• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pendekatan Sistem Basis Data

2.1.1 Pengertian Basis Data

Data adalah komponen yang paling penting dalam DBMS. Data bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan komponen mesin dengan komponen manusia (Connolly, Begg, 2005, p20). Menurut Kadir (1998, p8-p9), secara tradisional data diorganisasikan kedalam suatu hirarki yang terdiri dari elemen, rekaman (record), dan berkas (file).

Basis data adalah sekumpulan data yang berhubungan secara logis, dan deskripsi dari data tersebut, untuk memenuhi kebutuhan informasi dari sebuah organisasi atau perusahaan (Connolly dan Begg, 2005, p15).

Menurut Michael V. Mannino (2001, p7) adalah bahasa dan alat grafik yang digunakan untuk menggambarkan entitas, relasi, integrity constraints, dan hak pengguna.

Menurut McLeod (1998, p45), basis data adalah suatu koleksi data komputer yang terintegrasi, diorganisasikan, dan disimpan dalam suatu cara yang memudahkan pengambilan kembali.

Dua tujuan utama dari konsep basis data adalah meminimumkan bahkan menghilangkan pengulangan data dan mencapai independensi data. Pengulangan data (data redundancy) adalah duplikasi data dimana

(2)

data yang sama disimpan beberapa file. Independensi data adalah kemampuan untuk membuat perubahan dalam struktur data tanpa membuat perubahan pada program yang memproses data. Independensi data dicapai dengan menempatkan spesifikasi data dalam tabel dan kamus yang terpisah secara fisik dari program.

2.1.2 Sistem Manajemen Basis Data

Menurut Connoly dan Begg (2005, p16), Database Management System (DBMS) adalah sistem perangkat lunak yang memungkinkan user untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengatur kendali terhadap basis data.

Menurut Connoly dan Begg (2005, p16-17), fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh DBMS adalah sebagai berikut:

1. Pendefinisian basis data menggunakan Data Definition Language (DDL).

2. Penambahan, pembaharuan, penghapusan, serta pengambilan data dari basis data menggunakan Data Manipulation Language (DML).

3. Penyediaan akses yang terkontrol ke basis data seperti:

¾ Sistem keamanan (security system), mencegah pengguna yang tidak berhak mengakses basis data

¾ Sistem kontrol akses yang bersamaan (concurrency control system), mengijinkan akses basis data bersama.

(3)

¾ Sistem integritas (integrity system), memelihara konsistensi data yang disimpan

¾ Katalog pengguna (user-accessible catalog), berisi deskripsi data dalam basis data

¾ Sistem kontrol perbaikan (recovery control system), mengembalikan basis data ke kondisi konsisten sebelumnya setelah terjadi kegagalan perangkat keras atau perangkat lunak

Menurut Connolly dan Begg (2005, p18-21), DBMS mempunyai beberapa komponen utama seperti:

Perangkat keras (Hardware)

DBMS dan aplikasi membutuhkan perangkat keras untuk enjalankannya. Perangkat keras dapat berupa komputer pribadi, mainframe tunggal, sampai jaringan komputer.

Perangkat lunak (Software)

Komponen perangkat lunak mengandung perangkat lunak DBMS itusendiri dan program aplikasi, bersama dengan sistem operasi, termasuk perangkat lunak jaringan jika DBMS digunakan melalui jaringan. Secara khusus, program aplikasi ditulis dalam bahasa pemrograman generasi ketiga (3rd GL), seperti C, C++, Java, atau menggunakan bahasa pemrograman generasi keempat (4th GL), seperti SQL.

(4)

• Data

Komponen yang paling penting dari DBMS yaitu data. Data bertindak sebagai jembatan antara komponen mesin dan komponen manusia. Basis data terdiri dari data operasional dan meta data, data mengenai data itu sendiri. Struktur basis data ini disebut skema.

• Prosedur

Prosedur menunjuk pada instruksi dan aturan yang mempengaruhi desain dan kegunaan basis data. Pengguna sistem dan staf yang mengatur basis data membutuhkan prosedur yang didokumentasikan mengenai bagaimana menggunakan atau menjalankan sistem.

• Pengguna

Komponen terakhir adalah pengguna yang dilibatkan dengan sistem.

Beberapa keuntungan dan kerugian dari DBMS (Connolly dan Begg, 2005, p26-30):

• Keuntungan:

¾ Mengontrol duplikasi data ¾ Konsistensi data

¾ Informasi yang lebih dari sejumlah data yang sama ¾ Penggunaan data bersama

(5)

¾ Meningkatkan keamanan ¾ Pelaksanaan standarisasi ¾ Skala ekonomi tertentu

¾ Kebutuhan pengguna yang kompleks dapat teratasi ¾ Meningkatkan aksesibilitas data dan responsibilitas data ¾ Meningkatkan produktivitas

¾ Meningkatkan pemeliharaan melalui data yang bebas ¾ Meningkatkan concurrency

¾ Layanan back up dan recovery semakin baik • Kerugian:

¾ Rumit

¾ Membutuhkan tempat penyimpanan yang besar di memori ¾ Biaya DBMS yang bervariasi

¾ Biaya tambahan perangkat keras ¾ Biaya konversi

¾ Kinerja aplikasi tidak berjalan cepat seperti seharusnya karena adanya DMBS

¾ Kerusakan pada bagian sistem menyebabkan operasi terhenti

2.1.3 Structure Query Language (SQL)

Menurut Connoly dan Begg (2005, p113), Structure Query Language (SQL) adalah sebuah contoh dari transform-oriented language, atau sebuah bahasa yang didesain untuk menggunakan hubungan untuk

(6)

mentransformasikan input ke output yang dibutuhkan. SQL mempunyai dua komponen utama yaitu Data Definition Language (DDL) dan Data Manipulation Language (DML).

2.1.3.1 Data Definition Language (DDL)

Menurut Connoly dan Begg (2005, p40), Data Definition Language (DDL) adalah bahasa yang memungkinkan DBA atau pengguna untuk mendeskripsikan dan memberi nama entitas, atribut, dan hubungan yang dibutuhkan untuk aplikasi, termasuk batasan-batasan keamanan dan integritasnya. Hasil kompilasi dari DDL adalah seperangkat tabel yang disimpan dalam file spesial yang dinamakan sistem katalog. Sistem katalog ini mengintegrasikan meta-data, data yang menggambarkan objek dalam basis data dan membuatnya menjadi lebih mudah untuk diakses.

2.1.3.2 Data Manipulation Lanuage (DML)

Menurut Connoly dan Begg (2005, p40-41), Data Manipulation Language (DML) adalah bahasa yang menyediakan seperangkat operasi untuk mendukung operasi dasar manipulasi data pada data dalam basis data. Operasi manipulasi data biasanya seperti memasukkan data baru ke dalam basis data (insert), memodifikasi data yang disimpan

(7)

dalam basis data (modification), mengambil data yang ada di dalam basis data (retrieval), dan menghapus data dari basis data (delete).

DML dibedakan menjadi dua tipe yaitu:

• DML prosedural adalah bahasa yang memungkinkan pengguna untuk memberi instruksi ke sistem mengenai data yang dibutuhkan dan cara pengambilan data.

• DML non-prosedural adalah bahasa yang memungkinkan pengguna untuk menentukan data apa yang dibutuhkan daripada bagaimana data tersebut diambil.

