LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS
LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS MAKSILARISMAKSILARIS
A.
A. PEPENGNGERERTITIANAN Sinusitis
Sinusitis adalah : adalah : merupakan pmerupakan penyakit infeksi enyakit infeksi sinus ysinus yang disebabkan ang disebabkan oleholeh kuman atau virus.
kuman atau virus. Sinusitis
Sinusitis berasal berasal dua dua kata kata yaitu yaitu sinus sinus dan dan itis. itis. Akhiran Akhiran umum umum dalam dalam kedokterankedokteran itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus. Sinusitis itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus. Sinusitis terjadi karena peradangan pada rongga-rongga udara di sekitar hidung yang diikuti terjadi karena peradangan pada rongga-rongga udara di sekitar hidung yang diikuti oleh infeksi saluran pernafasan. Infeksi pada rongga sinus tersebut mengakibatkan oleh infeksi saluran pernafasan. Infeksi pada rongga sinus tersebut mengakibatkan me
membmbenentutuknyknya a lelendndir ir sehsehiningggga a tetersursumbmbatnatnya ya sasaluluraran n ududara ara memelallalui ui hihidudungng.. Penumpukkan lendir merupakan tempat berkembang biaknya bakteri.
Penumpukkan lendir merupakan tempat berkembang biaknya bakteri. Sinusitis
Sinusitis adalah adalah peradangan peradangan yang yang terjadi terjadi pada pada rongga rongga sinus. sinus. Sinus Sinus atau atau seringsering pula disebut
pula disebut dengan sinus dengan sinus paranasalis paranasalis adalah rongga adalah rongga udara yang udara yang terdapat pada terdapat pada bagianbagian padat
padat dari dari tulang tulang tenggkorak tenggkorak di di sekitar sekitar wajah, wajah, yang yang berfungsi berfungsi untuk untuk memperinganmemperingan tulang tenggkorak. ongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Sinus frontalis tulang tenggkorak. ongga ini berjumlah empat pasang kiri dan kanan. Sinus frontalis te
terlerletak tak di di babagigian an dadahihi, , sedsedanangkgkan an sinsinus us mamaksksilailariris s teterlerletak tak di di bebelalakakang ng pipipipi.. Se
Semementntara ara ititu, u, sinsinus us spsphehenonoid id dadan n sisinunus s etethmhmoioid d terterletletak ak agagak ak leblebih ih dadalam lam didi belakang
belakang rongga rongga mata mata dan dan di di belakang belakang sinus sinus maksilaris. maksilaris. !inding !inding sinus sinus terutamaterutama dibentuk oleh sel sel penghasil "airan mukus. #dara masuk ke dalam sinus melalui dibentuk oleh sel sel penghasil "airan mukus. #dara masuk ke dalam sinus melalui sebuah lubang ke"il yang menghubungkan antara rongga sinus dengan rongga hidung sebuah lubang ke"il yang menghubungkan antara rongga sinus dengan rongga hidung yang disebut dengan ostia. $ika oleh karena suatu sebab lubang ini buntu maka udara yang disebut dengan ostia. $ika oleh karena suatu sebab lubang ini buntu maka udara tidak akan bisa keluar masuk dan "airan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak tidak akan bisa keluar masuk dan "airan mukus yang diproduksi di dalam sinus tidak akan bisa dikeluarkan.
akan bisa dikeluarkan. Sinusi
Sinusitis tis maksilamaksilaris ris adalah adalah dua dua ronggrongga a berisi berisi udara udara yang yang merelumerelung ng dalamdalam tulang wajah, di bagian pipi.
tulang wajah, di bagian pipi.
