• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BIAYA PRODUKSI LISTRIK PER KWH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOGAS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT (Aplikasi pada PLTBGS PKS Tandun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BIAYA PRODUKSI LISTRIK PER KWH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BIOGAS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT (Aplikasi pada PLTBGS PKS Tandun)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KELAPA SAWIT (Aplikasi pada PLTBGS PKS Tandun)

David Partogi Butar-Butar, M. Natsir Amin dan Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA e-mail: butarbutar_d@yahoo.co.id, mna@usu.ac.id, surya_et@yahoo.com

Abstrak

Peningkatan permintaan energi dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbarukan. Salah satu energi terbarukan yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah biogas, khususnya yang berasal dari limbah cair kelapa sawit. Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Dengan bahan bakar biogas, akan menghasilkan biaya produksi listrik yang lebih murah dan ramah terhadap lingkungan. Sebagai implementasi studi kasus yang dipilih adalah Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Sawit (PLTBGS) Pabrik Kelapa Sawit Tandun, Riau milik PT. Perkebunan Nusantara V. Pada paper ini akan dilihat analisis biaya untuk memproduksi listrik per kWh dengan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan biogas limbah cair kelapa sawit sebagai bahan bakar, dengan memperhitungkan biaya modal, biaya bahan bakar serta biaya operasional dan perawatan. Sehingga didapat biaya produksi listrik per kWh berdasarkan suku bunga 6%, 9%, 12% adalah Rp 569,13/kWh, Rp 659,34/kWh, Rp 770,89/kWh dan biaya produksi listrik per kWh tanpa memperhitungkan biaya pengembalian modal adalah Rp 250/kWh.

Kata Kunci: analisis biaya, pembangkit listrik, biogas 1. Pendahuluan

Kebutuhan akan bahan bakar minyak yang semakin meningkat, demikian pula dengan harganya menyebabkan tidak ada stabilitas keseimbangan antara permintaan dengan penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat penggunaan bahan bakar minyak terutama dalam proses pembangkitan energi listrik adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable). Energi terbarukan yang tepat dikembangkan adalah biogas limbah cair kelapa sawit. Pengolahan limbah cair kelapa sawit menjadi biogas, merupakan alternatif yang sangat baik karena dapat mengurangi kerusakan lingkungan hidup juga memberikan nilai tambah (ekonomis). Dengan biogas, akan dihasilkan energi listrik yang lebih murah dan ramah terhadap lingkungan.

Penulisan ini memiliki tujuan untuk mengetahui biaya produksi listrik per kWh menggunakan biogas limbah cair kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik dan manfaatnya adalah pembangkit tenaga

listrik yang menggunakan bahan bakar biogas limbah cair kelapa sawit dapat memproduksi listrik dengan biaya yang lebih murah. Penelitian yang dilakukan melingkupi biaya pembangkitan listrik per kWh di Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Sawit (PLTBGS) Pabrik Kelapa Sawit Tandun meliputi biaya modal, biaya bahan bakar serta biaya operasional dan perawatan yang produksi listriknya masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik itu sendiri.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Sawit (PLTBGS)

Energi terbarukan merupakan sumber energi bersih yang dihasilkan dari sumber daya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain: energi panas bumi, energi matahari, biofuel, aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut [1].

(2)

Pemanfaatan energi terbarukan yang maksimal bisa menjadi solusi krisis energi di Indonesia [1]. Potensi energi terbarukan di Indonesia diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Potensi energi terbarukan Indonesia [2] No. Jenis Energi Potensi Pemanfaatan (MW) (MW) (%) 1. Tenaga Air 75.670 4.200 5,55 2. Panas Bumi 27.510 1.189 4,32 3. Mikro Hidro 500 86 17,22 4. Biomassa 49.800 445 0,89 5. Energi Angin 9.290 1,1 0,01 6. Energi Surya 4,8*) 12,1 - 7. Gelombang 10-35**) - - Total 162.770 5.921 3,64 Biogas merupakan salah satu jenis energi terbarukan. Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik, termasuk diantaranya limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama biogas adalah metana dan karbon dioksida. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batubara [3]. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain diperlihatkan Tabel 2. Tabel 2. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain [4]

