• Tidak ada hasil yang ditemukan

HEPATITIS.ppt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HEPATITIS.ppt"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

HEPATITIS

MUHAMMAD MASYHUR, S.Kep., S.Pd., M.Kes.(Biomed)

Konsentrasi Immunologi dan Farmakologi Program Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran - Universitas Brawijaya

(2)

PENDAHULUAN

Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua

jenis peradangan pada hati.

Penyebabnya dapat berbagai macam,

mulai dari virus sampai dengan

obat-obatan, termasuk obat tradisional.

Virus hepatitis terdiri dari beberapa jenis :

hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Hepatitis

A, B dan C adalah yang paling banyak

ditemukan.

Hepatitis A bersifat akut, sedangkan

hepatitis B dan C bersifat kronis dan

bahkan dapat berkembang menjadi kanker

hati.

(3)
(4)

EPIDEMIOLOGI

Hepatitis A dapat menyerang segala usia.

Pada anak-anak sering tidak terdeteksi

secara klinis (asimptomatik) dan periode

penularannya lebih lama daripada orang

dewasa.

Infeksi hepatitis A terjadi melalui rute

fekal-oral, kontak dengan penderita, atau melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi,

atau melalui darah (jarang)

Lebih sering terjadi pada masyarakat

golongan sosioekonomi rendah dengan

tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan

sanitasi yang buruk.

(5)

FAKTOR RISIKO

Tempat penitipan anak

Pelancong (khususnya yang pergi ke

daerah endemik)

Pengguna obat suntikan (Injection Drug

Users = IDUs)

Hubungan seks oral-anal

Penderita penyakit hati kronis

Orang-orang yang bekerja dengan hewan

primata

(6)

ETIOLOGI

Virus hepatitis A (Hepatitis A Virus=HAV) merupakan Hepatovirus yang berhubungan

dengan Enterovirus dalam famili Picornaviridae. Berbentuk kubus simetrik dengan panjang sisi

27-28 nm.

Virus ini tidak memiliki selubung dan tahan terhadap cairan empedu

Memiliki 1 serotipe.

Genomnya merupakan RNA sense-positif

beruntai tunggal dan memiliki empat genotipe. Tipe I dan III paling umum ditemukan pada

(7)

Stabil dalam lingkungan selama 1 bulan

Masa inkubasi 2-4 minggu

Dapat diinaktivasi dengan pemanasan

dengan suhu minimal 85°C selama 1

menit atau dengan pengenceran natrium

hipoklorit dalam air dengan kadar 1:100.

(8)
(9)

MANIFESTASI KLINIS

Tanda-tanda dan gejala:

• Fase preikterus: gejala-gejala seperti influenza (hilang nafsu makan, mual, lelah, dan rasa tidak enak badan) Hilang nafsu makan, mual, muntah, lelah, rasa tidak enak badan, demam, sakit

kepala, dan nyeri abdomen bagian kanan atas. • Fase ikterus : sklera dan kulit berwarna kuning,

urin berwarna gelap, feses berwarna terang (acholic), kulit gatalgatal, dan gejala-gejala sistemis yang memburuk

Anak-anak yang berusia <6 tahun tidak

menampakkan gejala, kalaupun ada, mereka tidak mengalami jaundice (kuning).

(10)

DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik

Sklera, kulit, dan sekresi ikterik

Penurunan berat badan ringan (2-5 kg) Hepatomegali

Tes laboratorium

IgM anti HAV positif

Peningkatan kadar bilirubin, γ-globulin, dan

transaminase hepatik (alanine transaminase dan aspartate transaminase) 2 kali lipat dari normal pada penyakit anikterik akut.

Peningkatan kadar alkali fosfatase, γ-glutamil transferase, dan bilirubin total pada pasien

(11)

TERAPI

Tujuan terapi: pemulihan kondisi pasien.

Terapi umumnya bersifat suportif.

(12)

PENCEGAHAN

Pencegahan hepatitis A dapat dilakukan dengan vaksinasi dan imunisasi.

