• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI WANITA UNTUK BERWIRAUSAHA PADA SALON KECANTIKAN DI KOTA LHOKSEUMAWE. Khairawati ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI WANITA UNTUK BERWIRAUSAHA PADA SALON KECANTIKAN DI KOTA LHOKSEUMAWE. Khairawati ABSTRAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMOTIVASI WANITA UNTUK BERWIRAUSAHA PADA SALON KECANTIKAN DI KOTA

LHOKSEUMAWE Khairawati

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor kemandirian, modal, emosional dan pendidikan terhadap motivasi wanita dalam untuk berwirausaha pada salon kecantikan di Kota Lhokseumawe. Lokasi penelitian ini adalah pada usaha salon kecantikan di Kota Lhokseumawe. Objek penelitian ini adalah pengusaha salon kecantikan Kota Lhokseumawe. Dari hasil penelitian dapat diformulasikan persamaan regresi adalah : Y= 6.027 + 0.398X1 +

0.494X2 + 0.451X3 + 0.313X4 + e. Koefisien korelasi (r) menunjukkan nilai 0,934

atau 93,4% ini berarti motivasi berwirausaha memiliki pengaruh yang signifikan dengan faktor kemandirian, modal, emosional, dan pendidikan. Pengujian Fhitung >

Ftabel yaitu 32.594 > 2,25 artinya kemandirian, modal, emosional, dan pendidikan

merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi motivasi berwirausaha pada salon kecantikan di Kota Lhokseumawe.

Berdasarkan hasil analisis yang di lakukan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diteliti sangat berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berwirausaha, oleh karenanya para wanita pengusaha salon kecantikan di Kota Lhokseumawe harus lebih meningkatkan faktor-faktor tersebut dalam berwirausaha.

(2)

Pendahuluan

Berwirausaha tidak hanya dimiliki oleh para lelaki tetapi wanita pun mulai tergerak untuk membuat suatu usaha yang dapat dijadikan tumpuan hidupnya kelak atau sebagai pekerjaan sampingan untuk membantu membiayai kehidupan keluarganya. Permasalahan didalam kehidupan masyarakat indonesia dalam era globalisasi dewasa ini ialah masalah tekanan ekonomi semakin terasa berat khususnya bagi negara-negara berkembang. Setelah krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 serta di dalam perjalanannya dampak krisis ekonomi tersebut masih terasa sampai saat ini khususnya di Kota Lhokseumawe.

Mengingat kondisi sosial ekonomi sedang lemah serta sulitnya mencari pekerjaan di sektor pemerintahan atau pegawai negeri yang membutuhkan berbagai persyaratan melalui jenjang pendidikan. Maka situasi tersebut menimbulkan semakin banyak peluang bagi wanita di Kota Lhokseumawe untuk mencari atau membentuk usaha pribadi melalui gagasan atau keterampilan yang dimiliki.

Salah satu usaha yang dilakukan adalah salon kecantikan yang membutuhkan tantangan, keterampilan, serta motivasi yang kuat. Dengan demikian kemandirian sangat mempengaruhi seorang wanita untuk berwirausaha. Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengandalkan diri sendiri tanpa harus bergantung dari orang lain (Sugiyono, 2004:53). Pada saat ini wanita tidak lagi hanya berperan sebagai ibu rumah tangga dan bergantung pada suaminya, tetapi juga sudah aktif berperan dalam berbagai bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun politik.

Dalam bidang ekonomi untuk menjalankan suatu usaha, seorang wirausaha tidak terlepas dari masalah permodalan yaitu pemenuhan modal usaha. Kasmir (2007:18), menjelaskan bahwa suatu usaha wirausaha pada umumnya bermula dari sebuah usaha kecil dengan modal dana pribadi. Ketika usaha berkembang, seorang wirausahawan kemudian mencari akses untuk mendapatkan modal yang lebih besar dengan cara meminta bantuan kepada keluarga dan teman. Seorang wirausahawan yang berhasil mengembangkan usaha akan mencari lebih banyak saluran untuk modal.

Selain modal emosional juga sangat mempengaruhi dalam berwirausaha. Emosional merupakan semangat dalam melakukan sesuatu hal dalam mengambil suatu keputusan. Jika seseorang mampu mempengaruhinya dalam mengambil keputusan untuk berwirausaha, maka ia akan lebih termotivasi (Sugiyono, 2004:54). Untuk itu wanita sangat membutuhkan motivasi dari orang -orang yang ada disekitarnya.