2.1.4 Fourth Generation Language

Menurut Connoly dan Begg (2005, p42-43), dibandingkan dengan 3th GL yang prosedural, 4th GL adalah non-prosedural yaitu pengguna lebih ditekankan pada pendefinisian apa yang akan dikerjakan, daripada bagaimana mengerjakannya. 4th GL meliputi:

a. Forms generators

Merupakan fasilitas interaktif untuk membuat form input data dan tampilannya. Mendefinisikan desain tampilan, informasi apa yang akan disajikan, komponen warna pada layar dan karakteristik lainnya.

(8)

b. Report generators

Membuat laporan yang datanya diambil dari basis data. Memungkinkan pengguna untuk mengambil data yang diperlukan untuk laporan. Lebih menekankan kepada rancangan output, yaitu bagaimana suatu laporan akan disajikan.

c. Graphics generators

Digunakan untuk mengambil data dari basis data, dan menampilkannya dalam bentuk grafik, seperti bar chart, pie chart, dll.

d. Application generators

Fasilitas untuk menghasilkan program yang berhubungan dengan data, menentukan bagaimana menampilkan fungsi-fungsi.

2.1.5 Siklus Hidup Aplikasi Basis Data

Untuk merancang aplikasi sistem basis data diperlukan tahapan-tahapan terstruktur yang harus diikuti yang dinamakan dengan Siklus Hidup Aplikasi Basis Data (Database Application Lifecycle). Tahapan-tahapan terebut terlihat pada gambar 2.1.

(9)
(10)

2.1.5.1 Perencanaan Basis Data

Merupakan aktivitas manajemen yang memungkinkan tahapan dari siklus hidup aplikasi basis data direalisasikan se-efektif dan seefisien mungkin (Connolly dan Begg, 2005, p285). Tahap pertama yang penting saat perencanaan basis data adalah mendefinisikan mission statement untuk proyek basis data. Mission statement mendefinisikan tujuan dari aplikasi basis data. Setelah mission statement didefinisikan, tahap selanjutnya adalah identifikasikan mission objective. Setiap mission objective mengidentifikasikan tugas yang harus didukung basis data.

2.1.5.2 Definisi Sistem

Menjelaskan batasan-batasan dan cakupan dari aplikasi basis data dan sudut pandang pengguna yang utama (Connolly dan Begg, 2005, p286). Aplikasi basis data mempunyai satu atau lebih pandangan pengguna. Mengidentifikasikan sudut pandang pengguna adalah aspek yang penting untuk pengembangan aplikasi basis data karena ini membantu untuk memastikan bahwa tidak ada pengguna utama dari basis data yang terlupa ketika mengembangkan kebutuhan untuk aplikasi yang baru.

(11)

2.1.5.3 Pengumpulan Kebutuhan dan Analisis

Merupakan proses pengumpulan dan analisis informasi mengenai bagian organisasi yang didukung oleh aplikasi basis data, dan menggunakan informasi tersebut untuk identifikasi kebutuhan pengguna akan sistem yang baru (Connolly dan Begg, 2005, p288).

Menurut Connolly dan Begg (2005, p317-320) Ada beberapa teknik untuk mengumpulkan informasi yang disebut teknik penemuan fakta, yaitu:

• Mempelajari dokumentasi

Mempelajari dokumen agar mengetahui desain sistem sebelumnya atau hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi

• Wawancara

Mengumpulkan informasi dari individu – individu melalui interaksi tatap muka

• Observasi

Ikut berpartisipasi atau menyaksikan seseorang yang sedang melakukan aktivitas untuk mempelajari sistem

• Penelitian

Salah satu teknik yang berguna dalam meneliti masalah dan aplikasi. Jurnal pertukaran data di komputer, buku-buku referensi, dan internet adalah sumber yang bagus

(12)

• Kuesioner

Dokumen bertujuan khusus yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dan pendapat dari sejumlah besar responden

2.1.5.4 Perancangan Basis Data

Merupakan suatu proses pembuatan sebuah desain basis data yang akan mendukung tujuan dan operasi suatu perusahaan (Connolly dan Begg, 2005, p291).

Tiga fase desain basis data yaitu (Connolly dan Begg, 2005, p293-295):

¾ Conceptual database design

Suatu proses pembentukan model dari informasi yang digunakan dalam perusahaan, bebas dari keseluruhan aspek fisik. Model data dibangun dengan menggunakan informasi dalam spesifikasi kebutuhan user. Model data konseptual merupakan sumber informasi untuk fase desain logikal

¾ Logical database design

Suatu proses pembentukan model dari informasi yang digunakan dalam perusahaan berdasarkan model data tertentu, tetapi bebas dari DBMS tertentu dan aspek fisik lainnya. Model data konseptual yang telah dibuat

(13)

sebelumnya, diperbaiki dan dipetakan ke dalam model data logikal.

¾ Physical database design

Suatu proses yang menghasilkan deskripsi implementasi basis data pada penyimpanan sekunder. Menggambarkan struktur penyimpanan dan metode akses yang digunakan untuk mencapai akses yang efisien terhadap data. Dapat dikatakan juga, desain fisikal merupakan cara pembuatan menuju sistem DBMS tertentu.

2.1.5.5 Pemilihan DBMS

Pemilihan DBMS yang tepat untuk mendukung aplikasi basis data (Connolly dan Begg, 2005, p295).

Dalam pemilihan produk DBMS, ada kesempatan untuk memastikan bahwa proses yang terpilih direncanakan dengan baik, dan sistem memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Tahap-tahap utama untuk memilih DBMS (Connolly dan Begg, 2005, p296):

¾ Definisikan batas waktu studi referensi ¾ Daftar dua atau tiga produk

¾ Evaluasi produk

(14)

2.1.5.6 Perancangan Aplikasi

Perancangan user interface dan program-program aplikasi yang menggunakan dan memproses basis data (Connolly dan Begg, 2005, p299).

Desain basis data dan aplikasi merupakan aktivitas paralel yang meliputi dua aktivitas penting, yaitu (Connolly dan Begg, 2005, p300-303):

¾ Transaction design

Transaksi adalah satu atau serangkaian aksi yang dilakukan oleh pengguna tunggal atau program aplikasi, yang mengakses atau mengubah isi dari basis data. Kegunaan dari desain transaksi adalah untuk menetapkan dan keterangan karakteristik high-level dari suatu transaksi yang dibutuhkan pada basis data. Tiga tipe transaksi: – Retrieval transaction, yaitu pemanggilan data untuk

ditampilkan di layar atau menghasilkan suatu laporan – Update transaction, yaitu penambahan record baru,

menghapus record lama, atau memodifikasi record yang sudah ada di basis data

– Mixed transaction, meliputi pemanggilan dan perubahan data.

(15)

¾ User interface design

Beberapa aturan pokok dalam pembuatan user interface seperti:

Pemberian nama form yang cukup jelas – Instruksi yang mudah dipahami

Field yang saling berhubungan ditempatkan pada form yang sama dan urutan yang logis

Tampilan form atau laporan menarik dan konsisten – Penggunaan label yang familiar

– Istilah dan singkatan harus konsisten – Penggunaan warna yang konsisten

Jumlah tempat yang disediakan untuk entry data harus diketahui oleh pengguna

– Pergerakan kursor yang mudah

– Pengguna dapat dengan mudah melakukan perubahan pada nilai field

– Pesan kesalahan untuk nilai yang tidak diterima – Field pilihan ditandai dengan jelas

Keterangan mengenai field harus dapat dilihat

– Indikator yang menjelaskan bahwa suatu proses telah selesai dilaksanakan

(16)

2.1.5.7 Prototipe

Membuat model kerja suatu aplikasi basis data (Connolly dan Begg, 2005, p304).

