• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Penyerapan Energy Solar Cell Non Stasioner Untuk Masyarakat Pesisir Menggunakan Metode Perturb and Observe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Optimalisasi Penyerapan Energy Solar Cell Non Stasioner Untuk Masyarakat Pesisir Menggunakan Metode Perturb and Observe"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Optimalisasi Penyerapan Energy Solar Cell Non

Stasioner Untuk Masyarakat Pesisir

Menggunakan Metode Perturb and Observe

Ananda Noersena1, Rafli Setiawan Zulkifli2

1,2 Teknik Elektro, Universitas Hangtuah Email: anandanoersena.08@gmail.com Abstract— Renewable energy is one of alternative energy

as a substitute for fuel for electricity generation. Among them namely solar energy. As it is known that light, both visible and invisible, has two properties, namely as a wave and as a particle called a photon. Indonesia is a country that gets sunlight for 12 hours a day throughout the year, because it is located on the equator. Geographically, the country of Indonesia is part of the ocean where there are many coastal areas there and the potential for sunlight is very optimal. In this research, it proves the energy absorption system in solar cells with optimal results suitable for coastal areas. By utilizing the solar energy, a solution is obtained that is a system capable of maximizing voltage or called the Maximum Power Point Tracker (MPPT), tracking algorithm using Perturb and Observe. An algorithm that looks for zero zero dP / dV as a sign of a peak, a curve. To further maximize again, the system created in this study uses a dynamic system. Where the drive uses DC gearbox. And produced from a non-stationary solar panel tracking system for 3 days obtained an average voltage of 16.77 volts. And the average current is 1.05 A. While the power generated is 18.34 watts. For non-stationary solar panel tracking systems with maximum power point tracker (MPPT) based on perturb and observe methods, the average voltage is 14.13 volts, the average current is 2.19 A, and the average power is 31.57 watts. . A greater increase in power with a difference of 13.23 watts when using the MPPT system. The system of the results of this study is very appropriate if implemented and becomes a solution in the coastal area because the area is very hot sun.

Keywords — Solar energy, Coastal, Maximum Power Point Tracker (MPPT), Perturb and Observe, DC gearbox Abstrak–- Energi terbarukan merupakan salah satu dari

energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar untuk pembangkit listrik. Diantaranya yaitu Energi surya. Sebagaimana diketahui bahwa cahaya baik yang tampak maupun yang tidak tampak memiliki dua buah sifat yaitu sebagai gelombang dan sebagai partikel yang disebut foton. Indonesia adalah negara yang mendapatkan sinar matahari selama 12 jam sehari sepanjang tahun, karena letaknya pada garis khatulistiwa. Secara geografis negara Indonesia sebagian wilayahnya adalah lautan yang dimana pada daerah pesisir banyak disana dan potensi mendapat sinar matahari sangat optimal. Dalam penelitian ini menghasilkan pembuktikan sistem penyerapan energy pada solar cell dengan hasil optimal yang cocok untuk daerah pesisir. Dengan memanfaatkan energi surya tersebut, diperoleh solusi yaitu sistem yang mampu memaksimalkan tegangan atau disebut Maximum Power

Point Tracker (MPPT), Algoritma penjejak menggunakan Perturb and Observe. Sebuah algoritma yang mencari

dP/dV yang bernilai nol sebagai pertanda puncak yaitu suatu kurva. Untuk lebih memaksimalkan lagi, sistem yang

dibuat pada penelitian ini menggunakan sistem dinamis. Dimana penggeraknya menggunakan DC gearbox. Dan dihasilkan dari sistem sistem tracking panel surya non stasioner selama 3 hari didapatkan tegangan rata – rata sebesar 16,77 volt. Dan arus rata rata sebesar 1,05 A. Sedangkan daya yang dihasilkan adalah sebesar 18,34 watt. Untuk sistem tracking panel surya non stasioner dengan

maximum power point tracker (MPPT) berdasarkan metode perturb and observe didapatkan tegangan rata – rata

sebesar 14,13 volt, arus rata – rata sebesar 2,19 A, dan daya rata- rata 31,57 watt. Didapatkan peningkatan daya yang lebih besar dengan selisih sebesar 13,23 watt apabila menggunakan sistem MPPT. Sistem dari hasil penelitian ini sangat tepat jika diterapkan dan menjadi solusi di daerah pesisir karena daerah tersebut matahari sangat terik.

