Pendahuluan
• Budidaya lele telah berkembang sejak lama. Awalnya jenis ikan lele yang dibudidayakan adalah lele lokal
(Clarias batrachus L.) dengan waktu pemeliharaan 6 – 8 bulan, dengan padat tebar 10 – 50 ekor per m2.
beberapa petani telah mencobanya dengan penebaran 100 ekor per m2.
• Pada umumnya budidaya dilakukan di kolam tanah, dan sebagian di kolam semen.
• Sejak tahun 1985, diperkenalkan jenis ikan lele unggul yang didatangkan dari Taiwan (hasil persilangan Lele asal Afrika dengan lele lokal Taiwan). Hasil silangannya di Indonesia disebut Lele Dumbo dengan nama species Clarias Gariepinus.
• Lele ini dibudidayakan sampai sekarang sehingga timbul berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
perkawinan dalam keluarga (inbreeding).
• Pertumbuhan lambat, pertumbuhan tidak rata, mudah terserang penyakit, dan lain-lain.
Clarias gariepinus asal Afrika Clarias batrachus asal Taiwan > < Clarias Gariepinus F-1 Clarias Gariepinus (Lele Dumbo) F-1 Pertama di Indonesia th 1985 Deptan (BBAT Sukabumi)
Clarias Gariepinus asal Afrika Clarias Macrocephalus asal Thailand > < Clarias Gariepinus F-1 Clarias Gariepinus (Lele Dumbo) F-1
di Indonesia th 2000 oleh CP Group
> < Clarias Fuscus
asal Thailand
Lele Sangkuriang
Clarias Gariepinus
(Lele Dumbo)
Pertama di Indonesia th 1985 Deptan (BBAT Sukabumi)
Clarias Gariepinus > < F-1 > < > < > < > < > < > < > < > < F-2 F-3 F-4 F-5 F-6 F-1 F-2 F-3 F-4 F-5 F-26 LELE SANGKURIANG
CALON INDUK LELE SANGKURIANG
LELE SANGKURIANG
TURUNANNYA TIDAK DISARANKAN UNTUK DIJADIKAN CALON INDUK
Lele MASAMO
• Lele dumbo yang diperkenalkan oleh Matahari sakti. Calon induk didatangkan langsung dari Afrika.
• Keunggulan : pertumbuhan sangat cepat dibanding jenis lele mana pun untuk saat ini.
• Berdasarkan pengamatan umur 40 – 50 hari sudah masuk ukuran konsumsi.
• Permasalahan : sifat alaminya masih kuat yaitu saling memangsa (sangat kanibal) bila kurang pakan.
Latar belakang penerapan
teknologi BIOFLOC
• Upaya membudidayakan
ikan/udang tanpa pergantian air dan padat tebar tinggi. • Upaya mengurangi limbah
beracun dengan memanfaatkan
microorganisme (bakteri dan yeast).
• Mendaur ulang Nitrogen anorganik yang bersifat racun menjadi protein sel tunggal.
BIOFLOC dalam TAMBAK UDANG
Pengenalan Konsep Biofloc
• Konsep :
– Mendaur ulang amonia (NH3) menjadi protein dengan melibatkan bakteri/probiotik
• Proses :
– Menambahkan karbohidrat sebagai sumber energi untuk merangsang perkembangan bakteri heterotrof, menyerap
mineral dalam air (termasuk amonia) untuk disintesis menjadi protein
• Hasil :
– Kondisi kualitas air menjadi lebih baik (amonia dalam air
menurun) dan dihasilkan protein sebagai makanan alami untuk hewan pemakan detritus (bukan lele).
BioFloc
PROTEIN (BIOFLOC) IKAN LELE AMONIA BAKTERI Karbohidrat : Tepung tapioka, terigu, tetes Energi : Gerak, Pertumbuhan, dll. Karbon dioksida Menyebabkan pH dan alkalinitas turun Karbon dioksida Menyebabkan pH dan alkalinitas turun Penggunaan kapurNitrat Nitrit Garam dan
Pakan Ikan
• Pakan buatan (pelet) yang diberikan ke kolam akan dimakan ikan dan sebagian lagi terbuang.
