• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN BONE SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN BONE SKRIPSI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS

PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL

DI KABUPATEN BONE

SKRIPSI

LISNAWATI

NIM 105731127716

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2021

(2)

ii

PEMERINTAH TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD ATAS

PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL

DI KABUPATEN BONE

LISNAWATI

NIM 105731127716

Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Akuntansi pada

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

(3)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini Saya Persembahkan Kepada :

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Fudding dan Ibunda Nurasia, yang telah memberikan semangat dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Saudara saya Sulfiana, Febriadi dan Fadli yang telah memberikan dukungan

untuk proses penyelesaian karya ilmiah ini.

3. Bapak dan Ibu dosen, terkhusus kedua pembimbing yang selama ini tulus dan ikhlas dalam meluangkan waktunya menuntut dan memberi arahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

4. Sahabat sahabat yang selalu memberikan bantuan dan memberi semangat dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

MOTTO HIDUP

“jangan batasi doamu dengan menggunakan nalar dan pikiranmu karena yang kau anggap mustahil, bisa dengan mudah Allah wujudkan”

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Fudding dan ibu Nurasia yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara saudaraku tercinta yang yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagaI pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

(8)

viii

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Ismail Badhollahi, SE., M.Si., Ak., CA. CSP, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. Agus Salim HR, SE., MM, selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan bimbingan kepada peneliti.

5. Bapak Jamaluddin M, SE., M.Si, selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

6. Ibu Endang Winarsih, SE., M.Ak, selaku pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

7. Bapak/Ibu dan asisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah meluangkan waktu dalam memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

8. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Segenap staf dan pegawai Dinas Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan bantuan dalam proses penelitian.

10. Terima kasih kepada sahabat dari kelas Akuntansi 16.G yang selalu memberikan bantuan serta semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya dami kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Biru Universitas Muhammadiyah Makassar

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar, 16 Januari 2021

(10)

x

ABSTRAK

Lisnawati, 2020. “Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone”. Skripsi Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi da Bisnis. Dibimbing oleh Jamaluddin M dan Endang Winarsih.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bone. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan eksplanatory research. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Skala pengukuran data dengan skala Likert. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan bantuan program SPSS versi 25.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Internal pemerintah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pencegahan Fraud. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa 88,3% pencegahan fraud dipengaruhi oleh Penerapan Sistem pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dan 11,7% pencegahan fraud dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sistem pengendalian Internal pemerintah berkontribusi dalam meminimalisir tingkat terjadinya fraud dalam pengelolaan dana bantuan sosial di kabupaten Bone. Oleh sebab itu, semakin baik penerapan sistem pengendalian internal pemerintah maka akan menyebabkan pencegahan fraud pengelolaan dana bantuan sosial akan menjadi semakin baik dan menimbulkan dampak yang baik bagi instansi pemerintah.

Kata kunci : Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Pencegahan Fraud, Pengelolaan Dana Bantuan Sosial.

(11)

xi

ABSTRACT

Lisnawati, 2020. "The Effect of the Implementation of Government Internal Control Systems on Fraud Prevention on Management of Social AssistanceFunds in Bone Regency". Thesis Accounting Study Program, Faculty

of Economics and Business. Supervised by Jamaluddin M and Endang Winarsih. The purpose of this study was to determine the effect of the implementation of the government internal control system on fraud prevention on the management of social assistance funds in Bone Regency. This research was conducted at the Social Welfare Office of Bone Regency. This type of research uses quantitative methods with an explanatory research approach. The data collection technique used a questionnaire. Data measurement scale with a Likert scale. Data were analyzed using simple linear regression analysis with the help of the SPSS program version 25.0.

The results showed that the Government's Internal Control System had a positive and significant effect on fraud prevention. The coefficient of determination test results showed that 88.3% of fraud prevention was affected by the Implementation of the Government Internal Control System (SPIP) and 11.7% of fraud prevention was influenced by other variables not included in this research model. Thus, it can be concluded that the government's internal control system contributes to minimizing the level of fraud occurring in the management of social assistance funds in Bone district. Therefore, the better the implementation of the government's internal control system, the better the prevention of social assistance funds management will be and have a good impact on government agencies.

Keywords: Implementation of Government Internal Control Systems, Fraud

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL .. ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... V HALAMAN PERNYATAAN ... Vi KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Teori ... 9

1. Fraud Triangle Theory ... 9

2. Pengendalian Intern... 9

(13)

xiii

4. Pencegahan Fraud ... 17

5. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial ... 21

B. Tinjauan Empiris ... 25

C. Kerangka Konsep ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

a. Jenis penelitian ... 35

b. Lokasi dan waktu penelitian ... 35

c. Definisi Operasional Variabel ... 35

d. Populasi dan Sampel ... 40

e. Teknik Pengumpulan Data ... 41

f. Teknik analisis data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Gambaran Umum dan Objek Penelitian ... 46

1. profil singkat dinas sosial kabupaten bone ... 46

2. Realisasi pengelolaan anggaran APBD dinas sosial Kabupatenbone ... 54

B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 55

1. Deskriptif data ... 55

2. Hasil uji statistik deskriptif ... 58

3. Hasil uji instrumen penelitian ... 59

4. Hasil uji asumsi klasik ... 62

5. Hasil uji hipotesis ... 64

(14)

xiv

BAB V PENUTUP ... 72 A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA ... 75 BIOGRAFI ... 95

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu... 29

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabe ... 36

Tabel 4.1 Realisasi penggunaan anggaran APBD dinas sosial Kabupaten bone ... ... 54

Tabel 4.2 Data Penyebaran Kuesioner ... 55

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.4 Karaktersitik Responden Berdasarkan Usia ... 56

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 57

Tabel 4.6 karakteristik responden berdasarkan pendidikan ... 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistk Deskriptif ... 58

Tabel 4..8 Hasil Uji Validitas Data ... 60

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas ... 61

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data ... 63

Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana ... 64

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 65

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Kecurangan .... ... 18

Gambar 2.2 Kerangka konsep ... ... 34

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Bone ... 49

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... ... 78

Lampiran 2 Data Responden ... ... 83

Lampiran 3 Jawaban Responden .... ... 85

Lampiran 4 Hasil Output Spss ... ... 88

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah indonesia telah melaksanakan berbagai program bantuan sosial dalam upaya untuk memenuhi hak dasar, mengurangi beban hidup, serta memperbaiki kualitas hidup masyarakat tidak mampu. Program pemberian dana bantuan sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan untuk menciptakan program kesejahteraan sosial. Dalam UU Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dijelaskan bahwa pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi masyarakat dari risiko risiko sosial yang mungkin timbul.