Bahan Bakar Jumlah

Biogas 1 m3

LPG 0,46 kg

Minyak Tanah 0,62 liter Minyak Solar 0,52 liter Bensin 0,8 liter Gas Kota 1,5 m3 Kayu Bakar 3,5 kg

Biogas yang bebas pengotor dan telah mencapai kualitas pipeline adalah setara dengan gas alam. Dalam bentuk ini, gas tersebut dapat digunakan sama seperti penggunaan gas alam. Pemanfaatannya pun telah layak sebagai bahan baku pembangkit listrik, pemanas ruangan, dan pemanas air. Jika dikompresi, biogas dapat menggantikan gas alam terkompresi yang digunakan pada kendaraan [4]. Biogas juga

memiliki karakteristik yang hampir sama dengan natural gas dan liquid petroleum gas, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan karakteristik biogas dengan natural gas dan liquid petroleum gas [5]

Uraian Biogas Natural

Gas LPG Nilai kalori (kJ NM-3) 19.800 - 25.700 37.900 100.000 Spesifikasi gravitasi 0,847 - 1,002 0,584 1,5 Suhu pembakaran (0C) 650 - 750 650 - 750 450 - 500 Udara yang dibutuhkan saat pembakaran (M3 m-3) 9,6 9,6 13,8

Energi yang cukup besar dapat diperoleh dari pengolahan limbah cair. Pemanfaatan dalam bentuk energi ini berpotensi besar mengingat limbah tersebut masih memiliki nilai kalor yang cukup tinggi. Pemanfaatannya akan menghasilkan bahan bakar yang bisa dipakai untuk pembangkitan listrik [6]. Kandungan nilai kalori pada setiap bagian kelapa sawit diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan kalori pada bagian kelapa sawit [7]

Bagian Kelapa Sawit Nilai Kalori Cangkang 3.400 kcal/kg Serat 2.637 – 4.554 kcal/kg Tandan buah kosong 1800 kcal/kg Batang 4.176 kcal/kg POME (Palm Oil Mill

Effluent) 4.695 – 8.569 kcal/m3 Note:

Usaha panas 1 kalori = usaha mekanik 427 Kgm Usaha mekanik 1 Kgm = 9,81 joule

1 joule = 1/9,81 Kgm = 0,10193 Kgm = 0,102 Kgm

1 Kgm = 1/427 kcal = 0,002342 kcal 1 joule = 0,102 x 0,002342 kcal = 0,00024 kcal = 0,24 kalori 1 kalori = 1/0,24 joule = 4,166 joule 1 Wh = 3.600 watt-detik = 3.600 joule 1 joule = 1/3.600 Wh = 0,000278 Wh 1 Wh = 3.600 x 0,00024 kcal = 0,864 kcal = 864 kalori Sehingga didapat : 1 kcal = 4.187 Joule = 1,163 Wh

(3)

Perkiraan jumlah energi biogas yang dapat dihasilkan dari kapasitas Pabrik Kelapa Sawit (PKS) diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkiraan energi biogas dari kapasitas produksi PKS [8]

No Parameter

Kapasitas Produksi Kelapa Sawit 30 ton/jam TBS 40 ton/jam TBS 60 ton/jam TBS 1. Desain keluaran digester biogas 20 m3/jam 30 m3/jam 40 m3/jam 2. Penurunan COD/BOD 90 % 90 % 90 % 3. Perkiraan produksi biogas 500-815 Nm3/ja m 815-1000 Nm3/ja m 1000-1320 Nm3/ja m 4. Nilai energi 4.204-6.852 MJ/jam 6.852-8.400 MJ/jam 8.400-11.088 MJ/jam 5. Ekivalensi jumlah bahan bakar dari shell 0,8-1,3 ton/jam 1,3-1,6 ton/jam 1,6-2,1 ton/jam 6. Potensi energi listrik 1,000 MW 1,500 MW 2,000 MW