Semua anak yang berusia >1 tahun, kelompok faktor risiko, pasien penyakit hati kronis, dan orang-orang dengan gangguan faktor

pembekuan darah sebaiknya menerima vaksin hepatitis A.

Dua jenis vaksin hepatitis A yang berlisensi di AS adalah Vaqta dan Havrix.

Vaqta tidak mengandung pengawet dan potensi vaksin ini dihitung dengan unit antigen HAV.

(13)

PENCEGAHAN

Havrix menggunakan 2-fenoksifenol sebagai pengawet dan potensi vaksin dihitung dengan unit ELISA (Enzyme-linked Immunoabsorbent Assay)

Efek samping: rasa sakit dan panas di tempat injeksi, sakit kepala, tidak enak badan, dan

nyeri.

Efek samping serius seperti anafilaksis, sindrom Guillain-Barre, brachial plexus neuropathy,

transverse myelitis, sklerosis multipel,

ensefalopati, dan erythema multiforme juga pernah dilaporkan.

(14)
(15)

Twinrix adalah vaksin bivalen untuk

hepatitis A dan B.

Vaksin ini diperbolehkan untuk

orang-orang berusia ≥ 18 tahun dengan waktu

pemberian 0, 1, dan 6 bulan.

Dosis pertama memberikan tingkat

serokonversi HAV >90%, tetapi diperlukan

tiga dosis untuk serokonversi HBV yang

(16)

Imunoglobulin (Ig) digunakan sebagai terapi profilaksis pra/pasca paparan terhadap HAV. Paling efektif bila diberikan dalam masa

inkubasi.

Ig jarang menyebabkan efek samping serius dan aman diberikan kepada wanita hamil dan menyusui.

Dosis:

 0,2 mL/kg IM untuk mereka yang telah terpapar HAV atau belum (profilaksis <3 bulan)

 0,6 mL/kg IM (profilaksis ≥5 bulan) untuk mereka yang belum terpapar HAV

(17)
(18)

EPIDEMIOLOGI

Area dengan prevalensi tinggi: Afrika

sub-Sahara, Asia, Amazon, Eropa Timur

danTengah.

Ras dengan prevalensi tinggi: ras kulit

hitam non-Hispanik disusul oleh ras

Asia-Pasifik dan ras kulit putih non-Hispanik.

Ras Hispanik memiliki prevalensi hepatitis

B terendah.

Hepatitis B Virus (HBV) ditularkan secara

seksual, parenteral, dan perinatal.

Penularan juga dapat terjadi melalui

kontak dengan cairan tubuh penderita,

terutama darah dan komponen darah.

(19)

FAKTOR RISIKO

Pelancong

Pengguna obat suntik (IDU)

Kontak seksual/tinggal serumah dengan

penderita

(20)

ETIOLOGI

HBV merupakan virus DNA, termasuk dalam famili Hepadnaviridae.

Memiliki envelope, berukuran kecil dan

mengandung DNA beruntai ganda parsial dengan 3200 pasang basa nitrogen

DNA ini mengkode 3 protein permukaan: antigen permukaan (HBsAg), antigen inti (HBcAg), protein pra-inti (HBeAg); protein polimerase aktif yang besar; protein

transaktivator.

Ada 7 genotipe (A-H) yang tersebar di wilayah geografis tertentu.

(21)
(22)

HBV tidak patogenik terhadap sel, tetapi

respons imun terhadap virus ini yang

bersifat hepatotoksik.

Kerusakan hepatosit menyebabkan

peningkatan kadar ALT.

(23)
(24)

MANIFESTASI KLINIK

Tanda-tanda dan gejala:

• Mudah lelah, cemas, tidak nafsu makan, dan rasa tidak enak badan.

• Asites, jaundice (kuning), perdarahan variseal, dan ensefalopati hepatik dapat timbul bersama dekompensasi hati.

• Ensefalopati hepatik sering dikaitkan dengan hipereksitabilitas, gangguan mental,

(25)

DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik:

• Sklera, kulit, dan sekresi ikterik.

• Penurunan bunyi usus besar, peningkatan lingkar abdomen, dan adanya pergerakan cairan.

