• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK COVID -19 TERHADAP PARIWISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK COVID -19 TERHADAP PARIWISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

M. Agus Prayudi https://jurnal.akparda.ac.id/ 14

DAMPAK COVID -19 TERHADAP PARIWISATA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

M. Agus Prayudi

Akademi Pariwisata STIPARY Yogyakarta

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Covid-19 atau Corona Virus Disease 2019, pada tahun 2020 ini telah memporak porandakan kesehatan bagi banyak negara di dunia dengan korban meninggal mencapai 692.309 orang pada tanggal 3 Agustus 2020. Keganasan Covid-19 ini juga melanda Indonesia, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Di samping korban manusia atau warga negara meninggal dan menderita sakit, juga berdampak pada perkembangan industri pariwisata khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampai pada bulan mei 2020 pandemi Covid-19 telah mengakibatkan kerugian Rp 27 miliar, akibat tidak ada turis yang datang ke obyek wisata dan menginap di hotel. Kesimpulan uraian artikel ini adalah pandemi Covid-19 berdampak negatif atau merugikan bagi perkembangan industri pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun dengan dimulainya penerapan ‘’New Normal ‘’ maka pariwisata berkembang secara positif dan ini akan berdampak pada perkembangan ekonomi negara dan masyarakat, sebab pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian negara dan masyarakat. Disarankan ada sosialisasi yang terus menerus tetapi santun, supaya masyarakat selalu menerapkan protokol kesehatan selama mengadakan kegiatan, khususnya kegiatan dalam bidang pariwisata.

Kata Kunci: Dampak, Pandemi Covid-19, Pariwisata

ABSTRACT

Covid-19 or Corona Virus Disease 2019, in 2020 has devastated health for many countries in the world with the death toll reaching 692,309 people on August 3, 2020. Covid-19 ferocity has also hit Indonesia, including Yogyakarta Special Region. In addition to human victims or citizens dying and suffering from illness, it also has an impact on the development of the tourism industry, especially in the Special Region of Yogyakarta. As of May 2020 the Covid-19 pandemic has resulted in a loss of Rp. 27 billion, as a result of no tourists coming to tourist attractions and staying at hotels. The conclusion of the description of this article is that the Covid-19 pandemic has a negative or detrimental impact on the development of the tourism industry in the Special Region of Yogyakarta. However, with the implementation of the "New Normal", tourism will develop positively and this will have an impact on the economic development of the country and society, because tourism is the backbone of the country's economy and society. It is recommended that there be continuous but polite socialization, so that people always apply health protocols during activities, especially activities in the tourism sector.

(2)

1. PENDAHULUAN

Pandemi virus corona telah berlangsung selama 7 bulan terakhir sejak kasus pertama diidentifikasi akhir Desember 2019. Hingga kini, kasus-kasus baru masih terus dilaporkan di berbagai negara setiap harinya. Melansir data dari laman Worldometers, Senin (3/8/2020), ada 18.219.002 (18,2 juta) kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di seluruh dunia. Dari angka tersebut, telah terjadi 692.309 kematian dan 11.435.236 (11,4 juta) pasien telah dinyatakan sembuh. Adapun jumlah kasus aktif telah melebihi angka 6 juta kasus, yaitu 6.091.457 (6,09 juta) kasus, dengan 6.025.656 (6,02 juta) kasus dalam kondisi ringan dan 65.801 dalam kondisi serius. Hingga kini, jumlah total kasus Covid-19 masih dicatatkan oleh AS, yaitu dengan lebih dari 4,8 juta kasus, disusul Brazil, India, Rusia, dan Afrika Selatan (Vina Fadhrotul Mukaromah, 2020).

