sterilisasi lahan bertujuan untuk membunuh sumber hama dan penyakit yang tersisa di dalam tanah sebelum dilakukan penanaman. Teknik yang digunakan untuk sterilisasi media tanam adalah steaming dan fumigasi. Sterilisasi steaming adalah memasukkan uap air yang panas ke dalam pori-pori media tanam, sehingga uap tersebut dapat membunuh hama, penyakit, dan biji-biji gulma yang ada di media tanam. Keuntungan lainnya dari sterilisai steaming adalah tidak ada fitotoksisitas (meracuni tanaman) pada area yang diberi perlakuan dan waktu sterilisasi steam sebentar. Sterilisasi fumigasi adalah memberikan gas beracun ke dalam pori-pori media tanam untuk meracuni dan mematikan sumber patogen di media tanam (Supari, 1999).

Perusahaan melakukan sterilisasi fumigasi pada budidaya motherstock sedangkan sterilisasi steaming pada budidaya bunga krisan potong. Sterilisasi fumigasi untuk budidaya motherstock dilakukan apabila lahan telah berproduksi sebanyak 3 kali atau tingkat serangan hama dan penyakit tinggi. Bahan kimia yang digunakan untuk sterilisasi fumigasi adalah Basamid G (Dazomet 98 %) dengan dosis 20 kg/500 m2. Basamid G disebarkan secara merata diatas lahan kemudian lahan dirotari satu kali dan disiram dengan irigasi overhead sampai lahan basah dengan kedalaman 20 cm. Kegiatan selanjutnya adalah penutupan

b a

(4)

lahan dengan plastik putih secara rapat sehingga tidak ada udara yang keluar dari dalam tanah, kemudian lahan didiamkan selama 7 hari. Sterilisasi fumigasi di lahan motherstock disajikan pada Gambar 6. Sterilisasi steaming untuk budidaya bunga krisan potong dilakukan sehari sebelum penanaman dengan menggunakan formalin (Formaldehyde) dosis 4 kg/500 m2 atau fungisida (Dithane M-45 atau Vondoze b.a Mankozeb 80%) dosis 1 kg/500 m2. Sterilisasi steaming di budidaya krisan potong disajikan pada Gambar 7.

Gambar 6. Sterilisasi Fumigasi di Gambar 7. Sterilisasi Steaming di Lahan Motherstock Budidaya Krisan Potong c. Pembuatan Bedeng dan Parit

Pembuatan bedeng dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul setelah pengolahan tanah dengan rotari. Bedengan dibuat sesuai dengan jalur yang telah ada. Ukuran bedengan yaitu 1 m x 56 m dengan ketinggian 20-30 cm, jarak antara bedengan yaitu 20-40 cm apabila dalam bedengan ketinggian tanah kurang rata maka dilakukan penggaruan untuk meratakan tanah. Parit dibuat dengan kedalaman 20 cm bertujuan agar tidak terjadi penggenangan pada bedengan jika penyiraman berlebihan.

d. Pemasangan Sarana Penunjang Tanaman

Sarana penunjang tanaman dipasang sebelum penanaman bibit seperti alat irigasi, support, dan net penyangga. Semua sarana penunjang tersebut dipasang secara sempurna sebelum tanam agar pertumbuhan tanaman krisan potong baik selama masa pertumbuhannya.

Alat irigasi yang digunakan perusahaan untuk penyiraman tanaman krisan adalah irigasi tetes (drip irrigation) dan overhead irigasi. Pemasangan alat irigasi

(5)

tersebut bertujuan agar lebih praktis dan efisien dalam pemeliharaan tanaman krisan, karena tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak. Support adalah tiang penyangga berupa bambu atau besi behel yang dipasang pada pinggir bedengan yang berguna untuk menjaga net penyangga saat dinaikkan. Net penyangga dipasang dengan tujuan menopang tanaman agar tidak rebah sehingga tanaman bisa tetap tegak lurus sampai dipanen. Bahan net yang digunakan yaitu tambang plastik. Lubang net dibuat dengan ukuran 12.5 cm x 12.5 cm karena lubang-lubang net tersebut bisa digunakan sebagai jarak tanam dalam penanaman bibit.

Kegiatan setelah pembuatan bedeng adalah penurunan unit irigasi tetes (drip irrigation) selanjutnya pemasangan support dan net penyangga. Support yang digunakan terbuat dari besi behel dengan diameter ± 1 cm dengan panjang support 1.2 m. Pemasangan support dengan cara menancapkannya ke sisi kiri dan kanan net penyangga dengan jarak antar support 2.5 m. Pemasangan net penyangga dilakukan diatas irigasi tetes yang telah terpasang. Pengecekan terhadap drip irrigation dan overhead irigasi dilakukan setelah semua terpasang dengan cara dialiri air dan diperiksa tetesan air yang keluar, jika ada yang rusak maka diperbaiki dan apabila ada yang tersumbat dibersihkan.

e. Pengendalian Gulma Sebelum Tanam

Pengendalian gulma secara sistemik dilakukan sebelum tanam dengan cara menyemprotkannya ke lahan dengan herbisida Goal dosis 100 ml/100L untuk luasan lahan 500 m2 sebelum penanaman bibit di lahan. Prinsip kerja herbisida tersebut adalah membentuk lapisan transparan di atas tanah yang disemprot sehingga gulma yang akan tumbuh dapat ditekan.

Persemaian Stek Krisan

Stek krisan yang telah diperoleh dari produsen maupun panen dari motherstock, disortasi terlebih dahulu dan diakarkan di meja persemaian di dalam ruang persemaian selama 2 minggu. Stek yang telah berakar dapat segera ditanam, baik di lahan motherstock maupun produksi krisan potong. Kegiatan persemaian bibit krisan di rumah kaca meliputi persiapan media persemaian stek krisan, penyiapan dan penanaman stek pucuk, pemeliharaan, dan panen bibit.

(6)

a. Persiapan Media Persemaian Stek Krisan

Media tanam yang digunakan untuk persemaian stek pucuk adalah arang sekam yang dapat dipakai hingga 7-8 kali penanaman bibit. Arang sekam memiliki kelebihan yaitu cukup porous dan steril akan tetapi media arang sekam juga memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menyimpan air lebih lama sehingga media tersebut cepat kering dan harus sering disiram. Oleh karena itu, media persemaian disiram terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman karena arang sekam bersifat higroskopis atau mudah menyerap air sehingga akar tanaman menjadi kering jika tidak dijenuhi dengan air terlebih dahulu (Supari,1999).

Persemaian stek pucuk di perusahaan menggunakan meja dengan ukuran panjang 35 m, lebar 2 m, dan ketinggian dari tanah 0.75 m dengan ketebalan media 10-15 cm. Arang sekam yang digunakan untuk satu meja kurang lebih 80-100 karung. Media tanam tersebut disebarkan di atas meja persemaian kemudian disiram secukupnya, diaduk-aduk dengan garpu serta diratakan dengan alat perata. Proteksi dasar pada media persemaian stek dilakukan untuk mencegah terjadinya busuk batang pada stek yang disebabkan oleh bakteri. Proteksi dasar diberikan sehari sebelum stek pucuk ditanam. Media persemaian diproteksi dasar dengan menggunakan sidazeb konsentrasi 2 g/L dan previcur N konsentrasi 1 ml/L. Langkah-langkah persiapan media persemaian stek krisan disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Langkah-Langkah Persiapan Media Persemaian Stek Krisan. Pengadukan Media Persemaian dengan Garpu (a), Perataan Media Persemaian (b), Proteksi Dasar Media Persemaian (c)

b. Penyiapan dan Penanaman Stek pucuk

Stek yang digunakan untuk budidaya motherstock berasal dari produsen langsung yang diimpor dari Belanda dan hasil pinching kedua (4 MST) dari

b

(7)

motherstock, sedangkan pinching stek untuk produksi bunga krisan potong 4-19 MST dari tanaman induknya.

Perusahaan memiliki kriteria stek pucuk untuk budidaya motherstock dan produksi bunga krisan potong yaitu panjang stek yang digunakan 5-6 cm, jumlah daun 3-4 helai, bebas dari hama dan penyakit, berdaun hijau segar, dan batang stek belum berkayu. Supari (1999) menyatakan bahwa pengurangan daun pada stek dilakukan dengan tujuan mengurangi penguapan dari daun, sedangkan daun yang disisakan diharapkan dapat melakukan fotosintesis, sehingga dapat menghasilkan karbohidrat yang dapat menstimulir pembentukan akar.

Stek pucuk yang akan disemai, sebelum tanam diberi zat perangsang perakaran yaitu Rootone-F yang mengandung bahan aktif naftalenasetomida 0.067 %, metal 1 naftalena setamida 0.013 %, metal 1 naftalen asetat 0.033 %, dan indo-3 butirat selanjutnya diberi label varietas, jumlah tanam, dan asal MS. Stek ditanam dengan posisi tegak pada kedalaman 2 cm dengan jarak tanam 4 cm disesuaikan dengan lebar daun. Stek yang telah ditanam disiram dengan menggunakan shower. Aktifitas sortasi, grading hingga penanaman stek pucuk dapat dilihat pada Gambar 9.

0

Gambar 9. Aktifitas Penyiapan dan Penanaman Stek Pucuk di Nursery.

