• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAWANG ROTENON.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAWANG ROTENON.docx"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Kemampuan organisme untuk bereproduksi menghasilkan jenisnya sendiri adalah Kemampuan organisme untuk bereproduksi menghasilkan jenisnya sendiri adalah salah satu ciri yang paling baik untuk membedakan makhluk hidup dari materi tak hidup salah satu ciri yang paling baik untuk membedakan makhluk hidup dari materi tak hidup (Campbell

(Campbell et al.et al., 2008). Sel merupakan unit terkecil dari suatu organisme yang, 2008). Sel merupakan unit terkecil dari suatu organisme yang mempunyai kemampuan untuk bereproduksi dan melakukan metabolisme. Pembelahan mempunyai kemampuan untuk bereproduksi dan melakukan metabolisme. Pembelahan sel merupakan salah satu bentuk reproduksi sel eu

sel merupakan salah satu bentuk reproduksi sel eukariotik.kariotik.

Pembelahan sel ini diawali dengan adanya pembelahan kromosom dalam beberapa Pembelahan sel ini diawali dengan adanya pembelahan kromosom dalam beberapa tahap. Pada setiap tahap pembelahan mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat diamati tahap. Pada setiap tahap pembelahan mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat diamati  proses - prosesnya melalui

 proses - prosesnya melalui teknik atau perlakuan teknik atau perlakuan tertentu yang diberikan tertentu yang diberikan pada kromosompada kromosom dalam sel tersebut. Adapun pembelahan sel dibedakan menjadi dua macam, yaitu mitosis dalam sel tersebut. Adapun pembelahan sel dibedakan menjadi dua macam, yaitu mitosis dan meiosis. Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatik dan meiosis. Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatik (sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak yang memiliki (sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak yang memiliki genotip sama dan identik dengan sel induknya. Sedangkan meiosis, terjadi pada sel-sel genotip sama dan identik dengan sel induknya. Sedangkan meiosis, terjadi pada sel-sel germinal (gamet) dengan hasil akhir empat buah sel anak yang haploid dengan komposisi germinal (gamet) dengan hasil akhir empat buah sel anak yang haploid dengan komposisi genotip y

genotip yang mungkin ang mungkin berbeda dengan berbeda dengan sel sel induknya. induknya. (Ardiawan, (Ardiawan, 2009). Ada 2009). Ada pulapula menurut yang menyatakan bahwamitosis adalah pembelahan sel dimana berlangsung menurut yang menyatakan bahwamitosis adalah pembelahan sel dimana berlangsung  pembelahan

 pembelahan dan dan pembagian pembagian nukleus nukleus beserta beserta kromosom-kromosom kromosom-kromosom di di dalamnyadalamnya (Hartanto, 2010)

(Hartanto, 2010)

Pada pengamatan ini mengamati pembelahan mitosis pada akar bawang lanang Pada pengamatan ini mengamati pembelahan mitosis pada akar bawang lanang (( Allium sativum) Allium sativum). Proses pembelahan mitosis melibatkan kromosom sebagi faktor utama. Proses pembelahan mitosis melibatkan kromosom sebagi faktor utama terjadinya pembelahan. Bagian tumbuhan yang mempunyai sifat meristematik salah terjadinya pembelahan. Bagian tumbuhan yang mempunyai sifat meristematik salah satunya adalah pada akar. Bagian akar yang paling aktif melakukan pertumbuhan dan satunya adalah pada akar. Bagian akar yang paling aktif melakukan pertumbuhan dan  pembelahan adalah ba

 pembelahan adalah bagian tudung akar. Tugian tudung akar. Tudung akar merupakan dung akar merupakan bagian yang melindunbagian yang melindungigi meristem akar dan membantu akar dalam menembus tanah selama pertumbuhannya. meristem akar dan membantu akar dalam menembus tanah selama pertumbuhannya. Tudung akar tersusun dari sel-sel parenkimatis pada berbagai tingkat deferensiasi, yang Tudung akar tersusun dari sel-sel parenkimatis pada berbagai tingkat deferensiasi, yang  berasal

 berasal dari dari meristem meristem apeks apeks (Setjo, (Setjo, 2004). 2004). Sehingga, Sehingga, obyek obyek yang yang digunakan digunakan untukuntuk melihat fase mitosis pada penelitian ini adalah bagian tudung ujung akar dari bawang melihat fase mitosis pada penelitian ini adalah bagian tudung ujung akar dari bawang lanang (

(2)
(3)

namun untuk mempermudah pengamatan perlu adanya perlakuan pewarnaan pada sel namun untuk mempermudah pengamatan perlu adanya perlakuan pewarnaan pada sel –  –  sel tersebut, oleh karena itu pada pengamatan kali ini kami juga menggunakan sel tersebut, oleh karena itu pada pengamatan kali ini kami juga menggunakan acetocarmin sebagai zat pewarna, untuk memberi pigmen kepada sel sel akar bawang acetocarmin sebagai zat pewarna, untuk memberi pigmen kepada sel sel akar bawang sehingga mudah untuk diamati di bawah mikroskop (Ritonga, 2011).

sehingga mudah untuk diamati di bawah mikroskop (Ritonga, 2011).

Kami membuat suatu inhibitor bagi enzim yang terdapat di rantai transport electron Kami membuat suatu inhibitor bagi enzim yang terdapat di rantai transport electron  pada

 pada kompleks kompleks I I ((rotenone-insensitive dehidrogenaserotenone-insensitive dehidrogenase), yaitu zat), yaitu zat rotenonerotenone yangyang terkandung di dalam biji bengkuang (

terkandung di dalam biji bengkuang ( P.  P. erosuserosus), zat beracun ini dapat menghambat), zat beracun ini dapat menghambat terjadinya mitosis. Selanjutnya, pada penelitian ini, pemotongan akar dilakukan pada terjadinya mitosis. Selanjutnya, pada penelitian ini, pemotongan akar dilakukan pada  pukul 21.00 WIB, 00.00 WIB, dan 03.00 WIB.

 pukul 21.00 WIB, 00.00 WIB, dan 03.00 WIB.

1.2

1.2Rumusan MasalahRumusan Masalah

1.

1. Apakah ada pengaruh konsentrasi ekstrak biji bengkuang (Apakah ada pengaruh konsentrasi ekstrak biji bengkuang ( P.  P. erosuserosus) terhadap) terhadap fase mitosis akar bawang lanang (

fase mitosis akar bawang lanang ( Allium sativum Allium sativum)?)? 2.

2. Apakah ada pengaruh waktu pemotongan akar bawang lanang (Apakah ada pengaruh waktu pemotongan akar bawang lanang ( Allium  Allium sativumsativum)) terhadap fase mitosis akar bawang lanang (

terhadap fase mitosis akar bawang lanang ( Allium sativum Allium sativum)?)? 3.

