• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANA TIDUNG 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANA TIDUNG 2019"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS PEMBANGUNAN MANUSIA

KABUPATEN TANA TIDUNG 2019

Ukuran Buku: 21x29,7 cm

Jumlah Halaman : vi+77 halaman

Naskah dan gambar kulit:

Bappeda & Litbang Kabupaten Tana Tidung BPS Kabupaten Tana Tidung

Diterbitkan oleh:

© Bappeda & Litbang Kabupaten Tana Tidung

(3)

BUPATI KABUPATEN TANA TIDUNG

KATA SAMBUTAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya publikasi penyusunan Analisis Pembangunan Manusia (APM) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 ini bisa diselesaikan. Publikasi ini dibutuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Tana Tidung sebagai bahan evaluasi dan penyusunan perencanaan pembangunan khususnya di bidang pembangunan manusia secara utuh.

Analisis Pembangunan Manusia (APM) Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 ini disusun dengan menggunakan pendekatan model adaptasi dari The United Nations Development Programme (UNDP) dalam menghitung Human Development Index (HDI) dengan metodologi yang disempurnakan pada tahun 2011 dan 2014. Berbagai indikator dalam publikasi ini disajikan pada tingkat kabupaten.

Selain itu beberapa indikator input yang diduga sangat signifikan pengaruhnya terhadap perkembangan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yakni indikator pendidikan, kesehatan dan daya beli juga disajikan guna mendukung tujuan dari diterbitkannya publikasi ini.

Demikian semoga bermanfaat.

Tideng Pale, September 2020 BUPATI KABUPATEN TANA TIDUNG

(4)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 2

1.2. Pengertian IPM ... 4

1.3. Manfaat Publikasi Analisis Pembangunan ... 5

BAB II METODOLOGI 2.1. Dasar Perubahan Metodologi ... 7

2.2. Penghitungan Indeks Komponen IPM ... 9

2.3. Pengukuran Kecepatan IPM ... 13

BAB III POTENSI SUMBER DAYA 3.1. Geografis ... 16

3.2. Tren Demografi ... 17

3.3. Akses Layanan dan Sumber Daya Kesehatan ... 25

3.4. Sumber Daya Pendidikan ... 28

BAB IV CAPAIAN PEMBANGUNAN 4.1. Gambaran Pencapaian Pembangunan Manusia di Kabupaten ... Tana Tidung ... 32

4.2. Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung dalam Wilayah Pembangunan di Provinsi Kalimantan Utara ... 39

BAB V PENINGKATAN KAPABILITAS DASAR MANUSIA 5.1. Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan ... 47

5.2. Capaian dan Tantangan Bidang Kesehatan ... 57

5.3. Capaian dan Tantangan di Bidang Ekonomi ... 64

BAB VI PENUTUP 6.1. Kinerja Bidang Pendidikan ... 71

6.2. Kinerja Bidang Kesehatan ... 73

6.3. Kinerja Bidang Ekonomi (Daya Beli) ... 64

(5)

DAFTAR TABEL

BAB II

2.1 Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru ... 8 2.2 Perhitungan Nilai Minimum dan Maksimum ... 13

BAB III

3.1 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin (RJK), 2015-2019 ... 19 3.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan, 2017-2019 . 21 3.3 Struktur Umur Penduduk (%), 2017-2019 ... 23 3.4 Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur (jiwa) dan Angka Beban

Tanggungan (%), 2017-2019 ... 23 3.5 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menurut Kecamatan,

2019 ... 26 3.6 Persentase Penduduk Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas yang Pernah

Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama, 2017-2019 ... 27 3.7 Persentase Perempuan Umur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan Dua

Tahun Terakhir Penduduk Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas yang Pernah Kawin menurut Berat Badan Bayi yang Dilahirkan Terakhir,

2017-2019 ... 27 3.8 Jumlah Fasilitas Pendidikan menurut Kecamatan ... 29

BAB IV

4.1 IPM Provinsi Kalimantan Utara menurut Kabupaten/ Kota, 2014-2019 ... 40 4.2 Indikator Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Utara Dirinci

menurut Komponen Kabupaten/ Kota Tahun 2019 ... 43

BAB V

5.1 Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kemampuan Baca

Tulis di Kabupaten Tana Tidung, 2019 ... 55 5.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Ijazah/STTB tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tana Tidung, 2019 ... 56 5.3 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Fasilitas Tempat Buang Air

(6)

5.4 Persentase Rumah Tangga menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kabupaten Tana Tidung, 2019 ... 59 5.5 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Utama di

Kabupaten Tana Tidung, 2019 ... 60 5.6 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, 2019 ... 64 5.7 Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan Penduduk Kabupaten Tana

Tidung menurut Golongan Pengeluaran, 2019 ... 65 5.8 Rata-rata Pengeluaran Per-kapita dan Per-Rumah Tangga selama

Sebulan Penduduk Kabupaten Tana Tidung menurut Jenis Komoditas, 2018-2019 ... 66 5.9 Perkiraan Persentase Pembagian Total Pendapatan Perkapita

(7)

DAFTAR GAMBAR

BAB III

3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tana Tidung, 2015-2019 ... 20

3.2 Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan (jiwa/km2), 2019 ... 22

BAB IV 4.1 Perkembangan IPM Kabupaten Tana Tidung, 2013-2019 ... 33

4.2 Perkembangan AHH Kabupaten Tana Tidung, 2013-2019 ... 35

4.3 Perkembangan RLS dan HLS Kabupaten Tana Tidung, 2013-2019 ... 36

4.4 Skema Penghitungan Pengeluaran Perkapita ... 37

4.5 Perkembangan Pengeluaran Perkapita Penduduk Kabupaten Tana Tidung (juta), 2013-2019 ... 38

4.6 Perkembangan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013-2019 ... 41

4.7 Laju Pertumbuhan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2013-2019 ... 42

BAB V 5.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk 7-18 Tahun menurut Usia Sekolah, 2017-2019 ... 50

5.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019 53

5.3 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan, 2017-2019 54 5.4 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan menurut Tempat Melahirkan Anak Hidup yang Terakhir di Kabupaten Tana Tidung, 2017-2019 ... 62

5.5 Persentase Perempuan Berumur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan menurut Penolong Proses Kelahiran Terakhir di Kabupaten Tana Tidung, 2018-2019 ... 63

(8)

H

A

L

A

M

A

N

1

DAFTAR GAMBAR

(9)

H

A

L

A

M

A

N

2

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia merupakan kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, bukan hanya alat dari pembangunan. Keberhasilan pembangunan seharusnya memang tidak hanya diukur dari tingginya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga peningkatan kualitas manusianya. Jauh sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi semata. Pengalaman pada dekade tersebut menunjukkan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Konsep pembangunan manusia mulai diperkenalkan untuk memperbaiki kelemahan konsep pertumbuhan ekonomi. Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional.

Beberapa kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR) pertama yang dipublikasikan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan arti pentingnya pembangunan yang berpusat pada manusia, yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan, dan bukan sebagai alat bagi pembangunan.