Kata Kunci—Energi Surya, Pesisir, Maximum Power Point Tracker (MPPT), Perturb and observe, DC gearbox

I. PENDAHULUAN

Untuk meningkatkan penghematan daya dan biaya di daerah pesisir di negara Indonesia. Salah satunya adalah dengan menggunakan energy alternatif. Salah satu energi alternatif yang dapat digunakan tanpa khawatir akan habis, terjangkau, dan dapat diterapkan di mana saja yaitu sumber energi alternatif matahari. Dibandingkan PLN, tenaga diesel, panas bumi, nuklir, pembangkit angin dan air sumber dari matahari ini memiliki kelebihan dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Sumber cahaya dan panas matahari PLTS atau Pembangkit Listrik Tenaga Matahari ini lebih mudah digunakan karena hanya meletakkan panel surya, listrik secara langsung bisa dinikmati. Dalam penerapan PLTS ini sudah banyak digunakan di Indonesia tetapi hanya dengan sistem yang belum optimal. Salah satu sistem yang dapat mengoptimalkan outputan dari panel adalah sistem tracking panel surya non stasioner dengan maximum power point tracker (MPPT) [1].

sistem tracking panel surya non stasioner dengan maximum power point tracker (MPPT) adalah sistem pelacak photovoltaik (PV) yang menggunakan Maximum Power Point Tracker (MPPT) berdasarkan metode Perturb and Observe. Sehingga sistem ini dapat mengikuti pergerakan matahari dan dapat menghasilkan nilai energi yang lebih optimal. Data yang dihasilkan dari sistem sistem tracking panel surya non stationer selama 3 hari didapatkan tegangan rata – rata sebesar 16,77 volt. Dan arus rata rata sebesar 1,05 A. Sedangkan daya yang dihasilkan adalah sebesar 18,34 watt. Untuk sistem tracking panel surya non stationer dengan maximum

(2)

power point tracker (MPPT) berdasarkan metode perturb and observe didapatkan tegangan rata – rata sebesar 14,13 volt, arus rata – rata sebesar 2,19 A, dan daya rata- rata 31,57 watt. Didapatkan peningkatan daya yang lebih besar dengan selisih sebesar 13,23 watt apabila menggunakan MPPT [2]. Dari data penelitian yang sudah ada kini bisa dimanfaatkan di seluruh daerah di Indonesia terutama di daerah pesisir yang kebanyakan tidak mendapat subsidi listrik dari PLN. Masyarakat pesisir dapat memenafaatkan sistem ini untuk mendapatkan outputan yang optimal karena wilayah pesisir mendapatkan energi matahari lebih lama dari wilayah lainnya. Sehingga hasil yang optimal dari sistem ini dapat digunakan oleh maskyarakat pesisir untuk dikapal, diperahu, pompa air dan lain-lain [3].

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8KWh/m2 atau setara dengan 112.000GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10MWp. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan road map pemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adala sebesar 0.87GW atau sekitar50MWp/tahun. Indonesiaberada di garis khatulistiwa, sehingga potensi energi matahari di indonesia cukup tinggi. Karena matahari terus ada sepanjang tahun, dengan rata-rata bersinar 6 hingga 8 jam perhari. Potensi energi matahari di Indonesia mencapai rata-rata 4,8 kilo watt hour permeter persegi perhari(kWh/m2/hari), Setara 112.000GWp jika dibandingkan dengan potensi luasan lahan di Indonesia. Data pada the world bank berdasarkan survei pada 8 lokasi yang tersebar di Indonesia. Potensi energi matahari sebesar 3.41–4.47kWh/m²/hari. Kapasitas yang ada baru ±30MWp (<1%dari total potensi diseluruh Indonesia) [4]. Besarnya rata-rata potensi energy matahari di Indonesia, sudah selayaknya pengembangan PLTS menjadi prioritas. Terutama pada daerah pesisir yang menurut data rata-rata lama penyinaran puncak didaerah tersebut sekitar 5jam [5].

Di daerah pesisir penduduknya sebagian hidup dalam usaha perikanan dan pariwisata baik sebagai nelayan tetap maupun sebagai nelayan sambilan dan juga pegawai di wisata yang ada di pesisir. Karena daerah pesisir adalah daerah yang tidak strategis, maka jaringan PLN jarang ada yang sampai kesana. Pemanfaatan energi matahari ini bisa digunakan penduduk pesisir untuk melaut dan juga pemetaan air bawah tanah di kawasan wisata dengan hasil outputan solar cell yang optimal. Untuk memecahkan masalah diatas, maka penulis disini akan meneliti bagaimana optimalisasi sistem tracking panel surya non stasioner dengan maximum power point tracker (MPPT) ini saat diterapkan di daerah pesisir yang akan sangat bermanfaat untuk masyarakat disana [6].