Tujuan utama dari pembuatan prototyping adalah mengidentifikasi fitur dari sistem yang berjalan baik dengan baik atau belum cukup baik, memberikan perbaikan atau penambahan fitur baru, memperjelas kebutuhan pengguna, dan mengevaluasi kelayakan dari desain sistem secara khusus.

Ada dua macam strategi prototyping (Connolly dan Begg, 2005, p304):

¾ Requirements prototyping

Menggunakan prototipe untuk menentukan kebutuhan dari aplikasi basis data yang diinginkan dan ketika kebutuhan itu terpenuhi maka prototipe akan dibuang.

¾ Evolutionary prototyping

Digunakan dengan tujuan yang sama. Perbedaannya, prototipe tidak dibuang tetapi dengan pengembangan lanjutan menjadi aplikasi basis data yang digunakan.

(17)

2.1.5.8 Implementasi

Merupakan realisasi fisik dari basis data dan desain aplikasi (Connolly dan Begg, 2005, p304).

Implementasi basis data diselesaikan menggunakan Data Definition Language (DDL) dari DBMS yang dipilih atau Graphical User Interface GUI). Program aplikasi diimplementasikan menggunakan Third atau Fourth Generation Language. Bagian dari program aplikasi adalah transaksi basis data, yang diimplementasikan dengan Data Manipulation Language (DML) dari target DBMS. Keamanan dan kontrol integritas untuk aplikasi juga diimplementasikan.

2.1.5.9 Konversi Data

Pemindahan data yang ada ke dalam basis data baru dan mengkonversikan aplikasi yang ada agar dapat digunakan pada basis data yang baru (Connolly dan Begg, 2005, p305). Tahapan ini dibutuhkan ketika sistem basis data baru menggantikan sistem yang lama.

2.1.5.10 Pengujian

Suatu proses eksekusi program aplikasi dengan tujuan untuk menemukan kesalahan (Connolly dan Begg, 2005, p305). Dengan desain basis data, pengguna dari sistem baru harus

(18)

dilibatkan dalam proses pengujian. Setelah pengujian selesai, sistem aplikasi siap untuk diserahkan pada pengguna.

2.1.5.11 Perawatan operasional

Suatu proses pengawasan dan pemeliharaan sistem setelah instalasi (Connolly dan Begg, 2005, p306), meliputi:

¾ Pengawasan kinerja sistem, jika kinerja menurun maka memerlukan perbaikan atau pengaturan ulang basis data ¾ Pemeliharaan dan pembaharuan aplikasi basis data (jika

dibutuhkan). Penggabungan kebutuhan baru ke dalam aplikasi basis data

2.1.6 Entity Relationship Modeling

Menurut Connoly dan Begg (2005, p342), Entity-Relationship Modeling (ER Modeling) adalah pendekatan top-down pada perancangan basis data, yang dimulai dengan identifikasi data yang penting, disebut juga entitas, dan hubungan antar entitas yang harus direpresentasikan model.

2.1.6.1 Entity types

Entity types adalah kumpulan dari obyek-obyek dengan properti yang sama, yang diidentifikasi oleh perusahaan yang mempunyai eksistensi yang independen (Connolly dan Begg,

(19)

2005, p343).

Menurut Connoly dan Begg (2005, p354-355), tipe entitas dibedakan menjadi 2 yaitu tipe entitas kuat dan tipe entitas lemah. Tipe entitas kuat yaitu entitas yang keberadaannya tidak bergantung pada entitas lain. Sedangkan tipe entitas lemah yaitu entitas yang keberadaanya bergantung pada entitas lain.

2.1.6.2 Relationship types

Relationship types adalah kumpulan keterhubungan yang mempunyai arti (meaningful assocations) antara tipe entitas yang ada (Connolly dan Begg, 2005, p346).

Derajat tipe hubungan (degree of relationship type) yaitu jumlah entitas yang berpartisipasi dalam suatu hubungan. Derajat tipe hubungan terdiri dari (Connolly dan Begg, 2005, p347-349):

¾ Binary relationship merupakan keterhubungan antar dua tipe entitas

¾ Ternary relationship merupakan keterhubungan antar tiga tipe entitas

¾ Quaternary relationship merupakan keterhubungan antar empat tipe entitas

(20)

tipe entitas dimana tipe entitas tersebut berpartisipasi lebih dari satu kali dengan peran yang berbeda. Kadang disebut juga recursive relationship

2.1.6.3 Attributes

Attributes adalah properti dari sebuah entitas atau tipe relasi (Connolly dan Begg, 2005, p350).

Macam-macam atribut menurut Connolly dan Begg (2005, p351-352) yaitu:

¾ Simple and composite attribute

Simple attribute yaitu atribut yang terdiri dari satu komponen tunggal dengan keberadaan yang independen dan tidak dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Sedangkan composite attribute yaitu atribut yang terdiri dari beberapa komponen, dimana masing-masing komponen memiliki keberadaan yang independen

¾ Single-valued and multi-valued attribute

Single-valued attribute yaitu atribut yang mempunyai nilai tunggal untuk setiap kejadian. Sedangkan multi-valued attribute yaitu atribut yang mempunyai beberapa nilai untuk setiap kejadian

(21)

¾ Derived attribute

Derived attribute yaitu atribut yang memiliki nilai yang dihasilkan dari satu atau beberapa atribut lainnya, dan tidak harus berasal dari satu entitas

2.1.6.4 Keys

Menurut Connolly dan Begg (2005, p352-353), ada tiga jenis kunci yaitu:

¾ Candidate key yaitu jumlah minimal atribut-atribut yang secara unik mengidentifikasikan setiap kejadian dari tipe entitas

¾ Primary key yaitu kunci kandidat yang dipilih untuk mengidentifikasikan setiap kejadian dari suatu tipe entitas secara unik

¾ Composite key yaitu kunci kandidat yang terdiri dari dua atau lebih atribut

2.1.6.5 Structural Constraint

Menurut Connoly dan Begg (2005, p356), batasan utama pada relationship disebut multiplicity, yaitu jumlah (atau range) dari kejadian yang mungkin terjadi pada suatu entitas yang terhubung ke satu kejadian dari entitas lain yang berhubungan melalui suatu relasi.

(22)

Relasi yang paling umum adalah binary relationship. Macam-macam binary relationship yaitu to-one (1:1), one-to-many (1:*), atau many-one-to-many (*:*).

Multiplicity dibentuk dari dua macam batasan pada relationship yaitu (Connolly dan Begg, 2005, p363):

¾ Cardinality, menjelaskan jumlah maksimum dari kejadian relasi yang mungkin untuk entitas yang berpartisipasi di dalam relasi tersebut

¾ Participation, menetapkan apakah seluruh atau hanya sebagian entitas yang berpartisipasi dalam suatu relasi

2.1.7 Metodologi Perancangan Basis data

Menurut Connolly dan Begg (2005, p438), metodologi perancangan basis data merupakan pendekatan terstruktur yang menggunakan bantuan prosedur, teknik, tools, dan dokumentasi untuk mendukung dan memfasilitasi proses perancangan basis data. Metodologi perancangan basis data terbagi atas 3 tahap perancangan, yaitu perancangan konseptual, perancangan logikal, dan perancangan fisikal basis data. Meskipun langkah-langkah dalam metodologi digambarkan secara proses yang berurutan, harus ditekankan bahwa tidak berarti metodologi tersebut harus dibuat secara berurutan. Seringkali pengetahuan yang didapat pada suatu tahap mempengaruhi keputusan yang telah diambil dalam tahap sebelumnya.

