BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN II..11 LLAATTAAR R BBEELLAAKKAANNGG
WHO tahun 2006, mengatakan bahwa kejadian penyakit kecacingan di dunia masih WHO tahun 2006, mengatakan bahwa kejadian penyakit kecacingan di dunia masih tinggi yaitu 1 miliar orang terin
tinggi yaitu 1 miliar orang terinfeksi cacing feksi cacing Ascaris lumbAscaris lumbricoides, 795 juta orang tericoides, 795 juta orang terinfeksirinfeksi cacing
cacing Trichuris trichiura Trichuris trichiura dan dan 740 740 juta orang juta orang terinfeksi cacing Hterinfeksi cacing Hookworm.ookworm.77
Di Indonesia penyakit kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar masih merupakan Di Indonesia penyakit kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar masih merupakan masalah besar atau masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masalah besar atau masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang masih sangat tinggi yaitu kurang lebih antara 45-65 %, bahkan diwilayah-wilayah tertentu yang masih sangat tinggi yaitu kurang lebih antara 45-65 %, bahkan diwilayah-wilayah tertentu yang san
sanitaitasi si yayang ng bubururuk k preprevavalelensi nsi kekecaccacingingan an bibisa sa memencancapapai i 8080%. %. CaCacicingng-ca-cacincing g dedengnganan prevale
prevalensi yang nsi yang tinggtinggi ini adalai ini adalah cacing h cacing gelang gelang (ascaris lum(ascaris lumbricoidbricoides), cacing es), cacing cambuk cambuk (trichuris(trichuris trichiura), cacing tambang (necator americanus) dan cacing pita. Jika diperhatikan dengan teliti, trichiura), cacing tambang (necator americanus) dan cacing pita. Jika diperhatikan dengan teliti, caci
cacing-ng-cacicacing ng yang yang tingtinggal gal diudiusus sus ini ini memmemberberikaikan n konkontribtribusi usi yanyang g sangsangat at besbesar ar terhterhadapadap kej
kejadiaadian n penpenyakyakit it lainlainnyanya, , sepeseperti rti kurkurang ang gizgizi i karekarena na cacicacing ng gelgelang ang suksuka a menmengkgkonsuonsumsimsi karbohidrat dan protein diusus sebelum diserap oleh tubuh, kemudian penyakit anemia (kurang karbohidrat dan protein diusus sebelum diserap oleh tubuh, kemudian penyakit anemia (kurang kadar darah) karena cacing tambang suka menghisap darah diusus sedangkan cacing-cacing kadar darah) karena cacing tambang suka menghisap darah diusus sedangkan cacing-cacing cam
cambubuk k dan dan pipita ta suksuka a sesekakali li memengnggagangnggu gu peperturtumbmbuhuhan an dadan n peperkrkemembabangngan an ananak ak sersertata mempengaruhi masalah-masalah non kesehatan lainnya seperti turunnya prestasi belajar.
mempengaruhi masalah-masalah non kesehatan lainnya seperti turunnya prestasi belajar.
Hasil survei kecacingan Sekolah Dasar di 27 Propinsi Indonesia menurut jenis cacing Hasil survei kecacingan Sekolah Dasar di 27 Propinsi Indonesia menurut jenis cacing tahun 2002–200
tahun 2002–2006 didapatkan bahwa 6 didapatkan bahwa pada tahun 20pada tahun 2002 prevalensi Ascaris lumbricoides 02 prevalensi Ascaris lumbricoides 22,0%,22,0%, Trichuris trichiura
Trichuris trichiura 19,9% 19,9% dan dan Hookworm Hookworm 2,4%. 2,4%. Tahun Tahun 2003 2003 prevalensi prevalensi Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides 21,
21,7%, Tri7%, Trichuchuris trichris trichiura iura 2121,0% da,0% dan Hookn Hookworworm m 0,60,6%. Tah%. Tahun 200un 2004 preva4 prevalenslensi Ascarisi Ascaris lumbricoides 16,1%, Trichuris trichiura 17,2% dan Hookworm 5,1%. Tahun 2005 prevalensi lumbricoides 16,1%, Trichuris trichiura 17,2% dan Hookworm 5,1%. Tahun 2005 prevalensi Ascaris
Ascaris lumbricoides lumbricoides 12,5%, 12,5%, Trichuris Trichuris trichiura trichiura 20,2% 20,2% dan dan Hookworm Hookworm 1,6% 1,6% dan dan pada pada tahuntahun 2006 prevalensi
2006 prevalensi Ascaris lumbricoides 17,8%, TAscaris lumbricoides 17,8%, Trichuris trichiura 24,2% dan Hrichuris trichiura 24,2% dan Hookworm 1ookworm 1,0%.,0%. 8
8
Hasil survei dari Dinas Kesehatan Kota Mataram pada tahun 2010 didapatkan bahwa Hasil survei dari Dinas Kesehatan Kota Mataram pada tahun 2010 didapatkan bahwa dari 6.50
dari 6.502 2 siswsiswa a SD yang diperSD yang diperiksaiksaan didapaan didapatkan bahwtkan bahwa a sebsebanyaanyak k 1.41.478 siswa 78 siswa posipositif tif menderita kecacingan dimana Cacing Gelang menempati angka tertinggi yaitu 1000 siswa, menderita kecacingan dimana Cacing Gelang menempati angka tertinggi yaitu 1000 siswa, Cacing Cambuk sebanyak 442 dan Caacing tambang sebanyak 36 . Khususnya pada Puskesmas Cacing Cambuk sebanyak 442 dan Caacing tambang sebanyak 36 . Khususnya pada Puskesmas Tanjung Karang memiliki angka yang lumayan banyak yaitu sebanyak 246 positif menderita Tanjung Karang memiliki angka yang lumayan banyak yaitu sebanyak 246 positif menderita
kecacingan. Pada wilayah puskesmas Tanjung Karang penderita kecacingan didominasi oleh kecacingan. Pada wilayah puskesmas Tanjung Karang penderita kecacingan didominasi oleh SDN 15 Ampenan yaitu sebanyak 60 siswa dari 202 siswa yang diperiksa disekolah tersebut. SDN 15 Ampenan yaitu sebanyak 60 siswa dari 202 siswa yang diperiksa disekolah tersebut. 99 II..22 TTUUJJUUAANN
I.2.1
I.2.1 Tujuan Tujuan Umum.Umum.
Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan perilaku siswa-siswi kelas IV, V dan VI Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan perilaku siswa-siswi kelas IV, V dan VI SDN 15 Ampenan yang berhubungan dengan penyakit cacingan .
SDN 15 Ampenan yang berhubungan dengan penyakit cacingan . I.2.2
I.2.2 Tujuan Tujuan KhususKhusus
•
• MenMengetgetahui temahui tempat Buanpat Buang Air g Air BesBesar ar (BA(BAB) siswa-B) siswa-siswsiswi kelas IV, i kelas IV, VV
dan VI SDN 15 Ampenan. dan VI SDN 15 Ampenan.
•
• MenMengetgetahui sumbeahui sumber r air air yanyang g digdigunaunakan oleh kan oleh siswsiswa-sia-siswi swi kelkelas as IV, IV, VV
dan VI SDN 15 Ampenan . dan VI SDN 15 Ampenan .
•
• MengMengetahui kebiasaan mencuci etahui kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, tangan sebelum makan, sesudah makansesudah makan
dan setelah BAB (Buang Air Besar) pada siswa-siswi kelas IV, V dan VI SDN dan setelah BAB (Buang Air Besar) pada siswa-siswi kelas IV, V dan VI SDN 15 Ampenan.
15 Ampenan.
•
• Mengetahui kebiasaan memakai alas kaki pada siswa-siswi kelas IV, VMengetahui kebiasaan memakai alas kaki pada siswa-siswi kelas IV, V
dan VI SDN 15 Ampenan. dan VI SDN 15 Ampenan.
•
• MengMengetahui kebiasaan tempat jajanan pada siswa-siswi kelas IV, V etahui kebiasaan tempat jajanan pada siswa-siswi kelas IV, V dandan
VI SDN 15 Ampenan. VI SDN 15 Ampenan.
•
• Mengetahui kebiasaan memotong kuku pada siswa-siswi kelas IV, VMengetahui kebiasaan memotong kuku pada siswa-siswi kelas IV, V
dan VI SDN 15 Ampenan. dan VI SDN 15 Ampenan.
•
• MengMengetahui pengetahui pengetahuaetahuan tentang penyn tentang penyakit cacingaakit cacingan n pada siswa-siswpada siswa-siswii
kelas IV, V dan VI SDN 15 Ampenan. kelas IV, V dan VI SDN 15 Ampenan.
II..33 LLAANNDDAASSAAN N TTEEOORRII
1.3.1 PREVALENSI DAN INTENSITAS INFEKSI 1.3.1 PREVALENSI DAN INTENSITAS INFEKSI
Penyakit cacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di perKotaan. Angka Penyakit cacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di perKotaan. Angka infe
infeksi ksi tingtinggi, gi, tetatetapi pi inteintensitansitas s infeinfeksi ksi (jum(jumlah lah cacicacing ng daladalam m peruperut) t) berberbedbeda. a. HasHasilil su
survervey y caccacingingan an di di SeSekokolah lah DaDasar sar di di bebebeberaprapa a PrProvovinsinsi i papada da tatahuhun n 191986 86 -1-1999911 menunjukkan prevalensi sekitar 60% - 80%, sedangkan untuk semua umur berkisar menunjukkan prevalensi sekitar 60% - 80%, sedangkan untuk semua umur berkisar antara40
antara40% - % - 80%. Hasil survey Subdit Diare pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 80%. Hasil survey Subdit Diare pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 SD diSD di 10 Provinsi menunjukkan prevalensi berkisar antara 2,2% - 96,3%.
10 Provinsi menunjukkan prevalensi berkisar antara 2,2% - 96,3%. 1.3.2. KERUGIAN AKIBAT CACINGAN
1.3.2. KERUGIAN AKIBAT CACINGAN Ca
Cacincingagan n memempmpengengaruaruhi hi pempemasuasukakan n (in(intaktake)e), , pepencncerernaanaan n (d(digigesestivtive),e), penye
penyerapan( absorbrapan( absorbsi), dan metabolism maksi), dan metabolism makanan. Secara kumuanan. Secara kumulatif, infeksi cacing ataulatif, infeksi cacing atau cac
cacingingan an dadapat pat memenimnimbubulkalkan n kekerurugigian an zazat t gigizi zi beberurupa pa kakalolori ri dan dan proprotetein in sesertarta keh
kehilanilangan gan daradarah. h. SelSelain ain dapdapat at menmenghaghambambat t perkperkembembangangan an fisifisik, k, keckecerdaerdasan san dandan produ
produktifitas ktifitas kerja, kerja, dapat dapat menurumenurunkan nkan ketahanaketahanan n tubuh tubuh sehinggsehingga a mudamudah h terkenaterkena penyak
penyakit it lainnyalainnya. . KerugKerugian ian kalori kalori / / protein protein dan dan darah darah tersebut tersebut bila bila dihitung dihitung dengdenganan jumlah
jumlah pendupenduduk 22duk 220.000.000.000 0.000 dapat ddapat diperkirakiperkirakan sebaan sebagai berikgai berikut.ut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dengan memberi imbuhan ke Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dengan memberi imbuhan ke dan akhiran an terhadap suatu kata benda maka terhadap kata tersebut mengandung arti dan akhiran an terhadap suatu kata benda maka terhadap kata tersebut mengandung arti men
menderderita atau ita atau memengangalami kejadlami kejadian. Denian. Dengan demikgan demikian, kata ian, kata keckecacingacingan berartan berartii sese
seseoraorang ng yanyang g menmengalgalami ami keckecacinacingangan. . SedSedangangkan kan MeMenurunurut t DinDinkes kes JawJawa a TimTimur ur (2003) Kecacingan ialah penyakit yang disebabkan karena masuknya parasit (berupa (2003) Kecacingan ialah penyakit yang disebabkan karena masuknya parasit (berupa cacing) ke dalam tubuh manusia.
cacing) ke dalam tubuh manusia.
Helminthiasis (cacing) adalah salah satu kelompok parasit yang dapat merugikan Helminthiasis (cacing) adalah salah satu kelompok parasit yang dapat merugikan manusia. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua yaitu:
Namun
Namun yang akyang akan dibahaan dibahas di bawah s di bawah ini adalah kini adalah kelompoelompok k NematoNematoda usus. Sda usus. Sebabebab sebagian besar dari Nematoda usus ini merupakan penyebab kecacingan yang sering sebagian besar dari Nematoda usus ini merupakan penyebab kecacingan yang sering diju
dijumpampai i padpada a masymasyarakarakat at IndIndoneonesia sia khukhusussusnya nya padpada a usia usia SekSekolah olah DasDasar. ar. DiaDiantarntaraa Nemato
Nematoda da usus usus ini ini yang yang sering sering mengmenginfeksi infeksi manusia manusia ditularditularkan kan melalui melalui tanah tanah atauatau disebut ”soil transmitted helminths” yakni :
disebut ”soil transmitted helminths” yakni : a
a)) AAscscaariris ls lumumbbriricocoidideses b
b)) TTririchchururis is trtricichhiuiurara c)
c) HooHookwokworm (Nrm (Necaecator ator amermericanicanus daus dan Ann Ancylocylostomstoma dua duodeodenalenale))
a) Ascaris lumbricoides a) Ascaris lumbricoides
Salah satu penyebab kecacingan pada manusia yang disebut penyakit askariasis. Salah satu penyebab kecacingan pada manusia yang disebut penyakit askariasis. Cacing dewasa mempunyai ukuran paling besar di antara Nematoda intestinalis yang Cacing dewasa mempunyai ukuran paling besar di antara Nematoda intestinalis yang lain
lain. . BenBentuktuknya nya silinsilindris (buladris (bulat t panpanjangjang), ujung anter), ujung anterior lancip. Bagior lancip. Bagian anterioian anterior r dilengkapi oleh tiga bibir yang tumbuh dengan sempurna.
dilengkapi oleh tiga bibir yang tumbuh dengan sempurna.
Cacing betina berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan cacing jantan, Cacing betina berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan cacing jantan, dengan ukuran panjangnya 20-35 cm. Pada cacing betina bagian posteriornya membulat dengan ukuran panjangnya 20-35 cm. Pada cacing betina bagian posteriornya membulat dan lurus. Tubuhnya
dan lurus. Tubuhnya berwarna putih sampai kekuning berwarna putih sampai kekuning kecoklatan dan diselubungi kecoklatan dan diselubungi oleholeh lapisan
lapisan kutikukutikula la yang yang bergarbergaris is halus. halus. Cacing Cacing jantan jantan panjangpanjangnya nya 10-30 10-30 cm, cm, warnawarna putih keme
putih kemerah-merahrah-merahan. Pada cacing jantan ujung poan. Pada cacing jantan ujung posteriornysteriornya lancip dan melengka lancip dan melengkungung ke arah ventral dilengkapi pepil kecil dan dua buah spekulum berukuran 2 mm.
ke arah ventral dilengkapi pepil kecil dan dua buah spekulum berukuran 2 mm.
Gambar 2.1.
Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena mengkonsumsi makanan, minuman Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena mengkonsumsi makanan, minuman yang terkontaminasi telur cacing yang
yang terkontaminasi telur cacing yang telah berkembang. Telur yang telah berkembang. Telur yang telah telah berkembangberkembang tadi menetas menjadi larva di dalam usus halus. Selanjutnya larva tadi akan bergerak tadi menetas menjadi larva di dalam usus halus. Selanjutnya larva tadi akan bergerak menembus pembuluh darah dan limfe di usus untuk kemudian mengikuti aliran darah menembus pembuluh darah dan limfe di usus untuk kemudian mengikuti aliran darah ke hati atau aliran limfe ke ductus thoracicus menuju ke jantung. Setelah sampai di ke hati atau aliran limfe ke ductus thoracicus menuju ke jantung. Setelah sampai di jantung larva ini akan
jantung larva ini akan dipomdipompakan ke seluruh tubuh antara lain pakan ke seluruh tubuh antara lain ke paru-paru. Larva dike paru-paru. Larva di dalam paru-paru ini mencapai alveoli dan tinggal selama 10 hari untuk berkembang dalam paru-paru ini mencapai alveoli dan tinggal selama 10 hari untuk berkembang lebih lanjut. Bila larva ini telah mencapai ukuran 1,5 mm, ia mulai bermigrasi ke lebih lanjut. Bila larva ini telah mencapai ukuran 1,5 mm, ia mulai bermigrasi ke saluran nafas, ke epiglotis dan kemudian ke esofagus, lambung akhirnya kembali ke saluran nafas, ke epiglotis dan kemudian ke esofagus, lambung akhirnya kembali ke usus halus dan menjadi dewasa yang berukuran 15-35 cm.
usus halus dan menjadi dewasa yang berukuran 15-35 cm. See
Seekor kor cacicacing ng betbetina ina mammampu pu menmenghaghasilksilkan an 200200.00.000-250-250.00.000 00 telutelur r perhperhari.ari. Telur yang telah dibuahi akan menjadi matang di tanah yang lembab dalam waktu ±3 Telur yang telah dibuahi akan menjadi matang di tanah yang lembab dalam waktu ±3 minggu dan
minggu dan dapat hidup lama dapat hidup lama serta tahan terhadap pengaruh cuaca bserta tahan terhadap pengaruh cuaca buruk. uruk. KeseluruhanKeseluruhan siklus hidup ini berlangsung kurang lebih 2-3 bulan. Cacing dewasa ini akan tahan siklus hidup ini berlangsung kurang lebih 2-3 bulan. Cacing dewasa ini akan tahan hidup di dalam rongga usus halus hospes selama 9-12 bulan.
hidup di dalam rongga usus halus hospes selama 9-12 bulan. b) Trichuris trichiura
b) Trichuris trichiura
Dalam bahasa Indonesia cacing ini dinamakan cacing cambuk karena secara Dalam bahasa Indonesia cacing ini dinamakan cacing cambuk karena secara menye
menyeluruh bentuluruh bentuknya seperti cambknya seperti cambuk. Hospes defenituk. Hospes defenitifnya adalah ifnya adalah manusiamanusia. Cacing. Cacing ini lebih sering ditemu
ini lebih sering ditemukan bersama-sakan bersama-sama dengan cacing ma dengan cacing Ascaris lumbrAscaris lumbricoides. Cacingicoides. Cacing dew
dewasa asa hidhidup di up di daldalam am usuusus s besabesar r manmanusia terutausia terutama ma di di daedaerah rah seksekum um dan kolondan kolon.. Penyakit
Telur Trichuris trichiura berbentuk bulat panjang dan memiliki “sumbat” yang menonjol di kedua ujungnya, dan dilengkapi dengan tutup (operkulum) dari bahan mucus yang jernih. Telur berukuran 50-54 x 32 mikron. Kulit luar telur berwarna
kuning tengguli dan bagian dalam jernih. Cacing jantan panjangnya ± 4 cm, dan cacing betina penjangnya ± 5 cm.