Gambar diagram skematik Pembangkit Listrik Tenaga Biogas Sawit (PLTBGS) diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram skematik PLTBGS [8]

PLTBGS menggunakan gas metan sebagai bahan bakarnya. Gas metan tersebut didapat dari pengolahan limbah cair atau Palm Oil Mill Effluent (POME). Limbah cair kelapa sawit sisa hasil pengolahan dari PKS ditampung dihomogenization pond. Kolam ini dilengkapi dengan filter mekanis yang berfungsi untuk mengurangi jumlah limbah padat (serat, sampah, dll) dan juga dengan agitator untuk menghomogenisasi atau menyetarakan kualitas POME sebelum masuk ke dalam reaktor. Kolam ini juga berfungsi untuk mengurangi suhu POME tersebut menjadi dibawah 500C. Sebelum dialirkan menuju anaerobic capped pond (kolam reaktor dengan membran HDPE yang dilengkapi fasilitas untuk mencampur, menangkap dan menekan biogas yang memiliki volume sekitar 27.000 m3), POME harus dimonitor dan dikontrol di POME feeder and sludge handling station untuk memastikan kualitas POME sebelum feeding sehingga mengoptimalkan produksi biogas dari reaktor. Biogas yang terdapat dalam kolam reaktor akan dimonitor dan dikontrol oleh mixing and flare station, sehinggan bila terdapat biogas yang berlebih akan dibawa ke flare untuk dibakar.

Sebelum POME keluar dari kolam reaktor, POME kembali akan dimonitor dan dikontrol pengolahannya sampai pelepasan menuju tujuan berikutnya di Treated POME discharge station. Biogas yang dihasilkan dari kolam reaktor anaerobik, dialirkan menuju biogas conveying station untuk diawasi pendistribusiannya ke fasilitas berikutnya yaitu scrubber. Scrubber merupakan alat yang memiliki kapasitas untuk mengurangi kandungan Hydrogen Sulphide (H2S) pada

biogas untuk maksimum 200 ppm dengan masukan maksimum 3.000 ppm H2S saat suhu

00 celcius pada tekanan 1 bar. Proses ini merupakan proses secara biologis dan tidak dibutuhkan zat kimia adiktif.

Kemudian biogas akan dikeringkan di dehumidifier. Proses pengeringan ini dilakukan dengan kombinasi penukaran gas/air dan penghematan energi, ditambah sistem separator dan kondensator. Setelah dikeringkan, biogas akan dikontrol dan diawasi pendistribusiannya di biogas genset feeder station. Biogas genset feeder station merupakan tempat yang disiapkan untuk mendapatkan atau memonitor data dan mengontrol pendistribusian biogas menuju generator set biogas.

Semua proses biogas secara keseluruhan dikontrol dan diawasi di containerized control

(4)

station, yang merupakan ruangan control yang berbentuk kontainer yang dilengkapi unit PLC (modul power supply, CPU, analog/digital input, analog/digital output, modul interphase, dll), software kontrol (PC dengan monitor LCD 20 inchi).

3. Metode Perhitungan Biaya Produksi, Pendapatan dan Investasi

Untuk mengetahui biaya produksi listrik per kWh, pendapatan dan investasi pada PLTBGS Tandun, maka perlu dilakukan analisis terhadap aspek ekonomi dan pembiayannya.

a. Harga Energi Listrik

Harga energi listrik tiap pembangkit berbeda-beda yang dihitung dengan parameter-parameter sebagai berikut [9]:

a. Biaya pembangkitan per kWh b. Biaya pengoperasian per kWh c. Biaya perawatan per kWh d. Suku bunga

e. Depresiasi f. Umur operasi

g. Daya yang dibangkitkan

Dalam pengembangan teknologi pembangkitan ditinjau dari aspek ekonomi terdiri dari 3 hal yaitu [9]:

a. Biaya modal b. Biaya bahan bakar

c. Biaya operasi dan perawatan b. Biaya Modal (Capital Cost)

Biaya modal adalah biaya pembangunan pembangkit listrik yang dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan umur ekonomis suatu pembangkit. Biaya modal / Capital Cost (CC) dirumuskan pada persamaan 1 berikut :