Disamping itu pendidikan juga akan berpengaruh terhadap kemampuan yang dimiliki dalam mengelola sebuah usaha salon kecantikan. Tingkat pendidikan yang memadai membuka kesempatan bagi kaum wanita untuk merambah dunia kerja (sektor publik) dan mengembangkan karir diberbagai bidang pekerjaan. Pendidikan dapat meningkatkan derajat hidup seseorang, karena pola fikir yang meningkat akan membuatnya berfikir lebih sehat untuk memperbaiki taraf hidupnya.

(3)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pemilik salon kecantikan yang ada di Kota Lhokseumawe terdapat berbagai macam alasan motivasi mengapa seorang wanita berwirausaha. Diantaranya mereka cenderung memilih usaha yang sesuai dengan hobi yang suka mendandani teman serta ditunjang dengan ilmu yang dimiliki sehingga muncullah ide untuk membuka usaha salon kecantikan.

Landasan Teoritis. Pengertian Motivasi

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi yang ada, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal

Motivasi dapat timbul dari dalam diri manusia karena adanya kepuasan terhadap prestasi kerja, adanya rasa tanggung jawab yang besar, adanya keinginan untuk berkembang dan pekerjaan itu sendiri menyenangkan. Menurut As'ad (2003:45), motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat sehingga motivasi tersebut merupakan driving force (penggerak) yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.

.

Pola Motivasi

Pola motivasi adalah bentuk-bentuk motivasi yang digunakan untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan. Menurut Keith dan Newstrom dari Siagian (2004 : 109) ada empat macam pola motivasi yang sangat penting :

1. Motivasi Prestasi (Achievement Motivation)

Adalah mendorong dalam diri orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan.

2. Motivasi Afiliasi (Affiliation Motivation)

Adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang atas dasar sosial.

3. Motivasi Kompetensi (Competence Motivation)

Adalah dorongan untuk mencapai keunggulan kerja, meningkatkan ketrampilan, mencegah maslah dan berusaha keras untuk inovatif.

4. Motivasi Kekuasaan (Power Motivation)

Adalah dorongan untuk mempengaruhi orang-orang dan mengubah situasi. Pengetahuan tentang pola motivasi membantu para manajer memahami sikap kerja masing-masing karyawan, mereka dapat mengelola perusahaan secara berkala sesuai dengan pola motivasi yang paling menonjol.

Menurut Hasibuan (2003:143), motivasi dibagi menjadi dua, yaitu Motivasi Positif dan Motivasi Negatif.

(4)

Adalah dorongan yang mampu dan mengakibatkan timbulnya harapan pada seseorang yang dapat memuaskan dirinya baik secara material maupun psikologis.

b. Motivasi Negatif

Adalah dorongan untuk bekerja yang didasarkan adanya rasa takut dan adanya tekanan dari luar. Sehingga motivasi negatif tumbuh akibat ancaman dan paksaan.

Faktor-faktor motivasi untuk berwirausaha

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki motivasi berwirausaha karena ada motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achiement motive). Menurut Suryana (2003:32) motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.

Menurut Anoraga, (2004:18), faktor-faktor motivasi untuk berwirausaha ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Faktor kemandirian adalah kemampuan untuk mengandalkan diri sendiri dalam upaya menciptakan lapangan pekerjaan baru tanpa harus bergantung dari orang lain.

b. Faktor modal adalah faktor finansial pada wanita yang mempunyai modal yang cukup untuk mendirikan suatu usaha.

c. Faktor emosional adalah tindakan pribadi sesorang yang mampu mempengaruhi emosinya dalam mengambil keputusan untuk memilih usaha kecil.

d. Faktor pendidikan adalah faktor tingkat pendidikan formal dan keahlian serta teknik-teknik yang diperoleh wanita pengusaha dalam memilih usaha kecil.

Sedangkan menurut Setiono ( 2006:17) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi seseorang untuk berwirausaha adalah:

1. Faktor internal wirausaha seperti pendidikan, pengalaman, kemampuan menganalisis resiko, keberanian dan mempunyai visi kedepan.