3. Apakah Apakah ada ada interaksi interaksi antara antara pengaruh pengaruh konsentrasi konsentrasi dan dan waktu waktu pemotonganpemotongan terhadap fase

terhadap fase mitosis mitosis akar bawang lanang akar bawang lanang (( Allium sativum Allium sativum)?)?

1.3

1.3 TujuanTujuan

1.

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak biji bengkuang (Mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak biji bengkuang ( P.  P. erosuserosus) terhadap) terhadap fase mitosis akar bawang lanang (

fase mitosis akar bawang lanang ( Allium sativum Allium sativum)) 2.

2. Mengetahui pengaruh waktu pemotongan akar bawang lanang (Mengetahui pengaruh waktu pemotongan akar bawang lanang ( Allium  Allium sativumsativum)) terhadap fase mitosis akar bawang lanang (

terhadap fase mitosis akar bawang lanang ( Allium sativum Allium sativum)) 3.

3. Mengetahui Mengetahui interaksi interaksi antara antara pengaruh pengaruh konsentrasi konsentrasi dan dan waktu waktu pemotonganpemotongan terhadap fase

terhadap fase mitosis mitosis akar bawang lanang akar bawang lanang (( Allium sativum Allium sativum))

1.4

1.4 Manfaat PenelitianManfaat Penelitian

1.

1. Untuk memberikan informasi kepada masyaraka tentang adanya pengaruhUntuk memberikan informasi kepada masyaraka tentang adanya pengaruh konsentrasi ekstrak biji bengkuang (

konsentrasi ekstrak biji bengkuang ( P. erosus P. erosus) terhadap fase mitosis akar bawang) terhadap fase mitosis akar bawang lanang (

(4)

2.

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya interaksi antaraUntuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya interaksi antara  pengaruh konsentrasi

 pengaruh konsentrasi dan waktu dan waktu pemotongan terhadap pemotongan terhadap fase mitosis fase mitosis akar akar bawangbawang lanang (

lanang ( Allium sativum Allium sativum).).

1.5

1.5 Batasan MasalahBatasan Masalah

1.

1. Pada pengamatan, focus terhadap tahap Pada pengamatan, focus terhadap tahap tahap fase mitahap fase mitosis yang tosis yang terdapat terdapat padapada akar bawang lanang (

akar bawang lanang ( Allium sativum Allium sativum).).

1.6

1.6 Asumsi PenelitianAsumsi Penelitian

1.

1. Bawang lanang ( Allium Bawang lanang ( Allium sativumsativum) merupakan tanaman yang mudah ditumbuhkan) merupakan tanaman yang mudah ditumbuhkan dalam waktu relative singkat.

dalam waktu relative singkat. 2.

2. Ujung akar merupakan bagian yang aktif membelah, namun setiap varietasnya,Ujung akar merupakan bagian yang aktif membelah, namun setiap varietasnya,  bawang memiliki

 bawang memiliki durasi waktu durasi waktu tertentu dalam tertentu dalam pembelahan pembelahan mitosis. Waktu mitosis. Waktu durasidurasi waktu tertentu dalam pembelahan mitosis. Waktu pemotongan ujung akar (pukul waktu tertentu dalam pembelahan mitosis. Waktu pemotongan ujung akar (pukul 21.00, 00.00 dan 03.00 WIB) serta panjang akar yang dipotong dianggap sama. 21.00, 00.00 dan 03.00 WIB) serta panjang akar yang dipotong dianggap sama. 3.

3. Biji bengkuang yang diekstrak dapat menghasilkan zat rotenone yang dikenalBiji bengkuang yang diekstrak dapat menghasilkan zat rotenone yang dikenal sebagai zat antimiotik. Kualitas hasil ekstrasi rotenone dari biji bengkuang sebagai zat antimiotik. Kualitas hasil ekstrasi rotenone dari biji bengkuang dianggap sama.

dianggap sama.

1.7

1.7 Ruang Lingkup dan Batas PenelitianRuang Lingkup dan Batas Penelitian

1.

1. Varietas bawang yang digunakan adalah bawang lanangVarietas bawang yang digunakan adalah bawang lanang 2.

2. Penelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak bengkuang yang mengandungPenelitian ini menggunakan konsentrasi ekstrak bengkuang yang mengandung rotenone dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75%

rotenone dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 75% 3.

3. Penelitian menggunakan bagian tudung akar bawang dengan pemotongan tudungPenelitian menggunakan bagian tudung akar bawang dengan pemotongan tudung akar dilakukan pada pukul 21.00, 00.00, 03.00 WIB

akar dilakukan pada pukul 21.00, 00.00, 03.00 WIB 4.

4. Jumlah sel yang mengalami mitosis adalah jumlah seluruh fase pembelahanJumlah sel yang mengalami mitosis adalah jumlah seluruh fase pembelahan mitosis (profase, metaphase, anaphase, dan telofase) yang dihitung pada

mitosis (profase, metaphase, anaphase, dan telofase) yang dihitung pada preparatpreparat

1.8

1.8 Definisi OperasionalDefinisi Operasional

1.

(5)

 pembelahan inti dari sel somatis secara berturut-turutmelalui fase-fase profase, metafase, anafase, dan telofase;

2. Konsentrasi larutan adalah larutan biji bengkuang ( P. erosus) berupa bubukan hasil blender dari biji bengkuang ( P. erosus) yang ditambahkan dengan akuades sesuai dengan konsentrasi, dengan takaran perbedaan yang dibuat yakni 0%, 25%, 50%, dan 75%.pada larutan biji bengkuang ( P. erosus) terdapat zat rotenone yang diduga dapat menghambat fase mitosis.

3. Waktu pemotongan adalah waktu yang dilakukan untuk memotong akar bawang lanang. Waktu pemotongan yang digunakan adalah pada jam 21.00 WIB, 00.00 WIB, dan 24.00 WIB;

(6)

BAB II

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Bawang Lanang ( Allium sativum)

Bawang lanang ( Allium sativum) adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah  pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Batangnya semu dan berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar berwarna putih, tiap siung terbungkus kulit tipis. Daunnya berbentuk pita (pipih memanjang), tepi rata,ujung runcing, beralur, panjang 60 cm dan lebar 1,5 cm. Berakar serabut. Bunganya  berwarna putih, bertangkai panjang dan bentuknya payung. Bawang lanang sebenarnya merupakan varietas yang terbentuk tidak sengaja karena lingkungan penanaman yang tidak cocok.

