• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstrak Biji Alpukat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekstrak Biji Alpukat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMBILAN MINYAK BIJI ALPUKAT (

PENGAMBILAN MINYAK BIJI ALPUKAT ( PERSEA

 PERSEA

 AMERICANA MILL

 AMERICANA MILL) DENGAN METODE EKSTRAKSI

) DENGAN METODE EKSTRAKSI

Prasetyowati , Retno Pratiwi, Fera Tris O

Prasetyowati , Retno Pratiwi, Fera Tris O

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

 Abstrak  Abstrak

Keterbatasan

Keterbatasan akan bahan baku untuk akan bahan baku untuk menghasilkan mimenghasilkan minyak yang dapat dikonvenyak yang dapat dikonversi menjadi barsi menjadi bahanhan bakar alternatif pengganti minyak bumi menyebabkan berkembangnya penelitian untuk menjadikan minyak bakar alternatif pengganti minyak bumi menyebabkan berkembangnya penelitian untuk menjadikan minyak nabati sebagai bahan baku pengganti. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tumbuhan yang berpotensi nabati sebagai bahan baku pengganti. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tumbuhan yang berpotensi menghasilkan minyak yang dapat dijadikan bahan baku biodiesel. Salah satunya adalah biji alpukat. Bahan menghasilkan minyak yang dapat dijadikan bahan baku biodiesel. Salah satunya adalah biji alpukat. Bahan ini merupakan limbah yang biasa dibuang ketika orang telah memanfaatkan daging buah tersebut. Pada ini merupakan limbah yang biasa dibuang ketika orang telah memanfaatkan daging buah tersebut. Pada  penelitian

 penelitian ini, ini, minyak minyak biji biji alpukat alpukat dihasilkan dihasilkan dengan dengan metode metode ekstraksi ekstraksi menggunakan menggunakan pelarut pelarut N-heksanaN-heksana dengan variabel operasi volume pelarut, massa biji dan waktu ekstraksi. Untuk mengetahui mutu minyak biji dengan variabel operasi volume pelarut, massa biji dan waktu ekstraksi. Untuk mengetahui mutu minyak biji alpukat dilakukan analisa %yield, densitas, viskositas, %FFA, dan angka asam. Hasil penelitian alpukat dilakukan analisa %yield, densitas, viskositas, %FFA, dan angka asam. Hasil penelitian menunjukkan kadar minyak dalam biji alpukat mancapai 25,15%. Yield yang optimum pada penelitian ini menunjukkan kadar minyak dalam biji alpukat mancapai 25,15%. Yield yang optimum pada penelitian ini dipengaruhi oleh variabel operasi, dimana yield optimum adalah saat waktu ekstraksi 2jam, massa biji dipengaruhi oleh variabel operasi, dimana yield optimum adalah saat waktu ekstraksi 2jam, massa biji 50gram, dan volume pel

50gram, dan volume pelarut arut 400ml. Berat j400ml. Berat jenis yang dihasilkan adalaenis yang dihasilkan adalah 0,6951-0,7676 gr/ml, h 0,6951-0,7676 gr/ml, kandungankandungan asam lemak bebas (%FFA) 7,027 – 9,283 %, nilai angka asam 0,1398 – 0,1847 mg KOH/gr, dan viskositas asam lemak bebas (%FFA) 7,027 – 9,283 %, nilai angka asam 0,1398 – 0,1847 mg KOH/gr, dan viskositas 0,826 - 4,55 cSt.

0,826 - 4,55 cSt.  Kata kunci

 Kata kunci : : ekstraksi, minyak biji alekstraksi, minyak biji alpukat, variabel proses, FFA, angka asam, pukat, variabel proses, FFA, angka asam, viskositasviskositas..

 Abstract  Abstract

The aviability of raw material that can be used to produce an alternative substitution fossil fuel tends The aviability of raw material that can be used to produce an alternative substitution fossil fuel tends to increase the research of material for

to increase the research of material for oil subtitution such us plant oil. This research intended oil subtitution such us plant oil. This research intended to find a plantto find a plant that can produce raw material of biodiesel. One of then is avocado seed. This raw material is the waste that that can produce raw material of biodiesel. One of then is avocado seed. This raw material is the waste that usually be throwed after people have been used the fruit. As for the research avocado seed oil resulted usually be throwed after people have been used the fruit. As for the research avocado seed oil resulted through the extraction method using organic solvent N-Heksana with variatios of solvent volume, seed mass, through the extraction method using organic solvent N-Heksana with variatios of solvent volume, seed mass, and extraction time as operating variables. In order to see the quality of avocado seed oil,