(23)

2.1.7.1 Perancangan Konseptual (Conceptual Database Design) Perancangan konseptual merupakan proses membangun model data yang digunakan oleh suatu organisasi, bebas dari segala pertimbangan fisik.

Langkah 1 Membangun Model Data Konseptual

Langkah pertama dalam merancang basis data konseptual adalah membangun model data konseptual dari persyaratan-persyaratan yang diberikan perusahaan. Data model konseptual mencakup:

¾ entitas (Entity)

¾ hubungan (Relationship) ¾ atribut dan domain atribut ¾ primary key dan alternate key

¾ batasan integritas (Integrity constraints)

Model data konseptual didukung dokumentasi dan kamus data, yang dihasilkan melalui pengembangan model konseptual. Langkah-langkah dalam membangun model data konseptual yaitu (Connolly dan Begg, 2005, p1326-1328):

Langkah 1.1 Identifikasi entitas

(24)

konseptual local adalah menentukan obyek-obyek utama yang diperlukan pengguna. Salah satu cara untuk mengidentifikasi entitas adalah dengan memeriksa spesifikasi persyaratan pengguna. Dari spesifikasi tersebut, kita mengidentifikasi kata benda atau frase kata benda yang disebut didalamnya. Kita juga perlu memperhatikan obyek-obyek utama, misalnya orang, tempat, atau konsep. Setelah entitas-entitas ditemukan, dilakukan dokumentasi entitas.

Langkah 1.2 Identifikasi hubungan (relationship)

Dalam tahap ini dilakukan identifikasi hubungan-hubungan (relationships) yang penting antara entitas-entitas yang telah ditemukan pada tahap sebelumnya. Entity-Relationship Modeling digunakan untuk menggambarkan entitas dan hubungannya. Dalam tahap ini juga ditentukan batasan multiplicity (multiplicity constraints) dari relationship tersebut dan pengecekan adanya fan atau chasm traps dalam model tersebut. Setelah itu, dilakukan dokumentasi relationship.

¾ Fan traps terjadi dimana model yang merepresentasikan suatu hubungan antar entitas, tetapi alur relasinya memperlihatkan ambiguitas

¾ Chasm traps terjadi dimana model menggambarkan keadaan dari hubungan antar entitas yang satu dengan yang lain,

(25)

tetapi tidak ada hubungan antar kedua entitas yang utama

Langkah 1.3 Identifikasi dan hubungkan atribut-atribut dengan entitas atau hubungan (relationship)

Menghubungkan atribut-atribut dengan entitas atau relationship yang tepat. Dalam langkah ini juga dilakukan identifikasi composite attributes, single-valued/ multi-valued attributes, dan derived attributes. Jenis-jenis atribut tersebut telah dijelaskan di poin 2.1.6.3. Setelah itu, dilakukan dokumentasi atribut.

Langkah 1.4 Menentukan domain atribut

Menentukan domain atribut dalam model data konseptual. Domain adalah sekumpulan nilai-nilai dari satu atau lebih atribut yang menggambarkan nilainya. Sebagai contoh nilai yang mungkin untuk atribut Jenis Kelamin dari entitas Karyawan adalah ’M’ atau ’F’, domain dari atribut ini adalah single character string yang berisi nilai ’M’ atau ’F’. Setelah itu, dilakukan dokumentasi domain atribut.

Langkah 1.5 Menentukan atribut candidate, primary, dan

alternate keys

(26)

ada lebih dari satu candidate key, pilih satu untuk menjadi primary key. Pengertian candidate key dan primary key telah dibahas di poin 2.1.6.4. Dokumentasikan primary dan alternate key untuk entitas-entitas yang merupakan strong entities.

Langkah 1.6 Mempertimbangkan penggunaan Enhanced

Modeling Concepts (langkah opsional)

Mempertimbangkan penggunaan konsep pemodelan lebih lanjut (Enhanced Modeling Concepts) seperti specialization/ generalization, aggregation, dan composition.

¾ Spesialisasi digunakan dengan mengidentifikasikan entitas-entitas subclass dari sebuah entitas-entitas superclass

¾ Generalisasi yaitu mencari persamaan-persamaan fitur dan entitas-entitas untuk menentukan entitas superclass

¾ Agregasi digunakan untuk merepresentasikan hubungan ”has-a” atau ”is-part-of” dari tipe-tipe entitas yang ada, dimana salah satu akan berperan sebagai ”whole” dan yang lainnya akan berperan sebagai ”the part”.

¾ Komposisi digunakan untuk merepresentasikan penggabungan antara tipe-tipe entitas yang memiliki kepemilikan yang kuat dan hubungan yang penting antara

(27)

”whole” dan ”part”.

Langkah 1.7 Memeriksa model akan adanya redundansi

Memeriksa keberadaan redundansi dalam model. Dilakukan pemeriksaan secara spesifik terhadap hubungan one to one, menghilangkan hubungan (relationship) yang redundan, dan mempertimbangkan penggunaan dimensi waktu.

Langkah 1.8 Validasi model konseptual terhadap transaksi pengguna

Memastikan model konseptual telah mendukung transaksi-transaksi yang dibutuhkan. Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

¾ Mendeskripsikan transaksi secara detail

Dengan pendekatan ini berarti akan diperiksa semua informasi (entitas, relationship, dan atribut) yang dibutuhkan oleh setiap transaksi apakah telah disediakan dalam model, dengan mendokumentasikan setiap kebutuhan transaksi.

¾ Menggunakan jalur transaksi (transaction pathways)

Pendekatan ini untuk validasi model data terhadap transaksi yang dibutuhkan termasuk representasi diagram jalur yang

(28)

digunakan oleh setiap transaksi langsung pada diagram ER.

Langkah 1.9 Review model data konseptual dengan pengguna Mengadakan review model data konseptual dengan pengguna sistem untuk memastikan model data tersebut secara tepat menggambarkan transaksi dan kebutuhan data secara nyata dalam perusahaan.

2.1.7.2 Perancangan Logikal (Logical Database Design)

Perancangan logikal merupakan proses membangun model data yang digunakan oleh suatu organisasi berdasarkan model data spesifik, namun bebas dari penggunaan DBMS tertentu dan segala pertimbangan fisik.

Langkah 2 Membangun dan validasi model data logikal Dalam tahap perancangan logikal, dilakukan pembuatan model data logikal dari model data konseptual dan validasi model data logical untuk memastikan kebenaran strukturnya (menggunakan teknik normalisasi) dan untuk memastikan terpenuhinya dukungan model logikal atas transaksi-transaksi yang berhubungan (Connolly dan Begg, 2005, p462).

Langkah-langkah dalam membangun dan memvalidasikan model data logikal yaitu (Connolly dan Begg,

(29)

2005, p1328-1330):

Langkah 2.1 Menurunkan relasi untuk model data logikal Membuat relasi dari model data konseptual, untuk merepresentasikan entitas, relationships, dan atribut yang telah ditentukan. Tabel di bawah ini menunjukkan bagaimana memetakan entitas, hubungan (relationships), dan atribut sebuah relasi. Dokumentasikan relasi, atribut foreign key, primary key baru atau alternate key baru yang muncul dari proses penurunan relasi.