Berdasarkan Permendagri Nomor 39 tahun 2012 program bansos merupakan salah satu bantuan yang bersifat sosial kemasyarakatan yang diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada kelompok /anggota masyarakat, individu, dan keluarga yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari risiko sosial. Bantuan sosial dapat berupa tunjangan uang, pelayanan sosial atau barang yang diberikan untuk melindungi setiap individu, keluarga dan komunitas yang paling rentan, sehingga kebutuhan dasar dapat terpenuhi dan kualitas hidup dapat meningkat (Suharto, 2009).

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kemiskinan penduduk indonesia menurun dari 11,22% pada tahun 2015, menjadi 9,82% pada tahun 2018, terendah sejak era krisis moneter pada tahun 1998 silam. Sementara itu indeks pembangunan manusia naik dari 68,90% pada tahun 2014 menjadi 70,81% pada tahun 2017. Dari data

(19)

tersebut menunjukkan bahwa program bantuan sosial mampu mengurangi tingkat kemiskinan dan dapat melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial (www.mediaIndonesia.com).

Dana bansos yang disediakan pemerintah tidak sedikit dan cenderung terus bertambah. Kementerian keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi dana bantuan sosial pada Januari sampai Juni 2019 sebesar RP 70,49 triliun. Realisasi ini mencapai 72,63% dari target pagu APBN 2019 sebesar 97,06 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar RP 45,08 triliun, angka ini meningkat hingga 56,37%. Dari jumlah dana yang besar tersebut, penyaluran dana bantuan sosial rawan disalahgunakan dari tujuan awalnya, yaitu untuk kesejahteraan sosial (kementerian Keuangan, juli 2019).

Peraturan pemerintah No. 58 tahun 2005 menjadi dasar dalam pengelolaan keuangan daerah. Dasar dalam penyalurannya didasarkan pada Permendagri N0.13 Tahun 2006. Peraturan tersebut memberikan wewenang kepada kepala daerah tanpa adanya kontrol, sehingga menimbulkan adanya perbedaan regulasi mengenai bantuan sosial (Darmastuti dan setyaningrum, 2009). Perbedaan regulasi terhadap dana bansos menyebabkan banyak terjadi penyelewengan dana Bansos yang dilakukan oleh kepala daerah.

Banyaknya kasus fraud yang terjadi di indonesia akhir-akhir ini, menjadi perhatian khusus pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan kajian yang dibuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan 10 temuan perihal pengelolaan dana bantuan sosial di pemerintah daerah yang berpotensi menimbulkan praktek korupsi. Temuan KPK tersebut dibagi ke dalam dua aspek utama, yaitu regulasi, (tiga temuan) dan tata laksana (tujuh temuan). Ketujuh temuan pada pada lingkup tata laksana terbagi pada proses penganggaran,

(20)

penyaluran, serta pertanggungjawaban dan pengawasan (Tempo.com.2016). Tuanakotta (2010: 159) mengatakan bahwa upaya mencegah fraud dimulai dengan penerapan sistem pengendalian yang efektif.

Penerapan SPIP yang baik mendorong terciptanya laporan keuangan yang andal. SPIP dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan pegawai untuk memberikan sinyal yang baik kepada masyarakat. SPIP harus dijalankan secara efektif karena efektifitas SPIP merupakan salah satu kriteria penilaian untuk memberikan opini laporan keuangan pemerintah oleh BPK (UU No 15 tahun 2004).

Potensi terjadi penyimpangan atau korupsi sangat tinggi mengingat alokasi dana bantuan sosial yang sangat besar. Menurut G.jack Balogna dan Robert dalam Kaaryono (2013) fraud adalah penipuan yang disengaja umumnya diterapkan sebagai kebohongan, penjiplakan, dan pencurian. Terjadinya kecurangan dalam pengelolaan keuangan disebabkan adanya tiga kondisi yang biasa disebut Fraud Triangle (segitiga kecurangan) (Zimbelman dan Albercht (2014: 43), yaitu tekanan, kesempatan, dan sikap/rasionalisasi.

Berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) telah menemukan adanya penyimpangan pengelolaan anggaran bansos yang tidak tepat sasaran dalam pemberian bantuan sosial, baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Dari hasil pemeriksaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) tahun 2018 terdapat 514 kabupaten/kota hanya ada 29 kabupaten yang tertib melakukan updating (pembaharuan data) setiap 6 bulan yang menyebabkan banyak data yang tidak sepadan, tanpa Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang menjadi syarat bantuan sosial dan terdapat 20 juta lebih tanpa NIK tapi menjadi KPM, dan sisanya hanya mengesahkan yang ada dan dominan unsur politik di daerah.

(21)

Dalam ikhtisar hasil pemeriksaan semester (IHPS) II tahun 2019. BPK memeriksa kinerja pengelolaan DTKS dalam penyaluran bantuan sosial tahun 2018-2019 dilaksanakan pada Kementerian Sosial dan DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Nusa Tenggara Timur. BPK menemukan sejumlah permasalahan dalam penyaluran bantuan sosial di pemerintah daerah diantaranya pelaksanaan verifikasi dan validitas belum memadai dalam menghasilkan data input yang berkualitas serta belum mempunyai mekanisme untuk memastikan pelaksanaan verifikasi dan validitas sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk penyaluran bantuan sosial. Hal ini menyebabkan DTKS yang ditetapkan oleh kemensos sebagai dasar penyaluran program bantuan sosial menjadi kurang andal dan tidak akurat. (IHPS II 2019 BPK RI).

BPK memberikan catatan atas ketidakwajaran pengelolaan dana Bansos disebabkan karena sistem pengendalian intern yang tidak memadai dan ketidak patuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang selanjutnya dirumuskan dalam temuan audit. Berdasarkan temuan pemeriksaan BPK tersebut menunjukkan bahwa laporan keuangan pengelolaan dana bantuan sosial belum sepenuhnya andal karena tidak memenuhi karakteristik penyajian yang jujur berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 dalam kriteria andal, bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, pengendalian Internal Pemerintah sangat penting dilakukan karena menyangkut bentuk pengawasan dan pencegahan terhadap segala bentuk kelalaian yang disengaja dan tidak sengaja yang merugikan negara. Pengendalian internal adalah suatu sistem dalam organisasi untuk mencegah semua tindakan pemborosan, kecurangan dan ketidakefisienan penggunaan sumber daya. Sistem pengendalian

(22)

internal pemerintah dibuat untuk memberikan pengamanan terhadap aset serta untuk meningkatkan ketelitian dan tingkat kepercayaan dalam laporan keuangan. Berdasarkan hal tersebut diharapkan adanya sistem pengendalian internal yang baik dapat memberikan akuntabilitas atau pertanggungjawaban yang baik atas pengelolaan dana bantuan sosial.