and extraction time as operating variables. In order to see the quality of avocado seed oil, rendemen analysis,rendemen analysis, density, viscosity, % free fatty acid (%FFA), and acid value are used. This research show that avocado seed density, viscosity, % free fatty acid (%FFA), and acid value are used. This research show that avocado seed  produce

 produce oil oil 25,15%. 25,15%. The The optimum optimum yield yield is is obtained obtained by by operating operating variable, variable, and and optimum optimum yield yield is is at at 2hour2hour extraction time, 50gram of seed mass, and 400ml solvent volume. Oil properties : 0,6951-0,7676gr/ml extraction time, 50gram of seed mass, and 400ml solvent volume. Oil properties : 0,6951-0,7676gr/ml density, 7,027-9,283% free ratty acid, 0

density, 7,027-9,283% free ratty acid, 0,1398-0,1847mg KOH/gr, and 0,826-4,55 cS viscosity.,1398-0,1847mg KOH/gr, and 0,826-4,55 cS viscosity.  Keywords : extraction, avocado seed oil

 Keywords : extraction, avocado seed oil, variable process, FFA, acid value, viscosity., variable process, FFA, acid value, viscosity.

I.

I. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Tanaman alpukat berasal dari Amerika Tanaman alpukat berasal dari Amerika tengah yang beriklim tropis dan telah menyebar tengah yang beriklim tropis dan telah menyebar hampir ke seluruh negara sub-tropis dan tropis hampir ke seluruh negara sub-tropis dan tropis termasuk indonesia. Hampir semua orang termasuk indonesia. Hampir semua orang mengenal dan menyukai buah alpukat, buah mengenal dan menyukai buah alpukat, buah

alpukat mempunyai kandungan gizi yang tinggi. alpukat mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Di samping daging buahnya, biji alpukat juga Di samping daging buahnya, biji alpukat juga memiliki potensi karena proteinnya tinggi bahkan memiliki potensi karena proteinnya tinggi bahkan alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi sehingga biji alpukat dapat dijadikan tinggi sehingga biji alpukat dapat dijadikan sebagai sumber minyak nabati.

(2)

Minyak biji alpukat mengandung fatty acid methyl esters yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif: avocado biodiesel. Berdasarkan  pertimbangan bahwa buah alpukat banyak terdapat di masyarakat, harganya murah dan  bijinya belum dimanfaatkan secara maksimal, maka perlu dilakukan penelitian tentang biji alpukat tersebut. Untuk mengetahui kelayakan minyak biji alpukat sebagai bahan baku biodiesel, maka perlu dilakukan beberapa pengujian untuk mengetahui angka asam, asam lemak bebas, densitas minyak, viskositas dan yield..

Minyak biji alpukat dapat diperoleh dengan metode ekstraksi maupun metode  pengepresan. Adapun metode pengambilan minyak biji alpukat pada penelitian ini adalah metode ekstraksi dengan pelarut N-heksana. Dengan metode ekstraksi kehilangan minyak dalam proses lebih sedikit, sehingga minyak yang dihasilkan lebih banyak.

Dalam penelitian ini ada beberapa  permasalahan yang timbul, yaitu Bagaimana  pengaruh variabel proses terhadap yield dan densitas, bagaimana %FFA, dan angka asam serta  bagaimana viskositas minyak biji alpukat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengaruh variabel proses terhadap yield dan densitas, dan karakteristik %FFA, angka asam serta viskositas minyak biji alpukat sebagai bahan baku biodiesel.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah Menambah wawasan mahasiswa khususnya mahasiswa teknik kimia mengenai manfaat dari biji alpukat dan cara pengolahannya sehingga menghasilkan produk sebagai bahan  baku biodiesel dan memperkaya khasanah ilmu  pengetahuan, khususnya dibidang teknik kimia.

Dalam penelitian ini, bahan utama yang digunakan adalah biji alpukat, Metode yang digunakan ialah metode ekstraksi, yang menggunakan serangkaian alat berupa condensor, soklet ekstraktor, dan heating mantle/pemanas. Variabel-variabel yang ingin diamati pada  penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Volume pelarut (200ml, 300ml, 400ml) 2. Massa bubuk biji alpukat (30 dan 50 gram) 3. Waktu ekstraksi (60, 90, dan 120 menit)

II.

