35 Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA) Vol. V, No. 1. Maret 201
PENGARUH TERAPI BACAAN AL-QURAN MELALUI MEDIA AUDIO TERHADAP RESPON NYERI PASIEN POST OPERASI HERNIA
DI RSUD Cilacap
The Effect of Quran Listening Theraphy Towards Pain Responses in Post Hernia Surgery at Cilacap Hospital
Sodikin
STIKES Al-Irsyad Al-IslamiyyahCilacap Jl. Cerme No 24 Cilacap
Alamatkorespondensi: [email protected]
Abstrak
Penanganan kasus hernia yang permanen adalah melalui pembedahan insisi kulit abdomen dan berdampak rasa nyeri paska operasi. Manajemen nyeri dengan terapi analgetik tetap akan menimbulkan nyeri kembali 6 jam paska pemberian analgetik. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi bacaan al-quran (TBA) terhadap respon nyeri post operasi hernia. Desain penelitian Quasi experiment pre and post test non equivalent controlgroup dengan 20 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah TBA (p=0,008; p=0,001, α=0,05); Pada kelompok tidak TBA didapatkan hasil tidak ada perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah terapi;terdapat perbedaan skala nyeri setelah TBA pada kedua kelompok (p=0,005, α=0,05); tidak ada hubungan antara faktor usia dan pengalaman mengatasi nyeri post operasi dengan nyeri; Maka hasil penelitian ini disarankan bagi rumah sakit dapat menggunakan terapi bacaan Al-quran sebagai terapi komplementer dalam menurunkan nyeri pasca operasi melalui media audio.
Kata Kunci : Post operasi hernia, respon nyeri, terapi bacaan Al-quran (TBA)
Abstact
Surgical treatment forherniarequir is abdominal skinincisitionalleads topost operativepain. To overcome pain, analgesicis commonly used, however its effect only, for six hours. Thus providing analgesic combine with complementary therapy of quran listening (TQL) would be more effective. This research aims to identify TQL effect on post hernia surgery pain. This research used quasi experiment method with pre and post test non-equivalent control group, involving20respondents. The results showed that there were significant differences in pain level before and after TQL (p=0,008;p=0,005,α=0,05);there were a surgical difference pain level between treatment and control group (p=0,001,α=0,05); no difference in pain level in control group.There are no correlation between age and previous experience with pain level. Therefore, it is recommended using TQLas a complementary therapy for reducing pain level after hernia surgery.
PENDAHULUAN
Hernia merupakan kondisi yang dapat menyerang semua usia (anak, dewasa dan tua). Hernia ditandai dengan benjolan yang hilang timbul (Black & Hawks, 2009). Benjolan akan menghilang jika penderita istirahat atau berbaring telentang (Ignatavicius & Workman, 2006). Jenis hernia yang membuat penderita datang ke RS adalah jenis hernia inguinalis. Frekuensi Hernia inguinalis medialis (direct) terjadi sekitar 1% dari seluruh hernia inguinalis. Kejadian 60% dari kasus hernia inguinalis biasanya ada pada lateral sisi kanan, 30% sisi kiri dan 10% bilateral (Buckley & Pegues, 2011).
Hernia terjadi seiring dengan penambahan usia (McIntosh, dalam Simarmata, 2003).Salah satu penanganan hernia inguinalis adalah dengan tindakan operasi melalui insisi kulit abdomen. Namun berdasarkan penelitian operasi insisi abdomen lebih sakit dibanding laparoskopi (Coll & Ameen, 2006), hal ini dipicu oleh stimulasi nociceptif, ketegangan otot, respon saraf karena rangsang mekanis, tarikan pada jaringan melalui serabut saraf a dan serabut saraf c (Aavsang, Hansen, & Kehlet, 2008), sehingga banyak pasien yang mengeluh sakit paska operasi.Keluhan rasa sakit pada pasien berbeda-beda skalanya. Berdasarkan penelitian sebelumnya bahwa level nyeri pasien operasi dinding abdomen 15% nyeri berat dan 50% nyeri sedang (Simarmata, 2003). Maka pada tahap ini perawat melakukan pemberian obat rasa sakit baik injeksi atau obat oral.
