BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangBatik merupakan salah satu kreasi seni bangsa Indonesia yang telah diakui dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) batik adalah corak atau gambar (pada kain) yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Batik telah dinobatkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO (Badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan) pada tanggal 28 September 2009 di Abu Dhabi. (www.melayuonline.com, diakses tanggal 23 September 2013 pukul 20.23 WIB). Batik kini telah menjadi pakaian yang umum digunakan oleh masyarakat baik dalam acara resmi maupun tidak resmi dan digunakan oleh seluruh kalangan, mulai dari anak-anak sampai orang tua.
Batik telah diproduksi di beberapa daerah secara turun temurun, seperti di Surakarta, Pekalongan, Sragen dan Yogyakarta. Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, terdapat beberapa sentra batik yang tersebar di setiap kabupaten. Di Kota Yogyakarta ada di kampung batik Ngasem dan Prawirotaman. Di Kabupaten Gunungkidul terdapat di Desa Nitikan, Nagalang dan Mengger. Di Kabupaten Sleman terdapat di Desa Nogotirto dan Moro. Di Kabupaten Kulonprogo terdapat di Desa Hargomulyo dan Kulur. Sedangkan di Kabupaten Bantul terdapat di Desa Wukirsari, Wiijirejo dan Palbapang.
Industri batik tulis Giriloyo merupakan industri batik tulis yang berada di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Industri ini berpusat di dusun Cengkehan, Giriloyo dan Karangkulon. Ketiga dusun tersebut menjadi sebuah ciri khas kampung batik dengan keberadaan produksi batiknya. Hal yang menjadikan batik tulis Giriloyo istimewa adalah karena motif batik Giriloyo merupakan warisan dari Kerajaan Ngayogyakarto Hadiningrat yang dipelihara secara turun-temurun. Akan tetapi terdapat beberapa permasalahan yang menjadikan batik tulis Giriloyo kurang dikenal masyarakat luas, salah satunya
adalah kurangnya minat para pengrajin batik tulis Giriloyo untuk memasarkan produknya. Hal tersebut tercermin dari adanya kelompok perajin batik tulis di Dusun Karangkulon yang mengaku kurang berminat untuk mengikuti pameran dalam memperluas pasar produk kerajinan batik tulis Giriloyo. (jogja.antaranews.com, diakses tanggal 18 Maret 2013 pukul 17.01 WIB). Selama ini, pemasaran batik tulis Giriloyo hanya mengandalkan showroom-showroom yang didirikan di depan rumah produksi. Sehingga para pembatik ini hanya menunggu orang datang sendiri untuk membeli batik mereka. Cara pemasaran lain yang digunakan adalah melalui media internet, namun ini pun merupakan bantuan yang diberikan oleh mahasiswa-mahasiswa KKN dari beberapa Universitas di Yogyakarta. (Hasil pra-survey peneliti pada tanggal 10 Oktober 2013).
Ketiga dusun batik di Desa Wukirsari yakni Dusun Cengkehan, Giriloyo dan Karangkulon mendirikan paguyuban batik yang diberi nama Paguyuban Batik Tulis Giriloyo. Paguyuban ini terdiri dari 12 kelompok batik tulis yaitu Batik Bima Sakti, Berkah Lestari, Giri Indah, Batik Giriloyo, Sekar Arum, Sekar Kedathon, Sido Mukti, Sri Kuncoro, Suka Maju, Sungging Tumpuk, dan Pinggir Gunung. Batik tulis Giriloyo telah menjadi kerajinan khas Desa Wukirsari selama berabad-abad. Akan tetapi, sampai saat ini produk kerajinan tersebut belum mampu mengangkat masyarakat ke dalam taraf hidup ekonomi yang mapan. Di Desa Wukirsari ini, terdapat kurang lebih 1.168 pembatik. Pendapatan mereka tidak tentu karena proses pembuatan batik ini memakan waktu kurang lebih 1,5 bulan. Membatik memang telah menjadi pekerjaan utama bagi warga Dusun Cengkehan, Giriloyo, dan Karangkulon. Batik sudah mendarah daging dalam kehidupan mereka sehingga walaupun upah yang mereka terima sedikit, para buruh batik ini tetap ingin membatik sampai akhir hayatnya. ( Hasil pra-survey peneliti pada tanggal 10 Oktober 2013)
Lokasi produksi batik tulis Giriloyo yang terletak di perkampungan terpencil memberikan kendala berupa keterbatasan akses informasi dan komunikasi. Dengan adanya keterbatasan akses informasi dan komunikasi tersebut, memang menjadikan lokasi batik tulis ini menjadi kurang strategis dalam
hal pemasarannya. Selama ini wilayah penasaran produk batik tulis Giriloyo memang masih terbatas. Menurut surat kabar online www.antarakalbar.com tahun 2013 sentra batik tulis di Giriloyo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih perlu memperluas wilayah promosi, karena sekarang masih terbatas hanya di wilayah Yogyakarta dan Jakarta.
