1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MIND MAPPING TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN
IPA SISWA KELAS V SD GUGUS KOMPYANG SUJANA DENPASAR UTARA
Ni Putu Ririn Sintya Dewi1, Ni Nyoman Ganing2, I Nengah Suadnyana3
1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:puturirinsintyadewi@gmail.com1,nyomanganing@yahoo.co.id2
suadnyanainengah@gmail.com3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan Mind mapping dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group
design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Kompyang
Sujana Denpasar Utara yang berjumlah 372 siswa. Sampel diambil dengan teknik
random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 4
Peguyangan berjumlah 43 siswa sebagai kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan Mind Mapping dan siswa kelas V SDN 2 Peguyangan berjumlah 40 siswa sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa dengan empat jawaban. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitung
= 3,666 > ttabel = 2,000 untuk signifikansi 5% dan dk = 81. Berdasarkan kriteria
pengujian, maka H0 ditolak. Adapun nilai rata-rata Gain Skor kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share berbantuan Mind mapping adalah 0,54, sedangkan pada kelompok
yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 0,43. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan Mind mapping terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasara Utara Tahun Ajaran 2016/2017.
Kata kunci : think pair share, mind mapping, kompetensi pengetahuan IPA Abstract
The purpose of this research is to know the significant difference of the natural Science competence of a group of students which is taught using cooperative learning type named as Think Pair Share assisted with Mind Mapping through conventional learning in fifth grade students at SD Kompyang Sujana in North Denpasar in 2016/2017 . This type of this researh is quasi experiment research with nonequivalent control group design. The population of this study is all students of fifth grade of SD Kompyang Sujana North Denpasar with total up to 372 students. The samples were taken randomly sampling technique. The sample in this research was the fifth grade students
2
of SDN 4 Peguyangan with total up to 43 students as a group that was taught using cooperative learning type named as Think Pair Share assisted with Mind Mapping through conventional learning and the fifth grade students of SDN 2 Peguyangan with total up to 40 students as group control using conventional learning. The data were collected using a method in the form of standard multiple-choice objective test with four answers. The data that was obtained were analyzed using t-test analysis. The result of the analysis are tcount = 3,666 > ttable = 2,000 for 5% significance and dk = 81.
Based on test criteria, there for H0 is rejected and Ha is accepted. The average score
of natural Science competence in the group that was taught using cooperative learning type named as Think Pair Share assisted with Mind Mapping was 0,54, while in the conventional learning group was 0,43. Based on the result of this research, can be concluded that there is an influence of cooperative learning type named as Think Pair Share assisted with Mind Mapping to natural Science competence of fifth grade elementary school student of Kompyang Sujana District of North Denpasar academic year 2016/2017.
Keywords: think pair share, mind mapping, the natural Science competence PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik. Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 menyatakan Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif sehingga mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan yang baik dapat meningkatkan mutu pendidikan untuk melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan. Usaha-usaha tersebut ditandai dengan adanya perubahan-perubahan kurikulum dan model-model pembelajaran yang dilakukan oleh para pengelola pendidikan maupun praktisi pendidikan. Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran,
setiap guru dituntut untuk benar-benar memahami model pembelajaran yang diterapkannya. Sehubungan dengan hal tersebut seorang guru perlu memikirkan model yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat, yaitu dengan situasi dan kondisi yang dihadapi berdampak pada tingkat penguasaan atau kompetensi pengetahuan peserta didik yang dihadapi, dengan kata lain siswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang terjadi di dalam kelas salah satunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD. Ilmu Pengetahua Alam (IPA) memegang peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena dalam kehidupan ini sangat tergantung dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam.“IPA merupakan rumpuan ilmu, memiliki karakteristik khusus, yaitu : mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab-akibatnya”. (Wisudawati & Sulistyowati, 2015:22). Sesuai dengan hasil observasi, pada kenyataannya kompetensi pengetahuan pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Gugus Kompyang Sujana belum maksimal dipahami oleh siswa. Banyak faktor yang
3 mempengaruhi hal tersebut diantaranya adalah kurangnya minat belajar siswa, sumber dan fasilitas yang dimiliki sekolah dan dari siswa itu sendiri beserta lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi siswa tersebut. Hal ini terbukti dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru wali kelas V SD Negeri Gugus Kompyang Sujana, untuk kompetensi pengetahuan IPA diperoleh data dari nilai rapot semester 1 yaitu dari 343 siwa yang mendapatkan nilai A sebanyak 56 siswa, siswa mendapatkan nilai B sebanyak 246 siswa, dan siswa yang mendapatkan nilai C sebanyak 41 siswa. Dari 343 siswa di SD Negeri Gugus Kompyang Sujana terdapat 302 siswa yang memenuhi KKM dan 41 siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Menurut hasil wawancara dengan Kepala Sekolah dan Wali Kelas V di SD Negeri Gugus Kompyang Sujana Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yaitu 70 (B).