Negara Indonesia juga terkena pandemi

Covid-19 . Pada Minggu (2/8/2020),

Pemerintah Indonesia kembali melaporkan 1.519 kasus baru virus corona, sehingga total kasus Covid-19 yang telah tercatat di Indonesia menjadi sebanyak 111.455 kasus. Selain itu, jumlah kasus kematian juga bertambah 43 kasus menjadi total 5.236 kasus. Kemudian, jumlah total pasien yang telah dinyatakan sembuh menjadi 68.975 atau bertambah 1.056

dari hari sebelumnya (Vina Fadhrotul

Mukaromah, 2020). Sedangkan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta sampai saat ini (3 Agustus 2020), pasien positif sebanyak 760, pasien sembuh sebanyak 421, dan pasien meninggal 21 orang (Harian Kedaulatan Rakyat, Senin 3 Agustus 2020 : 1). Untuk Minggu 2 Agustus 2020, tambahan kasus Covid-19 sangat tinggi yaitu 19 orang. Juru bicara Pemda DIY menyampaikan mayoritas tambahan kasus positif Covid-19 ini merupakan warga yang berdomisili di Kabupaten Sleman sebanyak 13 orang, kota Yogyakarta 4 orang. Sedangkan kasus positif baru lainnya masing-masing satu orang yang berdomisili di

Kabupaten Bantul dan Kulon Progo (Harian Kedaulatan Rakyat, Senin 3 Agustus 2020: 1). Lonjakan kasus positif Covid-19 yang terjadi di DIY menjadi salah satu indikator bahwa masyarakat belum sepenuhnya menegakkan protokol kesehatan secara baik.

Dengan terjadinya pandemi Covid-19, khususnya di Indonesia, lebih khusus lagi di Daerah Istimewa Yogyakarta bidang pariwisata diterpa krisis akibat Covid-19. Padahal pariwisata adalah sektor ekonomi yang diyakini berjaya di era industri ke-4, karena sebagian besar lapangan kehidupan terdapat pada kegiatan pariwisata (Fahmi Amhar, 2020 : 11). Pariwisata sebagai sektor ekonomi yang banyak mempekerjakan tenaga kerja, saat pandemi Covid-19 mengalami krisis, sehingga banyak tenaga kerja yang berkecimpung di dunia pariwisata yang menganggur. Pariwisata terpukul dengan adanya Covid-19.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Covid 19

Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus bernama Sars Cov-2 atau sering disebut virus Corona. Virus Corona terdiri dari berbagai macam jenis. Sars Cov-2 merupakan virus yang pada awalnya berasal dari kelelawar, dan kemudian bisa menulari manusia. Hingga saat ini (3 Agustus 2020), pandemi Covid-19 di Indonesia tercatat pasien positif 111. 455, pasien sembuh 68.975, dan meninggal 6.236 orang.

Manusia banyak yang tertular Covid-19, sebab Covid-19 merupakan penyakit baru, jadi manusia belum punya kekebalan tubuh terhadap virus Sars Cov-2. Vaksin dan obat juga belum ditemukan. Saat ini peneliti di seluruh dunia masih berlomba-lomba mencari vaksin dan obatnya. Covid-19 ditularkan melalui droplet (percikan ketika batuk, atau bersin dan berbicara). Orang dengan Covid-19 juga ditularkan melalui kontak erat, seperti cium tangan, jabat tangan, berpelukan dan cipika-cipiki. Covid-19 juga dapat tertular

melalui penyentuhan permukaan yang

(3)

M. Agus Prayudi https://jurnal.akparda.ac.id/ 16

Pada saat ini bangsa Indonesia, termasuk warga Daerah Istimewa Yogyakrta, sedang menghadapi tantangan yang mengharuskan sumber daya manusia beradaptasi dengan situasi pandemi Covid-19 atau Corona Virus

Disease 2019. Belum diketemukannya vaksin

dan pengobatan definitif, Covid-19 diprediksi akan memperpanjang masa pandemi, sehingga negara harus bersiap dengan keseimbangan baru pada kehidupan masyarakat, termasuk di bidang pariwisata, Aspek kesehatan, sosial, ekonomi, pariwisata harus berjalan beriringan dan saling mendukung agar tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk itu berbagai kebijakan percepatan penanganan Covid-19 harus tetap

mendukung sampai perekonomian dan

pariwisata, dan aspek sosial masyarakat (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020), khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta,

penanganan bidang pariwisata, sebab

pariwisata sebagai sumber pendapatan daerah dan masyarakat.

