• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANYAKAN VEGETATIF STEK PUCUK SERTA PEMBUATAN KEBUN PANGKAS KAYU BAWANG (Azadirachta excelsa Jack) GERRY IVAN P. PANJAITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANYAKAN VEGETATIF STEK PUCUK SERTA PEMBUATAN KEBUN PANGKAS KAYU BAWANG (Azadirachta excelsa Jack) GERRY IVAN P. PANJAITAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANYAKAN VEGETATIF STEK PUCUK SERTA

PEMBUATAN KEBUN PANGKAS KAYU BAWANG

(Azadirachta excelsa Jack)

GERRY IVAN P. PANJAITAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbanyakan Vegetatif Stek Pucuk serta Pembuatan Kebun Pangkas Kayu Bawang (Azadirachta excelsa Jack) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2017

Gerry Ivan P. Panjaitan

(4)

ABSTRAK

GERRY IVAN P. PANJAITAN. Perbanyakan Vegetatif Stek Pucuk serta Pembuatan Kebun Pangkas Kayu Bawang (Azadirachta excelsa Jack). Dibimbing oleh ANDI SUKENDRO.

Kayu Bawang (A. excelsa Jack) merupakan salah satu jenis yang digunakan sebagai kayu untuk konstruksi ringan seperti mebel dan kayu lapis, selain itu Kayu Bawang memiliki kandungan azadirachtin yang dapat digunakan sebagai insektisida alami. Penelitian bertujuan menentukan posisi node bahan stek Kayu Bawang dan menentukan dosis zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan metode stek. Penelitian juga mengetahui teknik pembuatan kebun pangkas yang tepat untuk menghasilkan tunas-tunas baru sebagai bahan tanaman stek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan posisi node bahan stek hanya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang tunas saja, sedangkan terhadap persentase hidup dan persentase berkalus pengaruhnya tidak nyata. Perlakuan pemberian ZPT Indolebutyric Acid (IBA) tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, panjang tunas serta persentase berkalus. Produksi bahan stek dari kebun pangkas untuk stek pucuk Kayu Bawang adalah 2-3 bahan stek /tanaman dalam waktu 6 minggu.

Kata kunci: node, IBA, kebun pangkas, Kayu Bawang

ABSTRACT

GERRY IVAN P. PANJAITAN. Vegetative Propagation of Shoot Cuttings and Hedge Orchard Establishment of Kayu Bawang (Azadirachta excelsa Jack). Under academic supervision of ANDI SUKENDRO.

Kayu Bawang (A. excelsa Jack) is one of the types used as wood for light construction such as furniture and plywood, Kayu Bawang also has an azadirachtin which can be used as a natural insecticide. The objective of this research is to determine the position of node of Kayu Bawang cuttings and to determine the dosage of growth regulator (ZPT) by cuttings method. This research also aims to find the proper techniques on hedge orchad establishment in order to produce new shoots as cutting materials. The results showed that the node treatment of cuttings material only had significant effect on the growth of shoot length, while the percentage of live and the percentage of callus was not significant. The treatment of ZPT Indolebutyric Acid (IBA) did not had significant affect to the percentage of live, shoot length and percentage of callus. Cuttings material from hedge orchad can produce 2-3 cutting materials/plant in 6 weeks.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

PERBANYAKAN VEGETATIF STEK PUCUK SERTA

PEMBUATAN KEBUN PANGKAS KAYU BAWANG

(Azadirachta excelsa Jack)

GERRY IVAN P PANJAITAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2017

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2016 ini ialah perbanyakan vegetatif dan pembuatan kebun pangkas Kayu Bawang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Andi Sukendro MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Atang sebagai pengelola rumah kaca Departemen Silvikultur, Bapak Heru beserta staf pengelola Persemaian Permanen Dramaga dan teman-teman Silvikultur angkatan 50 yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Mama, kakak Alma, kakak Monica dan adik saya David atas segala doa, pengertian dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2017

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1 Latar belakang 1 Tujuan 1 Manfaat 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 METODE 5

Waktu dan Tempat 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 6

Rancangan Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 12

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh posisi node bahan stek dan pemberian ZPT IBA terhadap parameter stek Kayu Bawang 8 2 Uji lanjut DMRT pengaruh posisi node bahan stek terhadap panjang

tunas stek umur 2 bulan 9

3 Sebaran panjang tunas siap panen pada masing-masing skala panjang 12

DAFTAR GAMBAR

1. Pengambilan bahan stek dari beberapa posisi node bahan stek 6 2. Grafik perkembangan jumlah tunas tiap minggu per unit tanaman induk 10 3. Grafik perkembangan panjang tunas tiap minggu per unit tanaman

induk 10

4. Kriteria tunas siap panen 11

5. Grafik perkembangan jumlah tunas siap panen tiap unit tanaman induk 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sidik ragam pengaruh node bahan stek dan pemberian ZPT terhadap

persentase hidup 17

2 Sidik ragam pengaruh node bahan stek dan pemberian ZPT terhadap

panjang tunas 17

3 Sidik ragam pengaruh node bahan stek dan pemberian ZPT terhadap

persentase berkalus 17

4 Rekapitulasi jumlah tunas pada kebun pangkas 18 5 Rekapitulasi panjang tunas pada kebun pangkas 19 6 Hasil pengamatan panjang tunas stek Kayu Bawang 20 7 Hasil pengamatan kalus pada stek Kayu Bawang 20

(11)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kayu Bawang (Azadirachta excelsa Jack) merupakan spesies yang berasal dari famili Meliaceae. Kayu Bawang merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh yang sering digunakan untuk keperluan konstruksi ringan karena kayunya indah dan mudah dikerjakan, selain itu kayunya juga sering digunakan untuk pembuatan mebel, kayu lapis, lantai dan piano. Bagian lain dari tanaman ini seperti daunnya juga dapat digunakan untuk bahan pembuatan obat dan makanan, selain itu kandungan azadirachtin yang terdapat di dalam biji Kayu Bawang/sentang dapat digunakan sebagai insektisida alami (Wijayanto 2012). Jenis ini menyebar secara alami di Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Filipina dan Papua Nugini (Wibowo 2012).