• Pakan yang dikonsumsi sebagian diserap dan sebagian dibuang dalam bentuk kotoran ikan.
• Pakan yang diserap untuk pertumbuhan, metabolisme dan sisa hasil metabolisme akan dibuang. Baik yang melalui insang maupun
saluran ekskresi.
• Sisa pakan, kotoran ikan dan sisa metabolisme (amonia, dan mineral lainnya) yang terbuang ke dalam air akan mencemari air sehingga dapat mengganggu kehidupan ikan.
Prosentase nutrisi pakan yang terserap
dan yang terbuang
Pakan 100% N 100% P Terbuang 70% N 68% P Terserap 30% N 32 % P Terlarut 87% N 10-40% P Terlarut 13% N 60-90% P
N yang terbuang
• Pakan mengandung 32% protein.
• Dalam 100 kg mengandung 32 kg protein • Kandungan N = 32 : 6,25 = 5,12 kg
• N yang terserap = 30% x 5,12 = 1,54 kg • N yang terbuang = 5,12 – 1,54 = 3,58 kg
• Komponen pakan yang paling mahal adalah protein (nitrogen). Sementara itu persediaan bahan baku kian berkurang (permintaan dan persaingan terus meningkat) sehingga harganya terus meningkat.
• Perlu diupayakan penghematan
• Salah satu upaya adalah dengan mendaur ulang kembali nitrogen yang terbuang. Disamping
penggunaannya menjadi efisien, juga dapat mencegah pencemaran dalam perairan.
• Teknologi budidaya yang sesuai adalah dengan teknologi BIOFLOC
Limbah organik dan peran bakteri
• Limbah (bahan organik) yang berasal dari sisa pakan, kotoran ikan dan jasad yang mati (ikan, plankton dll) akan diurai oleh bakteri menjadi mineral (bahan
anorganik) seperti amonia, nitrat, fosfat, dll.
• Jenis bakteri yang mengurai terdiri dari bakteri aerobik (yang membutuhkan oksigen) dan anaerobik (tidak
membutuhkan oksigen).
• Senyawa protein akan diurai menjadi amonia yang dapat meracuni ikan.
Amonia
• Sumber amonia di dalam air kolam berasal dari :
– Sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh ikan melalui insang.
– Hasil perombakan bahan organik (protein) yang berasal dari sisa pakan, kotoran ikan, jasad yang mati.
• Semakin tinggi kandungan protein dalam pakan,
semakin tinggi pula amonia yang dihasilkan. Demikian pula bila ikan yang dibudidayakan semakin padat.
Penanganan amonia
•
Ada 4 cara :
1. Pengenceran : dengan cara pergantian air / pengenceran.
2. Menggunakan algae (plankton) atau tanaman air photoautotroph
3. Menggunakan bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas,
Nitrobacter) chemoautotroph
Pengertian biofloc
• BioFloc asal kata Bios = kehidupan dan Floc = gumpalan.
• BioFloc diartikan sebagai gumpalan (sekumpulan) dari beberapa mikroorganisme yang menyatu karena adanya ikatan yang disebut biopolimer.
• BioFloc terdiri dari bakteri, algae, yeast, protozoa dan beberapa hewan renik lainnya seperti cacing dll.
• Sebagai substrat penempelannya adalah bahan organik. Bakteri pembentuk floc akan menempel pada bahan
organik, mengambil mineral dari air dan mengambil karbon dari substrat. Bakteri lain akan menumpang / menempel pada floc tsb dan juga algae dan
zooplankton.
• Sehingga gumpalan yang terbentuk dapat berfungsi sebagai bioreaktor (filter) memperbaiki kualitas air, dan sekaligus berfungsi sebagai sumber makanan.
