• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengembangkan Sentra Pangan Penyangga Kota Besar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mengembangkan Sentra Pangan Penyangga Kota Besar"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

34

MAJALAH SAINS INDONESIA Januari 2018 - vol 73

Science. Innovation. Networks

www.litbang.pertanian.go.id

Panen jagung penyangga kota besar di Lampung Timur, 8 Desember 2017. Tiga kabupaten di Lampung, yaitu Lampung Timur, Lampung Utara, dan Lampung Selatan termasuk dalam program penyangga pangan kota besar yang melibatkan 11 kabupaten di 3 provinsi.

H

ingga akhir 2017, Lampung sukses memproduksi 2,4 juta ton jagung, meningkat sekitar 40 % dari tahun sebelumnya yang hanya 1,7 juta ton. Segenap petani di Lampung Utara, Lampung Timur, dan Lampung Selatan konsisten memajukan komoditas jagung mendukung program swasembada. Provinsi di ujung selatan Sumatra itu pun sukses menyumbang 8,59 % produksi nasional.

“Saat ini Lampung merupakan sentra jagung nomor 3 di Indonesia. Produksi jagung Lampung ada di bawah Jawa Timur (6,18 juta ton) dan Jawa Tengah (3,51 juta ton). Kami bersyukur Lampung bisa membantu pemerintah mencapai target swasembada jagung,” ujar Staf Ahli Gubernur Lampung, Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik, Teresia Sormin saat launching panen jagung penyangga kota besar di Lampung Timur, Desember lalu.

Mengembangkan Sentra Pangan

Penyangga Kota Besar

Kementerian Pertanian (Kementan)

menetapkan 11 kabupaten di

Lampung, Banten, dan Jawa

Barat sebagai sentra produsen

pangan guna memasok sekaligus

menghindari gejolak harga di

ibukota.

(2)

Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), Haris Syahbuddin mengatakan, keberhasilan Lampung meningkatkan produksi tidak terlepas dari upaya Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung program Presiden Joko Widodo untuk menghentikan impor jagung. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain melalui pembukaan lahan baru dan pemberian bantuan pupuk serta benih jagung hibrida.

“Lampung merupakan satu dari tiga provinsi yang masuk dalam Program Penyangga Pangan Kota Besar yang digalakkan Kementan. Sementara ini kota besar baru fokus DKI Jakarta, terutama terkait penyediaan pakan

ternak, yaitu jagung. Ada 11 sentra pangan yang ditetapkan untuk memenuhi target tanam jagung seluas 250-300 ribu hektare,” ujar Haris kepada Majalah Sains

Indonesia.

Program penyangga pangan kota besar melibatkan 11

kabupaten di tiga provinsi. Tiga kabupaten di Lampung, yaitu Lampung Timur, Lampung Utara, dan Lampung Selatan. Kemudian tiga Kabupaten di Banten, yaitu Serang, Lebak, dan Pandeglang. Dan lima kabupaten di Jawa Barat, yaitu Subang, Purwakarta, Cianjur, Karawang, dan Sukabumi. Sebelum di Lampung Timur (8/12), kegiatan launching ini sudah lebih dulu dilakukan di Serang, Banten akhir September 2017.

Target Ekspor

Sebelumnya, saat panen jagung di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur, Jumat (8/12), Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Bioindustri, Gardjita Budi mengatakan bahwa pertumbuhan produksi jagung nasional dalam 2 tahun terakhir sangat pesat. Indonesia bahkan sudah mencapai swasembada jagung sejak tahun lalu.

“Tahun-tahun sebelumnya memang ada pertumbuhan, tapi dua tahun terakhir ini tumbuh sangat signifikan. Dulu kita ragu bisa swasembada pangan tapi setelah banyak capaian positif, kini jagung bukan hanya surplus tapi juga sudah diekspor,” ujar Gardjita kepada Majalah Sains Indonesia.

Dalam kurun satu tahun (2016-2017), produksi Lampung meningkat 40 %, dari 1,7 juta ton ke 2,4 juta ton di akhir 2017. Kini Lampung merupakan sentra jagung nomor 3 di Indonesia, di bawah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

(3)

36

MAJALAH SAINS INDONESIA Januari 2018 - vol 73 Seorang petani tampak menyiapkan jagung untuk dipanen. Para petani berharap mendapat bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan produkvitas jagung, baik dari benih unggul bermutu, pupuk, hingga mekanisasi pertanian. Sebelumnya Indonesia selalu mengimpor

jagung untuk pakan ternak setiap tahunnya. Pada 2015, pemerintah memasok 3,6 juta ton impor jagung dari negara lain. Setahun berselang, angka impor mampu ditekan hingga 90 ribu ton.

“Kini kita bisa bangga. Karena secara internasional, ranking produksi jagung kita meningkat dari peringkat 9 ke 7 dalam waktu 2 tahun,” ungkap Gardjita.

Gardjita berharap capaian ini bisa memacu semua pihak untuk terus fokus meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani jagung. “Masih banyak yang harus dilakukan, seperti memasifkan bantuan benih unggul dan pupuk, minimal 404 ribu hektare secara langsung, juga membuat embung air yang menjadi sarana hidup untuk ternak dan tanaman. Ambisi kita adalah ekspor, dan 2018 target produksi 33,1 juta ton,” pungkasnya.

Benih Berkualitas

Untuk mendukung swasembada dan target ekspor, Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) merilis dan mendorong penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) jagung hibrida. Salah satu VUB yang akan dimasifkan adalah Nakula Sadewa 29 (NASA 29) hasil rekayasa Badan Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal). Varietas ini memiliki tonggol ganda dengan produktivitas mencapai lebih dari 70 % di dataran tinggi.

“Launching VUB dilakukan langsung oleh Presiden pada hari Pangan Sedunia, 29 Oktober 2016, di Boyolali. Uji coba produksi benih telah dilakukan oleh Balitsereal bekerja sama dengan BPTP Sulsel, Sultra, Sulut, Sulbar, NTB, dan jambi. Hasilnya memuaskan, potensinya 1,85 ton/hektare,” ujar Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), Andriko Noto Susanto.

NASA 29 sudah didesiminasikan di sentra pengembangan jagung hibrida seperti di Jawa Timur (15 ha dengan produktivitas 12,5 – 13,5 ton/ha); Jawa Barat (10 ha dengan produktivitas 11,5 – 12,5 ton/ha); dan Jambi (5 ha dengan produktivitas 11,35 – 12 ton/ha). Varietas ini juga dikembangkan di Sulawesi Selatan (30 ha dengan produktivitas 11,5 – 12,6 ton/ha); Sulawesi Utara (10 ha dengan produktivitas 12,15 – 13 ton/ha); Sulawesi Tenggara (15 ha dengan produktivitas 11,25 – 12 ton/ha); dan NTB (30 ha dengan hasil 12,13 – 13,41 ton/ha).

“Disemimasi dalam skala luas ini sudah dilakukan sejak 2016 dengan total luasan sekitar 500 hektare. Hasil panennya berkisar 10,5 – 13,5 ton per hektare dengan rata-rata hasil 11,25 ton per hektare. VUB ini sudah melalui sidang pelepasan varietas. SK Pelepasannya sudah diserahkan oleh Menteri Pertanian pada 6 Desember 2017 lalu di Universitas Brawijaya Malang,” pungkas Andriko.

(4)

Science. Innovation. Networks

www.litbang.pertanian.go.id

T

eknologi pengelolaan hara tak kalah vital bagi upaya

swasembada jagung, disamping ketersediaan lahan. Fosfor (P) merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama tanaman pangan. Selama ini, sumber hara P umumnya diperoleh dari pupuk dengan kelarutan P tinggi, seperti SP-36 dan TSP. Dari sisi harga, eceran tertinggi SP-36 subsidi berkisar Rp 2.000/kg, sementara harga nonsubsidi tentu lebih mahal.

Di sisi lain, mayoritas petani juga masih memilih menggunakan SP-36 dan TSP untuk mendapatkan P2O5 (difosforus pentaoksida) yang berguna bagi pertumbuhan tanaman di lahan kering masam. Balittanah Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) lantas mencoba mengubah paradigma ini dengan mengambil unsur penting tersebut langsung dari sumbernya, yaitu fosfat alam (batuan fosfat).

Upaya substitusi pupuk pabrikan ini sudah dilakukan di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur untuk komoditas jagung. Hasilnya sangat menggembirakan. Sekali pemberian fosfat alam, selama lima musim tanam selanjutnya, tanaman tidak perlu lagi diberi P2O5. Artinya, metode ini cukup efektif dan efisien menekan biaya produksi.

Fosfat Alam

Tingkatkan Produktivitas Jagung

Hasil riset Balai Penelitian Tanah

(Battanah), Badan Litbang

Pertanian menunjukkan, fosfat

alam terbukti jitu meningkatkan

produksi jagung sebesar 30% dan

menghemat biaya 25 %.

Temu lapang peningkatan produktivitas jagung melalui aplikasi langsung fosfat alam reaktif Maroko pada lahan kering masam di Lampung Timur, 11 Desember 2017. Aplikasi fosfat alam sukses meningkatkan produktivitas jagung hingga 30 persen.

(5)

38

MAJALAH SAINS INDONESIA Januari 2018 - vol 73

Foto-foto: Faris Sabilar R.