2. Faktor eksternal meliputi modal yang cukup, lingkungan dan jaringan usaha.

3. Faktor X seperti kesempatan dan keuntungan.

Menurut Danny (2007:28) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang memotivasi seseorang untuk berwirausaha, yaitu :

1. Modal

2. Keterampilan (Skill) 3. Pendidikan

(5)

Kemandirian

Kemandirian seseorang disebabkan oleh kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial. Hidup mandiri dan beraktivitas produktif dapat menunjang kemandirian finansial mereka dalam rumah tangga. Keterlibatan lingkungan dalam aktivitas ekonomi dapat dikatakan tinggi. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kemandirian seseorang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka dapat mempergunakan waktu untuk kegiatan produktif, sehingga rasa kesepian, rasa tidak berguna dan ketergantungan terhadap keluarga akan semakin berkurang (Frinces, 2004:56).

Menurut Winarto (2003:17) seseorang yang mandiri adalah suatu suasana dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak atau keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang atau jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya. Menurut Meredith (2002:55) kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap.

Menurut Frinces (2004:23), kemandirian adalah individu yang mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan mampu bertindak secara dewasa. Anoraga (2004:138) mengatakan bahwa kemandirian adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain.

Modal

Modal mempunyai peran cukup penting dalam proses sebuah usaha, sebesar atau sekecil apapun modal tetap sangat diperlukan, karena modal diperlukan ketika pengusaha hendak mendirikan usaha baru atau untuk memperluas usaha yang sudah ada. Tanpa modal yang cukup maka akan berpengaruh terhadap kelancaran usaha, sehingga akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Faktor modal merupakan titik kunci dari setiap usaha dimana modal yang besar akan berpengaruh terhadap besarnya variasi usaha dan tenaga kerja.

Menurut Danny (2007:28), modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam berbagai aktvitas yang dilakukan. Karena modal dapat membiayai semua kegiatan operasional dalam usaha. Modal dalam setiap kegiatan usaha memiliki 2 sasaran, yaitu :

1. Sebagai pembuka usaha

Modal sebagai pembuka usaha adalah pengumpulan sejumlah dana yang dibutuhkan dalam memulai suatu kegiatan usaha mulai dari tempat,

(6)

kebutuhan pelaksanaan maupun modal simpanan yang digunakan untuk menanggulangi ketika usaha yang sedang berjalan membutuhkan suntikan dana kembali.

2. Sebagai pengembangan usaha

Modal sebagai pengembangan usaha adalah modal yang dikeluarkan selain modal awal yang fungsinya sebagai pengembangan usaha baik dari segi jumlah unit usaha maupun dari banyaknya tenaga, alat bantu usaha maupun perluasan usaha.

Menurut Zimmerer.dkk (2005:49) modal usaha merupakan modal yang digunakan untuk memulai atau menjalankan suatu usaha. Langkah pertama dalam mengelola sumber daya keuangan secara efektif adalah memiliki modal awal yang cukup. Terlalu banyak wirausahawan yang memulai bisnis dengan modal yang terlalu kecil. Sedikitnya modal yang dimiliki tidak sebanding dengan biaya yang diperlukan dalam menjalankan perusahaaan yang hampir selalu lebih besar dari yang diperkirakan.

Emosional

Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Anoraga (2004:243) mendefinisikan faktor emosional sebagai suatu keadaan yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang untuk melakukan suatu perencanaan yang dikehendakinya. Tindakan emosional itu juga merupakan dorongan pribadi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Dengan dorongan emosi maka orang dapat bertindak sesuai keinginannya.

Pada jiwa wirausaha terdapat faktor emosi yang berupa naluri bisnis seseorang. Dalam dunia bisnis selain kemampuan rasional untuk mengatur strategi dan mengambil keputusan juga diperlukan naluri bisnis yang baik. Naluri bisnis tersebut merupakan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengambil keputusan atas permasalahan berupa peluang dalam usaha. Kekuatan keyakinan atas keputusan usaha biasanya mempengaruhi motivasi wirausaha dan lingkungan kerjanya untuk mencapai sukses.