Penggunaan obat injeksi menjadi pilihan yang harus diberikan jika pasien berada di RS. Injeksi analgesik (ketorolac 30 mg/iv) berdasarkan penelitian sebelumnya dapat menghilangkan rasa nyeri (Pritaningrum, Harahap & Hardian 2010; Keyser, 2002 dalam Peterson, 2004). Tetapi penggunaan obat tersebut akan menimbulkan rasa sakit kembali setelah 6 jam pemberian. Maka perawat mempunyai peran untuk menurunkan nyeri post operasi yang bersifat alami dan melibatkan keaktifan pasien (non farmakologi). Penelitian tindakan untuk mengurangi efek nyeri post operasi yang bersifat non farmakologi akhir- akhir ini semakin berkembang antara lain relaksasi,penggunaan nafas dalam, hipnotis serta terapi musik. Dari penelitian sebelumnya didapatkan bahwa perangsangan ayat-ayat suci Al-Quran bagi ibu yang dilakukan kuretase dapat menurunkan kecemasan(Nurliana, 2011). METODE
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment pre and post test non equivalent
control groupdengan jumlah sampel 20
responden. Teknik pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling. Instrumen yangdigunakan untuk mengukur nyeri menggunakan VAS 0-10. Analisis statistik menggunakan uji t.
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah terapi pada kelompok yang diberi TBA.
terapi pada kelompok yang diberi TBA Klp N Mean SD t p value Intervensi Kelompok diberi TBA (n=10)
n Mean rank Z p value Diberi TBA Tidak diberi 10 3,56 10 5,03 1,07 0,98 - 3,175 0,005* sebelum– sesudah terapi 10 7,14 -2,668 0,008* TBA * Tingkat kemaknaan α = 0.05 * Tingkat kemaknaan α = 0.05
Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi pada kelompok TBA (p= 0,008, α = 0,05). Perkembangan skala nyeri pada kelompokyang diberi TBA sebelum dan sesudah intervensi 1 sampai 3tampakpadaGambar 1.
Gambar 1.Rata-rata skala nyeri sebelum dan sesudah terapi pada kelompok yang diberi TBA
2. Rata-rata skala nyeri setelah terapi pada kedua kelompok
Rata-rata skala nyeri pada kelompok yang telah diberi TBA lebih kecil, yaitu 3,56 dengan standar deviasi 1,07. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,005, α=0,05).
3. Usia dan pengalaman mengatasi nyeri operasi dengan nyeri
Rata-rata skala nyeri usia dewasa lebih tinggi yaitu skala 4,35 dengan standar deviasi 1,39. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,783 α= 0,05). Rata-rata skala nyeri responden yang tidak mempunyai pengalaman mengatasi nyeri post operasi lebih kecil yaitu skala 4,07 dengan standar deviasi 1,21. Hasil statistik juga menujukkan tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,223 α=0,05).
4. Usia dan Pengalaman mengatasi nyeri operasi dengan denyut nadi
Rata-rata denyut nadi pada usia dewasa lebih tinggi yaitu 83,33 x/menit dengan standar deviasi 7,21. Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p=0,055,α=0,05). Rata-rata denyut nadi pada responden yang tidak mempunyai pengalaman mengatasi nyeri post operasi sebelumnya lebih kecil yaitu 79,73 x/menit
dengan standar deviasi 10,53. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengalaman mengatasi nyeri operasi dengan denyut nadi (p=0,560 α=0,05).
