• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI DUGEM REMAJA PARTY GOERS DI YOGYAKARTA Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MOTIVASI DUGEM REMAJA PARTY GOERS DI YOGYAKARTA Skripsi"

Copied!
245
0
0

Teks penuh

(1)

i

MOTIVASI

DUGEM

REMAJA

PARTY GOERS

DI

YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Anita Tjahjanto

NIM : 019114028

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Penghargaan merupakan hak bagi mereka

Yang berada dalam arena

Mereka yang sungguh-

sungguh berbuat…

Mereka yang pada akhirnya,

Bila berhasil,

Tahu betapa manisnya sebuah sukses…

Juga mereka yang,..

Bila gagal,..

Paling tidak bukan termasuk orang-orang dungu

Yang tidak pernah tahu bagaimana rasanya

Menang atau kalah…

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya buat ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Penulis,

(6)

vi ABSTRAK

Anita Tjahjanto. Motivasi Remaja Party Goers di Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang motivasi dugem remaja party goers di Yogyakarta.

Remaja masa kini cenderung menghadapi banyak tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan godaan, yang tampaknya lebih banyak dan kompleks. Satu fenomena paling besar dan universal yang melanda kaum remaja, utamanya di wilayah perkotaan, adalah gaya hidup dugem alias dunia gemerlap. Perilaku dugem atau clubbing akan timbul atau tumbuh pada diri seorang remaja, apabila diarahkan oleh suatu motivasi, dimana proses motivasi dalam diri seorang remaja tersebut merupakan hasil interaksi antara motif yang juga disebut need (kebutuhan) dan aspek-aspek yang dimiliki oleh remaja tersebut yang meliputi aspek-aspek fisik, aspek-aspek kognitif dan aspek sosio-emosional. Motivasi seseorang dalam melakukan aktivitas dugem timbul karena adanya suatu kebutuhan dasar, dan motivasi tersebut mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan itu. Motivasi disini dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kebutuhan setiap party goers dalam memutuskan mengikuti aktivitas dugem dapat berbeda-beda ataupun mungkin memiliki kesamaan antara party goers satu dengan yang lainnya.

Subjek dalam penelitian ini adalah 3 remaja party goers yang ada di kota Yogyakarta, berusia sekitar 19-24 tahun yang memiliki kegemaran clubbing berkisar antara 2-5 kali seminggu. Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara.

Hasil penelitian ini adalah motivasi intrinsik yang mendasari masing-masing subjek penelitian ketika melakukan aktivitas dugem yaitu atas dasar mencari kepuasan atas kesenangan dirinya karena merasa penat dengan aktivitas perkuliahan yang dijalaninya, sementara itu motivasi ekstrinsik yang ditimbulkan dari aktivitas dugem yang mereka lakukan diakibatkan dari pengaruh ajakan orang lain dan adanya unsur menghindari hukuman karena tidak mau dianggap sebagai orang yang tidak setia kawan.

(7)

vii ABSTRACT

Anita Tjahjanto (2009). Motivations of Party Goers Teenagers at Yogyakarta. Yogyakarta: Faculty of Psychology, Psychology Department. Psychology Study Program, Sanata Dharma University.

This research was qualitative descriptive research. The research aimed to get a descriptions on motivation of party goers teenagers at Yogyakarta.

Current teenagers tended to face various demand and hope, as well as danger and temptation that looked wider and more complex. One of biggest universal phenomena that teenagers faced was night life style or usually called in Indonesia “dugem”, mainly happened in urban. Behavior of night life or clubbing would rise or grew in a teenagers, if it was directed by a motivation. Process of the motivation in a teenager was resultof ineraction between motive or called need and teenager owned aspects including physical, cognitive and sosio-emotional aspect. A person‟s motivation in conducting “dugem” activity revealed duet to presence of basic need. And, motivation get into reaching objective that could meet or could satisfy the need. This research used intrinsic motivation and exstrinsic motivation. Need of party goers in deciding to join “dugem” activity could be different or perhaps had similiarity between party goers and others.

Subjects of this research was three teenagers of party goers who lived in Yogyakarta., aged about 19-24 years old who having hobby in clubbing ranged between 2-5 times a week. Gathering data of the research used interview method.

Result of the research concluded that intrinsic motivation by each subject when decided to join “dugem” activity was looked for satisfaction of themself because they feel bored with the university activity they had been taken, meanwhile exstrinsic motivations appeared from “dugem” activity was caused influences by other people and there was punishment avoiding factor because they didn‟t want other people had assumption as people didn‟t had solidarity.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan atas segala kebaikan dan kasih sayang yang telah menginzinkan selesainya tugas akhir ini. Penulis sungguh menyadari bahwa penelitian yang penulis susun ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi siapa saja yang mebutuhkannya.

Penelitian ini tidak akan terselesikan dengan baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala rencana indah-Nya yang sulit untuk diraba.

2. Bapak Edy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi USD. 3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi. M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi dan

pembimbing akademik yang penuh kesabaran meluangkan waktu dan tenaga bagi penulis untuk menyelesikan tugas akhir ini dan terima kasih untuk bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswi Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

(10)

x

5. Para staf Sekretariat Fakultas Psikologi USD: Pak „Gi, Mbak Nani dan Mas Gandung, yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus administrasi. 6. Para dosen Fakultas Psikologi USD yang telah membantu penulis dalam

membentuk dan mengembangkan diri menuju arah yang lebih baik dan terima kasih atas ilmu yang diberikan.

7. Para subjek penelitian yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk membantu penulis. Tanpa kepercayaan dan keterbukaan dari mereka, penelitian ini mungkin tidak dapat terselesaikan dengan baik.

8. Mereka yang penuh arti dalam kehidupan penulis: Papi (terima kasih buat semua doa dan support yang selalu papi berikan buat kami), Mami (terima kasih buat semuanya terutama buat kesabaran mami menunggu kelulusanku.. Finally mom, I did it; even disappointed you, sorry..), Ade (thanks dul buat semuanya..), kakak‟ku Anton (thanks buat wejangan-wejangannya, mpek..). I‟m nothing without you all.. I love you all.. Especially for cantu (thanks for

everything that you‟ve given to me.. I keep a part of u with me, and everywhere I am, there you‟ll be..).

9.Sahabat-sahabat aku: Mami Mira (thanks banget, nyet.. lo dah nemenin gw mulu..), Tyas, Ul-Ul, Vera, Ita, Cynthia, Yayak (nyai dasima), and Sonya (whatever you are, you‟re still my hero.. hihihi). Thank you for always being there for me.. You always on my heart..

(11)

xi

11. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis untuk bertahan dan tetap semangat, melalui merekalah penulis dapat meneguhkan kembali keyakinan untuk mencapai harapan dan impian yang pasti akan terlaksana pada waktunya.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRAC ... vii

PUBILIKASI KARYA ILMIAH ………viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR SKEMA ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Perumusan Masalah ………. 7

C. Tujuan Penelitian ……….. 7

D. Manfaat Penelitian ……… 7

(13)

xiii

Manfaat Praktis ………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 8

A. Remaja ……… 8

1. Pengertian Remaja dan Batasan Usianya ………... 8

2. Aspek-Aspek Perkembangan Masa Remaja ... 10

B. Motivasi ………... 17

1. Definisi Motivasi ………... 17

2. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinisik ... 21

3. Faktor-Faktor Motivasi ... 22

C. Dugem ………. 24

1. Pengertian Dugem ………. 24

2. Pandangan atau Image Tentang Dugem atau Clubbing ………27

D. Motivasi Dugem Remaja Party Goers di Yogyakarta ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 33

A. Jenis Penelitian ……… 33

B. Subjek Penelitian ……… 33

C. Definisi Operasional ………34

D. Metode Pengambilan Data ……….... 34

E. Pedoman Wawancara ……… 37

(14)

xiv

G. Kredibilitas Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 43

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ………. 43 B. Gambaran Umum Tempat Dugem di Yogyakarta ……….. 45