Dalam prakteknya penganggaran dan pelaksanaan bansos di Kabupaten Bone masih dalam kondisi yang belum optimal. Pertama, penganggaran bansos yang seharusnya sudah pasti nama penerima dan besarannya, namun tidak sedikit penentuan peruntukan bansos biasanya masih ditetapkan dalam keputusan kepala daerah yang terpisah dengan Peraturan Daerah (Perda) tentang APBD belum menjadi bagian dari Rencana Kerja Anggaran (RKA). Kedua sebagian dana bansos masih belum ditetapkan siapa penerimanya, seiring waktu pelaksanaan APBD, baru akan ditentukan peruntukan dan siapa penerimanya. Selain itu lambatnya penyaluran dana bansos di Kabupaten Bone juga masih menjadi masalah di tengah masyarakat hal ini disebabkan oleh pemda yang terlambat dalam merealisasikan anggaran dana bansos.

Pencairan dana bantuan sosial berupa uang dilakukan dengan cara Pembayaran Langsung (LS). Dalam hal bantuan sosial berupa uang dengan nilai sampai dengan Rp5.000.000.00 pencairannya dapat dilakukan melalui mekanisme Tambah Uang (TU), dengan dilengkapi kuitansi bukti penerimaan uang bantuan sosial. Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang berdasarkan atas Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPA-PPKD). Sedangkan pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa barang berdasarkan atas Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA-SKPD) dengan catatan bahwa

(23)

pengadaan barang dan jasa dalam rangka bantuan sosial berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan data dari dinas sosial Kabupaten Bone pada bulan Maret 2020, sekitar 20.726 orang yang ter data sebagai Jaringan Pengaman Sosial (JPS) APBD tidak ter cover oleh bantuan sosial tunai kemensos dan bantuan lainnya. Jumlah anggaran dana JPS yang disiapkan sebesar RP 27 miliar dengan tiga tahap penyaluran (Fajar.co.id). Hal ini berarti anggaran dana sudah tersedia namun pemerintah daerah lambat dalam menyalurkan anggaran dana bantuan tersebut ke masyarakat sehingga menyebabkan pelaksanaan penerima bantuan masih kurang dirasakan masyarakat, adanya penolakan atau protes dari berbagai elemen masyarakat dan masih adanya tumpang tindih dalam pembagian bansos sehingga terkesan mendidik masyarakat korupsi dan nepotisme.

Penelitian Dini Pramesti Putri (2018) mengemukakan bahwa unsur-unsur SPIP yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko dan aktivitas pengendalian terbukti berpengaruh signifikan positif terhadap keterandalan laporan keuangan pengelolaan dana bansos. Oleh sebab itu, semakin baik pelaksanaan SPIP diinstansi pemerintahan, maka laporan keuangan pengelolaan dana bansos yang dihasilkan akan semakin handal. Dengan adanya pemahaman yang bagus mengenai SPIP pada pengelolaan dana Bansos maka dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan pada praktek pengelolaan maupun pada pelaporan penggunaan dana bansos. Sehingga diharapkan tidak terjadi kembali kasus penyalahgunaan penyaluran dana bansos pada instansi pemerintah yang berakibat pada tindakan pelanggaran hukum.

Berbagai penelitian mengenai pencegahan fraud telah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain Penelitian yang dilakukan Yosua Palentino (2019)

(24)

juga melakukan penelitian pencegahan fraud pada pemerintah daerah dan hasilnya menunjukkan bahwa SPIP mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap pencegahan fraud. Penelitian Hilmi Faiqoh (2019) hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa SPIP berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud.

penelitian yang dilakukan oleh Suryo Irawan (2016) yang menyatakan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perbedaan mengenai objek penelitian, metode analisis data, dan sasaran penelitian, di mana pada penelitian terdahulu menggunakan objek sekolah dengan menggunakan metode analisis data deskriptif dan sasarannya pada pengelolaan dana BOS. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan objek penelitian dinas sosial, jenis penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif, adapun sasaran penelitian terfokus pada pengelolaan dana Bantuan sosial.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN SISTEM

PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH (SPIP) TERHADAP

PENCEGAHAN FRAUD ATAS PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL DI KABUPATEN BONE”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti terkait dengan sub variabel sistem pengendalian internal pemerintah, yaitu : “Apakah Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone?”.

(25)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai empat manfaat yaitu sebagai berikut: a. Bagi Penulis

Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai peran Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap pencegahan fraud. b. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menentukan kebijakan terkait dengan unsur SPIP yang berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana Bansos.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan wawasan tentang peranan program Bansos.

d. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan, gambaran, dan bukti empiris tentang unsur SPIP yang berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana Bansos.

(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Fraud Triangel Theory

Menurut Zimbelman dan Albercht (2014: 43), terdapat tiga elemen yang muncul secara bersamaan untuk mendorong terjadinya kecurangan yaitu: 1. Tekanan (Pressure) tekanan ini adalah suatu dorongan untuk dapat

melakukan fraud yang terjadi pada karyawan dan manajer. Dorongan itu yang terjadi karena adanya tekanan keuangan, kebiasaan buruk, tekanan lingkungan kerja ataupun dengan tekanan lainnya.

2. Peluang atau kesempatan (Opportunity) kesempatan yang timbul dengan adanya kelemahan pengendalian internal dalam mencegah atau mendeteksi kecurangan ataupun bisa terjadi jika lemahnya sanksi atau ketidakmampuan dalam menilai kualitas kinerja.

3. Pembenaran (rationalization) pelaku kecurangan akan mencari pembenaran dengan menganggap bahwa yang telah dilakukan itu sudah biasa untuk dilakukan orang lain juga, pelaku pun juga akan menganggap dirinya berjasa besar di dalam organisasi.