Tujuan pembelajaran yang dilakukan disekolah adalah untuk menghasilkan kompetensi pengetahuan yang maksimal untuk siswa. Untuk mencapai kompetensi pengetahuan yang maksimal peran semua komponen dalam pembelajaran haruslah dengan baik. Pemilihan model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. Pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ini, membuat siswa dapat memahami suatu materi secara berkelompok, saling membantu antara satu dengan lainnya, membuat kesimpulan (diskusi), dan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Model pembelajaran Think
Pair Share memiliki beberapa keuntungan
yaitu : (a) mudah dilaksanakan dalam kelas besar, (b) melatih siswa untuk merefleksikan materi pelajaran, (c) melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan teman kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan, (d) meningkatkan kemampuan penyimpanan jangka panjang dari isi materi pelajaran.
(Daryanto, 2014:38). Pada penggunaan suatu model dalam pembelajaran agar tercapainya hasil yang maksimal maka dibutuhkan penggabungan bantuan untuk mengoptimalkan model yang digunakan dalam pembelajaran, salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran kooperaktif tipe Think Pair Share
berbantuan mind mapping (peta pikiran). Penggunaan mind mapping mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa karena media mind mapping yang dibuat sendiri oleh siswa dibangun berdasarkan alur berpikir siswa. (Kurniasih & Berlin Sani, 2015: 54) adapun keunggulan dari mind mapping itu sendiri antara lain, “(a) cepat dimengerti dan juga cepat dalam menyelesaikan persoalan, (b)
mind mapping terbukti dapat digunakan
untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala, (c) proses menggambar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain, (d) diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis”. Berbagai permasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran IPA, untuk itu perlu adanya suatu perbaikan dalam proses pembelajaran agar kompetensi pengetahuan siswa pada mata pelajaran IPA menjadi lebih baik. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran think pair share berbantuan
mind mapping dapat meningkatkan
kompetensi pengetahuan IPA yang lebih optimal. Pada pembelajaran, peserta didik mengkonstruksikan pengetahuan dirinya. Pengetahuan yang dimiliki peserta didik bersifat dinamis, berkembang dari yang sederhana menuju kompleks, dan dari ruang lingkup yang sempit menuju ruang lingkup yang lebih luas dan dari yang bersifat konkret menuju ke abstrak. “kompetensi yang berasal dari kata
competence diartikan sebagai pernyataan
yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat, sebagai perpaduan pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan juga diukur” (Kosasih 2014:13). Kompetensi adalah karaktersitik mendasar diri seseorang yang berhubungan timbal balik dengan suatu kriteria efektif dan kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan. Berdasarkan
4 pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis kompetensi mengutamakan penciptaan dan peningkatan serangkaian kemampuan siswa. Pendidikan berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi pesera didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketrampilan dan bertindak. Kompetensi merupakan sesuatu yang kompleks, yang didalamnya mengandung banyak aspek (ranah). Menurut kurikulum 2013, kompetensi itu mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan” (Kosasih, 2014:14). Di dalam kurikulum 2013, ketiga aspek itu dinyatakan di dalam rumusan kompetensi inti dengan menggunakan notasi sebagai berikut.