• Asterixis

• Spider angiomata Tes laboratorium:

• Adanya Hepatitis B surface antigen (HBsAg) minimal selama 6 bulan.

• Peningkatan transaminase hati (alanine transaminase dan aspartate transmaninase) dan DNA HBV >105 kopi/mL.

(26)

PENCEGAHAN

Dengan vaksinasi atau imunisasi

(Hepatitis B imunoglobulin)

Beberapa contoh sediaan vaksin di AS:

Twinrix (kombinasi vaksin hepatitis A dan

hepatitis B), Recombivax HB, dan

Engerix-B.

(27)

TERAPI

Tujuan terapi: meningkatkan seroklirens, mencegah perkembangan penyakit ke arah

sirosis, dan meminimalkan kerusakan hati pada pasien.

Terapi nonfarmakologi: • Konseling

• Vaksinasi dan imunisasi • Hindari konsumsi alkohol

• Ajak pasien untuk berkonsultasi sebelum

menggunakan obat baru, termasuk obat herbal dan obat tanpa resep.

(28)

Terapi farmakologi:

• Interferon (IFN)

– Merupakan sitokin yang memiliki efek

antivirus, antiproliferatif, dan imunomodulator. – Pemberian IFN memerlukan frekuensi

pemberian 3 kali seminggu, sehingga

digantikan oleh pegylated-IFN (PEG-IFN) – PEG-IFN memiliki waktu paruh yang lebih

panjang daripada IFN, dapat diberikan 1 kali/minggu.

(29)

Efek samping:

Kelelahan, demam, sakit kepala, mual, tidak

nafsu makan, kekakuan, mialgia, artralgia, nyeri muskuloskeletal, insomnia, depresi,

cemas/emosi labil, alopesia, reaksi di tempat injeksi.

Dosis:

• Interferon α-2a :

SC/IM; 4,5 x 106 unit 3x seminggu, jika tidak menimbulkan respon setelah 6 bulan, naikkan sampai dosis maks 18x106 unit 3x seminggu.

(30)

• Interferon α-2b

SC; 3x106 unit 3x seminggu, naikkan

sampai 5-10x106 unit 3x seminggu bila

tidak menimbulkan respons setelah 6

bulan

• Pertahankan dosis minimum selama 4-6

bulan kecuali dalam keadaan intoleran

(31)

Lamivudine

• Merupakan analog nukleosida

• Memiliki aktivitas antivirus pada HBV maupun HIV.

• Indikasi : Hepatitis B kronik. • Dosis :

– Dewasa, anak > 12 tahun : 100 mg 1 x sehari. – Anak usia 2 – 11 tahun : 3 mg/kg 1 x sehari

(maksimum 100 mg/hari).

• Efek samping : diare, nyeri perut, ruam, malaise, lelah, demam, anemia, neutropenia,

(32)

• Perhatian : pankreatitis, kerusakan ginjal

berat, penderita sirosis berat, hamil dan

laktasi.

• Interaksi obat : Trimetroprim

• Penatalaksanaan :

– Tes untuk HBeAg dan anti HBe di akhir

pengobatan selama 1tahun dan kemudian

setiap 3 -6 bulan.

– Durasi pengobatan optimal untuk hepatitis B belum diketahui, tetapi pengobatan dapat

dihentikan setelah 1 tahun jika ditemukan adanya serokonversi HBeAg

(33)

• Pengobatan lebih lanjut 3 – 6 bulan

setelah ada serokonversi HBeAg untuk

mengurangi kemungkinan kambuh.

• Monitoring fungsi hati selama paling

sedikit 4 bulan setelah penghentian terapi

dengan Lamivudine.

(34)

Adefovir

• Merupakan analog nukleosida asiklik dari AMP (adenosine

• monophosphate).

• Mekanisme kerja: menghambat polimerase DNA HBV. • Dosis: 10 mg/hari selama 1 tahun.

Entecavir

• Merupakan analog nukleosida dari guanosin.

• Mekanisme kerja: menghambat polimerase HBV.