II. STUDI PUSTAKA

A. Gambaran Umum

Dalam makalah ini, kami mempertimbangkan Sistem tracking panel surya non stasioner dengan maximum power point tracker (MPPT). Berikut merupakan perancangan umum sistem panel surya.

Gambar 1. Diagram blok perancangan umum sistem Panel surya menghasilkan arus dan tegangan dc yang dihubungkan dengan sensor arus dan tegangan sebagai indikator terhadap arus dan tegangan sebelum diubah levelnya, dinaikkan atau diturunkan oleh Buck Boost Converter yang dikontrol oleh Mikrokontroler. Sensor arus dan tegangan setelah Buck Boost Converter sebagai indikator terhadap arus dan tegangan yang sudah diubah levelnya, sehingga kita dapat melihat perubahan tegangan atau arus saat sebelum dan sesudah diubah levelnya. Dan dari selain untuk sensor tegangan dan sensor arus, keluaran panel surya juga untuk sensor cahaya, arduino mendapat perintah dari sensor cahaya (LDR) selanjutnya driver relay menerima perintah untuk digunakan untuk gerak single axis motor DC gear box. Untuk menggerakkan motor tersebut, digunakan baterai sebagai suplai daya menuju motor untuk digerakkan vertical sesuai dengan perintah dari sensor cahaya (LDR).

B. Sistem tracking panel surya non stasioner dengan maximum power point tracker (MPPT)

Sistem ini menggunakan menggunakan panel surya non stasioner. Dimana panel surya non stasioner melakukan poses tracking atau perputaran secara mekanik terhadap panel surya. Power Point Tracker (MPPT) yang telah ditemukan dan tertulis pada jurnal ilmiah internasional seperti Peturb and Observe, Incremental Conductance, Dynamic Approach, Temperature Methods, Artificial Neural Network method, Fuzzy Logic method, dll (Surojo, 2010). Semua tersebut berbeda-beda dalam aspek termasuk kesederhanaan, kecepatan, implementasi hardware, sensor yang dibutuhkan, biaya, efektifitas, dan parameter yang dibutuhkan. Pada penelitian sistem tracking panel surya non stasioner dengan maximum power point tracker (MPPT) didapatkan hasil yang optimal dengan menggunakan panel surya 50WP dan panel yang digunakan adalah panel single axis.

C. Buck Boost Converter

Buckboost konverter berfungsi untuk mengubah level tegangan DC, baik ke level yang lebih tinggi maupun ke level yang lebih rendah. Namun buckboost konverter mengubah polaritas dari tegangan output terhadap tegangan input. Pada Gambar 2. merupakan rangkaian dasar buckboost konverter yang terdiri dari power MOSFET sebagai switching komponen, induktor (L), dioda, kapasitor filter (C) dan resistor sebagai beban (RL).

(3)

Gambar 2. Buckboost converter

D. PWM (Pulse Widht Modulation)

PWM atau Pulse Widht Modulation adalah salah satu teknik pemodulasian sinyal dimana besar duty cycle pulsa dapat diubah-ubah. PWM biasa digunakan untuk aplikasi-aplikasi analog yang menggunakan kontrol digital atau mikrokontroler, hal ini dikarenakan mikrokontroler tidak mampu menghasilkan tegangan analog secara langsung. Terdapat beberapa teknik untuk membangkitkan sinyal PWM, namun secara garis besar terbagi dalam 2 cara, yaitu pembangkitan sinyal dengan rankaian analog dan dengan kontrol digital atau dengan mikrokontroler. Secara analog, pembangkitan sinyal PWM yang paling sederahana adalah dengan cara membandingkan sebuah sinyal segitiga atau gigi gergaji dengan tegangan referensi. Gelombang segitiga atau gigi gergaji sebagai frekuensi pembawa yang juga merupakan frekuensi sinyal keluaran PWM. Sedangkan tegangan referensi adalah tegangan yang menentukan besarnya duty cycle dari keluaran sinyal PWM.