Ilustrasi BioFloc
Bahan Organik Amonia (NH4+ + NH 3), Fosfat Mineral lain Bakteri Algae Zooplankton (Protozoa, rotifera, cacing)Persyaratan
• Cukup bahan organik (bisa ditambahkan tepung terigu, tapioka, tetes, dedak halus), saat awal gunakan pupuk kandang atau kompos.
• Tidak dilakukan ganti air, boleh buang kotoran sedikit saja.
• Ada pengadukan terus menerus. Bisa digunakan pompa air (pompa akuarium), tergantung ukuran kolam. Bahan organik selalu teraduk dan tidak boleh mengendap.
• Lakukan penebaran bakteri dan bahan organik (tetes, tepung terigu atau tapioka) secara rutin.
Biologi (Sifat-sifat) ikan lele
• Termasuk hewan noctornal, aktif di malam hari.
• Hidup di habitat air yang relatif tenang dan sedikit arus. • Bisa tahan dalam lingkungan asam dan tanpa oksigen.
Memiliki alat bantu pernafasan (aborescense)
• Merupakan hewan scavenger (pemakan bangkai) dan bersifat karnivora (kanibal).
• Tidak memiliki sisik tetapi memiliki lendir yang cukup untuk pertahanannya.
Aplikasi dalam budidaya lele
• Penggunaan pupuk organik dan probiotik dari persiapan air.
• Penggunaan pompa sebagai alat untuk menggerakan air (membuat arus) untuk mengaduk bahan organik agar
tidak mengendap. Juga sebagai alat aerasi untuk
menambah kandungan oksigen. Sebagian bakteri yang ada membutuhkan oksigen untuk mengubah amonia menjadi protein.
• Pompa yang digunakan adalah pompa akuarium untuk kolam kecil atau pompa air (DAB) untuk kolam yang
lebih besar. Jumlah pompa 1 buah atau lebih tergantung pada ukuran kolam dan kecepatan arus yang diinginkan.
• Penggunaan kaptan dan tepung terigu / tapioka untuk menunjang penumbuhan floc bakteri (biofloc).
• Penebaran benih lebih padat 200 – 300 ekor per meter persegi. Bahkan penebaran bisa lebih padat (1000 ekor per m2)
• Semakin padat penebaran, pembentukan biofloc semakin cepat.
Pompa air untuk menggerakkan air dan
menambah oksigen dalam air
Pompa Udara masuk
Kemungkinan permasalahan yang
akan muncul
• Tingginya bahan organik membuat perkembangan bakteri pathogen (penyebab penyakit) berkembang dengan cepat. Aeromonas berkembang dan
menyebabkan kematian masal.
– Pencegahan : pemberian probiotik secara rutin dari awal (1 minggu sekali) dikombinasi tetes
• Amonia dalam air tinggi karena tidak ada / sedikit ganti air sementara ikan padat dan konsumsi pakan tinggi.
– Pencegahan : aplikasi tepung terigu / tapioka/ tetes dari awal secara rutin.
• Nitrit hasil oksidasi / reduksi nitrat akan tinggi dan mengganggu kesehatan ikan
– Pencegahan : pemberian garam dapur non idium secara rutin dari awal
• pH air akan terus menurun (keasaman meningkat) sehingga mengganggu kesehatan ikan
Penebaran dan
Pemisahan ukuran (Grading)
• Penggunaan imunostimulan saat akan tebar dan
dilakukan adaptasi secara baik.
– Bila perlu benih dicelup dalam larutan obat (PK, BKC) – Berikan Vitamin C (+ multivitamin)
– Imunostimulan
– Adaptasi : suhu, pH, alkalinitas
• Pemisahan ukuran
– Dilakukan sejak 3 minggu dan 7 minggu.
– Bila padat tebar 1000 ekor per m2 maka pemisahan ukuran dilakukan sejak 2 minggu, 5 minggu, 8
Penebaran
Pencelupan obat
Vitamin dan Imunostimulan