1) Kompetensi Inti 1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual
2) Kompetensi Inti 2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial
3) Kompetensi Inti 3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan
4) Kompetensi Inti 4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Kompetesi pegetahuan menurut Yusuf (2015:190) mencakup “C1 (pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Aplikasi), C4 (Analisis), C5 (Sintesis), C6 (Evaluasi)”.Kompetensi inti merupakan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam keseluruhan mata pelajaran dalam satu tingkatannya. Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia siswa pada kelas tertentu. “Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan hal”. (Setyosari, 2015:4). Berkenaan dengan hal yang dikenali atau diketahui, seseorang dapat memahami dan mungkin melakukan atau mengaplikasikan tentang pengetahuan tersebut dalam situasi tertentu. Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat disimpulkan kompetensi pengetahuan IPA adalah segela sesuatu yang kompleks yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan yang berhubungan dengan IPA. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerjasama dalam kelompok
kecil dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut (Daryanto, 2014:35) “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru”. Menurut (Rusman, 2012:202) “pembelajaran kooperatif (cooperatif
learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen”. Dari uraian uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dengan sistem belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran Kooperatif juga memiliki beberapa keunggulan, menurut (Daryanto, 2014:36) “adapun keunggulan model pembelajaran kooperatif dilihat dari aspek siswa adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemuk dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah pandangan kelompok”.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share adalah salah satu model
pembelajaran yang lebih menekankan kerjasama siswa dalam pembelajaran. Menurut (Kurniasih & Berlin, 2015: 58) “model TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu”. Menurut (Zubaedi, 2011:219) “tipe TPS ini dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (dua hingga enam anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu”. Menurut (Ngalimun,
5 2013:169) model pembelajaran TPS memiliki sintaks sebagai berikut: “guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku
(think-pair), presentasi kelompok (share), kuis
individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward”. Mind mapping sangat membantu dalam pembelajaran karena dapat mengembangkan potensi kerja otak. Menurut (Nurdin dan Adriantoni, 2015:257) Mind Mapping adalah suatu teknik mencatat yang dapat memetakan pikiran yang kreatif dan efektif serta memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak baik belahan otak kanan atau belahan otak kiri yang terdapat didalam diri seseorang. Menurut (Khan, 2010:30) “mind mapping merupakan metode pemetaan otak terhadap semua informasi. Metode ini membuka pikiran manusia agar mampu mengembangkan pendekatan berpikir yang lebih kreatif dan inovatif”.
Beberapa keunggulan Mind Mapping yaitu, (1) Cukup dimengerti dan cepat dalam menyelesaikan persoalan. (2) Dapat digunakan mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala. (3) Proses menggambar bisa memunculkan ide-ide yang lain. (4) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis (Kurniasih & Berlin, 2016:54).
Mind mapping bermanfaat untuk menggali
pengetahuan siswa, membuat perencanaan kegiatan, memudahkan siswa memahami konsep sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan kreatifitas siswa dikembangkan. “kemampuan mengingat siswa juga dikembangkan sehingga siswa dapat memahami konsep tanpa harus menghafal kembali tetapi dengan mengingat kembali”. (Nurdin dan Andriantoni, 2013: 262).
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share berbantuan Mind Mapiing adalah suatu model pembelajaran
kelompok berpasangan yang dirancang untuk siswa bekerja saling membantu dalam kelompok dan dengan berbantuan
mind mapping siswa dapat mengingat
informasi lebih mudah dan bisa
diandalkan karena cara kerja otak yang alami dilibatkan sejak awal untuk menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dilakukan pada kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara semester 2 tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilakasanakan pada bulan maret s/d april penelitian kelas eksperimen dilakukan di SDN 4 Peguyangan dan penelitian kontrol dilakukan di SDN 2 Peguyangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan Mind
Mapping dengan kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional (pendekatan saintifik). Rancangan penelitian yang digunakan
Quasi Eksperimen dengan rancangan
Nonequivalent Control GrupDesign.
“Dalam penelitian ini untuk menentukan subjek penelitian langkah awal dalam penelitian ini adalah menetukan populasi yang diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kauntitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan ditarik kesimpulannya”. (Sugiyono,2014:90) Sedangkan, (Setyosari,2015:221) mengungkapkan “populasi merupakan keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian”. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. (Sugiyono,2014:91). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
6 dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(mewakili). Sedangkan menurut (Setyosari,2015:221) mengemukakan “sampel merupakan suatu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penelitian yang dilakukan”. Dengan demikian berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah perwakilan yang dimiliki populasi yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini disebut sebagai teknik simple random sampling (sampel acak sederhana). Pengacakan yang dilakukan adalah acak kelas kemudian dilakukan pengundian. Jadi setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pemilihan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan.