Sebagaimana dinyatakan di dalam HDR pertama tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki

(10)

H

A

L

A

M

A

N

3

manusia. Di antara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.

Konsep pembangunan dan pembangunan manusia cukup berbeda. Dalam sudut konvensinal, pembangunan memiliki fokus utama pada pertumbuhan ekonomi, pembentukan modal manusia, pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan rakyat dan pemenuhan kebutuhan dasar. Model ’pertumbuhan ekonomi’ lebih

menekankan pada peningkatan Produk Nasional Bruto (PNB) daripada memperbaiki kualitas hidup manusia. ’Pembangunan sumber daya manusia’ cenderung untuk memperlakukan manusia sebagai input bagi proses produksi (sebagai alat, bukan sebagai tujuan akhir). Pendekatan ‘kesejahteraan’ melihat manusia sebagai

penerima dan bukan sebagai agen dari perubahan dalam proses pembangunan. Adapun pendekatan ‘kebutuhan dasar’ terfokus pada penyediaan barang-barang dan

jasa-jasa untuk kelompok masyarakat tertinggal, bukannya memperluas pilihan yang dimiliki manusia di segala bidang.

Pendekatan pembangunan manusia lebih memfokuskan kepada perluasan pilihan masyarakat untuk hidup dengan bebas dan bermartabat. Pembangunan manusia (baik dari segi pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural) melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat dari sudut pandang manusia. Pembangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya, yaitu gender. Dengan demikian, pembangunan manusia tidak hanya memperhatikan sektor sosial, tetapi merupakan pendekatan yang komprehensif dari semua sektor.

(11)

H

A

L

A

M

A

N

4

Agar konsep pembangunan manusia dapat mudah diterjemahkan ke dalam pembuatan kebijakan, pembangunan manusia harus dapat diukur dan dipantau dengan mudah. Selama bertahun-tahun, HDR global telah mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari pembangunan manusia. Meskipun demikian, masih terdapat berbagai kesulitan dalam penyederhanaan konsep holistik pembangunan manusia menjadi satu angka. Oleh karenanya, penting untuk disadari bahwa konsep pembangunan manusia lebih mendalam dan lebih kaya dari ukurannya. Sangatlah tidak mungkin untuk menghasilkan ukuran yang komprehensif atau bahkan suatu kumpulan indikator yang komprehensif karena banyak dimensi penting dari pembangunan manusia yang tidak terukur.

1.2. Pengertian IPM

Pada Tahun 1990, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan pertama kali oleh United Nation Development Programme (UNDP) dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Menurut UNDP, pembangunan manusia dirumuskan sebagai upaya

perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people) dan sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. “Perluasan pilihan” hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki: peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif. Dengan kata lain, tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan, secara minimal, tingkat keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah. Indeks

(12)

H

A

L

A

M

A

N

5

Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

IPM menyajikan ukuran kemajuan pembangunan yang lebih memadai dan lebih menyeluruh daripada ukuran tunggal pertumbuhan PDRB perkapita. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar yakni:

1. Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life) 2. Pengetahuan (knowledge)

3. Standar hidup layak (decent standard of living)

1.3. Manfaat Publikasi Analisis Pembangunan Manusia

Publikasi ini dilengkapi dengan analisis mengenai capaian dan kemajuan IPM dan komponen IPM pada tahun 2013-2019. Secara umum, publikasi ini akan menyajikan data dan analisis IPM selama tahun 2013-2019. Secara khusus, publikasi ini menyajikan:

1. Potensi Sumber Daya di Kabupaten Tana Tidung;

2. Ukuran Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Tana Tidung;

3. Analisis peningkatan kapabilitas dasar manusia Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019;

4. Analisis disparitas IPM antara wilayah kabupaten dan kota berdasarkan perspektif kinerja dalam Provinsi Kalimantan Utara.

(13)

H

A

L

A

M

A

N

6

(14)

H

A

L

A

M

A

N

7

METODOLOGI

Prinsip dasar penyusunan publikasi ini masih merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, yaitu tetap melakukan pengukuran terhadap kinerja pembanguan manusia yang representatif pada level kabupaten. Bedanya, telah terjadi perkembangan metodologi penghitungan IPM mengikuti apa yang telah dilakukan oleh UNDP yang telah memperkenalkan penghitungan IPM metode baru di tahun 2010 dan kemudian melakukan penyempurnaan metodologi pada tahun 2011 dan 2014.

2.1. Dasar Perubahan Metodologi

Alasan yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM yaitu:

1. Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. AMH pada metode lama diganti dengan angka Harapan Lama Sekolah (HLS). Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka Harapan Lama Sekolah bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi.

2. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah. PDB per kapita pada metode lama diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Hal ini dilakukan karena PNB dianggap lebih dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

(15)

H

A

L

A

M

A

N

8

3. Penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dimensi lain. Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.

Tabel 2.1. Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru

DIMENSI

METODE LAMA METODE BARU

UNDP BPS UNDP BPS Kesehatan Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH)

Angka Harapan Hidup saat Lahir (AHH) Pengetahuan 1. Angka Melek Huruf (AMH) 1. Angka Melek Huruf (AMH) 1. Harapan Lama Sekolah (HLS) 1. Harapan Lama Sekolah (HLS) 2. Kombinasi Angka Partisipasi Kasar (APK) 2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Standar Hidup

Layak PDB per kapita

Pengeluaran

per kapita PNB per kapita

Pengeluaran per kapita Agregasi Rata-rata Hitung 𝑰𝑷𝑴 =𝟏 𝟑(𝑰𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏 + 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏 + 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏) Rata-rata Ukur 𝑰𝑷𝑴 = √𝑰𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏𝑰 × 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏× 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝟑

(16)

H

A

L

A

M

A

N

9

2.2. Penghitungan Indeks Komponen IPM

Tahap pertama dari penghitungan IPM ialah menghitung indeks masing-masing komponen IPM (𝑒(0) kesehatan, pendidikan dan standar hidup layak) dengan formula sebagai berikut :

1. Dimensi Kesehatan

Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), Life Expectancy-eo

• Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), Life Expectancy-eo didefinisikan

sebagai rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang sejak lahir

• AHH mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. AHH dihitung dari hasil proyeksi SP2010. 2. Dimensi Pendidikan

𝐼

𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛

=

𝐴𝐻𝐻𝐴𝐻𝐻−𝐴𝐻𝐻 𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐴𝐻𝐻 𝑚𝑖𝑛

• 𝐼

𝐻𝐿𝑆

=

𝐻𝐿𝑆𝐻𝐿𝑆 −𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

• 𝐼

𝑅𝐿𝑆

=

𝑅𝐿𝑆 −𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛 𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

𝐼

𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑎𝑛

=

𝐼

𝐻𝐿𝑆

+ 𝐼

𝑅𝐿𝑆

2

(17)

H

A

L

A

M

A

N

10

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Mean Years of Schooling (MYS)

• Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Mean Years of Schooling (MYS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.