CC = biaya pembangunan x kapasitas pembangkit x CRF

jumlah pembangkitan tenaga listrik (1)

Capital Recovery Factor (CRF) dirumuskan pada persamaan 2 berikut :

CRF = ( )

( )

(2)

c. Biaya Operasional dan Perawatan

Biaya operasional dan perawatan adalah semua biaya yang digunakan selama pembangkit

beroperasi. Biaya operasional dan perawatan meliputi biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang tidak berhubungan terhadap besar tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga dan biaya tidak tetap (variabel cost) yaitu biaya yang berkaitan dengan pengeluaran untuk alat-alat dan perawatan yang dipakai dalam periode pendek dan tergantung pada besar tenaga listrik yang dihasilkan.

d. Biaya Bahan Bakar

Pada pembangkit ini menggunakan bahan bakar dari limbah cair pabrik kelapa sawit. Oleh sebab itu pada pembangkit ini tidak dikenakan biaya bahan bakar. Akan tetapi biaya bahan bakar dimasukkan ke dalam biaya operasional, yaitu bagaimana untuk mengubah limbah cair tersebut menjadi biogas.

e. Pendapatan per Tahun (Cash in Flow) Cash in flow (CIF) dirumuskan pada persamaan 3 berikut:

CIF = (harga jual listrik ke PKO x Daya yang di jual ke PKO) – (Biaya pembangkitan total x kWh output ) + pendapatan tambahan (CER) (3) f. Payback Period

Payback period adalah lama waktu yang

diperlukan untuk mengembalikan dana investasi. Investasi yang ideal adalah investasi dengan

payback period terpendek. Payback period (PP)

dirumuskan pada persamaan 4 berikut :

PP =

modal investasi

pendapatan setiap tahun (4)

4. Hasil dan Analisis Perhitungan

Untuk mendapatkan jumlah biaya produksi listrik per kWh, pendapatan dan investasi, perlu dilakukan analisis perhitungan terhadap ketersediaan biogas, biaya modal, biaya bahan bakar, biaya operasional dan perawatan, biaya CER, pendapatan dan payback period

a. Perhitungan Ketersediaan Biogas di PKS Tandun

Jumlah tandan buah segar yang mampu diolah PKS Tandun sekitar 29 ton/jam. Berdasarkan kondisi ini, ketersediaan limbah sebagai bahan bakar biogas dapat dihitung dengan menggunakan asumsi yang diperlihatkan pada Tabel 6.

(5)

Tabel 6. Potensi Ketersediaan POME dan Biogas di PKS Tandun

No. Uraian Jumlah Satuan 1. Kapasitas kerja PKS 29 Ton/jam 2. Jam operasi PKS 20 285 Jam/hari Hari/tahun 3. Jam kerja

rata-rata PKS 5.700 Jam/tahun 4. Kapasitas kerja PKS dalam 1 tahun 165.300 Ton TBS 5. Ratio kapasitas POME 0,6 m3/ton TBS 6. Volume POME rata-rata 17,4 348 1.983.600 m3/jam m3/hari m3/tahun 7. Karakteristik POME COD – Influent – Total BOD – Influent – Total 55.000 20.000 mg/l mg/l 8. Ratio produksi methane 0,39 m3/kg COD 9. Estimasi produksi biogas 542 13.009 3.707.565 m3/jam m3/hari m3/tahun 10. Estimasi produksi CH4 (sekitar 55% dari produksi biogas) 357,75 7.155 2.039.175 m3/jam m3/hari m3/tahun

Dari tabel diatas diperoleh jumlah gas metana (CH4) yang dihasilkan selama 1 tahun sekitar

2.039.175 m3/tahun. Setiap m3 gas metana dapat diubah menjadi energi sekitar 4.740 – 6.560 kkal per m3 atau 20 – 24 MJ dan konversi listrik sekitar 5,51-7,62 kWh. Dengan efisiensi PLTBGS 39,4 %, akan dihasilkan listrik sekitar 2,17-3,00 kWh setiap m3.