Manusia terinfeksi cacing ini melalui makanan yang terkontaminasi telur cacing yang telah berembrio. Telur yang tertelan akan menetas di duodenum dan larva yang keluar akan melekat di villi usus. Untuk perkembangan larvanya cacing ini tidak mempunyai siklus paru-paru. Larva ini akan tetap tinggal di villi usus selama 20-30 hari untuk kemudian bergerak ke coecum dan kolon bagian proximal. Pada infeksi yang berat, cacing dapat pula ditemukan di ileum, appendix, bahkan seluruh usus besar.
Cacing dewasa membenamkan bagian anteriornya di mukosa usus dan mulai memproduksi telur sebanyak 2000-7000 telur perhari. Telur yang dihasilkan cacing ini akan keluar dari tubuh bersama tinja. Di luar tubuh, di tempat yang lembab dan hangat, telur ini akan mengalami pematangan dalam waktu 2- 4 minggu dan siap menginfeksi host lain. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan mulai dari telur sampai menjadi dewasa adalah ± 1-3 bulan.
Cacing jantan dan betina dewasa berhabitat di usus kecil terutama jejenum, tetapi pada infeksi yang berat, cacing ini dapat pula ditemukan di lambung. Telur yang dihasilkan betinanya akan dikeluarkan bersama-sama tinja, 2-3 hari kemudian menetas dan keluar larva rhabditiform, selama 2 hari larva rhabditiform tumbuh menjadi larva filariform (infektif) yang tahan terhadap perubahan iklim dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah lembab. Larva filariform menembus kulit, masuk ke pembuluh darah kapiler dan mengikuti peredaran darah masuk ke jantung kanan, kemudian paru-paru, lalu ke pharynx, kemudian ke usus halus dan di sana menjadi dewasa
PATHWAY
Gambar 2.3 Siklus Ancylostoma duodenale
Hookworm
Ada beberapa spesies cacing tambang yang penting dalam bidang medik, namun yang sering menginfeksi manusia ialah cacing Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Hospes dari kedua cacing ini adalah manusia. Dan kedua cacing ini menyebabkan penyakit Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.
Telur cacing tambang sulit dibedakan, karena itu apabila ditemukan dalam tinja disebut sebagai telur hookworm atau telur cacing tambang. Bentuk telurnya oval, dinding tipis dan rata, warna putih. Larva pada stadium rhabditiform dari cacing tambang sulit dibedakan. Panjangnya 250 mikron, ekor runcing dan mulut terbuka. Larva pada stadium filariform (Infective larvae) panjangnya 700 mikron, mulut tertutup ekor runcing dan panjang oesophagus 1/3 dari panjang badan.
Cacing dewasa jantan berukuran 8 sampai 11 mm sedangkan betina berukuran 10 sampai 13 mm. Cacing Necator americanus betina dapat bertelur ±9.000 butir/hari sedangkan cacing Ancylostoma duodenale betina dapat bertelur ±10.000 butir/hari.
Gambar 2.4 Cacing Ancylostoma duodenale A.jantan B.Male
Gambar 2.5 Cacing Necator Americanus EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KECACINGAN
1) Distribusi dan Frekuensi Penyakit Kecacingan
rincian anak laki-laki sebanyak 51orang (60,7%) dan anak perempuan sebanyak 33 orang (39,3%).
Sejak tahun 2002 angka kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar terlihat mengalami fluktuasi yaitu dari 33,3%, menurun menjadi 33,0% pada tahun 2003, tahun 2004 meningkat menjadi 46,8%, kemudian menurun lagi tahun 2005 yaitu 28,4%, dan pada tahun 2006 meningkat kembali menjadi 32,6%.
• Tempat
Penyakit kecacingan umumnya terjadi pada daerah yang mempunyai sanitasi lingkungan yang jelek dan kurang tersedianya air bersih dan sosial ekonomi yang rendah. Dari hasil penelitian Hiswani (1997) di Nias menemukan prevalensi cacing yang ditularkan melalui tanah ”soil transmitted helminths” masih cukup tinggi yaitu Ascaris lumbricoides sebesar 35% sedangkan prevalensi cacing Trichuris trichiura 5,7% Pada tahun 2002 prevalensi kecacingan dari hasil survei di 10 propinsi Indonesia dengan sasaran anak Sekolah Dasar sangat bervariasi yaitu 4,8%-83,0% dengan prevalensi tertinggi di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan diikuti Propinsi Sumatera Utara, sedangkan yang terkecil di Propinsi Jawa Timur. Hasil survei prevalensi kecacingan tahun 2003 dengan sasaran dan lokasi yang sama pada tahun 2002 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Prevalensi cacingan keseluruhan 42,26% dengan rincian Ascaris lumbricoides 22,26%, Trichuris trichiura 20,30% dan Hookworm 0,7%.
• Waktu
Penyakit Kecacingan menunjukkan fluktuasi musiman. Biasanya insiden meningkat pada permulaan musim hujan, karena curah hujan sangat erat kaitannya dengan kelembaban tanah tempat telur cacing berkembang biak. Lingkungan tanah liat sangat menguntungkan bagi cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura sedangkan lingkungan yang mengandung pasir sangat menguntungkan bagi cacing Hookworm
2) Faktor Lingkungan
Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan oleh karena itu pemberantasan penyakit cacing ini harus melibatkan berbagai pihak. Faktor lingkungan seperti tanah, air, tempat pembuangan tinja tercemar oleh telur atau larva cacing serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula yaitu personal higiene maka dapat menimbulkan kejadian kecacingan .
Keadaan lingkungan yang menyebabkan faktor penyebab kejadian kecacingan adalah
• Sumber air
Air merupakan sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Supaya air tetap sehat dan terhindar dari kuman maka air yang digunakan harus diolah terlebih dahulu.
Adapun sumber dan cara pengolahan air yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu:
a. Sumber air : air hujan, air permukaan (sungai, danau, mata air, air sungai), air tanah (sumur dangkal, sumur dalam)
b. Pengolahan air (seperti pembuangan benda-benda yang terapung/melayang, pengendapan, penyaringan, penyimpanan)
lain: tipus, kolera dan bermacam-macam cacing. Maka untuk menghindari penyebaran penyakit lewat tinja ini setiap orang diharapkan menggunakan jamban
sebagai penampung tinjanya
• Personal Higiene
Kebersihan diri yang buruk merupakan cerminan dari kondisi lingkungan dan perilaku individu yang tidak sehat. Pengetahuan penduduk yang masih rendah dan kebersihan yang kurang baik mempunyai kemungkinan lebih besar terkena infeksi cacing Usaha kesehatan pribadi (personal higiene) adalah daya upaya dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri meliputi:
I. Memelihara kebersihan diri (mandi 2x/hari, cuci tangan sebelum dan sesudah makan), pakaian, rumah dan lingkungannya (BAB pada tempatnya).
II. Memakan makanan yang sehat dan bebas dari bibit penyakit. Cara hidup yang teratur.
III. Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani. IV. Menghindari terjadinya kontak dengan sumber penyakit.
V. Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas yang menjamin hidup sehat seperti sumber air yang baik, kakus yang sehat.
VI. Pemeriksaan kesehatan.
CARA PENULARAN
Cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan Hookworm dikelompokkan sebagai cacing yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths) karena cara penularannya pada setiap orang sama yaitu melalui tanah. Secara gambaran epidemiologi, ”soil transmitted helminths” biasa terdapat di daerah beriklim tropis dan daerah beriklim sedang dan perbedaannya hanya terletak pada jenis
spesies dan beratnya penyakit yang ditimbulkan. Adapun cara cacing ini menginfeksi manusia yakni dengan menembus kulit manusia oleh larva infectious (larva matang) atau menelan telur cacing yang lengket pada makanan atau minuman yang tidak dimasak dengan matang.
DIAGNOSA
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan telur cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan Hookworm. Dan pada cacing Ascaris lumbricoides dewasa dapat keluar melalui mulut, hidung, maupun anus
TANDA DAN GEJALA
o Terdapat ”loeffler sindrome” dengan gejala: demam, batuk, infiltrasi paru-paru,
malaise, bahkan pneumonitis.
o Pada infeksi ringan gangguan Gastro Intestinal ringan.
o Pada infeksi berat dapat meyebabkan gejala mual, muntah, anoreksia bahkan
ileus.
o Menimbulkan penyakit ”Ground itch” (cotaneous larva migrans) dengan gejala :
gatal-gatal, erythema, papula, erupsi dan vesicula pada kulit.
o Badan terasa lemah, neusea, sakit perut, lesu, anemia, penurunan berat badan
dan kadang-kadang diare dengan tinja berwarna hitam.
o Menimbulkan anemia pada penderita
UPAYA PENCEGAHAN a) Pencegahan Primer
Pencegahan cacing usus ini dapat dilakukan dengan memutuskan rantai daur hidup dengan cara: berdefekasi di kakus, menjaga kebersihan, cukup air di kakus, mandi dan cuci tangan secara teratur. Melakukan Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik dan personal higiene serta cara menghindari infeksi cacing seperti : tidak membuang tinja di tanah, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman, membiasakan mencuci tangan sebelum makan, membiasakan
menggunting kuku secara teratur, membiasakan diri buang air besar di jamban, membiasakan diri membasuh tangan dengan sabun sehabis buang air besar,
membiasakan diri memakai alas kaki bila keluar rumah, membiasakan diri mencuci semua makanan lalapan mentah dengan air yang bersih
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder cacing usus ini dapat dilakukan dengan memeriksakan diri secara teratur ke Puskesmas, Rumah Sakit serta menganjurkan makan obat cacing 6 bulan sekali khususnya masyarakat yang rentan terinfeksi cacing
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TANJUNG KARANG A. Letak Geografis
Puskesmas Tanjung Karang merupakan salah satu Puskesmas yang terdapat di wilayah Kota Mataram. Puskesmas Tanjung Karang berada di Kecamatan Ampenan dengan luas wilayah kerjanya 746 km2, yang berbatasan dengan :
• Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Ampenan Tengah, wilayah kerja
Puskesmas Ampenan.
• Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Mataram, wilayah kerja Puskesmas
Pagesangan.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan karang Pule, wilayah kerja Puskesmas
Karang Pule.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Lombok.
Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang pada Tahun 2010 menggunakan 6 Kelurahan sebagai dasar analisa yaitu, Kelurahan Ampenan Selatan, Taman Sari, Banjar, Tanjung Karang Permai, Kekalek Jaya dan Tanjung Karang. Dengan jumlah penduduk dan kepadatan masing-masing Kelurahan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :
NAMA KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
KarangJaya 9.823
Tanjung Karang Permai 8.598
Tanjung Karang 5.306
Ampenan Selatan 11.437
Taman Sari 5.875
Banjar 6.088
B. Topografi Desa 1. Luas Wilayah
Puskesmas Tanjung Karang merupakan salah satu Puskesmas yang terdapat di wilayah Kota Mataram. Puskesmas Tanjung Karang berada di Kecamatan Ampenan dengan luas wilayah kerjanya 746 km2
2. Tipelogi
Wilayah kerja Puskesmas Tanjun Karang dengan cakupan 6 Kelurahan terdiri dari daerah dataran rendah, pantai, serta bukan pantai yang berbatasan dengan kabupaten lain maupun dengan laut.
3. Iklim
Curah hujan : 282 mm/thn.
Jumlah bulan hujan : 5 bulan.
Jumlah hari hujan : 14
Suhu rata-rata harian : 31,70C
Bentang wilayah : datar.
C. Demografi Desa
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang sebanyak 47.127 jiwa yang tersebar di 6 kelurahan.
D. Sumber Daya Kesehatan
Puskesmas Tanjung Karang mempunyai tenaga sebanyak 60 orang pada tahun 2010. Sebanyak 45 orang (75%) merupakan tenaga PNS, dan 15 orang (25%) non PNS. Dari 60 orang tenaga yang ada, sebanyak 50 orang (83.3%) merupakan tenaga medis, dan selebihnya sebanyak 10 orang (16.7%) merupakan tenaga non-medik. Tenaga
medik yang dimaksud meliputi tenaga Dokter Umum sebanyak 3 orang, Dokter Gigi sebanyak 1 orang, tenaga paramedik perawatan (perawat, perawat gigi, dan bidan), tenaga medis non perawatan. Pada sisi kuantitas, tenaga relatif cukup bahkan mungkin lebih, namun dari sisi kualitas masih perlu dianalisa lebih lanjut.
Berikut gambaran penyebaran tenaga Puskesmas Tanjung Karang dalam bentuk tabel:
No Jenis Tenaga * PNS Non
PNS WISN Jumlah 1. Medik - DokterUmum 3 - 3 3 - DokterGigi 1 - 1 1 2. Sarjana Kesehatan - S.Kep.Ners - 1 - 1 - S.Kep 1 - - 1 - D4 Kebidanan 2 - - 2
- Sarjana Teknik Ling 1 1 - 2
- SKM - - - -3. Paramedik Perawatan - Akper 11 3 8 14 - SPK 2 1 - 3 - Akbid 4 3 7 7 - Bidan 2 - - 2 - D3 PerawatGigi 1 - 3 1 - SPRG 2 - - 2
4.. Paramedik Non Perawatan
- AKL/APK 2 1 3 3 - AAK 3 - 2 3 - AKZI 1 - 4 1 - D3 Farmasi - - - -- SPAG 1 - - 2 - SPPH - - - -- SMF/SAA 2 - 2 2 - Pekarya Kesehatan 1 - - 1 5. Non Medik - Sarjana (S1) 2 - - 2
- Sarjana Muda (DIII) 1 - - 1
- SMU 2 3 - 5
- SMP - 1 - 1
- SD - 1 - 1
Jumlah 45 15 - 60
E. Sosial Budaya dan Pendidikan SARANA PENDIDIKAN
• Jumlah PAUD : 10 Buah
• Jumlah TK : 14 Buah
• Jumlah SMP/MTS : 7 Buah
• Jumlah SMA/MA : 5 Buah
• Jumlah Pesantren : 2 Buah
SARANA PERIBADATAN
Jumlah Masjid & Pura : 37 Buah
Jumlah Langgar : 0 Buah
SARANA UMUM
Jumlah Pasar : 1 Buah
Jumlah Toko Obat/Apotik : 3 Buah
Jumlah Salon : 18 Buah
Jumlah Lesehan/RM/IRTP/Catering : 180 Buah
Jumlah Hotel : 2 Buah
Jumlah Kolam Renang : 1 Buah
Jumlah Panti Asuhan : 2 Buah
F. Sarana dan Prasarana Kesehatan SARANA KESEHATAN
Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Tanjung Karang terbagi menjadi: Pelayanan Rawat Jalan; Pelayanan Rawat Inap Umum dengan 12 tempat tidur: 4 tempat tidur bangsal anak, 4 tempat tidur bangsal putra, 4 tempat tidur bangsal putri; Ruang bersalin 3 tempat tidur; Ruang Nifas 5 tempat tidur; Ruang bayi 2 box inkubator. Puskesmas Tanjung Karang juga dilengkapi dengan fasilitas Laboratorium sederhana, Apotik, OK Minor, Poli Tumbuh
kembang, UGD 24 Jam, Dapur umum dan rumah dinas Dokter serta Paramedis.
- Posyandu Purnama : 22 buah - Posyandu Mandiri : 0 buah
Selain itu sebagai salah satu Puskesmas dalam lingkup Kota Mataram, keberadaan alat dan bahan kesehatan relatif lengkap dan sesuai dengan standart pelayanan dan kemungkinan pengembangan Puskesmas kedepannya Poskestren sebanyak 2 buah.
BAB III
MASALAH KESEHATAN A. PROFIL KESEHATAN MASYARAKAT
Upaya Kesehatan Wajib yang dilakukan oleh Puskesmas Tanjung Karang sesuai Permenkes 128 tahun 2004 adalah :
- Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
- Upaya Kesehatan Perbaikan Gizi Masyarakat - Upaya Kesehatan Lingkungan
- Upaya Promosi Kesehatan
- Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular - Upaya Kesehatan Pengobatan
Sedang Upaya Kesehatan Pengembangan yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Mataram yaitu :
- Upaya kesehatan Lansia - Pelayanan Rawat Inap
- Pelayanan PONED (kegawatdaruratan ibu dan bayi)
Kemudian hasil tersebut juga disesuaikan dengan Target yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan Kota Mataram melalui target di tiap-tiap program kegiatan.
UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK KB
Pada tahun 2010 terdapat 0 (nol) kasus ibu meninggal, hal tersebut merupakan jumlah yang lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 2 kasus. Ibu hamil yang terdata pada tahun 2010 sebanyak 1.082 jiwa, meningkat dari tahun 2009 yang hanya 1.048 jiwa. Demikian pula halnya dengan jumlah bayi meninggal yang hanya berjumlah 3 kasus. Kasus terbanyak pada kelurahan Kekalik Jaya sebanyak 2 kasus dan sisanya terdapat pada kelurahan
ditingkatkan lagi pada tahun 2011, karena masih dibawah target SPM sebesar 80%. Pelayanan persalinan oleh nakes merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang mengalami peningkatan yaitu sebesar 92.6 % yang pada tahun 2009 hanya mencapai 83.43%. Hal tersebut
melebihi target yang dikeluarkan oleh Puskesmas yaitu sebesar 89%.
Indikator kesehatan berikutnya yaitu pelayanan nifas lengkap/ ibu dan neonatus sesuai standar (KN3). Indikator tersebut mengalami penurunan menjadi 81.1% yang pada tahun 2009 mencapai 82.30%. Indikator tersebut selain mengalami penurunan juga belum mencapai target SPM yaitu 90%. Capaian pelayanan dan atau rujukan bumil resti/komplikasi merupakan indikator yang bisa kita banggakan karena sudah mencapai 100% melebihi capaian 2009 yang sebesar 73.31% serta sudah mencapai target SPM s ebesar 100%.
Pada upaya kesehatan ibu dan anak – KB, yang diperhatikan adalah kesehatan bayi. Indikator – indikator yang mencerminkan kesehatan bayi salah satunya adalah jumlah kematian bayi. Jumlah kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang pada tahun 2010
sebanyak 3 kasus. Hal tersebut mengalami penurunan dari tahun 2009 yang mempunyai 11 kasus bayi meninggal.