Sortasi dan Grading Stek Krisan (a), Pemberian Rootone-F Pada Stek Krisan (b), Penanaman Stek Krisan di Media Persemaian (c) c. Pemeliharaan

Pemeliharaan pada kegiatan persemaian meliputi penyinaran, penyiraman, buka-tutup paranet, serta pengendalian hama dan penyakit.

1. Penyinaran

Penyinaran pada malam hari di ruang persemaian stek dilakukan dari penanaman sampai bibit siap ditanam ke lapang untuk mempertahankan

c b

(8)

pertumbuhan vegetatif dan menghambat pertumbuhan generatif. Apabila lama penyinaran kurang, maka akan terjadi inisiasi bunga ketika penanaman bibit di lahan produksi yang menyebabkan ketidakseragaman dalam pertumbuhan.

Penyinaran pada malam hari di ruang persemaian diberikan selama 4 jam dengan system cyclic dimulai dari pukul 22.00-02.00 WIB. System cyclic yang diterapkan di perusahaan adalah pengelompokkan lampu pada meja persemaian dengan 2 kelompok, 15 menit lampu menyala pada kelompok pertama, 15 menit lampu padam pada kelompok kedua, dan kebalikannya terus dilakukan selama 4 jam. Penyinaran diberikan dengan lampu yang memiliki daya 18 watt dengan jenis lampu TL, dengan intensitas paling tinggi 68.4 lux dan paling rendah 56.0 lux. Lampu dipasang 1-1.5 meter dari permukaan atas tanaman dengan jarak antar lampu masing-masing 2.5 meter, sehingga setiap bibit mendapatkan pencahayaan yang rata. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan setiap malam hari pada ruang persemaian dengan menggunakan alat lux meter. Penyinaran pada malam hari di ruang persemaian dapat dilihat pada Gambar 10 dan alat pengukur intensitas cahaya dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 10. Penyinaran Pada Malam Gambar 11. Alat Pengukur Intensitas Hari di Ruang Persemaian Cahaya (Lux Meter)

2. Penyiraman

Stek krisan peka terhadap kekurangan air sehingga pada kelembapan yang rendah stek akan mati sebelum membentuk akar. Penyiraman dilakukan ketika media persemaian stek terlihat kering, hal ini dilakukan agar stek tidak mudah layu dan mati. Penyiraman yang terlalu banyak menyebabkan stek menjadi busuk bahkan mati karena akar stek kekurangan oksigen (Supari, 1999).

(9)

Teknik penyiraman stek di perusahaan terbagi menjadi 2 yaitu secara manual dengan shower dan pengkabutan (mist irrigation). Penyiraman secara manual dilakukan sebelum penanaman stek dan setiap hari setelah penanaman stek jika media persemaian stek terlihat kering. Pengkabutan (mist irrigation) dilakukan jika suhu ruang persemaian stek lebih dari 25 0C. Sistem pengkabutan di ruang persemaian dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Sistem Pengkabutan di Ruang Persemaian

3. Buka Tutup-Paranet Pada Atap Ruang Persemaian

Supari (1999) menyatakan bahwa kegunaan cahaya terutama untuk membentuk auksin dan karbohidrat akan tetapi jika cahaya diberikan secara berlebihan akan merintangi pembentukan akar, stek yang diberi perlindungan seperti paranet akan berakar lebih banyak daripada stek yang menerima cahaya matahari langsung. Selain itu, stek memerlukan perlindungan cahaya matahari langsung untuk mempertahankan temperatur dan kelembapan.

PT. Alam Indah Bunga Nusantara melakukan pengaturan suhu dan pencahayaan di ruang persemaian dengan sistem buka-tutup paranet pada atap ruangan yang dijalankan secara otomatis oleh mesin. Paranet ditutup apabila cuaca panas untuk menghindari stres pada stek yang menyebabkan stek cepat layu, sedangkan paranet dibuka apabila cuaca mendung agar stek mendapatkan cahaya yang cukup. Sistem buka-tutup paranet pada atap ruang persemaian disajikan pada Gambar 13.

(10)

Gambar 13. Sistem Buka-TutupParanet Pada Atap Ruang Persemaian 4. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada persemaian stek di PT. ABN dilakukan secara preventif (pencegahan) dan kuratif (pemberantasan). Pengendalian secara preventif dilakukan sebelum penanaman stek dengan pemberian proteksi dasar. Media persemaian diproteksi dasar dengan menggunakan sidazeb konsentrasi 2 g/L dan previcur N konsentrasi 1 ml/L untuk mencegah penyakit busuk akar serta pangkal batang yang disebabkan oleh bakteri Erwinia chrysanthemum. Aplikasi proteksi dasar dilakukan dengan cara manual menggunakan shower. Pengendalian secara kuratif dilakukan ketika stek telah ditanam dengan cara mencabut stek yang terserang penyakit dan membuangnya ke dalam keranjang sampah, hal ini bertujuan agar penyakit tidak menyebar ke stek lain yang sudah ditanam.

d. Panen Bibit Krisan

Kriteria bibit yang layak dipanen yaitu bibit sudah berakar lebat yang mengelilingi pangkal batang, panjang akar bibit 1-2 cm, panjang bibit 5-8 cm, jumlah daun 4-5 daun dan berwarna hijau, serta bibit bersih dari hama dan penyakit. Stek krisan akan berakar sempurna dan dapat dipanen setelah berumur 14 HST. Panen bibit dilakukan dengan cara mencabut bibit dan diletakkan pada keranjang pembibitan kemudian diberi label varietas, jumlah panen, dan asal motherstock (MS). Pemanenan dilakukan pada pagi hari hingga sore hari jika permintaan bibit dari produksi krisan potong banyak dan tenaga kerja pemanen sedikit. Hasil panen bibit krisan di nursery disajikan pada Gambar 14.

(11)

Gambar 14. Hasil Panen Bibit Krisan di Nursery. Bibit yang Afkir (a) dan Bibit yang Baik (b)

Budidaya Motherstock (MS) Krisan Potong

Motherstock (MS) merupakan tanaman induk yang digunakan sebagai sumber stek pucuk untuk memproduksi bunga krisan. Pembibitan krisan dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan anakan, stek pucuk, dan kultur jaringan. Penyetekan merupakan proses perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman yang jika ditempatkan pada kondisi optimum akan berkembang menjadi satu tanaman lengkap.

Perusahaan memperoleh bibit untuk tanaman induk dari breeder yang diimpor langsung dari Belanda, sehingga virus yang terdapat dalam tanaman kemungkinan tidak ada. Bibit yang digunakan untuk MS bisa berasal dari MS yang telah dibudidayakan yaitu pinching kedua dari tanaman induk. Bibit krisan yang akan digunakan untuk produksi bunga krisan potong berasal motherstock, sehingga budidaya dan peremajaan MS sangat penting dilakukan untuk mendapatkan stek pucuk yang baik. Stek pucuk yang dihasilkan oleh MS akan mempengaruhi kualitas dan keseragaman dalam pertumbuhan bunga krisan potong di lapang.

Adapun kegiatan budidaya MS yang dilakukan oleh perusahaan meliputi penanaman bibit, pemeliharaan motherstock, dan pinching.

a. Penanaman Bibit

Bibit krisan yang bervigour baik, berakar lebat, bersih dari hama dan penyakit yang dapat ditanam. Penanaman bibit krisan tidak boleh terlalu dalam dan ada daun yang tertimbun, hal ini mengakibatkan bibit busuk serta tidak

b a

(12)

berakar. Penanaman bibit yang tepat pada pagi atau sore hari ketika suhu udara tidak terlalu panas dengan tujuan untuk mengurangi stres pada tanaman (Supari, 1999).

Penanaman bibit krisan yang berakar di perusahaan dilakukan secara manual dan waktu penanaman bibit dilakukan pada pagi hari. Penanaman bibit di lahan sesuai varietas dengan cara dibuat lubang tanam di tengah jaring net. Bibit ditanam dengan kedalaman 2 cm dengan jarak tanam yang digunakan yaitu 12.5 cm x 12.5 cm. Bibit yang telah ditanam kemudian disiram dengan irigasi curah agar bibit terikat oleh tanah dan tidak rebah.

b. Pemeliharaan Motherstock (MS)

Pemeliharaan motherstock meliputi penyinaran, pemupukan, penyiraman, penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

1. Penyinaran

Pada tanaman induk untuk produksi stek, penyinaran pada malam hari dilakukan 4 jam/hari sampai tanaman induk tidak produktif dalam menghasilkan stek (Budiarto dan Sulyo, 2008). Penyinaran pada malam hari di motherstock bertujuan untuk merangsang pertumbuhan tunas baru. Kesalahan pemberian intensitas dan lama cahaya yang diberikan pada MS menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pucuk karena terbentuk bakal bunga dan terlihat adanya daun yang abnormal (Supari, 1999).

Pada perusahaan, penyinaran untuk budidaya motherstock dilakukan setiap malam hari selama 4 jam mulai pukul 22.00-02.00 WIB dengan menggunakan sistem continue yaitu secara terus menerus untuk mempertahankan pertumbuhan vegetatif tanaman sampai motherstock dibongkar. Lampu yang digunakan jenis natrium berdaya 450 watt dengan jarak antar lampu 6.4 m x 7.8 m dengan ketinggian 5 m dari permukaan tanah.