• Diasumsikan bahwa dalam kondisi normal rata-rata lama sekolah suatu wilayah tidak akan turun.

• Cakupan penduduk yang dihitung RLS adalah penduduk berusia 25 tahun ke atas.

• RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi pada umur 25 tahun proses pendidikan telah berakhir.

• Penghitungan RLS pada usia 25 tahun ke atas juga mengikuti standar internasional yang digunakan oleh UNDP.

Harapan Lama Sekolah (HLS)

Expected Years of Schooling (EYS)

• Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

• HLS dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang.

• HLS dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar.

• Untuk mengakomodir penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang bersekolah di pesantren.

(18)

H

A

L

A

M

A

N

11

• Penghitungan EYS: 3. Dimensi Pengeluaran

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan

• Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.

• Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas Modul, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100.

• Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungannya menggunakan Metode Rao.

𝐼

𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛

=

ln(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛ln (𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛) −ln(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛) 𝑚𝑎𝑘𝑠) −ln(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛) Formula →

𝐻𝐿𝑆

𝑎𝑡

= 𝐹𝐾 × ∑

𝐸

𝑖𝑡

𝑃

𝑖𝑡 𝑛 𝑖=𝑎 Keterangan:

Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t

Jumlah penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t Jumlah penduduk usia i pada tahun t

Usia (a, a + 1, ..., n) FK Faktor koreksi pesantren

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑛𝑡𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑢𝑘𝑖𝑚 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 7 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠+ 1 t a HLS t i E t i P i

(19)

H

A

L

A

M

A

N

12

Paket Komoditas Penghitungan Paritas Daya Beli

• Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam menghitung PPP.

• Pada metode baru, terpilih 96 komoditas dalam penghitungan PPP, dengan pertimbangan:

• Share 27 komoditas (metode lama) terus menurun dari 37,52 persen pada tahun 1996 menjadi 24,66 persen pada tahun 2012

Tahap kedua, ialah dengan menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indek 𝐼(𝑖) Formula untuk menghitung rata-rata ini adalah sebagai berikut:

Makanan: 66 Komoditas (39,8 %) Nonmakan : 30 Komoditas (36,9 %) 96 Komoditas (76,7 %)

Rumus Penghitungan Paritas Daya Beli (PPP)

𝑃𝑃𝑃𝑗 = ෑ ൬𝑝𝑖𝑗 𝑝𝑖𝑘

1𝑚 𝑚

𝑖 =1

pik : harga komoditas i di Jakarta Selatan

pij : harga komoditas i di kab/kota j

m : jumlah komoditas

Sumber : Measuring The Real Size of The World Economy, The World Bank

IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan indeks pengeluaran.

𝐼𝑃𝑀 = √𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛× 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛× 𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛

(20)

H

A

L

A

M

A

N

13

Tabel 2.2. Penghitungan Nilai Minimum dan Maksimum

Indikator Satuan Minimum Maksimum

UNDP BPS UNDP BPS

Angka Harapan Hidup

saat Lahir (AHH) Tahun 20 20 85 85

Harapan Lama Sekolah

(HLS) Tahun 0 0 18 18

Rata-rata Lama Sekolah

(RLS) Tahun 0 0 15 15

Pengeluaran per Kapita Disesuaikan 100 (PPP U$) 1.007.436* (Rp) 107.721 (PPP U$) 26.572.352** (Rp)

2.3. Pengukuran Kecepatan IPM

▪ Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu digunakan ukuran pertumbuhan IPM per tahun.

▪ Pertumbuhan IPM menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian sebelumnya.

▪ Semakin tinggi nilai pertumbuhan, semakin cepat IPM suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimalnya.

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐼𝑃𝑀 =(𝐼𝑃𝑀𝑡− 𝐼𝑃𝑀𝑡−1)

𝐼𝑃𝑀𝑡−1 × 100

Keterangan:

IPMt : IPM suatu wilayah pada tahun t

IPMt-1 : IPM suatu wilayah pada tahun (t-1) Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator daya beli

Keterangan:

* Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara- Papua

** Daya beli maksimum merupakan nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025

(21)

H

A

L

A

M

A

N

14

▪ Pengklasifikasian pembangunan manusia bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang sama dalam hal pembangunan manusia.

▪ Capaian IPM diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu:

Dampak Perubahan Metodologi

•Secara umum level IPM dengan metode baru lebih rendah dibanding

dengan IPM metode lama

Level IPM

•Terjadi perubahan peringkat IPM. •Peringkat tidak bisa

diperbandingkan akibat adanya perbedaan indikator dan metodologi

Peringkat IPM

Klasifikasi Capaian IPM

•IPM ≥ 80 Sangat Tinggi •70 ≤ IPM < 80 Tinggi •60 ≤ IPM < 70 Sedang •IPM < 60 Rendah

(22)

H

A

L

A

M

A

N

15

(23)

H

A

L

A

M

A

N

16

Potensi Sumber Daya

3.1. Geografis

Dengan luas sekitar 4.058,70 km² sebagian besar wilayah Kabupaten Tana Tidung masih merupakan daerah kawasan hutan. Secara geografis Tana Tidung terletak di Utara Pulau Kalimantan. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang merupakan daerah penghasil berbagai produksi kehutanan dan dataran rendah dengan berbagai potensi berupa produksi tanaman pertanian, serta daerah sekitar pinggir sungai yang membujur dari arah Barat ke Timur yang merupakan daerah penghasil berbagai biota sungai.

Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Tana Tidung terletak membujur pada posisi 1160 42’ 50’’ - 1170 49’ 50’’ Bujur Timur dan 30 12’ 02’’ - 30 46’

41’’ Lintang Utara. Secara administratif, wilayah Kabupaten Tana Tidung sebelah

Barat berbatasan dengan Kabupaten Malinau, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Nunukan, sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi, Kabupaten Bulungan (P. Bunyu), dan Kota Tarakan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bulungan.

Dengan demikian berdasarkan keadaan geografisnya, Kabupaten Tana Tidung merupakan daerah yang subur bagi tanaman bahan makanan, berpotensi besar bagi peningkatan produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, serta mempunyai peluang besar bagi upaya-upaya yang terkait dengan peningkatan

(24)

H

A

L

A

M

A

N

17

potensi perikanan dan kelautan. Terlebih lagi di sepanjang garis pantai dan pinggir sungai, merupakan daerah potensi perikanan laut dan biota lain yang masih belum dikelola secara optimal.

3.2. Tren Demografi

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai sasaran pembangunan tetapi juga menjadi pelaksana pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan mobilitasnya yang menunjang tercapainya keberhasilan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Sejak berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang diikuti dengan penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU), jumlah penduduk telah digunakan sebagai salah satu penimbang terhadap besar kecilnya perolehan DAU bagi setiap pemerintah daerah Provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga sebagai konsumen dalam pembangunan. Dalam konteks penduduk sebagai potensi SDM, mengandung arti bahwa penduduk/manusia memiliki peranan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA). Peranan penduduk dalam pembangunan akan berhasil apabila memiliki kemampuan dalam menjawab semua tantangan dalam pembangunan baik posisinya sebagai pengelola sumber daya alam maupun sebagai pengguna/konsumen sumber daya alam.