• Lebih poten daripada lamivudine dan efektif pada HBV resisten lamivudine.

• Dosis: 0,5 mg/hari atau 1 mg/hari pada pasien dengan HBV resisten lamivudine

(35)

Telbivudine

– Merupakan analog nukleosida spesifik HBV. – Mekanisme kerja: inhibitor kompetitif DNA

polimerase.

– Lebih poten daripada lamivudine. – Efek samping: ISPA

Tenofovir

(36)
(37)

EPIDEMIOLOGI

Faktor risiko: transfusi darah, hemodialisis, penggunaan obat suntik (IDU), kontak seksual atau perinatal.

Skrining HCV perlu dilakukan pada: • Pengguna obat suntik

• Penderita HIV

• Menerima transfusi darah/transplantasi organ sebelum tahun 1992

• Menerima faktor pembekuan darah sebelum tahun 1987 • Pernah/sedang menjalani hemodialisis

• Pasien dengan peningkatan kadarALT/penyakit hati

• Tenaga kesehatan setelah paparan di lingkungan kerja • Anak yang lahir dari ibu positif virus hepatitis C

(38)

ETIOLOGI

Virus hepatitis C (Hepatitis C Virus = HCV) merupakan virus RNA berantai tunggal dari famili Flaviviridae.

Virus ini bereplikasi di dalam hepatosit dan tidak merusak sel secara langsung.

Waktu paruh dalam serum: 2-3 jam

HCV dikelompokkan ke dalam 6 genotip (1-6) yang terdistribusi di seluruh belahan dunia.

(39)
(40)
(41)

Kadar apoptosis rendah menandakan

virus masih bertahan, sedangkan kadar

apoptosis yang tinggi menandakan tingkat

kerusakan hepatosit.

Mutasi gen HCV terdeteksi 1 tahun

setelah infeksi.

(42)

MANIFESTASI KLINIS

1. Tahap akut

Kebanyakan pasien tidak menampakkan gejala dan tidak terdiagnosis setelah infeksi HCV akut. RNA HCV terdeteksi dalam 1-2 minggu setelah

infeksi dan meningkat dengan cepat.

Kadar RNA HCV stabil pada 105 – 107 IU/mL menyebabkan peningkatan kadarALT dan

timbulnya gejala-gekala hepatitis.

Gejala timbul pada 7 minggu setelah infeksi dan berlangsung selama 3-12 minggu.

(43)

Gejala-gejala yang dapat timbul: • Kelelahan

• Hilang nafsu makan • Lemah

• Jaundice /kuning • Nyeri perut

• Urin berwarna gelap

Infeksi akut akan berkembang menjadi kronis pada 85% pasien, dapat dilihat dari RNA HCV yang menetap selama 6 bulan.

(44)

2. Tahap kronis

Pada tahap kronis, kadar RNA HCV danALT serum dapat berfluktuasi, bahkan tidak

terdeteksi/kembali normal.

Gejala yang dapat timbul pada infeksi kronis: • Kelelahan

• Nyeri perut bagian kanan atas • Mual

• Nafsu makan hilang/menurun

Hepatomegali dapat terlihat dari pemeriksaan fisik.

(45)

3.Tahap lanjut

Gejala yang dapat timbul:

• Spider nevi

• Splenomegali

• Eritema pada telapak tangan

• Atropi testis

(46)

Inflamasi hati kronis dapat menyebabkan fibrosis pada hati.

HCV kronis kadang dikaitkan dengan manifestasi ekstrahepatik, misalnya cryoglobulinemia.

Cryoglobulinemia adalah pengendapan kompleks imun yang dapat menyebabkan vaskulitis.

Gejala-gejalanya adalah: kelelahan, ruam kulit, purpura, artralgia, gangguan ginjal, dan

neuropati.

Gejala yang lebih jarang: limfoma non-Hodgkin sel B, sindrom Sjögren, glomerulonefritis, artritis, tukak kornea, penyakit tiroid, neuropati, dan

(47)

DIAGNOSIS

Kadar transaminase abnormal yang

bertahan selama beberapa waktu.