PEMBAHASAN
Usia responden yang menjalani post operasi hernia pada penelitian ini sebagian besar berusia dewasa. Hernia dapat terjadi pada mereka yang berusia dewasa dan usia tua disebabkan oleh berkurangnya jaringan penunjang terhadap otot seiring dengan meningkatnya penyakit yang diderita. Hal ini sesuai dengan Syamsuhidajat & Jong (2010) bahwa kasus hernia terjadi pada usia dewasa dan usia tua. Penelitian lain Simarmata (2003) menjelaskan bahwa kejadian hernia 15% terjadi pada populasi dewasa, dan mencapai 45% pada usia tua. Penelitian ini juga mendapatkan data yang menjalani operasi hernia lebih banyak laki-laki. Fakta ini membuktikan bahwa insiden terjadinya hernia sebagian besar laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Simarmata (2003) yang menemukan kasus hernia inguinalis dijumpai 25 kali lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan. Sementara menurut Lewis, et al., (2011) untuk laki-laki memiliki potensi resiko hernia 25% dan perempuan mempunyai risiko hernia kurang dari 5%.
Kelompok responden baik yang diberi TBA dan kelompok yang tidak diberi TBA sebagian besar tidak mempunyai pengalaman mengatasi nyeri post operasi sebelumnya, hal ini
karena mereka baru menjalani operasi hernia yang pertama kali, dan 6 responden yang mempunyai pengalaman mengatasi nyeri post operasi dengan cara menggunakan analgetik. Menurut Mubarok dan Chayatin (2007) setiap orang memberikan reaksi nyeri yang berbeda- beda antar individu satu dengan yang lain. Nyeri juga memiliki makna yang berbeda untuk orang yang sama disaat yang berbeda. Menurut Smelzer dan Bare (2001), bagi individu yang mempunyai pengalaman mengatasi nyeri post operasi dengan yang tidak mempunyai pengalaman, tidak memiliki pengaruh terhadap toleransi nyeri post operasi hernia, karena orang yang berpengalaman terhadap nyeri akan semakin takut terhadap peristiwa nyeri yang akan dihadapi jika nyeri yang dulu tidak diatasi dengan adekuat. Sebaliknya orang yang tidak mempunyai pengalaman mengatasi nyeri tidak akan takut terhadap nyeri.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan secara bermakna skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi pada kelompok yang diberi TBA. Diperolehnya perbedaan ini ada kaitannya dengan efek pemberian terapi bacaan Al-Quran. Temuan fakta ini juga menunjukkan bahwa pemberian analgesik yang dikombinasikan dengan TBA dapat menurunkan skala nyeri pada orang dengan post operasi hernia. Pemberian obat analgesik (ketorolak 30 mg/iv) sudah menjadi pilihan untuk mengurangi nyeri paska bedah. Efek obat analgesik secara parenteral mencapai kadar puncak antara 0,5-1 jam, dan lama kerja
analgesik selama 6 jam (Sukandar dkk, 2008). Berdasarkan lama kerja analgesik, pasien akan kembali mengeluh nyeri setelah 6 jam dan efek obat akan memberikan iritasi saluran cerna. Nyeri post operasi akan terus dirasakan sampai pemberian obat analgesik berikutnya, diwaktu inilah perlu terapi komplementer.
Pembedahan merupakan kejadian yang berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Selama dan setelah operasi akan mengakibatkan sensitisasi susunan saraf sensorik (Tanra, 2004). Perubahan ini dirasakan oleh pasien sebagai stimulus noksius yang normal menjadi sangat nyeri. Pada periode ini pengelolaan nyeri paska bedah sudah menggunakan obat, tetapi masih belum optimal (Black & Hawks, 2011; Lewis et.al, 2011).
Secara fisiologis terapi bacaan Al-quran akan mempengaruhi perubahan sel-sel tubuh, medan elektromagnetis, dan memberikan efek relaksasi bagi tubuh post operasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Roykulcharoen dan Good (2004) bahwa pemberian efek relaksasi dapat mengurangi nyeri yang dirasakan akibat tindakan pembedahan dan dapat meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang terjadi. Efek relaksasi juga akan memutuskan siklus nyeri dan ketegangan. Penjelasan manfaat Al-quran dapat ditemukan pada Alquran surat Al-Isra :82 (Izat & ‘Ariff, 2011) Firman Alloh SWT:
“Dan kami turunkan dari Al-quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah
menambah kepada orang –orang yang Zalim selain kerugian”.