(25)

H

A

L

A

M

A

N

18

Penduduk usia produktif merupakan suatu modal dalam pelaksanaan pembangunan di segala sektor, dengan harapan produktifitas dan efektifitas yang terjadi ditunjang pula dengan sarana dan prasarana pembangunan, dimana manusia merupakan tujuan dan pelaksana pembangunan. Keluasan pilihan bagi usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya tentu akan mendorong naiknya angka IPM.

Kualitas kesehatan yang dimiliki seseorang menggambarkan kualitas manusianya. Untuk itu pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan manusia. Tujuan akhir dari pembangunan kesehatan adalah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.

Program pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup, dan mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat. Target grup program pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok masyarakat tertinggal. Peran serta masyarakat terus ditingkatkan melalui pengelolaan kesehatan terpadu, termasuk dunia usaha. Secara kuantitas dan kualitas penyediaan berbagai sarana kesehatan, tenaga kesehatan, penyediaan obat juga terus ditingkatkan. Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan. Dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan yang cukup memadai akan sangat mendukung pelayanan kesehatan masyarakat.

Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup antara lain mengenai jumlah,

(26)

H

A

L

A

M

A

N

19

komposisi dan distribusi penduduk. Data kependudukan yang tepat sangat dibutuhkan untuk perencanaan pembangunan. Dalam proses dan kegiatan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena posisi mereka bukan hanya berperan sebagai pelaksana tapi juga menjadi sasaran dalam pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk yang besar misalnya dapat menjadi modal pembangunan bila kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban dalam pembangunan jika kualitasnya rendah. Oleh karena itu permasalahan penduduk tidak saja diarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk tapi juga dititikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

Masalah kependudukan memiliki posisi yang strategis bagi pembangunan daerah, sehingga data kependudukan sangat diperlukan sebagai penentu kebijakan maupun perencanaan program. Lebih luas lagi data kependudukan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kegiatan yang lalu dan yang sedang berjalan, bahkan dapat memperkirakan bentuk dan volume kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Jenis Kelamin 2015 2016 2017 2018 2019 [1] [2] [3] [4] [5] [6] Laki-laki 12 092 12 884 13 800 14 775 15 800 Perempuan 9 799 10 613 11 284 12 117 13 126 Jumlah 21 891 23 497 25 084 26 892 28 926 RJK 123,40 121,40 122,30 121,94 120,37 Tabel 3.1

Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin (RJK), 2015-2019

(27)

H

A

L

A

M

A

N

20

Jumlah penduduk Kabupaten Tana Tidung dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada Tahun 2015 jumlah penduduk sebanyak 21.891 jiwa, bertambah menjadi 28.926 jiwa pada Tahun 2019.

Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa dari Tahun 2015 sampai Tahun 2019 jumlah penduduk laki-laki selalu lebih banyak dibanding jumlah penduduk perempuan. Tetapi jika dilihat dari Rasio Jenis Kelamin (RJK) Kabupaten Tana Tidung 5 (lima) tahun terakhir memiliki tren yang fluktuatif cenderung sedikit menurun. Dilihat dari Tabel 3.1 RJK Kabupaten Tana Tidung Tahun 2015 adalah 123,40 sedangkan Tahun 2019 menjadi 120,37. Artinya, terdapat 120 orang penduduk laki-laki diantara 100 orang penduduk perempuan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 3.1

(28)

H

A

L

A

M

A

N

21

Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tana Tidung berfluktuatif tiap tahunnya namun cenderung melambat pada Tahun 2019. Pada Gambar 3.1 dapat dilihat dari Tahun 2015 sampai 2016 pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana Tidung mengalami perlambatan cukup tajam dari 7,34 persen di Tahun 2015 menjadi 6,75 persen di Tahun 2016. Namun dari Tahun 2016 sampai 2018 laju pertumbuhan mengalami peningkatan. Diketahui laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019 sebesar 6,81 persen.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (revisi data menggunakan luas dari Bappeda)

Kecamatan Persebaran (%) Kepadatan (jiwa/km

2) 2017 2018 2019 2017 2018 2019 [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Muruk Rian 6,892 6,894 6,90 3,93 4,22 4,54 Sesayap 40,336 40,335 40,34 25,69 27,54 29,63 Betayau 10,907 10,91 10,91 4,73 5,07 5,46 Sesayap Hilir 27,816 27,822 27,80 3,71 3,98 4,28 Tana Lia 14,04 14,041 14,04 4,59 4,92 5,29 Tana Tidung 100 100 100 6,18 6,63 7,13 Tabel 3.2

(29)

H

A

L

A

M

A

N

22

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Tana Tidung tidak merata. Pada Tahun 2017-2019, 40,34 persen penduduk di Kabupaten Tana Tidung menetap di Kecamatan Sesayap, 27,80 persen di Kecamatan Sesayap Hilir, 14,04 persen Kecamatan Tana Lia, 10,91 persen di Kecamatan Betayau dan 6,90 persen di Kecamatan Muruk Rian.

Salah satu indikator pertumbuhan wilayah tercermin pula dari tingginya kepadatan penduduk di suatu wilayah. Pada Tahun 2019, Kepadatan penduduk Kabupaten Tana Tidung sebesar 7,13 jiwa/km2.

Gambar 3.2

(30)

H

A

L

A

M

A

N

23

Umur 2017 2018 2019

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

0 - 14 26,82 31,12 26,50 30,73 26,23 30,33

15 - 64 70,18 65,87 70,29 66,08 70,39 66,29

65+ 3,00 3,00 3,20 3,19 3,38 3,38

Jumlah 100 100 100 100 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data revisi)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung (data revisi)

Selama kurun waktu 2017-2019, persentase penduduk berumur 0-14 tahun cenderung mengalami peningkatan. Dalam periode yang sama mereka yang

Umur 2017 2018 2019 [1] [2] [3] [4] 0 - 14 7 213 7 639 8 126 15 - 64 17 118 18 393 19 822 65+ 753 860 978 Jumlah 25 084 26 892 28 926 ABT 46,54 46,21 45,93 Tabel 3.4

Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur (jiwa) dan Angka Beban Tanggungan (%), 2017 - 2019

Tabel 3.3

(31)

H

A

L

A

M

A

N

24

tergolong penduduk usia kerja/usia produktif 15-64 tahun juga memiliki pola yang sama. Dampak keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan diantaranya terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk tidak produktif (0-14 tahun dan 65+). Tingginya persentase penduduk usia produktif di Kabupaten Tana Tidung merupakan potensi besar untuk kemajuan Kabupaten Tana Tidung, jika diimbangin dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2017-2019, pada Tahun 2019 komposisi penduduk intermediate (15-64) tetap menunjukkan persentase tertinggi (Tabel 3.3) Komposisi penduduk ini menggambarkan bahwa penduduk Kabupaten Tana Tidung sedang dalam transisi dari kategori penduduk intermediate ke penduduk tua. Komposisi seperti ini tidak terlepas dari sifat kependudukan di daerah ini, dimana sebagai daerah terbuka dengan potensi sumber daya alamnya, menyebabkan pengaruh mobilitas penduduk yang tinggi. Dengan kondisi yang demikian angka beban tanggungan juga akan semakin rendah. Secara rata-rata tanggungan setiap 100 penduduk produktif pada Tahun 2019 sekitar 45 penduduk tidak produktif dan angka ini menurun bila dibandingkan Tahun sebelumnya (Tabel 3.4).