FUNDAMENTAL

Biji alpukat mengandung 15% sampai dengan 25% minyak. Minyak biji alpukat belum dimanfaatkan secara maksimal, di Indonesia minyak biji alpukat sebagai biodiesel belum cukup

 populer, lain halnya dengan beberapa negara maju seperti Amerika. Di Amerika sudah dilakukan  penelitian tentang bahan bakar biodiesel dari biji alpukat sejak tahun 1994 dan pada tahun 2004 telah dilakukan percobaan oleh serombongan ekolog yang dipimpin Zak Zaidman melakukan melakukan perjalanan dari California ke Costarica  berkendaraan bus berbahan bakar biodiesel alpukat. Kadar belerang dalam Persea americana kurang dari 15 ppm (kadar belerang solar umumnya 1500-4100 ppm) sehingga pembakaran  berlangsung sempurna. Emisi CO dan CO2 bisa ditekan sehingga polusi udara pun bisa dikurangi. (www.google.com/alpukat.ppt )

Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak biji alpukat Asam Lemak % Palmetic Acid C16:1 11,85 Palmitoleic Acid C16:1 3,98 Stearic Acid C18: 0 0,87 Oleic Acid C18:17 70,54  Linoleic Acid C18:2 9,45  Linolenic Acid C18:3 0,87  Arachidic Acid C20:0 0,50  Eliosenoic Acid C20:1 0,39  Behenic Acid C22:0 0,61  Lignoceric Acid C24:0 0,34 (Anonim,1987)

Selain itu ekstrak biji alpukat mempunyai fungsi dalam bidang lain, yaitu sebagai obat antidiabetes (Ade zuhrotun 2007).

Biji alpukat memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi, sehingga biji alpukat dapat dijadikan bahan baku biodiesel yang ekonomis dan ramah lingkungan. Adapun kandungan dari  biji alpukat adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2. Kandungan Biji Buah Alpukat Kandungan Senyawa Polifenol Flavonoid Triterpenoid Kuinon Tanin

Monoterpenoid dan seskuiterpenoid Sumber : (www.google.com/alpukat.ppt )

Alpukat merupakan buah yang memiliki  banyak manfaat. Adapun beberapa manfaat dari  buah alpukat antara lain adalah :

(3)

2. bahan kosmetik

3. mengontrol berat badan 4. sumber antioksidan 5. pencegah stroke

6. menjaga kesehatan mata

7. bahan baku biodiesel (wahyu hidayat et al., 2007)

Tabel 2.3. Kandungan Buah Alpukat Kandungan Satuan Miligram Vitamin A Miligram 0,13-0,51 Vitamin B1 Miligram 0,025-012 Vitamin B2 Miligram 0,13-0,23 Vitamin B3 Miligram 0,79-2,16 Vitamin B6 Miligram 0,45 Vitamin C Miligram 2,3-37 Vitamin D Miligram 0,01 Vitamin E Miligram 3 Vitamin K Miligram 0,008 Besi Miligram 0,9 Fosforus Miligram 20 Kalium Miligram 604  Natrium Miligram 4 Kalsium Miligram 10 Air Gram 67,49 - 84,3 Protein Gram 0,27 – 1,7 Lemak Gram 6,5 – 25,18 Karbohidrat Gram 5,56 – 8 Serat Gram 1,6 Energi Kalori 85 – 233 Sumber : www.google.com/alpukat

Metode yang digunakan untuk memperoleh minyak biji alpukat pada penelitian ini yaitu dengan ekstraksi. Ekstraksi adalah proses  pemisahan komponen – komponen dalam larutan  berdasarkan perbedaan kelarutannya (solubilitas).

Metode ini memanfaatkan perbedaan kelarutan antara minyak dan bahan – bahan lain di dalam biji biji alpukat terhadap pelarut. Sifat selektivitas pelarut yang digunakan menentukan tingkat kemurnian minyak biji alpukat yang diperoleh. Oleh karena itu, pemilihan jenis pelarut memegang peranan yang sangat penting.

Cara kerja ekstraksi dengan pelarut yaitu dengan cara memasukkan bahan yang diekstraksi ke dalam soklet. Ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu tertentu dengan menggunakan pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan. Minyak hasil ekstraksi dengan  pelarut mempunyai keunggulan yaitu bau yang

mirip bau alamiah. (Guenther,1987).

Variabel – variabel yang mempengaruhi dalam suatu proses ekstraksi adalah :

1. Jumlah solvent 2. Suhu ekstraksi, 3. Jenis solvent,

4. Ukuran partikel solid, 5. Waktu kontak,

Heksana adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia CH3(CH2)4CH3. Awalan "Hex" menunjukkan jumlah enam atom karbonnya, sedangkan akhiran “ana” menunjukkan bahwa atom karbonnya dihubungkan oleh ikatan tunggal. Isometri heksana umumnya bersifat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut inert dalam reaksi organik, karena heksana tidak polar.