Cakupan BBLR yang ditangani sudah mencapai angka 100% sesuai dengan target SPM. Cakupan neonatal resti/komplikasi yang ditangani masih dikisaran 72.4%, walapun hal ini masih dibawah target cakupan SPM yakni sebesar 80%. Namun hal tersebut sudah mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2009 sembilan yang sebesar 27.74%. Cakupan kunjungan bayi sudah jauh melebih target SPM yang hanya sebesar 90%. Cakupan kunjungan bayi ke Puskesmas Tanjung Karang sudah mencapai123.9% pada tahun 2010 dan 109.42% pada tahun 2009. Cakupan KN1 mengalami penurunan pada tahun 2010 menjadi 75.7% dari tahun 2009 yang mencapai angka 84.71%.
UPAYA KESEHATAN PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Angka balita gizi buruk sebanyak 0 (nol) kasus, hal ini merupakan peningkatan dari tahun 2009 yang mencapai 3 kasus. Cakupan jumlah pemberian vitamin A pada balita sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun masih di bawah target SPM (90%) yakni hanya sebesar 71.63%. Hal tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2009 yang mencapai 66.12%. Cakupan pemberian tablet besi sudah melebihi target SPM (90%) yaitu sebesar 98.52%. Cakupan balita yang naik berat badannya hanya mencapai 51%, meskipun hal ini merupakan peningkatan dari tahun 2009 yang hanya mencapai 48.10%, namun capaian ini masih dibawah target SPM yaitu sebesar 80%.
Angka balita bawah garis merah (BGM) sudah mencapai target SPM yakni <15%. Namun jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai kisaran 3.55%, telah terjadi penurunan pada tahun 2010 yang mencapai 4.22%.
UPAYA KESEHATAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Jumlah sasaran air bersih pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu mencapai 9723 dari tahun 2009 yang hanya mencapai 7672. Meskipun sasarannya mengalami peningkatan, namun cakupan sarana air bersih (sab) mengalami penurunan (78.3%) dari nilai tahun 2009 sebesar 81.5%. Hal tersebut masih di bawah target SPM yang mencapai 90%. Kelompok pemakai air pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang mengalami penurunan menjadi 34 Tim dari 73 tim pada tahun 2009. Namun dari 34 Tim tersebut hanya 21 yang bertahan (61.76%). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kelompok pemakai air menjadikan sarana air bersih tersebut sebagai milik pribadi.
Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari 186 menjadi 191 buah. Namun dari jumlah tersebut, hanya 43 buah (22.5%) yang memenuhi syarat. Kenyataan ini masih di bawah target SPM yang mencapai 75%. Jumlah Saluran Pembuangan Air dan Limbah (SPAL) pada wilayah kerja Puskesmas mengalami peningkatan menjadi 9723 buah dari 8863 buah pada tahun 2009. Cakupan SPAL melebihi target SPM (75%) yaitu 81.8% pada tahun 2010. Salah satu indikator penyehatan lingkungan adalah cakupan rumah sehat dan jamban keluarga. Secara keseluruhan, jumlah rumah mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 9723 dari 7672. Namun cakupan rumah sehat yang ada mengalami penurunan menjadi 71.4% dari 93.4%. Hal ini masih di bawah target SPM sebesar 75%.
Promosi kesehatan merupakan salah satu ujung tombak dari program Puskesmas pada umumnya dan Puskesmas Tanjung Karang pada khususnya. Hal ini berkaitan dengan salah satu fungsi Puskesmas sebagai Pusat Pembangunan Berwawasan Kesehatan. Untuk meningkatkan wasasan masyarakat dalam hal kesehatan diperlukanlah promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan sebagai salah satu contohnya.
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu bentuknya. Penyuluhan PHBS dapat dilakukan di Rumah Tangga, Sekolah, Institusi
Sarana Kesehatan, Institusi Tempat Tempat Umum (TTU), serta Institusi Tempat Kerja. Penyuluhan PHBS di Rumah Tangga mulai dilakukan pada tahun 2010 dan mencapai cakupan sebesar 56.59%. Hal tersebut bisa dikatakan pencapaian yang baik walaupun masih di bawah target SPM sebesar 65%. Penyuluhan PHBS di Sekolah dan Institusi Kesehatan masing-masing mencapai angka 37.5% dan 100%. Kedua pencapaian tersebut sudah di atas target yang dicanangkan oleh Puskesmas sebesar 37% dan 100%. Penyuluhan PHBS di Institusi TTU mencapai 31.8% di atas target Puskesmas yang hanya 31%. Penyuluhan PHBS di Institusi Tempat kerja belum dilakukan oleh karena satu dan lain hal.
Pos Pelayanan Terpadu atau yang bisa dikenal dengan nama POSYANDU merupakan perpanjangan tangan dari puskesmas. Jumlah Posyandu madya yang dimiliki oleh Puskesmas Tanjung Karang mencapai 31.54% dan mencapai target yang dicanangkan oleh Puskesmas yaitu <50%. Posyandu purnama mencapai 68.16% melebihi target SPM sebesar 40%. Posyandu yang aktif mencapai 68.16% jauh diatas target Puskesmas yang hanya 40%.
Narkotika dan Penyalahgunaan Zat Terlarang atau lebih dikenal dengan NAPZA merupakan momok tersendiri bagi perkembangan generasi bangsa. Demi melindungi generasi muda pada wilayah kerjanya, Puskesmas Tanjung Karang mengadakan penyuluhan terkait NAPZA. Hal ini mulai dilakukan pada tahun 2010 dan baru mencapai 5.7%, dan masih di bawah target SPM sebesar 15%. Pencapaian tersebut
sebaiknya tidak dilihat sebagai sesuatu yang negatif, karena penyuluhan NAPZA pada generasi muda pada khususnya dan masyarakat pada uumnya harus dilakukan secara perlahan namun menyeluruh.
Desa-desa dengan penggunaan kadar Yodium yang baik di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang sudah mencapai 76.8% walaupun baru dicanangkan pada tahun 2010. Hal ini masih di bawah target SPM yakni sebesar 80%. Kendati demikian, kelurahan yang memiliki desa siaga mencapai 100% dari total seluruh desa. Hal ini merupakan sesuatu yang membanggakan bagi Puskesmas Tanjung Karang.
UPAYA KESEHATAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M)
Salah-satu indikator berhasil atau tidaknya suatu Puskesmas menjalankan fungsinya di bidang preventif penyakit dilihat dari kesuksesan bidang P2M dalam mencapai target. Indikator P2M bisa dikatakan berhasil adalah melalui prosentase cakupan Kelurahan yang menjalankan program UCI. Sasaran bayi pada tahun 2010 meningkat menjadi 984 bayi dari 955. Kelurahan UCI mencapai 100% sesuai target SPM. Namun ada aspek yang perlu diperhatikan lebih lanjut. Aspek tersebut adalah imunisasi HB 1 untuk bayi <7 hari yang mengalami penurunan menjadi 94.6% dari tahun sebelumnya yang mencapai 102%. Cakupan imunisasi anak sekolah (BIAS) mengalami peningkatan menjadi 99% dari 98%. Namun hal ini masih di bawah target SPM yang mencapai 100%.
Pada bidang P2 TB, jumlah sasaran 61 orang, jumlah tersangka TB yang diperiksa sebanyak 264 jiwa dengan BTA (+) mencapai 12 penderita. Jumlah penderita yang dikonfersi sebanyak 11 penderita. Cakupan kesembuhan penderita BTA (+) hanya mencapai 83.33% dan masih di bawah target SPM sebesar 90%.
Pada bidang P2 Pneumonia, angka penemuan penderita pneumonia balita hanya mencapai 69.48%. Hal tersebut masih berada di bawah target SPM sebesar 90%. Namun jumlah penderita pneumonia yang ditangani sudah mencapai angka 100%.
angka 100%. Selain itu, penderita yang ditangani dengan pengobatan standart mencapai 100%.
Bidang P2 kusta melaporkan temuan kasus kusta berjumlah 1 kasus dengan RFT 100%. Hal tersebut sudah mencapai bahkan melebihi target SPM yang mencapai kisaran >90%. Bidang P2 HIV melaporkan bahwa penderita IMS (Infeksi Menular Seksual) yang diobati mencapai 100%. Serta tidak ditemukan adanya HIV/AIDS pada wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang. Pada bidang pelayanan haji, sudah 100% calon jamaah haji yang diperiksa di Puskesmas Tanjung Karang.
UPAYA KESEHATAN PENGOBATAN
Upaya kesehatan pengobatan merupakan salah satu upaya kesehatan wajib yang dijalankan oleh Puskesmas Tanjung Karang yang bergerak di bidang kuratif dan rehabilitatif. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 47.127 jiwa, diharapkan jika masyarakat sakit berkunjung ke Puskesmas. Hal itu nampaknya merupakan sesuatu yang tercapai pada tahun 2010. Sekitar 43.338 jiwa berkunjung ke rawat jalan umum serta 5744 berkunjung ke rawat jalan gigi. Upaya kesehatan pengobatan di Puskesmas Tanjung Karang ditunjang oleh adanya fasilitas Laboratorium. Pemeriksaan Hb (Haemoglobin) pada ibu hamil mencapai 94.7%. Pemeriksaan darah trombosit tersangka DBD mencapai 100%. Pemeriksaan darah malaria mencapai 100%. Pemeriksaan tes kehamilan mencapai 100%. Penyakit yang menempati posisi teratas adalah nasofaringitis akut, yang diikuti dengan dengan diare dan ge yang diduga berasal dari infeksi.
UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN Upaya Kesehatan Lansia
Upaya kesehatan Lansia yang dikembangkan oleh Puskesmas Tanjung Karang terbagi menjadi upaya kesehatan statis dan dinamis. Upaya kesehatan statis yang dimaksud adalah ketersediaannya Poli Lansia di Puskesmas Tanjung Karang. Berikut keunggulan yang dimiliki oleh Poli Lansia:
• One Stop Service • Pelayanan Tersendiri • Buka Tiap Hari • SIK: Entry tersendiri
• Lokasi mudah dijangkau lansia, tidak perlu antri di loket.
Upaya kesehatan lansia yang bersifat dinamis dilakukan di luar gedung Puskesmas Tanjung Karang. Aktifitas yang dilakukan seperti senam lansia, penyuluhan lansia, pemeriksaan kesehatan lansia dan membentuk kelompok lansia. Berbagai upaya kesehatan di atas bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan menjadikan lansia menjadi lebih mandiri dan produktif.
Upaya Pelayanan Rawat Inap
Demi menjalankan fungsinya sebagai puskesmas perawatan, maka fasilitas rawat inap merupakan salah satu aspek yang harus terpenuhi. Cakupan pasien umum yang dirawat inap mencapai 130 pasien, Askes 29 pasien, Jamkesmas 341 pasien, BKSBJK mencapai 227 pasien. Berikut adalah 10 kasus terbanyak di rawat inap pada tahun 2010 berurut berdasarkan frekuensinya:
1. Diare
2. Thypus Abdominalis 3. Gastritis
Fasilitas rawat inap memiliki prosentase BOR 62,26% dan ALOS 3.68%
Pelayanan Poned (Kegawatdaruratan Ibu Dan Bayi)
Pelayanan Poned yang dilakukan oleh Puskesmas Tanjung Karang sudah mengalami peningkatan pesat. Hal ini bisa dilihat dari total kasus pada 2010 yang ditangani atau dirujuk sebanyak 178 kasus dibandingkan tahun 2009. Berikuut adalah laporan PONED tahun 2010 yang pernah ditangani maupun dirujuk oleh Puskesmas Tanjung Karang.
NO KASUS 2009 2010
TOTAL RUJUK TOTAL RUJUK
1 PE/ EKLAMPSI PER 10 6 25 17 PEB 14 12 7 5 EKLAMPSI - -HTKRONIK - -2 HPP ATONIAUTERI 24 - 48 0 RETENSIOPLAC 38 1 15 0 SISAPLAC 38 2 76 0 INVERSIOUTERI - - 0 0 ROBEKANJLNLAHIR 10 1 5 0 3 VE 2 - ‘-4 INFEKSINIFAS 3 1 2 0 BEND. PAYUDARA - -INFEKSI PAYUDARA 1 1
INFURINTRACT 4 2
Puskesmas Tanjung Karang memiliki tim Poned yang berjumlah 3 tim. Selain tim PONED, wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang Juga memiliki Bidan Praktik Swasta (BPS) sebanyak 8 orang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah kesehatan ditemukan dua masalah : 1. Upaya Kesehatan Wajib (UKW)
Tim tersebut hanya 21 yang bertahan (61.76%). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa kelompok pemakai air menjadikan sarana air bersih tersebut sebagai milik pribadi.
Jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) pada tahun 2010 mengalami peningkatan dari 186 menjadi 191 buah. Namun dari jumlah tersebut, hanya 43 buah (22.5%) yang memenuhi syarat. Kenyataan ini masih di bawah target SPM
yang mencapai 75%.
Secara keseluruhan, jumlah rumah mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi 9723 dari 7672. Namun cakupan rumah sehat yang ada mengalami penurunan menjadi 71.4% dari 93.4%. Hal ini masih di bawah target SPM sebesar
75%.
• Upaya Kesehatan Promosi Kesehatan
Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu bentuknya. Penyuluhan PHBS dapat dilakukan di Rumah Tangga, Sekolah, Institusi Sarana Kesehatan, Institusi Tempat Tempat Umum (TTU), serta Institusi Tempat Kerja. Penyuluhan PHBS di Rumah Tangga mulai dilakukan pada tahun 2010 dan mencapai cakupan sebesar 56.59%. Hal tersebut bisa dikatakan pencapaian yang baik walaupun masih di bawah target SPM sebesar 65%.
• Upaya Kesehatan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Pada bidang P2 DBD, penderita DBD yang ditangani sudah mencapai 100%. Namun angka bebas jentik baru mencapai angka 73.88% dan masih di bawah target
SPM > 95%. Bidang P2 Diare melaporkan bahwa baru 52.61% angka cakupan diare. Hal tersebut juga masih di bawah target SPM yang mencapai angka 100%.
2. Daftar 10 penyakit terbanyak pada tahun 2010 :
NO NAMA PENYAKIT
1 NASOFARINGITIS AKUT (CC) J00
2 DIARE DAN GE YG DIDUGA BERASAL DARI INFEKSI A09
3 GASTRITIS DAN DUODENITIS K29
4 ABSES, FURUNKEL DAN KARBUNKEL KULIT L02 5 TONSILITIS AKUT J03
6 ARTHRITIS LAINNYA M13
7 CHRONIC APICAL PERIODONTITIS K04.5 8 HYPERTENSI ESENSIAL (PRIMER) I10 9 DERMATITIS ATOPIK L20
10 OPEN WOUND OF UNSPECIFIED BODY REGION T14.1
3. Daftar penyakit lainnya yang berdasarkan data hasil pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kecacingan di sekolah wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang yang kami dapat yaitu :
N o
Puskesm as
Sekolah Periksaan tinja Ket
% Jmlh muri d Jmlah mrd yg diperik sa
Jumlah positif cacing C.gela ng C.camb uk C.tamba ng Tota l 1. Tanjung Karang SDN 10 AMPENAN 217 204 31 19 2 52 25. 5 2. SDN 15 AMPENAN 218 202 40 17 3 60 29. 7 3. SDN 28 AMPENAN 209 198 29 19 0 48 24. 2 4. SDN 35 AMPENAN 278 266 34 17 0 51 19. 2 5. MI NURUL JANNAH 119 105 22 13 0 35 33. 3 TOTAL 1.04 1 975 156 85 5 246 25. 2
C. PRIORITAS MASALAH
Penentuan prioritas masalah menurut Abraham L dengan scoring teknik yaitu dengan cara pemeilihan prioritas dilakukan dengan memberikan scor atau nilai untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan.
Daftar masalah kesehatan Frequensi Beratnya masalah Perhatian masyarakat Sensitifitas terhadap upaya kesehetan masyarakat Total + X R Gastritis Artritis Hipertensi Dermatitis atopic Peny. Lainnya : - DHF - Helminthiasis 6 5 4 1 2 3 5 2 3 1 4 6 5 2 6 1 4 3 6 2 5 1 3 4 22 11 18 6 13 16 1 5 2 6 4 3
Berdasarkan penentuan prioritas masalah menurut metode Abraham di atas maka dapat kami menarik kesimpulan prioritas masalah berdasarkan ranking. Namun dalam hal ini kami mengambil maslah helminthiasis sebagai pkok permasalahan utnuk dilakukan intervensi.
METODOLOGI
1. Desain penelitian
Rancangan penelitian kami menggunakan penelitian observatif deskriptif dengan desain cross sectional. Studi cross sectional adalah penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek yang berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan model pendekatan point time (titik waktu yang sama).
2. Waktu dan Tempat Penelitian Pre-test
Waktu :29 Juli 2011, pukul 04.30 WITA
Tempat:Lingkungan Batu Dawe dan Batu Ringgit Selatan dan Utara Post- test
Waktu :6 Agustus 2011 08.00 WITA TempatKelas IV a SDN 15 Ampenan
3. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan target seluruh siswa SDN 15 Ampenan yang berjumlah 218 siswa kelas 1 s/d 6. Namun, karena kami menemukan hambatan,
sehingga kami menggunakan populasi dengan menggunakan kelas 4, 5, dan 6a,bdengan jumlah siswa 126 orang.
Penentuan sampel dilakukan menggunakan metode simple random sampeling dengan cara di lotre.
4. Besar Sampel
Penentuan besar sampel dilakukan dengan mengguanakan rumus Slovin dimana jumlah populasinya diketahui.
Ket :
N : Jumlah populasi yang diketahui n: : Jumlah sampel yang ingin di cari
e : error tolerance (taraf signifikansi) -> ( ^2 = pangkat dua )
Dengan menggunakan rumus di atas dapat kita masukkan populasi yang digunakan dengan taraf signifikansi yang kami gunakan adalah 10%=0.1.
n = 55,75 = 56
Jadi jumlah sampel yang digunakan adalah minimal 56 orang siswa. 5. Instrument dan cara pengumpulan data
Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan metode wawancara.
Cara pengumpulan data kami lakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang kami dapatkan dari puskesmas dan dinas kesehatan Kota Mataram. Sedangkan
Helmint (cacing) adalah salah satu kelompok parasit yang dapat merugikan manusia. Jenis cacing yang banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia adalah cacing gelang (Ascaris lumbricuides,) cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris tricura).
Pengelompokkan data Pengetahuan, perilaku, dan kondisi Rumah, dibagi dalam 3 golongan : Pengetahuan • Rendah • Sedang • Tinngi Prilaku • Buruk • Baik
Kondisi Rumah dan lingkungan
• Tidak Sehat
• Sehat
D. ALTERNATIF PEMECAHAN SOLUSI
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis masalah diperoleh alternative pemecahan maslah sebagai berikut :
Helminthiasis 1. Kurang tersedianya sarana air bersih dan jamban sehat
2. Rendahnya pengetahuan ibu dan anak tentang penyakit cacingan
3. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
1. Penyuluhan PHBS kepada siswa SDN 15 Ampenan.
2. Pembagian sabun dan alat pemotong kuku. 3. Pembuatan sarana
jamban sehat.