Jenis Kayu Bawang memiliki sifat benih yang rekalsitran yaitu viabilitas benih atau biji akan menurun apabila kadar airnya turun dan disimpan pada suhu dan kelembaban rendah, sehingga jenis ini tidak dapat disimpan dalam waktu lama (Azkiya 2015). Perlu dilakukan perbanyakan tanaman Kayu Bawang selain menggunakan biji/benih (generatif), salah satunya adalah perbanyakan vegetatif. Perbanyakan vegetatif merupakan perbanyakan yang menggunakan bahan vegetatif tanaman seperti daun/pucuk, batang, tunas dan akar. Perbanyakan secara vegetatif dapat mempertahankan karakter dari tanaman induk yang akan diwariskan kepada keturunannya (Sriyadi et al 1999) Karakter unggul dari suatu tanaman sangat penting untuk dipertahankan mengingat perlunya kebutuhan tanaman yang baik secara kualitas dan kuantitas. Selain itu dengan menggunakan perbanyakan secara vegetatif bibit dapat diperoleh dalam waktu yang relatif singkat. Kegiatan perbanyakan dengan metode stek membutuhkan bahan stek yang yang banyak dan berkualitas. Kualitas bahan stek yang baik dipengaruhi oleh kualitas genetik dan umur tanaman induk karena bahan stek yang muda lebih mudah untuk membentuk akar dibandingkan dengan bahan stek yang berasal dari tanaman induk yang lebih tua. Bahan stek yang muda dan berkualitas dapat diperoleh dari kebun pangkas.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh posisi node bahan stek dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) IBA (Indolebutyric Acid) serta interaksi antara keduanya terhadap tingkat keberhasilan stek pucuk Kayu Bawang. Perbedaan posisi node menghasilkan respon yang berbeda terhadap kemampuan pembentukan akar adventif yaitu akar hasil perbanyakan vegetatif (Novrianti 2017). Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam rangka pengembangan kebun pangkas Kayu Bawang.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis respon pertumbuhan tanaman Kayu Bawang (A. excelsa Jack) dari beberapa posisi node bahan stek dan konsentrasi ZPT IBA, serta menganalisis pertumbuhan tunas dari kebun pangkas Kayu Bawang.

(12)

2

Manfaat

Hasil penelitian diharapkan memberikan data dan informasi dasar tentang produksi bibit secara vegetatif bagi pengelolaan hutan tanaman yang menggunakan tanaman Kayu Bawang sebagai bahan baku.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyebaran dan Syarat Tumbuh A. excelsa Jack.

Kayu Bawang (A. excelsa Jack) merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh yang sering digunakan untuk keperluan konstruksi ringan karena kayunya indah dan mudah dikerjakan, selain itu kayunya juga sering juga digunakan untuk pembuatan mebel, kayu lapis, lantai dan piano. Bagian lain dari tanaman ini seperti daunnya juga dapat digunakan untuk bahan pembuatan obat dan makanan, selain itu kandungan azadirachtin yang terdapat didalam biji Kayu Bawang/Sentang dapat digunakan sebagai insektisida alami (Wijayanto 2012). Jenis ini menyebar secara alami di semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Filipina dan Papua Nugini (Wibowo 2012).

Kayu Bawang dapat ditemukan sampai pada ketinggian 350 m dpl pada daerah yang memiliki curah hujan tahunan lebih dari 2000 mm, suhu rata-rata tahunan 22-27 derajat C dan musim kering tidak lebih 2-3 bulan. Jenis ini tumbuh subur pada tanah geluh berpasir, dan memiliki drainase dan aerase yang baik, pada areal datar tumbuh lebih baik dibandingkan daerah miring/pegunungan (Dephut 2002).

Taksonomi A. excelsa Jack

Taksonomi A. excelsa Jack adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dikotiledon Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Azadirachta Spesies : A. excelsa Jack

Definisi dan Manfaat Pembibitan Secara Vegetatif

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melalui proses perkawinan. Perbanyakan vegetatif dapat diakukan dengan mengambil bagian dari tanaman misalnya batang, daun, umbi, spora dan lain-lain untuk diperbanyak (Widarto 1996).

Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain: a. Keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya,

(13)

3

b. Tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar,

c. Produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak.

Akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji. Pembibitan secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon (konservasi genetik), kebun benih klon, perbanyakan tanaman yang penting hasil persilangan terkendali, misalnya hybrid atau steril hybrid yang tidak dapat bereproduksi secara seksual (Adinugraha 2007).

Teknik Pembiakan Vegetatif

Pada prinsipnya teknik perbanyakan vegetatif buatan ada beberapa macam. Penyambungan prinsipnya ada dua macam, 1) apabila batang atas menggunakan satu mata tunas tunggal maka teknik tersebut disebut menempel, 2) jika batang atas menggunakan ranting tunas pucuk atau ranting dengan mata tunas lebih dari satu maka teknik tersebut disebut penyambungan (Prastowo et al. 2006). Teknik pembiakan vegetatif lain yang dapat diterapkan adalah teknik cangkok (air

layering) yaitu untuk mendapatkan anakan/bibit untuk pembangunan bank klon,

kebun benih klon, kebun persilangan, karena dengan teknik ini bibit yang dihasilkan bersifat dewasa sehingga lebih cepat berbunga/berbuah. Pencangkokan umumya dilakukan pada pohon-pohon plus yang telah dipilih di kebun benih.

Menurut Adinugraha (2007) terdapat teknik lain dalam perbanyakan vegetatif yaitu dengan cara stek dengan cara memotong beberapa bagian vegetatif tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar. Teknik stek dapat digunakan pada daerah pucuk/daun, batang dan akar. Pembibitan dengan teknik stek pucuk umumnya dilakukan dalam rangka produksi bibit secara massal untuk keperluan operasional penanaman. Dengan teknik ini dapat dihasilkan dalam jumlah besar. Bahan yang digunakan adalah bahan stek dari tunas/trubusan yang diperoleh dari kebun pangkas, sedangkan media stek yang digunakan adalah pasir sungai, zat pengatur tumbuh, bak plastik/ember, label, fungisida, gunting stek/pisau cutter. Untuk kegiatan pembibitan dengan stek pucuk diperlukan beberapa fasilitas penunjang yaitu tempat pembibitan dapat dilakukan di rumah kaca atau bedengan persemaian yang ditutup dengan sungkup plastik. Untuk persemaian skala besar diperlukan peralatan lainnya yaitu pengaturan naungan, pengaturan suhu dan ventilasi, alat penyiraman dan kelembaban udara yang dijalankan secara otomatis merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang keberhasilannya. Selain itu diperlukan sumber air yang tersedia sepanjang tahun, sumber bahan stek (kebun pangkas) dan tempat penyimpanan media stek. Untuk mempercepat keberhasilan teknik pem bibitan melalui pembiakan secara vegetatif, perlu penggunaan zat pengatur tumbuh dalam membantu tumbuhnya perakaran.