Bawang lanang pertama kali ditemukan di daerah Sarangan, Magetan,Jawa Timur. Umbi dari tanaman ini hanya berisi satu umbi utuh yang kecil. Hal ini disebabkan karena gagalnya pembentukan tunas utama di tajuk dan menekan pembentukan tunas-tunas bakal siung, daun yang biasanya membungkus siung-siung hanya mampu membungkus umbi utuh, sehingga kulit umbi utuh lebih tebal daripada kulit luar umbi yang bersiung (Syamsiah dan Tajudin, 2005)

Menurut Dasuki dalam Savitri (2008), klasifikasi bawang putih adal ah: Divisi : Spermatophyte

(7)

Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Liliales

Suku : Liliaceae

Marga : Allium

Spesies : Allium sativum L

Umbi tersebut terbentuk di dalam tanah dengan posisi yang rapat serta dikelilingi suatu seludang. Pertumbuhan umbi-umbi dalam setiap rumpunnya adalah mandiri dengan  bagian dasarnya yang berhubungan.

Pada akar mempunyai titik tumbuh di bagian ujung yang terdiri dari sekumpulan sel. Di belakang titik tumbuh terdapat daerah meristem tumbuh dengan sel-sel dalam keadaan aktif membelah. Di belakang daerah meristematik terdapat daerah tumbuh memanjang. Jaringan yang mudah untuk ditelaah mitosis adalah meristem pada titik tumbuh akar. Mewarnainya dengan zat pewarna yang sesuai akan tampak kromosom-kromosom dalam sel-sel yang membelah diri (Kimball, 1989:197). Menurut Margono (1973) pada ujung akar banyak sel-sel yang mengalami aktifitas membelah pada rentangan waktu 5 menit sebelum dan sesudah pukul 24 malam sehingga diharapkan tahap-tahap mitosis dapat diamati.

2.1.2 Biji Bengkuang

Bengkuang merupakan tanaman yang memiliki sistem perakaran tunggang, dimana  panjang akar dapat mencapai 2 m. Akar bengkuang memiliki kemampuan untuk  bersimbiosis dengan Rhizobium yang dapat menambat nitrogen dari udara. Akar

(8)

 bengkuang berkembang menjadi umbi yang berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kg. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan  bagian dalamnya berwarna putih dengan rasa yang manis (Heyne, 1987). Klasifikasi

tanaman bengkuang adalah : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae Genus : Pachyrhizus

Spesies : Pachyrhizus erosus L. Urban

Bengkuang merupakan tanamantahunan yang dapat mencapai panjang 4-5 m. Batangnya menjalar dan membelit, dengan rambut-rambut halus yang mengarah ke  bawah. Daunmajemuk menyirip beranak daun 3, bentuk daun membulat dengan ujung runcing dan bergerigi, berambut di kedua belah sisinya; anak daun ujung paling besar,  bentuk belah ketupat, 7-21 × 6-20 cm. Biji bengkuang mengandung zat-zat seperti rotenone, pachyrrhizid, pachyrrhizine, saponin, dan lain-lain yang bekerja secara sinergis sebagai insektisida dan juga akarisida. Ekstrak biji bengkuang dibuat dengan cara menyaring campuran tepung biji bengkuang dengan pelarut air, etanol 96%, atau metanol 96% (Kartika, 2010).

2.1.3 Rotenon

Berdasarkan bobot kering, kandungan rotenon pada batang adalah 0,03%, daun 0,11%, polong 0,02%, dan biji 0,66% (Duke, 1981). Kandungan rotenon murni pada biji yang telah masak sekitar 0,5%-1,0% (Sorensen, 1996). Rotenon adalah salah satu anggota dari senyawa isoflavon, sehingga rotenon termasuk senyawa tergolongan flavonoid. Nama lain rotenon adalah tubotoxin (C23H22O6). Rotenone ini merupakan

(9)

Gambar 2.1.3 Struktur kimia Rotenon (Sumber: Sari, 2012)

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar ditemukan di alam. Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu jenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hutan kecuali alga dan hornworth, pada  bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, bunga dan biji. Flavonoid biasanya dikenal dengan vit. C atau citrit. Flavonoid dapat digolongkan dalam tanaman metabolit sekunder. Flavonoid mempunyai tiga jenis struktur umum yaitu flavonoida atau 1,3-diarilpopana, isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana dan neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana. Senyawa-senyawa isoflavonida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam  beberapa jenis tumbuhan terutama suku Leguminosae Rotenon merupakan inhibitor respirasi pada mitokondria, inhibitor fosforilasi dan merupakan agen yang dapat menghambat mitosis dalam kultur jaringan mamalia. Pada mekanisme molekuler, proses mitosis terhambat akibat produksi ATP yang rendah. Studi kinetika siklus sel,  pengukuran konsumsi oksigen dan tes viskositas menunjukkan bahwa rotenon pada kultur sel mamalia menghambat perakitan poros, mekanisme ini analog dengan kolkisin, coelomid, dan obat antimitotik lainnya. Amytal, yang mana menghambat transport elektron di tempat yang sama sebagaimana rotenon, menyebabkan kegagalan  perkembangan sel pada waktu mitosis. Rotenon menunda atau memperlambat  perkembangan sel di semua fase siklus sel, hal ini juga sebagai akibat dari rotenon

(10)

Rotenonen juga merupakan insektisida alami yang kuat, titik lelehnya 1630  C, larut dalam eter dan aseton, sedikit larut dalam etanol. Jika terbuka terhadap cahaya dan udara akan mengalami perubahan warna kuning terang menjadi kuning pekat, orange dan terakhir menjadi hijau tua dan akan diperoleh kristal yang mengandung racun serangga.

2.1.4 Pembelahan Mitosis

Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA yang menginformasi genetik dalam sel. Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung kromonema dan gen berjumlah dua buah (sepasang). Kromosom memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu makhluk hidup, karena kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen – gen yang akan dipindahkan dari suatu sel induk ke sel anakannya, dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.Perilaku atau aktivitas kromosom dapat terlihat dalam siklus sel, termasuk di dalamnya adalah pembelahan sel . Mitosis adalah pembelahan inti yang berhubungan dengan pembelahan sel somatik, dimana terdapat beberapa tahap di dalamnya, yaitu: interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase (mitosis atau meiosis) (Ritonga, 2011).

Pembelahan sel yang terjadi pada sel somatik disebut mitosis dan pembelahan yang terjadi pada sel kelamin disebut meiosis. Pembelahan mitosis merupakan pembelahan inti yang berhubungan dengan pembelahan sel somatik, dimana terdapat beberapa tahap didalamnya, yaitu: interfase, profase, metakinesis, metafase, anafase, dan telofase (Ritonga, 2011).