“Batuan fosfat ini bisa mengoptimalkan lahan kering masam,” ujar Peneliti Balittanah, Adha Fatmah Siregar kepada Majalah

Sains Indonesia saat kegiatan Temu Lapang

Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Aplikasi Langsung Fosfat Alam Reaktif Morocco pada Lahan Kering Masam di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur (11/12).

Fosfat alam, papar Adha, sangat cocok dikembangkan di Lampung Timur yang memiliki tipikal lahan kering masam. Ketika diaplikasikan pada lahan masam, fosfat alam akan bereaksi optimal memberikan keuntungan bagi tanaman. “Jika teknologi ini diadopsi 100 % dengan tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara, maka keragaannya akan lebih baik. Selisihnya bisa sampai 2 ton per hektare,” lanjutnya.

Kepala Balittanah, Husnain mengatakan, penggunaan Fosfat Alam Reaktif (Reaktif

Phosphate Rock- RPR) akan maksimal pada

lahan dengan tingkat keasaman (pH) 4,5 – 5,5.

Aplikasi pada lahan dengan pH di atas 5,5 tidak akan efektif karena RPR tidak lagi reaktif. Selain itu, kombinasi RPR dengan bahan organik juga bisa menaikkan pendapatan petani. Ini memungkinkan karena harga penggunaan RPR lebih murah dibandingkan pupuk P dari SP-36 atau TSP.

“Fosfat alam menghasilkan pH yang rendah, sehingga meningkatkan kelarutan P dalam pupuk. Beberapa kelebihan lainnya, selain harganya relatif murah yaitu berkisar Rp 3.000 per kilogram, sementara residu RPR-nya bisa bertahan hingga 4 - 5 musim tanam. Ini potensial mengingat luas lahan masam Indonesia mencapai 68 % dari total luasan lahan pertanian,” ujar Husnain.

Kemampuan fosfat alam ini sudah dibuktikan oleh Balittanah dan Office Chérifien

des Phosphates (OCP S.A) Maroko dalam

program riset RPR. Kerja sama penelitian ini telah berlangsung sejak 2013. Sebelum implementasi di Braja Selebah, RPR sudah lebih dulu diujicoba di KP Taman Bogo, Purbolinggo, Lampung Timur dan pada tanah ultisol di Banyuasin, Sumatra Selatan.

Hasil temu lapang di KP Taman Bogo pada 2016 mencatat, penggunaan RPR dengan dosis 1 ton/hektare, yang diberikan satu kali selama 5 musim tanam, lalu dikombinasikan dengan pupuk kandang, dapat meningkatkan produktivitas tanaman jagung hingga 30 %. Produktivitas jagung pun meningkat, dari rata-rata 8-9 ton/hektare menjadi 11 ton/hektare.

Petani pun bisa menghemat biaya sampai 25 %, sehingga keuntungan menjadi berlipat ganda. Metode ini menjadi salah satu solusi efektif dan ekonomis, serta dapat direkomendasikan untuk meningkatkan produktivitas jagung di lahan kering masam.

Faris Sabilar Rusydi

Salah satu lahan milik warga yang mendapat aplikasi langsung fosfat alam (foto atas).

Aplikasi fosfat alam dengan dosis yang tepat, terbukti mampu menekan biaya produksi petani hingga 25 persen. Keuntungan petani pun berlipat ganda (foto bawah).

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Febby (2014) faktor produksi yang berpengaruh terhadap operasi perikanan jaring cumi di PPI Muara Angke, Jakarta adalah BBM dan konstruksi alat tangkap, sedangan

Penelitian ini menguji tentang Manajemen Laba Melalui Akrual Dan Aktivitas Real Pada Penawaran Perdana Dan Hubungannya Dengan Kinerja Jangka Panjang (Studi Empiris

Akuntan Febrian Kwarto dan membimbing penulis selama kerja

Klorofil-a merupakan salah satu parameter indikator tingkat kesuburan perairan, tinggi rendahnya kandungan klorofil-a di laut sangat diperngaruhi oleh faktor oseanografi

Berdasarkan hasil, pembahasan, dan simpulan yang telah dijabarkan, adapun saran yang ingin peneliti sampaikan untuk penelitian lebih lanjut, diantaranya (a) dapat

Dari uraian di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian yang difokuskan terhadap Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Pidana Cabul Kepada Anak Di Bawah Umur

Sedangkan ketika program analisa image tersebut dipergunakan menganalisa obyek dalam penelitian ini memperoleh hasil bahwa luka kulit yang diberi stimulasi elektrik

Beban yang Masih Harus Dibayar per 30 September 2020 dan 30 September 2019 sebesar Rp 0,- dan Rp 0,- merupakan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga yang pada