Reactive enzyme immunoassay for

(48)

TERAPI

Tujuan terapi: menyembuhkan infeksi

HCV dan memulihkan kondisi jaringan

tubuh.

Terapi nonfarmakologi

• Vaksin anti hepatitis A dan B

• Diet gizi seimbang

• Hindari alkohol

• Berhenti merokok

• Olahraga teratur

(49)

Terapi farmakologi

• Standar terapi: injeksi PEG-IFN 1x

seminggu dan Ribavirin oral 1x sehari

• Ribavirin merupakan analog guanosin

sintetis, mekanisme kerja belum diketahui.

• Indikasi Ribavirin:

Hepatitis C kronik pada pasien penyakit

hati >18 tahun yang mengalami kegagalan

de ngan monoterapi Interferon α-2a atau

α-2b

(50)

Indikasi Ribavirin dengan Peginterferon α-2a atau α-2b : Hepatitis C kronik pada pasien > 18 tahun yang

mengalami relaps setelah mendapat terapi dengan Interferon α.

Kontraindikasi:

Wanita hamil dan suaminya, pasangan yang berencana memiliki anak kandung, mempunyai reaksi alergi

terhadap Ribavirin, kit jantung berat 6 bulan yang lalu, haemoglobinopathy, hepatitis autoimun, sirosis hati yang tidak terkompensasi, penyakit tiroid, adanya penyakit

atau riwayat kondisi psikiatrik berat, terutama depresi, keinginan atau ada upaya bunuh diri.

(51)

Perhatian :

• Wanita subur dan pria harus menggunakan kontrasepsi aktif selama terapi dan 6 bulan

sesudahnya, tes kehamilan harus dilakukan setiap 6 bulan selama terapi.

• Lakukan tes darah lengkap sejak awal terapi

• Riwayat penyakit paru atau diabetes mellitus yang cenderung ketoasidosis, gangguan pembuluh

darah/mielosupresi berat.

• Tes daya visual dianjurkan pada pasien DM atau hipertensi.

• Monitor fungsi jantung pada pasien dengan riwayat gagal jantung kongestif, infark miokard dan aritmia. • Dapat menimbulkan kekambuhan penyakit

(52)

Efek samping:

Hemolisis, anemia, neutropenia, mulut kering, hiperhidrosis, asthenia, lemah, demam, sakit kepala, gejala menyerupai flu, kekakuan, berat badan menurun, gangguan GI, artralgia, mialgia, insomnia, somnolen, batuk, dispnea, faringitis, alopesia, depresi.

(53)

Dosis:

• Ribavirin dengan Interferon α-2b.

Interferon α-2b : 3 x 106 unit SC 3x

seminggu dan Ribavirin per hari

berdasarkan berat badan :

< 75 kg, Ribavirin 400 mg pagi

(54)

Ribavirin dengan Peginterferon α-2a

Peginterferon α-2a 180 mcg SC 1x seminggu dengan Ribavirin per hari berdasarkan berat badan dan genotip HCV

• Genotip 1,

< 75 kg, 400 mg pagi dan 600 mg malam hari. > 75 kg, 600 mg pagi dan malam hari.

(55)

Ribavirin dengan Peginterferon α-2b

Peginterferon α-2b : 1,5 μg/kg SC 1 x seminggu dan Ribavirin berdasarkan berat badan :

۩ < 65 kg, SC Peginterferon α-2b 100 μg 1 x seminggu, oral Ribavirin 400 mg pagi dan malam hari.

۩ 65-80 kg, SC Peginterferon α-2b 120 μg 1 x seminggu oral Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari

۩ >80-85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 μg 1 x seminggu, oral Ribavirin 400 mg pagi dan 600 mg malam hari.

۩ > 85 kg, SC Peginterferon α-2b 150 μg 1 x seminggu, oral Ribavirin 600 mg pagi dan 600 mg malam hari.

(56)

Penatalaksanaan :

– Ribavirin tidak efektif jika digunakan tunggal. – Ribavirin dengan Peginterferon α untuk infeksi

genotip 1.

