MAKALAH UROLITHIASIS
DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
DOSEN PENGAMPU : NUREKOSAPUTRO, S.KEP
DI SUSUN OLEH :
MEILLISA
MEGA PUSPITA FAJARINI
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES RI PANGKALPINANG
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum. Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, pencipta alam semesta yang masih memberikan kesempatan dan kekuatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah proposal ini dengan semaksimal mungkin.
Makalah ini berjudul “Makalah urolithiasis” dapat disusun atas arahan dan masukan dari semua pihak terutama dosen pembimbing mata kuliah dokumentasi keperawatan, Bapak Nurekosaputro, S.Kep sehingga tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih.
Tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang luput dari kesalahan. Kami menyadari bahwa tugas dalam makalah proposal ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan tidak mengurangi rasa hormat kami, maka kami membutuhkan saran, kritik, dan masukan yang membangun dari dosen pengampu dan teman – teman, agar pada pembuatan makalah selanjutnya mampu mengurangi kesalahan – kesalahan, sehingga menjadikan motivasi dalam pembuatan makalah ini.
Waalaikumsalam. Wr. Wb.
Pengkalpinang, 20 November 2013
PENDAHULUAN
A. Latar belakangBatu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengandiketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistemkaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra.
Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-bulisedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi statusgizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu salurankemih.Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi salurankemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). B. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mengetahui tentang penyakit urolithiasis dan asuhan keperawatannya. b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian urolithiasis 2. Mengetahui etiologi dari urolithiasis 3. Mengetahui patofisiologi dari urolithiasis 4. Mengetahui Manifestasi klinis dari urolithiasis 5. Mengetahui komplikasi dari urolithiasis
6. Mengetahui Pemeriksaan penunjang untuk urolithiasis 7. Mengetahui penatalaksanaan dari urolithiasis
8. Mengetahui pengkajian keperawatan yang dilakukan pada urolithiasis 9. Mengetahui pathway dari urolithiasis
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini dimaksudkan agar teman – teman mengetahui dan memahami tentang penyakit urolithiasis dan mengetahui cara mencegah dan mengobatinya.
KONSEP DASAR
A. PengertianUrolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth, 2002, hal. 1460).
Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal. 1595).
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.
B. Etiologi
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :
1. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu. 2. Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi inti pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani. 6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering
dan pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi terbentuknya batu saluran kemih.
8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.
Teori terbentuknya batu ginjal :
1. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia organik sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
2. Teori supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansia pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya btauk.
3. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Pada urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urine yang bersifat alkali akan mengendap garam - garam fosfat.
C. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema.
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. 2. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan
disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
3. Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan. a. Batu di ginjal
- Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral. - Hematuri dan piuria.
- Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
- Mual dan muntah. - Diare.
b. Batu di ureter
- Nyeri menyebar ke paha dan genitalia.
- Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar. - Hematuri akibat aksi abrasi batu.
- Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diametr batu 0,5-1 cm.
b. Batu di kandung kemih
- Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri.
- Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.
E. Komplikasi
a. Obstruksi urin dapat teerjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urin. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat
ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidak seimbangan elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidristatik interstisium. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kepiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jka kedua ginjal terserang.
c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine, kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
d. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang. e. Hidroneprosis f. Hipertensi g. Gagal ginjal h. Obstruksi i. Haemoragic F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa: warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah; secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristar (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus; pH mungkin asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau bau kalsium fosfat).
2. Urine (24 jam): kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat.
3. Kultur urin: mungkin menunjukan ISK (Stapilococus aureus, proteus, klebsiela,
pseudomonas)
4. Survey biokimia: peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat,
5. BUN/ Kreatinin Serum Urine: abnormal (tinggi padsa serum/redah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum: peninggian kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukan adanya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung darah lengkap: SDP mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septikemia.
8. SDM: biasanya normal.
9. Hb/Ht: abnormal jika pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
(mendorong presipitasi pemadatan) atau anemia (pendarahan, disfungsi/gagal ginjal)
10. Hormon paratiroid: mungkin meningkat jika ada gagal ginjal. (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11. Foto rontgen KUB: menunjukkan adanya kalkuli dan/atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
13. Sisteureterokopi: visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu dan/atau efek obstruksi.
14. CT Scan: mengidentifikasi/menggambarkan kalkuli dan massa lain; ginjal,
ureter dan distensi kandunng kemih.