Heksana di produksi dari pemurnian dari crude oil (minyak mentah). Komposisi yang tepat  pada fraksi tergantung pada sumber minyak. Pada  produk industri (biasanya berkisar 50% dari berat rantai isomer) yang mana fraksi mendidih pada 60– 70˚C. (Wikipedia,2008)

Umumnya heksana digunakan untuk mengekstrak minyak dari biji seperti pada kacang-kacangan dan flax. Hal ini karena heksana tidak reaktif dan inert dalam reaksi organik karena  bersifat sangat non-polar dan memilki narrow distillation range dan selective power, sehingga tidak memrlukan tingkat pemanasan yang tinggi dan daya ekstraksinya tinggi, yang menjadikan heksana sebagai pelarut yang baik untuk mengekstrak minyak dari bijinya.

Selain baik digunakan untuk mengekstrak minyak dari biji, adapun pemanfaatan n-Heksana adalah sebagai berikut :

• Digunakan dalam laboratorium untuk

dicampur dengan bahan kimia yang sama untuk membuat solven.

• Digunakan untuk cleaning agents  pada

tekstil, furniture, shoemaking dan printing

• industries, serta rotogravure printing.

•  N-Heksana juga merupakan lem khusus yang

digunakan pada roofing, shoe, dll.

• Digunakan pada binding books, working

leather, shaping pills dan tablets, canning, manufacturing tiresdan pembuatan baseball.

III. METODOLOGI

Dalam pelaksanaan penelitian pengambilan minyak biji alpukat, beberapa variable proses yang diberikan adalah sebagai berikut :

(4)

a. Volume Pelarut

 b. Massa bubuk biji alpukat c. Waktu ekstraksi

Prosedurnya adalah sebagai berikut : Biji alpukat yang telah dikeringkan, digiling halus hingga berbentuk bubuk, lalu timbang sampel sebanyak 30 dan 50 gram untuk setiap variable. Masukkan sample yang ditimbang ke dalam kertas saring yang dibentuk seperti silinder dimana  besarnya sesuai soklet yang digunakan. Sample

tadi dimasukkan ke dalam soklet yang telah dirangkai dengan condensor dan labu didih. Solven berupa n-heksana 200ml, 300ml, 400ml dimasukkan ke dalam labu didih. Kemudian rangkaian soklet tersebut diletakkan diatas  pemanas lalu dipanaskan selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit sehingga didapat hasil ekstraksi berupa campuran minyak biji alpukat dengan pelarut.

Proses evaporasi merupakan lanjutan dari  proses ekstraksi dengan tujuan untuk memisahkan minyak biji alpukat dengan pelarutnya sehingga didapatkan minyak biji alpukatnya saja. Setelah itu minyak tersebut dimasukkan ke dalam botol sampel. Kemudian dilakukan analisa – analisa seperti analisa persen yield, berat jenis, viskositas, %FFA dan angka asam.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut data hasil pengamatan dari penelitian yang telah dilakukan. Hasil yang diamati berupa keadaan fisik dari minyak biji kacang tanah dan  jumlah/hasil yang diperoleh, meliputi data hasil ekstraksi, data hasil analisa % yield, data hasil analisa berat jenis, viskositas, %FFA, angka asam.

4.1 Hasil Penelitian

Dari pengamatan fisik yang dilakukan pada minyak biji alpukat yang dihasilkan baik pada massa biji 30gram atau 50gram, rata-rata  berwarna kuning bening kemerahan, agak encer.

4.1.1. Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat

Tabel 4.1. Data Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat Variabel Massa Minyak (gram) % Yield Volume Pelarut (ml) Massa Biji (gram) Waktu Ekstrak (menit) 200 30 60 5,18 17,26 90 5,22 17,43 120 5,27 17,57 50 60 8,31 16,62 90 8,68 17,36 120 8,94 17,88 300 30 60 5,20 17,36 90 5,25 17,50 120 5,39 17,98 50 60 8,65 17,31 90 8,98 17,96 120 9,09 18,19 400 30 60 5,80 19,34 90 6,00 20,02 120 6,08 20,16 50 60 11,82 23,65 90 12,43 24,87 120 12,57 25,15 4.1.2. Hasil Analisa Minyak Biji Alpukat