2. Pemupukan

Pemupukan untuk motherstock diutamakan untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga pupuk nitrogen yang diberikan lebih banyak. Pupuk kalsium dan boron perlu diberikan untuk memperbaiki kualitas stek dan produktivitas tunas (Supari, 1999). Pemupukan motherstock di

(13)

perusahaan menggunakan pupuk CaNO3 1.5 kg/1000 L, KNO3 1.8 kg/1000 L, MgSO4 500 gram/1000 L. Pemupukan dilakukan secara manual setiap minggu saat tanaman berumur 2 MST sampai tanaman tersebut dibongkar.

3. Penyiraman

Pemberian air pada tanaman krisan dimaksudkan untuk menyuplai kebutuhan air pada saat proses fisiologis tanaman, menjaga stabilitas suhu dan kelembapan media, serta lingkungan tanam (PUTLITBANGHORT, 2006). Pengairan dapat dilakukan dengan cara menyiram tanaman langsung dengan metode splingkler, trikle, drip atau siraman.

Teknik penyiraman motherstock di perusahaan dengan cara irigasi curah, irigasi tetes, dan manual dengan shower. Penyiraman menggunakan irigasi curah dilakukan setiap pagi dan siang hari bila diperlukan, selama 30 menit dengan tekanan 4 bar ketika MS berumur 0-4 MST. Penyiraman menggunakan irigasi tetes atau secara manual dengan shower dilakukan 2-3 kali dalam seminggu, ketika MS berumur 5 MST sampai tanaman MS dibongkar.

4. Penyiangan Gulma

Penyiangan gulma dilakukan sebanyak 4-5 kali dalam setiap periode tanam atau tergantung dari banyaknya pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan secara manual saat tanaman berumur 5-6 MST. Jenis gulma yang dominan tumbuh yaitu jenis gulma berdaun lebar dan teki-tekian.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dalam budidaya motherstock di perusahaan terdiri dari dua macam yaitu secara preventif dan kuratif. Pengendalian secara preventif yang dilakukan dengan cara sterilisasi lahan dan bangunan, pemasangan perangkap serangga berupa botol plastik berwarna kuning dan putih yang diolesi lem tikus dan bensin, dan penanaman tanaman sereh di luar bangunan, sedangkan pengendalian secara kuratif dengan cara pembongkaran MS yang terserang hama dan penyakit.

(14)

c. Pinching

Pinching digunakan sebagai stek dengan tujuan untuk merangsang keluarnya tunas-tunas samping dari ketiak daun. Pengambilan stek pucuk MS dapat dilakukan dengan menggunakan gunting atau dengan ibu jari dan telunjuk. Pada penyetekan tanaman krisan, pengambilan stek pertama dari tanaman induk dapat dilakukan setelah tanaman induk mempunyai tujuh daun atau kira-kira berumur 2 minggu setelah tanam. Penyetekan pertama dilakukan dengan menyisakan 4 daun, hal ini diharapkan akan tumbuh minimal 2 tunas yang selanjutnya akan dijadikan stek pada periode berikutnya. Penyetekan kedua dapat dilakukan dengan menyisakan 2 daun yang produktif sehingga dapat tumbuh 2 tunas (Supari, 1999).

Pada PT. Alam Indah Bunga Nusantara, pengambilan stek pucuk untuk produksi krisan potong dilakukan dengan menggunakan tangan. Pinching pertama dilakukan saat tanaman berumur 1 MST, tujuannya yaitu untuk merangsang pertumbuhan tunas samping. Tunas hasil pertama tidak bisa ditanam di lahan produksi karena masih muda sehingga mudah terserang hama dan penyakit, batang lunak dan sukulen sehingga bila ditanam akan menghasilkan kualitas yang kurang baik, dan stek yang diambil terlalu pendek sehingga sulit untuk ditanam. Pinching kedua dilakukan 3 minggu setelah pinching pertama dari tanaman induk (4 MST), stek tersebut sebagian digunakan sebagai bibit untuk MS dan produksi bunga. Pinching ketiga dilakukan 1 minggu setelah pinching kedua dan pinching selanjutnya dilakukan seminggu sekali sampai tanaman induk dibongkar atau pergantian tanaman induk.

Pembongkaran tanaman induk dilakukan setelah tanaman berumur 4-5 bulan (19 MST) atau dalam satu periode tanaman tersebut sudah dilakukan 15 kali pinching. Tujuan dari pembongkaran tanaman induk untuk mempertahankan kualitas stek agar bervigour baik ketika persemaian maupun di lahan produksi dan menghindari serangan virus dari generasi ke generasi. Pengambilan stek pucuk di motherstock secara manual disajikan pada Gambar 15.

(15)

Gambar 15. Pengambilan Stek Pucuk di Motherstock Secara Manual

Budidaya Bunga Krisan Potong

Bibit yang digunakan untuk budidaya bunga krisan potong berasal dari MS yang sehat, berkualitas, bebas dari hama dan penyakit, serta komersial di pasar. Kegiatan budidaya bunga krisan potong hampir sama dengan kegiatan budidaya motherstock. Kegiatan budidaya bunga krisan potong yaitu penanaman bibit, pemeliharaan tanaman, serta panen dan pasca panen.

a. Penanaman Bibit

Penanaman bibit untuk produksi bunga krisan potong menggunakan bahan stek yang sudah berakar atau berumur ± 2 minggu dari ruang persemaian stek. Pola tanam terlebih dahulu dibuat sebelum dilakukan penanaman dengan cara menghitung jumlah populasi tanaman yang ada di tunnel atau sere yang disesuaikan dengan permintaan marketing dengan rata-rata penanaman 130 000 tanaman/minggu. Pada hari-hari besar nasioanal, keagamaan atau

peringatan khusus lainnya jumlah penanaman krisan biasanya ditingkatkan dengan rata-rata penanaman mencapai 180 000 tanaman/minggu.

Jarak tanam yang digunakan yaitu mengikuti kotak jaring dengan ukuran 12.5 x 12.5 cm dengan pola tanam yaitu 5 bibit tiap baris atau setiap lubang ditanami satu bibit, sehingga dalam 1 m2 terdapat 64-70 bibit. Penanaman bibit

krisan dilakukan secara rutin setiap hari Selasa, Kamis, dan Jumat pada pagi hari ketika suhu udara tidak terlalu panas dengan tujuan untuk mengurangi stres pada bibit. Penanaman bibit sebaiknya tidak terlalu dalam karena dapat terkena busuk batang dan saat memegang bibit jangan sampai terlalu ditekan karena pangkal

(16)

batang bibit akan memar dan mudah terserang cendawan (Supari, 1999). Kegiatan penanaman bibit krisan di lahan produksi dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Kegiatan Penanaman Bibit Krisan di Lahan Produksi b. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan bunga krisan potong di perusahaan meliputi penyinaran, pemupukan, penyiraman, penaikkan net penyangga, penyiangan, seleksi tanaman, penyulaman, dan perompesan daun, pewiwilan dan pembuangan kuntum bunga utama (knopping), pembungkusan bunga, pemberian ZPT, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

1. Penyinaran

Indonesia merupakan daerah tropis yang panjang harinya 10-12 jam/hari, sehingga untuk mempertahankan fase vegetatif yang optimal dalam budidaya krisan perlu penambahan panjang hari dengan tambahan penyinaran dari lampu

sekitar 4-5 jam/malam selama 4-5 minggu tergantung genotipe tanaman krisan (Budiarto dan Sulyo, 2008).

Tanaman krisan sangat peka terhadap panjang hari, sehingga dibedakan menjadi dua periode dalam masa pertumbuhannya yaitu periode hari panjang (long day period) dan periode hari pendek (short day period). Periode hari panjang diterapkan pada tanaman krisan untuk memacu pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan bertambahnya tinggi tanaman. Periode hari pendek diterapkan pada tanaman krisan untuk memacu pertumbuhan generatif yang ditandai dengan terbentuknya bakal bunga. Periode hari panjang diberikan pada tanaman krisan antara 14-16 jam sedangkan periode hari pendek diberikan pada tanaman krisan kurang dari 12 jam (Supari, 1999).

(17)

Perusahaan memberikan periode hari panjang pada tanaman krisan dengan memasang lampu natrium di bangunan sere serta memasang lampu TL di bangunan tunnel. Lampu natrium yang digunakan mempunyai daya 150 watt sebanyak 35 lampu per sere dengan luas 52 x 30 m2 dan jarak antar lampu 7.5 m x 7.5 m. Lampu TL yang dipasang pada tunnel mempunyai daya 18 watt sebanyak 48-72 lampu per tunnel dengan luas 500 m2 dan jarak antar lampu 2.5 x 2.5 m. Lampu dipasang setinggi 3 m dari permukaan tanah.

Penyinaran tanaman dengan panjang gelombang 380-760 nm akan memperpanjang internode, sehingga tanaman akan semakin tinggi (Prawiranata et.al, 1992). Cahaya merah dan biru merupakan cahaya yang paling besar pengaruhnya terhadap proses fotosintesis (Miftahudin, et.al, 2009). Lampu natrium memiliki cahaya merah dengan panjang gelombang 650-700 nm, sedangkan lampu TL memiliki sinar biru dengan panjang gelombang 450-500 nm. Sinar biru dengan panjang gelombang antara 430 nm dan 460 nm lebih efektif dalam pembukaan stomata daun daripada sinar merah dengan panjang gelombang antara 630 nm dan 680 nm. Sinar merah lebih efektif dalam proses fotosintesis

karena sinar tersebut yang paling banyak terserap oleh klorofil (Salisbury dan Ross, 1995)

Penyinaran dilakukan setiap malam selama 4 jam dimulai dari pukul 22.00-02.00 WIB secara kontinyu atau dengan pola cyclic sampai tinggi tanaman rata-rata 40 cm atau tanaman berumur 4-5 MST. Sistem cyclic yang diterapkan yaitu 9 menit lampu menyala pada kelompok pertama, 18 menit lampu padam pada kelompok kedua, dan kebalikannya terus dilakukan selama 4 jam. Biaya listrik untuk penyinaran dengan pola cyclic akan lebih murah dibandingkan dengan penyinaran secara terus menerus, tetapi jika dibandingkan terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman hasilnya tidak berbeda nyata (Isabella, 2003). Penyinaran malam hari pada tanaman krisan di greenhouse, dapat dilihat pada Gambar 17.