Sel akar bawang lanang yang baru terbentuk berisi 16 kromosom yang 8diantaranya disumbangkan oleh bapak tumbuhan bawang, yaitu tumbuhan yangmenyediakan gamet  jantan. Kromosom ini sering dinamai kromosom paternal.Sisanya yang 8 lagi disebut kromosom maternal. Berbagaikejadian yang terdapat selama mitosis dibagi ke dalam empat fase yang berurutanyaitu profase, metafase, anafase dan telofase. Masa diantara  pembelahanpembelahandisebut interfase (Kimball, 1987).

(11)

Interfase atau stadium istirahat dalam siklus sel termasuk fase yang berlangsung lama karena pada tahap ini berlangsung fungsi metabolisme dan pembentukan dan sintesis DNA. Maka sebenarnya kurang tepat juga jika dikatan bahwa interfase merupakan fase istirahat, karena sebenarnya pada fase ini sel bekerja dengan sangat berat. Interfase dibedakan lagi menjadi tiga fase, yaitu:

1. Fase gap satu (G1)

Pada fase ini terjadi beberapa kegiatan yang mendukung tahap  –   tahap berikutnya, yaitu:

a. Trankipsi RNA

 b. Sintesis protein yang bermanfaat untuk memacu pembelahan nukleus c. Enzim yang diperlukan untuk replikasi DNA

d. Tubulin dan protein yang akan membentuk benang spindle

Periode untuk fase G1 membutuhkan waktu yang berbeda-beda antar individu. Adakalanya G1 membutuhkan waktu 3 –  4 jam, namun ada juga yang tidak mengalami fase G1 ini, hal ini terjadi pada beberapa sel ragi. Beberapa ahli lebih suka menggunakan istilah G0 untuk situasi tersebut.

2. Fase Sintesis (S)

Pada fase ini terjadi replikasi DNA dan replikasi kromosom, sehingga pada akhir dari fase ini terbentuk sister chromatids yang memiliki sentromer bersama. Namun, masih  belum terjadi penambahan pada fase ini. Lamanya waktu yang dibutuhkan pada fase ini

7 – 8 jam.

3. Fase Gap dua (G2)

Pada fase ini terjadi sintesis protein –  protein yang dibutuhkan pada fase mitosis, seperti sub unit benang gelendong, pertumbuhan organel –   organel dan makromolekul lainnya (mitokondria, plastid, ribosom, plastid, dan lain –  lain). Fase ini membutuhkan waktu 2 –  5 jam.

 b. Profase

Merupakan tahapan pembelahan sel yang palinglama dan membutuhkan energi yang cukupbesar, serta merupakan permulaan dari mitosisyang ditandai dengan beberapa  perubahan.Nukleolus mulai menghilang sedangkankromosomnya mulai timbul. Untaian kromosomyang semula meluas menjadi pilinan (heliks). Dengan demikian untaian itu

(12)

lebihpendek dan menebal sehingga tampak lebih nyata. Pada tahapan ini, membrannukleus mulai menghilang(Crowder, 1993).

Gambar 2.1.4 pembelahan mitosis fase profase (Sumber: Ardiawan. 2009)

c. Metafase

Pada fase ini, setiap individu kromosom yang telah menjadi dua kromatid  bergerak menuju bidang equator. Benang –   benang gelendong melekat pada sentromer setiap kromosom. Terjadi kondensasi dan penebalan yang maksimal pada fase ini. Sehingga kromosom terlihat lebih pendek dan tebal dibandingkan pada fase lainnya. Selain itu, kromosom juga terlihat sejajar di tengah –  tengah equator (Ritonga, dkk. 2011). Tahap metaphase ini membutuhkan waktu sekitar 2 –   6 menit (Crowder, 1993).

Gambar 2.1.4 pembelahan mitosis fase metafase (Sumber: Ritongga, 2011)

d. Anafase

(13)

memisah,masih pada gelondong dan bergerak kekutubyang berlawanan. Jika dilihat denganmenggunakan mikroskop, tiap-tiap belahan tampak mempunyai bagian yangmenggenting dan kurang menyerap warna. Bagian ini disebut sentromer. Masingmasingkromatid yang berpasangan terpisah bersama sentromernya. Benangspindel memendek, setiap kromatid bergerak menuju kutub yang berbeda danberlaku sebagai kromosom baru yang memiliki sifat keturunan yang sama.Tertariknya sentromer kearah kutub yang berbeda dikarena adanya kontraksi daribenang gelendong. Fase anafase adalah fase yang terjadi paling singkat padaproses pembelahan (Crowder,1993). Pada tahapan ini,kromosom mulai menuju kutub masing-masing.

Gambar 2.1.4 pembelahan mitosis fase anafase (Sumber: Ardiawan. 2009)

e. Telofase

Tahapan telofase membutuhkan waktu sekitar 30-60menit. Di tiap kutub terbentuk stel kromosom yangidentik. Serabut gelondong inti menghilang danmembran inti terbentuk kembali. Setelah terbentuk duainti pada kutub yang berlawanan aster menghilang danterjadi penebalan sitoplasma yang diikuti pembagiansitoplasma (sitokinesis). Sitokinesis ini di tandai dengan terbentuknya dindingpemisah ditengah-tengah sel (pada tumbuhan) dan pada hewan ditandai denganmelekuknya sel kedalam(Crowder, 1993).

(14)

Gambar 2.1.4 pembelahan mitosis fase telofase (Sumber: Ardiawan, 2009)

Setelah mitosis tersebut selesai, maka sel mulai mengalami stadium/fase interfase. Pada fase interfase ini sel mengalami beberapa periode yaitu periode pertumbuhan G1, sintesis, dan fase pertumbuhan G2. Persentase waktu terbesar dalam siklus sel terjadi  pada tahap interfase. Interfase terdiri dari periode G1, S, dan G2. Pada periode G1 selain terjadi pembentukan senyawa-senyawa untuk replikasi DNA, juga terjadi replikasi organel sitoplasma sehingga sel tumbuh membesar, dan kemudian sel memasuki periode S yaitu fase terjadinya proses replikasi DNA. Setelah DNA bereplikasi, sel tumbuh (G2) mempersiapkan segala keperluan untuk pemisahan kromosom, dan selanjutnya diikuti oleh proses pembelahan inti (M) serta pembelahan sitoplasma (C). Selanjutnya sel hasil  pembelahan memasuki pertumbuhan sel baru (G1) (Ritongga, 2011).

2.2 Kerangka Konseptual

Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatik (sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anak yang memiliki genotip sama dan identik dengan sel induknya. Proses mitosis juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal yang biasanya berhubungan dengan genotip, maupun faktor eksternal yang meliputi suhu, kelembaban, zat kimia, dll. Pada kajian ini akan difokuskan  pada pengaruh zat kimia terhadap fase mitosis.