Sinus maksila disebut juga antrum %igh more, merupakan sinus yang sering Sinus maksila disebut juga antrum %igh more, merupakan sinus yang sering te
terinrinfefeksksi, i, oleoleh h kakarenrena a &'&'( ( memerurupapakakan n sisinunus s papararananasal sal yayang ng teterbrbesaesar, r, &)&)( ( leletatak k ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret atau drainase dari sinus ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran sekret atau drainase dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan silia, &*( dasar sinus maksila adalah dasar akar maksila hanya tergantung dari gerakan silia, &*( dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi &prosesus alveolaris(, sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, gigi &prosesus alveolaris(, sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila, &+( ostium sinus maksila terletak di meatus medius , disekitar hiatus semilunaris yang &+( ostium sinus maksila terletak di meatus medius , disekitar hiatus semilunaris yang sempit, sehingga mudah tersumbat.
Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis. Sinusitis maksilaris akut Sinusitis maksilaris dapat terjadi akut, berulang atau kronis. Sinusitis maksilaris akut berlangsung tidak lebih dari tiga minggu.
berlangsung tidak lebih dari tiga minggu. Sinusitis akut dapat sembuh sempurna jika diterSinusitis akut dapat sembuh sempurna jika diterapiapi dengan baik, tan
dengan baik, tanpa adanya residu kerusakan pa adanya residu kerusakan jaringan mukosa. jaringan mukosa. Sinusitis berulang terjadi lebihSinusitis berulang terjadi lebih seri
sering ng taptapi i tidtidak ak terterjadjadi i kerkerusakusakan an sigsignifnifikaikan n padpada a memmembrabran n mukmukosaosa. . SinSinusiusitis tis krokronisnis berlangsung selama * bulan atau lebih dengan gejala
berlangsung selama * bulan atau lebih dengan gejala yang terjadi selama lebih yang terjadi selama lebih dari dua puluhdari dua puluh hari.
hari. B
B.. EETTIIOOLLOOGGII aa.. iinnooggeenn
bstruksi dari ostium Sinus &maksilarisparanasalis( yang disebabkan oleh : bstruksi dari ostium Sinus &maksilarisparanasalis( yang disebabkan oleh :
•
• initis Akut &influena(initis Akut &influena( •
• Polip, septum deviasiPolip, septum deviasi
b.
b. !entogen!entogen
Penjalaran infeksidari gigi geraham atas Penjalaran infeksidari gigi geraham atas /uman penyebab :
/uman penyebab :
-- StStrereptpto"o"o"o""u"us s ppneneumumooniniaeae -- %a%ammoophphililuus s ininflflueuennaa -- StStepeptoto"o"o""""uus s vvirirididananss -- StStapaphyhylolo"o"o""""uus s auaurereuuss -- 0r0ranan"h"hamamelella la "a"atatarhrhatatisis
Peny
Penyebaebab b sinsinusiusitis tis akuakut t ialialah ah &'( &'( rinrinitis itis akuakut, t, &)( &)( infinfekseksi i farifaring, ng, sepseprti rti farifaringingitistis,, adenoiditis, tonsilitis akut, &*( infeksi gigi rahang atas 1', 1), 1* serta P' dan P) adenoiditis, tonsilitis akut, &*( infeksi gigi rahang atas 1', 1), 1* serta P' dan P) &dent
&dentogen(, &+( ogen(, &+( berenberenang dan ang dan menyemenyelam, &2( lam, &2( trauma dapat trauma dapat menymenyebabkaebabkan n perdarperdarahanahan mukosa sinus paranasal, &3( barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.
mukosa sinus paranasal, &3( barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.
Sinusitis maksilaris dengan asal
Sinusitis maksilaris dengan asal geligi. 0entuk penyakit geligi-maksilaris yang khususgeligi. 0entuk penyakit geligi-maksilaris yang khusus bertanggung jawab pada
gigi. Penyebab tersering adalah ekstraksi gigi molar, biasanya molar pertama, dimana sepotong ke"il tulang di antara akar gigi molar dan sinus maksilaris ikut terangkat.
Gambar 8. a. Fistula oroantral b. Sinusitis maksilaris
C. PATOFISIOLOGI
inosinusitis pada umumnya didahului dari infeksi saluran nafas atas akut yang disebabkan virus, biasanya infeksi bakteri merupakan lanjutan infeksi virus. Infeksi virus tidak menunjukkan gejala sinusitis, tetapi menyebabkan inflamasi pada mukosa sinus, dan akan membaik tanpa terapi setelah ) minggu.