Pendidikan

Faktor pendidikan pun tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan kewirausahaan individu. Individu yang mengenyam pendidikan dimana kewirausahaan diajarkan akan terdorong untuk menjadi seorang wirausahawan

(7)

(Hisrich dan Peters, 2000:12). Pendidikan akan memberi bekal pengetahuan yang dibutuhkan dalam mengelola usaha, terutama ketika menghadapi suatu permasalahan. Individu yang tidak mengenyam pendidikan formal namun ia bisa belajar dari pengalaman dan orang lain pun bisa meningkatkan kewirausahaan yang dimiliki. Pendidikan formal memberikan sarana yang lebih baik dan juga rekan yang lebih banyak sehingga lebih memudahkan dalam meningkatkan kewirausahaan melalui pengetahuan yang diterima.

Menurut Danny (2007:29), pendidikan yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam suatu ilmu keterampilan tertentu. Pendidikan akan berperan aktif apabila adanya pengalaman dan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam setiap kegiatan. Pendidikan menurut Slameto (2003:53) adalah tingkat intelegensi tertinggi yang dimiliki seseorang. Pendidikan dalam suatu kegiatan usaha kecil hanya melibatkan pendidikan dasar yang dimiliki baik dari seorang pengelola usaha maupun dari segi tenaga kerja yang melakukan usaha tersebut.

Metodelogi Penelitian

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh pengusaha salon kecantikan di Kota Lhokseumawe dengan jumlah 26 pengusaha salon. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey, yaitu metode pengumpulan data primer berdasarkan komunikasi antara peneliti dan responden dimana data peneliti berupa subjek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, karakteristik subjek penelitian secara individu atau secara kelompok.

Dalam peralatan analisis digambarkan satu persatu dari variabel yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja sumber daya manusia yang dilambangkan dengan suatu fungsi Regresi Linear berganda sebagai berikut : Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+ei dimana : Y : Motivasi berwirausaha X1 : Kemandirian X2 : Modal X3 : Emosional X4 : Pendidikan a : Nilai konstanta b1-b4 : Koefisien regresi ei : Nilai error

Hasil Penelitian Dan Pembahasan Karakteristik Responden

Karakteristik responden berdasarkan usia di atas 25 sampai dengan 30 tahun sebanyak 6 orang atau 20,8% responden, sedangkan responden yang berusia diatas 30 tahun sebanyak 20 orang atau 79,2% responden. Berarti dapat disimpulkan bahwa usaha salon kecantikan banyak dilakukan oleh responden yang berusia >30 tahun.

(8)

Selanjutnya bila dilihat dari karakteristik responden menurut tingkat pendidikan terakhir, responden SLTP mencapai 6 orang atau sebesar 25%, selanjutnya tingkat pendidikan responden SLTA mencapai 14 orang atau sebesar 54%, berikutnya tingkat pendidikan responden Diploma sebanyak 3 orang atau sebesar 12,5% dan Sarjana sebanyak 3 responden atau sebanyak 8,3%. Kesimpulannya bahwa usaha salon kecantikan banyak dilakukan oleh responden yang tingkat pendidikan terakhirnya SLTA.

Dari segi jumlah pendapatan perbulan responden yang berpenghasilan <Rp. 1.000.000 sejumlah 3 responden (12,5%), dengan penghasilan berkisar antara Rp. 1.000.0000 – Rp. 1.999.000 berjumlah 7 responden (25,0%), berpenghasilan Rp. 2.000.000 – Rp. 2.999.000 berjumlah 11 responden, dan responden yang berpenghasilan Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000 sejumlah 5 responden. Berarti responden yang pendapatannya perbulan Rp. 2.000.000 – Rp. 2.999.000 memiliki jumlah yang lebih banyak.

Dalam menganalisis faktor-faktor yang memotivasi wanita untuk berwirausaha pada salon kecantikan di kota Lhokseumawe. Maka hasil yang di input melalui program SPSS dapat disajikan dalam Tabel -1 berikut ini :

Tabel 1 Hasil Regresi Linear Berganda Hasil Regresi Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 6.027 1.616 3.729 .001 Kemandirian .398 .198 .244 2.015 .058 Modal .494 .264 .304 1.871 .077 Emosional .451 .250 .268 1.808 .086 Pendidikan .313 .173 .236 1.815 .085

a. Dependent Variable: Motivasi Berwirausaha

Berdasarkan Tabel di atas maka persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:

Y=6.027 + 0.398X1 + 0.494X2 + 0.451X3 + 0.313X4 + e

Dari persamaan model diatas maka variabel konstanta mempunyai koefisien sebesar 6.027 yang berarti bahwa apabila variabel Kemandirian (X1),

Modal (X2), Emosional (X3) dan Pendidikan (X4) tidak terjadi perubahan, maka

Motivasi Berwirausaha Salon Kecantikan di Kota Lhokseumawe sebesar 6.027. Koefisien variabel kemandirian sebesar 0.398 yang berarti apabila ditingkatkan 1 satuan maka motivasi berwirausaha akan meningkat sebesar 39.8%.