Cara kerja dari komparator analog ini adalah membandingkan gelombang tegangan gigi gergaji dengan tegangan referensi seperti yang terlihat pada Gambar 7 saat nilai tegangan referensi lebih besar dari tegangan ramp (gigi gergaji) maka keluaran komparator akan bernilai high atau saturasi mendekati Vcc. Namun saat tegangan referensi bernilai lebih kecil dari tegangan ramp, maka keluaran komparator akan bernilai low atau cut-off. Dengan memanfaatkan prinsip kerja dari komparator inilah, untuk mengubah duty cycle dari sinyal output cukup dengan mengubah-ubah besar tegangan referensi

.

E. Arduino Uno

Arduino adalah sebuah board mikrokontroller yang berbasis ATmega328. Arduino memiliki 14 pin input/output yang mana 6 pin dapat digunakan sebagai output PWM, 6 analog input, crystal osilator 16 MHz, koneksi USB, jack power, kepala ICSP, dan tombol reset. Arduino mampu men-support mikrokontroller; dapat dikoneksikan dengan komputer menggunakan kabel USB.

Gambar 3. Arduino Board Arduino ATmega328

Arduino memiliki kelebihan tersendiri disbanding board mikrokontroler yang lain selain bersifat open source, arduino juga mempunyai bahasa pemrogramanya sendiri yang berupa bahasa C.

Berikut ini adalah konfigurasi dari arduino duemilanove 328 :

• Mikronkontroler ATmega328 • Beroperasi pada tegangan 5V

• Tegangan input (rekomendasi) 7 - 12V • Batas tegangan input 6 - 20V

• Pin digital input/output 14 (6 mendukung output PWM)

• Pin analog input 6

• Arus pin per input/output 40 mA • Arus untuk pin 3.3V adalah 50 mA

• Flash Memory 32 KB (ATmega328) yang mana 2 KB digunakan oleh bootloader SRAM 2 KB (ATmega328)

• EEPROM 1KB (ATmega328) • Kecepatan clock 16 MHz F. Perturbation & observation (P&O)

Metode Pertubation & Observation terdiri dari dua tahap; perturb yaitu mengubah dan observation yaitu menghitung perubahan daya akibat aksi perturb sebelumnya. Jika perubahan daya positif maka perturb selanjutnya akan tetap pada arah yang sama, sedangkan jika perubahan daya negatif maka pertusrb akan dibalik.

TABEL I

ALGORITMA PERTURBATION DAN OBSERVATION

Seperti halnya ICM, besar perturb yang diberikan tetap. Untuk itu, masalah waktu penjajakan dan osilasi MPP diselesaikan dengan menggunakan besar pertubation yang bervariasi.

G. Suhu daerah Pesisir di Indonesia

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Potensi energi matahari di Indonesia mencapai rata-rata 4,8 kilowatt hour per meter persegi per hari (kWh/ m2 /hari), Setara 112.000 GWp jika dibandingkan dengan potensi luasan lahan di Indonesia. Data pada the world bank berdasarkan survei pada 8 lokasi yang tersebar di Indonesia. Potensi energi matahari sebesar 3.41 – 4.47 kWh/m²/hari. Total potensi daya penyinaran matahari ini didapat dari besar radiasi matahari per m2, Sebesar 1000Wh/m2 dikalikan dengan lama rata-rata jam puncak matahari yang dimana ¾ wilayah Indonesia adalah pesisir, maka bisa diperkirakan jika daerah pesisir

Perturbation Perubahan Daya Perturbation Selanjutnya

Positif Positif Positif

Positif Negatif Negatif

Negatif Positif Negatif

(4)

mendapat penyinaran matahari yang cukup lama dan lebih optimal.

Gambar 4. Peta Penyinaran Indonesia Rata-rata total Harian dan Bulanan

III. METODE

Rancangan sistem dari pemanfaatan panel surya sistem non stasioner dengan menggunakan MPPT metode perturb and observe yang terdiri dari terdiri atas sel surya (photovoltaic), buck-boost converter, baterai, beban resistif, dan arduino micro sebagai komponen kendalinya.

Gambar 5. Flowchart system

Sistem panel dengan algoritma MPPT pada penelitian ini membutuhkan masukan berupa tegangan. Maka dari itu, digunakan rangkaian elektrik yang dirancang agar dapat membaca nilai tegangan pada keluaran panel surya photovoltaic berupada voltage divider.

Untuk penentuan awal nilai komponen, dilakukan simulasi Buck Boost Konverter dengan rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 6. Pada sistem Buck Boost Converter ini simulasi dari perhitungan, tegangan masuk sebesar 17,8 V, dengan duty 0,45, dengan kata lain, konverter difungsikan sebagai penaik tegangan, untuk menjamin tercapainya tegangan luaran yang diinginkan dengan tegangan masuk terkecil. Didapatkan tegangan

rata- rata luaran 14,4 V dan arus kurang lebih sebesar 3.4 A.