(18)

Gambar 17. Penyinaran Tanaman Krisan di Greenhouse Pada Malam Hari. (a) Lampu TL dan (b) Lampu Natrium

2. Pemupukan

Pemupukan nitrogen dan kalium merupakan jenis pupuk yang penting diberikan pada masa vegetatif dan generatif. Pada fase pertumbuhan vegetatif bunga krisan membutuhkan unsur N lebih tinggi daripada unsur P dan K, sedangkan pada fase pertumbuhan generatif tanaman krisan membutuhkan unsur P dan K yang lebih tinggi daripada unsur N karena pada proses inisiasi bakal bunga tanaman krisan memerlukan unsur N, P, dan K yang seimbang (Kofranek, 1992).

Pupuk yang digunakan PT. ABN adalah larutan pupuk stok A dan stok B. Larutan pupuk stok A yaitu pupuk CaNO3, KNO3, MgSO4, dan growmore hijau sedangkan larutan pupuk stok B yaitu pupuk CaNO3, KNO3, KH2PO4, Urea, dan Growmore merah. Larutan pupuk stok A diberikan sejak tanaman berumur 2 MST sampai tanaman berumur 6 MST. Larutan pupuk stok B diberikan saat tanaman berumur 7-11 MST dan pupuk Growmore merah diberikan saat tanaman berumur 9 MST. Pupuk dilarutkan ke dalam 1 000 liter air dan diaplikasikan secara manual dengan menggunakan shower. Komposisi larutan pupuk stok A dan B, dapat dilihat pada Tabel 7.

Aplikasi pupuk diperusahaan untuk tanaman krisan potong dibedakan menjadi dua, yaitu aplikasi pupuk dari atas tanaman dengan menggunakan shower ketika tanaman berumur 1-3 MST dan aplikasi pupuk dari bawah tanaman ketika tanaman berusia 4-11 MST. Pemberian pupuk dilakukan pada pagi hari dimulai dari pukul 07.30-10.00 WIB, lama waktu pemberian pupuk tergantung dari luas

(19)

lahan yang diaplikasi. Aplikasi pupuk pada tanaman krisan dapat dilihat pada Gambar 18.

Tabel 7. Konsentrasi Larutan Pupuk Stok A dan B

No. Jenis Pupuk Konsentrasi (g/1000 L)

Stok A 1. CaNO3 1 150 2. KNO3 1 800 3. MgSO4 5 00 4. Growmore Hijau (20:20:20) 1 000 Stok B 1. CaNO3 9 50 2. KNO3 1 800 3. KH2PO4 4 00 4. Urea (N 46%) 2 00 5. Growmore Merah (10:50:10) 1 000 Sumber : PT. ABN, 2011

Gambar 18. Aplikasi Pupuk Pada Tanaman Krisan. Aplikasi Pupuk dari Atas ketika Tanaman Berumur 1-3 MST (a) dan Aplikasi Pupuk dari bawah ketika Tanaman Berumur 4-11 MST (b)

3. Penyiraman

Kematian pada tanaman krisan dapat disebabkan oleh pemberian air yang berlebihan sampai akar tanaman tergenang, sebaliknya kekurangan air pada

media tanam akan mempengaruhi kualitas pertumbuhan krisan (Budiarto dan Sulyo, 2008). Penyiraman pada sore hari dikhawatirkan

menyebabkan kondisi yang lembap pada malam hari yang akan mendukung timbulnya cendawan, selain itu penyiraman yang baik tidak boleh mengenai daun

b a

(20)

tanaman krisan, karena spora cendawan mudah menempel dan berkembang menjadi penyakit bagi tanaman. Pada Gambar 19, dapat dilihat pengaruh kelebihan atau kekurangan dalam pemberian air pada tanaman krisan.

Pemberian air untuk semua tanaman di perusahaan berasal dari air sungai dan tadah hujan yang ditampung dalam kolam penampungan kemudian disaring sebanyak 2 kali serta dijalankan oleh mesin pompa. Kolam penampung air dapat dilihat pada Gambar 20. Penyiraman dilakukan dengan dua macam sistem irigasi yaitu sistem irigasi curah dan irigasi tetes.

Gambar 19. Pengaruh Kelebihan atau Kekurangan dalam Pemberian Air Pada Tanaman Krisan. Kematian pada Tanaman Krisan Akibat Kelebihan Air (a) dan Tanaman Krisan Pendek Akibat Kekurangan Air (b)

Penyiraman dengan irigasi curah dilakukan selama 30 menit dengan tekanan 4 bar dari ruang pompa, setelah penanaman bibit di lahan. Ruang mesin pompa pengendalian air, dapat dilihat pada Gambar 21. Penyiraman dengan menggunakan irigasi curah berikutnya dilakukan setiap pagi hari selama 15-20 menit sampai tanaman berumur 1 MST. Penyiraman berikutnya dilakukan setiap 2-3 hari sekali selama 20-30 menit sampai tanaman berumur 4-5 MST (intensitasnya tergantung kondisi). Penyiraman dengan irigasi tetes diberikan setiap 2-3 hari sekali selama 30-60 menit ketika tanaman berumur 6 MST sampai menjelang panen. Penyiraman ekstra dapat dilakukan oleh masing-masing sistem irigasi apabila sebagian bedengan kelihatan kering sedangkan bagian lain cukup basah serta memperbaiki kondisi tanaman.

b a

(21)

Gambar 20. Kolam Penampungan Air Gambar 21. Ruang Mesin Pompa Air 4. Penaikkan Net Penyangga

Penaikkan net penyangga sebagai pengatur jarak tanam dan penahan rebah tanaman. Penaikkan net penyangga sampai batas keseimbangan bawah dan bagian atas tanaman, sehingga batang tanaman krisan yang bersifat sukulen tidak bengkok dan tidak terlalu tinggi, yang dapat menyulitkan pemanen ketika panen.

Pertumbuhan setiap varietas krisan berbeda-beda sehingga dalam penaikkan net penyangga pun berbeda. Varietas krisan potong yang masuk ke dalam kelompok pertumbuhan cepat dan sedang dilakukan penaikkan net penyangga setiap seminggu sekali, sedangkan varietas krisan potong yang masuk

ke dalam kelompok pertumbuhan lambat penaikkan net penyangga dilakukan 2 minggu sekali. Penaikkan net penyangga dilakukan secara bertahap mulai

tanaman berumur 2 MST - 10 MST tergantung dari pertumbuhan setiap varietas. Penaikkan net penyangga dimulai ketika tanaman memiliki tinggi tanaman 10 cm sampai tinggi tanaman telah memenuhi standar kelas mutu di perusahaan > 75 cm. Net penyangga dinaikkan sampai tiga per empat bagian tanaman dan tidak boleh melewati bakal bunga yang diperkirakan akan mekar saat panen.

5. Penyiangan, Seleksi Tanaman, Penyulaman, dan Perompesan Daun

Penyiangan terhadap gulma dilakukan secara manual sebanyak 3-5 kali selama satu musim tanam tergantung kondisi gulma di lahan. Seleksi tanaman yang kerdil atau pertumbuhannya tidak sehat dilakukan secara manual setiap hari.

Rukmana dan Mulyana (1997) menyatakan bahwa penyulaman sebaiknya dilakukan seawal mungkin agar pertumbuhan tanaman nantinya dapat tumbuh seragam. Penyulaman pada perusahaan dilakukan terhadap tanaman yang mati

(22)

dan disulam dengan varietas sama. Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 2 HST atau paling lambat 1 MST.

Perompesan daun bertujuan untuk mencegah air menempel pada daun dan memperbaiki sirkulasi udara sehingga kelembapan udara disekitar tanaman bisa dikurangi. Pada perusahaan, perompesan daun dilakukan apabila daun tanaman terkena hama dan penyakit. Perompesan dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Adapun cara perompesan daun yaitu dengan membuang daun bagian bawah tanaman setinggi 15 cm dari tanah, seperti pada Gambar 22. Tanaman krisan yang telah dirompes disajikan pada Gambar 23.

Gambar 22. Kegiatan Perompesan Gambar 23. Tanaman Krisan yang Daun Tanaman Krisan Sudah Dirompes

6. Pewiwilan dan Pembuangan Kuntum Bunga Utama (knopping)

Tanaman krisan secara alami berpotensi memiliki beberapa bunga akan tetapi disesuaikan dengan keinginan konsumen maka dibuat tipe spray, standar dan disbud. Pewiwilan adalah pembuangan tunas-tunas samping atau lateral sehingga hanya menyisahkan satu kuntum bunga utama pada tangkai untuk dipelihara agar tetap tumbuh. Knopping adalah membuang kuntum bunga utama yang tumbuh di tengah atau kuntum bunga yang paling besar sehingga diperoleh jumlah bunga yang banyak per batangnya dan relatif seragam baik ukuran maupun mekarnya. Disbudding adalah pembuangan tunas-tunas samping atau lateral pada bunga tipe standar, bertujuan agar proses pertumbuhan dominasi ke arah terminal optimum (Kofranek, 1992).