(32)

H

A

L

A

M

A

N

25

3.3. Akses Layanan dan Sumber Daya Kesehatan

Salah satu perwujudan dari usaha mencapai keadilan sosial adalah dengan mengusahakan kesempatan yang lebih luas bagi setiap warga negaranya untuk mendapatkan derajat kesehatan yang sebaik-baiknya. Perbaikan pemeliharaan kesehatan rakyat dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta tercapainya kesejahteraan rakyat.

Pembangunan kualitas kesehatan antara lain bertujuan mengurangi jumlah penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah penyakit, perbaikan gizi dan imunisasi balita, tersedianya sarana dan tenaga pelayanan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, tersedianya sarana sanitasi serta berkembangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

Salah satu unsur penting yang menentukan keberhasilan pembangunan bidang kesehatan adalah ketersediaan fasilitas kesehatan beserta tenaga kesehatannya. Perkembangan program pembangunan di bidang kesehatan pada Tahun 2019 bisa dilihat berdasarkan jumlah fisik dari masing-masing lembaga yang ada. Seperti lembaga Puskesmas yang sudah menyebar di setiap kecamatan. Sedangkan Puskesmas Pembantu (Pustu) sudah menyebar hampir disetiap desa.

(33)

H

A

L

A

M

A

N

26

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Peningkatan kesehatan masyarakat dapat dimulai dari pelayanan kesehatan ibu hamil dan balita. Hal ini dapat membantu pemerintah daerah untuk memberantas stunting. Dimana pemberantasan stunting saat ini menjadi fokus dari pemerintah daerah hingga pusat. Salah satu faktor yang menjadi akar masalah stunting adalah usia ibu saat melahirkan. Usia kawin perempuan jika terlalu muda atau belum matang dapat mempengaruhi kondisi saat hamil. Pada Tabel 3.6 dapat dilihat, Tahun 2019 di Kabupaten Tana Tidung persentase perempuan yang menikah di bawah usia 17 tahun mengalami kenaikan sangat signifikan, yaitu sebesar 20,26 persen sedangkan pada Tahun 2018 hanya 12,45 persen.

Kecamatan Puskesmas Puskesmas Pembantu

[1] [2] [3] Muruk Rian 1 4 Sesayap 1 2 Betayau 1 4 Sesayap Hilir 1 4 Tana Lia 1 3 Jumlah 5 17 Tabel 3.5

(34)

H

A

L

A

M

A

N

27

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Tahun

Umur Kawin Pertama

≤ 16 17 - 18 19 - 20 21+ Total [1] [2] [3] [4] [5] [6] 2017 13,72 26,71 21,95 37,62 100 2018 12,45 20,69 25,19 41,67 100 2019 20,26 24,92 12,38 42,44 100 Tahun

Berat Badan Bayi

< 2,5 Kg ≥ 2,5 Kg Tidak Ditimbang/

Tidak Tahu Total

[1] [2] [3] [4] [5]

2017 18,8 79,32 1,88 100

2018 23,12 83,3 2,9 100

2019 5,61 92,48 1,92 100

Tabel 3.6

Persentase Penduduk Perempuan Umur 10 Tahun Ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, 2017-2019

Tabel 3.7

Persentase Perempuan Umur 15-49 Tahun yang Pernah Melahirkan Dua Tahun Terakhir menurut Karakteristik Berat Badan Bayi yang Dilahirkan Terakhir,

(35)

H

A

L

A

M

A

N

28

Stunting dapat terdeteksi dari berat badan bayi saat dilahirkan kurang dari 2,5

kg. Pada Tabel 3.7 dilihat bahwa persentase bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2,5 kg mengalami penurunan. Pada Tahun 2016 sebesar 16,7 persen menjadi 5,61 persen di Tahun 2019. Penurunan persentase berat badan bayi kurang dari 2,5 kg menunjukkan perkembangan positif dalam pelaksanaan program pemerintah dalam memberantas stunting.

3.4. Sumber Daya Pendidikan

Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan suatu daerah, perlu ditunjang dengan ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Dalam menunjang Program Wajib Belajar 9 Tahun, Kabupaten Tana Tidung telah memiliki fasilitas pendidikan yang tersebar di 5 (lima) kecamatan. Pada Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa pada Tahun 2018 Kabupaten Tana Tidung memiliki 31 SD/MI, 9 SMP/MTS dan 3 SMA.

Salah satu langkah pemerintah daerah dalam hal pemerataan fasilitas pendidikan, seperti dibangunnya kelas tambahan SMP Negeri 2 Tana Tidung di Desa Menjelutung, yang mana secara administrasi berpusat di Desa Bandan Bikis. Sehingga warga Desa Menjelutung setelah lulus SD dapat langsung melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP tanpa perlu menyeberangi sungai.

(36)

H

A

L

A

M

A

N

29

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Kecamatan

Fasilitas Sekolah (Negeri/Swasta)

SD/MI SMP/MTS SMA/MA SMK [1] [2] [3] [4] [5] Muruk Rian 4 2 - - Sesayap 9 2 1 - Betayau 5 1 - - Sesayap Hilir 10 2 1 1 Tana Lia 3 2 1 - Jumlah 31 9 3 - Tabel 3.8

(37)

H

A

L

A

M

A

N

30

(38)

H

A

L

A

M

A

N

31

Capaian Pembangunan Manusia

Manusia merupakan unsur utama dari seluruh kepentingan pembangunan yang menempatkan posisinya pada dua peran yaitu sebagai subyek dan sekaligus juga sebagai obyek pembangunan. Oleh karenanya tuntutan kearah terciptanya manusia yang berkualitas sebagai modal pembangunan semakin besar.

Meningkatnya kepedulian terhadap upaya pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dimulai sejak tahun delapan puluhan, yaitu dengan munculnya paradigma yang berorientasi pada kebutuhan dasar masyarakat (basic need development) untuk mengukur keberhasilan pembangunan melalui Indeks Mutu

Hidup (Physical Quality of Life Index).

Pada tahun sembilan puluhan muncul suatu paradigma baru yaitu pembangunan yang terpusat pada manusia (human centered development). UNDP kependekan dari United Nation Development Programme telah menyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai pengukur keberhasilan pembangunan manusia.

Pembangunan manusia merupakan proses memperluas pilihan-pilihan penduduk (enlarging the choices of people).