Fakta lain terapi bacaan Al-quran dapat mengurangi sakit adalah penjelasan riwayat Baihaqi bahwa Tholhah bin Mussarif berkata”Aku pernah mendengar bahwa ketika dibacakan Al-quran kepada orang yang
sedang sakit niscaya sakitnya akan
berkurang” (Al Durr Al-Manstur, dalam Elzaky, 2011). Hal ini sesuai hadist Rosululloh SAW yang bersabda “ Sebaik-baik obat adalah Al-quran” (HR. Ibnu Majah, dalam ‘Izzat & ‘Arif, 2011).
Hasil perbedaan yang ditemukan menunjukkan bahwa pemberian terapi bacaan Al-quran dapat menurukan denyut nadi dan efek anestesi. Penggunaan obat anestesi selama pembedahan dapat mempengaruhi denyut nadi. Hal ini disebabkan oleh perubahan mendadak yang disebabkan oleh reflek simpatis setelah injeksi anestesi.
Terapi bacaan Al-quran dapat menjadi penyembuhan atau quranic healing bagi pasien muslim dan non muslim. Hal ini dikuatkan penelitian lain bahwa penyembuhan pasien membutuhkan pendekatan budaya dan nilai- nilai pasien yang diintegrasikan dengan aspekfisik, psikologi, sosial danspiritual(Asman, 2008). Temuan fakta ini jelas semakin membuktikan bahwa TBA akan memberikan ketenangan serta relaksasi bagi yang mendengarkan. Hal ini jelas menunjukkan mukjizat alquran.
Hasil penelitian faktor usia tidak ada hubungan yang bermakna terhadap nyeri post operasi hernia pada kedua kelompok. Fakta ini menjelaskan bahwa pengaruh usia terhadap persepsi nyeri dan toleransi nyeri masih belum jelas. Hal ini sesuai dengan Smeltzer dan Bare (2001) bahwa bahwa faktor usia terhadap respon nyeri tidak diketahui secara pasti.
Nyeri yang terjadi pada usia tua menjadi lebih sulit dibandingkan usia dewasa. Hal ini disebabkan oleh banyak perubahan fisiologis dan psikologis yang menyertai pada usia tua. Fakta diatas menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan post operasi hernia berbeda-beda. Hal ini menurut analisis peneliti bahwa persepsi dan respon nyeri pasien terhadap paska pembedahan hernia mempunyai perbedaan dalam hal toleransi serta ambang nyeri. Hal ini juga dikuatkan Mutschler (2006) bahwa penilaian skala nyeri antar individu berbeda-beda meskipun diberikan stimulus yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penanganan nyeri yang baik bukan melihat dari faktor usia tetapi berdasarkan ada tidaknya laporan nyeriyang dirasakan oleh pasien (Lewis et al, 2011).
Hasil penelitian untuk variabel pengalaman mengatasi nyeri post operasi sebelumnya menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengalaman mengatasi nyeri post operasi sebelumnya dengan nyeri post operasi hernia. Fakta ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai pengalaman post operasi sebelumnya dengan menggunakan
analgetik dengan orang yang baru pertama kali menjalani operasi hernia tidak ada perbedaan dalam mentoleransi nyeri post operasi hernia.
Kenyataan ini didukung oleh orang yang pernah mempunyai pengalaman dengan nyeri akut akan takut terhadap rasa nyeri berikutnya. Hal ini sesuai dengan Lewis et. al., (2011) bahwa individu yang mempunyai pengalaman nyeri maka semakin takut terhadap peristiwa nyeri, terutama bagi individu yang pernah gagal menangani nyeri sebelumnya. Individu yang pernah menyelesaikan rasa nyeri yang dialami, atau pernah melihat orang lain merasakan nyeri, cenderung akan merasa terancam. Arti nyeri, persepsi nyeri, toleransi nyeri, reaksi individu terhadap nyeri adalah merupakan faktor yang berkontribusi terhadap pengalaman nyeri (Black & Hawks, 2009; Mubarak & Chayati, 2007;). Maka individu yang tidak mampu mengatasi nyeri dengan baik akan menunjukkan sikap putus asa bahkan dapat melukai atau menyakiti diri sendiri.