2.2. Pariwisata

Pengertian pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, yang bersifat sementara dan dilakukan perorangan atau

kelompok, sebagai upaya mencari

keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Spillane, http:// www.google.co.id). Pariwisata menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan

urusan dan kebutuhan seseorang yang

melakukan perjalanan (Syaukani, 2013 : 1). Perjalanan dilaksanakan karena didorong oleh berbagai tujuan atau kepentingan. Ciri penting perjalanan seseorang bukan urusan pekerjaan atau mencari nafkah tetap di tempat yang dikunjungi.

Pariwisata berperan terhadap

pembangunan bidang ekonomi. Pariwisata

meningkatkan kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha. Pembangunan pariwisata dapat membuka lapangan usaha, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, sebelum dan sesudah berlangsungnya kegiatan kepariwisataan dimulai adalah pada bidang

pembangunan prasarana dan sarana

kepariwisataan. Sesudah kegiatan

kepariwisataan dimulai banyak diperlukan tenaga kerja dalam bidang restoran dan bar, angkutan wisata, taman rekreasi, dan hiburan, perusahaan perjalanan, pramuwisata, usaha cinderamata, jasa informasi dan tenaga keamanan kawasan wisata.

Pariwisata juga dapat meningkatkan penerimaan devisa, meningkatkan penerimaan negara, baik langsung maupun tidak langsung, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan pendapatan rakyat atau masyarakat. Pariwisata juga dapat meningkatkan ekspor, antara lain kebutuhan cinderamata, dan menunjang ekspor komoditi (Syaukani, 2013). Juga dapat menunjang pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup (Oka A. Yoeti, 2008). Industri pariwisata berpengaruh dalam bidang perekonomian antara lain menghilangkan pengangguran dan

mengikis kemiskinan, meningkatkan

pertumbuhan urbanisasi, dan memperluas pasaran barang- barang yang dihasilkan dalam negeri.

Jadi pembangunan pariwisata sangat berperan dalam bidang pembangunan ekonomi,

khususnya pembangunan negara dan

masyarakat. Pariwisata merupakan andalan pendapatan negara dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang memiliki banyak obyek wisata dan banyak dikunjungi para wisatawan, maka pemerintah daerah tersebut mempunyai pendapatan yang tinggi, sehingga dapat dipergunakan umtuk pembangunan di sektor yang lain dan kesejahteraan masyarakat.

2.3. Sapta Pesona

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan jumlah pengunjung obyek wisata adalah Sapta Pesona Wisata. Sapta Pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah obyek wisata. Sapta Pesona terdiri dari tujuh unsur yaitu, aman,

(4)

tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, dan kenangan (Dinas Pariwisata DIY, 2018).

Pengelola pariwisata harus menciptakan

suasana yang bernuansa Sapta Pesona untuk menarik dan kenyamanan wisatawan, sehingga betah tinggal lebih lama di obyek wisata, sehingga banyak membelanjakan uang untuk keperluan tinggal di obyek wisata. Dan juga wisatawan akan berkeinginan lagi untuk mengunjungi obyek wisata tersebut, serta mengajak atau memberitahukan kepada rekan- rekan atau keluarganya tentang kondisi obyek wisata yang menerapkan Sapta Pesona lebih baik.