Tabel 2.1 Pemetaan entitas, hubungan, dan atribut sebuah relasi Entitas / Relationship / Atribut Pemetan relasi

Strong entity Membuat semua relasi yang

menyertakan semua atribut simple

Weak entity Membuat relasi yang menyertakan

semua simple atribut (primary key masih harus ditentukan setelah relasi dengan tiap-tiap owner entity telah dipetakan)

1: * (one to many) binary relationship

Menyertakan primary key entitas pada sisi ‘one’ sebagai foreign key

(30)

pada relasi yang menggambarkan entitas pada sisi ‘many’. Semua atribut relasi juga disertakan pada entitas sisi ‘many’.

1: 1 (one to one) binary relationship a. Kewajiban partisipasi di dua sisi

b. Kewajiban partisipasi di satu sisi

c. Pilihan partisipasi di dua sisi

Mengkombinasikan entitas menjadi satu relasi

Menyertakan primary key entitas pada sisi ‘opsional’ sebagai foreign key pada relasi yang menggambarkan entitas pada sisi ‘mandatory’.

Berubah-ubah tergantung informasi lebih lanjut mengenai partisipasi entitas

Superclass / subclass relationship Lihat tabel 2.2 *: * (many to many) binary

relationship, complex relationship

Membuat relasi untuk menggambarkan relationship dan menyertakan atribut relationship tersebut. Sertakan duplikat primary key dari masing-masing owner entities untuk berperan sebagai foreign key di dalam relasi baru.

(31)

menggambarkan atribut multi-valued dan menyertakan duplikat primary key dari owner entity ke dalam relasi baru sebagai foreign key.

Tabel 2.2 Representasi dari superclass / subclass relationship berdasar pada partisipasi dan disjoint constraint

Batasan Partisipasi Disjoint Constraints Pemetaan relasi

Mandatory And Relasi tunggal (dengan satu

atau lebih diskriminator untuk membedakan tipe relasi)

Optional And Dua relasi: satu relasi untuk

superclass dan satu relasi untuk semua subclass (dengan satu atau lebih diskriminator untuk membedakan tipe relasi)

Mandatory Or Banyak relasi: satu relasi

untuk tiap-tiap kombinasi superclass/ subclass

(32)

Optional Or Banyak relasi: satu relasi untuk superclass dan satu untuk tiap subclass.

Langkah 2.2 Validasikan relasi menggunakan normalisasi Validasikan relasi pada model data logikal menggunakan teknik normalisasi. Teknik normalisasi akan dibahas lebih lanjut pada poin 2.1.8. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan tiap-tiap relasi setidaknya berada dalam bentuk 3NF (Third Normal Form).

Langkah 2.3 Validasikan relasi terhadap transaksi pengguna

Pastikan relasi-relasi dalam model data logikal telah mendukung transaksi-transaksi yang diperlukan. Pada tahap ini, akan dilakukan pengecekan terhadap relasi yang sudah terbentuk sebelumnya (langkah 1.8), apakah sudah dapat memproses transaksi tersebut dan pastikan tidak ada kesalahan pada saat membuat relasi.

Langkah 2.4 Memeriksa integrity constraints

(33)

pemeriksaan kelengkapan: ¾ Data yang dibutuhkan

Beberapa atribut harus mempunyai nilai yang valid, atau dengan kata lain tidak boleh null.

¾ Batasan domain atribut

Setiap atribut mempunyai domain, yaitu kumpulan dari nilai-nilai yang memenuhi persyaratan (langkah 1.4).

¾ Multiplicity

Merupakan batasan jumlah yang ditempatkan pada hubungan antar data di dalam basis data (langkah 1.2)

¾ Integritas entitas (entity integrity)

Primary key dari sebuah entitas tidak boleh bernilai null (langkah 1.5).

¾ Referential integrity

Sebuah foreign key menghubungkan setiap tuple pada relasi child ke tuple pada relasi parent yang mengandung candidate key yang mempunyai nilai yang sama.

¾ Batasan umum (general constraints)

Batasan yang berasal dari persyaratan-persyaratan bisnis perusahaan. Kemudian dokumentasikan semua integrity constraints.

(34)

Langkah 2.5 Review model data logikal dengan pengguna Pastikan user menyetujui model data logikal merupakan representasi nyata terhadap persyaratan data perusahaan.

Langkah 2.6 Gabungkan model data logikal menjadi model data global

Metodologi perancangan logikal memudahkan perancangan basis data yang sederhana maupun basis data kompleks. Untuk membuat basis data dengan multiple user view, digunakan pendekatan integrasi view. Pada tahap ini, model data-model data ini digabungkan menjadi satu. Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilaksanakan dalam langkah ini antara lain:

¾ Review nama dan isi entitas/relasi dan candidate keys mereka.

¾ Review nama dan isi dari relationships/foreign keys. ¾ Menggabungkan entitas/relasi model data lokal.

¾ Menyertakan (tanpa menggabungkan) entitas/relasi yang unik dari masing-masing model data lokal.

¾ Menggabungkan relationships/foreign keys dari model data lokal.

¾ Menyertakan (tanpa menggabungkan) relationships/foreign keys yang unik dari masing-masing model data lokal.

(35)

¾ Memeriksa adanya entitas / relasi dan relationships/foreign keys yang hilang.

¾ Memeriksa foreign keys.

¾ Memeriksa batasan integritas (integrity constraints). ¾ Menggambar diagram ER global.

¾ Update dokumentasi. Validasikan relasi yang dibentuk model data logikal global menggunakan teknik normalisasi dan pastikan mereka mendukung transaksi yang dibutuhkan.

Langkah 2.7 Memeriksa perkembangan di masa depan Menentukan apakah perubahan yang penting dapat muncul di masa mendatang, dan menilai apakah model data logikal dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

2.1.7.3 Perancangan Fisikal (Physical Database Design)

Perancangan fisik basis data merupakan proses menghasilkan deskripsi implementasi basis data pada secondary storage. Deskripsi yang dihasilkan meliputi relasi utama, organisasi file, dan index yang digunakan untuk mencapai akses yang efisien terhadap data, segala batasan integritas dan aturan keamanan yang digunakan (Connolly dan Begg, 2005, p496).

Langkah-langkah pada metodologi perancangan basis data fisikal yaitu (Connolly dan Begg, 2005, p1330-1331):

(36)

Langkah 3 Menerjemahkan model data logikal untuk DBMS yang digunakan

Menghasilkan skema relasi basis data dari model data logikal, yang dapat diimplementasikan pada DBMS yang akan digunakan.

Langkah 3.1 Merancang relasi dasar

Menentukan bagaimana representasi relasi dasar yang telah diidentifikasi pada model data logikal global, agar dapat diimplementasikan pada DBMS tujuan. Informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari kamus data dan definisi dari relasi dideskripsikan menggunakan Database Design Language (DBDL). Dokumentasikan rancangan relasi dasar.

Langkah 3.2 Merancang representasi derived data Menentukan bagaimana representasi data turunan yang ada pada model data logikal global, agar dapat diimplementasikan pada DBMS tujuan. Atribut yang mana nilainya didapatkan dari mengkaji nilai atribut lain dinamakan derived atau calculated attributes. Contohnya jumlah karyawan yang bekerja pada suatu

(37)

cabang perusahaan atau total gaji semua karyawan. Dokumentasikan rancangan data turunan.

Langkah 3.3 Merancang general constraints

Merancang batasan-batasan umum untuk DBMS yang akan digunakan. Dokumentasi rancangan batasan-batasan umum tersebut.

