• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Swamedikasi Flu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Swamedikasi Flu"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi tanpa pengawasan dari dokter. Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan sendiri atau swamedikasi biasa disebut dengan obat tanpa resep atau obat OTC (over the counter). Adapun definisi swamedikasi menurut WHO adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal, mau pun obat tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi merupakan bagian dari upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. Dari data World Health Organization, di banyak negara sampai 80% orang yang sakit mencoba untuk melakukan pengobatan sendiri oleh penderita. Sedangkan data di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 60% masyarakat melakukan swamedikasi dengan obat modern sebagai tindakan pertama bila sakit (Depkes RI, 1995). Dasar hukum swamedikasi di Indonesia bersandar pada permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993.

Faktor-faktor seperti sosioekonomi, kemudahan akses pada produk obat, manajemen penyakit dan rehabilitasi, demografi dan epidemiologi, reformasi pada sektor kesehatan dan juga ketersediaan produk-produk baru yang mudah digunakan turut berperan meningkatkan perilaku swamedikasi.

Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya dan apoteker-lah yang bisa berperan di sini. Apoteker bisa memberikan informasi obat yang objektif dan rasional. Swamedikasi boleh dilakukan untuk kondisi penyakit yang ringan, umum dan tidak akut.

Beberapa penyakit yang dapat diobati sendiri (swamedikasi) adalah rinitis alergi, influenza dan selesma. Pada praktek swamedikasi untuk penyakit-penyakit ini tujuannya adalah untuk mengurangi atau meminimalkan gejala yang terjadi.

(2)

2 Rinitis alergi adalah inflamasi pada membran mukosa nasal yang disebabkan oleh penghirupan senyawa alergenik yang kemudian memicu respon imunologi spesifik. Penderita rinitis alergi di Indonesia memiliki prevalensi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain (kurang 5%) tetapi insiden terus mengalami peningkatan.

Selesma memiliki pengertian yaitu kumpulan gejala saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh berbagai patogen virus. Gejala termasuk hidung tersumbat, rinorrhea, bersin, sakit tenggorokan, batuk, demam ringan, sakit kepala, dan malaise. Selesma mungkin merupakan penyakit infeksi yang paling lazim terjadi pada manusia. Diperkirakan bahwa sekitar lebih dari 1 milyar orang yang mengalami selesma pertahunnya di Amerika. Penyakit ini paling sering menjangkiti anak-anak dan terjadi sekitar 6 hingga 10 kali pertahunnya.

Influenza merupakan penyakit karena infeksi virus akut oleh virus dari famili orthomyxoviridae dan dapat menyebar dengan mudah dari satu orang ke orang lainnya. Gejala yang umum terjadi pada infeksi ini berupa demam, pilek, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, nyeri otot (mialgia), malaise.

I.2. Tujuan

1. Mengetahui tentang rinitis alergi, influenza dan selesma beserta terapinya. 2. Mampu memahami keluhan pasien, membantu memilihkan obat, memberikan

informasi/advice yang di perlukan pasien dalam rinitis alergi, influenza dan selesma.

(3)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan II.1.1. Pendahuluan Sistem Pernafasan

Pernafasan berarti perpindahan oksigen (O2) dari udara menuju ke sel-sel tubuh dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel-sel udara bebas. Masuknya O2 dan keluarnya CO2 dibutuhkan untuk menjalankan fungsi normal sel-sel tubuh. Sistem pernafasan terdiri dari organ yang mengatur pertukaran gas, yaitu paru-paru, dan suatu pompa yang akan mengaliri paru-paru dengan gas. Pompa ini terdiri dari dinding rongga dan dan otot-otot pernafasan yang akan membesarkan dan mengecilkan ukuran rongga dada; daerah di otak yang mengatur kerja otot pernafasan, dan saraf yang menghubungkan otak dengan otot (Ikawati, 2011).

Sistem pernafasan pada manusia dibagi menjadi 2 macam, terdiri dari sistem pernafasan atas dengan organ-organ yang terlibat yaitu hidung, faring hingga ke laring dan sistem pernafasan bawah yaitu trakea, bronkus, bronkiolus dan paru-paru yang berujung pada alveolus (Ikawati, 2011).

II.1.2. Anatomi Sistem Pernafasan Atas

Sistem pernafasan pada manusia dibagi menjadi 2 macam, terdiri dari sistem pernafasan atas dengan organ-organ yang terlibat yaitu hidung, faring hingga ke laring seperti yang digambarkan pada gambar 1.

(4)

4 Gambar 1. Anatomi sistem pernafasan atas manusia (A.D.A.M. Health Solutions, 2012)

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Pada sistem pernafasan atas saat udara masuk ronga hidung, udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan fungsi utama mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke dalam sistem pernafasan bawah menuju faring. Dari sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Udara kemudian dilembabkan dan dihangatkan dengan panas yang berasal dari jaringan di bawahnya yang kaya akan pembuluh darah, sehingga udara yang mencapai faring hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembabannya mencapai 100% (Ikawati, 2011).

II.1.2. Fisiologi Sistem Pernafasan

Pernafasan spontan dihasilkan oleh picuan secara ritmik pada saraf motor yang menginervasi otot-otot pernafasan. Picuan ini bergantung sepenuhnya pada impuls saraf dari otak, terutama dari medula spinalis. Picuan ritmis ini diatur oleh

(5)

5 perubahan PO2, PCO2, dan konsentrasi H+, selain itu juga ada sejumlah pengaruh non-kimiawi (Ikawati, 2011).

Gambar 2.mekanisme pengaturan sistem pernafasan (Cummings, 2001) Otot-otot pernafasan pada pola pernafasan regular diatur oleh pusat pernafasan (1) yang terdiri dari neuron dan reseptor pons dan medula oblongata (gambar 2). Pusat pernafasan yang lebih tinggi (2) merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang mengatur semua aspek pernafasan. Unsur utama pada pengaturan pernafasan adalah respon dari kemoreseptor di dekat pusat pernafasan (3) terhadap tekanan parsial CO2 (PaCO2) dan pH darah arteri. Peningkatan PaCO2 atau perununan pH merangsang pernafasan. Penurunan tekanan parsial O2 (PaO2) di arteri juga merangsang ventilasi. Kemoreseptor perifer yang berada di badan karotid (4) pada percabangan arteria karotid komunis dan dalam badan aorta di lengkung aorta peka terhadap penurunan PaO2. PaO2 harus turun dari 90-100 mmHg untuk bisa merangsang ventilasi (Ikawati, 2011).

Mekanisme kontrol yang lain adalah jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu paru-paru mengembang, reseptor peregangan akan

1

3

4

(6)

6 mengirim sinyal ke pusat pernafasan untuk menghentikan pengembangan lebih lanjut. Sebaliknya sinyal akan berhenti jika paru-paru dalam keadaan yang mengempis yaitu pada akhir ekspirasi dan pusat pernafasan bebas untuk memulai inspirasi (Ikawati, 2011).

II.2. Rinitis Alergi

II.2.1. Pengertian Rinitis Alergi

Rinitis alergi adalah inflamasi pada membran mukosa nasal yang disebabkan oleh penghirupan senyawa alergenik yang kemudian memicu respon imunologi spesifik (Ikawati, 2011). Adapun menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi diartikan sebagai kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

Dahulu rinitis alergi dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan waktu paparan alergen,yaitu :

a. Rinitis seasonal (hay fever) terjadi karena menghirup alergen yang terdapat secara musiman seperti serbuk bunga

b. Rinitis perrenial terjadi tanpa tergantung musim, hampir sepanjang tahun, misalnya alergi debu, jamur, bulu binatang, dan lain-lain. Umumnya menyebabkan gejala kronis yang lebih ringan.

c. Rinitis occupational terjadi akibat paparan alergen di tempat kerja, misalnya terpapar agen dengan bobot molekul tinggi di tempat kerja, zat-zat iritan, melalui mekanisme imunologi atau patogenik non-imunologi yang tidak begitu diketahui.

(7)

7 Gambar 3. Alergen dan gejala pada rinits alergi (Healthwise Staff, 2013) Saat ini digunakan klasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2008, rinitis alergi digolongkan berdasarkan waktu terjadinya gejala serta tingkat keparahannya.

Rinitis alergi berdasarkan lamanya terjadi gejala, yaitu :

a. Intermiten, gejala dialami selama kurang dari 4 hari seminggu atau kurang dari 4 minggu setiap saat kambuh.

b. Persisten, gejala dialami lebih dari 4 hari seminggu atau lebih dari 4 minggu setiap saat kambuh.

Rinitis alergi berdasarkan kepala dan kualitas hidup, yaitu :

a. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang

mengganggu.

b. Sedang sampai berat, bila terjadi satu atau lebih gejala tersebut di atas.

Penderita rinitis alergi di Indonesia memiliki prevalensi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain (kurang 5%) tetapi insiden terus mengalami peningkatan.

(8)

8 Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997). Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak. Rinitis alergi paling sering terjadi kondisi kronis pada anak-anak, walaupun hal tersebut dapat berkembang kapan saja pada usia berapa pun (Ikawati, 2011).