4. Penyediaan sarana air bersih.
Berdasarkan alternative solusi yang kami buat, kami melakukan scoring dengan menggunakan metode Reinke yaitu berupa matriks EVEKTIVITAS DAN EFISIENSI :
No ALTERNATIF SOLUSI EFEKTIVITAS EFISIENSI P= RANK M I V C 1 2 3 4 Penyuluhan PHBS kepada siswa SD 15 Ampenan. Pembagian sabun dan alat pemotong kuku. Pembuatan sarana jamban sehat. Penyediaan sarana air bersih. 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 5 5 21.33 16 12.8 9.6 1 2 3 4
V = Vulnerability -> kecepatan mengatasi masalah C = Cost -> biaya yang diperlukan
P = Prioritas = P=
Ranking = urutan pemilihan kegiatan ≠ intervensi
Berdasarkan table pemilihan alternative solusi di atas dapat kami simpulkan bahwa urutan pemilihan kegiatan yang kami lakukan adalah yang pertama adalah Penyuluhan diikuti dengan pembagian sabun dan alat pemotong kuku.
BAB IV
A. PROGRAM KEGIATAN INTERVENSI KESEHATAN Menyusun matriks kegitan
Dari kegiatan intervensi terpilih, disusun rincian langkah kegiatan sebagai berikut :
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Lokasi Waktu PJ
1 Penyuluhan PHBS Meningkatkan pengetahuan dan berusaha mengubah prilaku Siswa kelas IV, V, VIA-B SD 15 Ampenan. Penyuluhan Kelas VIA 08.30-12.00 dr. Larangga Gempa B. 2 Pembagian sabun dan alat pemotong kuku. Sebagai usaha mengubah prilaku siswa kelas IV,V,VIA-B Siswa kelas IV, V, VIA-B SD 15 Ampenan - Kelas VIA 08.30-12.00 dr. Larangga Gempa B.
Tabel 4.1 intervensi pilihan
B. PANITIA PELAKSANAAN KEGIATAN INTERVENSI HELMINTHIASIS
Pelaksana Kegiatan Nama
Penasehat dr. Hj. Wiwin Nurhasida
Penanggung Jawab
-
dr. Larangga Gempa B.-
dr. FachrudiSie. Perlengkapan
-
Lalu Hurilfan Fathoni-
M. Ade Indra Soetomo Sie. Publikasi & dokumentasi M. Ruhy Ithri JamilJADWAL KEGIATAN INTERVENSI HELMINTHIASIS
Hari / Tanggal Sabtu / 6 agustus 2011
Waktu 08.00 – 12.00 WITA
Lokasi SDN 15 Ampenan
Acara
-
Pembukaan-
Sambutan Kepala Sekolah / Wali Kelas IV, V dan VI-
Pengenalan Peserta KKL-
Pembagian perlengkapan intervensi (buku, bolpoin, sabun, pemotong kuku, stiker)-
Pemberian materiHELMINTHIASIS pada
siswa/siswi kelas VI (A/B) sebanyak 39 siswa
-
Sesi Tanya Jawab (DoorPrize)-
Post Test (sample)-
Istirahat-
Pembagian perlengkapan intervensi (buku, bolpoin, sabun, pemotong kuku, stiker) untuk kelas IV dan V-
Pemberian MateriHELMINTHIASIS pada siswa kelas IV dan V sebanyak 57 siswa
-
Sesi Tanya Jawab (Door Prize)-
Post Test (sample)15 Ampenan
-
Penutup-
SelesaiSarana Prasarana :
1. Lokasi: Sekolah SDN 15 Ampenan kelas VI A 2. Visual: LCD (Puskesmas)
3. Audio: Wireless, Microfone, cokroll (peserta KKL)
C. PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN KEGIATAN INTERVENSI
KESEHATAN
1. Pelaksanaan Intervensi Kesehatan
Pelaksanaan Kegiatan Intervensi Kesehatan dilakukan dengan memberikan penyuluhan dengan materi Helminthiasis pada siswa kelas IV, V dan VI di SDN 15 Ampenan. Penyuluhan dilakukan dengan pemberian materi oleh peserta KKL Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar dengan menggunakan media audio visual (ppt). Penyuluhan dipesertai oleh siswa dengan jumlah 96 siswa yang dimana jumlah keseluruhan siswa sebanyak 118 siswa dengan ketidakhadiran 22 siswa. Penyuluhan diadakan dengan dua sesi, yang mana sesi pertama diberikan penyuluhan pada siswa kelas VI, dimana kelas VI memiliki dua kelas dan sesi kedua diberikan penyuluhan pada siswa kelas IV dan V pada hari yang sama, ini dilakukan karena terjadi keterbatasan tempat. Setelah diberi penyuluhan, diadakan sesi tanya jawab bagi siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerti dengan materi yang
dimana sebelumnya telah dilakukan pretest pada siswa-siswa tersebut. Hasil dari post test tersebut yang peserta KKL jadikan sebagai tolak ukur untuk menilai seberapa besar peningkatan pengetahuan dari siswa-siswa tersebut setelah dilakukan intervensi.
2. MONITORING
Penyuluhan yang kami lakukan di SDN 15 Ampenan dimana pelaksanaannya dilakukan dengan dua sesi, dimana sesi yang pertama kami lakukan dengan memberikan penyuluhan kepada kelas VIa dan VI b,kemudian untuk sesei kedua kami lakukan dengan pemberian penyuluhan kepada kelas IV dan V.
Selama melakukan penyuluhan kami di dibantu dan didukung oleh pihak SDN 15 Ampenan, sehingga pelaksanaan penyuluh berlangsung dengan tertib.
3. PEMBAHASAN
Pada tanggal 30-juli-2010 tepatnya jam 16.30 WIB kami kelompok KKL Puskesmas Tanjung Karang telah turun ke lapangan untuk pengambilan data primer untuk pre test dalam bentuk kuesioner wawancara dan mendapatkan 53 sampel dari 3 kelurahan Batu dawe, Batu ringgit utara dan selatan. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling dengan cara di lotre. Kemudian untuk penentuan jumlah sampel digunakan rumus slovin yang dimana jumlah populasinya diketahui yaitu :
Ket :
N : Jumlah populasi yang diketahui n: : Jumlah sampel yang ingin di cari
e : error tolerance (taraf signifikansi) -> ( ^2 = pangkat dua )
Berdasarkan rumus di atas maka kami mendapatkan jumlah sampel sebesar 5 orang dari 126 siswa atau populasi yang sudah kami tetapkan. Dimana error tolerance yang kami gunakan adalah 10% = 0.1.
Setelah mendapat data tersebut kami mulai menganalisis data menggunakan SPSS 17.0 dan didapatkan data sebagai berikut :
Statistics Jamb an Sumber _air Cuci_tan gan1 Cuci_tan gan2 Cuci_ BAB alas_k
aki jajan Kuku
P_caci ngan P_sum ber P_gej ala P_penul aran Scoring IS N Valid 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 53 Missin g 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mean 1.830 2 1.3396 1.6226 1.6226 1.679 2 1.509 4 1.962 3 1.283 0 .9245 .7170 .2453 .1698 14.905 6604 Median 2.000 0 1.0000 2.0000 2.0000 2.000 0 2.000 0 2.000 0 2.000 0 1.0000 .0000 .0000 .0000 14.000 0000 Mode 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 .00 .00 .00 .00 14.000 00 Range 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 16.000 00 Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 .00 1.00 .00 .00 .00 .00 .00 8.0000 0 Maximum 2 .00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 24.000 00
Tabel 4.1 data statistik responden pre-test
Berdasarkan data di atas didapatkan nilai mean atau rata-rata yaitu sebesar 14.9 atau dibulatkan menjadi 15, dimana nilai 15 setelah di kalkulasi sekitar sebesar 62.5 atau dalam interpretasi termasuk dalam nilai C. Untuk nilai median dan modus sama sama bernilai 14 atau sekitar 58.33. Dari hasil analisa juga didapatkan nilai minimal yang di
capai siswa yaitu 8 dan nilai maksimal yang dicapai siswa yaitu 24.
Scoring
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 8.00000 1 1.9 1.9 1.9 9.00000 3 5.7 5.7 7.5 11.00000 3 5.7 5.7 13.2 12.00000 3 5.7 5.7 18.9 13.00000 7 13.2 13.2 32.1 14.00000 11 20.8 20.8 52.8 15.00000 7 13.2 13.2 66.0 16.00000 4 7.5 7.5 73.6 17.00000 4 7.5 7.5 81.1 18.00000 1 1.9 1.9 83.0 19.00000 2 3.8 3.8 86.8 20.00000 3 5.7 5.7 92.5 21.00000 2 3.8 3.8 96.2 22.00000 1 1.9 1.9 98.1 24.00000 1 1.9 1.9 100.0 Total 53 100.0 100.0
Berdasarkan tabel terlihat bahwa nilai siswa yang terbanyak pada scor 14 yaitu berjumlah sekitar 11 siswa. Berikut adalah hasil interpretasi dari hasil yang dicapai
siswa :
IS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid A 9 17.0 17.0 17.0
B 9 17.0 17.0 34.0
Berdasarkan tabel dan grafik dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa SDN 15 Ampenan mengenai penyakit cacingan berada pada tingkat Cukup dan Rendah (D).