Cara pengundian dilakukan dengan menulis semua nama kelas V di seluruh SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara, pada masing-masing kertas yang jumlahnya 8, kemudian kertas digulung. Gulungan kertas tersebut dimasukkan kedalam botol dan dikocok. Dilanjutkan dengan mengambil 2 sampel, 2 sampel yang terpilih yaitu sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Selanjutnya, setelah mendapatkan 2 sampel tersebut, peneliti memberikan pretest untuk menyetarakan kelas tersebut dengan menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. “Tes adalah suatu pengukuran yang bersifat objektif mengenai tingkah laku seseorang sehingga, tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori” (Yusuf Muri,2015:93). Jenis tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan 4 pilihan jawaban (a,b,c dan d), mula-mula dibuat 50 item atau butir soal sesuai dengan kisi-kisi. Soal tersebut kemudian diujicobakan pada kelas yang lebih tinggi. Setelah dianalisir butir soal yang memenuhi syarat digunakan sebagai instrumen penelitian dengan jumlah pertanyaan,yaitu : 28 butir soal. Setiap item diberi skor 1 bila siswa menjawab dengan benar (jawaban disesuaikan dengan kunci jawaban) dan skor 0 bila siswa menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variable kompetensi pengetahuan IPA. Skor belajar IPA bergerak dari 0-100. Skor 0 merupakan skor minimal ideal serta skor 100 merupakan skor maksimal tes kompetensi pengetahuan.
Suatu instrumen penelitian dikatakan baik jika sudah memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mendapat gambaran secara empirik dapat tidaknya instrumen tersebut digunakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang dihasilkan dalam penelitian ini diuji validitas tes, reliabilitas tes, daya beda tes dan indeks kesukaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi: tidak terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
berbantuan Mind Mapping dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.
Sedangkan hipotesis (Ha) alternatif yang berbunyi: terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share berbantuan Mind Mapping
dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada
7 siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.
Hasil perhitungan menunjukkan data kompetensi pengetahuan IPA Siswa Kelas V kelompok eksperimen dengan tertinggi yang diperoleh siswa adalah 96 dan nilai terendah adalah 50 dengan angka rata-rata (mean) data bergolong sebesar 80,32. Hasil perhitungan menunjukkan data kompetensi pengetahuan IPA Siswa Kelas V kelompok kontrol dengan tertinggi yang diperoleh siswa adalah 89 dan nilai terendah adalah 46, dengan angka rata-rata (mean) data bergolong sebesar 72,12.
Dari data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata data bergolong yang diperoleh siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share berbantuan Mind Mapping
dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.
Setelah memperoleh nilai pretest dan nilai posttest IPA Kelas V di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka dilanjutkan dengan menormalisasikan nilai pretest dan
posttest masing-masing kelompok.
Menormalisasikan nilai pretest dan
posttest kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, dilakukan dengan menggunakan penghitungan Gain Skor Ternormalisasi (Normalized Gain Score). Berdasarkan rata-rata Gain Skor yang diperoleh dari penghitungan Gain Skor pada kelas eksperimen adalah 0,54 yang memiliki predikat sedang, sedangkan pada kelas kontrol adalah 0,43 yang juga memiliki predikat sedang. Ini berarti kompetensi pengetahuan IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
berbantuan Mind Mapping dengan pembelajaran konvensional sama-sama memiliki predikat sedang yang dinyatakan berhasil tetapi yang membedakannya adalah rata-rata Gain Skor. Terbukti dari hasil perhitungan rata-rata Gain Skor Kelompok Eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang mempunyai selisih 0,11.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih
dahulu harus dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh harga χ2
hitung = 8,120 untuk
kelompok eksperimen. Harga tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga χ2
tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi
5% sehingga diperoleh harga χ2
tabel =
11,070. Karena χ2
hitung = 8,120 < χ2 tabel
(α=0,05) = 11,070 maka data hasil
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan pada kelompok kontrol harga χ2
hitung = 2,930. Harga tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan harga χ2 tabel
dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga χ2
tabel = 11,070.