Infeksi tersebut menyebabkan inflamasi mukosa termasuk mukosa komplek osteo meatal sehingga terjadi obstruksi ostium sinus yang menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. /eadaan ini menyebabkan perubahan tekanan ) didalamnya, terjadi tekanan negatif, permeabilitas kapiler meningkat, sekresi kelenjar meningkat dan terjadi transudasi yang menyebabkan fungsi silia terganggu, retensi sekret yang terjadi merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman.
5irus yang sering menjadi penyebab adalah virus influena, "orona virus dan rinovirus. Seringkali infeksi virus ini diikuti infeksi kuman terutama kuman kokus &steptokokus pneumonia, stapilokokus aureus( dan %aemophilus Influena. /adang infeksi jamur dapat menyebabkan rinosinusitis terutama pada orang-orang dengan imunodefisiensi.
D. ANATOMI SINUS
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang 6 tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara &ostium( ke dalam rongga hidung.
Se"ara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada fetus usia *-+ bulan, ke"uali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 7 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 7-'4 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus 6 sinus ini umumnya men"apai besar maksimal pada
usia antara '2-'7 tahun.
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 3-7 ml,sinus kemudian berkembang dengan "epat dan akhirnya men"apai ukuran
maksimal,yaitu '2 ml saat dewasa.
Sinus maksila berbentuk pyramid. !inding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal mkasila, dinding medialnya ialah dinding dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. stium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
!ari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah '( dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar &P' dan P)(, molar &1' dan1)(, kadang 6 kadang juga gigi taring &8( dan gigi molar 1*,bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis9 )( Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita9 *( stium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase hanya tergantung dari gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis.
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 3-7 ml. Sinus maksila berbentuk segitiga. !inding anterior adalah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya ialah permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dining inferiornya ialah prosesua alveolaris dan palatum.
stium sinus maksila berada disebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
ambar ). Sinus paranasal dan ostiumnya E. TANDA DAN GEJALA
• ejala sinusitis yang paling umum adalah sakit kepala, nyeri pada daerah wajah, serta
demam.
• %ampir )2; dari pasien sinusitis akan mengalami demam yang berhubungan dengan
sinusitis yang diderita.
• ejala lainnya berupa wajah pu"at, perubahan warna pada ingus, hidung tersumbat,
nyeri menelan, dan batuk. 0eberapa pasien akan merasakan sakit kepala bertambah hebat bila kepala ditundukan ke depan.
• Pada sinusitis karena alergi maka penderita juga akan mengalami gejala lain yang
berhubungan dengan alerginya seperti gatal pada mata, dan bersin bersin.
•
ejala subyektif terdiri dari gejala sistemik dan gejala lokal. ejala sistemik ialah demam dan rasa lesu. ejala lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang-kadang berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. !irasakan hidung tersumbat,
rasa nyeri didaerah infraorbita dan kadang-kadang menyebar ke alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. <yeri alih dirasakan di dahi dan di depan telinga. Pen"iuman terganggu dan ada perasaan penuh dipipi waktu membungkuk ke depan. =erdapat perasaan sakit kepala waktu bangun tidur dan dapat menghilang hanya bila peningkatan sumbatan hidung sewaktu berbaring sudah ditiadakan.
•
ejala obyektif, pada pemeriksaan sinusitis maksila akut akan tampak pembengkakan di pipi dan kelopak mata bawah. Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring &post nasal drip(.
ambar . Pus pada meatus medius
ambar . Pembengkakan pipi pada pasien sinusitis F. GEJALA KLINIS
a. >ebris, filek kental, berbau, bisa ber"ampur darah b. <yeri :
- Pipi : biasanya unilateral
- /epala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari - igi &geraham atas( homolateral.