II.2.2 Patofisiologi Rinitis Alergi

Paparan pertama, alergen dari udara terhirup oleh hidung dan kemudian direspon oleh limfosit T dengan melepaskan sitokinin spesifik, yaitu interleukin-4 yang nantinya akan memicu difrensiasi sel limfosit B menjadi sel plasma, selanjutnya memproduksi imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu, sehingga inang akan tersensitisasi. IgE ini kemudian akan berikatan dengan sel mast pada reseptornya. Pada paparan alergen berikutnya, kompleks IgE-sel mast akan berinteraksi dengan alergen sehingga memicu pelepasan histamin dan mediator inflamasi lain yang berasal metabolisme asam arakidonat, seperti prostaglandin, leukotrien, tromboksan, dan pletelet-activating factor. Mediator-mediator ini menyebabkan berbagai reaksi antara lain vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler, dan produksi sekresi nasal. Histamin merupakan mediator terpenting dari reaksi alergi (Ikawati, 2011).

Alergi adalah reaksi berlebihan dari sistem imun terhadap substansi-substansi yang tidak berbahaya yang disebut alergen. Alergen yang umum dikenal adalah polen, bulu binatang, dan bahan-bahan kimia. Pada saat paparan yang pertama kali, alergen terhirup lalu masuk ke dalam membran mukosa hidung kemudian akan berikatan dengan APC (antigen presenting cell) yaitu sel T yang kemudian akan mengaktifkan sel B dan melepaskan antibodi IgE (imunoglobulin E) yang berfungsi untuk melawan alergen. IgE tersebut akan berikatan dengan sel mast. Dalam sel mast terdapat granul yang terdiri atas mediator-mediator kimia seperti histamin, prostaglandin, dan lain-lain. Ketika alergen terhirup kembali, alergen akan berikatan dengan kompleks IgE-sel mast yang menyebabkan pelepasan histamin dan mediator-mediator lainnya. Mediator histamin tersebut

(9)

9 kemudian berikatan dengan reseptor histamin yang menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas membran, dan produksi sekresi hidung, sehingga terjadi reaksi alergi seperti bersin-bersin dan hidung berair (Wang, CyunGuang, 2001).

Gambar 4. Rangkaian peristiwa yang memicu rinitis alergi (Lewis, 1998)

Beberapa jam setelah terjadinya reaksi awal alergi, reaksi fase lambat dapat terjadi. Reaksi fase lambat melibatkan masuknya sel-sel inflamasi (eosinofil, manosit, makrofag, dan basofil) menuju tempat inflamasi dan juga terjadi aktivasi limfost. Gejala fase lambat sumbatan nasal dimulai 3-5 jam setelah paparan antigen dan memuncak pada jam ke 12-24 setelah paparan antigen (Ikawati, 2011).

II.2.3. Gejala Klinis Rinitis Alergi

Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin

(10)

10 dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin, disebut juga sebagai bersin patologis (Soepardi, Iskandar, 2004).

Gejala rinitis alergi yang lain adalah hidung berair (rhinorrhea), hidung tersumbat, pilek, radang konjungtiva, rasa gatal di mata, hidung atau telinga. Pasien mungkin akan mengeluhkan kehilangan kemampuan mengecap atau membaui, dan pada banyak kasus penyebab pendukungnya adalah sinusitis atau polip. Postnasal drip (akumulasi dahak yang kental pada tenggorokan mudah terinfeksi) dan batuk kadang sangat mengganggu. Gejala rinitis ini ini bisa menyebabkan penderita tidak bisa tidur (insomnia), tidak enak badan, lesu, dan efisiensi kerja berkurang. Rinitis alergi ini merupakan faktor resiko untuk asma. Kurang lebih 90% penderita asma yang berusia kurang dari 16 tahun mengidap alergi (Ikawati, 2011).

Tabel 1. Karakteristik gejala pada rinitis alergi menurut ARIA 2008 Karakteristik

gejala klinik

Sifat gejala klinik pada rinitis alergi

Intermiten Persisten

Kongesti hidung Bervariasi Selalu, predominan Sekresi nasal Cair, sering terjadi Lebih kental, terjadi post

nasal drip, bervariasi

Bersin Selalu Bervariasi

Gangguan penciuman Bervariasi Sering terjadi Gejala pada mata

(gatal, berair)

Sering terjadi Jarang terjadi

Asma Bervariasi Sering terjadi

Sinusitis kronis Kadang-kadang Sering terjadi

Tingkat keparahan rinitis alergi dapat diketahui dengan memberikan penilaian secara numerik terhadap gejala-gejala klinik yang ada, seperti gejala pada mata, gangguan penciuman, bersin, rhinorrhea, dan kongesti nasal antara

(11)

0-11 3. Angka 0 menunjukkan tidak adanya gejala tersebut, angka 1 menunjukkan gejala yang ringan, angka 2 menunjukkan gejala sedang dan angka 3 menunjukkan gejala yang parah. Selain itu perlu ditambahkan intensitas subjektif dan gangguan gejala klinik tersebut terhadap tidur, waktu luang dan pekerjaan atau durasi gejala tiap hari (angka 0 menunjukkan tidak mempengaruhi, angka 1 menunjukkan kurang dari 30 menit, angka 2 menunjukkan 30 menit – 2 jam dan angka 3 menunjukkan lebih dari 2 jam) (Ikawati, 2011).

II.2.4. Komplikasi Rinitis Alergi

Rinitis alergi dapat mengakibatkan komplikasi medis jika tidak terkontrol dengan baik. Penyakit ini dapat berkembang menjadi polip hidung kambuhan atau sinusitis akut dan kronis, otitis media dan gangguan pendengaran. Komplikasi lainnya yaitu pengembangan kraniofasial (tengkorak dan wajah) abnormal pada anak-anak disebabkan oleh pernapasan mulut karena hidung tersumbat kronis, sleep apnea dan meningkatkan resiko terjadinya asma (Ikawati, 2011).

II.2.5. Diagnosis Rinitis Alergi

Pemeriksaan fisik mungkin akan menemukan lingkaran gelap disekitar mata, pembengkakan selaput mukosa hidung, sekresi hidung yang encer, air mata, dan bengkak pada periorbital (Ikawati, 2011).

Pemerikasaan mikroskopis pada apus hidung akan menjumpai banyak eosinofil. Jumlah eosinofil perifer akan meningkat, tetapi hal ini tidak spesifik dan tidak terlalu membantu. Pendukung diagnosis yang lain adalah hasil tes kulit (skin test) yang menunjukkan adanya IgE spesifik atau RAST (Radio allegro sorbent test) yaitu tes alergi yang mengukur kadar IgE dalam darah. Namun RAST ini kurang banyak dipakai karena lebih mahal dan kurang sensitif, sehingga hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu saja dimana tes kulit tidak bisa dilakukan. Kadar IgE total meningkat hanya 30-40% saja pada kasus alergi rinitis, yang mana pada penyakit non alergi juga dapat meningkat, sehingga semakin membatasi kegunaannya (Ikawati, 2011).

(12)

12 II.2.6. Terapi Rinitis Alergi

Tujuan terapi farmakologi untuk rinitis alergi adalah mengurangi atau meminimalkan gejala. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah: antihistamin, dekongestan nasal, dan analgetik (uraian obat-obatan lihat bab IV) (Ikawati, 2011).

II.3. Selesma

II.3.1. Pengertian Selesma

Istilah selesma biasa mengacu pada kumpulan gejala saluran pernapasan atas yang disebabkan oleh berbagai patogen virus. Gejala termasuk hidung tersumbat, rinorrhea, bersin, sakit tenggorokan, batuk, demam ringan, sakit kepala, dan malaise (Thompson, 2013).

Selesma mungkin merupakan penyakit infeksi yang paling lazim terjadi pada manusia. Diperkirakan bahwa sekitar lebih dari 1 milyar orang yang mengalami selesma pertahunnya di Amerika. Penyakit ini paling sering menjangkiti anak-anak dan terjadi sekitar 6 hingga 10 kali pertahunnya. Hal ini berkaitan dengan sistem imunitas tubuh mereka yang belum berkembang secara sempurna. Adapun pada orang dewasa, penyakit ini terjadi sekitar 2 hingga 4 kali pertahunnya, walau cakupannya bervariasi secara luas. Sedangkan rata-rata pada orang tua yang berusia 60 tahun ke atas angka kejadiannya hanya 1 kali pertahunnnya (Todar, 2009). Meskipun selesma umumnya dianggap ringan dan terbatas, selesma biasa dikaitkan dengan beban ekonomi yang luar biasa akibat kehilangan produktivitas dan biaya pengobatan (Thompson, 2013).

Patogen yang paling sering dikaitkan dengan gejala selesma adalah rhinovirus. Rhinovirus (berasal dari bahasa latin rhin, berarti "hidung") memiliki lebih dari 100 jenis tipe virus yang berbeda dan berkontribusi sebesar 40%- 50%dari kasus di lapangan. Patogen lain yang bertanggung jawab termasuk corona virus dan respiratory syncytial virus (RSV) (Thompson, 2013).