Gambar 6. Rangkaian Simulasi Buck Boost Konverter

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Simulasi pengujian Panel Surya (open loop) Pada saat pengambilan data open loop tegangan yang didapatkan sangatlah bergantung pada sudut datangnya cahaya matahari dan juga bergantungnya pada cahaya matahari. Analisa hasil simulasi diperoleh outputan tegangan (V) menurun karena semakin larut semakin kurang terik matahari. Pengujian panel surya (open loop) ini bertujuan untuk mendapatkan kurva karakteristik tegangan terhadap arus ( V-I) dan daya terhadap tegangan (P-V) untuk memastikan panel surya berfungsi atau tidak.

b. Simulasi maximum power point tracker (MPPT) berdasarkan metode perturb and observe

Berikut akan dibahas didapatkannya titik daya tertinggi dari tiap-tiap waktu dengan sistem maximum power point tracker (MPPT) berdasarkan metode perturb and observe sebagai penstabil tegangan untuk proses charging baterai. Dari proses simulasi didapatkan hasil sebagai berikut :

Gambar 7. Grafik perbandingan hasil simulasi pada jam 12.00 dengan Tracking dan Tracking + MPPT P&Q

Gambar 8. Grafik perbandingan hasil simulasi pada jam 13.00 dengan Tracking dan Tracking + MPPT P & Q

20.65 21.74 24.27 26.91 34.08 35.75 32.66 31.02 0 10 20 30 40 50 60 70 13:00 13:15 13:30 13:45 Data Jam 13.00

(5)

Hasil dari sistem dengan maximum power point tracker (MPPT) berdasarkan metode perturb and observe lebih optimal bila dibandingkan dengan sistem tanpa menggunakan MPPT. Garfik diatas menunjukkan data-data yang mana adalah data penyerapan daya panel surya pada saat Indonesia mendapat penyinarah matahari yang optimal yaitu pada pukul 12.00 dan 13.00. Didaerah pesisir suhu yang produktif ini dapat sangat digunakan dengan optimal oelh penduduk setempat. Sistem ini akan sanat membantu masyarakat pesisir dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

V. KESIMPULAN

Analisa secara matematis diatas dapat diketahui bahwa data yang dihasilkan dari sistem sistem tracking panel surya non stationer didapatkan tegangan rata – rata sebesar 16,77 volt. Dan arus rata rata sebesar 1,05 A. Sedangkan daya yang dihasilkan adalah sebesar 18,34 watt. Untuk sistem tracking panel surya non stationer dengan maximum power point tracker (MPPT) berdasarkan metode perturb and observe didapatkan tegangan rata – rata sebesar 14,13 volt, arus rata – rata sebesar 2,19 A, dan daya rata- rata 31,57 watt. Didapatkan peningkatan daya yang lebih besar dengan selisih sebesar 13,23 watt apabila menggunakan sistem MPPT. Dan data tengangan yang dihasilkan terlalu besar untuk proses charging pada baterai, akan tetapi maximum power point tracker (MPPT) berdasarkan metode perturb and observe bekerja menurunkan tegangan tersebut menjadi 14,13 Volt sehingga aman untuk proses charging baterai.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini sangat cocok untuk diterapkan di daerah pesisir mengingat daerah pesisir mendapat cahaya matahari terik sehingga sangat dimungkinkan untuk menggunakan metodi ini.

REFERENSI

[1] Albert Paul, Malvino, 2003, “Prinsip-Prinsip Elektronika Buku Satu”, Salemba Teknika, Jakarta.

[2] Arduino. 2012. Arduino UNO.

http://arduino.cc/en/Main/ArduinoBoardUno, diakses pada 15 Agustus 2017.

[3] Beiser, A. 1987. Concepts of Modern Physics, 4th edition,

McGraw-Hill,Inc., Diterjemahkan oleh The Houw liong, 1992, Konsep Fisika Modern. Bandung : Erlangga.

[4] Chandra Buwono, Montario. 2010. Rancang Bangun Sistem Pengendali Pengisian Arus Sel Surya dengan Rekonfigurasi Seri-paralel. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

[5] Darmawan, Dianggoro. 2011. Perancangan Maximum Power

Point Tracker (MPPT) Untuk Panel Surya Menggunakan Konverter Cuk Dengan Metode Hill Climbing. Proceeding

seminar tugas akhir, Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[6] Esram, T., & Chairman, P. L. 2007. Comparation of Photovoltaic

Array Maximum Power Point Tracking Techniques. Energy

Convertio, IEEE Transcation on, 22 (2), 439-449.