(23)

Pewiwilan dilakukan untuk bunga tipe standar pada saat tanaman berumur 7 MST, 8 MST, dan 10 MST tergantung varietas yang ditanam karena tiap varietas memiliki kecepatan dalam pertumbuhan tunas samping kembali yang berbeda-beda. Pewiwilan sebaiknya dilakukan beberapa kali agar diperoleh hasil bunga yang baik. Knopping dilakukan untuk bunga tipe spray pada saat tanaman berumur 8-9 MST.

Pada perusahaan, pewiwilan dan knopping dilakukan sedangkan disbudding tidak dilakukan pada krisan potong. Perlakuan ini disesuaikan dengan bentuk bunga krisan potong dan keinginan konsumen. Pewiwilan hanya dilakukan satu kali pada saat tanaman berumur 11 MST di lapang. Pewiwilan yang terlambat mengakibatkan sulitnya tunas samping untuk dipatahkan, sehingga terjadi kerusakan pada tangkai bunga, serta diameter bunga yang dihasilkan lebih kecil karena fotosintat terbagi ke beberapa tunas. Knopping dilakukan saat tanaman berumur 11 MST di lapang. Keterlambatan dalam knopping mengakibatkan ketidakserempakan dalam kemekaran bunga, sehingga kualitas bunga yang dihasilkan kurang baik.

Pewiwilan dan knopping sebaiknya dilakukan pada pagi hari saat tanaman masih tumbuh segar dan ketegaran tanaman tinggi sehingga tunas samping (wiwil) atau kuntum bunga (knopping) mudah dipatahkan dengan tangan (Supari, 1999). Kegiatan pewiwilan dapat dilihat pada Gambar 24, sedangkan kegiatan knopping dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 24. Tanaman Krisan yang Gambar 25. Tanaman Krisan yang

diwiwil diknopping

(24)

7. Pembungkusan Bunga/Pencontongan

Pembungkusan bunga yang telah mekar 80 % pada bunga tipe standar dikenal dengan pencontongan. Pencontongan bunga dilakukan dengan tujuan melindungi mahkota bunga agar tidak terjadi kerusakan atau rontok pada saat pemanenan, pengangkutan, sortasi dan grading, serta pengemasan. Pencontongan bunga yang telah mekar >80% mengakibatkan pinggir mahkota bunga mengalami kerusakan dan rontok. Penyebab kerusakan bunga dari lahan dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Kerusakan Bunga dari Lahan yang Disebabkan Oleh Pencontongan Bunga. Bunga yang Tidak Dicontong di Lahan (a) dan Pencontongan Bunga >80% (b)

Pencontongan bunga menggunakan kertas HVS 70 gram dengan ukuran panjang 20 cm dan lebar 10 cm. Kertas ini digunting sedemikian rupa sehingga didapat bentuk contong dengan diameter bagian atas sekitar 8 cm. Kertas HVS masih banyak digunakan dalam pembungkusan bunga karena harganya yang lebih murah jika dibandingkan dengan pembungkus berbahan nilon atau plastik. Darmawan (2007) menyatakan bahwa kertas sebagai bahan pengemas memiliki kelemahan yaitu sifatnya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembapan udara lingkungan. Pencontongan bunga sebaiknya dilakukan ketika bunga siap untuk dipanen dengan kemekaran 80 % dan bunga sudah diaplikasi pestisida. Kegiatan pencontongan bunga krisan tipe standar di lahan, dapat dilihat pada Gambar 27.

b a

(25)

Gambar 27. Pencontongan Bunga Krisan Tipe Standar di Lahan

8. Pemberian ZPT

Pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) bertujuan menstimulasi kondisi fisiologi tertentu pada tanaman untuk meningkatkan kualitas dan keragaan tanaman yang diharapkan. Aplikasi ZPT ini akan membantu keragaan dan bentuk tanaman menjadi lebih baik, batang lebih tebal, dan warna daun lebih gelap. ZPT akan diserap melalui daun tanaman dalam durasi satu jam setelah aplikasi dan dalam 12 jam akan terserap sempurna. Daun yang lebih muda akan menyerap ZPT lebih cepat dari daun yang lebih tua. Aplikasi ZPT sebaiknya tidak dilakukan apabila kondisi panas dan terik (>25 0C) atau suhu rendah (<16 0C) (PUTLITBANGHORT, 2006).

Zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan tanaman adalah retardan. Retardan yang sering digunakan untuk krisan potong adalah B-Nine dengan bahan aktif Daminozide (Krisantini, 2006). B-Nine diberikan dengan konsentrasi 2 g/L dengan melarutkannya dan didiamkan selama 6 jam sebelum digunakan dengan tujuan untuk merangsang atau mengaktifkan bahan-bahan aktif yang ada dalam B-Nine tersebut. B-Nine diberikan dengan cara disemprotkan pada atas permukaan tanaman krisan sebanyak 3-4 kali. Pemberian B-Nine pertama diberikan pada saat tanaman berumur 5 MST dengan konsentrasi 1 g/L. B-Nine kedua diberikan pada saat tanaman berumur 7 MST dengan konsentrasi 1.5 g/L. Pada saat tanaman berumur 9 MST diberikan B-Nine ketiga dengan konsentrasi 2 g/L, sedangkan B-Nine keempat diberikan pada saat tanaman berumur 10 MST dengan konsentrasi 2 g/L. Perusahaan tidak menggunakan ZPT berupa B-Nine untuk menghambat pertumbuhan krisan potong, hal ini dapat memperpanjang internode tanaman sehingga tanaman

(26)

semakin tinggi, semakin banyak jumlah tunas yang dihasilkan pada batang sehingga diameter bunga menjadi kecil, kemekaran bunga kurang serempak, dan warna daun kurang hijau.

9. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT)

Salah satu kendala dalam budidaya krisan adalah hama dan penyakit karena dapat menyebabkan penurunan produktivitas, kerusakan, penurunan mutu produk, dan beberapa diantaranya bertindak sebagai vektor penyebaran penyakit seperti virus. Tanaman krisan mudah terserang penyakit jika kelembapan terlalu tinggi dan tanaman dalam kondisi stress. Lingkungan yang lembap terjadi pada saat musim hujan atau pada kondisi lingkungan pertanaman terlalu rapat, sehingga sirkulasi udara yang terjadi tidak berjalan lancar (Suhardi dan Rahadjo, 2008).

Pengendalian hama dan penyakit dalam budidaya produksi bunga krisan potong di perusahaan terdiri dari dua macam yaitu secara preventif (pencegahan) dan kuratif (pemberantasan). Pengendalian secara preventif dilakukan dengan cara sterilisasi lahan dan bangunan, penyemprotan, pemasangan perangkap serangga (insect trap) berupa plastik kuning yang dibentuk segi empat dengan ukuran 20 x 20 cm yang diolesi lem tikus dan bensin, dan penanaman tanaman sereh baik didalam maupun diluar bangunan, sedangkan pengendalian secara kuratif dilakukan dengan cara pembongkaran tanaman yang sudah terserang hama dan penyakit, penyemprotan, dan pemompresan daun yang terkena karat atau leafminer. Pengendalian hama secara preventif dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 28. Pengendalian Hama Secara Preventif.

Perangkap Serangga (a) dan Penanaman Tanaman Sere (b) b a

(27)

Jenis Pestisida yang diberikan pada tanaman krisan, dapat dilihat pada Lampiran 8. Hama yang sering menyerang tanaman krisan diantaranya hama ulat, mite, thrips, dan leafminer sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah busuk batang serta karat daun. Pada Gambar 29, dapat dilihat berbagai gejala serangan hama dan penyakit pada tanaman krisan di perusahaan.

Gambar 29. Serangan Hama dan Penyakit Pada Krisan Potong di perusahaan. Leafminer (a), Ulat (b), Busuk Batang (c), Karat Daun (d), Mite (e) Pengendalian HPT dilakukan secara intensif terpadu oleh departemen hama dan penyakit tanaman. Pengendalian HPT dilakukan sehari setelah pengamatan di lahan yaitu 2 kali seminggu pada hari Selasa dan Jumat. Pengendalian tersebut dapat dilakukan lebih dari 2 kali dalam seminggu apabila tingkat serangan hama dan penyakit pada tanaman sangat berat. Penyemprotan menggunakan power sprayer pada pagi hari mulai pukul 06.00-09.00 WIB atau sore hari mulai pukul 16.00-18.00 WIB untuk tanaman yang akan di panen pagi harinya. Power Sprayer untuk aplikasi pestisida dapat dilihat pada Gambar 30. Karyawan yang telah melakukan penyemprotan akan diberikan susu dari perusahaan dan jaminan kesehatan jika terjadi kecelakaan atau sakit pada saat bekerja di perusahaan. c b a e d

(28)

Gambar 30. Power Sprayer untuk Aplikasi Pestisida

Panen dan Pasca Panen Krisan Potong

Kegiatan akhir yang harus dilakukan dalam memproduksi bunga krisan potong setelah pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan, pengendalian HPT, serta pemeliharaan lainnya adalah panen dan pasca panen. 1. Panen

Perusahaan hanya memanen krisan dalam satu kali produksi tanaman dan setelah itu dilakukan penanaman tanaman baru. Perusahaan melakukan penetapan panen dengan perhitungan kalender yaitu perkiraan panen dengan menghitung umur tanaman sejak tanam di lahan. Penetapan panen dengan perhitungan kalender hanya dapat menetapkan minggu panen, sedangkan untuk penetapan hari panen dilakukan dengan cara visual yaitu dengan melihat tingkat kemekaran bunga.