(9)

Koefisien variabel modal sebesar 0.494 yang berarti bahwa apabila ditingkatkan 1 satuan maka motivasi berwirausaha akan meningkat sebesar 49.4%. Koefisien variabel emosional sebesar 0.451 yang berarti apabila ditingkatkan 1 satuan maka motivasi berwirausaha akan meningkat sebesar 45.1%. Dan koefisien variabel sebesar 0.313 yang berarti apabila ditingkatkan 1 satuan maka motivasi berwirausaha akan meningkat sebesar 31.3%.

Untuk melihat besarnya pengaruh dari faktor Kemandirian (X1), Modal

(X2), Emosional (X3) dan Pendidikan (X4) dilakukan dengan menguji nilai R2.

Tabel 2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .934a .873 .846 .92025

a. Predictors: (Constant), pendidikan, kemandirian, emosional, modal b. Dependent Variable: motivasi berwirausaha

Berdasarkan hasil pengujian, maka ditemukan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,934 atau 93,4%, ini bermakna bahwa hubungan yang terjadi antara motivasi berwirausaha dengan faktor Kemandirian, Modal, Emosional dan Pendidikan pada usaha salon kecantikan di Kota Lhokseumawe adalah erat dan positif.

Nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,873 atau 87,3%, hal ini menunjukkan bahwa besarnya kemampuan variabel motivasi berwirausaha dipengaruhi oleh variabel kemandirian, modal, emosional dan pendidikan adalah sebesar 87,3%. Sisanya sebesar 12,7% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak penulis analisis dalam penelitian ini. Nilai adjusted R2 adalah 0,846 atau 84,6%, hal ini berarti 84,6% variasi motivasi berwirausaha dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel kemandirian, modal, emosional dan pendidikan. Sedangkan sisanya 15,4% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak penulis analisis dalam penelitian ini.

Untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel independen Kemandirian (X1), Modal (X2), Emosional (X3) dan Pendidikan (X4) terhadap

variabel dependen Motivasi Berwirausaha (Y) kemudian dapat diuji : a. Uji Serempak (Uji F)

Untuk melihat pengaruh faktor Kemandirian (X1), Modal (X2), Emosional

(X3) dan Pendidikan (X4) terhadap Motivasi Berwirausaha salon kecantikan di

Kota Lhokseumawe berdasarkan data hasil penelitian uji serempak (uji F) dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

(10)

Tabel .3 ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 110.410 4 27.602 32.594 .000a

Residual 16.090 19 .847

Total 126.500 23

Pembuktian hipotesis dilakukan dengan pengujian serempak terhadap semua variabel dengan menggunakan uji F, dengan ketentuan apabila hasil Fhitung

≥ Ftabel, maka Ha diterima, sebaliknya jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ha ditolak.

Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh Fhitung sebesar 32.594 ≥ Ftabel 2.27, dengan

demikian pengujian ini telah memenuhi syarat untuk menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). Dimana terdapat pengaruh faktor

Kemandirian (X1), Modal (X2), Emosional (X3) dan Pendidikan (X4) terhadap

motivasi berwirausaha salon kecantikan di Kota Lhokseumawe. b. Uji Parsial (Uji t)

Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka penulis mencoba untuk membuktikan kebenaran dan dugaan-dugaan mengenai hasil penelitian ini. Berdasarkan Tabel 1 Nilai thitung masing-masing

variabel adalah variabel kemandirian (X1) nilai thitung sebesar 2.015 ≥ ttabel sebesar