Adanya persaingan dalam dunia kerajinan batik juga harus diperhatikan dalam strategi pemasaran batik tulis Giriloyo. Seperti yang sudah banyak orang ketahui, batik-batik tulis ternama sudah banyak beredar di pasaran diantaranya batik Solo, Madura, Pekalongan dan masih banyak produk batik lain yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Persaingan bukan hanya terjadi antar sesama produk batik tulis saja, keberadaan batik cap juga menghasilkan persaingan tersendiri bagi produsen batik tulis seperti batik tulis Giriloyo. Oleh karena itu peneliti juga perlu mengkaji mengenai posisi daya saing industri batik tulis Giriloyo ini. (Hasil pra-survey peneliti pada tanggal 10 Oktober 2013).
Meskipun terdapat kendala-kendala yang menjadikan batik tulis Giriloyo kurang populer, namun batik tulis Giriloyo sebenarnya telah memiliki kalangan pasar tersendiri. Seperti yang telah disebutkan bahwa harga batik tulis Giriloyo bisa mencapai jutaan, sehingga tentu peminat batik tulis ini adalah di kalangan menengah ke atas. Hal ini tentu sangat menarik untuk dikaji terutama mengenai siapa kalangan pembeli yang biasa berlangganan batik tulis Giriloyo dan bagaimana cara para pengusaha batik ini mampu menarik pembeli dengan adanya kendala-kendala yang ada.
1.2. Perumusan Masalah
Produk Batik Tulis Griloyo merupakan produk batik yang bernilai tinggi dan berkualitas bagus. Akan tetapi sebagian besar masyarakat terutama masyarakat pecinta batik belum mengetahui keberadaan batik tulis Giriloyo karena pemasarannya yang memang belum terlalu luas. Sebagian besar warga di Dusun Cengkehan, Giriloyo dan Karang Kulon berprofesi sebagai pembatik, akan tetapi
profesi tersebut belum mampu mengangkat masyarakat ke taraf hidup yang mapan. Berangkat dari permasalahan tersebut, penelitian ini hendak mengkaji secara lebih mendalam strategi-strategi yang telah diterapkan oleh industri batik tulis Giriloyo guna menganalisis faktor-faktor yang berperan untuk meningkatkan daya saing industri batik tulis Giriloyo ini. Secara garis besar rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah :
a) Produk batik tulis Giriloyo kurang dikenal oleh masyarakat luas karena karena kurangnya minat pegusaha batik untuk memperluas pasar.
b) Keberadaan industri batik tulis Giriloyo belum mampu mengangkat masyarakat ke dalam taraf hidup yang mapan.
c) Persaingan industri batik tulis Giriloyo dengan industri batik tulis dari daerah lain menarik untuk dikaji.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini adalah : a) Menganalisis karakteristik industri batik tulis Giriloyo.
b) Menganalisis daya saing industri batik tulis Giriloyo dengan industri batik dari daerah lain.
c) Menganalisis strategi pemasaran untuk meningkatkan daya saing industri batik tulis Giriloyo.
1.4. Kegunaan Penelitian
Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari hasil penelitian ini yang dapat membantu peneliti maupun unsur yang terkait di dalamnya, yakni :
a) Manfaat Akademis :
Sebagai pelengkap bahan studi tentang strategi pemasaran yang diterapkan pengrajin batik Giriloyo.
Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa yang konsen terhadap ide atau pemikiran mengenai strategi penguatan daya saing industri batik tulis.
b) Manfaat Praktis :
Sebagai bahan masukan atau bahan pertimbangan pengrajin batik dalam membuat alternatif kebijakan strategi pemasaran yang sesuai.