(39)

H

A

L

A

M

A

N

32

Untuk mengukur pilihan-pilihan tersebut digunakan indeks komposit berdasarkan 3 dimensi parameter, yaitu:

1. Derajat kesehatan dan usia hidup (longetivity) yang diukur dengan angka harapan hidup (life expectancy rate).

2. Derajat Pendidikan atau pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan kombinasi antara harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah.

3. Derajat Daya Beli atau Standar hidup layak (decent living) penduduk dilihat dari daya beli masyarakat (purchasing power parity), dimana dalam penghitungannya menggunakan ukuran Gross National Product (GNP) riil per kapita yang telah disesuaikan (adjusted GNP real per capita).

4.1.

Gambaran Pencapaian Pembangunan Manusia di Kabupaten

Tana Tidung

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah. Meskipun tidak mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, namun IPM dinilai mampu mengukur dimensi pokok dari pembangunan manusia.

“IPM Terus Meningkat dari Tahun 2013 – 2019”

Pembangunan Manusia di Kabupaten Tana Tidung terus mengalami perbaikan, terlihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia yang terus meningkat dari Tahun 2013 – 2019. IPM Kabupaten Tana Tidung naik 3,16 poin dalam jangka

(40)

H

A

L

A

M

A

N

33

indikasi positif bahwa kualitas manusia di Kabupaten Tana Tidung yang dilihat dari aspek kesehatan, pendidikan dan ekonomi juga

semakin baik.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Berdasarkan skala internasional, capaian Pembangunan Manusia dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu sangat tinggi (IPM ≥ 80), kategori tinggi (70 ≤ IPM < 80), kategori sedang (60 ≤ IPM < 70), dan kategori rendah (IPM < 60).

Sejak Tahun 2013, IPM Kabupaten Tana Tidung telah mencapai level sedang dengan

Gambar 4.1

(41)

H

A

L

A

M

A

N

34

belum ada perubahan level pada capaian IPM, namun angka IPM yang terus meningkat menunjukkan adanya peningkatan pencapaian kualitas manusia di Kabupaten Tana Tidung.

Pencapaian pembangunan manusia diukur dengan memperhatikan tiga aspek esensial, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Oleh karena itu, peningkatan capaian IPM tidak lepas dari peningkatan dari setiap komponen penyusunnya. Seiring dengan meningkatnya angka IPM, komponen penyusun IPM juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

4.1.1 Derajat Kesehatan

Angka Harapan Hidup menggambarkan derajat kesehatan penduduk. Angka ini dipengaruhi oleh beberapa variabel yang diidentifikasi sangat erat kaitannya dengan masalah kesehatan penduduk. Agar tercipta derajat kesehatan yang lebih baik, maka beberapa variabel yang memiliki hubungan terhadap angka harapan hidup perlu lebih diperhatikan.

“Angka Harapan Hidup Semakin Baik di Tahun 2019”

Indikator Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Tana Tidung yang merepresentasikan aspek kesehatan terus meningkat sejak Tahun 2013. AHH Kabupaten Tana Tidung Tahun 2018 adalah 71,35 dan pada Tahun 2019 naik hingga 71,38. Hal ini berarti selama 2019 AHH naik 0,03 poin (Gambar 4.2). Semakin meningkatnya AHH di Kabupaten Tana Tidung mengindikasikan bahwa derajat

(42)

H

A

L

A

M

A

N

35

kesehatan masyarakat di Kabupaten ini semakin membaik karena AHH merupakan salah satu tolok ukur derajat kesehatan masyarakat.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

4.1.2 Derajat Pendidikan

Tinggi rendahnya pendidikan merupakan cerminan dari kualitas penduduk, oleh karena itu pendidikan dapat dijadikan ciri kualitas suatu bangsa dan kualitas pembangunan serta merupakan ukuran dari derajat kepekaan penduduk terhadap pembangunan baik sebagai pelaku pembangunan maupun sebagai objek pembangunan

Gambar 4.2

(43)

H

A

L

A

M

A

N

36

“Rata-rata Penduduk Usia 25 Tahun Ke Atas Telah Menempuh Pendidikan Setara Kelas 2 - 3 SMP”

Aspek pendidikan pada IPM dicerminkan oleh Indikator Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS). Capaian RLS meningkat dari 7,79 tahun pada Tahun 2013 menjadi 8,53 tahun di Tahun 2019 (Gambar 4.3). Hal ini mengindikasikan bahwa di Kabupaten Tana Tidung Tahun 2019, jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk berusia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal berkisar antara 8 sampai dengan 9 tahun atau setara dengan kelas 2 - 3 SMP. Jadi dapat dilihat pula bahwa rata – rata penduduk berusia 25 tahun ke atas mayoritas adalah berijazah Sekolah Dasar.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 4.3

(44)

H

A

L

A

M

A

N

37

Sementara capaian Harapan Lama Sekolah (HLS) meningkat dari 11,54 tahun pada Tahun 2013 menjadi 12,20 tahun pada Tahun 2019. Angka ini mempresentasikan bahwa di Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2019, lama sekolah yang diharapkan dapat dicapai oleh penduduk usia 7 tahun ke atas berkisar antara 12 sampai dengan 13 tahun ke depan.

4.1.3 Derajat Standar Hidup Layak

Aspek terakhir yang menggambarkan kualitas hidup manusia yaitu standar hidup layak yang direpresentasikan melalui indikator pengeluaran per kapita per tahun yang disesuaikan. Indikator ini menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dapat dinikmati oleh penduduk dan sensitif terhadap perubahan kondisi perekonomian. Rata-rata pengeluaran perkapita setahun diperoleh dari Susenas Modul Kabupaten Tana Tidung yang dikonstankan dengan tahun dasar 2012=100. Selanjutnya rata-rata pengeluaran perkapita konstan disesuaikan dengan cara dibagi dengan paritas daya beli Purchasing Power Parity (PPP). Pengeluaran yang telah dibagi dengan PPP ini disebut dengan pengeluaran per kapita yang disesuaikan.

.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 4.4

(45)

H

A

L

A

M

A

N

38

“Pengeluaran per Kapita Disesuaikan Terus Bergerak Naik”

Pengeluaran perkapita penduduk Kabupaten Tana Tidung terus meningkat dari 6,59 juta rupiah pada Tahun 2013 menjadi 7,98 juta rupiah pada Tahun 2019 (Gambar 4.5). Sehingga secara komponen, rata-rata seluruh komponen pembentuk IPM di Kabupaten Tana Tidung meningkat secara perlahan, hal ini memberikan dampak pada angka IPM yang terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Gambar 4.5

Perkembangan Pengeluaran Perkapita Penduduk Kabupaten Tana Tidung (juta), 2013 – 2019

(46)

H

A

L

A

M

A

N

39

4.2. Capaian Pembangunan Manusia Kabupaten Tana Tidung

dalam Wilayah Pembangunan di Provinsi Kalimantan Utara

Keberagaman potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia antar daerah menyebabkan capaian pembangunan manusia berbeda pada setiap wilayah. Keberhasilan program-program pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah juga menentukan tinggi rendahnya capaian pembangunan manusia dalam suatu wilayah. Selain itu, diperlukan juga upaya pengawasan dan evaluasi terhadap program-program pembangunan untuk mempercepat peningkatan pembangunan manusia. Nilai IPM dihitung berdasarkan rata-rata geometrik indeks kesehatan, indeks pengetahuan, dan indeks pengeluaran. Penghitungan ketiga indeks ini dilakukan dengan melakukan standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum masing-masing komponen indeks.