Pada pengamatan ini digunakan zat kimia berupa rotenone yang terkandung di dalam larutan perasan biji bengkuang, perlakuan yang diberikan adalah dengan merendam akar

(15)

lanang ke dalam larutan biji bengkuang dengan konsentrasi bervariasi (0%, 25%, 50% dan 75%) tepatnya sehari semalam sebelum pemotongan akar. Dengan adanya perlakuan tersebut diharapkan dapat diamati perbedaan pada fase-fase mitosis akar bawang tersebut.

Penelitian ini memiliki kerangka konseptual sebagai b erikut: Mitosis

Dipengaruhi oleh berbagai faktor Internal Eksternal Suhu Kelembaban Zat kimia Caha a Genotip Rotenone

Larutan perasan biji bengkuang (Pachyrizus erosus)

konsentrasi 0% konsentrasi 25% konsentrasi 50% konsentrasi 75%

Dilakukan pemotongan akar dalam 3 waktu yang berbeda, yaitu pkl 21.00 WIB, 00.00 WIB, dan 03.00 WIB

Pengamatan fase –  fase mitosis akar bawang lanang (Allium sativum) Perendaman selama 24 jam

(16)

2.3 Hipotesis

1. Ada pengaruh konsentrasi ekstrak biji bengkuang ( P. erosus) terhadap fase mitosis akar bawang lanang ( Allium sativum)

2. Ada pengaruh waktu pemotongan akar bawang lanang ( Allium sativum) terhadap fase mitosis akar bawang lanang ( Allium sativum)

3. Ada interaksi antara pengaruh konsentrasi dan waktu pemotongan terhadap fase mitosis akar bawang lanang ( Allium sativum)

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian tentang pengaruh konsentasi ekstrak bengkuang dan waktu pemotongan terhadap fase mitosis akar bawang lanang ( Allium sativum) ini merupakan jenis penelitian eksperimental yang menggunakan pendekatan analisis kuantitatif dengan data yang diolah dalam bentuk angka. Karena dalam penelitian ini data yang digunakan adalah  jumlah fase – fase pembelahan sel selama mitosis. Namun, kami belum mendapatkan data

fase-fase pembelahan mitosis secara lengkap sehingga kami menggunakan analisis kualitatif deskriptif yang diperoleh melalui study literasi.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini di laksanakan mulai tanggal Maret 2018 hingga sekarang dengan tempat pelaksanaan sebagai berikut,

1. Penanaman dan pemindahan akar bawang lanang ( Allium sativum)dilakukan di Jl. Sumbersari gang 1 No 3 dan Jalan Mayjen Panjaitan gang 4 Nomor 5 Kelurahan Penanggungan, Klojen, Kota Malang

2. Pembuatan larutan biji bengkuang dengan berbagai konsentrasi (0%, 25%, 50%, dan 75%) dilaksanakan diLaboratorium GenetikaBio. 310, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang.

3. Pembuatan preparat dan pengamatan akar bawang lanang ( Allium  sativum)dilaksanakan diLaboratorium GenetikaBio. 310, Jurusan Biologi,

FMIPA, Universitas Negeri Malang.

3.3 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: waktu pemotonganakar bawang lanang ( Allium sativum)dan konsentrasi larutan biji bengkuang (Pachyrizus erosus).

2. Variabel kontrol: meliputi umur akar bawang lanang ( Allium sativum)dan aquades.

(18)

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Bawang lanang (Alliium sativum dan biji bengkuang (Pachyrizus erosus).

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tudung akar bawang lanang ( Allium sativum)

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini memerlukan alat dan bahan agar diperoleh data yang akurat mengenai  pengaruh konsentrasi dan waktu pemotongan terhadap fase-fase pembelahan mitosis. Adapun alat yang diperlukan adalah botol air mineral, kaca benda, kaca penutup, pipet tetes, botol vial, mikroskop cahaya, silet tajam maupun berkarat, beaker glass, gelas ukur, tissue, timmer atau stopwatch, blender kering, dan pembakar spirtus.Bahan –  bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah akar bawang lanang ( Allium sativum), larutan FAA, alkohol 70%, HCl 1 N, acetocarmin, aquades, dan biji bengkuang yang telah diblender sampai menjadi serbuk.

3.6 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menumbuhkan akar bawang lanang ( Allium sativum) pada tanah

3. Setelah tumbuh akar, bawang dipindah pada medium air dengan cara menusuk bagian tengah bawang lanang secara horizontal untuk diletakkan di atas botol air mineral dengan medium air.

4. Membuat perasan biji bengkuang sebagai larutan induk dengan konsentrasi 100%. a. Biji bengkuang diblender menggunakan blender kering hingga didapatkan bubuk

 biji bengkuang.

 b. Membuat larutan induk dengan perbandingan 1:2 c. Menimbang bubuk biji bengkuang 400 gram d. Menambahkan 400 ml aquades

e. Dilarutkan hingga homogen

(19)

5. Membuat larutan konsentrasi 25%, 50%, dan 75%

a. Membuat larutan biji bengkuang dengan konsentrasi 25%, dengan mengukur larutan induk 25 ml dan ditambahkan dengan aquades hingga 100ml. Hasil larutannya adalah larutan dengan konsentrasi 25%.

 b. Membuat larutan biji bengkuang dengan konsentrasi 50%, dengan mengukur larutan induk 50 ml dan ditambahkan dengan aquades hingga 100 ml.

c. Membuat larutan biji bengkuang dengan konsentrasi 75%, dengan mengukur larutan induk 75 ml dan ditambahkan dengan aquades hingga larutan menjadi 100 ml

6. Perlakuan

a. Setelah akar bawang lanang tumbuh, bawang lanang dipindahkan dari media  penumbuh tanah ke medium air biasa, kemudian dari medium air biasa sebelum dipotong dipindahkan dulu ke dalam medium perasan biji bengkuang dengan 4 macam konsentrasi yaitu 0%,25%,50% dan 75% selama 24 jam. Pemindahan dilakukan pada pukul 21.00 WIB, 00.00 WIB, dan 03.00 WIB.

 b. Setelah 24 jam perendaman, ujung akar bawang lanang dipotong kurang lebih 2 cm, pada pukul 21.00, 00.00, 03.00 WIB.

c. Setelah pemotongan, ujung akar bawang langsung dimasukkan ke dalam larutan FAA.