Tabel 4.2. Data Hasil Analisa Minyak Biji Alpukat Variabel ρ (gr/ml) µ FFA Angka Asam V M t 2 0 0 3 0 60 0,6951 1,708 7,027 0,1398 90 0,6980 0,910 8,001 0,1592 120 0,7012 1,008 8,022 0,1596 5 0 60 0,7134 1,176 9,027 0,1796 90 0,7284 1,386 9,194 0,1829 120 0,7676 2,590 9,122 0,1815 3 0 0 3 0 60 0,7062 0,826 8,234 0,1638 90 0,7090 0,868 8,642 0,1719 120 0,7513 1,092 8,533 0,1698 5 0 60 0,7083 4,550 7,391 0,1470 90 0,7350 1,428 9,283 0,1847 120 0,7586 1,190 8,832 0,1757 4 0 0 3 0 60 0,7144 3,542 8,058 0,1603 90 0,7157 1,064 8,331 0,1657 120 0,7210 1,904 8,776 0,1746 5 0 60 0,7117 0,854 7,840 0,1560 90 0,7340 1,428 8,043 0,1600 120 0,7520 1,526 8,246 0,1641

(5)

4.2. Pembahasan

Proses pembuatan minyak biji alpukat dengan menggunakan pelarut n-heksana ini merupakan metode sokhelet ekstraksi padat-cair atau leaching. Dalam penelitian ini terdapat  beberapa variabel proses seperti volume pelarut (200ml, 300ml, 400ml), waktu ekstraksi (60menit, 90menit, 120menit) dan massa biji (30gram, 50gram). Hasil ekstraksi berupa minyak biji alpukat tersebut dipisahkan dengan proses evaporasi. Dari hasil ekstraksi tersebut, dilakukan analisa % yield, berat jenis, viskositas, % FFA (asam lemak bebas) dan angka asam untuk mengetahui pengaruh variabel proses yang ada. Dalam penelitian ini, proses ekstraksi yang dilakukan memperoleh % yield yang berbeda- beda, hal ini berkaitan erat dengan variabel – variabel penelitian yaitu volume pelarut, massa  biji, dan waktu ekstraksi yang mempengaruhi.

Dari penelitian yang dilakukan, minyak yang dihasilkan dari ekstraksi biji alpukat menghasilkan yield yang paling kecil 16,62% (200ml, 50 gram, 60 menit) dan yield yang paling besar 25,15% (400ml, 50 gram, 120 menit).

Dari hasil penelitian, dibawah ini memperlihatkan beberapa kemungkinan yang menyatakan pengaruh antara variabel terhadap % yield, antara lain :

a. Pengaruh variasi Volume Pelarut dan Waktu Ekstraksi terhadap % Yield

15 17 19 21 23 25 27 30 60 90 120    %    Y    i  e    l    d

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

Gambar 4.1. Grafik Pengaruh Volume Pelarut dan Waktu Ekstraksi Terhadap % Yield pada Massa 30 gr 15 17 19 21 23 25 27 30 60 90 120    %    Y    i  e    l    d

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

Gambar 4.2. Grafik Pengaruh Volume Pelarut dan Waktu Ekstraksi Terhadap % Yield pada Massa 50 gr

Dari Grafik 4.1., dan 4.2. dapat dilihat  bahwa semakin lama waktu ekstraksi, maka % yield hasil ekstraksi biji alpukat semakin banyak. Dimana distribusi pelarut kedalam bahan akan semakin efektif. Dari grafik terlihat waktu ekstraksi 120 menit menghasilkan % yield yang terbesar yaitu 25,15% dan lama waktu ekstraksi 60 menit menghasilkan % yield terkecil yaitu 16,62%.

 b. Pengaruh variasi Massa Biji Alpukat dan Waktu Ekstraksi terhadap % Yield

16 17 18 19 20 30 60 90 120    %    Y    i  e    l    d

waktu ekstraksi (menit)

30gram 50gram

Gambar 4.3. Grafik Pengaruh Massa Biji dan Waktu Ekstraksi Terhadap % Yield pada Volume Pelarut 200ml 16 17 18 19 20 30 60 90 120    %    Y    i  e    l    d

waktu ekstraksi (menit)

30gram 50gram

(6)

Waktu Ekstraksi Terhadap % Yield pada Volume Pelarut 300ml 18 20 22 24 26 30 60 90 120    %    Y    i  e    l    d

waktu ekstraksi (menit)

30gram 50gram

Gambar 4.5. Grafik Pengaruh Massa Biji dan Waktu Ekstraksi Terhadap % Yield pada Volume Pelarut 400ml