Umur panen bunga krisan di perusahaan sekitar 12-16 MST. Kriteria

panen bunga krisan potong pada bunga krisan tipe standar yaitu minimal 2 lingkaran mahkota bunga telah mekar 60-75 % atau bunga setengah mekar. Pada bunga krisan tipe spray seluruh kuntum bunga telah mekar penuh, jika permintaan bunga sedang melonjak dan bunga belum mekar penuh maka kriteria panen untuk tipe spray yaitu minimal 4 bunga telah mekar 75-80 %.

Tanaman krisan yang dipanen adalah seluruh bagian vegetatif dan generatif tanaman kecuali akar. Cara panen bunga krisan dengan menyeleksi tanaman yang siap panen, yaitu dipilih terlebih dahulu bunga yang sudah mekar dan telah dicontong untuk bunga tipe standar sehingga pada saat panen tidak

(29)

terjadi kerusakan. Kegiatan selanjutnya yaitu penyeleksian bunga terhadap hama dan penyakit, serta tinggi tanaman jika tinggi tanaman < 75 cm maka bunga tidak dipanen. Pemanenan bunga krisan potong dengan cara mencabut sampai akarnya atau memotong tangkai batang bunga 15 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan gunting panen, kemudian merompes daun pada 1/3 bagian tangkai bunga dan dikumpulkan sebanyak 10 tangkai diatas net penyangga agar memudahkan perhitungan. Teknik pemanenan bunga krisan potong, seperti pada Gambar 31.

Gambar 31. Teknik Pemanenan Bunga Krisan Potong :

Pemotongan Tangkai Bawah Bunga 15 cm (a,b), Perompesan 1/3 Bagian Bawah Daun (c), dan Pengumpulan Bunga Sebanyak 10 Tangkai (d)

Bunga yang sudah dipanen dengan varietas yang sama dikumpulkan dan diletakkan diatas wire mesh (tempat penyimpanan bunga dilahan) dengan dibawahnya menggunakan kain pelindung serta disimpan pada tempat yang teduh kemudian bunga dibungkus dengan kain tersebut, selanjutnya tangkai bunga dipotong kembali untuk diratakan. Kegiatan selanjutnya yaitu memasukkan bunga

a b

(30)

ke dalam ember yang berisi air tanpa larutan nutrisi atau pestisida, kemudian bunga siap diangkut ke ruang pasca panen dengan menggunakan motor yang dipasang bak dibelakangnya (motor kaisar). Langkah-langkah penanganan bunga yang telah dipanen untuk diangkut ke ruang pasca panen, disajikan pada Gambar 32.

Pemanenan bunga krisan potong di PT. ABN dilakukan setiap hari pada blok yang berbeda-beda. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 06.00 – 10.00 WIB, akan tetapi pemanenan dapat dilakukan pada siang atau sore hari jika permintaan bunga krisan sedang melonjak. Peralatan yang digunakan untuk kegiatan panen bunga krisan yaitu gunting panen yang tajam, sarung tangan, kain pelindung bahan TC (Teterton Cotton), tempat penyimpan bunga (wire mesh), dan alat transportasi (motor kaisar) untuk mengangkut bunga ke ruang pasca panen.

Gambar 32. Langkah-Langkah Penanganan Bunga yang Telah dipanen untuk diangkut ke Ruang Pasca Panen. Pembungkusan Bunga dengan Kain diatas Wire Mesh (a), Perataan Tangkai Bunga dengan Gunting Panen (b), Memasukkan Bunga ke dalam Ember Berisi Air Tanpa Larutan Nutrisi atau Pestisida (c), Pengangkutan Bunga ke Ruang Pasca Panen dengan Motor Kaisar (d)

b a

(31)

2. Pasca Panen

Penanganan pasca panen bunga merupakan suatu kegiatan yang memberikan perlakuan-perlakuan terhadap bunga setelah bunga tersebut dipanen sampai bunga tersebut diterima oleh konsumen. Tujuan dari penanganan pasca panen adalah menjaga keutuhan bunga agar kualitas bunga yang diterima oleh konsumen tetap baik. Adapun kegiatan yang dilakukan di pasca panen, meliputi penyortiran dan penyeleksian kualitas, pengemasan, penyimpanan, pengepakan, serta pengiriman ke tempat penjualan.

2.1 Penyortiran dan Penyeleksian Kualitas

Pertumbuhan tanaman dalam setiap tanaman tidak selalu seragam, diantaranya dari panjang tangkai bunga, tingkat kemekaran bunga, diameter batang, dan jumlah kuntum bunga. Ketidakseragaman pertumbuhan tersebut mengakibatkan perusahaan menetapkan kelas mutu panen A, B, ataupun C. Bunga krisan potong yang tidak memenuhi kelas mutu C maka bunga tersebut musnah atau dibuat gabungan, dapat dilihat pada Gambar 33.

Gambar 33. Bunga yang Tidak Memenuhi Kelas Mutu C Perusahaan. Bunga dimusnakan (a) atau Bunga dibuat Gabungan (b)

Perusahaan menetapkan sendiri standar kelas mutu untuk bunga krisan potong, dapat dilihat pada Tabel 8. Syarat kelas mutu bunga krisan potong untuk dalam negeri yaitu kelas mutu (grade) AA dan A = grade A, grade B = grade B, grade C = grade C. Grade A, B, dan C diisi 10 tangkai per ikat sedangkan grade dibawah C yang disebut gabungan diisi 150-200 tangkai per ikat. Syarat kelas mutu bunga krisan potong untuk luar negeri yaitu kelas mutu AA, akan tetapi diameter bunga ½ lingkar sesuai dengan keinginan konsumen. Pada umumnya,

b a

(32)

bunga tipe standar menjadi grade B karena tangkai bunga lentur dan daun terserang penyakit, sedangkan bunga tipe spray menjadi grade B karena jumlah kuntum bunganya sedikit dan tangkai bunga lentur.

Bunga dari hasil pemanenan dilahan yang telah sampai ke ruang pasca panen diletakkan di box berisi air. Bunga hasil panen tersebut diletakkan di atas meja, kemudian dipisahkan berdasarkan kelas mutu dengan varietas dan warna yang sama. Kegiatan selanjutnya yaitu bunga dibersihkan dan disisakan daun pada 2/3 bagian tangkai bunga, kemudian tangkai bunga dipotong sesuai kelas mutu yang ada di perusahaan dengan menggunakan pisau pemotong, lalu tangkai bunga diikat dengan karet. Langkah-langkah penyortiran dan seleksi kelas mutu bunga krisan potong, disajikan pada Gambar 34.

Tabel 8. Kelas Mutu Bunga Krisan Potong Tipe Standar dan Spray di PT. Alam Indah Bunga Nusantara

Parameter Satuan Kelas Mutu

AA A B C

Panjang tangkai cm 75 75 75 75

Diameter tangkai bunga mm >5 4.1-5 3-4 Asalan Diameter bunga 1/2 mekar (spray) mm >40 >40 >40 Asalan Diameter bunga 1/2 mekar (standar) mm >80 71-80 60-70 Asalan

Kesegaran bunga Segar Segar Segar Asalan

Benda asing/kotoran % 3 5 10 >10

Keseragaman kultivar Seragam Seragam Seragam Seragam Daun pada 1/2 bagian Lengkap Lengkap Lengkap Asalan Keadaan tangkai bunga Kuat, lurus Kuat, lurus Lentur Asalan Jumlah kuntum bunga kuntum 6 6 < 6 Asalan Penanganan pasca panen Mutlak perlu Perlu Perlu Asalan

(33)

Gambar 34. Langkah-Langkah Penyortiran dan Seleksi Kelas Mutu Bunga Krisan Potong. Peletakkan Bunga di Atas Meja Grading (a), Sortasi dan Grading Bunga (b), Pemotongan Tangkai Bunga Sesuai Kelas Mutu (c), Pengikatan Tangkai Bunga dengan Karet (c)

2.2. Pengemasan (Packaging)

Bunga merupakan salah satu komoditi non pangan yang mudah rusak dan harus dipasarkan dalam keadaan segar. Pada bunga potong, kemasan selain untuk mempertahankan mutu dapat berfungsi sebagai penunjang kegiatan transportasi, distribusi, dan sebagai usaha untuk mengatasi persaingan dalam pemasaran. (Darmawan,2007).

Pengemasan bunga krisan di perusahaan menggunakan kertas putih berukuran 40 x 60 cm dan berlogo PT. Alam Indah Bunga Nusantara, bertuliskan grade, tanggal panen, kode karyawan yang melakukan sortasi dan grading. Bunga krisan untuk grade A digunakan kertas berlogo dengan bintang 3 (***), grade B dengan bintang 2 (**), dan grade C digunakan kertas polos sedangkan untuk gabungan menggunakan pembungkus koran.

