• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KELURAHAN KOTA BAMBU SELATAN, PALMERAH,

JAKARTA BARAT

The Potential Utilization of

Biopore Infiltration Hole in

Kota Bambu Selatan Sub-district, Palmerah, West Java

Pramiati Purwaningrum, Winarni Winarni, Hernani Yulinawati, Tazkiaturrizki Tazkiaturrizki*

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

Agustus 2020 Revisi Oktober 2020 Disetujui November 2020 Terbit Online Januari 2021 *Penulis Koresponden: tazkiaturrizki13@trisakti.ac.id Kata Kunci:  biopori  edukasi masyarakat  genangan air  Kota Bambu Selatan  sampah organik

Keywords:

Bambu Selatan City biopore

organic waste public education water inundation

Abstrak

Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah teknologi alternatif dan sederhana untuk penyerapan air hujan dapat berguna sebagai pengolah sampah organik dari rumah tangga dan dapat diterapkan di lahan pemukiman perkotaan yang sempit seperti di Kelurahan Kota Bambu Selatan (KBS). Melalui teknologi LRB secara garis besar adalah untuk mengurangi genangan, menambah cadangan air tanah, mengurangi volume sampah organik. Oleh karena itu Tim Pengabdian kepada Masyarakat Program Studi Teknik Lingkungan mempunyai tujuan untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan pada petugas PPSU (Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum) Kelurahan KBS dalam penerapan LRB yang sesuai dengan persyaratan teknis tanpa memberikan dampak terhadap pencemaran air tanah. Metode yang dilakukan adalah dengan memberikan materi edukasi LRB yang ditujukan pada masyarakat khususnya petugas PPSU melalui penjelasan langsung, poster dan brosur edukasi. Kondisi saat ini Kelurahan KBS sudah memiliki LRB di beberapa titik pada tahun 2017, namun mengalami beberapa kendala teknis seperti ukuran pipa terlalu kecil yaitu 7,5 cm (syarat diameter minimum pipa adalah 10 cm); adanya aktivitas pengerukan tanah, tidak ada penutup atas sehingga binatang kecil sering masuk, dan di beberapa lokasi sering terdapat genangan air.

Abstract

Biopore Infiltration Hole (LRB) is an alternative and simple technology for rainwater infiltration that can be useful as a processor for organic waste from households and can be applied in narrow urban residential areas such as in Kota Bambu Selatan (KBS) Sub-district. LRB technology in general is to reduce water inundation, increase groundwater reserves, and reduce the volume of organic waste. Therefore, the Community Service Program of the Environmental Engineering Study Program has the aim of providing counseling and training to PPSU officers (Public Facilities and Infrastructure Handling Workers) of KBS Sub-district in implementing LRB in accordance with technical requirements without impacting groundwater pollution. The method used was to provide LRB educational materials aimed at the community, especially PPSU officers through direct explanations, educational posters and brochures. The current condition is that KBS Sub-district already has LRB at several points in 2017, however it got some technical problems such as pipe size is too small, namely 7.5 cm (minimum pipe diameter requirement is 10 cm); there is dredging activity, there is no top cover so that small animals often enter, and in some locations there is often stagnant water.

(2)

1. PENDAHULUAN

Ujung tombak pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustaibable Development Goals, SDGs) berada di tangan Pemerintah Daerah. Adapun Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ini antara lain 1) SDG-6, yang berbicara tentang memastikan ketersediaan dan manajemen air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua; serta 2) SDG-11, mengenai memposisikan kota-kota pada inti pembangunan berkelanjutan di tengah pesatnya urbanisasi (Alisjahbana dan Murniningtyas, 2018)

Adapun tujuan SDG-11, yaitu mewujudkan kota-kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan, untuk menjamin terpenuhinya hak atas tempat tinggal layak, mengajak Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mengimplementasikan pengolahan limbah padat yang berkelanjutan dalam mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh perkotaan. Dalam konteks pengelolaan limbah, hal ini terkait dengan tujuan SDG-6:

 Tujuan 11.1 yaitu pada tahun 2030, menjamin akses terhadap perumahan dan pelayanan dasar yang layak, aman dan terjangkau bagi semua dan meningkatkan kondisi permukiman kumuh

 Tujuan 11.6 yaitu pada tahun 2030 mengurangi dampak lingkungan per kapita di perkotaan, termasuk dengan memberikan perhatian khusus kepada kualitas udara dan pengelolaan limbah.