Dari grafik 4.3., 4.4., dan 4.5. dapat dilihat  bahwa semakin banyak massa biji yang digunakan untuk ekstraksi maka % yield yang dihasilkan akan semakin besar pula dan sebaliknya, semakin sedikit massa biji yang digunakan maka akan semakin kecil % yield yang dihasilkan. Dari grafik diatas,didapat % yield yang terbesar 25,15% pada massa biji 50gram, dan % yield terkecil sebesar 16,62%. Pada massa biji 30gram.

c. Pengaruh variasi Massa Biji Alpukat dan Volume Pelarut terhadap % yield

15 17 19 21 23 25 100 200 300 400    %    Y    i  e    l    d volume pelarut (ml) 30gram 50gram

Gambar 4.6. Grafik Pengaruh Massa Biji dan Volume Pelarut Terhadap % Yield pada Waktu ekstraksi 60menit 15 17 19 21 23 25 100 200 300 400    %    Y    i  e    l    d volume pelarut (ml) 30gram 50gram

Gambar 4.7. Grafik Pengaruh Massa Biji dan Volume Pelarut Terhadap % Yield pada Waktu ekstraksi 90menit 15 17 19 21 23 25 27 100 200 300 400    %    Y    i  e    l    d volume pelarut (ml) 30gram 50gram

Gambar 4.8. Grafik Pengaruh Massa Biji dan Volume Pelarut Terhadap %Yield pada Waktu ekstraksi 120 menit.

Dari Gambar 4.6., 4.7., dan 4.8. dapat dilihat bahwa semakin banyak volume pelarut maka % yield yang dihasilkan dari ekstraksi biji alpukat semakin banyak. Dan begitu juga sebaliknya, semakin sedikit volume pelarut yang digunakan saat ekstraksi, maka akan semakin kecil % yield yang dihasilkan. Dari grafik diatas, diperoleh % yield terbesar yaitu 25,15% pada volume pelarut 400ml, dan % yield terkecil yaitu 16,62% pada volume pelarut 200ml.

4.2.2. Analisa Berat Jenis Minyak Biji Alpukat Pengujian berat jenis merupakan salah satu uji karakteristik pada minyak. Dari penelitian yang dilakukan, nilai berat jenis sebagian besar meningkat seiring dengan bertambahnya variabel waktu ekstraksi dan massa biji yang digunakan.  Nilai berat jenis terendah adalah 0,6951 gr/ml dan nilai berat jenis tertinggi adalah 0,7676 gr/ml. Dari penelitian yang dilakukan, nilai berat jenis dapat dipengaruhi oleh variabel - variabel yang digunakan, terutama pada variabel lama waktu ekstraksi dan massa biji alpukat yang digunakan.

(7)

0.69 0.7 0.71 0.72 0.73 0.74 0.75 0.76 0.77 30 60 90 120    b  e   r   a    t    j  e  n    i  s    (  g  r    /  m    l    )

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

Gambar 4.9. Grafik Pengaruh Volume Pelarut dan Waktu Ekstraksi terhadap Berat Jenis pada Massa Biji 30gram

0.7 0.71 0.72 0.73 0.74 0.75 0.76 0.77 30 60 90 120    b  e   r   a    t    j  e  n    i  s    (  g  r    /  m    l    )

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

  Gambar 4.10. Grafik Pengaruh Volume Pelarut dan Waktu Ekstraksi terhadap Berat Jenis pada Massa Biji 50gram

Dari Grafik 4.9., dan 4.10.terlihat bahwa  berat jenis terbesar adalah pada variabel massa biji 50 gram dan waktu ekstraksi 120 menit. Sedangkan nilai berat jenis terendah adalah pada variabel massa biji 30 gram dan waktu ekstraksi 60 menit. Dari analisa yang d iperoleh diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu ekstraksi dan semakin banyak massa biji yang digunakan, maka akan semakin besar nilai besar jenis minyak yang dihasilkan.

4.2.3. Analisa Viskositas Minyak Biji Alpukat

Pengujian berat jenis merupakan salah satu uji karakteristik pada minyak untuk mengetahui tingkat kekentalan minyak tersebut. Jika viskositas semakin tinggi, tahanan untuk mengalir akan semakin besar. Viskositas yang terlalu tinggi pada suatu minyak yang akan dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan  biodiesel memerlukan sistem pengolahan yang lebih kompleks. Salah satu syarat suatu minyak  baik untuk dijadikan biodiesel adalah memiliki

viskositas antara 2,3 – 6,0 cSt. (Sumber : SNI 04-7182-2006)

Dari penelitian, data yang diperoleh untuk viskositas dari minyak biji alpukat berada  pada kisaran 0,826 - 4,55 cSt. Dari data tersebut menunjukkan bahwa minyak biji alpukat tidak terlalu kental dan berdasarkan literatur dari ketetapan SNI berdasarkan karakteristik viskositasnya, minyak biji alpukat berpotensi untuk dijadikan biodiesel.