7. Pengambilan data

a. Membuat preparat dengan cara: Mengambil ujung akar bawang lanang yang sudah direndam dalam larutan FAA yang ada pada botol fial dan dipindahkan  pada wadah yang berisi alcohol 70%.

 b. Meredam akar dengan Alkohol 70 % selama 2 menit.

c. Setelah 2 menit kemudian memindahkan akar bawang lanang ke dalam larutan HCL 1 N selama 5 menit, setelah 5 menit kemudian memindahkan akar bawang lanang pada kaca benda akan tampak tudung akar yang lebih putih dari yang lainnya.

d. Tudung akar (bagian yang putih) dipotong, kemudian mencacah tudung akar sehalus mungkin menggunakan silet berkarat, namun peneliti menggunakan silet yang tidak terlalu berkarat untuk efisiensi waktu dalam pencacahan.

(20)

e. Setelah halus ditetesi dengan Acetocarmin.

f. Membakar diatas api spirtus selama beberapa detik hingga acetocarmin berubah warna kemudian tutup kaca benda dengan dengan kaca penutup dengan sedikit  penekanan..

g. Dilakukan pengamatan preparat yang sudah dibuat dengan meggunakan mikroskop perbesaran 40X10 dengan 3 bidang pandang.

h. Diamati, dihitung, dan digambar sel yang ada disetiap masing-masing bidang  pandang

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan langsung terhadap preparat cacahan tudung akar bawang lanang dengan menggunakan mikroskop dan menghitung masing-masing fase pada 3 bidang pandang yang berbeda. Setiap jam dilakukan sebanyak tiga kali ulangan disemua konsentrasi.

3.8 Teknik Pengambilan Data

Jumlah sel yang mengalami fase pembelahan mitosis pada pengamatan yang dilakukan, dianalisis menggunakan Analisis Varian Ganda dua varian dengan Rancangan Acak Kelompok karena terdiri dari dua variabel bebas yaitu perlakuan konsentrasi rotenon dan waktu pengambilan sambel. Ulangan tidak dilakukan sebanyak tiga kali.

3.9 Teknik Analisis Data

Jumlah sel yang mengalami mitosis pada pengamatan yang dilakukan dianalisis menggunakan Analisis Varian Ganda Dua dengan Rancangan Acak Kelompok karena terdapat lebih dari satu variabel bebas dan ulangan tidak dilakukan dalam waktu yang homogen. Jika F hitung > F tabel maka hipotesis diterima. Jika hasil uji statistik terdapat

 pengaruh nyata maka akan dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf signifikasi 5% untuk mengetahui konsentrasi larutan biji bengkuang yang memiliki pengaruh yang  paling besar dalam menghambat proses pembelahan mitosis pada akar bawang lanang.

(21)

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Data dan Hasil Pengamatan

Konsentrasi Waktu Fase Ulangan

1 2 3 0% 21.00 P 182 - -M 0 - -A 0 - -T 0 - -00.00 P 166 - -M 0 - -A 0 - -T 0 - -03.00 P 176 - -M 0 - -A 0 - -T 0 - -25% 21.00 P 121 - -M 0 - -A 0 - -T 0 - -00.00 P 145 - -M 0 - -A 0 - -T 0 - -03.00 P 135 - -M 0 - -A 0 - -T 0 -

(22)

-50% 21.00 P 112 - -M 0 - -A 0 - -T 0 - -00.00 P 94 - -M 0 - -A 0 - -T 0 - -03.00 P 109 - -M 0 - -A 0 - -T 0 - -4.2 Analisis Data 182 121 109 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 0% 25% 50%

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP JUMLAH TOTAL SE L FASE MITOSIS PADA

WAKTU PEMOTONGAN PUKUL 21.00

(23)

Dari hasil grafik, menunjukan pengaruh konsentrasi terhadap jumlah total sel fase mitosis pada waktu pemotongan pukul 21.00, 00.00 dan 03.00. Berdasarkan pengamatan ulangan pertama yang kami lakukan, bahwa pada pemotongan akar pada pukul 21.00  pada konsentrasi 0% ditemukan total jumlah dalam 3 bidang pandang182 fase profase. Sedangkan untuk konsentrasi 25% ditemukan 121 fase profase dalam tiga bidang

166 145 94 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0% 25% 50%

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP JUMLAH TOTAL SE L FASE MITOSIS PADA

WAKTU PEMOTONGAN PUKUL 00.00

Profase Metafase Anafase Telofase

176 135 109 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 0% 25% 50%

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP JUMLAH TOTAL SE L FASE MITOSIS PADA

WAKTU PEMOTONGAN PUKUL 03.00

(24)

 pandang dan pada konsentrasi 50% ditemukan 109 fase profase dalam tiga bidang. Untuk fase metaphase, anaphase dan telofase pada pemotongan akar pukul 21.00 pada konsentrasi 0%, 25% dan 50% tidak dapat ditemukan.

Selanjutnya pada waktu pemotongan akar pukul 00.00, pada konsentrasi 0% fase  profase ditemukan jumlah total 166 dalam tiga bidang pandang. Untuk konsentrasi 25%

ditemukan fase profase sebanyak 145 dalam tiga bidang pandang, dan pada konsentrasi 50% ditemukan fase profase sebanyak 94 dalam tiga bidang pandang. Sama seperti pada waktu pemotongan sebelumnya pukul 21.00, fase metaphase, anaphase dan telofase tidak ditemukan.

Yang terakhir, waktu pemotongan akar pukul 03.00, ditemukan fase profase sebanyak 176 dalam tiga bidang pandang pada konsentrasi 0%, ditemukan pula pada konsentrasi 25% sebanyak 135 fase profase dalam tiga bidang pandang. Pada konsentrasi 50% juga ditemukan fase profase sebanyak 109 dalam tiga bidang pandang. Fase metaphase, anaphase dan telofase, tidak ditemukan.

Dari hasil diatas, dapat terlihat bahwa fase profase tertinggi pada konsentrasi 0% terdapat pada akar yang dipotong pada pukul 21.00 yaitu berjumlah 182 fase profase. Selanjutnya pada pemotongan pukul 03.00 yang menunjukkan jumlah fase profase sebanyak 176. Yang terakhir pada pemotongan akar pukul 00.00 yang menunjukan total fase profase dalam tiga bidang pandang sebanyak 166.

Pada konsentrasi 25% juga ditemukan fase profase tertinggi yaitu pada akar yang mengalami pemotongan pada pukul 00.00, yaitu berjumlah 145 fase profase. Yang kedua, fase profase tertinggi dilihat pada akar yang mengalami pemotongan pukul 03.00, yaitu sebanyak 135 dan yang terakhir pada pemotongan akar pukul 21.00 ditemukan fase  profase sebanyak 121.

Selanjutnya, pada konsentrasi 50%, ditemukan fase profase tertinggi pada pemotongan akar pukul 21.00 dan 03.00 yaitu sebanyak 109 fase profase. Pada pemotongan akar  pukul 00.00 ditemukan fase profase hanya sebanyak 94 fase profase.