C. Hasil Penelitian Subjek 1- Ln ……… 47

D. Hasil Penelitian Subjek 2- Bm ………... 53

E. Hasil Penelitian subjek 3- Kr ………. 59

F. Ringkasan Motivasi Dugem Remaja Party Goers di Yogyakarta .. 66

G. Pembahasan ………... 67

BAB V PENUTUP ………... 71

A. Kesimpulan ………. 71

B. Saran ……… 71

(15)

xv

DAFTAR TABEL

TABEL 1:

Tabel Pedoman Observasi ……….. 37 TABEL 2:

Tabel Pedoman Umum Wawancara ………... 37 TABEL 3:

(16)

xvi

DAFTAR SKEMA

SKEMA 1:

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Slogan kota pelajar sangat melekat pada kota Yogyakarta. Banyaknya universitas yang ada di Yogyakarta dan banyaknya pelajar dari berbagai daerah cukup mencerminkan bahwa kota Yogyakarta memang merupakan kota pelajar. Seiring berubahnya waktu, masyarakat sebagai suatu sistem yang terpola dan terstruktur, juga senantiasa mengalami perubahan di berbagai bidang. Yogyakarta yang semula dianggap sebagai kota pelajar, akhir-akhir ini seakan-akan berkiblat pada metropolitan.

Yogyakarta saat ini telah mengalami banyak perubahan, baik perubahan fisik maupun non fisik. Perubahan fisik terlihat melalui (1) Perkembangan kawasan perbelanjaan, seperti; Malioboro Mall di Jl. Malioboro, Galeria Mall di daerah Sagan, Alfa, Safir Square, Plaza Ambarukmo di Jl. Adi Sucipto, Indogrosir di Jl. Magelang, Makro, dan lain-lain. (2) Tempat-tempat hiburan, seperti; Java Café, Boshe dan Liquid di Jl. Magelang, Hugo’s Café, Caesar dan Embassy di Jl. Adi

(19)

untuk mengetahui perkembangan dunia dan berbagai informasi yang bersifat up to date sehingga masyarakat menjadi makin kritis.

Perkembangan tempat-tempat dugem di Yogyakarta sendiri sekarang ini berkembang sangat pesat, seringkali di jalan-jalan kita melihat adanya spanduk yang menawarkan aktivitas-aktivitas dugem di suatu café-café tertentu maupun club-club yang ada di Yogyakarta. Bahkan, tidak jarang ada spanduk-spanduk yang menawarkan aktivitas dugem bagi kaum pelajar yang bertuliskan university party. Tidak jarang pula di tempat-tempat dugem justru hampir sebagian besar pengunjung yang datang adalah kaum remaja. Majalah ”Vibe (The Ultimate Guide for Clubber Free For Die Hard Clubber)” menyebutkan bahwa hampir

lebih dari setengah pengunjung yang datang memenuhi ruangan adalah mahasiswa dalam acara university party yang diadakan Hugo’s cafe dan party semacam ini sekarang sudah menjadi trend di kalangan para pelajar dan mahasiswa yang diadakan setiap hari senin malam.

(20)

pribadi dan penggambaran media, dan terkadang tidak satupun memberikan gambaran obyektif tentang bagaimana perkembangan remaja yang normal (Feldman dan Elliot dalam Santrock, 2003). Dariyo (2004) menyatakan bahwa remaja memiliki emosi yang cenderung labil. Pada masa remaja ini, mereka cenderung mudah mengalami stress yang diakibatkan tekanan-tekanan yang diperoleh baik dari rutinitas sehari-hari, banyaknya tugas dan padatnya jadwal kuliah, tekanan lingkungan sosial maupun keluarga yang mengharuskan mahasiswa lulus tepat waktu; selain itu pada masa remaja ini mereka mudah mengalami marah dan tersinggung. Hal ini juga dikarenakan mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib dirinya sendiri, sehingga banyak dari remaja yang mulai mencari kesenangan untuk dirinya sendiri. Selain problematika cinta dan seks, kaum remaja juga sangat sensitif terhadap problematika jati diri (self identity).

(21)

Pada masa remaja ini, mereka berusaha mencari dan bersosialisasi di lingkungan luar rumah. Sikap seperti itu merupakan salah satu bentuk ekspresi masa transisi itu, yaitu masa peralihan dari anggota keluarga ke anggota masyarakat. Karena setting sosial yang dihadapinya jauh lebih kaya warna dan dinamika, maka wajar saja bila mereka mendapatkan pengetahuan baru yang bisa saja bersifat konstruktif atau positif maupun bersifat destruktif atau negatif. Berdasarkan uraian tersebut, di atas semua bentuk ekspresi jiwa muda itu, hal yang penting adalah bahwa semuanya mengarah pada upaya pencapaian jati diri.

Satu fenomena paling besar dan universal yang melanda kaum remaja kita, utamanya di wilayah perkotaan, adalah gaya hidup dugem alias dunia gemerlap. Istilah ini sangat dikenal di kalangan remaja dan mereka yang menggandrungi pesta dan hiburan malam. Jika kita mendengar kata dugem, yang terlintas dipikiran kita kurang lebih gambaran akan tempat gelap dengan warna warni cahaya lampu disko, asap rokok yang memenuhi ruangan, suara hingar bingar musik dari live band atau DJ (disk jcokey), dance floor yang penuh dengan laki-laki dan perempuan yang nge-dance dengan berbagai gaya sesuai dengan musik yang dimainkan oleh band atau DJ, meja bar, dan minuman beralkohol.

(22)

kota-kota besar, tidak jarang pula digelar acara khusus supaya menarik para pengunjung. Hal itulah yang membuat para pecinta dugem atau party goers (istilah untuk mereka yang hobi dugem) tidak sungkan-sungkan mengeluarkan isi kantong mereka hingga ratusan ribu rupiah hanya untuk hiburan semalam, sebab hiburan yang disuguhkan dinilai cukup menghibur dan bisa mengendurkan kepenatan akibat berbagai aktivitas keseharian.

Dugem sendiri sering dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif bagi sebagian orang-orang, meskipun sebenarnya aktivitas dugem sendiri bukan merupakan hal yang bisa dianggap negatif. Negatif atau tidaknya aktivitas dugem tergantung dari tujuannya, apa yang dilakukan seseorang ketika melakukan aktivitas dugem itu sendiri dan adanya kontrol diri individu tersebut. Jika aktivitas dugem dilakukan setiap hari dan menimbulkan adanya suatu perasaan ketergantungan bagi individu yang melakukannya, mungkin hal ini dapat dianggap negatif terutama dikalangan remaja.

(23)

ternyata cukup diminati walaupun tidak diadakan pada akhir minggu. Acara inipun kemudian diadaptasi oleh tempat hiburan malam di Yogyakarta, antara lain

Hugo’s Cafe, untuk membuat suatu trend baru yaitu clubbing di hari Rabu. Sejak

itulah label ”Rabu gaul” menjadi suatu istilah yang melekat di kalangan party

goers hingga saat ini.

Pada kenyataannya banyak remaja yang akhirnya memilih untuk pergi mengunjungi tempat-tempat dugem karena takut dianggap sebagai anak yang

tidak “gaul”, ketinggalan zaman, cupu, tidak setia kawan, bahkan ada yang

merasa takut dikucilkan oleh teman-temannya jika tidak mengikuti aktivitas dugem atau clubbing. Hal tersebut dianggap lebih penting dibandingkan adanya

bahaya-bahaya yang mungkin mengancam kaum remaja. Mereka tetap memilih untuk mengikuti aktivitas dugem; lebih baik mengikuti trend dengan dugem

dibandingkan mendapat label sebagai remaja yang tidak “gaul”. Tidak jarang dari

mereka yang sampai mengorbankan kuliah ataupun sekolah hanya karena aktivitas dugem, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi potensi akademis mereka dalam hal pendidikan.