1.5. Tinjauan Pustaka 1.5.1. Landasan Teori
1.5.1.1. Pendekatan dalam Ilmu Geografi
Pendekatan dalam ilmu geografi ada 3 yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, dan pendekatan kompleks wilayah (Bintarto dan Surastopo,1987). Pendekatan keruangan merupakan suatu metoda analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengarah pada pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi merupakan studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan lingkungannya. Organisme hidup yang dimaksud di sini dapat berwujud manusia, hewan dan tumbuhan. Interrelasi antara manusia dan atau kegiatannya dengan lingkungannya merupakan tekanan analisis dalam pendekatan ekologi yang dikembangkan dalam disiplin Geografi. Pendekatan ketiga yaitu pendekatan kompleks wilayah merupakan integrasi dari pendekatan keruangan dan pendekatan ekologikal. Kompleksitas gejala menjadi dasar pemahaman utama dari eksistensi wilayah di samping efek internalitas dan eksternalitas .
Lingkungan geografi dapat dibedakan menjadi lingkungan fisikal dan lingkungan fisikal. Penelitian ini masuk dalam lingkup lingkungan
non-fisikal dalam aspek ekonomi di bidang industri seperti yang terlihat pada gambar 1.1. berikut :
Gambar 1.1 Struktur Lingkungan Geografi Menurut Bintarto (1987)
1.5.1.2. Pengertian Industri dan Batik
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Undang-Undang No 5 Tahun 1984). Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, industri dibedakan menjadi:
a) Industri besar, yaitu industri yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.
b) Industri kecil, yaitu industri yang mempunyai pekerja 5-19 orang. c) Industri sedang, yaitu industri yang mempunyai pekerja 20-99 orang. d) Industri rumah tangga, yaitu industri skala rumah tangga yng memiliki
pekerja antara 1-4 orang. Lingkungan
Geografi
fisikal dalam aspek ekonomi di bidang industri seperti yang terlihat pada gambar 1.1. berikut :
Gambar 1.1 Struktur Lingkungan Geografi Menurut Bintarto (1987)
1.5.1.2. Pengertian Industri dan Batik
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Undang-Undang No 5 Tahun 1984). Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, industri dibedakan menjadi:
a) Industri besar, yaitu industri yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.
b) Industri kecil, yaitu industri yang mempunyai pekerja 5-19 orang. c) Industri sedang, yaitu industri yang mempunyai pekerja 20-99 orang. d) Industri rumah tangga, yaitu industri skala rumah tangga yng memiliki
pekerja antara 1-4 orang. Lingkungan fisikal aspek topologi aspek non-biotik aspek biotik Lingkungan non-fisikal aspek sosial aspek ekonomi industri perdagangan perkebunan tranpor pasar dsb aspek budaya aspek politik
fisikal dalam aspek ekonomi di bidang industri seperti yang terlihat pada gambar 1.1. berikut :
Gambar 1.1 Struktur Lingkungan Geografi Menurut Bintarto (1987)
1.5.1.2. Pengertian Industri dan Batik
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Undang-Undang No 5 Tahun 1984). Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, industri dibedakan menjadi:
a) Industri besar, yaitu industri yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih.
b) Industri kecil, yaitu industri yang mempunyai pekerja 5-19 orang. c) Industri sedang, yaitu industri yang mempunyai pekerja 20-99 orang. d) Industri rumah tangga, yaitu industri skala rumah tangga yng memiliki
pekerja antara 1-4 orang.
industri perdagangan
perkebunan tranpor pasar dsb
Menurut Djumena (1990), batik adalah penggunaan canting sebagai alat melukis dan malam sebagai perintang warna pada selembar kain. Proses pembuatan batik terdiri dari tiga jenis yaitu batik tulis, batik cap dan batik printing. Proses membatik dengan cara printing sebenarnya dianggap bukan batik karena pada hakekatnya batik dibuat dengan cara tradisional.
1.5.1.3. Konsep Produk, Pasar dan Konsumen
Menurut Kotler (1997) yang disebut sebagai produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan pembeli. Agar suatu produk dapat dikenal atau sampai di tangan konsumen, maka produk tersebut harus dipasarkan (dijual). Pasar merupakan sesuatu yang sangat vital bagi seorang pengusaha atau pemasar yang akan memasarkan produknya. Pasar diidentifikasikan sebagai permintaan, yaitu jumlah produk yang dapat diserap oleh konsumen dari produk yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu Dengan pengetahuannya tentang pasar seorang pengusaha akan mengetahui secara baik tentang bagaimana harus memasarkan produknya. Pengusaha juga dapat mencoba mengenal dan mengidentifikasikan pasarnya itu kemudian dapat membagi-bagi atau menggolongkan pasar itu dan bahkan akhirnya pengusaha dapat mencoba untuk menguasai pasarnya itu. Penguasaan pasar itulah yang pada umumnya ingin dicapai oleh para pengusaha. (Gitosudarmo, 2000).