KESIMPULAN
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar responden berusia dewasa, ada pengaruh terapi bacaan Al-quran melalui media audio terhadap respon nyeri pasien post operasi hernia; terdapat perbedaan skala nyeri dan denyut nadi sebelum dan sesudah diberikan terapi pada kelompok yang diberi TBA; Terdapat perbedaan skala nyeri antara kelompok yang diberi TBA dengan kelompok yang tidak diberi TBA; tidak ada
hubungan usia dan pengalaman mengatasi nyeri post operasi sebelumnya dengan nyeri post operasi hernia. Maka dari penelitian ini dapat memberikan rekomendasi bagi RS yang mengelola pasien post operasi hernia dapat diberikan terapi bacaan Alquran (TBA) melalui media audio yang dikombinasikan secara sinergis dengan obat analgetik dan akan memberikan efek spiritual theraphy.
DAFTAR PUSTAKA
Aasvang, E., Hansen, J., & Kehlet, H. (2008). Can Preoperative Electrical Nociceptive Stimulation Pain After Groin Herniotomy. Journal of Pain, 940-4. Asman, O.(2008). Qur'anic Healing for Spiritual
Ailments, Between Tradition, Religious Law and Contemporary Law. Medical Law Journal, 259-284.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Medical- Surgical Nursing : Clinical Management for Positive Outcomes. USA: Sounders Elsevier.
Buckley, L. L., & Pegues, C. F. (2011). Congenital Diafragmatic Hernia. CINAHL.
Coll, A. M., & Ameen, J. (2006). Profiles of Pain After Day Surgery: Patients Experience of Three Different Operation Types. Issue and Innovation Nursing, 178-187.
Elzaky, J. (2011). Mukjizat Kesehatan Ibadah. Jakarta: Penerbit Zaman.
Ignatavicius, D. D., & Workman , M. L. (2006). Medical Surgical Nursing : Critical Thinking for Collaborative Care. USA: Elsevier Sounders.
'Izzat, A. M., & 'Arif, M. (2011). Terapi Ayat
Al-Qur'an Untuk Kesembuhan :
Keajaiban Al-Quran Menyembuhan
Penyakit. Solo: Kafilah Publishing. Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M.
M., Bucher, L., & Camera, I. M. (2011). Medical-Surgical Nursing : Assesment And Management Of Clinical Problems. USA: Elsevier-Mosby.
Mubarok, WI & Chayatin, N. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta : EGC Mutschler, E.(2006).Dinamika BAT:
Farmakologi dan Toksikologi. Ed 5 (Penerjemah: Mathilda, Widianto, Anna Setia Diranti) bandung : Penerbit ITB Nurliana. (2011). Efektifitas Perangsangan
Auditori Ayat-ayat Suci Al-Quran Terhadap Kecemasan Ibu Yang Sedang Dilakukan Kuret di RSUD Dr. Pringadi Medan . Karya Tulis Ilmiah .
Peterson , S. J., & Bredow, T. S. (2004). Middle Range Theories Application To Nursing
Research. Philadelphia: Lippincott
William & Willkins.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik (terjemah :
Komalasari et.al) . Jakarta: EGC.
Roykulcharoen, V., & Good, M. (2004).
Systematic Relaxation To Relieve
Postoperative Pain. USA: Balckwell Publishing.
Simarmata, A. (2003). Perbandingan Nyeri Pasca Hernioplasty Shouldice "Pure Tissue" dengan Lichtenstein "tension Free". FK : USU.
Smeltzer SC. & Bare BG. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ed 7. Jakarta : EGC
Sukandar, E., Andrajati, R., Sigit, J.I., A, Ketut & Setiadi, AP. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI
Syamsuhidajat& Jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.Revisi. Jakarta : EGC.
Tanra, H,A. (2004). Therapeutic Approach For post Operative Pain. Yogyakarta : Pain Symposium