1.729, dengan demikian Ho ditolak dan menerima Hi, oleh karena itu kemandirian

berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berwirausaha. Variabel modal (X2) sebesar 1.871 ≥ ttabel sebesar 1.729, maka Ho ditolak dan menerima Hi, oleh

karena itu modal berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berwirausaha.. Variabel emosional (X3) sebesar 1.808 ≥ ttabel sebesar 1.729, maka Ho ditolak dan

menerima Hi, oleh karena itu emosional berpengaruh secara signifikan terhadap

motivasi berwirausaha. Variabel pendidikan (X4) sebesar 1.815 ≥ ttabel sebesar

1.729, oleh karena itu Ho ditolak dan menerima Hi, oleh karena itu pendidikan

berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berwirausaha. Berdasarkan pengolahan data disimpulkan nilai thitung > ttabel, maka masing-masing variabel

untuk parsial faktor Kemandirian (X1), Modal (X2), Emosional (X3) dan

Pendidikan (X4) berpengaruh terhadap motivasi berwirausaha salon kecantikan di

Kota Lhokseumawe. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Secara serempak faktor kemandirian, modal, emosional dan pendidikan berpengaruh terhadap motivasi berwirausaha pada Salon Kecantikan di Kota Lhokseumawe. Secara parsial semua variabel bebas memiliki thitung > ttabel,

berarti secara parsial semua variabel tersebut (kemandirian, modal, emosional dan pendidikan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap motivasi berwirausaha salon kecantikan di Kota Lhokseumawe.

(11)

Daftar Pustaka

Anoraga, Pandji. (2004). Manajemen Bisnis. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

As’ad, M. (2003). Psikologi Islami: Seri Sumber Daya Manusia. Penerbit Liberty, Yogjakarta

Danny, Rifyan. (2007). Strategi Usaha Kecil Dalam Persaingan. Penerbit CV.Rineka Cipta, Jakarta.

Frinces, Z Heflin. (2004). Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis. Cetakan kesatu, Mida Darussalam, Yogyakarta

Goleman (2002). Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hasibuan, Malayu S.P. (2003). Organisasi dan Motivasi : Dasar Peningkatan Produktivitas. Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta

Hisrich, R dan Peters, M. (2000). Entrepreneurship. 4th edition. McGraw-Hill

Companies, Inc, Singapore

Kasmir (2007). Kewirausahaan. Edisi pertama, Penerbit Erlangga, Jakarta. Meredith, G. G., Nelson, R. E. dan Neck, P. A. (2002). Kewirausahaan. Teori

dan Praktek (The Practice of Entrepreneur). Penerbit PPM, Bandung. Siagian, Salim & Asfahani. (2004). Kewirausahaan Indonesia Dengan

Semangat 17-8-45, Editor, Cetakan ketiga, PT. Kluang Klede Jaya Bekerja sama Poslatkop dan PK, Jakarta.

Slameto (2003). Pendidikan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhuinya. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Suryana (2001). Kewirausahaan. Jilid 1, Edisi Kedua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

_______ (2003). Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Winarto (2003). Pembelajaran dari Skandal Keuangan WorldCom. Media Akuntansi, Edisi 27/Juli-Agustus, Jakarta.

Gambar

Tabel 1 Hasil Regresi Linear Berganda  Hasil Regresi  Coefficients a  Model  Unstandardized Coefficients  Standardized Coefficients  t  Sig

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi dari struktur aktiva adalah sebagai berikut: Struktur aktiva :  Aktiva Total Tetap  Aktiva Total (Syamsudin 2001:9) Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Plat kendaraan berasal dari kelas berbeda namun teridentifikasi sebagai kelas yang sama , antara query dari kelas kedua yang diambil pada pagi dan siang hari dengan citra no.84

Hasil yang didapatkan dalam penelitian kali ini adalah peneliti menemukan banyak sekali pesan dakwah dalam sinetron Jodoh Wasiat Bapak di ANTV episode 194

Sebelum bencana antara lain peringatan dini (early warning system) secara optimal dan terus menerus pada masyarakat. a) Mendatangi daerah rawan longsor lahan

Pada tahun 2014 penelitian tentang generator fluks aksial juga telah dilakukan oleh Frasongko Budiyanto yang berjudul Generator Turbin Angin Putaran Rendah, jenis

Dengan semua latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini dilakukan pada karyawan Bank Tabungan Negara Syariah Kantor Cabang Semarang dengan

Setelah Sukarno berpidato mengajukan usul tentang dasar-dasar negara tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPKI pertama berakhir. Hari itu juga ketua BPUPKI menunjuk dan