". %idung : - buntu homolateral - Suara bindeng. Cara pemeriksaan a. inoskopi anterior : - 1ukosa merah - 1ukosa bengkak
- 1ukopus di meatus medius. b. inoskopi postorior
- mukopus nasofaring. ". <yeri tekan pipi yang sakit.
d. =ransiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit. e. ? >oto sinus paranasalis
- /esuraman - ambaran @airfluidlevel - Penebalan mukosa G. PENATALAKSANAAN a. !rainage - 1edi"al :
B !ekongestan lokal : efedrin ';&dewasa( C;&anak( B !ekongestan oral :Psedo efedrin * ? 34 mg
- Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
b. antibiotik diberikan dalam 2-D hari &untk akut( yaitu : - Ampisilin + ? 244 mg
- Amoksilin * E 244 mg
- !iksisiklin '44 mghari. ". Simtomatik
- Parasetamol., metampiron * E 244 mg. d. #ntuk kromis adalah :
- 8abut geraham atas bila penyebab dentogen - Irigasi ' E setiap minggu & '4-)4(
- perasi 8adwell Gu" bila degenerasi mukosa ireversibel &biopsi(
H. KOMPLIKASI
/omplikasi sinusitis telah menurun se"ara nyata sejak ditemukannya antibiotika. /omplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronis dengan eksaserbasi akut.
/omplikasi yang dapat terjadi adalah:
•
/omplikasi rbita
/omplikasi ini dapat terjadi karena letak sinus paranasal yang berdekatan dengan mata &orbita(. Sinusitis etmoidalis merupakan penyebab komplikasi orbita yang tersering kemudian sinusitis maksilaris dan frontalis. =erdapat lima tahapan terjadinya komplikasi orbita ini.
a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan
b. Selulitis orbita. Hdema bersifat difus dan bakteri telah se"ara aktif menginvasi isi orbita namun pus belum terbentuk
". Abses subperiosteal. Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis
d. Abses periorbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan ber"ampur dengan isi orbita
e. =rombosis sinus kavernosus. /omplikasi ini merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus kavernosus di mana selanjutnya
ambar '3. /omplikasi penyakit sinus pada orbita
•
/omplikasi Intrakranial
ambar . Sistem vena sebagai jalur perluasan komplikasi ke intrakranial
•
/elainan Paru
Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Sinusitis dapat menyebabkan bron"hitis kronis dan bronkiektasis. Selain itu juga dapat timbul asma bronkhial.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG '.=ransluminasi
=ransluminasi dapat dipakai untuk memeriksa sinus maksilaris dan sinus frontal, bila fasilitas pemeriksaan radiologik tidak tersedia. 0ila pada pemeriksaan transluminasi tampak gelap didaerah infraorbita, mungkin berarti antrum terisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam antrum. 0ila terdapat kista yang besar didalam sinus maksila, akan tampak terang pada pemeriksaan transluminasi.
).adiologi
Pemeriksaan radiologik pada sinusitis kronis tidak dianjurkan, penggunaannya dibatasi hanya untuk sinusitis maksilaris akut atau sinusitis frontalis.
*.8= s"an
8= s"an salah satu modalitas yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi anatomi dan patologi sinus.
ambar . 8= S"an memperlihatkan penebalan mukosa sinus.
Staging dapat dilakuan dengan menggunakan 8= s"an. Sistem stagging ini sederhana, mudah diingat dan sangat efektif untuk mengklasifikasikan sinusitis kronis. Stagging ini membantu dalam peren"anaan operasi dan hasil terapi. Stagging didasarkan pada perluasan penyakit setelah terapi medis. Stagging tersebut terbagi atas:
- stage I : satu fokus penyakit
- stage II : penyakit non"ontiguous melalui labirin ethmoid - stage III : difuse yang responsif terhadap pengobatan - stage I5 : difuse yang tidak responsif dengan pengobatan.