Ketiadaan vaksin untuk selesma disebabkan karena beberapa virus penyebab selesma tidak memberikan kekebalan abadi contohnya pada RSVserta corona virus sehingga dapat mengakibatkan infeksi berulang. Alasan lainnya yaitu

(13)

13 meskipun virus lain menghasilkan kekebalan abadi, ada begitu banyak serotipe dari virus ini, sehinga pemberian vaksin tidak akan menghasilkan dampak yang nyata dalam mengurangi frekuensi penyakit ini (Thompson, 2013).

Selesma dapat menyebar dengan cara menghirup tetesan batuk atau bersin oleh orang yang terinfeksi atau dengan kontak langsung pada sekret hidung orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, kebersihan yang buruk dan rasa ingin tahu mungkin menjadi faktor yang menyebabkan peningkatan kerentanan anak-anak terhadap selesma. Mencuci tangan akan membersihkan virus-virus tersebut dari tangan (Urban, 2009).

II.3.2 Patofisiologi Selesma

Selesma diketahui dapat disebabkan oleh beberapa virus, adapun untuk pembahasan patogenesis penyakit ini akan lebih dikhususkan untuk rhinovirus karena kejadiannya lebih besar dibandingkan virus-virus yang lain.

Penularan selesma dapat terjadi melalui inhalasi aerosol yang mengandung partikel kecil, deposisi droplet pada mukosa hidung atau konjungtiva, atau melalui kontak tangan dengan sekret yang mengandung virus yang berasal dari penyandang atau dari lingkungan. Cara penularan antara virus yang satu berbeda dengan yang lainnya, rhinovirus ditularkan melalui kontak tangan dengan sekret, yang diikuti dengan kontak tangan ke mukosa hidung atau konjungtiva. Patogenesis selesma sama dengan patogenesis infeksi virus pada umumnya, yaitu melibatkan interaksi antara replikasi virus dan respon inflamasi pejamu. Meskipun demikian, patogenesis virus-virus saluran pernafasan dapat sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya karena perbedaan lokasi primer tempat replikasi virus. Replikasi rhinovirus terutama di epitel nasofaring. Infeksi dimulai dengan deposit virus di mukosa hidung melalui duktus lakrimalis, lalu berpindah ke nasofaring posterior akibat gerakan mukosilier. Di daerah adenoid, virus memasuki sel epitel dengan cara berkaitan dengan reseptor spesifik di epitel. Setelah berada di dalam sel epitel, virus bereplikasi dengan cepat. Hasil replikasi dapat dideteksi 8-10 jam setelah inokulasi virus intranasal. Sel yang terinfeksi akan melepaskan interleukin (IL)-8 yang merupakan chemo attranct bagi polimorfonukleus (PMN).

(14)

14 Mediator inflamasi, seperti kini dan prostaglandin menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, dan sekresi kelenjar eksokrin sehingga timbul gejala klinis hidung tersumbat dan sekret hidung yang merupakan gejala selesma. Stimulasi kolinergik menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan bersin (Emirza, 2013).

Terjadi pembekakan pada submukosa hidung yang disertai vasodilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltrasi leukosit, mula-mula sel mononukleus kemudian juga polimorfonukleus. Sel epitel superfisial banyak yang lepas dan regenerasi epitel sel baru terjadi setelah lewat stadium akut (Emirza, 2013).

II.3.3. Gejala Klinis Selesma

Gejala selesma mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi. Biasanya gejala awal yang muncul berupa rasa gatal atau sakit di tenggorokan, atau rasa tidak nyaman di hidung. Penderita mulai bersin-bersin, hidung berair, dan merasa agak tidak enak badan. Biasanya tidak ada demam, tetapi demam ringan dapat timbul di awal terjadinya penyakit. Pada awalnya hidung mengeluarkan sekret yang encer, jernih, dan sangat banyak. Selanjutnya sekret menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya tidak terlalu banyak. Beberapa penderita mengalami batuk ringan. Gejala akan mereda dan hilang dalam jangka waktu 4 sampai 10 hari, meskipun batuk seringkali tetap ada hingga minggu kedua (Urban, 2009).

II.3.4. Komplikasi Selesma

Selesma merupakan penyakit yang dapat sembuh spontan dengan durasi yang pendek meskipun begitu komplikasi karena infeksi bakteri dapat juga dijumpai dan komplikasi ini dapat memperpanjang durasi penyakit. Infeksi rhinovirus sering memicu serangan asma pada penderita asma. Beberapa orang mengalami infeksi bakteri pada telinga tengah (otitis media) atau sinus. Infeksi ini terjadi akibat adanya sumbatan pada hidung yang menyebabkan bakteri dapat tumbuh pada sekret yang terkumpul. Penderita lain dapat mengalami infeksi

(15)

15 bakteri pada sistem pernafasan bawah seperti bronkitis sekunder atau pneumonia (Urban, 2009).

II.3.5. Diagnosis Selesma

Diagnosa selesma biasanya didasarkan pada gejalanya yang khas. Adapun jika terjadi demam tinggi, sakit kepala parah, ruam, kesulitan bernafas, atau nyeri dada menunjukkan bahwa terjadi komplikasi. Pemeriksaan laboratorium biasanya tidak diperlukan untuk penyakit ini. Jika dicurigai terjadi komplikasi maka akan dilakukan tes darah dan rontgen (Urban, 2009).

II.3.6. Terapi Selesma

Tujuan terapi farmakologi untuk selesma adalah mengurangi atau meminimalkan gejala. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah: antihistamin, dekongestan nasal, dekongestan oral, antitusif/ekspektoran dan analgetik (Urban, 2009).

II.3. Influenza

II.3.1. Pengertian Influenza

Influenza virus infection (flu) adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh virus dan merupakan salah satu penyakit menular yang paling umum. Penyakit ini menular melalui udara yang terjadi dalam wabah musiman (biasanya terkonsentrasi di bulan kelembaban tinggi) dan bermanifestasi sebagai penyakit demam akut dengan variabel derajat gejala sistemik, mulai dari kelelahan ringan sampai kegagalan pernafasan dan kematian. Influenza menyebabkan kerugian yang signifikan pada aktivitas manusia. Meskipun influenza adalah penyakit ringan pada sebagian besar individu, penyakit ini dapat mengancam jiwa pada manula atau penderita dengan sistem pertahanan tubuh yang lemah (Derlet, 2014).

Penyebab penyakit ini adalah virus influenza yang berasal dari famili Orthomyxoviridae, virus RNA yang diselubungi kapsid heliks simetris. Virus ini diklasifikasikan menjadi 3 yaitu virus influenza tipe A, B dan C. Virus tipe A

(16)

16 dapat menginfeksi babi, burung dan kuda. Sedangkan virus yang dapat menginfeksi manusia adalah virus tipe B dan C. Virus tipe C biasanya menyebabkan sakit ringan atau bahkan tanpa gejala, sehingga jarang dibahas. Sedang tipe A dan B yang paling sering menimbulkan angka kesakitan. Masing-masing virus ini memiliki banyak subtipe dan strain. Virus ini juga selalu mengalami perubahan, yaitu mutasi, sehingga flu yang disebabkan oleh satu strain tidak memiliki kekebalan yang penuh terhadap strain yang lain (Derlet, 2014).

Seseorang yang telah terinfeksi virus ini akan menular ke orang lain sejak 1 hari sebelum timbul gejala sampai 5 hari setelah gejala timbul. Penularan dapat terjadi melalui :

a. Kontak dengan droplet kecil yang keluar dari bersin atau batuknya penderita, b. Kontak dengan objek, seperti saputangan yang terkena cairan hidung atau

tenggorok penderita, dan

c. Kontak langsung, seperti berjabat tangan.

Influenza juga dapat ditularkan melalui air liur, cairan hidung, kotoran dan darah. Virus flu dapat tetap menular selama sekitar satu minggu pada suhu tubuh manusia, lebih dari 30 hari pada 0°C, dan tanpa batas waktu pada suhu yang sangat rendah (seperti danau di timur laut Siberia). Virus ini dengan mudah dilemahkan oleh desinfektan dan deterjen .

II.3.2 Patofisiologi Influenza

Infeksi virus yang menyebar melalui droplet pernapasan. Partikel virus mengikat sel - sel epitel pernapasan yang kaya reseptor virus. Neuraminidase pada virus membantu proses infeksi dengan melepaskan partikel virus yang telah terikat lendir pada permukaan sel epitel.

(17)

17 Gambar 5. Invasi dan repilkasi virus Influenza (Anonim, 2007)

Virus mengikat sel melalui interaksi antara glikoprotein hemagglutinin dengan gula-asam sialik pada permukaan sel epitel di paru-paru dan tenggorokan (gambar 5) (1). Virus masuk ke dalam sel dengan cara endositosis. Dalam endosom asam, bagian dari protein hemaglutinin menggabungkan amplop virus dengan membran vakuola, melepaskan molekul RNA viral (vRNA), protein aksesori dan RNA-dependent RNA polymerase ke dalam sitoplasma (2). Protein ini dan vRNA membentuk kompleks yang diangkut ke dalam nukleus, di mana RNA-dependent RNA polymerasememulai transkripsi complementary positive-sense Crna (3a dan b) . Crna akan diekspor ke sitoplasma dan diterjemahkan (langkah 4), atau tetap berada dalam nukleus. Protein virus yang baru disintesisakan disekresikan melalui aparatus Golgi ke permukaan sel (dalam kasus neuraminidase dan hemagglutinin, 5b) atau diangkut kembali ke dalam nukleus untuk mengikat vRNA dan membentuk partikel genom virus baru (langkah 5a). Adapun bagi protein virus lainnya, memiliki kegunaan tersendiri dalam sel inang berupa menurunkan mRNA seluler dan menggunakan nukleotida duntuk sintesis vRNA dan juga menghambat translasi mRNA sel inang.