Pasar atau konsumen pada umumnya akan mencari barang dengan harga yang murah namun tetap memiliki kualitas baik. Untuk dapat memahami konsumen, pengusaha harus paham mengenai analisis perilaku konsumen. Hal ini dikarenakan perubahan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumen terutama dalam melakukan pembelian produk. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor-faktor kebudayaan, sosial, dan individu. Akibatnya konsumen mempunyai tanggapan yang berbeda-beda terhadap program pemasaran. (Irawan, dkk., 1996).
1.5.1.3. Konsep Pemasaran, Strategi Pemasaran dan Bauran Pemasaran Dalam membangun segmen pasar, strategi pemasaran memainkan peran yang sangat penting. Untuk menguasai pasar maka dibutuhkan suatu strategi pemasaran khusus. Strategi merupakan perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Sedangkan pemasaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengusahakan agar produk yang dipasarkannya itu dapat diterima dan disenangi oleh pasar. (Swastha dan Irawan, 2005). Strategi pemasaran ialah logika pemasaran yang dipakai unit bisnis untuk mencapai tujuan pemasaran. Strategi pemasaran terdiri dari strategi khusus yang berhubungan dengan pasar sasaran, bauran pemasaran, dan tingkat pengeluaran pemasaran. (Kotler, 1991)
Pada dasarnya, tujuan perusahaan menganut konsep pemasaran adalah memberikan kepuasan kepada konsumen dan masyarakat lain dalam pertukarannya untuk mendapatkan laba, atau perbandingan antara penghasilan dan biaya yang menguntungkan, ini berarti konsep pemasaran mengajarkan bahwa perumusan strategi pemasaran sebagai suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut, harus berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumennya. (Swastha dan Handoko, 2000).
Menurut Gitosudarmo (2000), proses pemasaran adalah proses tentang bagaimana pengusaha dapat mempengaruhi konsumennya agar konsumen agar konsumen tersebut menjadi tahu, senang, lalu membeli produk yang ditawarkannya dan akhirnya konsumen menjadi puas sehingga mereka akan selalu membeli produk perusahaan itu. Untuk keperluan tersebut pengusaha dapat melakukan tindakan-tindakan yang terdiri dari 4 macam yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan distribusi (placement). Perpaduan antara keempat macam hal itu merupakan senjata bagi pengusaha
dalam memasarkan produknya yang dikenal sebagai “Bauran Pemasaran” atau “Marketing Mix”.
a) Strategi Produk
Strategi produk dapat lebih efektif dalam rangka mempengaruhi konsumen untuk tertarik dan membeli dan kemudian menjadi puas jika pengusaha lebih memahami mengenai konsep produknya, siklus kehidupan produknya dan jenis-jenis produk yang ditawarkannya.
b) Strategi Harga
Pengusaha perlu memikirkan penetapan harga jual produknya secara tepat agar dapat menarik para pembeli untuk membeli barang tersebut. Penentuan harga jual mempunyai beberapa dasar pertimbangan diantaranya biaya produksi, sselera konsumen dan persaingan.
c) Strategi Promosi
Promosi adalah kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal, senang lalu membeli produk yang ditawarkan. Untuk dapat mempromosikan produknya pengusaha dapat memilih beberapa cara diantaranya advertensi, promosi penjualan (sales promotion), personal selling dan publisitas (publication).
d) Strategi Distribusi
Tugas seorang pengusaha adalah mendistribusikan barangnya kepada konsumen ke tempat dimana konsumen berada. Untuk keperluan tersebut pengusaha dapat menggunakan berbagai bentuk saluran distribusi diantaranya saluran distribusi langsung dan saluran distribusi tidak langsung.
1.5.1.4. Analisa Lingkungan Pemasaran
Menurut Kotler (1993), analisa lingkungan pemasaran dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1) Analisa Pelaku-Pelaku dalam Lingkungan Makro
menguntungkan. Untuk melakukan tugas ini, perusahaan mengaitkan diri dengan beberapa pelaku pemasaran untuk mencapai pelanggan sasarannya. Pelaku-pelaku tersebut antara lain perusahaan itu sendiri, pemasok, perantara-perantara pemasaran, pelanggan, pesaing, dan publik/masyarakat.
2) Analisa Kekuatan-Kekuatan dalam Lingkungan Makro Perusahaan
Perusahaan dan pemasoknya, perantara pemasarannya, pelanggannya, pesaingnya dan publiknya, semua beroperasi dalam suatu kekuatan lingkungan makro yang lebih besar yang membentuk peluang dan menimbulkan ancaman terhadap perusahaan. Ada 6 kekuatan utama yatu demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik, dan budaya.
3) Analisa Peran Pemerintah yang Berubah dalam Perlindungan Lingkungan Bisnis diharapkan tidak menentang peraturan tentang lingkungan, sebaliknya harus membantu mengembangkan pemecahan terhadap adanya industri-industri yang tidak ramah lingkungan.
Menurut Radiosunu (1987), marketing-mix ialah kumpulan variabel-variabel yang dapat digunakan perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen. Variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pembeli adalah variabel-variabel yang berhubungan dengan Product, Place, Promotion dan Price (4P). Variabel-variabel tersebut ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel.1.1. Variabel-Variabel yang Berhubungan dengan 4 P
Product Place Promotion Price
Kualitas Feature Style Merk Pembungkusan Product-line Garansi Service Saluran Distribusi Intensitas Distribusi Lokasi Penjualan Daerah Penjualan Lokasi dan Tingkat Inventory Alat transportasi Pengiklanan Personal Selling Sales Promotion Publisitas Tingkat Potongan Harga Syarat Pembayaran Sumber : Radiosunu, 1987
1.5.1.5. Mengidentifikasi Pesaing-Pesaing
Mengetahui dan mengenal pesaing adalah hal yang kritis untuk mengefektifkan perencanaan pemasaran. Suatu perusahaan secara konstan harus membandingkan produksi, harga-harga, saluran distribusi dan promosi dengan pesaing-pesaing terdekat. Dengan cara ini, maka akan dapat diidentifikasi ruang lingkup dari persaingan yang menguntungkan maupun merugikan. Perusahaan dapat melancarkan serangan yang lebih tepat pada pesaing dan pada saat yang bersamaan mempersiapkan pertahanan yang lebih kuat untuk melawan serangan-serangan yang akan datang (Kotler, 1993). Pesaing terdekat dari suatu perusahaan adalah yang mengejar pasar sasaran yang sama dengan strategi yang sama.
Gambar 1.2. Pilihan Strategi dalam Hubungan Integrasi Vertikal dan Mutu
Sumber : Kotler (1993) M ut u T in ggi T in ggi M ut u R en dah T in ggi Kelompok A Lini terbatas
Biaya produksi rendah Pelayanan yang sangat bak Harga tinggi
Kelompok C Lini moderat
Biaya produksi menengah Pelayanan yang menengah Harga menengah
Kelompok B Lini lengkap
Biaya produksi rendah Pelayanan yang baik Harga menengah
Kelompok D Lini luas
Biaya produksi menengah Pelayanan yang rendah Harga Rendah
1) Analisis Persaingan Makro
Menurut Nasution, Sudarso, dan Trisunarno (2006), dalam rangka menentukan target pasar dan kuadran strategis dimana perusahaan akan bersaing maka diperlukan pertimbangan mengenai tingkat konsentrasi persaingan, ancaman pendatang baru, produk subtitusi, hingga kekuatan pemasok dan pembeli.
2) Analisis Persaingan Mikro (Pesaing Utama)
Perusahaan perlu mengidentifikasi pesaing-pesaing utamanya dan kemudian menganalisis pesaing itu dari sisi kekuatannya, kelemahannya, dan strategi mereka untuk menyerang pasar. (Nasution, Sudarso, dan Trisunarno, tahun 2006)
Menurut Porter (1980), pilihan strategi dalam hubungan integrasi vertikal dan mutu yang diperlihatkan pada gambar 1.2 disebut sebagai kelompok strategis dalam persaingan industri. Disebutkan bahwa langkah pertama dalam analisa struktural di dalam suatu industri ialah menentukan ciri strategi-strategi dari semua pesaing penting sesuai dengan dimensi-dimensi tersebut. Aktivitas ini selanjutnya akan memungkinkan pemetaaan industri ke dalam kelompok-kelompok strategis. Kelompok strategis adalah kelompok-kelompok perusahaan dalam suatu lingkungan industri yang mengikuti strategi yang sama atau yang serupa pada dimensi-dimensi strategis. Suatu lingkungan industri mungkin hanya mempunyai satu kelompok strategis bila semua perusahaan pada dasarnya mengikuti strategi yang sama. Sedangkan pada industri yang lain, masing-masing perusahaan dapat merupakan suatu kelompok strategis sendiri.
1.5.1.6. Teknik Portofolio Dalam Analisis Pesaing
Teknik yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi posisi pesaing adalah dengan menggunakan matriks tiga-tiga yang diperkenalkan oleh General Electric, McKinsey and Company dan Shell dalam buku Competitive Strategy oleh Porter (1980) . Salah satu variasi dari teknik ini disajikan dalam
Gambar 1.3. Dua sumbu dalam pendekatan ini adalah daya tarik industri dan kekuatan atau posisi bersaing unit usaha. Posisi bersaing suatu industri dapat ditentukan dengan melakukan analisis terhadap unit tertentu dan industrinya dengan menggunakan kriteria-kriteria seperti yang tercantum dalam Gambar 1.3. Di mana industri terletak dalam matriks, tugas strategisnya secara luas adalah dapat berupa investasi modal untuk membina posisi, bertahan dengan menyeimbangkan kas masuk dan penggunaan kas secara selektif, atau panen atau tutup. (Porter, 1980).
Gambar 1.3. Matriks Kisi Posisi Perusahaan/Daya Tarik Industri oleh General Electric, McKinsey dan Shell
Industry Attractiveness Criteria: Size
Market Growth, Pricing Market Diversity Competitive Structure Industry Profitability Technical Role Social Environmental Legal Human
Business Unit Position Criteria: Size Growth Share Position Profitability Margin Technological Posistion Strengths/Weaknesses Image Pollution People Sumber : Porter (1980) Industry Attractiveness
High Medium Low
Hi gh Lo w M ed iu m Bu si ne ss Un it Po si tio n
Perusahaan dapat memetakan portofolio bisnisnya pada matriks seperti itu untuk memastikan bahwa alokasi sumberdaya yang benar telah dilakukan. Skema ini sering lebih bersifat subyektif karena kurang dapat dikuantifikasikan. Meski begitu kadang-kadang skema pembobotan kuantitatif juga dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria yang ditentukan untuk menilai daya tarik industri atau posisi perusahaan. Teknik ini hanya membantu sedikit tetapi mendasar untuk memeriksa konsistensi dalam merumuskan strategi bersaing untuk industri tertetu. Masalah pokoknya adalah memutuskan di mana bisnis harus dipetakan dalam kisi, memutuskan apakah posisi pada kisi menyiratkan strategi untuk membangun,bertahan, atau panen. (Porter,1980).
Tabel 1.2. Matrik GE
Tinggi Menengah Rendah
T in ggi Pertumbuhan Dominasi Maksimalkan Investasi Identifikasi pertumbuhan segmen Investasi Positioning Kelola posisi keseluruhan Cash flow
Inves pada tingkat pemeliharaan M en en gah Evaluasi potensi untuk memimpin pasar melalui segmentasi Tentukan kelemahan Bangun kekuatan Identifikasi Pertumbuhan segmen Seleksi investasi Spesialisasi Efisiensi Meminimalkan investasi
Posisi untuk divest
R en dah Spesialisasi Cari ceruk Pertimbangkan akuisisi Spesialisasi Cari ceruk Pertimbangkan untuk keluar Trust leader statesmanship Fokus pada pesaing
cash generators Saat keluar dan
divest Sumber: Rangkuty (1998)
1.5.2. Penelitian Sebelumnya
Penelitian berjudul Marketing's Contribution to The Implementation of Business Strategy: An Empirical Analysis yang ditulis oleh S.F. Slater dan E.M. Olson (2001) bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara
pemaasran dengan strategi bisnis dan apakah strategi pemasaran yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis statistik menggunakan K-means kluster untuk membangun taksonomi strategi marketing. Berdasarkan hasil penelitian, meskipun ada pandangan bahwa kontribusi pemasaran dalam strategi bisnis telah menurun, namun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemasaran memainkan peran penting dan pemasaran merupakan hal utama dalam strategi bisnis perusahaan. Manajer tidak seharusnya mempertimbangkan strategi pemasaran secara pribadi namun harus mendasarkan pada strategi pemasaran yang paling tepat digunakan di pasaran berdasarkan hasil analisis. Meskipun penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kuat antara pemasaran dengan strategi perusahaan, namun penelitian lebih lanjut dan mendalam masih perlu dilakukan untuk melengkapi hasil penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh S.L. Chan, W.H. Ip dan V. Cho (2010) dari Hongkong dengan judul penelitian “Prediksi Nilai Pelanggan melalui Daya Tarik Produk dan Strategi Pemasaran” menggunakan metode markov chain model untuk mengidentifikasi CLV dan model financial returns. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa CLV sangat penting bagi perusahaan untuk menghitung keuntungan ataupun kerugian perusahaan di masa yang akan datang. CLV memainkan peran yang sangat penting dalam Customer Relationship Management (CRM).