Cara pembungkusan bunga di perusahaan, yaitu bunga diletakkan di atas kertas berlogo kemudian digulung dari sudut kiri bawah sampai kanan bawah

b a

(34)

hingga membentuk kerucut terbalik lalu bagian tepi luar dikuatkan dengan menggunakan selotip kemudian bunga dimasukkan ke dalam ember yang berisi air untuk menghindari kelayuan. Pembungkusan bunga potong dilakukan jika ada permintaan dari konsumen. Pembungkusan bunga krisan potong di ruang pasca panen dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 35. Pembungkusan Bunga Krisan Potong. Pembungkus Kertas Berlogo PT.ABN (a) dan Pembungkus Koran (b)

2.3. Penyimpanan

Bunga krisan yang telah dipanen tidak seluruhnya terjual ke tangan konsumen sehingga diperlukan penanganan lanjut yaitu penyimpanan. Penyimpanan bunga potong berfungsi untuk mempertahankan kualitas bunga potong baik dengan meminimumkan penggunaan cadangan energi pada jaringan bunga potong atau memberi tambahan karbohidrat (Sugianti, 2009).

Supari (1999) menyatakan bahwa penyimpanan dikelompokkan menurut tujuan atau perlakuannya. Penyimpanan menurut tujuannya dibedakan dalam dua kategori menurut lamanya waktu penyimpanan, yaitu penyimpanan sementara dan penyimpanan untuk persediaan. Penyimpanan sementara yaitu penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari), bunga bisa disimpan pada suhu ruang dengan merendam pangkal tangkai di dalam bak berisi air bersih. Pada Gambar 36, dapat dilihat metode penyimpanan krisan potong di PT. Alam Indah Bunga Nusantara.

b a

(35)

Penyimpanan untuk stock (persediaan) yaitu penyimpanan bunga dalam jangka waktu agak lama (lebih dari 1 hari), bunga disimpan di dalam ruangan penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan suhu sekitar 5 0C dan kelembapan udara yang tinggi sekitar 90%. Penyimpanan bunga pada temperatur rendah bertujuan untuk mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang merugikan, misalnya bakteri yang menyebabkan bunga menjadi busuk. Penyimpanan pada temperatur rendah juga membatasi laju respirasi yang berarti laju degradasi karbohidrat menjadi rendah sehingga bunga tidak cepat mengalami kerusakan. Lama masa penyimpanan bunga krisan didalam cool storage dapat disimpan sampai 15 hari.

Gambar 36. Metode Penyimpanan Krisan Potong di PT. ABN

Penyimpanan Basah di Cool Storage (a), Penyimpanan Basah di Ruang Pasca panen (b), Penyimpanan Kering Ketika Bunga Telah Dikemas (c,d)

Penyimpanan menurut perlakuannya dibedakan dalam dua katagori yaitu penyimpanan basah dan penyimpanan kering. Penyimpanan basah adalah penyimpanan dengan perlakuan perendaman ujung tangkai bunga ke dalam air,

b a

d c

(36)

sedangkan penyimpanan kering adalah penyimpanan bunga potong tanpa perlakuan perendaman ujung tangkai bunga ke dalam air (Supari, 1999).

Penyimpanan bunga sementara di PT. ABN dilakukan saat bunga menunggu untuk disortasi, digrading, dan dibungkus. Selain itu, pada saat bunga telah dikemas dan ketika panen raya karena kapasitas cool storage sudah tidak dapat memuat bunga. Penyimpanan bunga tersebut diletakkan pada suhu ruang kamar di ruang pasca panen. Penyimpanan bunga untuk stock, disimpan didalam cool storage dengan suhu sekitar 7-15 0C. Penyimpanan basah dilakukan ketika bunga telah dipanen dari lahan, disortasi dan digrading, serta ketika penyimpanan bunga di dalam cool storage. Pada saat penyimpanan basah, air tidak diberikan perlakuan khusus untuk memperpanjang vase life bunga. Penyimpanan kering dilakukan ketika bunga telah dikemas dengan kertas atau dipacking kedalam kardus untuk dikirim ke konsumen.

2.4 Pengepakan (Packing)

Pengepakan bunga bertujuan untuk meminimaliskan kerusakan bunga pada saat pengiriman ke konsumen. Pengepakan bunga di perusahaan terbagi menjadi dua, yaitu pengepakan bunga untuk dalam negeri dan pengepakan bunga untuk luar negeri. Pengepakan bunga untuk dalam negeri menggunakan kardus berwarna cokelat dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 45 cm sedangkan pengepakan bunga untuk luar negeri menggunakan dus karton berwarna putih berbentuk segitiga panjang. Kardus yang digunakan untuk pengiriman dalam negeri dapat memuat 40 ikat bunga, dimana satu ikat bunga terdiri atas 10 tangkai bunga. Pemesanan bunga dari luar negeri dalam satu kardus dapat memuat 10 ikat bunga yang terdiri atas 10 tangkai.

Teknik penyusunan bunga di dalam kardus yaitu bunga diletakkan secara berselang-seling dan dipadatkan untuk meminimumkan gerakan selama proses distribusi, yang menyebabkan bunga menjadi rusak. Bunga yang telah disusun rapi di dalam kardus kemudian ditutup dan dilem dengan lakban sedangkan untuk ekspor kardus diikat dengan menggunakan mesin tali. Alat yang digunakan untuk mengikat kardus dengan, dapat dilihat pada Gambar 37.

(37)

Gambar 37. Alat yang digunakan untuk Mengikat Kardus dengan Tali

2.5 Pengiriman Bunga ke Konsumen

Pengiriman bunga krisan potong terbagi menjadi 2 yaitu pengiriman untuk ekspor dan lokal. Pengiriman bunga untuk ekspor menggunakan mobil box besar pendingin dengan suhu 13 0C sedangkan untuk pengiriman lokal mengunakan mobil box besar pendingin atau box kecil yang tidak dilengkapi pendingin sehingga diperlukan lubang ventilasi udara untuk sirkulasi udara didalam kendaraan.

Pengiriman bunga di perusahaan rutin setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat baik pengiriman dalam kota maupun luar kota. Pengiriman bunga di dalam kota secara langsung ke pihak konsumen dengan mobil box, sedangkan pengiriman ke luar kota tidak secara langsung ke pihak konsumen, akan tetapi melalui jasa pengiriman barang (kargo atau agen) yang terdapat di bandara maupun stasiun kereta. Biaya yang dibebankan pemesan untuk setiap kardus yang berisi 40 ikat bunga dengan berat 30 kg (normal) adalah Rp. 25.000,00. Pemesan bunga dikenakan biaya pengiriman hingga bandara sebesar Rp 85.000,00 per orang dan untuk biaya pesawat maupun kereta ditanggung sepenuhnya oleh pemesan. Kegiatan pengiriman bunga melalui jasa pengiriman (kargo) di bandara Soekarno Hatta, dapat dilihat pada Gambar 38.

(38)

Gambar 38. Kegiatan Pengiriman Bunga Melalui Jasa Pengiriman Kargo di Bandara Soekarano Hatta

Sistem pengiriman bunga baik luar kota maupun ke luar negeri harus melewati tahap karantina. Karantina bunga untuk pengiriman bunga ke luar kota dengan membawa dua sampel ikat bunga ke balai karantina, sedangkan pengiriman untuk ke luar negeri semua bunga dikarantina tanpa sampel. Karantina bunga untuk luar negeri lebih ketat jika dibandingkan dengan karantina bunga untuk dalam negeri. Bunga yang telah melewati tahap karantina baru bisa dapat dikirim melalui jasa pengiriman di bandara maupun stasiun kereta.

(39)

Aspek Manajerial

Manajemen Produksi

Manager produksi di PT. Alam Indah Bunga Nusantara bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengendalikan dan mengontrol seluruh kegiatan budidaya bunga sesuai dengan target yang telah ditetapkan baik krisan potong, krisan pot, maupun anyelir potong. Manager produksi dalam pelaksanaanya dibantu oleh foreman masing-masing setiap departemen. Departemen budidaya terbagi menjadi departemen nursery dan motherstock yang bertugas menyediakan bibit untuk tanaman krisan, departemen bunga krisan potong dan krisan pot bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan produksi bunga krisan, departemen hama dan penyakit tanaman (HPT) yang bertugas mencegah dan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, serta departemen panen dan pasca panen yang bertanggungjawab terhadap panen dan menjaga kualitas bunga ke tangan konsumen.

Proses perencanaan produksi bunga krisan potong merupakan kerjasama antara manager produksi dan manager marketing yang dibantu oleh foreman setiap unit departemen. Manager produksi kemudian menyusun program tanam untuk tahun tersebut berupa rencana tanam tiap minggu dari Januari-Desember. Rencana tanam kemudian dilaksanakan dalam bentuk realisasi tanam. Realisasi tanam disesuaikan dengan ketersediaan bibit di MS, luas lahan, dan kondisi yang terjadi di lapang. Jumlah real panen akan diperoleh dari realisasi tanam. Tahapan perencanaan produksi bunga krisan potong dapat dilihat pada Gambar 39.