Pembuatan stek pucuk dilakukan dengan tahapan sebagai berikut (Adinugraha 2003) :

(14)

4

a. Penyiapan media stek dalam polibag/kantong bibit/tabung bibit.

b. Pembuatan stek dengan cara memotong trubusan menjadi beberapa bagian.Satu stek terdiri atas 2 mata/node. Tunas dipilih yang belum membentuk jaringan gabus, kemudian direndam stek pada larutan fungisida.

c. Sebelum ditanam bagian pangkal stek dicelupkan kedalam larutan ZPT, kemudian stek ditanam pada media yang telah diberi lubang tanam terlebih dahulu.

d. Bedengan stek ditutup plastik sungkup untuk memelihara kelembaban udara tetap tinggi sekitar 90% dan perlu diberi naungan dengan intensitas cahaya15% - 25 % untuk bedengan tanpa pengabutan dan intensitas cahaya 30% - 50% untuk bedengan dengan sistem pengabutan.

e. Pemeliharaan rutin meliputi penyiraman, penyemprotan fungisida dan pembersihan gulma dan setelah stek berakar stek lalu disapih ke media pertumbuhan agar bibit tumbuh baik sampai siap tanam. Biasanya bibit sudah siap tanam pada umur 4 bulan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembibitan dengan teknik stek pucuk adalah :

a. Semakin tinggi pemangkasan akan mempengaruhi tingkat keberhasilannya. Pudjiono dan Kondo (1996) melaporkan bahwa hasil stek pucuk tunas dari trubusan pada batang yang dipangkas 100 cm rata-rata hanya mencapai17,5 %. b. Umur trubusan yang baik untuk bahan stek pucuk optimal sekitar 45 - 60

hari. Bertambahnya umur tunas mengurangi daya perakaran stek. Untuk memudahkan dalam menentukan masa panen tunas dapat dilihat dari panjang tunas yaitu apabila telah mencapai panjang 30 cm - 40 cm (Longman 1993). c. Tipe pertumbuhan tunas harus diperhatikan dengan memilih tunas yang

memiliki pertumbuhan ke arah vertikal (ortotropic). Tunas yang bersifat

plagiotropic sebaiknya tidak digunakan karena akan menghasilkan bibit yang

tumbuhnya tidak normal (mendatar seperti cabang).

d. Posisi trubusan pada tonggak akan mempengaruhi kemampuan berakar stek. Semakin tinggi posisi tunas pada tonggak maka kemampuan berakarnya semakin rendah.

Hormon Tanaman

Hormon tanaman merupakan zat organik yang dihasilkan oleh tanaman yang dapat mengatur proses fisiologis tanaman pada konsentrasi yang rendah. Hormon alami tanaman sering disebut hormon endogen. Terdapat lima kelompok hormon endogen tanaman yaitu auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen dan inhibitor (Abidin 1982). Auksin berfungsi untu memicu aktivitas pertumbuhan kambium, memicu pertumbuhan bunga dan buah tanaman, mempercepat perkembangan dan pembesaran sel serta membantu percepatan pemanjangan tunas tanaman. Giberelin merupakan salah satu hormon tanaman yang berfungsi merangsang pembelahan sel, pemanjangan sel dan fungi pengaturan. Sitokinin berfungsi untuk menunda proses penuaan tanaman, memicu pembelahan sel sitokinesis, memperpanjang akar dan mempercepat pertumbuhan biji kecambah, memicupertumbuhan bagian pucuk daun serta membantu menghambat efek dominansi apikal oleh hormon auksin (Harjadi 2009).

(15)

5

Hormon endogen tanaman biasanya diproduksi dalam jumlah yang sedikit pada tanaman sehingga untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman diperlukan penambahan hormon sintetis/eksogen. Hormon eksogen yang sering digunakan adalah IBA (Indole Butyric Acid) (Susiyanti 2011). Hormon IBA merupakan salah satu hormon yang berasal dari golongan auksin yang efektif dalam menginisiasi akar dan merangsang pertumbuhan akar dan daun. Hormon IBA murni dapat berbentuk tepung berwarna putih, sehingga penggunaan nya dapat dilarutkan terlebih dahulu ke air atau alkohol (Nababan 2009).

Kebun Pangkas

Salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang sering digunakan adalah teknik penyetekan. Dalam teknik penyetekan sangat membutuhkan bahan yang memiliki kualitas yang baik dan dalam jumlah yang besar. Kualitas bahan stek yang baik dipengaruhi oleh kualitas genetik dan juvenilitas tanaman induk. Bahan stek yang juvenil sangat mudah untuk membentuk akar, sementara kemampuan berakar akan menurun seiring semakin tuanya bahan stek. Penuaan pada bahan stek tidak dapat dihindari, oleh sebab itu perlu dilakukan rejuvenasi pada tanaman induk. Rejuvenasi dapat dilakukan dengan melakukan pemangkasan pada tanaman induk sehingga memunculkan tunas-tunas baru yang lebih muda (Pramono 2013). Kegiatan rejuvenasi tersebut merupakan kegiatan pembuatan kebun pangkas. Pengelolaan yang baik dalam pembuatan kebun pangkas sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas bahan stek.

METODE

Waktu dan Tempat

Pengambilan data penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan Mei-Juni di Rumah Kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau (cutter), gunting stek, kompor, gas, plastik sungkup, polybag, pottray, nozzle, label, gelas ukur, labu erlenmeyer, pipet, timbangan analitik. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman stek yang berasal dari bibit, ZPT IBA murni, alkohol 70%, fungisida. Bahan lain yang digunakan adalah media campuran cocopeat + arang + kompos.

(16)

6

Prosedur Penelitian Penyiapan Media

Media yang digunakan berupa campuran cocopeat, arang sekam dan kompos, selanjutnya dimasukkan dalam pottray dan disusun dalam sungkup plastik dengan sistem KOFFCO. Media tersebut selanjutnya disemprot larutan fungisida dengan konsentrasi 1,5 g/l kemudian didiamkan selama 2 hari.