(24)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana motivasi keterlibatan remaja party goers di Yogyakarta dalam mengikuti aktivitas dugem.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana motivasi dugem remaja party goers di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu wacana tambahan bagi dunia psikologis, khususnya psikologi perkembangan, dan psikologi sosial mengenai motivasi remaja party goers di Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi pengetahuan dan pemahaman mengenai motivasi yang mendasari kaum remaja dalam memutuskan mengikuti aktivitas dugem.

(25)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian Remaja dan Batasan Usianya

Remaja atau adolescence berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Batas usia remaja awal yaitu 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan batas usia remaja akhir yaitu 16 tahun atau 17 tahun sampai 18 tahun (Hurlock, 1999). Gunarsa (1981), mengatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja merupakan individu yang berusia antara 12-22 tahun.

(26)

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis, tapi juga dalam artian fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain akibat dari perubahan-perubahan fisik itu.

Dalam masyarakat Indonesia, remaja adalah individu berusia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2003). Batasan ini dibuat dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Usia 11 tahun adalah usia tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria fisik).

b. Pada masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik secara adat dan agama (kriteria sosial).

c. Pada usia tersebut mulai ada tanda penyempurnaan perkembangan diri seperti tercapainya identitas diri, fase genital, perkembangan kognitif dan moral (kriteria psikologis).

d. Usia 24 tahun merupakan batas maksimal, untuk memberi peluang bagi mereka yang sampai batas tersebut masih menggantungkan diri pada orangtua, masih belum memiliki hak penuh sebagai orang dewasa (secara adat atau tradisi), belum bisa memberi pendapat sendiri, dan sebagainya. e. Status pernikahan sangat menentukan karena arti pernikahan sangat

(27)

usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa. Karena itu definisi remaja dibatasi khusus yang belum menikah.

Pengertian remaja menurut peneliti, yaitu suatu tahap perkembangan individu yang merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan. Remaja terdiri dari 2 bagian, yaitu remaja awal berusia sekitar 11 tahun-17/18 tahun dan remaja akhir berusia sekitar 18/19 tahun-24 tahun. Remaja biasanya masih berstatus belum menikah.

2. Aspek-Aspek Perkembangan Masa Remaja

Seperti pada perkembangan anak-anak, faktor-faktor genetik, biologis, lingkungan, dan pengalaman berinteraksi pada perkembangan remaja baik secara kontinuitas maupun diskontinuitas. Perkembangan (development) merupakan suatu pola gerakan atau perubahan yang dimulai pada waktu konsepsi dan berlanjut sepanjang siklus hidup. Perkembangan sebagian besar mencakup pertumbuhan, walaupun juga mencakup penurunan (seperti dalam kematian dan sekarat). Pola gerakan perkembangan pada individu bersifat kompleks karena merupakan hasil dari beberapa proses biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Aspek-aspek selama perkembangan remaja meliputi (Santrock, 2003): A.Perkembangan Fisik

(28)

yang berlebihan terhadap citra citra tubuh sendiri, sangat kuat pada masa remaja, terutama sangat mencolok selama pubertas, saat remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan akhir masa remaja. Perbedaan gender menandai persepsi remaja mengenai tubuh mereka. Pada umumnya, remaja putri lebih kurang puas dengan keadaan tubuhnya dan memiliki lebih banyak citra tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja putra selama masa pubertas (Brooks-Gunn dan Paikiff dalam Santrock, 2003). Sejalan dengan berlangsungnya perubahan pubertas, remaja putri seringkali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya, mungkin karena lemak tubuhnya bertambah, sedangkan remaja putra menjadi lebih puas dengan memasuki masa pubertas, mungkin karena masa otot mereka meningkat (Gross dalam Santrock, 2003).

B.Perkembangan Kognitif

B.1. Tahap-tahap perkembangan kognitif

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003), seseorang berkembang melalui empat tahap utama perkembangan kognitif, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret dan operasional formal. Setiap tahap tersebut berkaitan dengan usia dan mengandung cara berpikir yang berbeda.

a. Pemikiran sensorimotor

(29)

Piaget. Pada tahap ini, bayi membangun pemahamannya akan dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman inderawinya (misalnya dengan melihat dan mendengar) dengan gerakan fisik, motorik, sehingga disebut sensorimotor. Pada awal tahap ini, bayi yang baru lahir hanya memiliki sejumlah pola refleks untuk bereaksi.

b. Pemikiran praoperasional

Tahap praoperasional (preoperational stage) yang berlangsung dari usia sekitar 2 sampai 7 tahun, adalah tahap perkembangan kedua Piaget. Dalam tahap ini, anak mulai menggambarkan dunia dengan kata-kata, bayangan atau gambar. Pemikiran simbolik sudah lebih jauh daripada hubungan sederhana antara informasi dan tindakan. c. Pemikiran opersional konkret

Tahap operasional konkret (concrete operational stage) yang berlangsung sejak sekitar usia 7 sampai 11 tahun, adalah tahap perkembangan Piaget yang ketiga. Pada tahap ini anak mampu melakukan operasi kognitif. Penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif selama nalar dapat diterapkan pada suatu kejadian khusus atau konkret.

d. Pemikiran operasional formal

(30)
(31)

ilmuwan, menyusun rencana pemecahan masalah dan secara sistematis menguji cara-cara pemecahan yang dipikirkannya. Piaget yakin bahwa berpikir operasional formal adalah yang paling tepat menggambarkan cara berpikir remaja (Santrock, 2003).

B.2. Egosentrisme

Egosentrisme remaja (adolescent egocentrism) menggambarkan meningkatnya kesadaran diri remaja yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian sangat besar, sebesar perhatian mereka, terhadap diri mereka, dan terhadap perasaan akan keunikan pribadi mereka.

B.3. Perkembangan kognisi sosial

(32)

pengalaman lingkungan berinteraksi untuk menghasilkan tahap cara berpikir seseorang. Kohlberg mengemukakan bahwa remaja berusaha untuk mencapai keseimbangan intelektual atau ekuilibrium. Usaha ini dipengaruhi oleh interaksi dari waktu ke waktu dengan orang lain dan kejadian-kejadian di dunia. Dalam mencapai tahap cara berpikir yang baru, seseorang mampu menyeimbangkan kesan yang dulu dimilikinya mengenai diri dan dunianya dengan informasi yang diterimanya saat ini. Dalam pandangan pakar perkembangan kognitif, masa remaja mencakup perubahan besar dalam hal cara seseorang berpikir dan menalar mengenai dirinya maupun orang lain.

C.Perkembangan Sosio-emosional

(33)

buruk dari apa yang dilakukan remaja lain. Bagi remaja, hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya. Ditolak atau tidak diperhatikan oleh teman sebaya dapat mengakibatkan para remaja merasa kesepian dan timbul rasa permusuhan.

Konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja. Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif atau negatif. Remaja terlibat dengan tingkah laku sebagai akibat dari konformitas yang negatif, menggunakan bahasa yang asal-asalan, mencuri, coret mencoret, dan mempermainkan orang tua dan guru. Ada pula konformitas pada remaja yang tidak negatif dan merupakan keinginan untuk terlibat dalam dunia teman sebaya, misalnya berpakaian seperti teman-temannya dan ingin menghabiskan waktu dengan anggota dari perkumpulan. Keadaan seperti ini dapat melibatkan aktivitas sosial yang baik, misalnya ketika suatu perkumpulan mengumpulkan uang untuk alasan yang benar.