ASUHAN KEPERAATAN PADA KLIEN SINUSITIS
A. PENGKAJIAN
'. 0iodata : <ama ,umur, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan. ). iwayat Penyakit sekarang :
*. /eluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan. +. iwayat penyakit dahulu :
-Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma -Pernah mempunyai riwayat penyakit =%=
-Pernah menedrita sakit gigi geraham
2. iwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
3. iwayat spikososial
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain. D. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
- #ntuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping
b. Pola nutrisi dan metabolisme :
- 0iasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung ". Pola istirahat dan tidur
- Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek d. Pola Persepsi dan konsep diri
- /lien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
e. Pola sensorik
- !aya pen"iuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus &baik purulen , serous, mukopurulen(.
7. Pemeriksaan fisik
a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data fo"us hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi &mukosa merah dan bengkak(.
Da!a s"#$ek!i% & '. bservasi nares :
a. iwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya b. iwayat pembedahan hidung atau trauma
". Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya.
). Sekret hidung :
a. warna, jumlah, konsistensi se"ret b. Hpistaksis
". Ada tidaknya krustanyeri hidung. *. iwayat Sinusitis :
a. <yeri kepala, lokasi dan beratnya
+. angguan umum lainnya : kelemahan.
Da!a O#$ek!i% &
'. !emam, drainage ada : Serous
1ukppurulen Purulen
). Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang → Pu"at, dema keluar dari hidng atau mukosa sinus
*. /emerahan dan dema membran mukosa +. Pemeriksaan penunjung :
a. /ultur organisme hidung dan tenggorokan b. Pemeriksaan rongent sinus.
B. DIAGNOSA KEPERAATAN
'. <yeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung ). 8emas berhubungan dengan /urangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan
prosedur tindakan medis&irigasi sinusoperasi(
*. /etidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi adnya se"ret yang mengental
+. angguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung
2. angguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
Dia'n(sa kepera)a!an p(s! (perasi sin"s maksi*aris
'. <yeri akut bd tindakan operasi "aldwell lu". !itandai dengan klien mengeluh nyeri pada sinus maksilaris kiri terutama pada saat palpasi.dan bengkak.
). /etidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap post operasi paradangan sinus.
C. INTER+ENSI
'.angguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung =ujuan : <yeri klien berkurang atau hilang
/riteria hasil :
- /lien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang - /lien tidak menyeringai kesakitan
In!er,ensi Rasi(na*
a. /aji tingkat nyeri klien
b. $elaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
". Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
d. bservasi tanda tanda vital dan keluhan klien
e. /olaborasi dngan tim medis : '( =erapi konservatif : - obat A"etaminopen9 Aspirin, dekongestan hidung - !rainase sinus )( Pembedahan : - Irigasi Antral : #ntuk sinusitis maksilaris
- perasi 8adwell Gu".
a. 1engetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. !engan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
". /lien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
d. 1engetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
e. 1enghilangkan mengurangi keluhan nyeri klien
). 8emas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis &irigasioperasi(
/riteria :
- /lien akan menggambarkan tingkat ke"emasan dan pola kopingnya
- /lien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
In!er,ensi Rasi(na*
a. /aji tingkat ke"emasan klien
b. 0erikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
- =emani klien
- Perlihatkan rasa empati& datang dengan menyentuh klien (
". 0erikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
d. Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
- =empatkan klien
diruangan yang lebih tenang
- 0atasi kontak dengan orang lain klien lain yang kemungkinan mengalami ke"emasan
e. bservasi tanda-tanda vital.
f. 0ila perlu , kolaborasi dengan tim medis
a. 1enentukan tindakan selanjutnya
b. 1emudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
". 1eningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
d. !engan menghilangkan stimulus yang men"emaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
e. 1engetahui perkembangan klien se"ara dini.
f. bat dapat menurunkan tingkat ke"emasan klien
*. $alan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi &penumpukan se"ret hidung( sekunder dari peradangan sinus
/riteria :
- /lien tidak bernafas lagi melalui mulut - $alan nafas kembali normal terutama hidung
In!er,ensi Rasi(na*
a. kaji penumpukan se"ret yang ada
b. bservasi tanda-tanda vital.