Langkah 4 Merancang index dan organisasi file

Menentukan organisasi file yang optimal untuk menyimpan relasi-relasi dasar dan index yang diperlukan untuk mencapai kinerja (performance) yang diharapkan, atau dengan kata lain, bagaimana relasi dan entitas akan disimpan dalam secondary storage.

Langkah 4.1 Menganalisis transaksi

Memahami fungsionalitas transaksi yang akan mempengaruhi basis data dan menganalisis transaksi-transaksi yang penting. Dalam menganalisis transaksi-transaksi, maka harus diperhatikan beberapa kriteria performa, seperti:

¾ Transaksi yang akan berjalan secara terus-menerus dan yang akan mempengaruhi secara signifikan pada

(38)

performa.

¾ Transaksi yang penting bagi operasi bisnis

¾ Waktu selama sehari/ seminggu ketika akan terjadi permintaan yang tinggi dibuat dalam basis data (disebut peak load).

Langkah 4.2 Memilih organisasi file

Tujuan langkah ini adalah menentukan organisasi file yang efisien untuk tiap-tiap relasi dasar jika diperbolehkan oleh DBMS yang akan digunakan. Dalam banyak kasus, DBMS relasional memberikan sedikit atau tidak ada pilihan untuk memilih organisasi file.

Langkah 4.3 Memilih index

Menentukan apakah menggunakan index akan meningkatkan kinerja sistem.

Langkah 4.4 Memperkirakan kebutuhan kapasitas

disk

Memperkirakan jumlah ruang disk (disk space) yang diperlukan basis data. Estimasi pemakaian disk tergantung pada DBMS dan perangkat keras yang digunakan untuk mendukung basis data.

(39)

Langkah 5 Merancang view pengguna

Merancang view pengguna yang telah diidentifikasi selama pengumpulan persyaratan dan tahap analisis Daur Hidup Pengembangan Sistem Basis data Relasional (System Development Life Cycle). Dokumentasikan rancangan view pengguna.

Langkah 6 Merancang mekanisme keamanan

Merancang mekanisme keamanan untuk sistem basis data, sesuai yang dibutuhkan pengguna. DBMS relational menyediakan dua macam keamanan basis data yaitu keamanan sistem mencakup akses dan penggunaan basis data pada level sistem, seperti username dan password, dan keamanan data mencakup akses dan penggunaan objek basis data (seperti relasi dan view) dan aksi yang dapat dimiliki pengguna terhadap objek. Dokumentasikan rancangan mekanisme keamanan.

Langkah 7 Mempertimbangkan adanya kontrol redundansi (controlled redundancy)

Menentukan apakah adanya redundansi dalam lingkungan terkontrol dengan melonggarkan aturan normalisasi akan meningkatkan kinerja sistem. Misalnya,

(40)

mempertimbangkan duplikasi atribut atau join relasi bersama. Dokumentasi adanya redundansi.

Langkah 8 Mengawasi dan melakukan setting terhadap sistem operasi

Mengawasi sistem operasi dan meningkatkan kinerja sistem dalam membenarkan keputusan perancangan yang kurang tepat atau dalam mengatasi kemungkinan adanya perubahan.

2.1.8 Normalisasi

Menurut Connolly dan Begg (2005, p388), normalisasi adalah suatu teknik untuk menghasilkan sekumpulan hubungan dengan properti yang dikehendaki, yang memenuhi kebutuhan data dari perusahaan.

Ada beberapa tahapan dalam normalisasi yaitu (Connolly dan Begg, 2005, p403-410):

a. Bentuk normal pertama (First Normal Form/ 1NF)

Sebuah relasi dimana setiap baris dan kolom hanya berisi satu nilai. Untuk mengubah bentuk tidak normal menjadi 1NF, identifikasikan dan pindahkan grup yang berulang dari dalam tabel. Grup yang berulang itu adalah sebuah atribut atau sekelompok atribut. Ada dua pendekatan yang umum untuk memindahkan grup yang berulang dari tabel yang tidak normal yaitu:

(41)

¾ Pendekatan pertama, pindahkan grup yang berulang dengan memasukkan data yang cocok ke dalam kolom yang kosong dari baris yang berisi data yang berulang.

¾ Pendekatan kedua, pindahkan grup yang berulang dengan menempatkan data yang berulang, dengan meniru atribut kunci yang asli, dalam relasi yang terpisah. Primary key diidentifikasikan untuk sebuah relasi yang baru.

b. Bentuk normal kedua (Second Normal Form/ 2NF)

Sebuah relasi yang ada pada 1NF, dan setiap atribut yang bukan primary key ketergantungan fungsional secara penuh pada primary key. Ketergantungan fungsional secara penuh adalah suatu kondisi bila A dan B merupakan atribut dari sebuah relasi, B dikatakan ketergantungan fungsional secara penuh terhadap A jika B ketergantungan fungsional pada A dan bukan pada subset mana pun dari A.

Normalisasi dari 1NF ke 2NF dengan menghilangkan ketergantungan parsial. Jika ketergantungan parsial eksis, maka pindahkan atribut yang bergantung secara fungsional dari relasi dengan memindahkan ke relasi yang baru beserta dengan salinan determinan.

(42)

c. Bentuk normal ketiga (Third Normal Form/ 3NF)

Sebuah relasi yang ada pada 1NF dan 2NF, dan tidak ada atribut bukan primary key bergantung secara transitif pada primary key. Ketergantungan transitif adalah suatu kondisi dimana A, B, dan C merupakan atribut dari sebuah relasi, maka jika A → B dan B → C, maka C ketergantungan transitif pada A melalui B.

Normalisai dari 2NF ke 3NF dengan menghilangkan ketergantungan transitif. Jika ketergantungan transitif eksis, maka pindahkan atribut yang bergantung secara transitif dari relasi dengan memindahkan atribut ke relasi yang baru beserta dengan salinan determinan.

2.2 Sistem Berbasis Web 2.2.1 Internet

Internet berasal dari kata Interconnection Networking yang mempunyai arti hubungan komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia (jaringan komputer global) dengan melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan lainnya.

Dalam mengatur integrasi dan komunikasi jaringan komputer ini digunakan protokol yaitu TCP/IP. TCP (Transmission Control Protocol) bertugas memastikan bahwa semua hubungan bekerja dengan benar, sedangkan IP (Internet Protocol) yang mentransmisikan data dari satu

(43)

komputer ke komputer lain. TPC/IP secara umum berfungsi memilih rute terbaik transmisi data, memilih rute alternatif jika suatu rute tidak dapat di gunakan, mengatur dan mengirimkan paket-paket pengiriman data.

Dengan memanfaatkan internet, pemakaian komputer di seluruh dunia dimungkinkan untuk saling berkomunikasi dan pemakaian bersama informasi dengan cara saling kirim e-mail, menghubungkan ke komputer lain, mengirim dan menerima file, membahas topik tertentu pada newsgroup dan lain-lain.

2.2.2 Web

World Wide Web ("WWW", atau singkatnya "Web") adalah suatu ruang informasi di mana sumber-sumber daya yang berguna diidentifikasi oleh pengenal global yang disebut Uniform Resource Identifier (URI). WWW sering dianggap sama dengan Internet secara keseluruhan, walaupun sebenarnya ia hanyalah bagian daripadanya.