Gambar 39. Alur Perencanaan Produksi Bunga Krisan Potong di PT.ABN Rencana Tanam (produksi dan nursery) Rencana Panen (produksi) Target Penjualan (marketing) Realisasi Panen (produksi dan pasca

Realisasi Tanam (produksi)

(40)

Rapat koordinasi dilakukan setiap bulan sekali yang diikuti oleh seluruh manager dan pimpinan perusahaan. Rapat koordinasi tersebut membicarakan rencana target penjualan tahun mendatang dan harga minimal setiap produk dengan pertimbangan-pertimbangan dari bagian pengadaan, pemasaran, dan produksi. Manager marketing menyusun target penjualan dan melakukan koordinasi dengan manager produksi untuk merumuskan rencana panen tahun mendatang. Rencana panen mencakup jumlah, tipe, warna, dan varietas yang akan ditanam dan disusun dengan mempertimbangkan permintaan dari marketing terhadap pelanggang tetap, perkiraan permintaan pelanggang tidak tetap berdasarkan adanya hari-hari besar agama, kenegaraan, atau hari-hari khusus lainnya seperti hari Valentine.

Pengawasan dan pengendalian merupakan bagian yang paling penting dalam suatu sistem manajeman. Pengawasan dan pengendalain berfungsi untuk mengarahkan jalannya kegiatan agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi penyimpangan. Pengendalian dalam proses produksi selanjutnya merupakan tanggung jawab ketua kelompok (penanggung jawab) tiap blok yang berada dibawah pengawasan manager produksi. Bunga potong yang telah dipanen berada di bawah tanggung jawab manager marketing dan sales bunga potong.

Manajemen Pemasaran dan Distribusi

Target pasar PT. ABN adalah pangsa pasar kelas menengah ke atas, hal ini disesuaikan dengan produk berkualitas yang dihasilkan perusahaan yang telah menerapkan kelas mutu bunga. Strategi yang dilakukan perusahaan dalam menyikapi kondisi pasar saat ini meliputi strategi produk, strategi promosi, strategi harga, dan strategi distribusi. Strategi produk meliputi pemilihan varietas, mempertahankan dan meningkatkan kualitas serta special order.

Promosi yang dilakukan oleh PT. Alam Indah Bunga Nusantara antara lain melalui website dengan alamat www.abn-flowers.com, pembagian brosur kepada pembeli yang langsung datang ke PT. ABN atau membeli bunga krisan pot di counter yang berada di dalam taman bunga nusantara dapat dilihat pada Gambar 40, wawancara atau profil perusahaan yang diliput oleh majalah pertanian, pemberian logo dan label perusahaan pada produk-produk yang

(41)

dihasilkan, dan mengikuti pameran-pameran. Kunjungan dari pelajar, mahasiswa, kelompok tani, berbagai pihak pemerintah seperti instansi-instansi atau lembaga-lembaga juga digunakan sebagai sarana untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat.

Gambar 40. Counter Bunga Krisan PT.ABN di Taman Bunga Nusantara Special order dilakukan dengan menanam lebih banyak bunga krisan dengan warna yang disesuaikan untuk menghadapi bulan atau hari-hari besar. Pasar memesan bunga krisan potong dari perusahaan tidak dilihat dari varietas akan tetapi dilihat dari warna bunga. Bunga krisan yang berwarna merah, kuning, dan putih lebih banyak diminati pasar.

Strategi harga dilakukan dengan memberikan diskon atau potongan harga. Potongan harga diberikan berdasarkan jenis pembeli, jumlah permintaan, dan kredibilitas pelanggan tersebut. Pelanggan tetap biasanya diberikan harga khusus atau diberikan bonus produk apabila produk yang tersedia banyak karena terjadi kelebihan panen. Sistem pembayaran untuk pelanggan tidak tetap secara tunai sedangkan untuk pelanggan tetap dapat dibayar secara tidak tunai sesuai dengan kesepakatan bersama. Adapun harga bunga krisan potong sesuai dengan grade untuk pemasaran lokal dan ekspor dapat dilihat pada Tabel 9.

Distribusi pemasaran krisan potong dilakukan dengan beberapa cara diantaranya langsung menjual ke konsumen yang biasanya langsung datang, florist, dan menyalurkan ke distributor. Perusahaan telah memiliki keterikatan kontrak kerja dengan beberapa distributor tetap, diantaranya Bunga Lima Benua (B5B), BUF (Bina Usaha Flora), EUF (Eldadi Usaha Flora), Saung Nini Flora,

(42)

Fienda, dan lain-lainya. Wilayah pemasaran untuk bunga krisan potong yaitu wilayah dalam dan luar kota di Indonesia serta luar negeri. Adapun pemasaran dalam kota yaitu florist di Bogor dan Jakarta sedangkan di luar kota, antara lain dari daerah Bandung, Semarang, Malang, Bali, Aceh, Manado, Medan, Pelembang, Pontianak, Pangkal Pinang, dan Tanjung Pinang, sedangkan pemasaran luar negeri yang masih bertahan adalah Jepang dan Timur Tengah (Dubai serta Abu Dhabi). Diagram pemasaran bunga krisan potong di PT. ABN dapat dilihat pada Gambar 41.

Tabel 9. Harga Bunga Krisan Potong di PT. ABN Tahun 2011

Sumber : PT. ABN, 2011

Gambar 41. Diagram Pemasaran Bunga Krisan Potong di PT.ABN

Konsumen Grade Harga Keterangan

Standar Spray

Agen

A 14 000 13 000

B 13 000 12 000 Box dengan bobot 30 kg Rp25.000/box dan C 11 000 10 000 biaya pengiriman ke Jakarta Rp 85.000

Non Agen

A 15 000 14 000 Biaya karantina Rp 250.000 B 14 000 13 000

C 12 000 11 000 Ekspor AA 17 000 17 000

(43)

Tabel 10. Penjualan Bunga Krisan Potong Tipe Standar dan Spray Per ikat di PT. ABN Tahun 2011

Bulan Standar Total Spray Total

A B C AA A B C Januari 9 375 2 498 1 357 13 230 13 313 3 208 6 571 23 092 Febuari 5 862 1 943 2 957 10 762 8 829 1 964 12 092 22 885 Maret 7 916 2 198 3 896 14 010 1 008 11 461 2 617 11 264 26 350 April 8 067 2 357 2 452 12 876 11 784 2 501 11 318 25 603 Mei 6 330 1 679 2 851 10 860 8 462 2 435 12 410 23 307 Total 37 550 10 675 13 513 61 738 1 008 53 849 12 725 53 655 121 237 Sumber : PT. ABN, 2011

Penjualan bunga krisan potong di perusahaan mengalami fluktuasi tiap bulannya, dapat dilihat pada Tabel 10. Bunga krisan tipe spray lebih banyak diminati pasar dibandingkan dengan bunga tipe standar. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan total penjualan bunga krisan potong pada bulan Januari-Mei 2011 yang banyak terjual tipe spray (121 237 per ikat) dibandingkan tipe standar (61 738 per ikat). Total penjualan bunga pada bulan Maret untuk tipe spray paling banyak dibandingkan bulan yang lainnya karena terdapat pemesanan bunga dari Jepang sebanyak 1 008 ikat untuk grade AA dengan varietas yang berbeda-beda. Adapun varietas krisan tipe spray yang dikirim ke Jepang yaitu Bacardi, Zembla White, Megara, Zembla Sunny, Dark BN, Town Talk, Dani Yellow, Balithi Orange, Hawaian Orange, Dublin, Montown, Funny Captiva, Splendid Reagean, Alfa, Country, dan Remix.

Gambar

Gambar  3. Kegiatan Persiapan Lahan  Motherstock  dan Produksi Krisan Potong  Penggulungan  net penyangga  (a),  Pembongkaran sisa-sisa tanaman  (b), Penggulungan Drip Irrigation (c)
Gambar  5.  Pengolahan Lahan dengan Menggunakan Mobil Traktor.  Bajak   Singkal (a) dan  Rotari (b)
Gambar 10. Penyinaran Pada Malam            Gambar 11. Alat Pengukur Intensitas                      Hari di Ruang Persemaian                        Cahaya (Lux Meter)
Gambar 13. Sistem Buka-TutupParanet Pada Atap Ruang Persemaian  4.  Pengendalian Hama dan Penyakit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol. Hubungan antara aplikasi dengan area fungsi bisnis adalah dalam hal pengolahan dan penggunaan aplikasi

Sedangkan penelitian di China melakukan kemoterapi neo ajuvan pada 24 pasien kanker penis dengan metastasis ke kelenjar getah bening terfiksir, dengan hanya 15 pasien yang

Perempuan itu adalah ibu tiri, ibu kandung, anak kandung, saudara kandung, saudara seayah atau seibu, bibi dari ayah, bibi dari ibu, keponakan dari saudara

Pertumbuhan berbagai jenis ikan sidat ( Anguilla spp. ) yang dipelihara pada kolam budi daya..

kesimpulan yang menjadi orientasi bangunan adalah bangunan berdasarkan arah bangunan terhadap jalan raya utama, karena merupakan arah Pandangan Terbesar dari pengamat ke Tapak.

Sebagai karya seni rupa, sebuah logo tidak bisa lepas dari elemen- elemen senirupa dasar yang membentuknya seperti garis, bentuk, warna, ruang, tipografi dll.. Seperti yang

Proyek akhir ini bertujuan untuk: 1) Mendisain kostum, pelengkap kostum dan tata rias wajah karakter, pada tokoh Subali dengan konsep“The Futuristic of Ramayana”. 2)

Sel volta (sel galvani) adalah Sel elektrokimia di mana reaksi oksidasi- reduksi spontan terjadi dan menghasilkan beda potensial. Dalam sel galvani energi kimia