(25)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Rotenon Berpengaruh Terhadap Pembelahan Mitosis Akar Bawang Lanang

Sel sangat berperan penting untuk pertumbuhan dan juga untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sel akan melakukan proses pembelahan yang salah satunya yaitu mitosis. Pembelahan mitosis terjadi pada jaringan meristematik atau jaringan yang aktif membelah seperti ujung akar. Mitosis pada tanaman terjadi selama 30 menit sampai  beberapa jam (Kimball, 1983). Terjadinya mitosis juga dikatalis oleh enzim, enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat  proses reaksi kimia.  Cara kerja enzim pada dasarnya melalui berbagai tahapan dan  proses, yaitu teori gembok dan anak kunci (key-lock), teori ini menyebutkan bahwa sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Teori yang kedua adalah Teori kecocokan terinduksi (induced fit), yang menjelaskan bahwa sisi aktif enzim lebih fleksibel dalam menyesuaikan struktur substrat. Ikatan antara enzim dan substrat dapat  berubah menyesuaikan dengan substrat (Lehninger, 1982).

 Namun pada saat-saat tertentu enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya yang mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya, biasanya hal ini dapat terjadi akibat dipengaruhi oleh molekul lain yang biasa disebut dengan inhibitor,  yaitu molekul yang dapat menurunkan atau bahkan menghambat aktivitas enzim. Senyawa penghambat spesifik ini juga dapat bekerja pada tempat tertentu di rantai respirasi, misalnya pada transport elektron. Inhibitor pada transport elektron ini salah satunya adalah rotenon yang merupakan suatu bahan yang sangat beracun dan dapat menghambat transport elektron dari NADH ke ubiquinon (Lehninger, 1982). Proses penghambatan metabolik terjadi pada transpor elektron yang terikat oleh rotenon pada  pengaliran elektron di kompleks I.Kompleks I pada rantai transpor elektron merupakan daerah yang sensitif terhadap inhibitor seperti rotenon dan amytal (Hopkins, 2009).

Kompleks enzim yang terlibat dalam proses transpor elektron terdiri dari kopmpleks I ( NADH dehidrogenase), kompleks II ( Suksinat dehidrogenase), kompleks III (Koenzim

(26)

Q-Sitokrom C reduktase), dan kompleks IV ( Sitokrom oksidase). Kompleks I menerima elektron dari NADH dan mengalirkannya menuju koenzim-Q, bersamaan dengan  pemompaan proton dari matriks menuju ruang antar membran. Selain itu, koenzim-Q  juga akan menerima elektron dari FADH2 (Kompleks II) yang dihasilkan siklus Krebs

dan elektron dari kompleks III. Elektron dari koenzim-Q ini kemudian dialirkan mrnuju sitokrom C dan proses ini menyebabkan empat proton terpompa dari matriks menuju ruang antar-membran. Proses saat elekton ini dialirkan d ari sitokrom C menuju O2 dan O2

direduksi menjadi H2O, dilakukan oleh kompleks IV yang menghasilkan dua proton

untuk dipompa dari matriks menuju ruang antar membran.

Proses pemompaan proton dari matriks menuju ruang antar membran mitokondria (reaksi transpor elektron) di atas menyebabkan terbentuknya gradien elektrokimia, yaitu  pH di ruang antar membran yang lebih rendah dibanding pH dalam matriks mitokondria.

Perbedaan proton ini mengandung energi potensial sehingga bila proton mengalir kembali melalui kompleks V (ATP Sintetase), maka energi dilepas dan menggerakkan sintesis ATP dari ADP dan fosfat inorganik (Browning, et all., 1982).

Gambar 5.1 Mekanisme Transpor ATP Sumber: Hopkins, 2009

Mitokondria memiliki dua daerah, yaitu daerah sensitif terhadap rotenon dan daerah yang tidak sensitif dengan rotenon. Yang pertama yaitu daerah yang sensitif terhadap

(27)

 pada kompleks I (NADH dehidrogenase) ke ubikuinon, sehingga akan memblokir keseluruhan proses fosforilasi oksidatif. Hal ini berakibat pada tidak adanya elektron yang teralirkan pada kompleks selanjutnya yang menyebabkan tidak terbentuknya ATP sehingga pembentukan benang spindel terganggu dan pembelahan mitosis pada tahap selanjutnya tidak berlangsung (Hopkins, 2009).

Perlakuan berupa pemberian larutan biji bengkuang ( Pachyrhizus erosus) dalam konsentrasi yang berbeda terhadap akar bawang lanang menyebabkan kadar rotenon yang terkandung juga berbeda dan menimbulkan dampak yang berbeda pula. Karena rotenon merupakan inhibitor respirasi dan molekul antimitosis, maka dampaknya dapat menghambat proses pembelahan mitosis pada akar bawang lanang (Allium sativum). Semakin tinggi konsentrasi rotenon maka pembelahan mitosis akan semakin terhambat. Jadi, semakin tinggi konsentrasi perasan biji bengkuang ( Pachyrhizus erosus)  yang diberikan maka semakin banyak pula sel-sel yang terhambat pembelahan mitosisnya, hal inilah yang menyebabkan pada akar yang direndam di larutan dengan konsentrasi yang semakin tinggi, fase yang paling mendominasi adalah profase. Hal ini sesuai dengan Waters (2003) yang menyatakan bahwa rotenon dapat menyebabkan penghambatan terbentuknya benang spindel pada saat pembelahan mitosis sehingga memengaruhi fase metafase dan anafase, sehingga kromosom tidak dapat berjajar di bidang ekuator dan tidak dapat tertarik ke kutub masing-masing.

5.2 Rotenon Tidak Berpengaruh Terhadap Pembelahan Mitosis Akar Bawang Lanang

Jika rotenon tidak berpengaruh terhadap fase pembelahan mitosis akar bawang lanang, hal ini dikarenakan elektron masuk ke jalur alternatif yaitu jalur respiratori. Pada jalur ini terdapat “rotenon-insesitive dehydrogenase” berperan dalam tidak berpengaruhnya rotenon terhadap fase pembelahan motosis. Hal i i dikarenakan adanya NADH menjadi  NAD+ pada kompleks I elektron masuk ke rantai melalui “rotenon insensitive dehydrogenase” pada setiap pasang elektron. Karena menghasilkan ATP maka  pembentukan benang spindel tetap terjadi dan proses pada fase pembelahan mitosis dapat

(28)

5.3 Waktu Pemotongan Berpengaruh Terhadap Fase Mitosis Akar Bawang Lanang

Waktu pemotongan berpengaruh terhadap pembelahan mitosis karena jam biologis  bawang lanang ( Allium sativum) untuk membelah secara mitosis pada pukul 00.00 WIB dan jam tersebut sel-sel sangat giat mengalami pembelahan dibandingkan pada pukul 21.00 WIB dan 03.00 WIB. Namun, tidak mengalami perbedaan yang signifikan dalam artian pada jam-jam selain pukul 00.00 WIB masih ditemukan fase pembelahan mitosis atau sel aktif mengalami pembelahan dengan syarat waktu tersebut mendekati waktu tengah malam. Waktu pemotongan ini terkait dengan durasi mitosis dan indeks mitosis . Perbedaan durasi mitosis pada setiap spesies bergantung pada kondisi lingkungan. Temperatur dan nutrisi merupakan faktor utama dalam durasi mitosis (Yadav, 2007). Terbatasnya referensi yang menyatakan pada pukul berapa tepatnya sel aktif atau giat mengalami pembelahan menjadi kendala kami.

5.4Waktu Pemotongan Tidak Berpengaruh Terhadap Fase Mitosis Akar Bawang Lanang

Menurut Yadav (2007) yang menyatakan bahwa perbedaan durasi mitosis pada setiap spesies bergantung pada kondisi lingkungan. Temperatur dan nutrisi merupakan faktor utama dalam durasi mitosis, hal ini menunjukkan bahwa waktu memang berpengaruh terhadap pembelahan mitosis karena berhubungan dengan jam biologis dari sel akar  bawang lanang ( Allium sativum).

(29)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Ada pengaruh pemberian macam konsentrasi rotenon pada pembelahan mitosis akar  bawang lanang (Allium sativum) karena rotenon bersifat inhibitor dan bersifat

antimitoti.

2. Tidak ada pengaruh rotenone terhadap fase pembelahan mitosis akar bawang lanang, dikarenakan elektron masuk ke jalur alternatif yaitu jalur respiratori yang terdapat “rotenon-insesitive dehydrogenase”. Adanya NADH menjadi NAD+ pada kompleks I elektron masuk ke rantai melalui “rotenon insensitive dehydrogenase” pada setiap  pasang elektron. Karena menghasilkan ATP maka pembentukan benang spindel tetap

terjadi dan proses pada fase pembelahan mitosis dapat terjadi

3. Ada pengaruh waktu pembelahan mitosis akar bawang lanang (Allium sativum) pada  pukul 21.00 WIB, 00.00 WIB, dan 03.00 WIB karena jam biologis bawang lanang

( Allium sativum) untuk membelah secara mitosis pada pukul 00.00 WIB dan jam tersebut sel-sel sangat giat mengalami pembelahan.

4. Tidak ada pengaruh antara waktu pemotongan terhadap fase mitosis akar bawang lanangkarena perbedaan durasi mitosis pada setiap spesies bergantung pada kondisi lingkungan.

6.2 Saran

1. Peneliti sebaiknya lebih cermat dan teliti dalam menghitung fase mitosis pada  bawang

2. Peneliti sebaiknya lebih memahami dan mengeksplorasi mengenai fenomena Pengaruh Macam Konsentrasi Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrizus erosus) dan Waktu Pemotongan Terhadap Fase Mitosis Akar Bawang Lanang

3. Diharapkan agar peneliti dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin, sehingga ketika mengerjakan laporan tidak terkesan terburu-buru dan dapat menyelesaikan laporan dengan hasil yang optimal.

(30)

DAFTAR RUJUKAN

Ardiawan, Arif. 2009. Genetika Interaksi Tumbuhan. Universitas Jendral Sudirman. Purwokerto

Benkeblia N. 2004. Antimicrobial activity of essential oil extracts of various onions (Allium cepa) and garlic (Allium sativum). Lebensm.-Wiss. u.-Technol. 37: 263 – 268

Browning, K. S, RajBandarary, U. L., (1982), Cytochrome Oxidase Subunit III Gene in  Neurospora Crasa Mitocondrial: Location and Sequeence,  J. Biol. Chem., 157,

5253-5256

Campbell, N.A., Reece, J.B. Urry, L.A., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., dan. Jackson, R.B. (2008). Biologi Jilid 1 (Edisi Kedelapan). Jakarta: Erlangga

Crowder, L.V.. 1993. Genetika Tumbuhan. (Terjemahan L. Kusdiarti dan Soetarso). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Gamble, E.E.. 1962. Gene Effect in Corn (Zea mays L.) I. Separation and Relative.

Duke, J. A. 1981. Handbook of Legumes of World Economic Importance. Plenum Press. New York & London.

Faradita, dkk.2010.  Evektivitas Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang (Pachyrrizus erosus) Terhadap Mortalitas Ulat Plutella xylostella pada Tanaman Kubis. Program  Kreativitas Mahasiswa.

Hartanto, dkk. 2010. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terj. Badan Libang Kehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan Jakarta Pusat.

Hopkins, W.G. 2009. Introduction to Plant Physiology 4th Edition. John Wiley & Sons Inc : USA

Gambar

Gambar 2.1.3 Struktur kimia Rotenon (Sumber: Sari, 2012)
Gambar 2.1.4 pembelahan mitosis fase profase (Sumber: Ardiawan. 2009)
Gambar 2.1.4 pembelahan mitosis fase anafase (Sumber: Ardiawan. 2009)
Gambar 2.1.4 pembelahan mitosis fase telofase (Sumber: Ardiawan, 2009)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Cognitive Behavioral Therapy for Jealousy International Journal of Cognitive Therapy, 1(1), 18–32, 2008 International Association for Cognitive Psychotherapy..

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subchanallahu Wa ta’ala atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

Tesis yang dilakukan oleh Dastgill dan Badrul Hisham yang memberi penekanan kepada metodologi kajian perpustakaan ini memberi tumpuan hubungan dialog pada peringkat yang lebih

Selain itu, adverbia totemo adalah ungkapan yang sedikit santai dan tidak ada indikasi melebih-lebihkan atau membesar-besarkan dan tidak dapat digunakan untuk

Variabel lama terapi merupakan variabel yang 95 % tidak patuh dari 21 pasien hanya 1 pasien yang patuh, pasien DM di Puskesmas Candi Sidoarjo hanya mendapatkan

Dari hasil perhitungan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa variabel nilai tukar rupiah (X 1 ) memiliki nilai positif dan pengaruh yang signifikan

Selain itu juga terdapat kearsipan yang merupakan suatu kegiatan yang diperlukan oleh setiap perusahaan agar dokumen-dokumen yang ada dapat tersusun dengan rapi sehingga

Sedangkan jika dilakukan perbandingan berdasarkan parameter densitas, viskositas, dan angka asam antara minyak goreng sawit bekas dengan biodiesel hasil