0 1 2 3 4 5 30 60 90 120   v    i  s    k  o   s    i    t  a  s    (  c    S    t    )

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

 Gambar 4.11. Grafik Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Volume Pelarut terhadap Viskositas pada massa biji 30gram

0 1 2 3 4 5 30 60 90 120   v    i  s    k  o   s    i    t  a  s    (  c    S    t    )

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

 Gambar 4.12. Grafik Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Volume Pelarut terhadap Viskositas pada massa biji 50gram

4.2.4. Analisa % Asam Lemak Bebas (%FFA) Minyak Biji Alpukat

Data yang diperoleh untuk % asam lemak  bebas (% FFA)dari minyak biji alpukat berada  pada kisaran 7,027 – 9,283 %.

(8)

5 6 7 8 9 10 30 60 90 120    %    F    F    A

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

  Gambar 4.13. Grafik Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Volume Pelarut terhadap %FFA pada massa  biji 30gram 5 6 7 8 9 10 30 60 90 120    %    F    F    A

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

Gambar 4.14. Grafik Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Volume Pelarut terhadap %FFA pada massa  biji 50gram

Standar %FFA minyak yang akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel adalah ‹ 5%. Data yang didapat dari penelitian terdahulu tentang minyak biji alpukat memiliki %FFA sebesar 0,367 - 0,82% (Kartika Yeni 229), sedangkan %FFA yang didapat dari hasil  penelitian adalah 7,027 – 9,283 %. Nilai %FFA yang didapat dari penelitian terdahulu sangat  berbeda, hal ini dikarenakan %FFA dipengaruhi oleh bahan baku biji alpukat, dimana ditentukan oleh keadaan geografis tanaman alpukat dari biji alpukat yang digunakan berasal dari tempat yang  berbeda-beda, sehingga mempengaruhi hasil %FFA untuk setiap varibel, sehingga  perkembangannya diperlukan penelitian lebih lanjut (Dewi Pratiwi 2009). Dari data diatas menunjukkan bahwa minyak biji alpukat memiliki %FFA yang cukup tinggi, sehingga untuk  pengkonversian minyak biji alpukat menjadi  biodiesel perlu dilakukan treatment terhadap minyak biji alpukat sebelum digunakan sebagai  bahan baku biodiesel.

4.2.5. Analisa Angka Asam Minyak Biji Alpukat 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 30 60 90 120   a   n   g    k  a   a   s   a   m

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

Gambar 4.15. Grafik Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Volume Pelarut terhadap Angka Asam pada massa biji 30gram

0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2 30 60 90 120   a   n   g    k  a   a   s   a   m

waktu ekstraksi (menit)

200ml 300ml 400ml

Gambar 4.16. Grafik Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Volume Pelarut terhadap Angka Asam pada massa biji 50gram

Dari data yang diperoleh, nilai angka asam untuk minyak biji alpukat berkisar antara 0,1398 – 0,1847 mg KOH/gr. Nilai tersebut menunjukkan bahwa minyak biji alpukat memiliki  potensi untuk dijadikan sebagai bahan baku  biodiesel sesuai dengan ketetapan SNI 04-7182-2006 yaitu nilai maksimal untuk angka asam adalah 0,8 mg KOH/gr.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada ekstraksi biji alpukat, dihasilkan minyak dengan warna kuning bening kemerahan dan sedikit encer. Variabel proses sangat mempengaruhi jumlah yield yang dihasilkan, yield tertinggi dihasilkan dari ekstraksi biji alpukat adalah sebesar 25,15 % pada variabel

(9)

massa biji 50 gram, waktu ekstraksi 120 menit dan volume pelarut 400ml.

2. Berat jenis terendah adalah 0,6951 gr/ml pada variabel massa biji 30 gram dan waktu ekstraksi 60 menit. Berat jenis tertinggi adalah 0,76768 gr/ml variabel massa biji 50 gram dan waktu ekstraksi 120 menit. Nilai  berat jenis sebagian besar meningkat seiring

dengan bertambahnya variabel waktu ekstraksi dan massa biji yang digunakan. 3. Viskositas minyak biji alpukat berkisar antara

0,826 - 4,55 cSt. Hal ini menunjukan minyak  biji alpukat berpotensi menjadi biodiesel.