(34)

menarik dan memenuhi kebutuhan mereka atas hubungan dekat dan kebersamaan. Mereka bergabung dengan kelompok karena mereka akan memiliki kesempatan untuk menerima penghargaan, baik yang berupa materi maupun psikologi. Kelompok juga merupakan sumber informasi yang penting. Tiap kelompok di mana remaja termasuk di dalamnya memiliki dua hal umum yang sama pada kelompok-kelompok yang lain, yaitu norma-norma dan peran. Norma (norms) merupakan aturan yang berlaku pada seluruh anggota kelompok. Peran (role) merupakan posisi tertentu dalam kelompok yang disusun oleh aturan-aturan dan harapan-harapan. Peran menentukan bagaimana remaja harus bertingkah laku dalam posisi tersebut.

B. Motivasi

1. Definisi Motivasi

Motif dan motivasi mempunyai kaitan yang sangat erat. Motif adalah setiap keadaan atau kondisi seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif yang ada dalam diri seseorang menjadi perbuatan-perbuatan atau tingkah laku yang mengarah pada pencapaian kebutuhan atau tujuan. Di sini kita melihat suatu perbedaan yang jelas antara motif dan motivasi. Motif hanya menyajikan “keadaan siap” sedangkan motivasi menggerakkan “keadaan siap” untuk mencapai suatu

(35)

merupakan suatu keadaan yang netral, atau kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalaman masa lampau, taraf intelegensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan sebagainya. Dalam suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Proses interaksi timbal balik antara kedua unsur di atas terjadi di dalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi oleh hal-hal di luar diri manusia, misalnya keadaan cuaca, kondisi lingkungan dan sebagainya. Oleh karena itu dapat saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat, jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin terjadi (Handoko, 1992).

(36)

Menurut Petri (1981), motivasi merupakan suatu konsep yang dipakai untuk mendeskripsikan daya-daya dalam diri seseorang yang menyebabkan timbulnya serta mengarahkan tingkah laku. menurut Steers dan Porter (1983) motivasi seseorang ditandai oleh 3 aspek, yaitu: (a) energi, yaitu apa yang memberikan kekuatan pada tingkah laku; (b) arah, yaitu apa yang memberi arah pada tingkah laku; serta (c) keajegan, yaitu bagaimana tingkah laku itu dipertahankan. Aspek energi atau intensitas dari motivasi menunjukkan kesungguhan atau keseriusan orang bertingkah laku. Aspek arah dari motivasi menggambarkan mengapa orang mengarahkan usahanya pada satu hal tertentu dan bukan pada hal lain. Aspek keajegan menunjukkan keajegan suatu tingkah laku atau kesinambungan dari kegiatan yang dilakukannya (Octavianty, 1998).

(37)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses yang berasal dari dalam diri seseorang yang mengarahkan dan menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dimana aktivitas tersebut merupakan hasil interaksi antara motif dengan aspek-aspek yang dimiliki individu, yang meliputi aspek energi, arah dan keajegan yang ditunjukkan pada pemuasan kebutuhan. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dilakukan untuk mencapainya.

Berikut skema proses terjadinya motivasi sampai pada bentuk perilaku (perbuatan).

Skema 0.1

(38)

Keterangan tabel 0.1

Suatu perilaku (behavior) akan timbul atau tumbuh pada diri seseorang, apabila dalam diri seseorang individu tersebut digerakkan atau diarahkan oleh suatu motivasi. Terjadinya proses motivasi dalam diri seseorang individu tersebut merupakan hasil interaksi antara motif yang juga disebut need (Murray, 1964) dan aspek-aspek yang dimiliki oleh individu tersebut. Motivasi individu akan dipengaruhi oleh proses psikologi dimana proses psikologi ini yang akan membentuk suatu perilaku dari individu tersebut.

2. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

(39)

dapat memunculkan sebuah perilaku tertentu. Kekuatannya dikarenakan motivasi ini berasal dari dalam diri, sehingga mempunyai kecenderungan yang lebih kuat serta tahan lama. Berbeda dengan motivasi ekstrinsik, ketika sumber motivasi itu sudah hilang atau berkurang nilainya, maka perilaku yang diharapkan tidak akan muncul.

Motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik mengacu pada hubungan antara individual dengan faktor eksternal. Seorang individu termotivasi mengerjakan suatu aktivitas oleh adanya dorongan faktor eksternal seperti penghargaan (reward), menghindari hukuman (punishment), atau mencapai sebuah tujuan yang bermakna (meaningful goal), dengan kata lain jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu (Djamarah, 2008).

3. Faktor-Faktor Motivasi

Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi menurut Lashley (dalam Chauhan, 1978), antara lain:

a. Faktor fisiologis

(40)

sifat-sifat dan proses pada benda hidup serta dengan alat-alat tubuhnya (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1991). Kondisi tubuh seseorang mempengaruhi seseorang tersebut untuk memutuskan melakukan suatu aktivitas ataupun tidak melakukan.

b. Emosi

Emosi yang positif seperti rasa senang, gembira, atau emosi negatif seperti rasa kecewa, sedih, sakit hati, akan dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu. Seseorang dalam suatu kondisi emosi negatif cenderung tidak ingin atau tidak semangat dalam melakukan sesuatu dibandingkan dengan seseorang yang sedang memiliki emosi positif.

c. Kebiasaan

Suatu kebiasaan dapat menimbulkan perasaan ”ketergantungan”, sehingga

faktor kebiasaan itu sendiri juga dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu.

d. Faktor lingkungan

(41)

kebiasaan; dan faktor yang berasal dari luar diri individu seperti faktor lingkungan.

C. Dugem

1. Pengertian Dugem

Istilah dugem memiliki banyak makna. Ada yang berpendapat dugem itu sekedar nongkrong di kafe atau pub. Ada juga yang mengaku dugem adalah refreshing yang dilakukan di malam hari. Pendapat lain menyatakan kalau dugem tidak harus identik dengan kafe, pub, diskotik atau kemewahan; tetapi lebih menonjolkan sisi kebebasan, luapan kesenangan secara berlebihan untuk memanjakan diri, mengekspresikan diri, dan meluangkan waktu untuk diri sendiri.

Istilah dugem merupakan bentuk akronim dari dunia gemerlap. Dunia gemerlap merupakan gambaran tempat bersenang-senang. Biasanya tempat itu penuh dengan lampu warna-warni dan musik tanpa henti dengan para pengunjung yang berpakaian serba seksi, serta anggur di gelas yang indah (www.republika.co.id, Mei 2007).

Konsep makna yang masih senada dengan dugem adalah clubbing. Kata clubbing berasal dari bahasa Inggris yang dibentuk dari kata club yang bermakna ”a group of people associated for a common purpose or mutual

(42)

Dalam perkembangan selanjutnya penggunaan istilah clubbing yang dipakai kalangan komunitas party goers mengalami perubahan. Dalam bahasa Inggris juga dikenal night club yang dapat berarti klub malam. Sepertinya, istilah clubbing ini lebih dekat hubungan maknanya dengan night club, yaitu tempat hiburan yang buka pada malam hari untuk makan, minum, dansa, dan musik. Istilah clubbing yang dipahami para komunitas dugem adalah nongkrong di waktu malam hari untuk menikmati hiburan di tempat yang menawarkan dugem. Jadi, dugem dan clubbing adalah dua istilah yang merujuk pada makna yang sama, yaitu tempat-tempat yang menawarkan dunia gemerlap untuk mencari hiburan malam. Bentukan clubbing adalah kata bahasa Inggris yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia (www.pikiran-rakyat.co.id, Mei 2007).