2. Pengendalian Internal

a. Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Romney dan Steinbart (2015: 226), pengendalian internal adalah sebuah proses yang menyebar keseluruh aktivitas pengoperasian perusahaan dan merupakan bagian integral dari aktivitas manajemen di mana pengendalian internal memberikan jaminan yang memadai untuk tujuan pengendalian berupa

(27)

mengamankan aset, mengelola catatan secara detail yang baik untuk melaporkan aset perusahaan secara akurat dan wajar, memberikan informasi yang akurat dan reliabel, menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.

Menurut Committe Of Sponsoring Organization (COSO) dalam Susanto (2008: 95), menyatakan bahwa pengendalian internal menjadi dorongan yang diberikan kepada seseorang atau karyawan dari bagian tertentu dari organisasi secara keseluruhan agar berjalan sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditentukan.

Menurut Mulyadi (2016: 129) sistem pengendalian intern merupakan: Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong di patuhinya kebijakan manajemen.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah rencana organisasi yang dipengaruhi oleh dewan direktur, manajemen, dan personil lain dalam sebuah entitas yang bertujuan untuk memberikan dorongan kepada seseorang atau karyawan guna mencapai tujuan atau strategi perusahaan yang yang telah ditetapkan.

b. Tujuan Pengendalian Internal

Dari pengertian sistem pengendalian intern diatas, terdapat pula tujuan pengendalian intern itu sendiri yang menurut Mulyadi (2016: 129) yaitu:

a. Menjaga keamanan harta milik suatu organisasi. b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. c. Mendorong efisiensi kerja atau operasional perusahaan.

(28)

d. Mendorong di patuhinya kebijakan manajemen agar.

Menurut Committe Of Sponsoring Organization (COSO) (2013: 15) pengendalian internal memiliki tiga kategori tujuan yaitu

a. Tujuan Operasi

Tujuan ini berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi operasi entitas, termasuk tujuan kinerja operasional dan keuangan, serta menjaga aset terhadap kerugian.

b. Tujuan Pelaporan

Tujuan ini berkaitan dengan pelaporan keuangan dan non keuangan untuk internal maupun eksternal yang mencakup keandalan, ketepatan waktu, transparansi atau ketepatan lain yang ditetapkan oleh regulator, persyaratan yang diakui oleh pembuat standar, atau kebijakan entitas itu sendiri.

c. Tujuan Kepatuhan

Tujuan ini berkaitan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan di mana entitas tunduk.

c. Keterbatasan Pengendalian Internal

Berikut ini adalah keterbatasan pengendalian intern menurut Mulyadi (2002 :181) adalah:

1. kesalahan dalam pertimbangan 2. Gangguan

3. Kolusi

4. Pengabaian oleh manajemen 5. Biaya lawan manfaat

Sebagaimana disebutkan bahwa salah satu komponen pengendalian internal adalah tentang lingkungan pengendalian, maka dalam hal ini pemerintah

(29)

sebagai pengelola negara, merupakan manajemen sekaligus top leader bagi lembaga-lembaga pemerintah yang ada dibawahnya yang berwenang untuk menetapkan rambu-rambu serta aturan tentang pengendalian internal di lembaga lembaga pemerintahan, dan berdasarkan Undang-undang nomor 01 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara, maka melalui PP Nomor 60 Tahun 2008 lahirlah apa yang dinamakan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah yang dijadikan acuan lembaga-lembaga pemerintah dalam mengelola keuangan yang bersumber dari negara.

3. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

a. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)

Dalam suatu entitas atau organisasi diperlukan adanya suatu sistem pengendalian intern. Menurut Angelina dkk (2017) sistem pengendalian ini sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan operasional pemerintah, karena dengan adanya sistem pengendalian internal maka kecurangan yang mungkin dilakukan pegawai dapat di minimalisir. Oleh karena itu setiap entitas pemerintah membuat dan menjalankan sistem pengendalian internal demi kelancaran dan kemajuan organisasi.

Pengertian Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 adalah: “Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan”. Substansi yang mendasar dari Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 ini adalah terwujudnya satu sistem

(30)

pengendalian intern pada pemerintah yang dapat mewujudkan suatu praktik-praktik yang baik dalam tata kelola (good governance) pada sektor publik.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah adalah proses yang dirancang oleh manajemen untuk memberikan keyakinan atau jaminan yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif, efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan peraturan perundang-undangan sehingga tujuan organisasi pemerintah dapat tercapai dan kerugian atau kemungkinan ancaman keamanan dalam informasi dapat dikurangi.

b. Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Menurut Peraturan Pemerintah No 60 tahun 2008 tujuan sistem pengendalian internal pemerintah adalah memberikan keyakinan yang memadai tentang :

1. Kegiatan yang efektif dan efisien

2. Laporan keuangan yang dapat diandalkan 3. Pengamanan aset negara

4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa jika dilaksanakan dengan baik dan benar, SPIP akan memberi jaminan di mana seluruh penyelenggaraan negara, mulai dari pimpinan hingga pegawai di instansi akan melaksanakan tugasnya dengan jujur dan taat pada peraturan. Untuk mencapai tujuan dari SPIP dimaksud ODP yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Akibat dari tujuan SPIP tersebut maka akan memberikan manfaat yaitu mendeteksi kesalahan dan fraud dalam pelaksanaan aktivitas organisasi dan membantu pengamanan aset

(31)

terkait dari kemungkinan terjadinya kecurangan, pemborosan dan salah penggunaan yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi.

c. Indikator Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Kerangka pengendalian internal yang telah diterima di sebagian besar lingkup Amerika Serikat adalah kerangka pengendalian internal COSO yang memiliki lima komponen kerangka pengendalian internal yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan (Elder dalam Nurul, 2017). Kerangka pengendalian internal COSO tertuang dalam PP Nomor 60 tahun 2008 yaitu sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian (Environment Control)

Lingkungan pengendalian merupakan tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap pimpinan instansi atau lembaga tentang pengendalian intern yang dapat menimbulkan kesadaran seluruh pegawai mengenai pentingnya pengendalian bagi instansi atau lembaga yang bersangkutan melalui:

a. Penegakan integritas dan nilai etika; b. Komitmen terhadap kompetensi; c. Kepemimpinan yang kondusif;

d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; e. Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat;

f. Penyusunan dan penerapan kebijakan pembinaan SDM;

g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah.

(32)

2. Penilaian Risiko (Risk Valution)

Hal pertama yang dilakukan berkaitan dengan pengendalian internal dalam sub ini yaitu melihat kesesuaian antara tujuan kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan sasarannya, serta kesesuaian dengan tujuan strategi yang ditetapkan. Setelah penetapan tujuan telah dilaksanakan, tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi risiko intern dan ekstern yang dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan tersebut, kemudian menganalisis risiko yang mungkin terjadi serta dampak yang mungkin ditimbulkan mulai dari yang tertinggi sampai dengan risiko yang sangat rendah.