Karena χ2
hitung = 7,91 <χ2 tabel (α=0,05) =
11,070 maka data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Ini berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians. Uji homogenitas data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung = 1,17. Nilai
tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga Ftabel (α=0,05) = 1,69 dengan
dk 43,40. Karena Fhitung = 1,17 < Ftabel (α=0,05)
= 1,69 maka dapat dikatakan data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen.
Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data yang diperoleh telah memenuhi uji prasyarat, maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t.berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada Tabel 1.
8
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t
No Sampel N Dk X S2 t
hitung ttabel Status
1 Kelompok eksperimen 43
81
0,54 0,0315
3,666 2,000 H0 ditolak
2 Kelompok kontrol 40 0,43 0,0267
Dari hasil analisis diperoleh thitung =
3,666 da ttabel= 2,000 pada taraf
signifikansi 5% (α=0,05) dengan dk = n1 +
n2 – 2 = 43 + 40 – 2 = 81. Oleh karena thitung = 3,666 > ttabel (α=0,05) = 2,000 maka H0
yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
berbantuan Mind Mapping dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017 ditolak, dan berarti Ha yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share berbantuan Mind Mapping dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017 diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
berbantuan Mind Mapping dan pembelajaran secara konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share berbantuan Mind Mapping
pada muatan materi IPA memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya melalui berbagai kegiatan bermakna dan teratur yang tentunya menyenangkan bagi siswa pada setiap langkah pembelajarannya. Perbedaan hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dapat terlihat dari langkah
pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut, hasil analisis uji hipotesis, dan nilai rata-rata kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
berbantuan Mind Mapping dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Hasil temuan pada penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yang relevan dan memperkuat hasil penelitian yang diperoleh. Hal tersebut didukung hasil penelitian yang diajukan oleh Penelitian yang telah dilakukan oleh Muzzaki (2013) dengan judul “Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share dipadu dengan peta pikiran (Mind Map) terhadap motivasi hasil belajar
geografi siswa kelas X SMA Negeri 4 Malang” yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dipadu
Mind Mapping dengan kelompok siswa
yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.
Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbatuan
Mind Mapping pada penelitian ini memiliki
keunggulan, yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan perkembangan karakter siswa dalam mengonstruksi pengetahuan sendiri kemudian mengomunikasikannya melalui serangkaian usaha berinteraksi dengan lingkungan belajar yang menyenangkan berdasarkan pada komponen pengalaman belajar 5M didukung oleh peranan guru
dalam pemberian
pemantapan/pengulangan materi, serta pengakuan atas usaha yang dilakukan.
9 PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh rata-rata Gain Skor kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share berbantuan Mind Mapping lebih
tinggi dari siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional (0,54 > 0,43). Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji-t dengan dk = 81 pada taraf signifikansi 5% diperoleh thitung =
3,666 > ttabel = 2,000 ini berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share berbantuan Mind Mapping dan
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017 pada tema 8 (Ekosistem).
Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share berbantuan Mind Mapping
berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasara Utara Tahun Ajaran 2016/2017.
Adapun saran yang ingin disampaikan melalui penelitian ini, yaitu : (1) Kepada siswa Berdasarkan temuan penelitian, kepada siswa disarankan agar memanfaatkan kesempatan yang difasilitasi guru dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
berbantuan Mind Mapping, sehingga dapat membangun pengetahuan sendiri. (2) Kepada guru hendaknya agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share berbantuan Mind Mapping
sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi siswa. (3) Kepada sekolah agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung sumber belajar guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang berkualitas. (4) Kepada peneliti lain disarankan hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan. DAFTAR RUJUKAN
Agung, A.A Gede. 2014. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Aditya Media Publishing.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian . Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media
Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan
Pembelajaran Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung :
Yrama Widya.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015.
Model Pembelajaran. Kata Pena CV
Solusi Distribusi
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo
Nurdin Syafruddin & Andriantoni. 2013.
Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan dan
Pengembangan.Jakarta :
Kencana Prenada Media Group. Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan dan
Pengembangan.Jakarta :
10 Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung : Alfabeta.
Wisudawati & Sulistyowati. 2015.
Metodologi Pembelajaran IPA.
Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf, Muri. 2015. Asessmen dan
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media Group
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana