• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Pada abad ke 21 telah terjadi persaingan yang cukup ketat antara industri - industri lokal dan internasional, terutama di sektor pangan. Pelaku industri lokal maupun internasional berlomba - lomba mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Industri Amerika dan Eropa berlomba - lomba dengan industri Jepang dalam hal membuat mesin-mesin yang nantinya akan dipasarkan dan akan dipakai oleh negara-negara berkembang. Grafik pendapatan negara maju dari sektor manufaktur dapat dilihat pada Gambar I.1

Gambar I.1 Pendapatan Negara Maju dari Sektor Manufaktur Tahun 1970 Sampai Tahun 2009

Sumber : United Nations (2009)

Pelaku bisnis di negara Amerika dan Eropa tersaingi karena negara Jepang dan Cina mampu memproduksi barang - barang pangan dengan kualitas sama bahkan lebih baik tetapi dengan harga yang jauh lebih murah. Pada saat ini, kualitas menjadi hal penting bagi setiap perusahaan yang menginginkan produk yang dihasilkan laku di pasaran. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas dibutuhkan bahan, alat, mesin atau bahkan riset yang tidak murah, sebagian besar perusahaan-perusahaan di Cina beranggapan bahwa dengan memperkecil biaya riset akan mampu menjual barang yang relatif murah tetapi dengan asumsi masa pakai yang relatif singkat. Perusahaan yang tidak bisa mempertahankan kualitas produk akan gulung tikar. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan mampu memenuhi keinginan pasar dengan cara menghasilkan produk yang berkualitas.

(2)

2

Industri pertanian dan perkebunan merupakan industri yang banyak dibidik pelaku bisnis baik lokal maupun internasional terutama di Indonesia, mengingat negara ini merupakan negara yang kaya oleh hasil alamnya. Untuk meningkatkan hasil pertanian dan perkebunan tersebut diperlukan pupuk. Pupuk tersebut dihasilkan oleh rata-rata sektor bisnis yang dikuasai oleh pemerintah, salah satunya adalah PT. Pupuk Kujang yang area distribusinya berada di Jawa Barat. Produksi pupuk urea PT. Pupuk Kujang tersebut dapat dilihat pada Gambar I.2.

Gambar I.2 Data Produksi Pabrik Kujang 1A tahun 2010 (kantong) Sumber : PT. Pupuk Kujang (2010)

Berdasarkan Gambar I.2 Pada tahun 2010 PT. Pupuk Kujang menghasilkan 9272695 kantong (rata-rata 1 kantong 50 kilogram). Saat ini yang bertanggung jawab dalam hal manajemen kualitas pupuk di PT. Pupuk Kujang adalah Divisi Pengawasan Proses dan Divisi Pengantongan. Kedua Divisi ini selalu berupaya untuk menghasilkan pupuk yang berkualitas dengan melakukan beberapa hal diantaranya, melakukan pengujian secara rutin terhadap kadar kimia pupuk yang dihasilkan, melakukan recycle terhadap pupuk yang rusak / kotor serta melakukan tiga kali penimbangan pupuk. Dalam melakukan penimbangan pupuk urea kedua divisi ini dibantu oleh lembaga yang ditunjuk oleh konsumen, yaitu lembaga Sucofindo.

Namun hal ini tidak mudah untuk dilakukan, mengingat adanya proses-proses yang menghasilkan waste sehingga menimbulkan produk yang di-recycle cukup tinggi.

1000000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000

(3)

3

Produk yang di-recycle tersebut menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan oleh PT. Pupuk Kujang cukup besar untuk memperbaiki produk recycle tersebut. Kesalahan sumber daya manusia, keterbatasan gudang, dan kurangnya informasi pedoman kerja menyebabkan tingginya jumlah produk yang di-recycle. Sebagai contoh produk yang direcycle ditandai dengan adanya kemasan rusak pada saat bongkar urea stacking dan pemuatan ke truk. Produk yang di-recycle tersebut dikirim kembali dari Bagian Pengelolaan Produk dan pergudangan untuk diproses ulang.