3. Kegiatan Pengendalian (Activity Control)

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. Berdasarkan PP No. 60 tahun 2008 kegiatan pengendalian yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dapat berupa:

a. Review atas kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan; b. Pembinaan sumber daya manusia;

c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; d. Pengendalian fisik atas aset;

e. Penetapan dan review atas indikator dan ukuran kinerja; f. Otoritas atas transaksi dan kejadian yang penting;

g. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; h. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

(33)

j. Dokumentasi yang baik atas SPI serta transaksi dan kejadian penting. 4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan instansi pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan instansi pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya.

5. Pemantauan ( Monitoring)

Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan review lainnya dapat segera ditindak lanjuti.

d. Faktor Penentu Keberhasilan Penyelenggaraan SPIP

Menurut Wibisono (2010: 85) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penetapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), antara lain:

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah merupakan modal utama dan penggerak dalam suatu organisasi, dan merupakan soft control dalam penerapan SPIP ini. Sumber daya manusia yang dimaksudkan adalah SDM yang memiliki integritas dan mentaati nilai etika.

2. Komitmen

Komitmen merupakan keterikatan untuk melaksanakan suatu kegiatan (Usman, 2010). Keberhasilan dan kata kunci sukses tercapainya tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh komitmen dari seluruh pimpinan dan pegawai dalam menjalankan organisasi.

(34)

3. Ketersediaan Infrastruktur

Keberadaan infrastruktur mencakup antara lain: pedoman, kebijakan, dan prosedur yang terintegrasi dengan unsur-unsur SPIP lainnya, sesuai dengan proses bisnis dan karakteristik suatu instansi pemerintah terkait dengan penyelenggaraan SPIP.

4. Keteladanan dari Pimpinan

Lingkungan pekerjaan sangat mempengaruhi pemebentukan karakter dan budaya kerja dalam suatu organisasi. Pimpinan dalam bersikap dan bertingkah laku akan dapat mendorong terciptanya budaya kerja yang selalu mengedepankan nilai-nilai kejujuran, etika dan disiplin.

4. Pencegahan fraud (kecurangan) a. Pengertian Fraud

Tugiman (2008: 3) menjelaskan pengertian kecurangan adalah sebagai berikut: “kecurangan di definisikan sebagai suatu penyimpangan atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja untuk tujuan tertentu. Menipu atau memberikan yang keliru untuk keuntungan pribadi atau kelompok secara tidak fair, baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.

Menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) dalam karyono (2013) fraud adalah sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja. Dalam pengertian ini diartikan bahwa fraud mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu seperti menipu atau memberikan gambaran keliru kepada pihak-pihak lain baik dalam organisasi maupun luar organisasi.

(35)

Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa fraud berarti suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan fraud

(fraudulent).

b. Faktor Terjadinya Fraud

Menurut SAS 99 (AU 316) yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal (2014: 9) terdapat tiga faktor seseorang melakukan kecurangan yang dikenal sebagai fraud

triangle, yaitu:

pressure

opportunity Rationalization

Gambar 2.1

Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle) Sumber : Amin Widjaja Tunggal 2014

1. Pressure (tekanan)

Tekanan ekonomi merupakan salah satu faktor yang mendorong seseorang berani melakukan tindakan kecurangan. Faktor ini berasal dari individu si pelaku di mana ia merasa bahwa tekanan kehidupan yang begitu berat memaksa si pelaku melakukan kecurangan untuk keuntungan pribadinya. Hal ini terjadi biasanya dikarenakan jaminan kesejahteraan yang ditawarkan perusahaan atau organisasi tempat ia bekerja kurang atau pola hidup yang serba mewah sehingga si pelaku

(36)

terus-menerus merasa kekurangan. Namun tekanan juga dapat berasal dari lingkungan tempatnya bekerja, karyawan merasa tidak diperlakukan secara adil, adanya proses penerimaan pegawai yang tidak fair.

2. Oopportunity (kesempatan)

Merupakan faktor yang sepenuhnya berasal dari luar individu, yakni berasal dari organisasi korban perbuatan kecurangan. Kesempatan melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Dengan kedudukan yang dimiliki si pelaku merasa memiliki kesempatan untuk mengambil keuntungan. Ditambah lagi dengan sistem pengendalian dari organisasi yang kurang memadai.

3. Rationalization (rasionalisasi)

Si pelaku merasa memiliki alasan yang kuat yang menjadi dasar untuk membenarkan apa yang dia lakukan. Serta mempengaruhi pihak lain untuk menyetujui apa yang dia lakukan.

c. Klasifikasi Fraud

Siti dan Ely (2010: 64) mengklasifikasikan fraud ke dalam dua kelompok utama, yaitu:

1. Kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial reporting) merupakan salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan, untuk mengelabui pemakai laporan keuangan, yang menyebabkan laporan keuangan menjadi menyesatkan secara material.

2. Penyalahgunaan aset (missappropriation of assets) merupakan salah saji yang timbul dari pencurian aset entitas.

(37)

d. Pengertian pencegahan Fraud

Pencegahan fraud adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk memberikan keyakinan memadai dalam mencapai tiga tujuan pokok yaitu keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Zabibollah Rezaee, Richard Riley, 2005 : 7).

Amin Widjaja Tunggal (2012: 59) mengemukakan bahwa terdapat beberapa tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Budaya jujur dan etika yang tinggi.

b. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi pencegahan fraud. c. Pengawasan oleh komite audit.

e. Tujuan Pencegahan Fraud

Pencegahan Fraud yang efektif memiliki lima tujuan, menurut Diaz Priantara (2013: 183) adalah sebagai berikut:

a. Prevention, mencegah terjadinya fraud secara nyata pada semua lini organisasi.

b. Deterrence, menangkal pelaku potensial bahkan tindakan yang bersifat coba-coba karena pelaku potensial melihat sistem pengendalian risiko fraud efektif berjalan dan telah memberi sanksi tegas dan tuntas sehingga membantu jera (takut) pelaku potensial.

c. Disruption, mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh mungkin. d. Identification, mengidentifikasi kegiatan berisiko tinggi dan kelemahan

(38)

e. Civil action prosecution, melakukan tuntunan dan penjatuhan sanksi yang

setimpal atau perbuatan curang kepada pelakunya. f. Indikator Pencegahan Fraud

Dalam menilai pencegahan fraud dibutuhkan suatu indikator sebagai ukuran dalam pencegahan fraud. Menurut the Institut of Internal Auditor, pencegahan fraud melibatkan unsur-unsur yang diambil untuk mencegah pelaksanaan kecurangan dan membatasi ekspour kecurangan itu ketika terjadi (Widiyarta, Herawati, dan Atmadja, 2017).