b. Perhitungan Biaya Modal

Kapasitas, umur, tipe bahan bakar dan biaya investasi PLTBGS Tandun diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kapasitas, biaya investasi, umur dan tipe bahan bakar PLTBGS PKS Tandun

Jenis Data Nilai

Kapasitas PLTBGS 1,025 MW

Umur 25 tahun

Tipe bahan bakar Limbah cair kelapa sawit (POME) Biaya investasi 3.120.000 USD

CRF :

 Untuk suku bunga (i) = 6% CRF = 0,078

 Untuk suku bunga (i) = 9% CRF = 0,10

 Untuk suku bunga (i) = 12% CRF = 0,127

CC :

 Untuk suku bunga (i) = 6% CC = Rp 319,13/kWh  Untuk suku bunga (i) = 9%

CC = Rp 409,34/kWh  Untuk suku bunga (i) = 12%

CC = Rp 520,89/kWh c. Perhitungan Biaya Bahan Bakar

Bahan bakar yang digunakan pada PLTBGS Tandun ini adalah POME PKS Tandun Kampar itu sendiri, maka tidak dikenakan biaya untuk membeli bahan bakar. Oleh sebab itu, biaya bahan bakar diperhitungkan ke dalam biaya operasional dan perawatan.

d. Perhitungan Biaya Operasional dan Perawatan

Biaya yang digunakan untuk operasional dan perawatan PLTBGS Tandun ini diperkirakan kurang lebih Rp. 250,00 / kWh. Dengan rincian biaya operasional Rp 90,00 /kWh dan biaya perawatan Rp 160,00 /kWh.

e. Perhitungan Biaya Pembangkitan Total Perhitungan biaya pembangkitan total dirumuskan pada persamaan 5 berikut:

TC = CC + FC + OM (5) Keterangan:

TC = Biaya Total CC = Biaya Modal FC = Biaya Bahan Bakar

OM = Biaya Operasional dan Perawatan Sehingga didapat biaya pembangkitan total:

 Untuk suku bunga (i) = 6% TC = Rp 569,13/kWh  Untuk suku bunga (i) = 9%

TC = Rp 659,34/kWh  Untuk suku bunga (i) = 12%

TC = Rp 770,89/kWh

f. Perhitungan Biaya Certified Emission Reduction (CER)

CER yang diperoleh PLTBGS Tandun dapat dilihat pada Tabel 8.

(6)

Tabel 8. CER yang diperoleh PLTBGS Tandun Uraian Jumlah Satuan Gas methane 975.431 Kg/tahun Karbon dioksida 20.484 Ton CO2/tahun Certificate CO2 10 USD/ton CO2 Biaya CER = 10 x 20.484 = 204.840 USD/tahun (1 USD = Rp 9.700,00) = Rp 1.986.948.000,00/tahun g. Perhitungan Pendapatan / Cash in Flow (CIF)

 Untuk suku bunga (i) = 6% CIF = Rp 3.095.940.600,00 / tahun  Untuk suku bunga (i) = 9%

CIF = Rp 2.422.810.800,00 / tahun  Untuk suku bunga (i) = 12%

CIF = Rp 1.599.571.800,00 / tahun h. Perhitungan Payback Period (PP)

 Untuk suku bunga (i) = 6% PP = 9,77 tahun

 Untuk suku bunga (i) = 9% PP = 12,49 tahun

 Untuk suku bunga (i) = 12% PP = 18,92 tahun

Dari perhitungan didapat biaya produksi listrik per kWh menggunakan biogas sebagai bahan bakar pembangkit listrik tanpa memperhitungkan pengembalian biaya modal adalah Rp 250/kWh. Biaya ini jauh lebih murah dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar minyak yang jumlahnya mencapai Rp 2.500/kWh. Oleh sebab itu, setiap PKS harus mengkonversi bahan bakar minyak ke biogas, agar dapat menghemat biaya dalam penyediaan energi listriknya. Penggunaan biogas juga sangat membantu mengurangi efek rumah kaca, sehingga sangat ramah terhadap lingkungan.