Adapun jumlah produk yang di-recycle tersebut dapat dilihat pada Gambar I.3.

Jumlah produk yang di-recycle tersebut memiliki perbedaan di setiap bulannya. Bulan Januari 2010 merupakan bulan yang memiliki jumlah produk yang di-recycle terbesar. Hal ini disebabkan adanya pergeseran musim tanam (musim penghujan lebih lama) yang mengakibatkan kurangnya pembelian pupuk urea oleh petani pangan..

Sementara pada bulan Februari 2010 sampai dengan Maret 2011 pupuk urea yang di- recycle biasanya terjadi karena kemasan kantong yang rusak oleh penggunaan alat yang salah.

Gambar I.3 Data Produk yang di-recycle (tahun 2010 dan 2011) Sumber : PT. Pupuk Kujang (2011)

0 5000 10000 15000 20000 25000

(4)

4

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah produk yang di- recycle ini adalah dengan melakukan perbaikan manajemen kualitas menggunakan metode Lean Six-Sigma. Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau aktivitas- aktivitas yang yang tidak bernilai tambah (non value added activities) melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk (bahan, work in process, output) atau informasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan.

Metode Lean Six Sigma cocok diterapkan dalam mengatasi jumlah produk yang di- recycle di PT. Pupuk Kujang karena metode ini lebih terstruktur dalam menghilangkan pemborosan dan dapat mengetahui semua proses kegiatan di perusahaan yang menimbulkan waste sehingga proses perbaikannya lebih rinci pada setiap lini pengantongan.

I.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka persoalan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah yang menjadi faktor - faktor dominan yang menyebabkan adanya produk yang di-recycle ?

2. Usulan perbaikan apa yang digunakan untuk mengurangi jumlah produk yang di- recycle pada penyimpanan pupuk urea di PT. Pupuk Kujang ?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dilakukan pada permasalahan ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang akan dikaji. Adapun tujuan yang ingin dicapai antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan adanya produk yang di- recycle.

2. Mengetahui usulan perbaikan yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah produk yang di-recycle pada penyimpanan pupuk urea di PT. Pupuk Kujang.

(5)

5 I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan

Membantu perusahaan dalam meningkatkan mutu produk pupuk urea yang dihasilkan dengan cara mengurangi produk yang di-recycle

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan serta pengetahuan tentang masalah yang terjadi dalam perusahaan, berkaitan dengan perbaikan mutu.

I.5 Ruang Lingkup dan Batas Penelitian

Penelitian ini merupakan rangkaian yang kompleks. Penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal seperti yang disebutkan di bawah ini :

1. Penelitian difokuskan pada divisi bagging, dengan jumlah produk yang di- recycle pada penyimpanan pupuk urea di pabrik kujang 1A.

2. Menggunakan Data Produk Urea yang di-recycle pada bulan Januari 2010 hingga April 2011

3. Penelitian tidak sampai pada tahap implementasi.

4. Tidak mencantumkan analisis SWOT.

5. Tidak membangun team atau struktur organisasi Lean Six Sigma .

6. Tidak mencantumkan implementasi rencana tindakan dan program reward &

recognition.

7. Usulan perbaikan difokuskan pada recycle dominan.

I.6 Sistematika Penelitian

Penelitian ini disusun sesuai dengan sistematika penelitian yang berlaku meliputi : Bab I Pendahuluan

Merupakan bagian awal dari tugas akhir yang menjelaskan mengenai pendahuluan mengenai penelitian ini. Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah pada penelitian, tujuan

(6)

6

dilaksanakannya penelitian, manfaat dari penelitian, batasan masalah pada penelitian, dan sistematika dari penelitian ini.

Bab II Landasan Teori

Merupakan bagian dari tugas akhir yang akan menjelaskan mengenai dasar-dasar teori yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian ini. Teori-teori yang digunakan adalah lean six sigma, penyimpanan dan pengawasan mutu pupuk, FMEA dan value stream.