5. Pengelolaan Dana Bantuan Sosial (Bansos) a. Pengertian Pengelolaan Dana Bantuan Sosial

Menurut Kementerian Sosial (2011:15) bantuan sosial adalah bantuan yang sifatnya sementara yang diberikan kepada masyarakat miskin, dengan maksud agar mereka dapat meningkatkan kehidupannya secara wajar. Program bantuan sosial merupakan salah satu komponen program jaminan sosial yang menjadi bentuk realisasi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah yang sangat peduli terhadap kondisi masyarakat yang miskin dan terlantar ditingkat bawah.

Pengertian bantuan sosial berdasarkan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman pemberian bantuan sosial yang bersumber dari APBD sebagaimana diubah dengan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012, pasal 1 angka 15, “Bantuan sosial adalah pemberian berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bantuan sosial adalah pemberian bantuan yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif

(39)

dalam bentuk uang/barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

b. Jenis dan Tujuan Bantuan Sosial

Berdasarkan Permendagri Nomor 39 Tahun 2012, jenis dan tujuan pemberian bantuan sosial dapat di rinci sebagai berikut:

1) Rehabilitas sosial, yaitu untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

2) Perlindungan sosial, yaitu untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

3) Pemberdayaan sosial, yaitu untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

4) Jaminan sosial, merupakan skema yang melembaga untuk menjamin penerima bantuan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

5) Penanggulangan kemiskinan, merupakan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok masyarakat yang tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan.

6) Penanggulangan bencana, merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk rehabilitas.

(40)

c. Sifat dan Kriteria Bantuan Sosial

Sifat dan kriteria bantuan sosial diatur dalam Bab IV Permendagri No. 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendagri No. 39 Tahun 2012 sebagai berikut:

1. bantuan sosial dapat diberikan kepada anggota/kelompok masyarakat oleh pemerintah daerah sesuai kemampuan keuangan daerah, setelah meproritaskan pemenuhan belanja urusan wajib dengan mempertimbangkan asas keadilan, kepatuhan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.

2. Anggota/kelompok masyarakat yang dapat diberikan bantuan sosial meliputi:

a) Individu, keluarga, dan/atau masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, atau fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum;

b) Lembaga non pemerintah bidang pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu, kelompok, dan/atau masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

3. Bantuan sosial berupa uang kepada individu dan/atau keluarga terbagi atas: a) Bantuan sosial yang direncanakan sebelumnya

b) Bantuan sosial yang tidak dapat direncanakan sebelumnya 4. Kriteria minimal pemberian bantuan sosial sebagai berikut:

a) Selektif

b) Memenuhi persyaratan penerima bantuan c) Bersifat sementara dan tidak terus menerus

(41)

d) Sesuai tujuan penggunaan

5. Bantuan sosial dapat berupa uang dan atau barang yang diterima langsung oleh penerima bantuan sosial.

d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governance) maka seluruh transaksi keuangan pada pemerintah daerah harus akuntabel (dapat dipertanggungjawabkan), oleh karena itu, setiap penerima bantuan harus bertanggung jawab atas penggunaan dana bantuan sosial. Pelaporan dan pertanggungjawaban bantuan sosial dalam Permendagri No. 32 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendagri N0. 39 Tahun 2012 diatur dalam pasal 34 s.d. pasal 39 dengan penjelasan sebagai berikut:

1. penerima bantuan sosial berupa uang menyampaikan laporan penggunaan bantuan sosial kepada kepala daerah melalui Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD) dengan tembusan kepada SKPD terkait. Penerima bantuan sosial berupa barang menyampaikan laporan penggunaan bantuan sosial kepada kepala daerah melalui kepala SKPD terkait.

2. Bantuan sosial berupa uang dicatat sebagai realisasi jenis belanja bantuan sosial pada PPKD dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa barang dicatat sebagai realisasi obyek belanja bantuan sosial pada jenis barang dan jasa dalam program dan kegiatan pada SKPD terkait.

3. PPKD membuat rekapitulasi penyaluran bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya paling lambat tanggal 5 januari tahun anggaran berikutnya.

(42)

4. Pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pemberian bantuan sosial berupa keputusan kepala daerah tentang penetapan daftar penerima bantuan sosial dan pakta integritas penerima bantuan sosial dikecualikan terhadap bantuan sosial bagi individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.

5. Penerima bantuan sosial bertanggungjawab secara formal dan material atas penggunaan bantuan sosial yang diterimanya.

6. Realisasi bantuan sosial dicantumkan pada laporan keuangan pemerintah daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Bantuan sosial berupa barang yang belum diserahkan kepada penerima bantuan sosial sampai akhir tahun anggaran berkenaan dilaporkan sebagai persediaan dalam neraca.

7. Realisasi bantuan sosial berupa barang di konversikan sesuai standar akuntansi pemerintahan pada laporan realisasi anggaran dan diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

B. Tinjauan Empiris

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di sejumlah tempat. Hasil penelitian tersebut dijadikan landasan dan pembanding dalam penelitian ini. Beberapa hasil penelitian dalam bentuk skripsi atau jurnal yang dijadikan acuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penelitian Suryo Irawan (2016) yang berjudul Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud Pengelolaan Dana Operasional Sekolah (BOS) (Studi pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Andir Kota Bandung). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan sistem pengendalian internal pemerintah terhadap pencegahan fraud pengelolaan

(43)

dana bantuan operasional sekolah. Metode yang digunakan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana BOS. Hal ini berarti semakin baik peranan sistem pengendalian internal pemerintah akan menyebabkan pencegahan fraud pengelolaan dana BOS yang semakin baik juga. Penelitian Ni Kadek dwi Ariastini, Gede Adi Yuniarta, Putu Sukma Kurniawan (2017) yang berjudul Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Proactive Fraud Audit, dan Whisteblowing System terhadap Pencegahan Fraud pada Pengelolaan Dana Bos Se Kabupaten Klungkung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, Proactive Fraud Audit, dan Whiste blowing System secara parsial dan simultan terhadap Pencegahan Fraud pada Pengelolaan Dana Bos di Kabupaten Klungkung. Metode yang digunakan penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya manusia, SPIP, Proactive fraud audit, dan whisteblowing system berpengaruh positif secara parsial dan simultan terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan dana BOS di Kabupaten Klungkung.