 Tujuan 6.b, yaitu mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam memperbaiki pengelolaan air dan sanitasi.

Selain itu, Pemda, khususnya di perkotaan, merupakan pionir dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Penting bagi Pemda untuk dapat mengintegrasikan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim ke dalam perencanaan wilayahnya sehingga dapat meningkatkan ketahanan terhadap gangguan lingkungan. Untuk itu, Pemda perlu meningkatkan kapasitasnya agar dapat melindungi masyarakat serta meningkatkan kesadaran masyarakat,

Pada permukiman yang padat penduduk, rapatnya bangunan rumah tanpa disertai ruang terbuka hijau yang memadai dan ditambah oleh adanya perkerasan seperti aspal, batu, semen, dan beton akan membatasi air hujan yang meresap ke dalam tanah (Erlinda et al., 2017). Saat

(3)

hujan datang, air hujan akan langsung mengalir ke saluran drainase, sehingga akan berpengaruh pada menipisnya cadangan air tanah (Arifin, dkk. 2008).

Pesatnya urbanisasi yang dialami Kota Jakarta telah menyebabkan pertumbuhan permukiman kumuh, dimana dalam permukiman kumuh ini sarat dengan permasalahan sanitasi. Tingginya jumlah penduduk pada permukiman ini juga berdampak pada tingginya volume sampah rumah tangga yang dihasilkan. Sampah juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, antara lain:

 Lingkungan menjadi kumuh dan kotor.

 Merupakan sumber penyebaran bibit penyakit (organisme patogen), yang akan ditransmisikan oleh vektor yang berkembang biak dalam sampah.

 Pembusukan sampah menimbulkan bau yang tidak sedap, mengeluarkan cairan (lindi) yang dapat mencemari tanah dan air tanah.

 Sampah yang tidak terwadahi dengan baik dapat menyumbat saluran drainase sehingga akan menimbulkan banjir.

 Memerlukan tempat pembuangan sampah yang luas. Untuk permukiman yang besar hal ini akan berdampak pada kesulitan mencari lahan TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Dalam melakukan konservasi sumber daya air, selain sumur resapan (Fachrul, et al, 2020), Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah teknologi alternatif dan sederhana untuk penyerapan air hujan. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.70 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan, LRB adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk ini akan terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah (Kamir, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan Kurniawan et al., (2015), dikatakan bahwa Nilai koefisien limpasan (C) pada rumput gajah mini (Pennisetum purpureum Schumach, 1827) adalah sebesar 0,2423; 0,3714; dan 0,5243 pada kondisi tanah dengan kadar air sebesar 47,68 %; 63,62 %; dan 76,92 %. Sedang berdasarkan hasil penelitian Victorianto et al., (2014) menjelaskan bahwa jumlah lubang biopori berpengaruh terhadap besar reduksi limpasan permukaan selama kondisi tanah belum jenuh. Semakin banyak lubang biopori reduksi limpasan semakin besar. Pada

(4)

kondisi tanah yang jenuh air yang meresap kecil. Hal ini sesuai dengan koefisien permeabilitas tanah di area penelitian sebesar 2.308 x 10-8 cm/detik yang dihasilkan dari uji tanah.

Selain berfungsi untuk resapan air, LRB juga berguna sebagai pengolah sampah organik dari rumah tangga dan dapat diterapkan di lahan pemukiman perkotaan yang sempit. Sampah organik dimasukkan ke dalam LRB, dimana selanjutnya fauna di dalam tanah akan mengubah sampah organik menjadi kompos. Kompos yang dihasilkan bisa diambil dan digunakan sebagai pupuk untuk tanaman di sekitarnya. Sehingga manfaat teknologi LRB secara garis besar adalah untuk mengurangi genangan, menambah cadangan air tanah, mengurangi volume sampah organik.

Kelurahan Kota Bambu Selatan terletak di Kecamatan Palmerah, Kotamadya Jakarta Barat, dengan luas wilayah 4,51 km2. Kelurahan Kota Bambu Selatan terdiri dari 9 RW dan 83 RT, dengan jumlah penduduk sebesar 24.139 jiwa (Kota Administrasi Jakarta Barat dalam Angka, 2020). Tipologi kelurahan ini adalah kepadatan bangunan yang tinggi, bangunan saling berhimpitan, serta jalan lingkungan yang relatif sempit.

Gambar 1. Lokasi Kelurahan Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat

Dalam pengelolaan limbah padat dan guna mewujudkan Kampung Pengelolaan Sampah Terpadu (KPST), Pemda Kelurahan Kota Bambu Selatan telah aktif melaksanakan upaya penurunan volume sampah yang dihasilkan dari warga masyarakat kelurahan tersebut, menuju pada tercapainya Zero Wastes, sebagai berikut:

(5)

- Infrastruktur pengelolaan persampahan di Kelurahan Kota Bambu Selatan telah tersedia, serta dikelola dengan baik oleh aparat kelurahan.

- Melakukan pengolahan sampah organik melalui pembuatan kompos.

- Melakukan pengumpulan sampah secara terpisah antara sampah organik dan non organik.

Namun, tetap saja isu sampah rumah tangga organik merupakan salah satu isu yang muncul dikarenakan tingginya jumlah penduduk. Belum semua timbulan sampah organik di kelurahan ini dapat terangkut dan diolah menjadi kompos. Sampah rumah tangga ini dapat menyebabkan pencemaran pada badan air, dan berpotensi menimbulkan genangan/banjir di musim penghujan.

2. METODE PELAKSANAAN

2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan PKM ini dilaksanakan di Kelurahan Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat pada hari Rabu tanggal 26 Agustus 2020. Lokasi dilaksanakannya di Kantor Lurah Kelurahan Kota Bambu Selatan pada pukul 13.30 - 15.00 WIB.

2.2 Masyarakat Sasaran

Peserta pelatihan adalah petugas PPSU (Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum) Kelurahan Kota Bambu Selatan, yang terdiri dari 10 orang petugas dan didampingi oleh Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan. Sasaran untuk sosialisasi penerapan LRB adalah seluruh masyarakat di Kelurahan Kota Bambu Selatan, melalui poster penerapan LRB.

2.3 Metode Pelaksanaan

Dalam mengatasi volume sampah rumah tangga organik yang sangat besar, penggunaan LRB adalah merupakan salah satu dari cara yang dapat mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA. Untuk itu Tim PKM Prodi Teknik Lingkungan melakukan:

1. Penyuluhan dan pelatihan pada petugas dalam penerapan LRB yang sesuai dengan persyaratan teknis.

(6)

2. Membuat poster dan brosur edukasi tentang LRB untuk membantu aparat kelurahan dalam melaksanakan sosialisasi LRB kepada masyarakat.

2.4 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari kegiatan PKM ini adalah:

1. Adanya pemahaman yang lebih baik terkait dengan standar pembuatan lubang resapan biopori.

2. Petugas PPSU memahami cara pemeliharaan lubang resapan biopori.

3. Peletakkan biopori sudah sesuai dengan standar dan aturan yang sudah ditetapkan. 4. Keberadaan biopori berjalan sesuai dengan fungsinya.

2.5 Metode Evaluasi

Evaluasi dilakukan dalam kurun waktu 1-2 bulan setelah PKM dilaksanakan agar dapat melihat perbaikan kondisi eksisting dari peletakkan dan pemanfaatan LBR sudah benar dilaksanakan. Dan pada 1 bulan pertama, dilakukan pendampingan pembuatan dan peletakkan LBR agar sesuai dengan standar.

3. HASIL DAN DISKUSI

Kegiatan PKM dari Tim PKM Prodi Teknik Lingkungan berlangsung dengan baik. Aparat Kelurahan Kota Bambu Selatan sangat mendukung dan berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan ini seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2. Aparat Kelurahan Kota Bambu Selatan memiliki inisiatif dan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan Zero Wastes dalam upayanya mewujudkan Kelurahan Kota Bambu Selatan menjadi Kampung Pengelolaan Sampah Terpadu.

(7)

Gambar 2. Pelaksanaan kegiatan PKM di Kelurahan Kota Bambu Selatan dengan sasaran utama petugas PPSU

Pada kegiatan PKM ini dihadiri oleh 14 orang yang terdiri dari Tim PKM, petugas dan didampingi oleh Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan. Para petugas PPSU sebagai sasaran penerima pelatihan dan penyuluhan memberikan respon yang positif dan juga dapat terjalin komunikasi interaktif selama berlangsungnya pelatihan. Meskipun pelaksanaan kegiatan sempat tertunda dan mengalami kesulitan Tim dalam menentukan waktu pelatihan karena adanya peraturan PPSB dari Pemda Provinsi DKI, terkait pencegahan penyebaran Covid-19, antusias dari peserta PKM tetaplah tinggi.