15. Ultrasound ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
G. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih: • Obstruksi jalan kemih
• Infeksi
• Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
• Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi • Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
b. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
d. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.
e. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.
f. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
g. Pengangkatan batu
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
 Aktivitas / istirahat
Gejala: Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
 Sirkulasi
Tanda:peningkatan tekanan darah/nadi. Kulit hangat dan kemerahan, pucat.
 Eliminasi
Gejala: Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya. Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh.
Rasa terbakar, dorongan berkemih. Tanda: oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih
Gejala: Mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfat.
Tanda: distensi abdominal, penurunan adanya bising usus, muntah.  Nyeri/kenyamanan
Gejala:Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu, contoh pada panggul di regio sudut kostovertebral; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.
Tanda: Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Melindungi; perilaku distraksi.
Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.  Keamanan
Gejala: penggunaan alkohol. Demam, menggigil.
 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronik.
Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya.
Penggunaan antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
2. Diagnosa
Pre-operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal atau uretral.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran kemih (ginjal).
Post operasi :
1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik 2. Nyeri b.d insisi bedah
3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter 4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter. 3. Intervensi Keperawatan
Pre operasi
Diagnosa 1
Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol
- Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Catat lokasi, lamanya intensitas (0-10) dan penyebaran
2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan tentang perubahann kejadian / karakyeristik nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman
1. Membantu mengevaluasi tempat abstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus
2. Berikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu (membantu dalam meningkatkan koping pasien dan dapat menurunkan ansietas).
contoh pijatan punggung lingkungan istirahat.
4. Perhatikan keluhan/menetap nya nyeri abdomen.
5. Berikan banyak cairan bila tidak ada mual, lakukan dan pertahankan terapi IV yang diprogramkan bila mual dan muntah terjadi.
6. Dorong aktivitas sesuai toleransi, berikan analgesic dan anti emetic sebelum bergerak bila mungkin.
menurunkan tegangan otot dan menaikkan koping
4. Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasi urine ke dalam area perineal.
5. Cairan membantu
membersihkan ginjal dan dapat mengeluarkan batu kecil.
6. Gerakan dapat meningkatkan pasase dari beberapa batu kecil dan mengurangi urine
statis. Kenmyamanan
meningkatkan istirahat dan
penyembuhan mual
disebabkan oleh peningkatan nyeri.
Diagnosa 2
Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal oleh ureteral
Tujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya - Tidak mengalami tanda obstruksi
Intervensi Rasional
1. Awasi pemasukan dan keluaran serta karakteristik urine
2. Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi
3. Dorong meningkatjkan pemasukan cairan
4. periksa semua urine catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa
5. Observasi perubahan status mental,perilaku atau tingkat kesadaran
6. Awasi pemeriksaan
1. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal, dan adanya komplikasi contoh infeksi dan perdarahan
2. Kalkulus dapat
menyebabkan ekstibilitas yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera
3. Peningkatan hidrasi membilas bakteri,darah dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
4. Penemuan batu
memungkinkan identifikasi
tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi.
5. Akumulasi sisa uremik dank e tidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik di SSP.
laboratorium,contoh BUN,elektrolit,kreatinin. 6. Peninggian BUN,kreatinin dan elektrolit mengidentifikasikan disfungsi ginjal. Diagnosa 3
Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan
- Membran mukosa lembab - Turgor kulit baik
Intervensi Rasional
1. Awasi intake dan Output
2. Catat insiden muntah,diare perhatikan karakteristik dan frekuensi mual / muntah dan diare.
3. Awasi Hb /Ht, elektrolit
1. Membandingkan keluaran actual dan yang diantisifikasi membantu dalam evaluasi adanya / derajat statis / kerusakan ginjal.
2. Mual / muntah, diare secara umum berdasarkan baik kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal dan lambung.
3. Mengkaji hidrasi dan efektifian / kebutuhan intervensi.
4. Berikan cairan IV
5. Berikan diet tepat,cairan jernih,makanan lembut sesuai toleransi.
4. Mempertahankan volume sirkulasi / bila pemasukan oral tidak cukup,/ menaik fungsi ginjal.
5. Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas GI / iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi.
Diagnosa 4
Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).
Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal - Urine berwarna kuning / kuning jernih - Tidak nyeri waktu berkemih.
Intervensi Rasional
1. Pantau :
Urine berwarna,bau / tiap 8 jam Masukan dan haluaran tiap 8 jam
1. Untuk deteksi dini terhadap masalah.
PH urine
TTV setiap 4 jam
2. Saring semua
urine,observasi terhadap kristal. Simpan kristal untuk dilihat dokter kirim ke laboratorium
3. Konsultasi dengan dokter
bila pasien sering
berkemih,jumlah urine
sedikit dan terus
menerus,perubahan urine.