– Ribavirin dengan Peginterferon α atau Ribavirin dengan Interferon α untuk infeksi genotip 2 dan 3.

– Peginterferon α tunggal bila kontraindikasi terhadap Ribavirin

– Terapi untuk infeksi 1 dan 4 selama 48 minggu. – Terapi untuk infeksi 2 dan 3 selama 24 minggu.

(57)

PENCEGAHAN

Tidak ada vaksin untuk HCV.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara

mencegah kontak dengan darah atau

mukus pasien HCV

Penderita HCV perlu diberikan konseling

agar mereka tidak mengajukan diri

(58)
(59)

Virus Hepatitis D (HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yakni virus RNA yang tidak

lengkap, memerlukan keberadaan virus hepatitis B untuk ekspresi dan patogenisitasnya, tetapi

tidak untuk replikasinya.

Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah.

Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau sangat progresif.

Diagnosis dapat dilakukan dengan metode

NAAT atau deteksi antibodi IgM dengan ELISA. Masa inkubasi irus hepatitis D: 3 minggu-3

(60)
(61)

Gejala mirip hepatitis A, demam, pegal linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut.

Penyakit ini akan sembuh sendiri (self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.

Penularan hepatitis E melalui air yang terkontaminasi feces.

Diagnosis: mendeteksi IgM spesifik atau NAAT (Nucleic Acid Amplification Testing) real-time.

Dapat dicegah dengan langkah-langkah higiene. Masa inkubasi: 3-6 minggu

(62)
(63)

Baru sedikit kasus yang dilaporkan, saat

ini, para ahli belum sepakat penyakit ini

merupakan tipe hepatitis yang terpisah.

(64)
(65)

Gejala serupa hepatitis C, seringkali

infeksi bersamaan dengan hepatitis B

dan/atau C.

Tidak menyebabkan hepatitis kronis

Penularan melalui transfusi darah dan

(66)

RANGKUMAN

Copyright from Buku Saku Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati (Depkes RI, 2007)

(67)

PUSTAKA DAN REFERENSI

1. Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care untuk

Penyakit Hati, Jakarta, Depkes RI

2. DiPiro JT, et al, 2008, Pharmacotherapy. A Pathophysiologic Approach (seventh edition), New York: The McGraw Hill Companies

3. Gillespie, Stephen, Kathleen Bamford, 2009, At

a Glance Mikrobiologi Medis dan Infeksi (Edisi Ketiga) terj. Stella Tinia H., Jakarta: Penerbit

Erlangga

4. Fatchiyah, 2012, Panduan Pemeriksaan

Laboratorium : Teknik Pemeriksaan Protein,

(68)

NUWUS HEBAK

terima kasih, hatur nuhun, sapetokon,

sekalangkong, obrigado, takk, grazie, mahalo,

shieshie', kiitos, gracias, diëazy, merci, toda,

tack, syukron katsiron jiddan, matur nuwun,

thankyou.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2005) bahwa perbedaan viskositas krim minyak atsiri rimpang temu kunci ( Boesenbergia pandurata (Roxb) Schletcher)

Memperhatikan masalah-masalah tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran dan media pembelajaran yang efektif untuk dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengingat konsep sistem gerak melalui peta konsep dalam bentuk leaflet pada siswa kelas VIII D SMPN 17 Banjarmasin,

Calon pemasok menyertakan copy Operation Summary yaitu tabel ringkas yang berisikan data / keterangan yang menyangkut [i] Kapasitas Produksi per bulan dalam 3 bulan terakhir

Berbagai aspek teknologi modern juga dipakai dalam komplek Bangunan Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata ini, teknologi teknologi yang digunakan adalah teknologi yang

MATA Bisa menyebabkan iritasi mata pada orang yang rentan.. Kulit Bisa menyebabkan iritasi kulit pada orang

Suatu kegiatan penelitian, pastilah mempunyai tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:.. Untuk

Jenis jenis penyakit pernafasan yang dapat dijumpai atau pernah terjadi pada peternakan ayam (broiler atau layer) di Indonesia antara lain : Avian Influenza (AI-H5NI), Newcastle