Dari hasil diskusi pada saat kegiatan diperoleh informasi bahwa Kelurahan Kota Bambu Selatan telah membuat LBR sejak tahun 2017. Namun mengalami berbagai kendala dalam penggunaan serta pemeliharaannya. Terdapat beberapa lokasi di Kelurahan Kota Bambu Selatan yang sering tergenang air, sehingga LBR tidak sesuai untuk ditanam di lokasi tersebut. Diperlukan untuk memasang LBR di daerah hulu yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan peresapan air hujan dan mengurangi dampak genangan yang terjadi. Pipa PVC yang digunakan berukuran 3 inch (7,5 cm), sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengambilan kompos yang sudah terbentuk. Ada beberapa lokasi dimana pada LBR yang telah tertanam tidak dilakukan pemasukkan sampah organik. Hal ini menyebabkan kondisi tanah yang tidak berubah

(8)

perkerasan tanah di bawah jalan, sehingga menyebabkan turunnya badan jalan. Kurangnya koordinasi dalam pengaspalan jalan yang mengakibatkan tertutupnya LBR.

Kegiatan PKM ini sangat membantu aparat Kelurahan dalam mengidentifikasi lokasi yang memenuhi persyaratan dalam penerapan Lubang Resapan Biopori (LRB). Kegiatan PKM ini membantu aparat Kelurahan dalam mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam penerapan LRB. Pembuatan LRB sebaiknya dilakukan pada area terbuka yang akan terkena air hujan, sepertidi halaman rumah, sekitar pepohonan, sekitar tempat parkir, dan tempat terbuka lainnya. Pada pelaksanaan pembuatan LRB ini dilakukan maka disesuaikan dengan persyaratan penempatannya yaitu

1. Memperhatikan kondisi tanah yang mudah meloloskan air. 2. Kedalaman lubang tidak melebihi muka air tanah.

3. Agar kinerja lebih maksimal, maka perlu dipasang di tempat yang tepat, yaitu pada tali air/saluran air hujan di sekitar bangunan (rumah, sekolah, kantor); di sekeliling pohon; pada tanah kosong antar tanaman.

4. Jumlah LRB yang diperlukan adalah 3 unit untuk setiap luas tutupan bangunan 20 m2 dengan volume lubang 0,25 m3 (setiap tambahan luas tutupan bangunan 7 m2 diperlukan tambahan 1 unit LRB).

Gambar 3. Model LRB

(9)

Materi PKM juga disampaikan dalam bentuk poster dan juga brosur seperti Gambar 4.

Gambar 4. Materi dalam bentuk poster dan brosur

Hasil dari kegiatan ini diperoleh berbagai upaya tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

- Diperlukan sosialisasi/pengarahan dari Pemda kepada masyarakat menyangkut pentingnya LRB dalam mengatasi sampah organik dan mempercepat peresapan air hujan, sehingga mencegah timbulnya genangan air.

- Diperlukan adanya pendampingan terkait pembuatan lubang biopori yang tepat agar kendala-kendala yang ditemukan di lapangan dapat diatasi.

- Memperhatikan kesiapan infrastruktur layanan persampahan di Kelurahan Kota Bambu Selatan, maka Prodi Teknik Lingkungan dapat melakukan pendampingan dan pelatihan bagi

(10)

aparat Kelurahan dalam menyusun tahapan implementasi menuju terbentuknya Kampung Pengelolaan Sampah Terpadu.

- Pertimbangan lokasi penempatan harus dilakukan dengan benar agar LBR dapat berfungsi dengan optimal.

- Program lubang biopori ini tidak hanya menjadi tugas petugas PPSU melainkan juga akan memberdayakan masyarakat agar berperan aktif menjaga kelestarian lingkungan.

4. SIMPULAN

Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Tim PKM Jurusan Teknik Lingkungan sebagaimana telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan :

- Kegiatan PKM ini membantu aparat Kelurahan dalam mengidentifikasi lokasi yang memenuhi persyaratan dalam penerapan Lubang Resapan Biopori (LRB) dan membantu mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam penerapan LRB.

- LRB dapat diterapkan di Kelurahan Kota Bambu Selatan pada lokasi di lahan yang sempit dan padat penduduk.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Tim PKM Jurusan Teknik Lingkungan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak/aparat Kelurahan Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat atas kerja sama dan kesempatan yang telah diberikan.

6. DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, A.S., Murniningtyas, E. 2018. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia:

Konsep, Target dan Strategi Implementasi. Cet. 2 – Bandung, Unpad Press, 2018 xviii, 319 h.; 16 x 24 cm, ISBN 978-602-439-313-7.

Arifin, M.Z, dkk. 2008. Pengaruh Kandungan Air Hujan terhadap Nilai Karakteristik Marshall Campuran Lapisan Aspal Beton (Laston). Jurnal Rekayasa Sipil. 2(1). Malang: Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.

Bonanza, O. 2011. Tesis. Prinsip Perancangan Hutan Kota kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung. Departemen Teknik Planologi ITB. Bandung.

(11)

Brata, K. ,Purwakusuma W, Hidayat Y, Dwiwahyuni E, Baskoro DPT. 2008. Keunggulan dan manfaat Biopori. [Internet]. [Diakses pada 20 Agustus 2020]. Tersedia pada: http://www.biopori.com.

Fachrul, M.F., Hendrawan, D.I., Astri Rinanti, A., Siami, L., Astono, W., Iswanto, B. 2020. Penyuluhan Mengenai Pembuatan Sumur Resapan sebagai Konservasi Sumberdaya Air, di Kecamatan Sukmajaya Kelurahan Cisalak, Depok, Jawa Barat. JUARA: Jurnal Wahana Abdimas Sejahtera. 1(1):60-72. Januari 2020. e-ISSN 2715-4998. DOI: 10.25105/juara.v1i1.6305.

Faradilla, E., Kaswanto, Arifin, H.S. 2017. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Biru di Sentul City, Bogor. Jurnal Lanskap Indonesia. 9(1):101-109. Kamir, R.B. 2009. Lubang Resapan Biopori untuk Mitigasi Banjir, Kekeringan dan Perbaikan.

Prosiding Seminar Lubang Biopori (LBR) dapat Mengurangi Bahaya banjir di Gedung BPPT 2009. Jakarta.

Kurniawan, R.P., Qomariyah, S., Sobriyah. Matriks Teknik Sipil/Juni 2015/548 Pengaruh Lubang Resapan Biopori pada Tanah Berpenutup Rumput Gajah Mini (Pennisetum Purpureum Schumach. 1827) terhadap Reduksi Limpasan Permukaan. e-Jurnal Matriks Teknik Sipil/Juni 2015/548- 556. ISSN 2354-8630.

Safitri, R. 2019. Pembuatan Biopori dan Sumur Resapan untuk mengatasi Kekurangan Air Tanah di Perumahan Villa Mutiara, Tangerang Selatan. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat. 5(1):39-47.

Sanitya, RS. 2012. Penentuan Lokasi dan Jumlah Lubang Resapan Biopori di Kawasan DAS Cikapundung Bagian Tengah. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 13(1-11)

Tribekti, S. 2011. Penerapan Sumur Resapan dan Lubang Resapan Biopori (LRB) di Daerah Padat Penduduk (Penelitian Sumur Resapan di Kompleks Simpay Asih dan LRB di Desa Pasir Biru). Jurnal Kimia Lingkungan. 211-213.

Gambar

Gambar 1.  Lokasi Kelurahan Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat
Gambar 2. Pelaksanaan kegiatan PKM di Kelurahan Kota Bambu Selatan   dengan sasaran utama petugas PPSU
Gambar 3. Model LRB
Gambar 4. Materi dalam bentuk poster dan brosur

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan reformasi birokrasi pelayanan publik di BPPT Kota Semarang belum berjalan dengan baik dikarenakan masyarakat tidak mengetahui dengan benar persyaratan yang harus

Pengganti 0umayun adalah raja Mughal paling kontroBersial, yaitu !kbar Masa  pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai

IOI Loders Croklaan Wormerveer M0489 PALMERAS DE PUERTO WILCHES S.A... IOI Loders Croklaan Wormerveer

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat serta Kasih Sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini

Sebaliknya, pertanyaan terbuka memberikan informasi lebih dari pertanyaan tertutup, dan tidak memerlukan model ekonometrik untuk menganalisis, karena rata-rata nilai

b Pembangunan , pemanfaatan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan c Pembangunan , pemanfaatan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan 2 Pelaksanaan

Justeru, kajian yang melibatkan aspek akidah, ibadat dan akhlak Islam yang terungkap dalam pemikiran Kemala ini berkait secara langsung dengan kehidupan masyarakat dan