(43)

Emka (2003), menyatakan bahwa clubbing adalah dunia hiburan malam yang menawarkan berbagai kesenangan dengan tujuan untuk refreshing dan memperoleh teman atau memperluas network. Perdana (2003) menyatakan dugem atau clubbing sebagai istilah anak muda yang merujuk pada suatu dunia malam yang bernuansa kebebasan, ekspresif, modern, teknologis, hedonis, konsumeristik dan metropolis yang menjanjikan segala bentuk kegembiraan.

Imelda (2005) menyatakan bahwa dugem atau clubbing telah menjadi bagian dari kehidupan kota besar yang tidak lepas dari tuntutan pekerjaan dan gaya hidup yang semakin beragam. Rata-rata penggemar dugem atau clubbing ingin menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang pekerja keras yang telah kelelahan bekerja sehingga membutuhkan pelampiasan emosi melalui aktivitas tersebut. Identitas ke clubbing juga menunjukkan tingkat kesuksesan financial. Penggemar dugem atau clubbing ini biasa disebut party goers.

(44)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dugem adalah suatu bentuk aktivitas seseorang yang mencari hiburan di malam hari yaitu di kafe atau diskotik dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kecenderungan karakteristik demonstration effects, yang merupakan salah satu bentuk gaya hidup hedonis yaitu pola hidup yang menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, serta senang membeli barang mahal untuk memenuhi kesenangan dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

2. Pandangan atau Image Tentang Dugem atau Clubbing

(45)

Menurut Susanto (2001), ada beberapa image positif yang diyakini masyarakat terutama para penggemarnya dapat ditimbulkan oleh aktivitas clubbing, yaitu :

a. Menunjukkan kemampuan financial para penggemar clubbing yang tinggi, gaya hidup mewah dan modern.

b. Dicap sebagai “anak gaul”.

c. Menunjukkan kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan secara trendy sesuai perkembangan zaman, juga tempat pertemuan bisnis dengan partner kerja yang sangat menjanjikan.

Di lain pihak, timbul berbagai tanggapan negatif mengenai kegiatan clubbing, antara lain:

a. Merupakan kegiatan negatif remaja yang perlu dikontrol karena dapat menurunkan performa pendidikan serta membahayakan remaja karena sangat dekat dengan obat terlarang dan seks bebas (Linawati dalam Jawa Pos, 2004).

b. Merupakan kegiatan menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan semu dan sangat membahayakan karena berhubungan erat dengan minuman keras, obat terlarang dan seks bebas (Kasali dalam Jawa Pos, 2004).

(46)

d. Bagi sekelompok golongan agamawan, clubbing dianggap sebagai kegiatan maksiat yang dilarang karena bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya (Perdana, 2004).

D. Motivasi Dugem Remaja Party Goers di Yogyakarta.

Kaum remaja bisa diandaikan sebagai kelompok usia yang berada di simpang jalan yang penuh dengan pertentangan. Remaja masa kini cenderung menghadapi banyak tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan godaan, yang tampaknya lebih banyak dan kompleks. Pada masa remaja ini, mereka berusaha mencari dan bersosialisasi di lingkungan luar rumah. Sikap seperti itu merupakan salah satu bentuk ekspresi masa transisi itu, yaitu masa peralihan dari anggota keluarga ke anggota masyarakat. Karena setting sosial yang dihadapinya jauh lebih kaya warna dan dinamika, maka wajar saja bila mereka mendapatkan pengetahuan baru yang bisa saja bersifat konstruktif atau positif maupun bersifat destruktif atau negatif.

(47)

terutama kalangan remaja. Seolah-olah para remaja party goers tidak terbebani dengan status mereka sebagai pelajar. Banyak remaja yang akhirnya memilih untuk pergi mengunjungi tempat-tempat dugem karena takut dianggap sebagai anak yang tidak “gaul”, ketinggalan zaman, cupu, tidak setia kawan, bahkan ada

yang merasa takut dikucilkan oleh teman-temannya jika tidak mengikuti aktivitas dugem atau clubbing. Hal tersebut dianggap lebih penting dibandingkan

bahaya-bahaya yang mungkin mengancam kaum remaja.

(48)

luar individu (motivasi ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan.

Perkembangan seseorang ketika remaja dipengaruhi oleh aspek fisik, aspek kognitif, dan sosio emosional. Perkembangan fisik meliputi tinggi dan berat badan, pertumbuhan kerangka tubuh, fungsi reproduktif dan perubahan hormonal. Perkembangan kognitif pada remaja merupakan kekuatan berpikir yang sedang berkembang pada remaja sehingga membuka cakrawala pemikiran dan sosial yang baru. Remaja mulai memikirkan secara lebih luas mengenai karakteristik ideal, kualitas yang ingin dimilikinya sendiri atau yang diinginkan ada pada orang lain. Pemikiran semacam itu sering kali membuat remaja membandingkan dirinya dengan orang lain, berkaitan dengan patokan ideal tersebut. Perkembangan sosio-emosional pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Beberapa remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota.

(49)
(50)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai situasi-situasi sosial yang sedang terjadi secara faktual apa adanya (Nasution, 2004). Data diperoleh secara kualitatif, yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan lain-lain (Poerwandari, 1998). Penelitian ini tidak memanipulasi setting penelitian, melainkan melakukan studi pada suatu fenomena dimana fenomena itu ada, dalam konteks alamiah. Penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya untuk mendeskripsikan informasi yang diperoleh sesuai dengan variable yang ingin diungkap secara alamiah apa adanya.

B. Subjek Penelitian

(51)

kali seminggu. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 3 orang, yaitu 2 remaja putri dan 1 remaja putra.

Pengambilan subjek ditentukan dengan snowball sampling, yaitu subyek dicari secara berantai berdasarkan keterangan dari subyek sebelumnya. Subyek pertama diambil berdasarkan informasi dari orang lain yang sudah cukup mengenal subyek dan mengetahui aktivitas dugem subyek.

C. Definisi Operasional

1. Motivasi

Motivasi adalah suatu proses yang berasal dari dalam diri seseorang yang mengarahkan dan menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dimana aktivitas tersebut merupakan hasil interaksi antara motif dengan aspek-aspek yang dimiliki individu, yang meliputi aspek energi, arah dan keajegan yang ditunjukkan pada pemuasan kebutuhan.

2. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu. Artinya, seseorang melakukan tindakan atau perilaku tidak berasal dari motif-motif atau dorongan-dorongan yang berasal dari luar diri, tetapi atas dasar kemauan sendiri

(52)

karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu

D. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara pada subjek yang telah ditentukan dan kemudian hasil wawancara direkam menggunakan tape recorder. Wawancara ini merupakan metode pengambilan data utama. Metode pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi keseharian subjek untuk mengetahui kesesuaian jawaban subjek yang telah diperoleh dari wawancara.

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini untuk mencapai tujuan penelitian (Poerwandari, 1998). Sedangkan Nasution (2003) menyatakan wawancara sebagai bentuk komunikasi verbal antara dua pihak yang bertujuan untuk memperoleh informasi.

(53)

peneliti dapat mengembangkan pertanyaan wawancara berdasarkan jawaban yang diberikan oleh subjek untuk memperoleh data yang diinginkan.

2. Observasi

Observasi adalah kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dan fenomena tersebut (Poerwandari, 1998). Observasi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan yang ingin diungkap, sesuai dengan kenyataan.

Observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi alami, yaitu pengamatan dan pencatatan perilaku apa adanya tanpa ada perlakuan khusus terhadap subjek pada setting yang natural dan tidak dimanipulasi.