4. Berikan obat-obatan sesuai
program untuk
mempertahankan PH urine tepat.
2. Untuk mendaptakan
data-data keluarnya
batu,perubahan diet yang didasari oleh komposisi batu
3. Temuan-temuan ini
menunjukkan
perkembangan obstruksi dan kebutuhan intervensi progresif.
4. Dengan perubahan PH urine / peningkatan keasamaan / alkalinitas,factor solubilitas untuk batu dapat di control.
Post operasi
Diagnosa 1
Tujuan : - tanda tanda vital stabil - kulit kering dan elastic - intake output seimbang
- insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang
Intervensi rasional
1. Kaji balutan selang kateter terhadap perdarahan setiap jam dan lapor dokter.
2. Anjurkan pasien untuk mengubah posisi selang atau kateter saat mengubah posisi.
3. Pantau dan catat intake output tiap 4 jam, dan laporan ketidak
seimbangan.
4. Kaji tanda vital dan turgor kulit, suhu tiap 4-8 jam.
1. mengetahui adanya perdarahan.
2. mencegah perdarahan pada luka insisi
3. mengetahui kesimbangan dalam tubuh.
4. dapat menunjukan adanya dehidrasi / kurangnya volume cairan
Diagnosa 2
Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan mudah untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.
Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus daan penghalang factor nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan non farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi, bantu pasien memilih posisi yang nyaman.
3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan kemerahan. 4. Anjurkan pasien untuk menahan daerah insisi dengan kedua tangan bila sedang batuk. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
1. menentukan tindakan selanjutnya
2. dengan otot relkas posisi dan kenyamanan dapat mengurangi nyeri.
3. peradangan dapat menimbulkan nyeri. 4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat 5. analgetik dapat mengurangi nyeri.
Diagnosa 3
Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik ( kateter).
Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola berkemih normal pasien.
2. Kaji keluhan distensi kandung kemih tiap 4 jam
3.Ukur intake output cairan.
4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri.
1.untuk membandingkan apakah ada perubahan pola berkemih.
2. kandung kemih yang tegang disebabkan karena sumbatan kateter.
3. untuk mengetahui keseimbangan cairan 4. untuk mengetahui fungsi ginjal.
5. Anjurkan klien untuk minum air putih 2 Lt /sehari , bila tidak ada kontra indikasi.
5. untuk melancarkan urine.
Diagnosa 4
Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter. Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.
- Drainase dan selang kateter bersih.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi luka (demam, kemerahan, bengkak, nyeri tekan dan pus)
2. Kaji suhu tiap 4 jam.
3. Anjurkan klien untuk menghindari atau menyentuk insisi.
4. Pertahankan tehnik steril untuk mengganti balutan dan perawatan luka.
1. mengintervensi tindakan selanjutnya.
2. peningkatan suhu menandakan adanya infeksi.
3. menghindarkan infeksi.
4. menghindari infeksi silang
4. IMPLEMENTASI
Perencanaan yang dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien melakukan teknik relaksasi : napas dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul nyeri, memantau dan mengobservasi keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen, mengawasi dan menganjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari karena pasien yang ditemui sudah lansia, mengawasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine, mengkaji pola
berkemih normal pasien dan perhatikan variasi, mengkaji keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk menilai adanya distensi suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan pasien tentang penyakit; penyebab, tanda/gejala dan komplikasi penyakit, mendengarkan ungkapan pasien tentang program terapi/perubahan pola hidup, mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medik : nyeri berulang, hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan dan menjelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.
5. EVALUASI
Menurut Ignatavicius dan Bayne (1991) evaluasi adalah tindakan yang intelektual untuk mlengkapi proses keperawatan dengan mengindikasikan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi merupakan tahap proses keperawatan dimana pengumpulan data direview untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnosa juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya.
Adapun evaluasi pada penderita batu ginjal (pra pembedahan) diharapkan penderita akan :
a. Menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rasa nyaman atau tidak adanya rasa nyeri
b. Mempertahankan pola eliminasi urine biasa c. Mendemonstrasikan ansietas berkurang
d. Memperlihatkan ansietas moderat, mengungkapkan perasaan dan pemahaman tentang rutinitas preoperasi
e. Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat f. Mempertahankan fungsi ginjal normal
Menunjukkan peningkatan pengetahuan dan persiapan untuk dilakukan tindakan pembedahan