BAB III Metodologi Penelitian

Merupakan bagian dari tugas akhir yang menjelaskan mengenai metodologi yang akan digunakan dalam melakukan penelitian, meliputi model konseptual serta langkah-langkah penelitian.

Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data

Merupakan bagian dari tugas akhir yang menjelaskan mengenai proses pengumpulan dan pengolahan data yang terkait dalam penelitian ini.

Bab V Analisis

Merupakan bagian dari tugas akhir yang menjelaskan analisis yang dilakukan terhadap data-data yang telah didapatkan serta usulan perbaikan yang diberikan.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Merupakan bagian dari tugas akhir yang menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini.

(7)

7

Bab II Landasan Teori

II.1 Manajemen Kualitas II.1.1 Definisi Kualitas

Sebenarnya ada beberapa definisi yang berhubungan dengan kualitas, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan (Continuous Improvement), beberapa definisi kualitas menurut para ahli dan organisasi internasional yaitu:

1. Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO 9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa setiap perusahanan harus dapat mengidentifikasikan ciri dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.

2. Menurut Cateora dan Graham (2007: 39), Kualitas (quality) dibedakan ke dalam dua dimensi : kualitas dari perspektif pasar dan kualitas kinerja. Keduanya merupakan konsep penting, namun pandangan konsumen atas kualitas produk lebih banyak berhubungan dengan kualitas dari perspektif pasar dibandingkan dengan kualitas hasil.

3. Menurut Goetsch dan Davis (dalam Tjiptono, 2005:10), “Kualitas didefinisikan sebagai kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.”

4. Kualitas dapat juga didefinisikan sebagai keseluruhan ciri serta sifat barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat (Kotler, 2007:180).

5. Menurut Lovelock (2002) mendefinisikan kualitas sebagai tingkat mutu yang diharapkan, dan pengendalian keragaman dalam mencapai mutu tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

(8)

8

6. Menurut Zimmerer (2008), ada lima komponen kualitas yang secara berurutan perlu diperhatikan, yaitu :

a. Ketepatan (reliability), yaitu rata-rata kelalaian/ pengabaian;

b. Daya tahan (durability), yaitu berapa lama barang dan jasa tersebut dapat dipakai/ bertahan.

c. Mudah digunakan (easy to use), yaitu barang dan jasa tersebut harus mudah untuk digunakan.

d. Nama merek yang terkenal dan dipercaya (known and trusted brand name).

e. Harga yang relatif terjangkau (low price).

II.1.2 Penyimpanan dan Pengawasan Mutu Pupuk

Penyimpanan pupuk merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, kerena penyimpanan pupuk yang ceroboh dapat merusak, sifat kimia dan fisik pupuk. Pupuk yang bersifat hidroskopis tidak boleh disimpan secara ceroboh, pupuk tersebut dapat menjadi lembab dan mencair atau bila kelembapan berkurang pupuk menjadi keras dan membentuk bongkah-bongkah besar sehingga sulit dalam hal aplikasinya.

Penyimpanan pupuk sering dilakukan digudang-gudang pelabuhan. Gudang daerah perkebunan dan koperasi unit desa.

1. Gudang Penyimpanan Pupuk

Letak gudang pupuk harus jauh dari api atau bahan yang mudah terbakar, dan gudang tidak boleh lembab. Kelembapan di dalam gudang dapat menimbulkan penggumpalan pupuk atau mecairnya pupuk. Mencairnya pupuk akan mempercepat rusaknya karung pembungkus pupuk. Selanjutnya pupuk mudah tercecer dan atau tercampur satu sama lain. Dalam mengatasi pengaruh kelembapan perlu adanya perhatian khusus dalam pembuatan gudang. Gudang permanen atau gudang yang digunakan untuk penyimpanan pupuk dalam waktu yang lama, dinding dan lantainya harus dibuat dari beton. Lantai gudang harus dilapisi dengan bahan aspal atau bahan lain

Bagi kios pupuk, koperasi unit desa yang menyimpan pupuk dalam waktu pendek, dinding gudang hendaknya dibuat dari seng, jika lantai terbuat dari semen

(9)

9

maka harus diberi alas balok berjarak 0.5 - 1m. Atap gudang tidak boleh bocor agar pupuk tidak terkena hujan yang dapat merusak sifat fisik kimia pupuk.

Pupuk yang mengandung asam keras akan menghancurkan karung pembungkus pupuk, akibatnya pupuk tercecer bersatu sama lain dan terjadi reaksi kimia yang mengurangi mutu pupuk. Pintu gudang hendaknya diletakkan pada dua bagian sisi gudang sehingga memudahkan pengambilan pupuk pengambilan pupuk persediaan lama dan memudahkan pula penyimpanan pupuk yang baru datang serta dapat dipisahkan secara mudah terhadap letak pupuk.

Peredaran udara dalam gudang diusahakan sebaik mungkin dan selalu segar, oleh karenanya dibutuhkan beberapa ventilasi yang pembukaan dan penutupannya dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi cuaca. Tidak dibenarkan untuk mencampur gudang untuk pupuk dengan gudang untuk bii-bijian atau benih atau sebagainya, karena dapat mempengaruhi kualitas pupuk. Dalam hal penyimpanan pupuk sebaiknya dilakukan pemisahan antara jenis pupuk yang satu dengan lainnya. Hal ini selain memudahkan pengawasan juga untuk menjaga mutu pupuk.

2. Tumpukan dalam gudang

Tumpukan dalam gudang yang terlalu tinggi akan menyebabkan rusaknya karung, dan tidak stabilnya tumpukannya. Pupuk yang dibagian bawah akan mengalami tekanan yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan pupuk menjadi keras. Oleh karenanya dalam hal tumpukan pupuk yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a. Letak tumpukan

Harus ada jarak cukup lebar antara tumpukan satu dengan lainnya dan juga letak tumpukan pupuk dengan dinding gudang. Hal ini penting disamping memudahkan pekerja dalam hal menumpuk juga menghindari kelembaban yang tinggi jika menempel pada dinding gudang.

(10)

10 b. Karung yang ditumpuk

Tingginya tumpukan karung harus mempunyai ukuran, berat, isi dan bahan yang bagian mulut karung mengarah ke dalam. Cara ini memberikan tumpukan yang mantap serta tidak mudah roboh.

c. Tinggi tumpukan

Tinggi tumpukan bergantung pada alat apa yang digunakan sewaktu melakukan pekerjaan penumpukan. Bagi yang menggunakan alat tumpukan dapat mencapai 20 karung, akan tetapi jika dengan tenaga manusia hanya 10 tumpukan.

3. Pengawasan mutu pupuk

Pengawasan mutu pupuk mempunyai arti segala-galanya bagi petani dalam proses peningkatan produksi pertanian. Jaminan mutu pupuk, baik fisik maupun kimia dalam pupuk harus dicantumkan pada bagian luar kemasan yang berisikan:

a. Berat bersih

b. Nama dan cap perusahaan pupuk tersebut

c. Komposisi kimia atau persentase kandungan hara pupuk d. Potensial kemasaman pupuk

e. Nama dan alamat produsen pupuk II.2 Lean Six Sigma

II.2.1 Definisi Lean Six Sigma

Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau aktivitas - aktivitas yang yang tidak bernilai tambah (non value adding activities) melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk (bahan, work in process, output) atau intormasi menggunakan sistem tarik (pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan (Gasperz, 2007: p.91).

Six Sigma dapat didefinisikan sebagai suatu metodologi yang menyediakan alat-alat untuk peningkatan proses bisnis dengan tujuan menurunkan variasi proses dan meningkatkan kualitas produk. Elemen-elemen yang penting dalam Six Sigma adalah

(11)

11

memproduksi hanya 3,4 cacat untuk setiap satu juta kesempatan atau perasi 3,4 DPMO Defect Per Million Opportunities dan inisiatif-inisiatif peningkatan proses untuk mencapai tingkat kinerja enam sigma. (Gasperz, 2007: p.91).

Definisi Six Sigma dari sudut pandang teknis didasarkan pada pendekatan statistik.

Sigma (ơ) adalah huruf Yunani yang digunakan dalam statistik untuk mendefinisikan deviasi standard. Six berarti enam (6). Secara perhitungan statistik, luas daerah kurva Six Sigma adalah 99,99966 % yang artinya kemungkinan terjadinya kegagalan sebesar 0,00034%.

Six Sigma dapat di pandang sebagai pengendalian proses industri yang berfokus pada pelanggan melalui penekanan pada kemampuan proses (process capability). Six Sigma dapat dijadikan sebagai ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana baiknya proses transaksi produk pemasok dengan pelanggan. Semakin tinggi nilai sigma, maka semakin baik kinerja dari sistem tersebut.

Six sigma sebagai ukuran menggunakan Defect per Million Opportunities (DPMO).

DPMO merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk maupun proses sebab berkolerasi dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang. Cara menentukan DPMO adalah sebagai berikut:

1. Hitung defect per unit (DPU) = total cacat/total produksi………...(II.1)

2. Hitung DPMO dengan terlebih dahulu menghitung probabilitas jumlah kerusakan. DPMO = (DPU x 1 juta)/probabilitas kerusakan………(II.2)

Selain menghitung menggunakan perhitungan DPMO, Six Sigma menggunakan satuan pengukuran berupa persentase keberhasilan (yield percent). Yield percent adalah persentase produk yang bebas defect. Berikut ini adalah tabel konversi Six Sigma yang menunjukan hubungan antara yield DPMO dan sigma.

Tabel II.1 Konversi Six Sigma

Sigma Value DPMO Yield %

1.5 500000 50

2 308537 69.1463

(12)

12

Tabel II.1 Konversi Six Sigma (lanjutan)

Sigma Value DPMO Yield %

3 66807 93.9193

4 6210 99.379

5 233 99.9767

6 3.4 99.99966

7 0.019 99.9999981

Konsep distribusi six sigma berbeda dengan distribusi normal, dalam distribusi normal tidak mengijinkan pergeseran nilai rata-rata, sedangkan distribusi Six Sigma yang dikembangkan Motorola mengijinkan pergeseran nilai rata-rata (mean) proses terhadap nilai spesifikasi target (T) sebesar ± 1.5 sigma. Konsep ini dilatarbelakangi bahwa dalam jangka panjang, suatu proses tidak selalu mencapai target. Proses akan senantiasa mengalami pergeseran. Karena itu Motorola menetapkan toleransi penyimpangan dari target sebesar 1.5 sigma atau secara sistematis toleransi penyimpangan (mean-target) = (µ-T) = ±1.5 sigma.

Gambar II.1 Konsep Sig Sigma Motorola dengan Distribusi Normal Bergeser 1,5 Sigma

Sumber : Gaspersz (2007)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Corporate Financial Performance Dengan Corporate Social Responsibility Disclosure sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada

Seperti kanker lainnya, kanker kolorektal adalah penyakit multifaktorial dengan etiologi bervariasi dari faktor genetik, usia, paparan lingkungan (termasuk diet),

Berikut hasil pengecekan dengan menggunakan Test Smartclass Ethernet dan dari hasil tersebut kita dapat melihat kesimpulan apakah benar jaringan ini terjadi

Berdasarkan skor rerata 3,57 yang didapatkan dari kedua ahli materi maka media trainer digital dikategorikan “sangat layak” untuk digunakan sebagai media

Dari pengamatan dan pencatatan yang dilakukan di lapangan sebagian besar yang diperoleh pada analisis adalah kata yang bersinonimi dengan bahasa daerah lain di

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT, dengan anugerah-Nya penulis masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Buku Murung Raya Dalam Angka Tahun 2015 merupakan publikasi yang memuat informasi daerah yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya bekerja

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Return on Asset berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur Sub