Pembuatan larutan ZPT IBA

Larutan ZPT IBA yang digunakan terdiri dari konsentrasi 10 ppm, 20 ppm dan 30 ppm. Setiap konsentrasi diperoleh dari proses pengenceran larutan stock IBA 60 ppm dan 40 ppm yaitu dengan cara penambahan aquades dengan volume tertentu untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan. Pembuatan larutan stock dilakukan dengan melarutkan IBA murni sebanyak 0.20 g IBA, kemudian dilarutkan kedalam alkohol 70% yang kemudian ditambah aquades sebanyak 1 L sehingga didapatkan larutan stock IBA dengan konsentrasi 60 ppm dan 40 ppm. Penyiapan Bahan Stek

Bahan stek pucuk diambil dari bibit Kayu Bawang. Materi stek dipilih dari tunas yang telah memiliki jaringan kayu agar tidak mudah membusuk. Pemotongan tunas sebagai bahan stek dilakukan dengan menggunakan gunting stek pada pagi hari sekitar jam 07.00 – 10.00 WIB. Untuk mengurangi transpirasi, daun pada stek dipotong dan disisakan ± 30% dan selanjutnya bahan stek dimasukkan dalam ember yang telah diisi air. Pengambilan bahan stek dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Pengambilan bahan stek dari beberapa posisi node bahan stek (Sukendro 2014)

(17)

7

Penanaman Stek Pucuk

Media cocopeat, arang sekam dan kompos disiram terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman dan selanjutnya dibuat lubang tanam. Selanjutnya dilakukan kegiatan penanaman pada lubang tanam yang telah dibuat. Kemudian stek yang telah ditanam disusun didalam sungkup plastik dengan KOFFCO system yaitu mekanisme yang dirancang dengan menggunakan sungkup plastik untuk menjaga kelembaban diatas 95% dan intensitas cahaya pada kisaran 10 000 - 20 000 lux (Sumbayak 2008).

Pemeliharaan

Pemeliharaan stek dilakukan melalui kegiatan penyiraman dan penyemprotan fungisida. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari. Penyemprotan fungisida dengan konsentrasi 1,5 g/l dilakukan seminggu sekali untuk mencegah serangan jamur.

Pengamatan Pertumbuhan Stek Pucuk

Pengambilan data dilakukan pada saat stek berumur 8 minggu setelah penanaman. Karakter yang diamati meliputi: persentase hidup, panjang tunas serta persentase berkalus dan berakar dengan rumus:

a. Persentase hidup= Jumlah stek yang hidup

Jumlah stek yang ditanam×100%

b. Persentase berkalus=Jumlah stek yang berkalus

Jumlah stek yang ditanam×100%

c. Persentase berakar=Jumlah stek yang berakar

Jumlah stek yang ditanam×100%

Pembuatan Kebun Pangkas

Kebun pangkas dibuat dengan menggunakan bibit yang telah di potong daerah pucuknya untuk bahan stek sebelumnya. Bibit Kayu Bawang kemudian disusun dan batangnya direbahkan agar terlihat melengkung dengan cara melilitkan antar batang pada bibit Kayu Bawang dengan tali rafia. Pengamatan jumlah tunas pada kebun pangkas diamati setiap seminggu sekali sementara untuk pengamatan jumlah tunas siap panen diamati pada tiga minggu akhir pengamatan karena tunas siap panen baru muncul setelah minggu ke enam.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial 3×4 dengan 4 (empat) ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 3 unit bahan stek. Jumlah bahan stek yang dibutuhkan adalah 144 bahan stek. Penelitian terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu: (1) faktor posisi node bahan stek (N): top node (N1), node 1 (N2) dan node 2 (N3); (2) faktor konsentrasi ZPT IBA terdiri atas 0 ppm/kontrol (K0) 10 ppm (K1), 20 ppm (K2) dan 30 ppm (K3).

(18)

8

Data hasil pengamatan dan pengukuran dianalisis menggunakan analisis varian dengan software minitab versi 16. Apabila hasil analisis varian menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan/Duncan Multiple Range Test (DMRT). Untuk karakter persentase hidup, persentase berkalus dan persen berakar data ditransformasi ke arc sin terlebih dahulu agar mendekati sebaran normal sebelum dilakukan analisis varian. Model matematis yang digunakan untuk analisis varian sebagai berikut:

Yijk = μ + Pi + Mj + AMij + + εijk Keterangan:

Yijk = rerata pengamatan pada perlakuan posisi bahan stek ke-i, model pemotongan ke-j

μ = rata-rata umum

Pi = pengaruh posisi/node bahan stek ke-i Mj = pengaruh konsentrasi ZPT IBA ke-j

AMij = pengaruh interaksi posisi/node bahan stek ke-i dan konsentrasi ZPT IBA ke-j

εijk = galat percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh posisi node bahan stek dan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) IBA terhadap parameter stek Kayu Bawang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh posisi node bahan stek dan pemberian ZPT IBA terhadap parameter stek Kayu Bawang

Parameter Perlakuan Posisi Node (N) Pemberian ZPT (K) Interkasi N*K Persentase Hidup tn tn tn Panjang Tunas ** tn tn Persentase Berkalus tn tn tn

**= berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 0.05; tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05

Tabel 1 menunjukkan pengaruh posisi node bahan stek berpengaruh sangat nyata terhadap panjang tunas, sementara tidak berpengaruh nyata terhadap persentase hidup dan persentase berkalus. Pemberian zat pengatur tumbuh IBA tidak berpengaruh terhadap persentse hidup stek, panjang tunas dan persentase berkalus. Interaksi antara posisi node dengan pemberian ZPT tidak berpengaruh nyata pada

(19)

9

taraf uji 0.05 terhadap parameter persentase hidup, panjang tunas, maupun persentase berkalus.

Persentase Hidup

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 144 stek yang ditanam hanya 30 stek yang dapat bertahan hidup sampai akhir penelitian, sehingga persentase hidup sebesar 20.83%. Persentese hidup tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% pada perlakuan posisi node, pemberian ZPT IBA maupun interaksinya.