Jadi berdasarkan hasil analisa data setelah wawancara, kami menyimpulkan bahwa pengetahuan siswa SD tetnang penyakit cacingan sudah bisa dikatakan Cukup yaitu berkisar antara 14.9056604 dibulatkan 15 sehingga hasil dari Interpretasi score (62,5) (C) sehingga kami berencana melakukan intervensi dalam tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan berusaha mengubah prilaku dari para responden.
4. EVALUASI
Setelah dilakukan intervensi kepada siswa, kami melakukan evaluasi yaitu berupa pemberian post test dengan metode yang sama yaitu kuesioner wawancara. Setelah kami
melakukan evaluasi atau post test, kami mengolah data menggunakan SPSS 17.0 dengan hasil analisa sebagai berikut:
Statistics Jamb an Sumbe r_air Cuci_ta ngan1 Cuci_ta ngan2 Cuci_ BAB alas_
kaki jajan kuku
P_caci ngan P_su mber P_gej ala P_penu laran Scorin g IS Mean 1.972 2 1.4444 1.6944 1.9167 1.805 6 1.833 3 1.944 4 1.555 6 1.5556 1.500 0 1.444 4 1.3889 20.083 3333 Median 2.000 0 1.0000 2.0000 2.0000 2.000 0 2.000 0 2.000 0 2.000 0 2.0000 2.000 0 2.000 0 2.0000 22.000 0000 Mode 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 23.000 00 Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 10.000 00 Maximum 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 24.000 00 Sum 71.00 52.00 61.00 69.00 65.00 66.00 70.00 56.00 56.00 54.00 52.00 50.00 723.00 000
Tabel 4.4 data Distribusi responden post test
Berdasarkan tabel hasil evaluasi di atas, dapat di simpulkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai siswa sekitar 20.08 dimana nilai ini setelah diinterpretasi Scoring didapatkan hasil sekitar 83.33. Hal ini membuktikan bahwa terdapat peningkatan tingkat pengetahuan siswa mengenai penyakit cacingan. Nilai minimum yang dicapai siswa sebesar 10 dan nilai maksimumnya adalah 24. Jadi ini menandakan adanya perubahan pola distribusi nilai dari setelah post test dan pada setelah pre test.
Berikut adalah analisa berdasarkan scoring yang diperoleh siswa SDN 15 Ampenan :
Scoring
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 10.00000 2 5.6 5.6 5.6
11.00000 1 2.8 2.8 8.3 14.00000 2 5.6 5.6 13.9
Scoring
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 10.00000 2 5.6 5.6 5.6 11.00000 1 2.8 2.8 8.3 14.00000 2 5.6 5.6 13.9 15.00000 2 5.6 5.6 19.4 16.00000 2 5.6 5.6 25.0 20.00000 2 5.6 5.6 30.6 21.00000 6 16.7 16.7 47.2 22.00000 4 11.1 11.1 58.3 23.00000 12 33.3 33.3 91.7 24.00000 3 8.3 8.3 100.0
Tabel 4.5 analisa scoring
Berdasarkan hasil analisa tabel dan diagram batang di atas nilai terbanyak yang dicapai siswa setelah evaluasi adalah sebesar 23 yang di raih oleh sekitar 13 siswa. Dimana nilai 23 setelah diinterpretasi scoring n yaitu sekitr 83.33. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan tinggkat pengetahuan siswa mengenai penyakit cacingan setelah dilakukan
intervensi.
IS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid A 27 75.0 75.0 75.0 B 2 5.6 5.6 80.6 C 4 11.1 11.1 91.7 D 1 2.8 2.8 94.4 E 2 5.6 5.6 100.0 Total 36 100.0 100.0
Tabel 4.6 hasil analisa interpretasi nilai
Berdasarkan tabel dan diagram batang hasil analisa SPSS tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai yang paling banyak di raih siswa yaitu nilai A yaitu diraih oleh sekitar 27 siswa. Jika dipresentasikan maka didapat perolehan nilai A yaitu sekitar 75% dari 52 sampel.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan tingkat pengetahuan siswa mengenai penyakit cacingan setelah dilakukan intervensi. Yang dari sebelumnya pada saat pre test yaitu
D. HAMBATAN DAN MASALAH
Hambatan kami dalam pelaksanaan KKL dipuskesmas adalah:
1. Saat kami menentukan prioritas masalah sebenarnnya memilih gastritis akan tetapi datanya tidak ada, hanya data kunjungan sama halnya dengan data demam berdarah 2. Pada saat pengambilan data di kelurahan Ampenan selatan dan Tanjung Karang kami
mengalami kesulitan karena profil daerah yang tidak adanya profil daerahnnya
3. Dalam melakukan pre-test kami terbentur akan libur awal puasa anak sekolah dimana kami akhirnnya melakukan dengan cara door to door dan mendapat 53 sample.
4. Pada saat melakukan intervensi kami terbentur waktu karena jumlah sample pada saat pre-test tidak sebanding saat post test dikarenakan sakit,dan lain hal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Secara umum kegiatan program yang dilaksanakan oleh Puskesmas Tanjung Karang tahun 2010 telah memenuhi standar pelayanan minimal dan telah mengacu pada pencapaian target Indikator Indonesia Sehat 2011.
Pada beberapa kegiatan tampak sudah mencapai target yang ditentukan namun adapula kegiatan yang belum mencapai targetnya, misalnya masalah pelayanan kesehatan yaitu kesehatan lingkungan, dan pelaksanaan PHBS dilingkungan Puskesmas.
Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan bahwa penggunaan jamban sehat sekitar 90% menggunakan jamban dan sisanya 10% tidak memenuhi jamban sehat
Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan bahwa penggunaan air bersih pada siswa-siswi SDN 15 Ampenan sekitar 65% menggunakan air bersih dan sisanya sekitar 35% tidak menggunakan air bersih
Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan bahwa penggunaan alas kaki diluar rumah pada siswa-siswi SDN 15 Ampenan adalah sekitar 75% dan sisanya sekita 25% tidak menggunakan alas kaki
Berdasarkan hasil survey yang kami lakukan bahwa siswa siswi SDN 15 Ampenan sekitar 60,4 % memiliki kuku yang bersihu sedangkan sisanya masih belum masuk kriteria kuku yang bersih.
Beberapa target yang belum tercapai hendaknya dapat dicari masalah apa saja hambatan yang ditemui di masyarakat dan alternatif pemecahan masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta. 2. BKKBN, 1997. Panduan Pembangunan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Penanggulangan
Kemiskinan. Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN. Jakarta. 3. Gani EH, 1994. Kemoterapi Masa Kini Untuk Pengobatan Soil Transmitted
Helminthiasis. Presented at Simposium Sehari Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha Penaggulangan Penyakit Kecacingan. FK USU Medan.
4. Soedarto, 1992. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Widya Medika. Jakarta.
5. WHO Technical Report Series, 2002. Prevention and Control of Schistosomiasis and Soil Transmitted Helminthiasis. Geneva.
6. WHO, 2006. Schistosomiasis and soil transmitted helminth infections-preliminary estimates of the number of children treated with albendazol or mebendazole. http://www.who.int/weekly epidemiological record.
7. Firmansyah, Isra MD, dkk. 2004. Factors Associated With the Transmission of Soil
Transmitted Helminthiasis Among Schoolchildren. Jurnal Pediatrica Indonesiana Vol. 44 No. 7-8.
8. Rini P, Jeanne, dkk, 2000. Hubungan Antara Gejala dan Tanda Penyakit Cacing Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Ampana Kota
Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Jurnal epidemiologi Indonesia Vol. 4 Edisi I. Yogyakarta
9. Dinkes Kota Mataram , 2010 . Laporan Hasil Kegiatan Program Cacingan Tahun 2005. Dinkes Dinkes Kota Mataram.
13. Maharani I.P, Astri. 2005. Infeksi Nematode Usus Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri KarangMulyo 02, Kecamatan Peragon, Kabupaten Kendal. Jurnal Kedokteran Yarsi 13 (1) 24-34. Jakarta.
14. Damanik, Erida, 2005. Skripsi Mahasiswa : Gambaran Epidemiologi Penyakit Soil Transmitted Helminths Pada Murid SD Negeri No. 091434 Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2005. FKM USU Medan.
15. Sadjimin, Toni, 2000. Gambaran Epidemiologi Kejadian Kecacingan Pada Siswa SD di Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Jurnal Epidemiologi Indonesia. Vol. 4 Edisi 1. Yogyakarta.
16. Alemina, S. 2003. Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak SD Di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah, Kab. Karo. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK USU. Digitized by USU digital library.
17. Sandjaja, B., 2007. Helmintologi Kedokteran. Prestasi Pustaka, Jakarta.
18. Damanik, E., 2005. Gambaran Epidemiologi Penyakit Soil Transmitted Helminths Pada Murid SD Negeri No. 091434 Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Tahun 2005. FKM USU Medan.
19. Sandjaja, B., 2007. Helmintologi Kedokteran. Prestasi Pustaka, Jakarta.
20. An American Family Physian, 2004. Common Intestinal Parasites http://www.An American Family Physician.org. Tanggal akses 5 Mei 2008.
21. Depary, AA., 1985. Soil Transmitted Helminthiasis. EGC, Jakarta.
22. Onggowaluyo, J., 2001. Parasitologi Medik I (Helmintologi). Program Studi Biomedik Kekhususan Parasitologi Universitas Indonesia, Jakarta.
23. Depkes RI, 2004. Pedoman Umum Program Nasional Pemberantasan Cacingan Di Daerah Desentralisasi, Jakarta.