Hiperteks dilihat dengan sebuah program bernama penjelajah web yang mengambil informasi (disebut "dokumen" atau "halaman web") dari peladen web (server web) dan menampilkannya, biasanya di sebuah tampilan komputer. Kita lalu dapat mengikuti pranala di setiap halaman untuk pindah ke dokumen lain atau bahkan mengirim informasi kembali kepada peladen untuk berinteraksi dengannya. Ini disebut "surfing" atau "berselancar" dalam bahasa Indonesia. Halaman web biasanya diatur dalam koleksi material yang berkaitan yang disebut "situs web".

(44)

2.2.3 Arsitektur Sistem Berbasis Web

Two tiers adalah suatu arsitektur web dimana client

melakukan request data langsung ke web server, dan web server merespon ke client. Model komputasi yang terdiri atas 2 tingkatan. Dimana tingkatan pertama (Tier-1) adalah komputer server sebagai pelayan atas permintaan dan pemrosesan data. Sedangkan tingkat kedua (Tier-2) adalah komputer yang berada di client untuk menjalankan aplikasi yang ada pada client.

Three tiers adalah suatu arsitektur web dimana client melakukan request data kepada web server, kemudian web server meneruskan ke database server. Dari database server merespon ke web server dan dari web server merespon data yang diminta oleh client. Merupakan model arsitektur aplikasi yang bertingkat, yang terdiri dari 3 tingkat. Dimana pada tingkat pertama dan tingkat kedua adalah server yang berada di pusat pemrosesan data. Server pada tingkat pertama adalah sebagai database server yang terhubung dengan tingkat kedua. sedangkan tingkat kedua adalah penghubung antara tingkat pertama dengan tingkat ketiga, artinya dari tingkat ketiga untuk terhubung ke tingkat pertama harus melalui tingkat kedua terlebih dahulu. Untuk tingkat kedua ini misalnya adalah application server. Sedangkan tingkat ketiga adalah komputer yang ada di client atau user.

(45)

2.2.4 Interaksi Manusia dan Komputer (IMK)

IMK adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi dan implementasi sistem komputer interaktif untuk digunakan oleh manusia, serta studi fenomena–fenomena besar yang berhubungan dengannya ( Schneiderman, 1998, p8 ).

Menurut Schneiderman (1998, p74–75), Delapan aturan emas dalam perancangan user interface adalah sebagai berikut:

1. Berusaha untuk konsisten.

Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang digunakan pada prompt, menu, serta layar bantuan.

2. Memungkinkan frequent users menggunakan shortcut

Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan kecepatan interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi, dan fasilitas makro.

3. Memberikan umpan balik yang informatif.

Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan balik. Untuk tindakan yang sering dilakukan dan tidak terlalu penting, dapat diberikan umpan balik yang sederhana. Tetapi ketika tindakan merupakan hal yang penting, maka umpan balik sebaiknya lebih substansial.

(46)

4. Merancang dialog yang memberikan penutupan (keadaan akhir).

Urutan tindakan sebaiknya diorganisir dalam suatu kelompok dengan bagian awal, tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif akan meberikan indikasi bahwa cara yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan kelompok tindakan berikutnya.

5. Memberikan pencegahan kesalahan dan penanganan kesalahan yang sederhana.

Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat melakukan kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksi kesalahan dengan cepat dan memberikan mekanisme yang sedehana dan mudah dipahami untuk penanganan kesalahan.

6. Mengijinkan pembalikan aksi (undo) dengan mudah.

Hal ini dapat mengurangi kekuatiran pengguna karena pengguna mengetahui kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan; sehingga pengguna tidak takut untuk mengekplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasa digunakan.

7. Mendukung pusat kendali internal (internal locus of control).

Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon tindakan yang dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa

(47)

sistem mengontrol pengguna. Sebaiknya sistem dirancang sedemikan rupa sehingga pengguna menjadi inisiator daripada responden.

8. Mengurangi beban ingatan jangka panjang.

Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana atau banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukup waktu pelatihan untuk kode, mnemonic, dan urutan tindakan.

2.2.5 Personal Home Page (PHP)

PHP merupakan gabungan dari beberapa fitur-fitur terbaik dari bahasa pemrograman yang modern untuk membuat sesuatu yang unik dan pendekatan untuk membuat web aplikasi yang baru.

PHP adalah singkatan dari PHP Hypertext Preprocessor, merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server dan kemudian hasilnya dikirim ke klien, tempat pemakai browser. PHP dirancang untuk membentuk web dinamis, artinya dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini.

Keunggulan dari PHP :

ƒ Bahasa pemrograman PHP adalah sebuah bahasa script yang tidak melakukan sebuah kompilasi dalam penggunaanya.

(48)

ƒ Web Server yang mendukung PHP dapat ditemukan dimana - mana dari mulai apache, IIS, Lighttpd, hingga Xitami dengan configurasi yang relatif mudah.

ƒ Dalam sisi pengembangan lebih mudah, karena banyaknya milis - milis dan developer yang siap membantu dalam pengembangan.

ƒ PHP adalah bahasa open source yang dapat digunakan di berbagai mesin (Linux, Unix, Macintosh, Windows) dan dapat dijalankan secara runtime melalui console serta juga dapat menjalankan perintah-perintah sistem.

2.2.6 Javascript

Javascript adalah salah satu bahasa pemrograman yang dikembangkan oleh Netscape untuk dipakai pada pembuatan halaman web yang dinamis dan interaktif. Javascript merupakan bahasa pemrograman yang dibuat untuk memudahkan bagi setiap orang untuk mempelajari bahasa Java. Bahasa pemograman javascript dibuat secara khusus untuk membuat suatu halaman web yang interaktif maupun dinamis. Jika java merupakan bahasa pemograman dan HTML (Hyper Text Markup Language) merupakan bahasa kode maka javascript hibrid yang menjadi perpaduan antara bahasa java dengan HTML.

(49)

2.2.7 MySQL

MySQL adalah Relational Database Management System (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GPL (General Public License). Dimana setiap orang bebas untuk menggunakan MySQL, namun tidak boleh dijadikan produk turunan yang bersifat closed source atau komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak lama, yaitu SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian database, terutama untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis. Keandalan suatu sistem database (DBMS) dapat diketahui dari cara kerja optimizer-nya dalam melakukan proses perintah-perintah SQL, yang dibuat oleh user maupun program-program aplikasinya. Sebagai database server, MySQL dapat dikatakan lebih unggul dibandingkan database server lainnya dalam query data. Hal ini terbukti untuk query yang dilakukan oleh single user, kecepatan query MySQL bisa sepuluh kali lebih cepat dari PostgreSQL dan lima kali lebih cepat dibandingkan Interbase.

(50)

2.3 Terminologi dalam Bidang Kepegawaian 2.3.1 Kepegawaian

Sistem kepegawaian adalah suatu sistem atau cara pengelolaan dalam bidang kepegawaian menyangkut semua aspek yang ada dalam sistem kepegawaian mulai dari cara penerimaan, pengangkatan, kenaikan golongan, penggajian pegawai dan sebagainya.(Wursanto, 1987, p34).

2.3.2 Penerimaan Pegawai

Maksud penerimaan pegawai (Faustino, 1995, p276) adalah untuk mendapat persediaan sebanyak mungkin calon pelamar sehingga organisasi mempunyai pilihan yang lebih banyak untuk menetapkan calon pekerja.

Alasan dasar penerimaan pegawai: a. Berdirinya organisasi baru

b. Adanya perluasaan kegiatan organisasi c. Terciptanya pekerjaan dan kegiatan baru d. Adanya pekerja yang pindah ke organisasi lain

e. Adanya pekerja yang berhenti baik dengan hormat ataupun tidak hormat

f. Adanya pekerja yang memasuki usia pension. g. Adanya pekerja yang meninggal dunia

(51)

2.3.3 Penggajian

Gaji adalah balas jasa yang dibayarkan secara periodik kepada pegawai serta mempunyai jaminan yang pasti.

Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan pedoman atas perjanjian yang disepakati. Upah insentif adalah tambahan atas balas jasa yang diberikan kepada pegawai atas dasar prestasi kerjanya. Ada pula kompensasi tambahan berupa tunjangan hari raya, uang pensiun, pakaian dinas, kafetaria, mushola, olah raga, darmawisata, dan lain sebagainya. Kompensasi dibagi menjadi dua yaitu: kompensasi langsung berupa gaji, upah insentif, dan tidak langsung. Tujuan pemberian kompensasi:

a. Dengan pemberian kompensasi maka terjalin ikatan kerja sama formal antara majikan dan pegawai

b. Sebagai balas jasa pegawai untuk memenuhi kebutuhan fisik, status, dan sosial pegawai

c. Untuk pengadaan pegawai yang lebih efektif d. Sebagai motivasi kerja untuk pegawai e. Untuk meningkatkan disiplin pegawai f. Menghindari pengaruh serikat buruh

(52)

2.3.4 Cuti

Jenis cuti yang merupakan hak dari setiap karyawan yaitu: ¾ Cuti tahunan

¾ Ijin kepentingan keluarga. ¾ Cuti melahirkan.

¾ Cuti diluar tanggungan perusahaan

2.3.5 Absensi

Menurut Jean dan Mary (1985,p14),banyak perusahaan khawatir melihat angka absent yang tinggi. Dalam hal ini harus diadakan catatan sederhana, beberapa catatan perorangan. Ini akan menujukkan luasnya persoalan, alasan-alasannya (misalnya sakit tanpa keterangan), pengaruhnya pada bagian atau pada kategori karyawan (misalnya golongan wanita yang sudah menikah).

Menurut Bennet(1983,p104) masalah yang cukup merugikan perusahaan adalah kemangkiran baik yang sah (dengan alasan) maupun yang tidak sah (tanpa alasan).

2.3.6 Promosi dan Mutasi 2.3.6.1 Promosi

Promosi (Faustino, 1995, p206) berarti perpindahan dari jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Biasanya perpindahan ini disertai

(53)

dengan peningkatan gaji/upah lainnya, walaupun tidak selalu demikian. Pedoman yang digunakan untuk promosi pegawai adalah pengalaman, kecakapan, dan kombinasi keduanya. Adapun syarat–syarat promosi adalah sebagai berikut: kejujuran, disiplin, prestasi kerja, kerja sama, kecakapan, loyalitas, kepemimpinan, komunikatif, dan pendidikan.

Tujuan promosi:

1. Memberikan pengakuan terhadap hasil kerja pegawai yang berprestasi kerja tinggi

2. Untuk menimbulkan kebanggaan, status sosial yang lebih tinggi dan gaji yang lebih besar

3. Merangsang pegawai agar lebih bergairah dalam bekerja 4. Menjamin stabilitas pegawai dengan dasar dan waktu

yang tepat serta penilaian yang jujur 5. Untuk menimbulkan lowongan berantai

6. Memberi pegawai kesempatan mengembangkan kreativitas demi keuntungan perusahaan

7. Sebagai daya dorong dan pemicu kerja yang lebih baik untuk pegawai lain

8. Mengisi jabatan yang ditinggalkan karena pejabatnya berhenti

(54)

2.3.6.2 Mutasi

Salah satu tindak lanjut yang dilakukan atas hasil penilaian prestasi pegawai adalah mutasi pegawai. Mutasi adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertical dalam suatu organisasi.

Tujuan mutasi (Faustino, 1995, p197) adalah: a. Meningkatkan produktivitas pegawai

b. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan komposisi pekerjaan atau jabatan

c. Memperluas pengetahuan pegawai

d. Memeberikan perangsangan agar pegawai dapat e. meningkatkan karier

f. Menghilangkan rasa bosan terhadap pekerjaan g. Melaksanakan hukuman atas pelanggaran pegawai h. Memberikan imbalan terhadap pekerjaan pegawai i. Sebagai alat pendorong agar semangat kerja meningkat j. Menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik pegawai k. Mengatasi perselisihan sesama pegawai.

l. Sebagai tindakan pengamanan yang lebih baik

2.3.7 Penilaian Prestasi kerja

Penilaian prestasi (Malayu, 1997, p203) adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku dan prestasi kerja pegawai, serta

(55)

menetapkan kebijaksanaan selanjutnya. Penilaian perilaku yaitu menilai kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerjasama, loyalitas, dedikasi dan partisipasi karyawan.

Tujuan dan kegunaan penilaian prestasi karyawan:

a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa b. Untuk mengukur prestasi pegawai, yaitu: sejauh mana pegawai

sukses dalam pekerjaannya

c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas kerja di dalam perusahaan

d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan efektivitas jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan peralatan kerja

e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi pegawai yang berada dalam organisasi

f. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai sehingga akan dapat dicapai hasil kerja yang baik.

g. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan atasan untuk memperhatikan pegawai untuk mengetahui minat bawahan

h. Sebagai alat untuk melihat kekurangan atau kelemahan di masa lampau sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pegawai selanjutnya

(56)

2.3.8 Pemutusan Kerja

Pemutusan kerja (Edwin B. Flippo,1995, p298) adalah pemutusan hubungan kerja seorang pegawai dengan perusahaan. Dengan pemutusan kerja ini berarti berakhirnya keterikatan kerja pegawai terhadap perusahaan tersebut. Alasan pemutusan kerja meliputi:

1. Undang-undang 2. Keinginan perusahaan 3. Keinginan pegawai 4. Pensiun

5. Kontrak kerja berakhir 6. Kesehatan pegawai 7. Meninggal dunia 8. Perusahaan dilikuidasi.

Gambar

Gambar 2.1 Database Application Lifecycle (Connolly dan Begg, 2005, p284)
Tabel 2.1 Pemetaan entitas, hubungan, dan atribut sebuah relasi  Entitas / Relationship / Atribut Pemetan  relasi
Tabel 2.2 Representasi dari superclass / subclass relationship  berdasar pada partisipasi dan disjoint constraint

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaran Belanja Siltap, Tunjangan dan Operasional Pemerintahan Desa 1.1.07... BIDANG PENYELENGGARAN

Atikel ini bertujuan untuk Mengetahui kendala dalam mewujudkan kebijakan affirmative action quota 30% yang belum dapat diwujudkan meskipun jumlah pemilih laki-laki justru

1. Intensitas santri mengikuti pengajian Kitab Sulamuttaufiq Bab Shalat adalah cukup. Hal ini dapat dibuktikan dengan dengan hasil yang diperoleh adalah mencapai

Sesuai dengan hadits Aisyah ketika beliau ditanya : “Apakah Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam tidur dan dia dalam keadaan junub?”, maka Aisyah menjawab :

Suyuti Pulungan MA, Fiqih Siyasah, Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran.. dapat diselesaikan, memintanya untuk menjelaskan pandangan agama mengenai masalah ini. Rasulullah lalu

09220029, Etika Pelaku Usaha Periklanan Perspektif Fiqih Muamalah dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Skripsi, Jurusan Hukum Bisnis

[r]

 Menemukan berbagai perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah angka  Menemukan berbagai perangkat lunak program aplikasi berbasis pengolah grafis  Menemukan