". /oaborasi dengan tim medis untuk pembersihan se"ret
a. 1engetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b. 1engetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
". /erjasama untuk menghilangkan
penumpukan se"retmasalah
+. angguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari peradangan sinus
=ujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi /riteria :
- /lien menghabiskan porsi makannya
- 0erat badan tetap &seperti sebelum sakit ( atau bertambah
In!er,ensi Rasi(na*
a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
b. $elaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan
". 8atat intake dan output makanan klien.
d. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering
a. 1engetahui kekurangan nutrisi kliem
b. !engan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan pemenuhan nutrisi
". 1engetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien d. !engan sedikit tapi sering
mengurangi penekanan yang berlebihan pada
e. Sajikan makanan se"ara menarik lambung
e. 1engkatkan selera makan klien
2. angguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan
=ujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman /riteria :
- /lien tidur 3-7 jam sehari
In!er,ensi Rasi(na*
a. kaji kebutuhan tidur klien.
b. "iptakan suasana yang nyaman. ". Anjurkan klien bernafas lewat mulut d. /olaborasi dengan tim medis
pemberian obat
a. 1engetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur b. Agar klien dapat tidur
dengan tenang
". Pernafasan tidak terganggu. d. Pernafasan dapat efektif
kembali lewat hidung
'.<yeri akut bd tindakan operasi "aldwell lu". !itandai dengan klien mengeluh nyeri pada sinus maksilaris kiri terutama pada saat palpasi.dan bengkak.
T"-"an & asa nyeri berkurang.
Kri!eria asi* & skala nyeri 4, bengkak hilang, keadaan umum membaik, ekspresi wajah tenang.
In!er,ensi &
a. /aji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, uality, egion, Severity, =hine. asional : 1engetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya. b. Atur posisi yang nyaman.
asional : posisi tidur yang menyenangkan akan memberi rasa nyaman pada pasien. ". Alihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol. asional : #ntuk mengurangi nyeri.
d. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.
asional : !engan tehnik distraksi dan relaksasi klien dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.
e. /olaborasi analgetik anti piretik.
). /etidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap post operasi paradangan sinus.
T"-"an & 0ersihan jalan nafas kembali efektif.
Kri!eria Hasi*& $alan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak lagi melalui mulut.
In!er,ensi &
a. /aji penumpukkan sekret yang ada.
asional : 1engetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
b. /aji pasien untuk posisi yang lebih aman, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
asional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
". Pertahankan posisi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
asional : Pen"etus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut. d. !orongbantu latihan nafas.
asional : 1emberikan pasien beberapa "ara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.
D.IMPLEMENTASI
=indakan keperawatan dilakukan sesuai dengan ren"ana perawatan yang dibuat.
E.E+ALUASI
Hvaluasi yang dilakukan adalah berdasarkan kreteria hasil yang telah dibuat pada masing-masing diagnosa keperawatan pada tahap peren"anaan.
DAFTAR PUSTAKA
%igler, A0. 'JJD. Buku Ajar Penyakit THT . $akarta: H8
Soepardi, HA. )44D. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher . $akarta: aya 0aru
Pra"y , Siegler K. Sinusitis Akut dan Sinusitis /ronis. Hditor oein >, Soejak S. Pelajaran Ringkas THT . 8etakan +. $akarta: ramedia9 'JJ*.p 7'-J'
!oenges. )444. Rencana Asuhan Keperawatan Hdisi *. $akarta: Penerbit buku /edokteran H8.
Anonim'. AsuhanKeperawatanSinusitis.http:ilmukeperawatan."omasuhanLkeperawatanL sinusitis.html, diakses tanggal 4) november )4'2 pukul : )*:*7 MI=A.
AS#%A< /HPHAMA=A< PA!A A< @H
!H<A< !IA<SA 1H!IS SI<#SI=IS 1A/SIGAIS
!I I<S=AGASI 0H!A% SH<=AG &I0S(
!I #1A% SA/I= #1#1 !AHA% P5I<SI <=0
=A<AG 4)-42 <5H10H )4'2
OLEH &