Observasi dipilih sebagai metode pengambilan data pendukung, dengan alasan:

a. Peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai permasalahan yang ingin diungkap, yaitu mengenai profil remaja party goers dan motivasi yang melatarbelakanginya. Dapat dilihat pula kesesuaian jawaban subjek dalam wawacara dengan kenyataan kesehariannya.

(54)

E. Pedoman Wawancara

Hal-hal yang ingin diungkap dalam observasi maupun wawancara

Tabel 1. Pedoman Observasi

No. Faktor yang diungkap

Deskripsi Contoh

1. Lingkungan sosial

Gambaran tentang lingkungan tempat tiggal, budaya masyarakat, kelas sosial

Subjek tinggal di daerah komplek perumahan 2. Keluarga Gambaran hubungan dengan

keluarga, hubungan dengan orangtua, kakak dan adik, suasana dalam keluarga, peran subjek dalam keluarga

Subjek sering berdiskusi dengan keluarganya,

Gambaran tentang kelompok sosial subjek, kelompok referensi, siapa saja mereka, hubungan dengan teman sebaya, peran subjek pada lingkungan sosialnya

Orang yang dekat dengan subjek adalah teman-teman kampusnya, subjek mempunyai banyak teman, ia suka pergi ke cafe atau diskotik bersama teman-temannya

Tabel 2. Pedoman Umum Wawancara

No. Aspek yang melakukan aktivitas dugem? Ceritakan.

(55)

Ceritakan.

5. Apa yang kamu dapatkan di tempat dugem yang tidak bisa kamu peroleh di tempat lain? Ceritakan.

6. Adakah perasaan cemas ketika kamu berada di tempat dugem? Ceritakan.

7. Adakah perasan cemas ketika kamu pulang di pagi hari? Ceritakan.

2. Motivasi ekstrinsik ME Motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh

dari luar

individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan

demikian

seseorang mau melakukan sesuatu.

1. Bagaimanakah dampak aktivitas dugem yang kmau lakukan terhadap kuliah kamu? Ceritakan. 2. Bagaimana hubungan kamu

dengan keluarga kamu? Ceritakan.

3. Bagaimana hubungna kedekatan kamu dengan keluarga kamu? Ceritakan.

4. Apakah ada aturan-aturan yang diberlakukan untuk kamu dari orangtua kamu? Ceritakan. 5. Aktivitas yang sering kamu

lakukan bersama teman-teman kamu apa? Ceritakan.

Tabel 3. Rancangan Tabel Analisis

Identitas :

Sumber : Harita (Skripsi, 2006)

(56)

No. Pernyataan Padatan Faktual

Interpretasi Kategori Motif Kode Motif

Penjelasan isi dan fungsi tabel analisis per kolom : a. No.

Kolom ini berisi nomor urut pernyataan yang diajukan oleh peneliti kepada subjek dalam wawancara. Fungsinya untuk memisahkan pertanyaan yang satu dengan yang lainnya agar lebih mudah dianalisa.

b. Pernyataan

Kolom ini berisikan pencatatan jawaban subjek scera verbatim sesuai dengan yang direkam dalam tape-recorder. Fungsinya adalah agar lebih mudah untuk dipelajari dan dicari kata kucinya.

c. Padatan faktual

Kolom ini digunakan untuk mencatat penggalan kalimat / padatan faktual / tema umum dari pernyataan subjek yang akan digunakan sebagai panduan untuk membuat tema sementara.

d. Interpretasi

(57)

e. Kategori

Dalam kolom ini akan dituliskan kategori dari inti jawaban subjek, apakah termasuk dalam jawaban primer (yakni semua yang termasuk dalam konsep motivasi kaitannya dengan dugem) ataukan sekunder (yakni hal-hal yang masih berkaitan dengan fokus penelitian).

f. Motif

Dalam kolom ini dituliskan motif yang terkandung dalam pernyataan subjek yang diperoleh dari hasil analisa dari padatan faktual dan tema sementara (bila ada). Motif ditentukan berdasarkan motif-motif dalam Teori Motivasi Intrinsik dan Ekstrinisk.

g. Kode Motif

Kolom ini berisikan kode dari motif yang telah ditemukan. Pengkodean akan memudahkan peneliti untuk membuat interpretasi motif subjek berdasarkan Teori Motivasi, yaitu :

1) MI untuk motif intrinsik 2) ME untuk motif ekstrinsik

F. Analisis Data

(58)

data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga fisik dan pikiran dari seorang peneliti (Moleong, 1988).

Peneliti harus melakukan beberapa langkah untuk menganalisa data yang telah diperoleh di lokasi penelitiannya. Poerwandari (1998) menyebutkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data, yaitu:

1. Menyusun transkrip verbatim, yaitu menyalin dengan detil setiap kata yang diungkap oleh interviewer maupun interviewee dalam proses wawancara. Selanjutnya mendengarkan verbatim secara berulang-ulang dan membaca kembali transkrip yang telah dibuat, agar proses kategorisasi lebih mudah untuk dilakukan.

2. Melakukan pengkodean dengan memberi nomor pada baris-baris transkrip secara urut dan kontinyu, kemudian membubuhkan nama untuk transkrip data yang diperoleh, misalnya dengan membubuhkan; tanggal, waktu pelaksanaan wawancara, dan lokasi pengambilan data lewat wawancara.

3. Melakukan interpretasi dan pembahasan secara menyeluruh dengan memperhatikan catatan lapangan dan mengolah hasil wawancara dalam sebuah dinamika psikologis.

(59)

G. Kredibilitas Penelitian

Kredibilitas adalah istilah lain dari validitas penelitian kualitatif. Kredibilitas disini untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan tentang masalah yang diteliti memang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Kredibilitas dalam penelitian kualitatif terletak pada keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks, tetapi tidak memanipulasi setting penelitian.

Kredibilitas penelitian ini dapat dicapai dengan cara (Poerwandari, 1998): 1. Mendokumentasikan secara lengkap dan rapi data yang telah terkumpul,

proses pengumpulan data maupun strategi analisisnya.

2. Melibatkan orang lain sebagai partner atau orang yang dapat berperan sebagai pengkritik, untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis terhadap analisis yang dilakukan peneliti.

(60)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan yang berkaitan dengan proses penelitian. Langkah awal yang dilakukan dalam persiapan ini adalah menjalin kedekatan dengan subjek penelitian atau rapport. Kedekatan antara peneliti dan subjek penelitian merupakan faktor penting dalam penelitian kualitatif, melalui kedekatan ini diharapkan akan tercipta relasi yang terbuka antara peneliti dan subjek penelitian sehingga dapat menunjang proses penelitian. Rapport yang dilakukan peneliti adalah dengan berkunjung ke kos subjek dan mengamati kegiatan subjek ketika di tempat dugem selama beberapa kali sebelum dilaksanakananya penelitian. Jumlah kunjungan subjek pra-penelitian anatara subjek satu dengan subjek lainnya berbeda dan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing subjek.

(61)

Setelah tahap persiapan, peneliti kemudian melakukan proses penelitian. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 29 Mei 2008 sampai dengan tanggal 16 September 2008. Jumlah pertemuan wawancara dari masing-masing subjek berkisar antara tiga samapi empat kali. Wawancara dihentikan bilamana data penelitian dianggap telat memenuhi aspek-aspek dari tema yang sesuai dengan penelitian.