5. Kesimpulan

Dari hasil analisis perhitungan, dapat dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Biaya produksi listrik yang didapat dari perhitungan berdasarkan suku bunga 6%, 9% dan 12% adalah Rp 569,13/kWh, Rp 659,34/kWh dan Rp 770,89/kWh.

2. Pendapatan PLTBGS Tandun menjadi meningkat dengan adanya pendapatan

tambahan yang berasal dari CER (Certified Emission Reduction).

6. Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada T. Butar-Butar dan R. Manurung selaku orang tua penulis yang sudah membiayai penulis, Ir. M Natsir Amin, MM dan Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku dosen pembimbing, juga Ir. Zulkarnaen Pane dan Ir. Eddy Warman selaku dosen penguji penulis yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini, serta teman-teman penulis yang sudah memberikan dukungan selama pembuatan paper ini.

7. Daftar Pustaka

[1]. Alamendah. 2012. Energi Terbarukan di

Indonesia. http://alamendah`s.blogspot.com

[2]. Dewan Riset Nasional. 2010. Agenda Riset

Nasional Bidang Energi. Jakarta.

[3]. Wikipedia.org. 2012. Biogas.

http://id.wikipedia.org/wiki/Biogas. [4]. Hermawan, Beni dkk. 2007. Pemanfaatan

Sampah Organik Sebagai Sumber Biogas Untuk Mengatasi Krisis Energi Dalam Negeri. Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa.

Universitas Lampung. Bandar Lampung. [5]. Saleh, Ghizan dan N. Rajanaidu. 2011.

Direction in the Utilization of Cropsfor Bioenergy in Malaysia in Response to

Climate Change. Selangor. Malaysia.

[6]. Marpaung, Dedy Suhendra. 2009.

Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Sebagai Pembangkit Listrik.

http://dedysuhendramarpaung.blogspot.com [7]. Pasilhok Utama Team. 2011. An intermediate report biomass & biogas power plant system at Blangkahan palm oil mill. Medan. Indonesia.

[8]. PT Karya Mas Energi. 2011. POME Biogas

Project (Diesel Replacement). Kampar.

Riau.

[9]. Sinaga, Ishak. 2011. Energi Terbarukan

Sisa Keluaran Limbah Padat Pengolahan Kelapa Sawit (Studi Kasus Perencanaan Pembangunan PLTBS PKS Blangkahan).

Gambar

Tabel 1. Potensi energi terbarukan Indonesia [2]
Gambar  diagram  skematik  Pembangkit  Listrik  Tenaga  Biogas  Sawit  (PLTBGS)  diperlihatkan pada Gambar 1
Tabel  6.  Potensi  Ketersediaan  POME  dan  Biogas di PKS Tandun

Referensi

Dokumen terkait

Analisis nilai ekonomis yang dimaksud merupakan nilai investasi yang dinyatakan dalam bentuk nilai uang yang akan dipergunakan sebagai bahan penyusun aliran uang kas

c. Siswa memperoleh angka tertinggi ditugaskan sebagai reader 1, Siswa yang memperoleh nomor tertinggi ke dua menjadi penantang 1, Siswa yang memperoleh

Peserta pelatihan ini adalah mahasiswa Akademi Dakwah Indonesia Sumatera Utara. Peserta dibagi atas kelompok yang terdiri dari 2 orang. Satu orang bertindak sebagai

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena penelitian ini berupa menafsirkan karya sastra novel dan data yang diperoleh adalah pemaparan

Peubah yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, jumlah polong per plot, bobot polong per tanaman, bobot polong

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol positif amoksisilin memiliki diameter zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak daun melinjo ( Gnetum

Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak metanol bunga dan tangkai bunga cengkeh varietas tuni Buru Selatan mempunyai aktivitas sebagai antimalaria pada uji in vitro maupun

Ressang (1963) menjelaskan bahwa disfungsi yang terjadi pada glomerulus adalah terjadinya infiltrasi sehingga menyebabkan kerusakan pada tubulus.Takashima dan