Panjang Tunas

Parameter panjang tunas berpengaruh sangat nyata terhadap posisi node bahan stek pada taraf nyata 5%. Uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) dilakukan terhadap parameter panjang tunas (Tabel 2).

Tabel 2 Uji lanjut DMRT pengaruh posisi node bahan stek terhadap panjang tunas stek umur 2 bulan

Perlakuan Panjang Tunas

Top Node 7.03b

Node 1 1.65a

Node 2 2.18a

Huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata pada taraf uji 0.05

Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata pada taraf uji 0.05 antara top node dengan node 1, dan juga antara top node dengan node 2 sedangkan node 1 dengan node 2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa top node memilki rata-rata panjang tunas terbesar yaitu sebesar 7.03 cm.

Persentase Berkalus

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat stek yang mampu menghasilkan akar sampai pada akhir penelitian. Tanaman stek hanya mampu menghasilkan kalus akar, yaitu sel-sel yang terus membelah tetapi belum terdiferensiasi membentuk akar. Jumlah tanaman stek yang ditanam adalah 144 stek sementara tanaman yang mampu menghasilkan kalus sebanyak 23 stek, sehingga persentse berkalus adalah 15.97%. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah stek yang berkalus pada konsentrasi 30 ppm lebih tinggi dibandingkan jumlah stek yang berkalus pada konsentrasi 0, 10 dan 20 ppm. Hasil penelitian juga menunjukkan top node memiiliki jumlah tanaman yang berkalus lebih tinggi dibanding node 1 dan 2.

(20)

10

Kebun Pangkas

Pengamatan kebun pangkas dilakukan pada bibit Kayu Bawang yang berjumlah tiga puluh (30) unit tanaman induk. Parameter yang diamati dan diukur adalah jumlah tunas yang tumbuh, perkembangan panjang tunas per minggu serta jumlah dan panjang tunas yang dapat digunakan untuk bahan stek (diamati pada tiga (3) minggu terakhir pengamatan). Hasil pengamatan dan pengukuran perkembangan jumlah tunas per minggu disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Grafik perkembangan jumlah tunas tiap minggu per unit tanaman induk

Grafik pada Gambar 2 menunjukkan bahwa adanya kenaikan jumlah tunas pada tiga minggu awal, kemudian tidak ada penambahan jumlah tunas pada minggu keempat dan lima karena beberapa tunas gugur/mati dan meningkat kembali pada minggu berikutnya sampai pada minggu ke-8.

Pengamatan dan pengukuran perkembangan panjang tunas per minggu disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik perkembangan panjang tunas tiap minggu per unit tanaman induk 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 J um la h T una s Minggu Ke- 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 1 2 3 4 5 6 7 8 Ra ta -r at a p an jan g tu n as Minggu ke-

(21)

11

Grafik pada Gambar 3 menunjukkan bahwa pada setiap minggu pengamatan terjadi peningkatan panjang tunas. Pengamatan terhadap jumlah tunas dilakukan pada tiga minggu terakhir. Kriteria tunas yang dapat dipanen sebagai bahan stek adalah batang tunas sudah agak keras, terdapat 2-3 helai daun yang berwarna hijau tua dan batang tunas sudah menghasilkan 3 atau 4 mata tunas (Gambar 4).

Gambar 4 Kriteria tunas siap panen

Hasil pengamatan menunjukkan produksi bahan stek dari kebun pangkas adalah 1-2 bahan stek/tanaman (Gambar 5).

Gambar 5 Grafik perkembangan jumlah tunas siap panen tiap unit tanaman induk Grafik pada Gambar 5 menujukkan bahwa adanya peningkatan jumlah tunas siap panen dari 3 minggu terakhir pengamatan (minggu 6, 7 dan 8). Jumlah tunas siap panen tertinggi dihasilkan pada minggu ke-8. Minggu pertama pengamatan terdapat beberapa tunas yang mati tetapi tunas-tunas baru mulai muncul kembali.

Pengamatan terhadap panjang tunas siap panen dilakukan pada tiga minggu terakhir pengamatan. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 6 7 8 J um la h tuna s si a p pa ne n

(22)

12

Tabel 3 Sebaran panjang tunas siap panen pada masing-masing skala panjang dari 30 tanaman induk

Kelas Panjang (cm)

Jumlah Tunas Pengamatan minggu ke-

6 7 8 7 – 8 10 15 22 8.1 – 9 7 12 12 9.1 – 10 10 6 14 10.1 – 11 5 10 9 11.1 – 12 6 9 13 >12 11 14 14 Jumlah 49 66 84 Rata-rata 1.633 2.2 2.8

Dari Tabel 3 diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) jumlah tunas siap panen pada minggu ke- 6 adalah 49 tunas, pada minggu ke-7 meningkat menjadi 66 tunas dan meningkat lagi pada minggu ke-8 menjadi 84 tunas. (2) Bahan stek siap panen pada minggu ke-6 diperoleh 1-2 bahan stek, sedangkan apabila dipanen pada minggu ke-7 dan 8 maka diperoleh 2-3 bahan stek.

Pembahasan Persentase Hidup

Tanaman stek Kayu Bawang pada penelitian ini memiliki persentase hidup yang rendah yaitu sebesar 20.83%, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat menurunkan persentase hidup tanaman stek. Keberhasilan stek pucuk tergantung beberapa faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar terdiri dari media perakaran, suhu kelembaban, hormon pengatur tumbuh dan intensitas cahaya. Faktor dalam meliputi kondisi fisiologi stek, waktu pengumpulan stek, kondisi dan umur bibit bahan stek dan lain sebagainya (Nababan 2009). Faktor utama yang menyebabkan persentase hidup yang rendah pada penelitan ini adalah kondisi dan umur bahan stek yang kurang bagus. Bahan stek yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari bibit Kayu Bawang yang umurnya tidak dapat ditentukan, hal tersebut akan mengurangi kualitas dari bahan stek. Semakin tua bahan stek maka kemampuan stek untuk bertahan hidup juga semakin rendah demikian juga ketika bahan stek yang digunakan terlalu muda juga akan mengurangi persentase hidup tanaman stek.

Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini yaitu posisi node bahan stek dan pemberian zat pengatur tumbuh IBA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase hidup bahan stek, demikian juga interaksinya. Hal ini disebabkan karena konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan terlalu rendah sehingga tidak dapat merangsang pertumbuhan akar yang menyebabkan cadangan makanan yang

(23)

13

ada didalam bahan stek menurun sementara akar untuk penyerap hara belum terbentuk yang mengakibatkan kematian pada stek. Penelitian Azkiya (2015) mengatakan bahwa konsentrasi ZPT IBA yang terbaik terdapat pada pemberian konsentrasi 300 ppm. Perlakuan posisi node bahan stek walupun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase hidup terdapat perbedaan antar taraf yang diberikan jika dilihat dari rata-rata persen hidup. Posisi top node memiliki persentase hidup stek tertinggi dibandingkan node 1 dan 2. Hal ini disebabkan karena top node merupakan daerah pucuk sehingga bahan stek yang digunakan lebih muda (juvenile). Untuk mendapatkan persen jadi stek yang tinggi diperlukan tunas yang juvenil namun tidak terlalu tua atau terlalu muda (Mashudi 2015).

Panjang Tunas

Perbedaan panjang tunas yang nyata (Tabel 2) disebabkan karena adanya perbedaan C/N pada setiap posisi node dimana diduga C/N pada top node lebih rendah dibandingkan dengan C/N pada node 1 dan 2. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kastono (2005) yang menyatakan bahwa C/N yang rendah akan menyebabkan tanaman berorientasi menumbuhkan tunas dibandingkan akar.

.

Persentase Berkalus dan Berakar

Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 diketahui bahwa perlakuan posisi node, zat pengatur tumbuh IBA serta interkasinya tidak berbeda nyata terhadap pembentukan kalus, hal ini disebabkan karena rendahnya konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan. Rendahnya konsentrasi zat pengatur tumbuh juga menyebabkan tidak terjadinya pembentukan akar dari stek yang diteliti. Menurut Azkiya (2015) persentase berakar Kayu Bawang terbaik terdapat pada pemberian ZPT IBA dengan konsentrasi 300 ppm.

Kebun Pangkas

Kebun pangkas merupakan kumpulan beberapa tanaman yang digunakan sebagai sumber pembuatan bahan stek. Pembuatan kebun pangkas yaitu dengan dengan terlebih dahulu memangkas semua daun pada tanaman induk, kemudian akan tumbuh tunas-tunas baru yang akan digunakan sebagai sumber bahan stek. Pemangkasan (pruning) pada daerah pucuk dapat meningkatkan pertumbuhan tunas-tunas baru, hal ini disebabkan karena adanya pematahan dominansi apikal sehingga merangsang pertumbuhan tunas-tunas lateral yang baru. Dominansi apikal adalah penghambatan pertumbuhan tunas lateral (samping) karena adanya dominansi pertumbuhan pada tunas apikal (pucuk), karena adanya persaingan terhadap cahaya matahari (Putri 2010). Pembuatan kebun pangkas dibuat dengan cara melengkungkan bagian batang utama agar semua bakal tunas yang tumbuh memperoleh cahaya matahari yang sama. Perlakuan pelengkungan pada kebun pangkas mampu meningkatkan jumlah tunas yang tumbuh (Pramono 2013). Pelengkungan kebun pangkas menyebabkan semakin banyaknya mata tunas yang berada cabang mendatar (tunas lateral) sehingga tunas-tunas yang tumbuh akan orthotrop.

(24)

14

Pengamatan dilakukan pada perkembangan jumlah dan panjang tunas perminggunya serta jumlah dan panjang tunas siap panen. Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah dan panjang tunas setiap minggunya, pada minggu tertentu terjadi perkembangan jumlah dan panjang tunas yang stagnan, hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan curah hujan yang terjadi, pada minggu awal curah hujan relatif tinggi sehingga pertumbuhan jumlah dan panjang tunas relatif cepat, sementara pada saat minggu 4 dan 5 curah hujan relatif rendah sehingga pertumbuhan tunas terhambat dan beberapa tunas mengalami keguguran. Minggu berikutnya curah hujan semakin meningkat sehingga tunas-tunas mulai bermunculan kembali dan perkembangan jumlah dan panjang tunas meningkat. Pengamatan terhadap jumlah dan panjang tunas siap panen dilakukan pada tiga minggu terakhir pengamatan. Tunas siap panen memiliki kriteria batang sudah agak keras, terdapat 2-3 helai daun yang berwarna hijau tua dan batang tunas sudah menghasilkan 3 atau 4 mata tunas. Hasil penelitian menunjukkan jumlah tunas siap panen meningkat pada setiap pengamatan, hal ini mungkin disebabkan karena pada saat minggu pengamatan curah hujan tinggi sehingga perkembangan tunas meningkat pada setiap pengamatan. Panjang tunas siap panen terbagi menjadi beberapa kelas. Hasil pengamatan menunjukkan kelas panjang 7 - 8 cm memiliki jumlah tunas terbanyak. Hasil penelitian juga menujukkan bahwa rata-rata produksi bahan stek dari kebun pangkas Kayu Bawang adalah 2-3 bahan stek/tanaman dalam waktu 6 minggu.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hanya perlakuan posisi node bahan stek saja yang berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas, sedangkan perlakuan yang lainnya (posisi node, pemberian zat pengatur tumbuh IBA dan interaksinya) tidak ada yang berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, panjang tunas dan persentase berkalus. Produksi bahan stek berupa tunas dari kebun pangkas Kayu Bawang adalah 2-3 bahan stek /tanaman induk dalam jangka waktu 6 minggu.

Saran

Konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA perlu ditingkatkan dalam produksi bibit dari stek pucuk Kayu Bawang. Perlu dilakukan pemeliharaan yang intensif (pemupukan) agar produksi bahan stek dari tanaman induk dapat meningkat.

(25)

15

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 1982. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung (ID): Angkasa

Adinugraha H, Pudjiono S, Herawan T. 2007. Teknik perbanyakan vegetatif jenis tanaman Acacia mangium. J. Info Teknis 5(2): 1-6

Adinugraha, 2003. Pembibitan Acacia mangium Secara Vegetatif. Makalah Pelatihan Alih Teknologi Persemaian dan Pemuliaan Pohon. Yogyakarta (ID): Pembibitan Acacia mangium Secara Vegetatif. Makalah Pelatihan Alih Teknologi Persemaian dan Pemuliaan Pohon Yogyakarta dengan PT Finantara Intiga

Azkiya S M. 2015. Produksi bibit Kayu Bawang (Azadirachta excelsa Jack) dengan metode stek [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Departemen Kehutanan. 2002. Informasi Singkat Benih No. 18 tentang

Azadirachta excelsa Jack. Jakarta (ID): Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan

Kastono D, Sawitri H, Siswandono. 2005. Pengaruh nomor ruas setek dan dosis pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil kumis kucing. J. Ilmu Pertanian 12(1): 56-24

Longman. 1993. Rooting Cuttings of Tropical Trees. Tropical

Trees :Propagations and Planting Manuals.Volume I. London (UK):

Commonwealth Science Council

Mashudi. 2015. Kemampuan tumbuh stek pucuk pulai gading (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) dari beberapa posisi bahan stek dan model pemotongan stek. J.

Penelitian Kehutanan Wallacea 4(1): 63-69

Nababan D. 2009. Penggunaan hormon IBA terhadap pertumbuhan stek ekaliptus klon IND 48 [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara

Novrianti R. 2017. Pengaruh defoliasi dan posisi penanaman stek batang pada pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L.) Lamb. Var. Sari.

J. Biodjati 2(1): 21-29

Pramono A, Danu. 2013. Pengaruh pemangkasan dan pelengkungan terhadap produksi tunas pada pohon pangkas Kayu Bawang (Azadirachta excelsa Jack.).

J. Perbenihan Tanaman Hutan 1(2): 93-101

Prastowo N, Roshetko J, Maurung G, Nugraha E, Tukan J, Harum F. 2006. Tehnik Pembibitan Dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor (ID):

World Agroforestry Centre (ICRAF)

Pudjiono S, Kondo H. 1996a. Technical Report for Cuttings Propagation for

Acacia mangium, Eucalyptus deglupta, Eucalyptus pellita and Paraserienthes falcataria. Forest Tree Improvement Project No. 55. Kerjasama Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dangan Japan International

Cooperation Agency (JICA)

Pudjiono, S., dan H. Kondo., 1996b. Technical Report for Conventional

Vegetative Propagation. Forest Tree Improvement Project No. 61. Kerjasama

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dangan Japan International Cooperation Agency (JICA).

(26)

16

Putri K P. 2010. Pengaruh tinggi pemangkasan tanaman induk Mahoni ( Swietenia

macrophylla King) dalam memacu pertumbuhan tunas sebagai bahan stek. J. Tekno Hutan Tanaman 4(1): 27-32

Putri L. 2015. Pengaruh jumlah ruas dan sudut tanaman terhadap pertumbuhan danproduksi beberapa varietas ubi jalar (Ipomoea batatas L.) Lamb. J.

Aroekoteknologi 4(1): 1945-1952

Sriyadi B, Astika D, Muchtar, Sutrisno. 1999. Karakter pembeda pada klon-klon seri TPS. Jurnal Penelitian Teh dan Kina 2(1-3): 45-52

Sukendro A. 2014. Pedoman Umun Pembiakan Vegetatif. Bogor (ID): Kerjasama antara Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan Moorim

International Co. LTD

Sumbayak E. 2008. Percobaan Pembiakan Vegetatif Ramin (Gonystylus

bancanus) Melalui Stek Pucuk Sumber Kebun Pangkas Di Rumah Kaca Menggunakan KOFFCO Sistem. Bogor (ID): Balitbang Kehutanan berkerja

sama dengan International Tropical Timber Organization

Susiyanti. 2011. Pengaruh Indole Butyric Acid (IBA) terhadap pembentukan akar pada tanaman aren. J. Agrivigor 12(2): 208-218

Wibowo A 2012. Agroforestri sentang (Azadirachta excelsa Jack.) dan sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Widarto L. 1996. Perbanyakan Tanaman dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambungan,

Okulasi dan Kultur Jaringan. Yogyakarta (ID): Kanisius

Wijayanto N, Hidayanthi D. 2012. Dimensi dan sistem perakaran tanaman sentang (Melia excelsa Jack.) di lahan agroforestri. J. Silvikultur Tropika 3(3): 196-202

(27)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh node bahan stek dan pemberian ZPT terhadap persentase hidup Sumber keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah

F-hitung F tabel 0.05 F-tabel 0.1 Node 2 0.875 0.4375 1.5tn 3.26 2.46 Konsentrasi 3 0.1667 0.55556 0.19tn 2.87 2.24 Interaksi 6 0.4583 0.076389 0.26tn 2.36 1.94 Galat 36 10.5 0.291667 Total 47 12

tn = tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05

Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh node bahan stek dan pemberian ZPT terhadap panjang tunas Sumber keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah

F-hitung F tabel 0.05 F-tabel 0.1 Node 2 280.719 140.359 8.16** 3.26 2.46 Konsentrasi 3 1.5 0.5 0.03tn 2.87 2.24 Interaksi 6 33.156 5.526 0.32tn 2.36 1.94 Galat 36 619.375 17.205 Total 47 934.75

** = berpengaruh sangat nyata; tn = tidak berpengaruh nyata (pada taraf nyata 0.05) Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh node bahan stek dan pemberian ZPT terhadap persentase berkalus Sumber keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah

F-hitung F tabel 0.05 F-tabel 0.1 Node 2 1.0417 0.520 1.97tn 3.26 2.46 Konsentrasi 3 0.6667 0.0.222 0.84tn 2.87 2.24 Interaksi 6 0.4583 0.076 0.29tn 2.36 1.94 Galat 36 9.5 0.263 Total 47 11.6667

(28)

18

Lampiran 4 Rekapitulasi jumlah tunas pada kebun pangkas Nomor Bibit Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 4 5 5 5 5 5 5 3 0 2 4 5 5 5 5 5 4 0 1 3 4 4 5 5 4 5 0 0 2 2 0 4 4 4 6 0 2 2 2 2 3 3 3 7 0 1 2 1 1 3 3 3 8 0 2 2 2 2 3 3 3 9 0 0 0 1 1 3 3 3 10 0 0 1 2 2 3 3 3 11 0 0 0 1 2 2 2 3 12 1 1 1 1 2 4 3 3 13 1 2 2 2 2 3 3 3 14 1 2 2 2 2 3 3 3 15 0 3 3 3 3 4 4 4 16 1 1 2 2 2 4 4 4 17 1 1 1 1 0 4 4 4 18 0 2 3 3 3 3 4 4 19 0 3 3 3 3 3 3 3 20 0 1 3 3 3 3 3 3 21 0 1 2 1 1 1 3 3 22 0 0 1 1 1 1 3 3 23 0 1 3 2 0 3 3 3 24 0 2 2 2 0 3 3 3 25 0 1 3 3 2 5 5 4 26 1 0 0 0 2 3 3 3 27 0 0 1 0 1 3 3 3 28 0 0 0 0 1 4 4 4 29 0 1 1 1 1 3 3 3 30 0 1 1 0 3 3 3 3 Jumlah 11 37 57 57 58 99 103 102 Rata-rata 0.37 1.23 1.90 1.90 1.93 3.30 3.43 3.40