Waktu yang digunakan selama proses penelitian adalah:

Tabel 4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

Subjek Tempat Tanggal Waktu

Table 5. Data Subjek Penelitian

Keterangan Subjek I Subjek II Subjek III

Nama Ln Bm Kr

Usia 21 th 23 th 20 th

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan

Pendidikan Mahasiswa Mahasiswa Mahasiswa

(62)

Pekerjaan orang tua - Ayah

- Ibu

Pegawai swasta Bidan

Wiraswasta

Ibu rumah

tangga

Pegawai swasta Pegawai swasta

B. Gambaran Tempat Dugem di Yogyakarta

(63)

Berdasarkan observasi peneliti, tempat dugem di Yogyakarta pada umumnya hanya ramai pada hari-hari tertentu, yaitu hari Rabu, Jumat dan Sabtu serta pada event-event spesial dengan waktu operasional antara pukul 22.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB, dimana sebagian besar pengunjungnya adalah mahasiswa dan eksekutif muda. Tempat dugem yang biasanya ramai dikunjungi adalah café yang menyuguhkan hiburan berupa gabungan dari live music dan DJ (disc jockey) performance. Sedangkan club atau diskotik yang menyuguhkan full DJ performance hanya ramai pengunjung pada akhir minggu dan pada event spesial yang menampilkan DJ tamu dari luar kota atau luar negeri. Saat ini tempat dugem di Yoyakarta tidak hanya menampilkan DJ sebagai daya tarik, namun juga menampilkan VJ (visual jockey) dan penari-penari seksi.

(64)

suguhan-suguhan dari top model terkenal, dibandingkan dengan venue dengan segmentasi menengah ke bawah.

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi tempat dugem yang berupa kafe dan diskotik, yaitu tempat hiburan yang menyuguhkan hiburan berupa live music dan DJ (disc jockey) performance. Peneliti juga membatasi kafe dan diskotik dengan segmentasi venue menengah ke atas.

C. Hasil Penelitian Subjek 1-Ln

1. Gambaran umum Subjek 1-Ln

Subjek adalah seorang mahasiswi yang sedang menyelesaikan kuliah S1 di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Subjek memiliki penampilan yang menarik secara fisik dengan rambut pendek sebahu, kulit sawo matang, dan postur badan yang tinggi dan kurus. Subjek juga sangat memperhatikan penampilannya, ini terbukti dengan cara subjek berpakaian. Subjek lebih sering mengenakan pakaian yang casual yaitu kaos dan celana pendek, menurut subjek hal ini dikarenakan membuat dirinya merasa lebih nyaman dalam bergerak dan lebih terlihat santai.

(65)

dikatakan memiliki aturan yang cukup ketat, karena tinggal bersama ibu kos. Aturan yang diberikan antara lain, adanya jam malam yaitu jam sepuluh malam, dan cowok dilarang masuk ke dalam kamar. Namun demikian subjek tetap merasa nyaman tinggal di kos-kosan tersebut dengan alasan tempatnya bersih, nyaman, tidak terlalu banyak anak, tidak bising, dan lengkap segala fasilitasnya.

Menurut pengakuannya, subjek biasa dugem sampai pagi bersama teman-temannya. Aktivitas dugem biasa subjek lakukan setiap hari dalam seminggu, namun saat ini sedikit demi sedikit sudah mulai berkurang hingga dua sampai tiga kali saja dalam satu minggu. Aktivitas dugem yang biasa subjek lakukan dibarengi dengan minum alkohol dan merokok bersama teman-teman yang memiliki minat sama dengan subjek. Subjek memiliki afiliasi yang cukup besar kepada kelompoknya sehingga membuat subjek tidak mau mengutamakan egonya karena takut membuat teman-temanya marah dan menganggap subjek sombong. Menurut pengakuannya, hal ini yang membuat subjek sering meminum minuman beralkohol dan merokok dengan alasan supaya dapat menikmati aktivitas dugem yang subjek lakukan dan untuk memberikan tambahan energi ketika ber-dugem agar bisa lebih all out dan bebas mengekspresikan dirinya. Jika tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok ketika berdugem, subjek mengaku mudah “bête” dan merasa tidak

(66)

aktivitas dugem di Hugo’s Cafe. Subjek bersama dengan enam temannya

memilih untuk memesan meja di area VIP, hal ini dikarenakan teman subjek akan memesan minuman alkohol dan merasa lebih nyaman ketika berada di area VIP. Sebelum minuman keluar, subjek hanya duduk saja sambil merokok, sementara teman-teman subjek lainnya berjoget-joget. Ketika minuman datang, subjek terlihat mulai antusias. Teman subjek memesan dua botol minuman beralkohol. Subjek langsung terlihat bersemangat untuk meracik minuman tersebut dan akhirnya meminumnya. Setelah subjek meminum kurang lebih tiga gelas, subjek terlihat cukup agresif untuk mengajak teman-temannya menari-nari dan subjek terlihat tidak mau untuk diam. Subjek sering meninggalkan temannya untuk menemui teman-teman subjek yang lainnya.

(67)

merasa bahwa ibu subjek mampu mengerti dan memahami subjek dan ibu subjek segera memberikan respon ketika subjek meminta sesuatu kepada ibunya.

Keadaan ekonomi subjek bisa dibilang cukup berlebih, karena kedua orang tua subjek bekerja dan saat ini tinggal di perumahan elit di daerah asalnya. Uang saku bulanan subjek tidak pernah terlambat, dan selalu ada apabila subjek butuhkan. Bila kehabisan uang, subjek dengan mudah akan mendapatkan kiriman lagi dari ibunya.

Aktivitas dugem subjek sering disembunyikan dari kedua orang tuanya karena subjek paham bahwa kedua orangtuanya pasti marah apabila ketahuan bila subjek suka keluar malam bahkan sampai pagi hari. Orangtua subjek mendidik dengan keras, terutama ayah subjek yang sering marah apabila subjek dan saudara yang lain membuat masalah di rumah maupun di luar rumah.

2. Analisis Data Subjek 1-Ln

(68)

a. Motivasi intrinsik

Subjek mengakui dirinya sering pergi ke tempat dugem, karena menurut pengakuannya ketika berada di tempat dugem subjek merasa bisa bebas, relax dan dapat menghilangkan penat sesaat setelah subjek merasa terbebani kegiatan-kegiatan sehari-hari yang subjek lakukan.

14) “Ya yang jelas ngerasa bebas banget.. ya karna ketika saya berada di

sana, saya merasa lebih bisa relax.. ya menghilangkan penat sesaat gitu deh.. setelah banyak dibebani kegiatan-kegiatan dan pikiran-pikiran untuk kuliah.. dan yang pasti saya senang soalnya saya bisa.. ya itu tadi mbak,

bebas mengekspresikan diri lah”.

6)“Ya refreshing lah mbak

.. ya apa ya.. udah tiap hari sibuk kuliah kan penat mbak.. kita juga butuh hiburan gitu, udah gitu suasannya juga asik rame gitu.. ya setelah seharian lelah dan beraktifitas ee.. biar nggak penat

malemnya kita butuh hiburan mbak”

Subjek juga mengaku ketika di tempat dugem, subjek merasa lebih bebas mengekpresikan dirinya dan merasa lebih percaya diri dalam hal penampilan, karena hanya di tempat dugemlah subjek merasa dapat memaksimalkan penampilannya.

12) “..yang pasti aku lebih.. lebih bebas mengekspre

sikan diri ya.. ya nggak mungkin juga kan kalo ee.. ya misalnya kaya di Mall gitu aku gila-gilaan, eee.. joget-joget gitu, yang ada malu juga lah disangkanya orang gila ntar.. ya pokonya lebih bisa pd lah mbak di tempat dugem.. ee... ya terutama soal penampilan ya mbak.. bisa dandan maksimal gitu deh.. kalo di tempat lain ya.. gimana ya.. ee.. masa iya kita cuma jalan-jalan doang dandan

abis-abisan.. makasih deh mbak...”

(69)

sama dengan subjek terutama ketika di tempat dugem, sehingga ketika di tempat dugem subjek merasa nyaman ketika bertemu dengan orang-orang yang memilki kesenangan yang sama dengan subjek. Hal ini sesuai dengan pengakuan subjek.

20) “Ya ngerasa apa ya.. ya asik aja sih ya.. bisa ketemu sama orang baru

yang sama-sama suka musik dance gitu.. asik-asik aja sih mbak..”

Ketika melakukan aktivitas dugem, subjek hampir tidak pernah mengeluarkan biaya. Hal ini dikarenakan subjek sudah mengenal para pegawai di café yang bisa subjek kunjungi, dan subjek sering mendapatkan minuman alkohol gratis dari teman-temannya.

46) “saya nggak pernah ngeluarin duit sih mbak.. hehehe (subjek tertawa

sedikit). Masalahnya saya juga banyak kenal sama pegawai disana jadi kalo masuk selalu gratis, terus kadang juga ladies free gitu mbak jadi buat cewek gratis gitu.. Terus kalo minum juga nggak pernah beli ya mbak.. kadang ada free teqila gitu dari cafenya buat cewek-cewek.. terus udah gitu pasti banyak dikasih sama temen-temen gitu mbak.. jadi ya nggak perlu modal dah bisa

dugem kok mbak..”

b. Motivasi ekstrinsik

(70)

170)

Selain dugem?? Ya paling ngobrol.. nongkrong bareng, ngopi, jalan bareng, makan.. ya gitu deh mbak.. selayaknya orang berteman aja sih.. tapi paling sering emang pergi ke tempat dugem sih mbak.. kadang diajakin gitu sama temen-temen jadi pasti berangkatlah..

3. Kesimpulan motivasi dugem subjek Ln

Berdasarkan data analisis yang didapatkan, padatnya jadwal kuliah subjek membuat subjek merasa penat dengan aktivitas perkuliahan yang dijalaninya setiap hari dan aktivitas dugem dijadikan sarana sebagai tempat untuk refreshing. Subjek juga mengaku merasa lebih bisa percaya diri ketika di tempat dugem, karena subjek dapat memaksimalkan penampilannya, selain itu ketika di tempat dugem, subjek merasa nyaman karena dapat bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki kesamaan hobi dengan subjek, yaitu sama-sama menyukai dugem.

Subjek juga mengaku selain keinginan untuk refershing, subjek juga sering mendapat ajakan dari teman-temannya untuk pergi melakukan aktivitas dugem dan subjek selalu mengikuti ajakan teman-temannya dan selalu pergi bersama dengan teman-temannya.

D. Hasil penelitian subjek 2-Bm

1. Gambaran umum subjek 2-Bm

(71)

tinggi dan gemuk, kulit hitam, dan rambut cepak. Meskipun subjek memiliki tubuh yang gemuk, namun rasa percaya diri subjek sangat tinggi. Subjek juga termasuk cowok yang sering memperhatikan penampilannya. Hal ini terlihat dandanan subjek yang sangat rapi ketika penulis bekali-kali menemui subjek untuk mewawancarai subjek.

Subjek saat ini tinggal di kos-kosan yang tempatnya tidak jauh dari kampus subjek. Subjek tinggal sendiri di kamar dengan ukuran yang cukup luas dan fasilitas yang lengkap, terdapat enam belas kamar, dan enam kamar mandi dan hampir semua yang menempati kos-kosan tersebut adalah mahasiswa. Kos subjek termasuk kos yang tidak memiliki jam malam dan terkesan bebas, sehingga anak-anak kos dan subjek bebas untuk pulang dan pergi kapanpun. Namun demikian masyarakat di sekitar kos subjek memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap anak-anak kos dimana subjek tinggal. Bahkan terlihat hampir semua masyarakat yang tinggal di sekitar kos subjek mengenal subjek cukup baik.

(72)

café, subjek tetap sering pergi ke café meskipun tidak terlalu lama di dalam. Aktivitas dugem yang biasa subjek lakukan selalu dibarengi dengan minum alkohol dan merokok. Kebiasaan minum alkohol ini merupakan budaya bagi leluhur subjek karena kakek subjek berasal dari Bali dan biasa minum arak untuk menjaga kesehatannya. Sehingga subjek sudah cukup terbiasa dengan minuman alkohol di rumahnya namun untuk kepentingan kesehatan.

(73)

Dalam kehidupan keluarganya subjek memiliki keluarga yang utuh, artinya masih ada ayah ibu dan saudara-saudara lain yang sama-sama memberikan perhatian kepada subjek. Hubungan kekeluargaan diantara mereka dapat terjalin dengan baik begitu juga komunikasi yang terjadi diantara mereka yang membuat hubungan dapat terjalin dengan baik pula. Apabila subjek membutuhkan sesuatu, subjek lebih sering menghubungi ibunya karena merasa bahwa ibu subjek mampu mengerti dan memahami subjek. Dan ibu subjek segera memberikan respon ketika subjek meminta sesuatu kepada ibunya.

Keadaan ekonomi subjek bisa dibilang cukup berlebih, karena kedua orang tua subjek memiliki pendapatan yang cukup besar dan mampu menghidupi keluarga mereka dan saat ini orang tua subjek tinggal di perumahan elit di daerah asalnya. Uang saku bulanan subjek tidak pernah terlambat, dan selalu ada apabila subjek butuhkan. Jika kehabisan uang, subjek dengan mudah akan mendapatkan kiriman lagi dari ibunya. Subjek saat ini belajar menjadi pengusaha dan memiliki usaha sendiri yaitu membuka toko komputer.

(74)

terlalu banyak anak, tidak bising, dan lengkap segala fasilitasnya. Subjek selain itu juga merasa lebih bebas karena jauh dari pengawasan orangtua dan tidak ada batasan jam malam di kos yang subjek tempati.

2. Analisis data subjek 2-Bm

Berdasarkan data yang didapatkan, subjek memiliki kebiasaan untuk pergi ke tempat dugem bersama dengan teman-temannya hingga larut malam. Motivasi yang melatarbelakangi subjek melakukan aktivitas dugem yaitu:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik yang melatarbelakangi subjek sering melakukan aktivitas dugem yaitu karena adanya kebutuhan akan minuman alkohol, senang mendengarkan musik dance dan bertemu dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama yaitu sama-sama menyukai musik dance.

10)“yang pastinya minuman alkohol ya yang pertama.. soalnya kalo nggak di

diskotik atau cafe gitu dimana lagi mbak bisa minum alokohol? masa di warung biasa, nggak mungkin lah.. ee.. terus yang kedua ya musik dance-nya

itu sendiri”

Tempat dugem bagi subjek juga dianggap sebagai tempat refreshing karena di tempat dugem subjek dapat merasa bebas dan nyaman.

20)

Gambar

TABEL 1:  Tabel Pedoman Observasi …………………………………………………….. 37
Tabel 1. Pedoman Observasi
Tabel 3. Rancangan Tabel Analisis
Tabel 4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari pendapat dari beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa intensi prososial adalah niat yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat penulis kemukakan, bahwa kewirausahaan adalah kemampuan yang berasal dari diri seseorang untuk dapat mengelola sesuatu dan

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang ada dalam diri karyawan sebagai suatu tenaga yang menimbulkan, mengarahkan dan

Dari pendapat beberapa ahli yang mengemukakan pengertian motivasi, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan dari diri seseorang untuk bekerja atau melakukan sesuatu

( 2008 hal.222) adalah “motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuan.” Dari beberapa pendapat

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan, bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah segala sesuatu yang dialami seseorang yang berasal dari lingkungan, yang mencakup proses

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Thailand memiliki motivasi akademik tinggi merupakan keinginan yang berasal dari dalam diri seseorang dimana