Penelitian Gilang Noor Alamsyah (2017) yang berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Kompensasi terhadap Pencegahan Fraud pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah dan kompensasi terhadap pencegahan fraud pada SKPD Kota Bandung. Metode analisis yang digunakan adalah metode explanatory dengan analisis regresi linear

(44)

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPIP dan kompensasi secara parsial maupun simultan berpengaruh negatif terhadap fraud pada SKPD Kota Bandung. Kontribusi pengaruh dari SPIP dan kompensasi terhadap fraud pada SKPD Kota Bandung adalah sebesar 53,1% sedangkan 46,9% dipengaruhi oleh faktor lain diluar kedua variabel independen dalam penelitian ini.

Penelitian Asep Brata Muji dan Endah Nurhawaeny (2018) yang berjudul Pengaruh Pengendalian Internal terhadap Bantuan Sosial (Studi Kasus pada Bandan Pengelolaan Lingkungan Hidup di kabupaten Cirebon). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal terhadap bantuan sosial pada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Cirebon. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otorisasi dan prosedur pencatatan dengan tingkat bantuan sosial di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon membuktikan adanya hubungan yang cukup kuat (sedang) dan memiliki signifikan.

Penelitian Hilmi Faiqoh (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Good Corporate Governance terhadap Pencegahan Fraud. Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana pengaruh sistem pengendalian internal pemerintah dan good corporate governance terhadap pencegahan fraud. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Sedangkan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud.

Penelitian Yosua Palentino (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dan Komitmen Organisasi terhadap

(45)

Pencegahan Fraud (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah SPIP dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada pemerintah kota Medan. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SPIP dan komitmen organisasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud pada pemerintah kota Medan.

Penelitian dwi Nur Huljanah (2019) yang berjudul Pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan moralitas individu terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan moralitas individu terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa pada desa-desa di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa kompetensi aparatur dan sistem pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa di pemerintahan desa Kecamatan Baki. Moralitas individu berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa di pemerintahan desa Kecamatan Baki.

Penelitian Mochamad Rahmat Armansyah, R Muchamad Noch, dan yana Rohdiana (2019) yang berjudul Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) terhadap Pencegahan Fraud (Studi Kasus pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui SAKD, SPIP dan pencegahan fraud pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi, serta untuk menganalisis dan

(46)

mengetahui seberapa besar pengaruh SAKD dan SPIP terhadap pencegahan fraud pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi baik parsial dan simultan. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh SAKD terhadap pencegahan fraud secara parsial pada Pemerintah Kota Cimahi sebesar 27,2% dan pengaruh SPIP terhadap pencegahan fraud secara parsial pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi sebesar 61,1%. Sedangkan pengaruh SAKD dan SPIP terhadap pencegahan fraud secara simultan pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi sebesar 88,3%. Sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem pengendalian internal pemerintah pada kantor pemerintah kota cimahi cukup baik, sementara pencegahan fraud pada kantor pemerintah kota cimahi cukup baik.

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian di mana yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang ialah pengelolaan dana bantuan sosial di Kabupaten Bone. Selain itu peneliti hanya menggunakan variabel sistem pengendalian internal pemerintah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pencegahan fraud atas pengelolaan dana bantuan sosial.

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

NO Nama Peneliti

Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Suryo Irawan (2016) Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal

Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa

peranan sistem

pengendalian internal pemerintah berpengaruh

(47)

Pemerintah terhadap Pencegahan Fraud Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) (Studi pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Andir Kota Bandung terhadap pencegahan fraud pengelolaan dana bantuan operasional sekolah. Hal ini berarti semakin baik peranan sistem pengendalian internal pemerintah akan menyebabkan

pencegahan fraud pengelolaan dana BOS yang semakin baik juga.

2. Ni Kadek Dwi Ariastini, Gede Adi Yuniarta, Putu Sukma Kurniawan (2017) Pengaruh Kompetensi sumber Daya Manusia, sistem Pengendalian Iternal Pemerintah, Proactive fraud audit, dan whisteblowing System terhadap Pencegahan Fraud pada Pengelolaan Dana BOS se-Kecamatan Kabupaten Klungkung

Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan

kompetensi sumber daya manusia, SPIP. Proactive fraud audit, dan whisteblowing system berpengaruh positif secara parsial dan simultan terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan dana BOS di Kabupaten Klungkung 3. Gilang Noor Pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah

Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPIP dan kompensasi

(48)

Alamsyah (2017)

dan kompensasi terhadap fraud pada satuan kerja perangkat daerah kota Bandung

secara parsial maupun simultan berpengaruh negatif terhadap fraud pada SKPD daerah kabupaten Bandung. Kontribusi pengaruh dari SPIP dan kompensasi terhadap fraud pada SKPD kota Bandung

adalah 53,1%

sedangkan 46,9% dipengaruhi oleh faktor lain di luar kedua variabel independen dalam penelitian ini 4. Asep Brata Muji dan Endah Nurhawae ny (2018) Pengaruh pengendalian internal terhadap bantuan sosial (studi kasus pada badan

pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Cirebon)

Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa otorisasi dan prosedur pencatatan sebagai (subvariabel X1) dengan tingkat bantuan sosial sebagai (variabel Y) di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kab. Cirebon membuktikan adanya hubungan yang cukup kuat (sedang) dan memiliki signifikan. 5. Hilmi Faiqoh (2019) Pengaruh Sistem Pengendalian Internal dan Good Corporate

Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah

(49)

Governance terhadap Pencegahan Fraud berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Sedangkan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud. 6. Yosua Palentino (2019) Pengaruh sistem pengendalian internal pemerintah dan komitmen organisasi terhadap pencegahan fraud (studi kasus pada pemerintah kota Medan)

Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPIP dan komitmen organisasi secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud pada pemerintah kota medan 7. Dwi Nur Huljanah (2019) Pengaruh kompetensi aparatur, sistem pengendalian internal, dan moralitas individu terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa

Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi aparatur dan SPI tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa di pemerintah desa kecamatan Baki. Sedangkan moralitas individu berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa di

(50)

pemerintah desa Kecamatan Baki 8. Mochama d Rahmat Armansya h, R Muchama d Noch. M AK. Dan Yana Rohdiana (2019) Pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) dan sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP) terhadap pencegahan fraud (studi kasus pada kantor pemerintah kota Cimahi)

Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengaruh SAKD

terhadap pencegahan fraud secara parsial pada kantor pemerintah kota Cimahi sebesar 27,2% dan pengaruh

SPIP terhadap

pencegahan fraud secara parsial pada kantor pemerintah kota Cimahi sebesar 61,1%. Sedangkan pengaruh

SAKD dan SPIP

terhadap pencegahan fraud secara simultan pada Kantor Pemerintah Kota Cimahi sebesar 88,3%

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Biasanya kerangka penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan antara variabel dalam proses analisisnya. Adapun gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah.