(29)

19

Lampiran 5 Rekapitulasi panjang tunas pada kebun pangkas Nomor Bibit Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 1 0.5 1.25 1.75 5.25 7.5 10 14 19 2 0.5 1 5.7 5.9 7.3 9.5 15 25 3 0 0.5 3.82 4.5 8.5 9.2 10.5 15 4 0 0.5 4.3 6.7 9.4 10.8 15 25 5 0 0 0.25 3 0 0.3 5 7 6 0 0.4 5.6 6.5 9 9.3 10.2 15 7 0 0.5 0.85 2 3.2 5.64 7.6 10.45 8 0 0.45 3 6 8 8.5 10.53 15.43 9 0 0 0 0.5 5 9 8.42 10.45 10 0 0 0.5 4.5 7.5 9 10.5 16 11 0 0 0 0.5 6 9 15 20 12 0.5 5 7.6 8.7 9.4 10.5 16.3 24 13 0.5 4.6 7.4 8.82 10.6 9.6 10.4 15.6 14 0.2 3.5 5.3 6.4 8.6 9.2 10.5 13.2 15 0 0.36 5.8 6.8 8.9 10.8 15.8 19.7 16 0.5 1.2 3.25 6.5 8.5 10.5 14.5 18.2 17 0.5 3 3 3 0 0.5 4.3 5.7 18 0 0.5 4.3 5.3 6 6.8 9 14 19 0 0.6 5.4 6.7 7.1 9.3 10.7 15 20 0 0.4 4.5 7.3 8.5 10.8 15.4 16.6 21 0 0.5 4 7.5 9 10.8 17 17.8 22 0 0 0.5 5.5 6.5 8.5 9.4 10.8 23 0 0.3 3.5 3 0 0.5 2.5 5 24 0 0.5 4.5 4 0 0.5 3 6 25 0 0.4 3.5 5 7.4 10.4 13.4 15 26 0.3 0 0 0 0.4 3 5 6 27 0 0 0.2 0 0.3 2.5 3 4 28 0 0 0 0 0.3 3 4 4.5 29 0 0.3 1.5 3 4 4.5 6 7 30 0 0.2 0.5 0 0.3 2 2.5 3 Rata-rata 0.116 0.865 3.017 4.42 5.573 7.131 9.81 13.314

(30)

20

Lampiran 6 Hasil pengamatan panjang tunas stek Kayu Bawang

Keterangan: A) Top node, B) node 1 dan C) node 2

Lampiran 7 Hasil pengamatan kalus pada stek Kayu Bawang

Keterangan: Tanda panah menunjukkan keberadaan kalus pada pangkal stek Kayu Bawang

(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 11 Januari 1996, anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Ir. Osman Panjaitan dan Dra. Merika Sihombing. Penulis menempuh pendidikan di TK Pertiwi Sidikalang dan lulus pada tahun 2001, SD ST YOSEF Bersubsidi Kabupaten Dairi lulus pada tahun 2007, SMP Negeri 1 Sidikalang lulus pada tahun 2010, serta SMA Negeri 1 Sidikalang lulus pada tahun 2013. Penulis melanjutkan kejenjang perguruan tinggi di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) yang dilaksanakan di Pangandaran dan Taman Nasional Gunung Sawal pada tahun 2015. Praktik Pengelolaan Hutan yang dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi pada tahun 2016, serta Praktik Kerja Profesi yang dilaksanakan di PT. Toba Pulp Lestari Tbk, Toba Samosir, Sumatera Utara pada bulan Agustus-September 2016.

Sebagai tugas akhir penulis melakukan penelitian dengan judul Perbanyakan Vegetatif Stek Pucuk serta Pembuatan Kebun Pangkas Kayu Bawang (Azadirachta excelsa Jack) dibawah bimbingan Ir Andi Sukendro MSi.

Gambar

Gambar 1  Pengambilan bahan stek dari beberapa posisi node bahan stek  (Sukendro 2014)
Tabel 1  Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh posisi node bahan stek dan  pemberian ZPT IBA terhadap parameter stek Kayu Bawang
Gambar 2  Grafik perkembangan  jumlah tunas tiap minggu per unit tanaman  induk
Grafik pada Gambar 3 menunjukkan bahwa pada setiap minggu pengamatan  terjadi peningkatan panjang tunas

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh dari modifikasi ini adalah dapat dilihat pada Gambar 2, dimana basal spacing menunjukkan perubahan yang sangat berarti dengan penambahan CTAB, yaitu dari 1.35 nm

Pelanggan rumah tangga lebih mudah dipikat dengan iklan, karena untuk mencapai mereka metode tersebut paling murah, sedangkan jika sasaran yang dituju adalah

• Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal (luar biasa), atau

Semangat mereka dalam usaha memperkenalkan efisiensi ekonomi dalam hukum dapat dilihat dari kesediaannya untuk merasionalisasi pemikiran mereka ber- dampingan dengan

komunikasi VoIP. Pengujian jaringan dengan menggunakan aplikasi wireshark, ping dan traceroute. Pengujian sistem keamanan server VoIP setelah adanya penambahan aplikasi

Salah satu faktor yang menunjang pengakuan pendapatan adalah perlu adanya metode pengakuan pendapatan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23

Serta peran guru ekonomi yang senantiasa membantu peneliti jika menghadapi kesulitan ketika sedang mengajar dan tentu saja karakteristik para siswa yang mampu

Tujuan dari penelitian ini adalah mengarakterisasi sifat fisiko-kimia pada tanah berkapur dan mengarakterisasi pola erapan P dengan mengevaluasi korelasi antara