[7] Kwok, K. Ng.(1995).Complete Guide to Semiconductor Devices.New York:Mc. Graww-Hill.

[8] Listari, Nening. 2010. pewarna kompleks besi formazan sebagai fotosensitizer pada sel surya pewarna tersensitisasi sspt. Master Thesis, Chemistry, Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[9] Moller, Hans Joachim. 1993. Semiconductors For Solar Cells.

Artech House, Inc. London.

[10] Motor DC, 2014. Motor DC. http://zonaelektro.net/motor-dc/, diakses pada 30 September 2017.

[11] Novianty Keyza, Lubis, tony. 2012. Perancangan Prototipe Sistem Penerangan. Otomatis Ruangan Berjendela Berdasarkan Intensitas Cahaya. Seminar. Nasional Teknologi Informasi 2012. Jakarta : Universitas Tarumanegara.

[12] Petruzella, Frank D. 2001. Elektronik Industri. Terjemahan sumanto. Edisi kedua. Yogyakarta: Andi

[13] Plegari, L., & Rizzo, R. (2010). Adaptive perturb and observe algorithm for photovoltaic maximum power point tracking. Renewable Power Generation, IET, 4 (4), 317-328.

[14] Rusdiana, D. 2010. Kebergantungan faktor pengisian (fill factor) sel surya terhadap besar celah pita energi material semikonduktor pembuatnya : suatu tinjauan matematika. Jurnal UPI, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

[15] Romi Wiryadinata,dkk.2014.”Jurnal Sistem Komputer-Aplikasi Sensor LDR sebagai pendeteksi warna berbasis Mikrokontroller” .Banten : Universitas. Sultan Ageng Tirtayasa.

[16] Susilo, Danang. 2010. Peningkatan Daya Keluaran Sel Surya

Dengan Penjejak Matahari dan Pemantulan Cahaya Matahari Sebagai Sumber Daya Pendukung Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sub Judul : Penjejak Matahari Berbasis Sensor Cahaya Dan Waktu. Jurnal POMITS. Surabaya : Politektik Elektronika

Negeri Surabaya.

[17] Tito, Beng. 2012. Metode MPPT Baru Untuk Sel Surya

Berdasarkan Pengendali PI. Skripsi. Depok : Universitas

Indonesia.

[18] Yuwono, Budi. 2005. Optimalisasi Panel Sel Surya Dengan

Menggunakan Sistem Pelacak Berbasis Mikrokontroler AT89C5.

Gambar

Gambar 1. Diagram blok perancangan umum sistem
Gambar 2. Buckboost converter
Gambar 6. Rangkaian Simulasi Buck Boost Konverter

Referensi

Dokumen terkait

Baik penerimaan terhadap lamaran ini atau pendaftaran ke pekerjaan lain berikutnya, baik untuk jabatan yang ditawarkan sekarang atau jabatan lain, dan tanpa memandang isi dari

A. Nilai agama Islam yang ditanamkan dalam pembelajaran agama Islam di SMA Plus Al-Azhar Medan Johor Kota Medan. Secara umum tujuan pendidikan agama Islam di SMA

Uraian tersebut dapat menunjukkan bahwa, faktor penegak hukum dari segi internal, yang menghambat dan mempengaruhi pelaksanaan bantuan hukumdi Kalimantan Barat

Dari hasil pengumpulan data diketahui kapasitas dinamis parkir (KD) arah panjang dan arah lebarjalan yang dapat dilihat pada Tabel 5.10 dan Tabel 5.11.. Tabel 5.10 Kapasitas

Setelah menyelesaikan bahan ajar ini, peserta diklat dapat melanjutkan ke pengetahuan selanjutnya, seperti mengetik atau program aplikasi Pengolah Kata (Word Processing),

5 Yang berhak menjadi wali nikah terhadap perempuan adalah wali nasab, tetapi dalam kenyataannya di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan sering kali

Debit rencana Q renc.(m3/dt) yang dicantumkan pada kolom 12 adalah besarnya debit yang mengalir pada ruas yang bersangkutan untuk mengairi petak tersier

199 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram Cakranegara Cakranegara Selatan 2009 2- WB Audit Wajar tanpa syarat Sangat Baik Tidak Memadai. 200 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram Ampenan