Dari analisa %FFA didapat sebesar 7,027-9,283% dan angka asam 0,1398-0,1847, untuk angka asam sudah memenuhi standar  bahan baku biodiesel, sedangkan %FFA yang didapat terlalu tinggi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

5.2. Saran

1. Sebaiknya digunakan variabel proses yang lebih bervariasi untuk memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai variabel yang dapat mencapai keadaan optimum.

2. untuk mengetahui kualitas minyak yang lebih akurat, hendaknya melakukan analisa yang lebih beragam.

3. hendaknya dilakukan penelitian dengan metode lain dalam menghasilkan minyak biji alpukat untuk megetahui keuntungan dan kerugiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Wahyu. 2008. Manfaat Biji Alpukat. (Online). (http://www.google.com, diakses 22  November 2009).

 NN. 2008. Hexane. (Online).

(http://www.wikipedia.org,  diakses 14 September 2009).

 NN. 2005. Penelitian Pembuatan Biodiesel dari Biji Nyamplung (Calophyllum L.).(Online). (http://www.google.com, diakses 29 Desember 2009).

 NN. 2008. Kandungan Biji Alpukat. (Online). (http://www.google.com,  diakses 22  November 2009).

Pratiwi, Dewi dan Delfi Fatina S.. 2009. Pemanfaatan Minyak Hasil Ekstrak Biji Kelor (Moringa oliefera) untuk Pembuatan Bahan Bakar Nabati. Universitas Sriwijaya: Inderalaya.

Quane, david. 2009. Varietas Alpukat di

Indonesia. (Online).

(http://www.ristek.go.id ,  diakses 24 Oktober 2009).

Treyball, E. Robert. 1979. Mass Transfer Operations Third Edition. Mc Grow-Hill Book Company: England.

Widioko, Septian ardi dan Wawan Rustyawan. 2009. Proses Ekstraksi Kontinyu Lawan Arah dengan Simulasi Batch Tiga Tahap Pengambilan Minyak Biji Alpukat Menggunakan Pelarut N-Heksana dan Iso Propil Alkohol. Universitas Diponegoro: Semarang.

Yeni, Kartika dan Riska P.. 2009. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Alpukat (Persea gratissima) dengan Proses Transesterifikasi. (Online).

(http://www.google.com/SNTKI, diakses 15 Januari 2010).

Gambar

Tabel 2.2. Kandungan Biji Buah Alpukat Kandungan Senyawa Polifenol Flavonoid Triterpenoid Kuinon Tanin
Tabel 2.3. Kandungan Buah Alpukat Kandungan  Satuan  Miligram Vitamin A  Miligram  0,13-0,51 Vitamin B1  Miligram  0,025-012 Vitamin B2  Miligram  0,13-0,23 Vitamin B3  Miligram  0,79-2,16 Vitamin B6  Miligram  0,45 Vitamin C  Miligram  2,3-37 Vitamin D  M
Tabel  4.2.  Data  Hasil  Analisa  Minyak  Biji Alpukat Variabel ρ (gr/ml) µ FFA AngkaAsamV  M  t 2 0 0 30 60  0,6951  1,708  7,027  0,139890 0,6980 0,910 8,001 0,1592120 0,7012 1,008 8,022 0,15965 0 60  0,7134  1,176  9,027  0,1796 90  0,7284  1,386  9,19
Gambar  4.3.  Grafik  Pengaruh  Massa  Biji  dan Waktu Ekstraksi Terhadap % Yield pada Volume Pelarut 200ml 1617181920 30 60 90 120   %   Y   i  e   l   d
+4

Referensi

Dokumen terkait

untuk menciptakan temperatur kandang yang sesuai dan untuk mengontrol temperatur ruangan, apakah anak ayam kepanasan atau kedinginan, dapar terlihat tanda-tanda

Perbedaan jumlah BAL total dalam retentat dan permeat ditunjukkan dengan kisaran rejeksi antara 99,97 – 99,99 % atau dengan kata lain efisiensi proses pemekatan

Tujuan untuk mengetahui perbedaan four square step exercises dan single leg stand balance exercises dalam meningkatkan keseimbangan berdiri pada lansia 60-74

Berdasarkan data pengukuran kebisingan yang dilakukan terhadap 4 titik menunjukan tingkat kebisingan di dalam ruangan mempunyai tingkat kebisingan lebih dari Nilai Ambang

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

[r]

Salah satu asas penting yang wajib diperhatikan adalah bahwa hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan dan dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut

Sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan kebijakan nasional tersebut seyogianya berupa suatu