Penghitungan Indeks Pembangunan Manusia adalah hal baru untuk Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur ini resmi terbentuk pada tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012. Provinsi ini terbentuk dari lima kabupaten/kota yakni Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan dan Kabupaten Tana Tidung. Roda pemerintahan baru berjalan secara aktif sejak Tahun 2013, sehingga penghitungan IPM Kalimantan Utara baru dimulai pada Tahun 2013.

Perkembangan IPM pada level kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara menunjukkan peningkatan dari Tahun 2019 (Tabel 4.1). Selama periode 2014-2019, kabupaten/kota yang bertahan menduduki peringkat 1 dan 2 dalam capaian IPM secara berturut-turut adalah Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau. Selama

(47)

H

A

L

A

M

A

N

40

periode tersebut tidak terjadi pergeseran peringkat pada kabupaten/kota. Peringkat 3 dan 5 diduduki oleh Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Berdasarkan informasi Gambar 4.6 terlihat bahwa posisi IPM Kabupaten Tana Tidung terletak pada peringkat ke-4 di antara kabupaten/kota di Kalimantan Utara. Angka IPM Tana Tidung pun jika dibandingkan dengan rata-rata IPM Kabupaten/kota di Kalimantan Utara masih lebih rendah 3,36 poin.

Kondisi ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Tana Tidung masih tertinggal dalam pembangunan manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan daya beli jika dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Kalimantan Utara. Artinya jalan untuk menuju sasaran ideal yang berupa pembangunan manusia seutuhnya yang ditandai

Kabupaten/ Kota 2014 2015 2016 2017 2018 2019 [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Malinau 70,00 70,15 70,71 71,23 71,74 72,06 Bulungan 69,25 69,37 69,88 70,74 71,23 71,66 Tana Tidung 64,70 64,92 65,64 66,26 67,05 67,79 Nunukan 63,13 63,35 64,35 65,10 65,67 66,32 Kota Tarakan 74,60 74,70 74,88 75,27 75,69 76,09 KALIMANTAN UTARA 68,64 68,76 69,20 69,84 70,56 71,15 Tabel 4.1

(48)

H

A

L

A

M

A

N

41

dengan kualitas sumber daya manusia, terciptanya lapangan kerja dan kesempatan berusaha, terpenuhinya kebutuhan pokok minimal dan kebutuhan dasar lainnya secara layak, serta meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat Kabupaten Tana Tidung untuk bisa segera terwujud masih membutuhkan waktu yang relatif lama.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Untuk melihat kemajuan pembangunan manusia, terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu kecepatan dan status pencapaian. Secara umum, pembangunan manusia Provinsi Kalimantan Utara terus mengalami kemajuan selama periode 2013 hingga 2019. IPM Provinsi Kalimantan Utara meningkat dari 67,99 pada Tahun 2013 menjadi 71,15 pada Tahun 2019.

Kota Tarakan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Bulungan merupakan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara dengan nilai IPM di atas nilai IPM

Gambar 4.6

(49)

H

A

L

A

M

A

N

42

Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan Kabupaten Tana Tidung berada di peringkat ke-4.

Pada periode 2018-2019, IPM Provinsi Kalimantan Utara tumbuh sebesar 0,84 poin. Pertumbuhan pada periode tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan kenaikan pada perode 2017-2018 yang tumbuh sebesar 1,03 poin. Jika dihitung, maka selama periode 2013-2019, rata rata pertumbuhan IPM Provinsi Kalimantan Utara adalah 0,76 poin.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Laju pertumbuhan IPM kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara pada Tahun 2018-2019 sangat bervariasi berkisar antara 0,45 sampai 1,10. Kabupaten Tana Tidung menjadi kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan IPM tertinggi di Provinsi Kalimantan Utara yaitu dengan nilai 1,10. Laju pertumbuhan Kabupaten Tana Tidung juga berada di atas pertumbuhan Provinsi Kalimantan Utara dengan nilai 0,84. Kenaikan nilai IPM Kabupaten Tana Tidung yang cukup signifikan di Tahun 2019

Gambar 4.7

(50)

H

A

L

A

M

A

N

43

Kabupaten Tana Tidung. Dengan kata lain daya beli masyarakat di Kabupaten Tana Tidung mengalami peningkatan.

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

Angka Harapan Hidup (AHH) yang menunjukkan derajat kesehatan suatu masyarakat, di Kabupaten Tana Tidung pada Tahun 2019 menunjukkan nilai terendah yakni 71,38 tahun atau lebih rendah 1,16 poin jika dibandingkan dengan AHH Provinsi Kalimantan Utara. AHH tertinggi berada di Kota Tarakan (73,92 tahun). AHH daerah yang lebih maju memiliki kecenderungan lebih tinggi jika dibandingkan dengan AHH daerah non perkotaan seperti halnya di Kabupaten Tana Tidung. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti halnya kecukupan fasilitas kesehatan yang

Kabupaten/ Kota Angka Harapan Hidup Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah Pengeluaran Perkapita disesuaikan

(Tahun) (Tahun) (Tahun) (Rp. 000)

[1] [2] [3] [4] [5] Malinau 71,42 13,29 9,05 10 121 Bulungan 72,60 12,99 8,93 9 648 Tana Tidung 71,38 12,20 8,53 7 981 Nunukan 71,30 12,63 7,81 7 290 Kota Tarakan 73,92 13,73 9,96 11 509 KALIMANTAN UTARA 72,54 12,84 8,94 9 343 Tabel 4.2

Indikator Pembangunan Manusia Provinsi Kalimantan Utara Dirinci menurut Komponen Kabupaten/Kota, 2019

(51)

H

A

L

A

M

A

N

44

obatan, asupan gizi dan makanan, pola hidup masyarakat dan tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Kesemua hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap keadaan Anak Lahir Hidup (ALH) maupun Anak Masih Hidup (AMH) yang merupakan variabel penting pembentuk Angka Harapan Hidup.

Indikator pendidikan adalah indikator yang menggambarkan mutu sumber daya manusia yang diukur dalam aspek pendidikan, yaitu dilihat dari Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS). Angka RLS Kabupaten Tana Tidung pada Tahun 2019 menempati posisi ke-4 di Provinsi Kalimantan Utara yakni 8,53 tahun. Posisi teratas ditempati oleh Kota Tarakan (9,96 tahun). Rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di Kota Tarakan adalah berada pada jenjang kelas 1 SMA. Sementara di Kabupaten Tana Tidung masih berada setara dengan kelas 2 sampai kelas 3 SMP.

Selain angka RLS, indikator lain yang menggambarkan mutu sumber daya manusia adalah Harapan Lama Sekolah. Indikator ini menunjukkan berapa tahun lama sekolah yang dapat diharapkan terpenuhi oleh penduduk usia 7 tahun ke atas. Berbeda dengan RLS, HLS Kabupaten Tana Tidung menempati posisi terakhir jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Kalimantan Utara. Secara rata-rata, HLS di seluruh Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara berada di rentang 12 sampai dengan 13 tahun, yakni setara dengan lulus SMA sederajat atau Diploma1 (D1).

Standar hidup layak diproksi dengan indikator daya beli/pengeluaran perkapita pertahun yang disesuaikan yakni besaran pengeluaran perkapita dibagi PPP. Pada penghitungan metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam

(52)

H

A

L

A

M

A

N

45

menghitung PPP, sedangkan pada metode baru terpilih 96 komoditas dalam penghitungan PPP dengan pertimbangan share 27 komoditas (metode lama) terus menurun dari 37,52 persen pada tahun 1996 menjadi 24,66 persen pada tahun 2012. Pengeluaran perkapita setahun yang disesuaikan tertinggi ditempati oleh Kota Tarakan yakni sebesar Rp. 11.509.000,- kemudian Kabupaten Malinau sebesar Rp 10.121.000,- dan posisi ketiga ditempati oleh Kabupaten Bulungan sebesar Rp 9.648.000,-. Sedangkan Kabupaten Tana Tidung sebesar Rp 7.981.000,- berada di peringkat ke-4. Sementara itu Kabupaten Nunukan berada di posisi terbawah dengan besaran sebesar Rp 7.290.000,-.

(53)

H

A

L

A

M

A

N

46

(54)

H

A

L

A

M

A

N

47

Peningkatan Kapabilitas Dasar

Manusia

Pembangunan manusia merupakan suatu upaya untuk memperluas pilihan-pilhan yang dimiliki manusia yang dapat terealisasi apabila manusia berumur panjang dan sehat, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta dapat memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya dalam kegiatan yang produktif. Hal tersebut sekaligus merupakan tujuan utama dari pembangunan yaitu untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset kekayaan bangsa sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Pendidikan dan kesehatan merupakan modal utama yang harus dimiliki manusia agar mampu meningkatkan potensinya. Umumnya, semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki suatu bangsa, semakin tinggi peluang untuk meningkatkan potensi bangsa itu.

5.1. Capaian dan Tantangan Bidang Pendidikan

Salah satu upaya peningkatan kapabilitas dasar penduduk di bidang pendidikan adalah dengan memperluas cakupan pendidikan formal. Berbagai program di bidang pendidikan telah diupayakan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Diantaranya yaitu program untuk memberantas buta aksara, menekan angka putus sekolah melalui pemberian bantuan operasional sekolah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bantuan Operasional

(55)

H

A

L

A

M

A

N

48

Sekolah (BOS), serta menjamin kesempatan untuk memperoleh pendidikan melalui program-program pendidikan lainnya.

Keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas SDM tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk yang memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari persentase penduduk menurut partisipasi sekolah. Untuk melihat partisipasi sekolah dalam suatu wilayah biasa dikenal beberapa indikator untuk mengetahuinya, antara lain: Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), serta Angka Partisipasi Murni (APM). Partisipasi penduduk usia sekolah ini dapat menggambarkan tingkat ketersediaan kualitas sumber daya manusia dan aktivitas pendidikan di suatu daerah.

“Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah Pertama Meningkat”

Angka Partisipasi Sekolah merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Namun demikian

(56)

H

A

L

A

M

A

N

49

meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) dalam prakteknya dibedakan menurut tiga kelompok umur. Pertama kelompok umur usia Sekolah Dasar (SD) sederajat yaitu umur 7-12 tahun. Kedua pada kelompok umur Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat yaitu 13-15 tahun Ketiga pada kelompok umur Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat yaitu 16-18 tahun. Arti dari angka APS menggambarkan peran serta atau partisipasi masyarakat dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan. Indikasi dari angka APS ini, apabila semakin tinggi angkanya maka semakin berhasil program pendidikan yang diselenggarakan. Besarnya angka APS maksimal 100 persen yang mempunyai arti bahwa seluruh anak pada kelompok umur tertentu semuanya sedang bersekolah.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang mengukur pemerataan akses terhadap pendidikan. Gambar 5.1 menunjukkan capaian APS pada kelompok umur sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun fluktuatif di atas 95 persen dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Tahun 2019 capaian APS pada kelompok umur sekolah 16-18 tahun mengalami peningkatan, setelah 3 tahun sebelumnya (2016-2018) selalu mengalami penurunan. Hal ini menggambarkan bahwa adanya perbaikan sektor pendidikan di Kabupaten Tana Tidung.

(57)

H

A

L

A

M

A

N

50

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tana Tidung

“APS kelompok umur 16-18 tahun mengalami peningkatan di Tahun 2019”

Salah satu permasalahan yang dapat menghambat peningkatan kapabilitas dasar penduduk adalah perekonomian masyarakat. Ketidakmampuan untuk membayar biaya sekolah baik itu merupakan biaya untuk perlengkapan sekolah maupun biaya lainnya akan berdampak pada pilihan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak menamatkan jenjang pendidikan yang sedang dijalani (putus sekolah).

Gambar 5.1

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk 7-18 Tahun menurut Usia Sekolah, 2017-2019

Gambar

Tabel 2.1. Perbandingan Metode Lama dan Metode Baru
Tabel 2.2. Penghitungan Nilai Minimum dan Maksimum

Referensi

Dokumen terkait

Moewardi tidak mempengaruhi pemanfaatan lahan komersial di sekitar kawasan karena pelayanan kesehatan memiliki total jumlah perubahan yang menurun tetapi pemanfaatan lahan

interaksi yang nyata antara perlakuan dosis pupuk urea dan umur bibit terhadap tinggi, diameter batang, jumlah daun, luas daun, panjang akar dan berat kering bibit kakao

Hasil uji kesukaan warna kain satin yang dicelup dalam zat warna kulit kayu galam dengan metode ekstraksi teknik soxhlet pada umumnya oleh panelis lebih disukai

Dari hasil pengujian penelitian menyatakan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh signifikan antara motivasi kerja, kepuasan kerja dan keadilan organisasi

Pelarangan ekspor mineral mentah adalah larangan penjualan bijih (raw material atau ore) ke luar negeri tanpa proses pengolahan dan/atau pemurnian terlebih dahulu sampai

Power Point tentang berbagai bahan/material serta pemanfaatannya dalam teknologi Tugas Kuis Presentasi Modul pengolahan dan pemanfaatan bahan/material

[r]

• Pemakaian barang untuk proyek dan kegiatan maintenance (yang tidak tiap tahun dilakukan) akan diberikan catatan di forecast sehingga untuk periode ke depan, apabila tidak