(51)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Dari kerangka konseptual diatas memperlihatkan bahwa pencegahan fraud sebagai variabel dependen diduga akan dipengaruhi oleh variabel independennya berupa penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud pada pengelolaan dana bantuan sosial di Kabupaten Bone yaitu melalui peningkatan sistem pengendalian intern sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008. Semakin baik pengendalian internal yang diterapkan, semakin mudah bagi kita untuk mencegah terjadinya fraud, sebaliknya semakin buruk pengendalian internal yang diterapkan, maka semakin sulit untuk mencegah terjadinya fraud.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang kebenarannya masih harus di uji, atau rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka (Martono, 2011). Berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil penemuan beberapa penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Pencegahan Fraud atas Pengelolaan Dana Bantuan Sosial di Kabupaten Bone”. Pencegahan Fraud (Y)

Sistem Pengendalian

Internal Pemerintah

(X)

(52)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Menurut Sugiyono, (2015) penelitian Eksplanatori adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel yang saling berpengaruh, sedangkan metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2018:35-36)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Bone yang berlokasi di Jalan Jeppee, Tanete Riattang Barat, Kabupaten Bone, sulawesi selatan. Sedangkan waktu dalam penelitian ini direncanakan selama dua bulan.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Berdasarkan judul penelitian diatas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen. Operasional untuk pengujian hipotesis yang dilakukan adalah :

(53)

1. Variabel independen atau variabel bebas

Menurut Sugiyono (2017:68) variabel independen/bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Sub variabel dari variabel independen adalah unsur-unsur dari sistem pengendalian internal pemerintah, yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pemantauan.

2. Variabel dependen atau variabel terikat

Menurut Sugiyono (2017:68) variabel dependen/terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencegahan fraud yang di ukur dengan skala likert skor 1-5.

Untuk memudahkan dalam pengumpulan data dan pengukurannya, maka variabel variabel dalam penelitian ini dapat di operasionalkan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Dimensi

Variabel

Indikator Variabel Skala

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (X) “SPIP adalah proses yang integral pada Unsur-unsur SPIP terdiri dari: Lingkungan pengendalian

1. Penegakan integritas dan nilai etika.

2. Komitmen terhadap kompetensi

(54)

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan ase negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (PP No. 60 Tahun 2008 ) Penilaian risiko Kegiatan Pengendalian

3. Kepemimpinan yang kondusif 4. Pembentukan struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan.

5. Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat.

6. Kebijakan dan praktik pembinaan SDM.

7. Perwujudan peran aparat

pengawasan intern

pemerintah yang efektif. 8. Hubungan kerja yang baik

dengan instansi pemerintah.

1. Tujuan instansi pemerintah. 2. Tujuan pada tingkat kegiatan.

1. Review atas kinerja instansi. 2. Pembinaan SDM.

3. Pengendalian pengelolaan sistem.

4. pengendalian fisik atas aset. 5. Pendapatan dan review atas

indikator dan ukuran kinerja. 6. Pemisahan fungsi

7. Otorisasi atas transaksi dan kejadian penting.

8. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian yang penting.

(55)

Informasi dan komunikasi

Pemantauan (PP Nomor. 60 Tahun 2008)

9. Pembatasan dan akses atas

sumber daya dan

pencatatannya.

10. Dokumentasi yang baik atas SPI serta transaksi dan kejadian yang penting.

1. Menyediakan, memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi.

2. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem infomasi secara terus menerus. 1. Pemantauan berkelanjutan. 2. Evaluasi terpisah. 3. Penyelesaian audit. Pencegahan fraud (Y) “mencegah fraud merupakan segala upaya untuk menangkal pelaku potensial, mempersempit ruang gerak, dan mengidentifikasi kegiatan yang berisiko terjadinya kecurangan (fraud) 1. Fraud awarenes 2. Swakelola dan Partisipatif 3. Transparan

1. Memberikan sanksi yang tegas kepada mereka yang melakukan kecurangan.

2. Dinas sosial melibatkan

masyarakat dalam

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program.

3. Masyarakat memberikan saran dan kritik terhadap pengawasan program dana bantuan sosial yang dilakukan di dinas sosial.

Gambar

Tabel 4. 8  Hasil Uji Validitas
Tabel 4. 9  Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 4. 13  Hasil Uji T Parsial

Referensi

Dokumen terkait

Komitmen Organisasi memiliki pengaruh yang positif terhadap pencegahan kecurangan (fraud) pengadaan barang.. Kata Kunci : Pengendalian Internal, Komitmen Organisasi, Pencegahan

yang menyatakan bahwa pengetahuan fraud berupa akuntansi forensik terbukti berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa:

Hasil budaya organisasi berpengaruh positif meskipun tidak signifikan terhadap pencegahan fraud bermakna bahwa pemerintah desa masih tetap perlu memperhatikan

Pengaruh Pengendalian Internal Persediaan dan Sistem Informasi Akuntansi terhadap Upaya Pencegahan Kecurangan (Fraud) dalam Pengelolaan Persediaan pada PT Mitra

Dengan adanya audit internal dan pengendalian internal dapat : 1 Mendeteksi potensi fraud karena audit internal dapat menemukan kelemahan dalam sistem pengendalian internal yang mungkin

Saran dalam penelitian ini adalah untuk pihak sekolah yang menerima dana BOS yaitu 1 lebih memperhatilklan dan menerapkan budaya organisasi, pengendalian internal, proactive fraud

Menurut hasil penelitian tersebut di atas, hipotesis 1 dapat dinyatakan sebagai berikut: H1 : Sistem Pengendalian Internal berpengaruh signifikan terhadap fraud Pengaruh Kompetensi

105 Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal Pemerinta X Terhadap Pencegahan Kecurangan Y Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa diketahui nilai thitung untuk variabel sistem