(18)

18 vRNA negative-senseakan membentuk genom virus baru, RNA-dependent RNA transcriptase, dan protein virus lainnya dirakit menjadi virion. Molekul hemagglutinin dan neuraminidase akan berkelompok membentuk suatu tonjolan di membran sel. vRNA dan protein virus akan meninggalkan nukleus dan memasuki tonjolan membran ini (6). Tunas virus dewasa lepas dari sel dalam bola membran fosfolipid inang, memperoleh hemagglutinin dan neuraminidase dengan membran ini mantel (7).Seperti sebelumnya, virus melekat pada sel melalui hemaglutinin. Setelah merilis virus influenza baru, sel inang akan mati (Anonim, 2014) .

Ukuran virus sangatlah kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Dalam virus influenza terdapat material-material genetik yang berisi informasi yang kemudian akan diduplikasi utnuk membentuk virus yang sama. Virus memiliki lapisan pelindung protein yang akan melindungi material genetik di dalam virus, saat virus berada dalam tubuh hewan atau manusia. Kemudian pada bagian luar sel terdapat selubung yang membuat sel dapat menginfeksi sel dengan cara berikatan dengan lapisan luar sel. Pada selubung virus terdapat spike-spike yang berfungsi untuk mengikat sel dengan reseptor seperti kunci dan gembok, dan untuk melepaskan ikatan tersebut. Saat seseorang yang bersin, bersin tersebut mengandung droplet yang berisi virus-virus influenza yang kemudian akan terhirup oleh orang lain. Droplet tersebut akan masuk ke saluran pernafasan kemudian akan mengalami kontak dengan reseptor pada membran lalu kemudian berikatan menyebabkan virus masuk ke dalam sel. Virus tersebut kemudian melepaskan material-material genetiknya yang akan masuk ke dalam nukleus untuk membentuk material-material genetik yang baru. Di dalam sel ini, virus akan membentuk komponen-komponen virus yang baru yang kemudian terjadi perakitan virus baru. Virus-virus baru yang terbentuk tersebut akan kembali berikatan dengan reseptor yang selanjutnya akan terlepas dari reseptor, lalu menginfeksi sel-sel lainnya (Nucleus medical media, 2013).

(19)

19 II.3.3. Gejala Klinis Influenza

Gejala dimulai 1-4 hari setelah terinfeksi dan dapat terjadi tiba-tiba. Indikasi awal penyakit ini sering ditandai dengan menggigil atau merasa kedinginan. Demam adalah gejala umum selama beberapa hari pertama, kadang-kadang bisa mencapai 39°C. Kebanyakan penderita merasa begitu sakit, lemah, dan lelah sehingga harus terbaring di tempat tidur selama beberapa hari. Sekujur tubuh terasa nyeri, terutama di punggung dan kaki. Sakit kepala sering parah, dengan sakit di sekitar dan di belakang mata (Urban, 2009).

Awalnya, gejala pada pernafasan mungkin relatif ringan, seperti gatal atau sakit tenggorokan, sensasi terbakar di dada, batuk kering, dan hidung berair. Kemudian, batuk semakin parah disertai dengan dahak. Kulit menjadi hangat dan memerah, terutama pada wajah disertai dengan mata berair. Beberapa penderita kehilangan kemampuan untuk membaui selama beberapa hari atau minggu. Jarang terjadi kerugian yang permanen. Gejala akan mereda setelah 2 atau 3 hari. Namun, kadang-kadang demam berlangsung sampai 5 hari. Batuk, lemah, berkeringat, dan kelelahan dapat bertahan selama beberapa hari atau kadang-kadang minggu (Urban, 2009).

II.3.4. Komplikasi Influenza

Komplikasi paling umum yang terjadi pada penderita influenza adalah pneumonia yang berasal dari virus, bakteri, atau keduanya. Pada pneumonia virus, virus influenza akan menyebar menyebar ke paru-paru. Pada pneumonia bakteri, bakteri yang tidak berhubungan (seperti pneumokokus atau stafilokokus) menyerang orang yang daya tahan tubuhnya menurun. Adapun gejala komplikasi yang diderita yaitu batuk semakin memburuk, kesulitan bernapas, demam yang terus-menerus atau berulang, dan kadang-kadang darah atau nanah di dahak. Pneumonia lebih umum dijumpai pada orang tua dan penderita gangguan jantung atau paru-paru (Urban, 2009).

(20)

20 II.3.5. Diagnosis Influenza

Pengujian pada sampel darah atau sekret pernafasan dapat digunakan untuk mengidentifikasi virus influenza. Tes ini terutama dilakukan jika pasien tampak sangat sakit atau ketika dicuragai terjadinya gejala ini disebabkan oleh sebab yang lain (Urban, 2009).

II.3.6. Terapi Influenza

Tujuan terapi farmakologi untuk rinitis alergi adalah mengurangi atau meminimalkan gejala. Obat-obat yang digunakan antara lain adalah: antihistamin, dekongestan nasal, dekongestan oral, antitusif/ekspektoran, antipiretik dan analgesik (Depkes RI, 2006)

(21)

21 BAB III

PENGOBATAN NON FARMAKOLOGI

Langkah pencegahan dan terapi non farmakologi untuk pasien yang menderita rinitis alergi adalah dengan memodififikasi gaya hidup. Orang tersebut harus didorong untuk menghindari alergen bila memungkinkan. Hal ini mungkin sulit, terutama untuk pasien yang biasanya terus menerus terpapar dengan alergen. Pada pasien rinitis alergi, beberapa penyesuain lingkungan harus dilakukan. Sebagai contoh, pasien yang sensitif terhadap tungau debu harus menggunakan penutup kedap untuk bantal dan kasur, mencuci seprai di tempat yang panas (lebih tinggi dari 54°C) dan meminimalkan penggunaan karpet (gunakan lantai ubin atau kayu). Satu-satunya cara efektif untuk menghilangkan bulu hewan adalah dengan tidak memelihara hewan peliharaan di rumah. Alergen seperti serbuk sari tumbuhan dan jamur tidak dapat dihindari sepenuhnya untuk itu pasien harus menjaga jendela dan pintu tertutup dan menggunakan air conditioner.

Selesma dan influenza umumnya dapat sembuh sendiri oleh daya tahan tubuh. Di bawah ini dipaparkan beberapa tindakan yang dianjurkan untuk meringankan gejala influenza antara lain :

1. Memperbaiki hygiene, sanitasi dan kondisi tubuh

2. Untuk mengencerkan sekret: minum banyak cairan, menghirup uap air panas dan atau dapat ditetesi beberapa tetes minyak atsiri. Minyak atsiri yang ditambahkan bisa berupa minyak mint (berasal dari daun menta piperita), minyak kayu putih, minyak adas, atau tea tree oil (berasal dari penyulingan daun eucalyptus).

3. Kompres hangat untuk demam 4. Ukur suhu badan tiap 4-6 jam

5. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering ditenggorokan mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam. 6. Istirahat yang lebih banyak untuk memulihkan daya tahan tubuh

(22)

22 7. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang tinggi akan menambah daya tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak mengandung vitamin.

Adapun langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya selesma dan influenza, yaitu:

1. Melakukan vaksinasi flu secara rutin tiap tahun.

2. Mencuci tangan adalah cara terbaik dalam mencegah infeksi flu biasa. 3. Makan secara benar dan tidur secara teratur.

4. Berolahraga secara teratur.

5. Menghindari zat-zat atau benda-benda yang menyebabkan alergi (rinitis alergi).

(23)

23 BAB IV

PENGOBATAN FARMAKOLOGI

IV.1. Pengobatan dengan Obat-Obatan Tradisional

IV.1.1 Bahan Obat Tradisional yang Digunakan Masyarakat IV.1.1.1 Bahan Obat Tradisional untuk pengobatan Rinitis Alergi a. Resep 1

• Bahan : 15 gram daun sambiloto, 30 gram temulawak (kupas, potong-potong), 30 gram meniran.

• Cara membuat : Cuci bersih semua bahan, rebus dengan 800 cc air hingga tersisa 400 cc, lalu saring.

• Cara memakai : Diminum 2 kali sehari.

(Hembing W, 2008)

b. Resep 2

• Bahan : 100 cc cuka beras (rice vinegar), 30 gram rimpang jahe, tumbuk. Ditambahkan gula merah secukupnya.

• Cara memakai : Rebus semua bahan dengan 300 cc air hingga mendidih. • Cara membuat : Minum hangat-hangat.

(Hembing W, 2008)

c. Resep 3 (pemakaian luar)

• Bahan : 60 gram daun patikan cina dan 10 lembar daun sirih. • Cara Membuat : Cuci bersih kedua bahan, lalu rebus dengan 600 cc air

hingga mendidih.

• Cara Memakai : Setelah dingin, gunakan untuk mencuci ruam kulit yang gatal karena alergi.

(24)

24 d. Resep 4 (pemakaian luar)

• Bahan : 25 gram rimpang kunyit yang tua (kupas) dan 30 gram sambiloto segar.

• Cara Membuat : Cuci kunyit dan sambiloto hingga bersih, haluskan. • Cara Memakai : Oleskan pada bagian kulit yang gatal karena alergi.

(Hembing W, 2008)

e. Resep 5

• Bahan : 3 batang serai, 2 ruas jahe merah, 7 biji cengkeh, 7 biji kapulaga, 1 batang kayu manis dan 1 sendok teh bubuk kayu secang.

• Cara membuat : Jahe merah dan serai dicuci hingga benar-benar bersih lalu dimemarkan. Jahe merah dan serai tersebut direbus dalam gelas air. Setelah agak mendidih, biji cengkih, baju kapulaga, kayu manis, dan bubuk kayu secang dimasukkan ke dalam air rebusan, lalu dididihkan terus hingga air rebusan tersisa tiga gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring dan dimasukkan ke dalam botol yang bersih.

• Cara memakai : Ramuan tersebut diminum tiga kali sehari sebanyak setengah gelas. Sebelum diminum bisa ditambahkan satu sendok makan madu murni ke dalamnya.

(Redaksi Agromedia, 2008)

f. Resep 6

• Bahan : Lima sendok makan air perasan jeruk panas, dua sendok teh minyak kayu putih, dan satu sendok makan air kapur sirih.

• Cara membuat : Ketiga bahan diatas dicampurkan dan diaduk hingga benar-benar menjadi satu larutan.

(25)

25 • Cara memakai : Ramuan ini digosokkan di bagian leher, dada, dan punggung. Dipakai dua kali sehari sampai gejala benar-benar mereda.

(Redaksi Agromedia, 2008)

g. Resep 7

• Bahan : Lima belas gram jahe, lima belas gram tausi, dan tiga batang daun bawang putih.

• Cara membuat : Semua bahan dicuci bersih lalu direbus dengan 500 ml air hangat hingga tersisa sekitar 250 ml air, langsung disaring.

• Cara memakai : Airnya diminum selagi hangat. Diminum 2 kali sehari secara teratur.

(Redaksi Agromedia, 2008)

IV.1.1.2 Bahan Obat Tradisional untuk pengobatan Influenza dan Selesma a. Resep 1

• Bahan : 1 bagian bawang putih, 1 bagian bawang merah, 1 bagian jahe.

• Cara membuat : Kupas, cuci, kemudian seduh bahan-bahan tersebut. Tutup selama 15 menit, sisihkan jahenya, makan bawang merah dan bawang putih, kemudian minum airnya.

(Yuliarti, 2008) b. Resep 2

• Bahan : Labu air 4 jari, daun bayam 25 gram, air jeruk nipis 1 sendok makan, dan air masak ½ cangkir.

• Cara membuat : Cuci labu air dan bayam, lalu tumbuk halus dan remas-remas dengan air masak. Tambahkan jeruk nipis, lalu peras dan saring.

• Aturan pakai : Ramuan ini diminum sekaligus, 2 kali sehari.

(26)

26 c. Resep 3

• Bahan : Jeruk nipis yang tua 1 buah dan madu murni 3 sendok makan.

• Cara Membuat : Peras dan ambil air jeruk nipis, lalu tambahkan madu dan aduk rata.

• Cara Memakai : Ramuan ini diminum 2 kali sehari, masing-masing 2 sendok makan.

(Herti dan Lusi, 2004)

d. Resep 4

• Bahan : 10 lembar daun sirih dan 25 gram kunyit (dipotong-potong).

• Cara Membuat : Dicuci bersih, lalu direbus bahan-bahan tersebut dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, disaring, ditambahkan madu atau gula batu.

• Cara Memakai : Airnya diminum 2-3 kali, setiap kali minum 100-150 cc. (Herti dan Lusi, 2004)

e. Resep 5

• Bahan : Daun sambiloto kering dijadikan obat batuk, lalu ambil 1-2 gram bubuk tersebut dan diseduh dengan menggunakan air panas, kemudian tambahkan madu, diaduk dan diminum setelah hangat. Lakukan 3 kali sehari.

(Herti dan Lusi, 2004)

f. Resep 6

• Bahan : Sambung nyawa segar dan 15 gram pegagan segar. • Cara Membuat : Cuci bahan tersebut sampai bersih, kemudian diblender

dengan 150 cc air matang dan disaring. • Cara memakai : Airnya diminum 2 kali sehari.

(27)

27 g. Resep 7

• Bahan : 10 gram jahe segar dan 1 siung bawang putih.

• Cara membuat : Cuci bersih bahan tersebut, lalu dihaluskan, diseduh dengan menggunakan 200 cc air panas, tambahkan air perasan dari ½ buah jeruk lemon dan madu.

• Cara Memakai : Diminum selagi hangat. Lakukan 3 kali sehari.

(Herti dan Lusi, 2004)

h. Resep 8

• Bahan : Lima sendok makan air perasan jeruk nipis, dua sendok teh minyak kayu putih, dan satu sendok makan air kapur sirih.

• Cara membuat : Ketiga bahan di atas dicampurkan dan diaduk hingga benar-benar menjadi satu larutan.

• Cara memakai : Ramuan ini digosokkan di bagian leher, dada, dan punggung. dipakai dua kali sehari sampai gejala benar-benar mereda.

(Herti dan Lusi, 2004)

i. Resep 9

• Bahan : Dua jari kulit kina, satu jari lempuyang wangi, tiga puluh butir biji pepaya, dua sendok makan air jeruk nipis, dan tiga sendok makan madu.

• Cara membuat : Kulit kina, lempuyang wangi, dan biji papaya dibersihkan lalu ditumbuk hingga halus. Hasil tumbukan tadi dimasukkan ke dalam satu cangkir air hangat serta ditambahkan air jeruk nipis dan madu.larutan bahan-bahan tadi disaring.

• Cara memakai : Ramuan ini diminum tiga kali sehari dengan dosis setengah gelas untuk sekali minum.

(28)

28 j. Resep 10

• Bahan : Lima belas gram jahe, lima belas gram tausi, dan tiga batang daun bawang putih.

• Cara membuat : Semua bahan dicuci bersih lalu direbus dengan 500 ml air hangat hingga tersisa sekitar 250 ml air, langsung disaring.

• Cara memakai : Airnya diminum selagi hangat, diminum dua kali setiap hari secara teratur.

(Herti dan Lusi, 2004)

IV.1.2 Tanaman dan Kandungannya

 Daun Sambiloto

Nama latin : Andrographis paniculata Nees

Kandungan : Andrographolida mempunyai efek antiinflamasi, analgetik-antipiretik. Komponen aktifnya seperti ncoandrografolid, andrografolid, deoksiandrografolid dan 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid berkhasiat antiradang dan antipiretik.

 Rimpang Temulawak

(29)

29 Kandungan : Alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida tannin, saponin dan steroid. Minyak atsiri, kamfer, dan kurkumin.

 Rimpang Jahe

Nama latin : Zingiber officinale Rosc.

Kandungan : Gingerol sebagai antiinflamasi, untuk meredakan demam dan batuk.

 Daun Sirih

Nama latin : Piper betle L.

Kandungan : Alkaloid flavonoid, saponin, tanin dan minyak atsiri. Eugenol sebagai analgetik.

(30)

30 Nama latin : Curcuma longa L.

Kandungan : Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, kurkuminoid yang terdiri dari bisdesmetoksikurkmin, desmetoksikumin, kurkumin, dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari keton, sesquiterpen, turmeron, tumeon , borneol, felandren, sabinen, zingiberen, dan sineil. Kunyit juga mengandung lemak, karbohidrat, protein, pati, vitamin C, serta garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.

 Umbi Bawang Putih

Nama latin : Allium sativum

Kandungan : Minyak atsiri, saponon, flovonoid, polifenol, kalium, kaltivine, dan diallysulfide.

Kandungan sulfur yang terkandung dalam bawang putih dapat meningkatkan dan mempercepat kegiatan membran mukosa di saluran pernafasan, yang mampu melegakan hidung tersumbat dan mengeluarkan lendir.

(31)

31 Nama latin : Euphorbia thymifolia Linn.

Kandungan : Saponin, fasin, euforbin, quersetrin, glukosida apigenin, tarakserol, tirukalol, tanin.

 Cengkeh

Nama latin : Syzygium aromaticum L.

Kandungan : Minyak asiri 16-20%, eugenol 80-82%, asetil eugenol, kariofilen, furfural, metal-amilketon, vanillin, kariofilen, tannin, gom, serat, air, asam galatanat, dan kalsium oksalat.

 Kulit Batang Kayu Manis

Nama latin : Cinnamomum cassia Presl.

Kandungan : Cinnamic aldehyde, cinnamyl acetate, cinnzeylanol, cinnzeylanine, phenylprophyl acetate, tannin, saffrol.

(32)

32 Nama latin : Cymbopogon citratus DC.

Kandungan : Minyak asiri, seperti geraniol, citronnelal, eugenol-metil eter, sitral, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol dan lemonen.

 Kapulaga

Nama latin : Amomum compactum

Kandungan : Kapulaga mengandung minyak atsiri, sineol, terpineol, borneol, protein, gula, lemak, silikat, betakamfer, sebinena, mirkena, mirtenal, karvona, terpinil asetat, dan kersik. Dari kandungan tersebut kapulaga memiliki khasiat ekspektoran dan antibatuk.

 Umbi Bawang Merah

Nama latin : Allium cepa L.

Kandungan : Flavonglikosida dan sulfur. Minyak esensial pada bawang merah dapat mengobati batuk dan influenza.

(33)

33

 Buah Labu Air

Nama latin : Lagenaria siceraria

Kandungan : Saponin, polifenol, kalsium, zat besi, dan vitamin C.

 Buah Jeruk Nipis

Nama latin : Citrus aurantifolia

Kandungan : Asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linali-lasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C. Jeruk nipis juga mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperetin 7-rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin, eriocitrocide. Hesperidin bermanfaat untuk antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis prostaglandin.

(34)

34

 Daun Sambung Nyawa

Nama latin : Gynura procumbens (Lour.) Merr.

Kandungan : Flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat, asparaginase, sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri.

IV.1.3 Sediaan Obat Tradisional yang Beredar di Pasaran  Ace Max

Indikasi :

Mengobati rinitis alergi Komposisi :

35% Garcinia mangostana (kulit buah manggis), 35% Annona muricata (daun sirsak), 20% Malus domestica (buah apel) dan 10% Mel departum (madu).

Aturan pakai : 1-2 kali sehari Produsen :

(35)

35  Jamu Batuk

Indikasi:

Mengobati penyakit batuk yang disebabkan oleh influenza, pilek, masuk angin dan lainnya. Komposisi:

Patikan Kebo 10% (Hirtae Herba), kencur 15% (Kaempferiae Rhizoma), jahe 12% (Zingiberis Rhizoma), kunyit 20% (Curcumae domesticae Rhizoma), buah kapulogo 5% (Amomi Fructus), adas manis 13% (Anisi Fructus), kayu manis 10% (Glycyrrhizae Radix).

Aturan pakai:

Diminum 2 kali sehari @ 1 bungkus. Produsen :

Air Mancur

 Jamu Selesma

Indikasi:

Mengobati demam selesma dengan gejala-gejala seperti badan merasa panas dingin/demam, batuk, pilek, meriang, linu pada persendian, mual, hidung pengar, tenggorokan kering.

Komposisi:

Daun sembung 10% (Blumeae Folium), pegagan 10% (Centellae Herba), buah mungsi 15% (Coptici Fructus), temulawak 15% (Curcumae Rhizoma), kencur 15% (Kaempferiae Rhizoma), dan jahe 15% (Zingiberis Rhizoma).

Aturan pakai:

Diminum setiap hari 2 kali @ 1 bungkus.Bila perlu diminum 3 kali sehari @ 1 bungkus.

Produsen : Air Mancur

(36)

36  Jamu Pilek

Indikasi:

Mengobati pilek dengan gejala-gejala sukar bernafas, hidung tersumbat, keluar ingus disertai bersin/batuk terus menerus dan sakit kepala.

Komposisi:

Buah kapulogo 15% (Amomi Fructus), buah ketumbar 10% (Coriandri Fructus), lada hitam 10% (Piperis nigri Fructus), cabe jawa 15% (Retrofracti Fructus), lengkuas 15% (Languatis Rhizoma), jahe 15% (Zingiberis Rhizoma).

Aturan Pakai:

Diminum setiap hari 2 kali @ 1 bungkus. Produsen :

Air Mancur

 Jamu Sekalor

Indikasi:

Mengobati sakit kepala karena flu, kurang tidur, masuk angin, gangguan pada pencernaan, dan ketegangan urat syaraf.

Komposisi:

Daun sangketan 10% (Achyranthi Folium), temulawak 20% (Curcumae Rhizoma), jahe 15% (Zingiberis Rhizoma), lempuyang Wangi 15% (Zingiberis aromaticae Rhizoma), bengle 10% (Zingiberis purpurei Rhizoma), kulit kina 10% (Cinchonae Cortex).

Aturan Pakai:

Diminum setiap hari 2 kali @ 1 bungkus. Produsen :

(37)

37  Tolak Angin

Indikasi:

Mengobati masuk angin karena kehujanan, kurang tidur, atau terlalu lelah. Gejala-gejalanya seperti: mual, perut kembung/sakit (mules), pusing, lesu, demam, pilek, badan terasa dingin, mata berair.

Komposisi:

30% bahan yang terdiri dari : Amoni Fructus (kapulaga), Foeniculli Fructus (Adas), Isorae Fructus (kayu ules), Myristicae Semen (pala), Burmanni Cortex (kayu manis), Centellae Herba (pegagan), Caryophylli Folium (cengkeh), Parkiae Semen (kedawung), Oryza sativa (beras), Menthae arvensitis Herba (poko), Usneae thallus (kayu angin), Zingiberis Rhizoma (jahe), Panax Radix extract, 70% Mel Depuratum (Madu) serta bahan-bahan lain. Aturan Pakai : 2 x sehari 1 bungkus Produsen : PT Sidomuncul  Madu Batuk Indikasi:

Meningkatkan stamina dan meredakan batuk, flu serta melegakan hidung tersumbat.

Komposisi:

70% Mel Depuratum (madu), 25% Nigella sativa Linn (jintan hitam), 5% Mentha piperita (daun mint).

(38)

38 Aturan Pakai:

Diminum 3 x 1 sendok teh sehari dan dianjurkan diminum sebelum makan. Produsen:

PT El Iman

 Jamu Batuk Flu

Indikasi:

Mengobati batuk dan flu serta membantu meningkatkan kekebalan tubuh.

Komposisi:

300 mg kencur (Kampheria galanga rhizoma), 200 mg temulawak (Curcuma xanthoriza), 200 mg kapulaga (Ammomuncardamomum), 100 mg jahe merah (Zingiber officinale), dan 100 mg pegagan (Centella asiatica). Aturan pakai :

Diminum 3x 2 kapsul perhari. Produsen :

UD. Rahmasari

IV.2. Pengobatan dengan Obat-Obatan Sintetik

Tidak ada terapi spesifik untuk selesma, influenza, dan rhinitis alergi. Semua pengobatannya bersifat simptomatis karena pada dasarnya selesma, influenza, dan rhinitis alergi adalah penyakit yang self-limiting (bisa sembuh sendiri). Obat penurun panas, dekongestan dan pengencer dahak, antialergi dapat diberikan bila gejala sangat mengganggu.

1. Antihistamin

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin. Obat yang tergolong antihistamin antara lain: Klorfeniramin maleat/klorfenon/CTM, Difenhidramin HCl, Promethazin

(39)

39 a. Kegunaan obat

Anti alergi

b. Hal yang harus diperhatikan :

• Hindari dosis melebihi yang dianjurkan

• Hindari penggunaan bersama minuman beralkohol atau obat tidur • Hati-hati pada penderita glaukoma dan hipertropi prostat atau minta

saran dokter.

• Jangan minum obat ini bila akan mengemudikan kendaraan dan menjalankan mesin.

c. Efek samping

• Mengantuk, pusing, gangguan sekresi saluran napas • Mual dan muntah (jarang)

d. Aturan pemakaian

o Klorfeniramin maleat (CTM)

• Dewasa : 1 tablet (2 mg) setiap 6-8 jam

• Anak : < 12 tahun ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam o Difenhidramin HCl

• Dewasa : 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam • Anak : ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam o Promethazin

• Dewasa : 50-300 mg sehari,

• Anak : usia 1-5 tahun 5-15 mg sehari

usia 5-10 tahun 10-25 mg setiap hari.

2. Dekongestan

Dekongestan mempunyai efek mengurangi hidung tersumbat. Obat dekongestan oral antara lain : Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan Efedrin.

a. Kegunaan obat

(40)

40 b. Hal yang harus diperhatikan

Hati-hati pada penderita diabet juvenil karena dapat meningkatkan kadar gula darah, penderita tiroid, hipertensi, gangguan jantung dan penderita yang menggunakan antidepresi. Mintalah saran dokter atau Apoteker. c. Kontraindikasi

Obat tidak boleh digunakan pada penderita insomnia (sulit tidur), pusing, tremor, aritmia dan penderita yang menggunakan MAO (mono aminoksidase) inhibitor.

d. Efek samping

• Menaikkan tekanan darah

• Aritmia terutama pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah. e. Aturan pemakaian

o Fenilpropanolamina

• Dewasa : maksimal 15 mg per takaran 3-4 kali sehari

• Anak : usia 6-12 tahun maksimal 7,5 mg per takaran 3-4 kali sehari o Fenilefrin

• Dewasa : 10 mg, 3 kali sehari

• Anak : usia 6 – 12 tahun : 5 mg, 3 kali sehari o Pseudoefedrin

• Dewasa : 60 mg, 3 – 4 kali sehari

• Anak : usia 2-5 tahun : 15 mg, 3 - 4 kali sehari usia 6-12 tahun : 30 mg, 3 - 4 kali sehari o Efedrin

• Dewasa : 25 – 30 mg, setiap 3 – 4 jam

• Anak : sehari 3 mg/kg berat badan, dibagi dalam 4 – 6 dosis yang sama

DekongestanTopikal (oksimetazolin) a. Hal yang harus diperhatikan

• Hindari dosis melebihi yang dianjurkan • Hati-hati sewaktu meneteskan ke hidung

(41)

41 • Dosis tepat dan masuknya ke lubang hidung harus tepat,

• Jangan mengalir keluar atau tertahan, • Tidak boleh digunakan lebih dari 7-10 hari,

• Segera minum setelah menggunakan obat, karena air dapat mengencerkan obat yang tertelan,

• Ujung botol obat dibilas dengan air panas setiap kali dipakai,

• Penggunaan obat pada pagi dan menjelang tidur malam dan tidak boleh digunakan lebih dari 2 kali dalam 24 jam.

• Obat tidak boleh digunakan untuk anak berumur dibawah 6 tahun, karena efek samping yang timbul lebih parah, dan juga pada ibu hamil muda.

b. Efek samping

Merusak mukosa hidung karena hidung tersumbat makin parah, rasa terbakar, kering, bersin, sakit kepala, sukar tidur, berdebar.

c. Aturan pemakaian

• Dewasa dan Anak > 6 tahun 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,005% setiap lubang hidung,

• Anakusia 2-5 tahun 2-3 tetes/semprot oksimetazolin 0,025% setiap lubang hidung

3. Analgesik dan Antipiretik

Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi keluhan demam dan nyeri yaitu: o Parasetamol/Asetaminofen

a. Kegunaan obat

Menurunkan demam, mengurangi rasa sakit b. Hal yang harus diperhatikan

• Dosis harus tepat, tidak berlebihan, bila dosis berlebihan dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal.

• Sebaiknya diminum setelah makan.

• Hindari penggunaan campuran obat demam lain karena dapat menimbulkan overdosis.

(42)

42 • Hindari penggunaan bersama dengan alkohol karena

meningkatkan risiko gangguan fungsi hati.

• Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita gagal ginjal.

c. Kontra Indikasi

Obat demam tidak boleh digunakan pada : • Penderita gangguan fungsi hati

• Penderita yang alergi terhadap obat ini • Pecandu alkohol

d. Efek samping

Efek samping jarang; kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang, penting pada kerusakan hati (dan lebih jarang kerusakan ginjal) setelah overdosis. e. Aturan pemakaian

 Dewasa : 1 tablet (500 mg) 3 – 4 kali sehari, (setiap 4 – 6 jam)  Anak :

• 0-1 tahun ½-1 sendok teh sirup, 3-4 kali sehari (setiap 4 - 6 jam) • 1-5 tahun 1-1 ½ sendok teh sirup, 3 - 4 kali sehari (setiap 4 - 6

jam)

• 6-12 tahun ½-1 tablet (250-500 mg), 3-4 kali sehari (setiap 4-6 jam)

o Asetosal (Aspirin) a. Kegunaan obat

Mengurangi rasa sakit, menurunkan demam, antiradang b. Hal yang harus diperhatikan

 Aturan pemakaian harus tepat, diminum setelah makan atau bersama makanan untuk mencegah nyeri dan perdarahan lambung.

 Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita gangguan fungsi ginjal atau hati, ibu hamil, ibu menyusui dan dehidrasi.

(43)

43

 Jangan diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan risiko perdarahan lambung.

 Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita yang menggunakan obat hipoglikemik, metotreksat, urikosurik, heparin, kumarin, antikoagulan, kortikosteroid, fluprofen, penisilin dan vitamin C.

c. Kontra Indikasi

Tidak boleh digunakan pada: • Penderita alergi termasuk asma.

• Tukak lambung (maag) dan sering perdarahan di bawah kulit. • Penderita hemofilia dan trombositopenia.

d. Efek samping

• Nyeri lambung, mual, muntah

• Pemakaian dalam waktu lama dapat menimbulkan tukak dan perdarahan lambung.

e. Aturan pemakaian

• Dewasa : 500 mg setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari) • Anak : ▪ 2 – 3 tahun : ½ - 1 ½ tablet 100 mg, setiap 4 jam

▪ 4 – 5 tahun : 1 ½ - 2 tablet 100 mg, setiap 4 jam ▪ 6 – 8 tahun : ½ - ¾ tablet 500 mg, setiap 4 jam ▪ 9 – 11 tahun : ¾ - 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam ▪ > 11 tahun : 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam o Ibuprofen

a. Kegunaan obat

Menekan rasa nyeri dan radang, misalnya dismenorea primer (nyeri haid), sakit gigi, sakit kepala, paska operasi, nyeri tulang, nyeri sendi, pegal linu dan terkilir.

b. Hal yang harus diperhatikan

(44)

44

 Hati-hati untuk penderita gangguan fungsi hati, ginjal, gagal jantung, asma dan bronkhospasmus atau konsultasikan ke dokter atau Apoteker

 Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi, metotreksat, urikosurik, kumarin, antikoagulan, kortiko-steroid, penisilin dan vitamin C atau minta petunjuk dokter.

 Jangan minum obat ini bersama dengan alkohol karena meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna.

c. Kontra Indikasi

Obat tidak boleh digunakan pada:

• Penderita tukak lambung dan duodenum (ulkus peptikum) aktif • Penderita alergi terhadap asetosal dan ibuprofen

• Penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk tonjolan pada hidung)

• Kehamilan tiga bulan terakhir d. Efek Samping

 Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, diare, konstipasi (sembelit/susah buang air besar), nyeri lambung sampai pendarahan.

 Ruam kulit, bronkhospasmus, trombositopenia

 Penurunan ketajaman penglihatan dan sembuh bila obat dihentikan

 Gangguan fungsi hati

 Reaksi alergi dengan atau tanpa syok anafilaksi

 Anemia kekurangan zat besi e. Aturan pemakaian

 Dewasa : 1 tablet 200 mg, 2 – 4 kali sehari,. Diminum setelah makan

 Anak : ▪ 1 – 2 tahun : ¼ tablet 200 mg, 3 – 4 kali sehari ▪ 3 – 7 tahun : ½ tablet 500 mg, 3 – 4 kali sehari

(45)

45 ▪ 8 – 12 tahun : 1 tablet 500 mg, 3 – 4 kali sehari

Tidak boleh diberikan untuk anak yang beratnya kurang dari 7 kg.

4. Ekspektoran

o Gliseril Guaiakolat a. Kegunaan obat

Mengencerkan lendir saluran napas b. Hal yang harus diperhatikan :

Hati-hati atau minta saran dokter untuk penggunaan bagi anak dibawah 2 tahun dan ibu hamil.

c. Aturan pemakaian

• Dewasa : 1-2 tablet (100 -200 mg), setiap 6 jam atau 8 jam sekali • Anak : ▪ 2-6 tahun : ½ tablet (50 mg) setiap 8 jam

▪ 6-12 tahun : ½ - 1 tablet (50-100 mg) setiap 8 jam o Bromheksin

a. Kegunaan obat

Mengencerkan lendir saluran napas. b. Hal yang harus diperhatikan

Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita tukak lambung dan wanita hamil 3 bulan pertama.

c. Efek samping

Rasa mual, diare dan perut kembung ringan d. Aturan pemakaian

• Dewasa : 1 tablet (8 mg) diminum 3 x sehari (setiap 8 jam)

• Anak : ▪ > 10 tahun: 1 tablet (8 mg) diminum 3 kali sehari (setiap 8 jam)

▪ 5-10 tahun : 1/2 tablet (4 mg) diminum 2 kali sehari (setiap 8 jam)

(46)

46 5. Antitusif

o Dekstrometorfan HBr (DMP HBr) a. Kegunaan obat

Penekan batuk cukup kuat kecuali untuk batuk akut yang berat b. Hal yang harus diperhatikan

• Hati-hati atau minta saran dokter untuk penderita hepatitis

• Jangan minum obat ini bersamaan obat penekan susunan syaraf pusat

• Tidak digunakan untuk menghambat keluarnya dahak c. Efek samping

• Efek samping jarang terjadi. Efek samping yang dialami ringan seperti mual dan pusing

• Dosis terlalu besar dapat menimbulkan depresi pernapasan d. Aturan pemakaian

• Dewasa : 10-20 mg setiap 8 jam • Anak : 5-10 mg setiap 8 jam • Bayi : 2,5-5 mg setiap 8 jam o Difenhidramin HCl

a. Kegunaan obat

Penekan batuk dan mempunyai efek antihistamin (antialergi) b. Hal yang harus diperhatikan

 Karena menyebabkan kantuk, jangan mengoperasikan mesin selama meminum obat ini

 Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita asma, ibu hamil, ibu menyusui dan bayi atau anak.

c. Efek Samping

Pengaruh pada kardiovaskular dan SSP seperti sedasi, sakit kepala, gangguan psikomotor, gangguan darah, gangguan saluran cerna, reaksi alergi, efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur dan gangguan saluran cerna, palpitasi dan aritmia,

(47)

47 hipotensi, reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, reaksi fotosensitivitas, efek ekstrapiramidal, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, berkeringat dingin, mialgia, paraestesia, kelainan darah, disfungsi hepar, dan rambut rontok.

d. Aturan Pemakaian

• Dewasa : 1-2 kapsul (25-50 mg) setiap 8 jam • Anak : ½ tablet (12,5 mg) setiap 6-8 jam

Beberapa contoh sediaan obat untuk pengobatan sendiri penyakit Selesama, Influenza, dan rhinitis alergi yang beredar :

1. Bodrex Flu & Batuk

Komposisi : • Per kapl Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Dextrometorphan HBr 12 mg

• Per 5 ml air Paracetamol 150 mg, Pseudoephedrin HCl 10 mg, Dextrometorphan HBr 4 mg.

Indikasi : Meredakan gejala-gejala flu yang disertai batuk kering

Dosis : Dewasa 1 kapl atau 15 ml 3 kali sehari Anak ½ kapl atau 7,5 ml 3 kali sehari

Kontraindikasi : Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat dan gangguan fungsi hati, terapi bersama dengan MAOI

Efek samping : Gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, mengantuk, kerusakan hati (karena dosis besar dan penggunaan jangka lama).

Interaksi Obat : Dengan MAOI dapat menyebabkan hipertensi Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas

Produsen : PT Tempo Scan Pacific

2. Bodrexin Pilek Alergi

Komposisi : Per 5 ml Pseudoephedrin HCl 7,5 mg, Chlorpheniramin maleate 0,5 mg

(48)

48 Dosis : Anak 6-12 tahun 2 sdt, 2-5 tahun 1 sdt. Diberikan 3 kali sehari Kontraindikasi : Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat,

dan terapi bersama dengan MAOI.

Efek samping : Gangguan GI, gangguan psikomotorik, takikardia, aritmia, palpitasi, retensi urin, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, kesulitan berkemih, mengantuk.

Interaksi Obat : MAOI

Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas Produsen : PT Tempo Scan Pacific

3. Decolgen FX

Komposisi : Acetaminophen 650 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg

Indikasi : Flu disertai sakit kepala berat dan meringankan gejala flu lainnya seperti demam , hidung tersumbat, serta bersin.

Dosis : Dewasa 1 kapl Anak 6-12 tahun ½ kapl. Diberikan 3 kali sehari.

Golongan Obat : Obat Bebas Produsen : PT Medifarma Lab

4. Mixagrip

Komposisi : Per kapl Paracetamol 500 mg, Chlopheniramin maleat 2 mg, Phenylpropanolamin HCl 25 mg

Indikasi : Pilek, flu, batuk, demam, nyeri

Dosis : Dewasa 1-2 kapl Anak ½-1 kapl.3-4 kali sehari

Kontraindikasi : Hipertiroid, hipertensi, peny koroner, nefropati,terapi MAOI

Efek samping : Mengantuk, pusing, mulut kering, serang seperti epilepsi (dosis besar), ruam kulit.

Interaksi Obat : Antihistamin dapat berpotensiasi dengan depresan SSP lainnya. Efek diperpanjang oleh MAOI, Penggunaan

(49)

49 Paracetamol jangka panjang dapat berpotensi sebagai antikoagulan oral.

Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas Produsen : PT Dankos Farma

5. Neozep Forte

Komposisi : Phenylpropanolamin HCl 15 mg, Paracetamol 250 mg, Salicylamid 150 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg, Ascorbic acid 25 mg

Indikasi : Flu, rhinitis alergi

Dosis : Dewasa 1 tablet 3-4 kali sehari Anak > 6 tahun ½ dosis dewasa Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas

Produsen : PT Medifarma Lab

6. Procold Tablet

Komposisi : Asetaminophen 500 mg, Pseudoephendrin HCl 30 mg,

Chlorpheniramin maleat 2 mg

Indikasi : Meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung

tersumbat, dan bersin-bersin

Dosis : Dewasa 1 kapl Anak ½ kapl. Diberikan 3 kali sehari

Kontraindikasi : Terapi MAOI, usia lanjut

Efek Samping : Gangguan GI, gangguan psikomotor, takikardia, kerusakan

hati, palpitasi, retensi urin, mulut kering.

Interaksi Obat : Penggunaan bersama antidepresan tipe penghambat MAO

dapat menyebabkan krisis hipertensi

Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas Produsen : PT Kalbe Farma

(50)

50 7. Bisolvon Flu syrup 60 ml

Komposisi : Bromhexin HCl 4 mg, Paracetamol 150 mg, Chlorpheniramin maleat 2 mg, Phenylephrin HCl 5 mg

Indikasi : Meredakan gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk.

Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun 10 ml, Anak 6-12 tahun 5 ml. Diberikan 3 kali sehari

Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi jantung, Diabetes Melitus.

Efek samping : Mengantuk, gangguan pencernaan, sakit kepala, insomnia, eksitasi, tremor, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi, sulit berkemih. Reaksi alergi, termasuk ruam kulit, urtikaria, bronkospasme.

Interaksi Obat : MAOI, antibiotik (amoksisilin, sefuroksim, eritromisin, doksisiklin), CaCl2, kanamisin sulfat, noradrenalin, Na pentobarbital,meglumin adipidon, Anastesi lokal butakain Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas

Produsen : PT Boehringer Ingelheim

8. Panadol Cold & Flu

Komposisi : Paracetamol 500 mg, Pseudoephedrin HCl 30 mg, Dextrometorphan HBr 15 mg.

Indikasi : Meredakan gejala hidung tersumbat, batuk yang tidak berdahak, dan demam menyertai influenza

Dosis : Dewasa 1 kapl tiap 4-6 jam. Maks. 8 kapl/25jam. Tidak untuk anak <12 tahun.

Kontraindikasi : Peka terhadap obat simptomimetik lain, hipertensi berat dan gangguan fungsi hati, terapi bersama dengan MAOI.

Efek samping : Kadang-kadang takikardia, dispepsia, mual, kemerahan pada kulit, depresi pernafasan dan SSP, mengantuk, konstipasi, pusing.

(51)

51 Interaksi Obat : Penggunaan bersamaan dengan depresan tipe MAOI dapat

mengakibatkan krisis hipertensi Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas

Produsen : PT Glaxo Smith Kline

9. Woods’ Peppermint Antitussive sirup 50 ml

Komposisi : Dextrometorphan HBr 7,5 mg, Dipenhydramin HCl 12,5 mg Indikasi : Batuk non produktif yang berhubungan dengan alergi

Dosis : Dewasa dan anak >12 tahun 10 ml 3 kali sehari, Anak 6-12 tahun 5 ml 3 kali sehari

Kontraindikasi : Hamil, laktasi, glaukoma, asma bronkial, gagal nafas. Jangan digunakan bersama MAOI

Efek samping : Muntah, pusing, mengantuk, konstipasi Interaksi Obat : Jangan digunakan bersama MAOI Golongan Obat : Obat Bebas

Produsen : PT Inasentra Unisatya

10. Triaminic Expectorant sirup 60 ml

Komposisi : Pseudoephedrin HCl 15 mg, Guaifenesin 50 mg Indikasi : Meringankan batuk berdahak dan pilek

Dosis : Dewasa dan anak >12 tahun 2 sdt, Anak 6-12 tahun 1 sdt, 2-5 tahun ½ sdt. Diberikan 3 kali sehari

Kontraindikasi : Gangguan jantung, diabetes melitus, digunakan bersama MAOI

Efek samping : Mual, muntah, berkeringat, sakit kepala, rasa haus, takikardia, nyeri prekordial, palpitasi, kesulitan miksi, kelemahan otot, tremor, gelisah, insomnia, mulut kering. Interaksi Obat : Efek potensiasi terhadap simpatomimetik dan SSP depresan. Golongan Obat : Obat Bebas Terbatas

Gambar

Gambar 2.mekanisme pengaturan sistem pernafasan (Cummings, 2001)
Gambar 4. Rangkaian peristiwa yang memicu rinitis alergi (Lewis, 1998)
Tabel 1. Karakteristik gejala pada rinitis alergi menurut ARIA 2008  Karakteristik

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Alloh S.W.T yang telah meletakkan pada tulisan-tulisan huruf berbagai macam rahasia yang tidak ada bandingannya ,dan yang telah menyusun berbagai

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang signifikan antara minat belajar siswa SMK PGRI 1 Palembang terhadap prestasi belajar pada

Polri sebagai aparat negara penegak hukum adalah sebagai penyidik atas tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam KUHAP, segala aturan umum tentang

Berita acara ini merupakan bukti serah terima berupa Naskah Soal Ujian (NSU) dalam keadaan baik dan masih dilak yang sudah terdistribusi sesuai dengan ruang ujian,

Dengan kata lain, bila pada pelemparan pertama kita mendapatkan dadu bermata satu, maka tidak adacara untukmendapatkanmata daduberjumlab 8.Dengan demikianprobabilitas untuk

No Name DATE OF MOBILIZATION Position Person Numbe r Month s Unit... Amount (Rp.) AMANDMENT

Sesuai dengan pernyataan Sjafei et al (2002), bahwa dalam kandungan limbah cair apabila memiliki nilai COD yang tinggi namun nilai BOD rendah hal ini

178/Pid.Sus-ITE/2015/PT.BDG peran ahli forensik di butuhkan dalam pengungkapan suatu perkara pidana, antara lain ahli pantologi yaitu seorang ahli yang memeriksa penyebab