Penelitian lain dilakukan oleh Cheng Siung Wu, Chin Tsai Lin, dan Chuan Lee. (2010) yang berjudul Optimal Marketing Strategy : A Decision-Making with ANP and TOPSIS bertujuan untuk memodelkan pembuatan keputusan strategi pemasaran dalam industri perhotelan dengan MCDM (Multi-Criteria Decision-Making) dan menyediakan 5 langkah kerangka kerja dalam mebuat strategi pemasaran. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur dan observasi langsung. Sedangkan cara analisis data adalah dengan Analytic Network Process (ANP) dan Technique for Order Preference by
Similarity to an Ideal Solution (TOPSIS). Pengambilan Keputusan Strategi Pemasaran dapat dilakukan dengan klasifikasi menggunakan Multi- Criteria Decision-Making (MCDM). Dari perhitungan menggunakan kedua metode tersebut, diperoleh hasil bahwa strategi diferensiasi merupakan strategi yang paling tepat digunakan dengan performance value 0,95 kemudian strategi segmentasi menempati ranking kedua dan disusul strategi leadership di ranking ketiga.
Penelitian yang dilakukan oleh Gema Alkausar (2011) berjudul Analisis Strategi Pemasaran pada PT Yomart Sejati. Penelitian ini menggunakan metode analisis SWOT dan teknik AHP (Analitical Hierarchy Process) dan metode Beyes untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran terbaik. Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan memiliki kekuatan internal yang cukup kuat, baik dalam memanfaatkan peluang yang ada ataupun menghindari ancaman-ancaman yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dengan nilai skor critical success factor dari matriks IFE dan EFE yaitu 2.792593 (>2.5) dan 2.779412 (>2.5) yang menandakan bahwa secara internal perusahaan telah cukup memiliki kekuatan untuk bersaing dalam bisnis ini, walaupun masih terdapat beberapa kelemahan yang harus diperbaiki.
Berdasarkan metode AHP, dari mulai elemen faktor sampai alternatif strategi perusahaan harus memperhatikan harga-harga produk yang ada di pasaran dan melihat situasi untuk menetapkan harga suatu produk. Selain itu perushaan harus memperhatikan promosi lokal dan kelengkapan produk yang akan mendukung kelangsungan hidup, laba perusahaan, dan perluasan pangsa pasar yang secara taktikal dilakukan oleh seorang direktur perusahaan dan didukung oleh manajer pemasaran secara terintegrasi dengan baik. Manajer pemasaran memiliki peranan yang sangat penting untuk melakukan perbaikan-perbaikan promosi secara global maupun per minimarket. Sebaiknya setiap kepala toko melakukan pelatihan-pelatihan khusus guna menunjang laba setiap minimarket yang dipimpinnya.
Selain itu juga terdapat penelitian dari Y. Wind (2011) berjudul An Analytic Hierarchy Process Based Approach to The Design and Evaluation of a Marketing Driven Business and Corporate Strategy. Penelitian ini menggunakan metode AHP untuk merumuskan strategi pemasaran yang diterapkan dalam menyusun manajemen bisnis perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa perusahaan sukses menggunakan rumusan alterntatif strategi dari metode AHP. Metode AHP terbukti cocok digunakan dalam merumuskan strategi pemasaran dan penggunaannya juga mudah diterapkan dan sederhana.
Terdapat pula tulisan dari J.C. White, J.S. Conant, dan Raj Echambadi (2003) berjudul Marketing Strategy Development Styles, Implementation Capability, and Firm Performance: Investigating the Curvilinear Impact of Multiple Strategy-Making Styles. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tipe pemasaran serta menganalisis kemampuan implementasi perusahaan dan performansi perusahaan pembuatan mainan anak-anak. Data yang diambil merupakan data sampel acak dari 710 manajer pemasaran industri.Pengumpulan datanya yaitu melalui pengumpulan surat dan email berisi pertanyaan-pertanyaan wawancara/kuesioner (kepada manajer) dan melalui pembagian kuesioner secara langsung. Cara analisis data yang digunakan adalah dengan pemodelan sederhana melalui game industri manufaktur (SIC Code 3944) serta perhitungan secara subjektif dan pribadi dengan menggunakan materi hasil kuesioner (contohnya profitabilitas terkini, market share, dan performa keseluruhan). Penelitian ini memberikan bukti bahwa langkah-langkah multi-dimensi diperlukan untuk menangkap dan lebih memahami kompleksitas dan berbagai proses pengembangan strategi serta perusahaan yang memiliki kemampuan implementasi unggul mewujudkan kinerja perusahaan yang lebih besar.
1.5.3. Kerangka Penelitian
yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kondisi masyarakat perajin batik Giriloyo masih belum mapan, hal ini diduga disebabkan oleh daya saing yang lemah dan kurang optimalnya strategi pemasaran batik tulis Giriloyo ini. Oleh karena itu diperlukan adanya analisis kondisi internal dan eksternal dari usaha batik tulis Giriloyo ini.
Analisis kondisi internal meliputi analisis karakteristik produk yang terdiri dari kualitas harga, keunikan dan reputasi dan analisis karakteristik industri yang terdiri dari modal, tenaga kerja dan jumlah rumah produksi. Sedangkan analisis kondisi eksternal industri meliputi karakteristik lingkunagn, karakteristik pesaing-pesaing dan kebijakan pemerintah. Fokus yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pada analisis daya saing yang dapat diukur melalui analisis kisi posisi perusahaan/daya saing dengan Matriks GE-McKinsey dan Shell.
Berdasarkan hasil analisis kondisi internal dan eksternal, strategi pemasaran dapat disusun melaui matriks SWOT. Dari matriks ini dapat diketahui strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh pengusaha batik Giriloyo selama ini (strategi pemasaran eksisting) dan bagaimana dampaknya pada pendapatan para pengusaha/pembatik. Selain itu dari analisis SWOT dapat pula dikaji mengenai strategi yang paling tepat guna meningkatkan daya saing batik Giriloyo. Strategi pemasaran ini tentu sangat berpengaruh pada omset penjualan batik dan berpengaruh pula pada pendapatan masyarakat. Sehingga dari hal tersebut dapat digunakan untuk memantau dampaknya bagi perkembangan wilayah di Desa Wukirsari khususnya di ketiga dusun lokasi penelitian.
Gambar 1.4. Kerangka Pemikiran
Sentra Industri Batik Tulis Giriloyo
Eksternal
Lingkungan Pesaing Kebijakan Pemerintah Matriks GE-McKinsey dan Shell Daya Saing Internal
Karakteristik Produk Karakteristik
Industri Kualitas Harga Keunikan Reputaasi Modal Tenaga Kerja Jumlah rumah produksi Strategi S-O Strategi S-T Strategi W-T Strategi W-O Matriks SWOT
Strategi pemasaran guna meningkatkan daya saing industri batik tulis Giriloyo Strategi pemasaran eksisting
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Peningkatan pendapatan rumah tangga pembatik
Segi Materi
1.5.4. Rincian Pertanyaan Penelitian
a) Bagaimanakah karakteristik sentra industri batik tulis Giriloyo? Bagaimana karakteristik produk?
Bagaimana kualitas produk? Berapa harga produk?
Apa saja keunikan yang dimiliki? Bagaimana reputasi produk? Apa saja faktor-faktor produksi?
Berapa jumlah tenaga kerja/pengrajin yang ada? Berapa modal yang dikeluarkan?
Apa saja bahan baku yang diperlukan? Apa saja alat transportasi yang ada? Bagaimana proses produksi batik tulis Giriloyo?
b) Bagaimana daya saing industri batik tulis Giriloyo dengan industri batik tulis dari daerah lain?
Di mana posisi daya saing industri batik tulis Giriloyo diantara para pesaingnya?
c) Bagaimanakah strategi pemasaran yang diterapkan perajin batik tulis Giriloyo untuk meningkatkan daya saing industrinya?
Apa saja strategi pemasaran yang diterapkan saat ini?
Apa saja faktor kesuksesan industri batik pesaing yang dapat dipelajari?
Strategi apa yang cocok digunakan untuk meningkatkan daya saing produk batik tulis Giriloyo?