Faktor aman, wisatawan akan senang berkunjung ke obyek wisata apabila merasa aman, tentram, tidak takut, terlindung dan bebas dari tindakan kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti pemerasan, pencopetan dan penipuan. Wisatawan terhindar dari gangguan masyarakat, aman dari kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas di obyek wisata. Dan juga bebas dari serangan penyakit menular, penyakit yang berbahaya lainnya, serta pandemi suatu penyakit. Gangguan keamanan bagi wisatawan akan menjadikan wisatawan enggan datang ke sebuah obyek wisata. Terjadinya ledakan bom Bali jilid pertama pada tanggal 12 Oktober 2002 dan jilid kedua pada 1 Oktober 2005 di Bali, mengakibatkan lumpuhnya Bali sebagai obyek wisata andalan di Indonesia (Harian Kompas, Jumat 23 Desember 2005). Pada saat Yogyakarta diguncang wabah diare (muntah-berak) maka banyak wisatawan Jepang yang menggagalkan kunjungannya ke Yogyakarta, sebab khawatir akan tertular penyakit muntaber (Harian Kedaulatan Rakyat, Jumat 7 Januari

2005). Kesehatan merupakan faktor

penghambat kedatangan wisatawan. Kesehatan disebabkan oleh faktor kebersihan, atau wabah penyakit, pandemi virus dan sebagainya.

Jadi kalau sekarang (2020) di Indonesia, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta terjadi

pandemi Covid-19 maka diperkirakan akan mengganggu wisatawan ke obyek wisata di Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan pandemi Covid-19 yang belum surut, mengakibatkan banyak hotel, dan tempat wisata tidak dikunjungi tamu atau wisatawan. Wisatawan lebih baik tidak berkunjung ke obyek wisata demi keamanan jasa sektor kesehatan.

3. METODE PENELITIAN

Dalam penyusunan artikel ini,

dipergunakan data untuk dianalisis menjadi paparan. Untuk pengumpulan data digunakan metode dokumentasi dan observasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010). Sedangkan metode observasi adalah mengamati, menatap kajian, gerak dan proses (Suharsimi Arikunto, 2010).

Dalam penggunaan metode dokumentasi yakni mencari data keadaan penyebaran pandemi Covid-19 setiap bulannya, jumlah penderita penyakit, dan pertambahan jumlah serta meninggal dunia akibat pandemi Covid-19. Juga keadaan jumlah hotel dan wisatawan yang datang atau mengunjunginya. Sedang metode observasi digunakan untuk mengamati keadaan wisatawan dan pekerja wisata di obyek wisata.

Dari hasil dokumen dan pengamatan, mendapatkan data lalu dianalisis menggunakan metode induktif, yakni pengolahan data berdasarkan data di lapangan, lalu ditarik ke kesimpulan umum.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Dampak Covid-19 Terhadap Pariwisata

Untuk wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta, Pemerintah daerah telah

mengeluarkan 3 (tiga) Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta,

(5)

M. Agus Prayudi https://jurnal.akparda.ac.id/ 18

yakni nomor 65/KEP/2020. Status tanggap

darurat bencana Covid-19 dan

perpanjangannya yang terakhir berlaku sampai dengan tanggal 31 Agustus 2020.

Berdasarkan keputusan tersebut Gubernur menugaskan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengambil langkah dan tindakan yang diperlukan untuk mencegah dan menangani dampak buruk yang ditimbulkan, antara lain meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi, isolasi, perlindungan, pengawasan, penyelamatan serta pemulihan korban Corona

Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah

Istimewa Yogyakarta. Keputusan ini juga menyatakan jika perlu diperpanjang masa tanggap darurat, maka akan dibuat Surat Keputusan yang baru.

Akibat pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini sangat menekan industri pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) DIY bahkan menaksir ada angka potensi kerugian (potensial loss) sebesar Rp 27 milyar, lantaran tak terealisasinya target kunjungan wisata di bulan Maret-Mei 2020 (Harian Tribun Yogya, Senin 20 Juli 2020 : 3). Sudah beberapa musim kunjungan dengan potensi wisatawan besar tidak dilakukan selama masa pandemi Covid-19, seperti liburan anak sekolah dan Hari Raya Idul Fitri, padahal itu puncak kunjungan dari wisatawan lokal. Terhitung mulai Maret hingga Juni 2020, tidak satupun dari 163 biro perjalanan wisata anggota ASITA DIY yang menerima kunjungan perjalanan wisatawan.

Lonjakan kasus positif yang terjadi di DIY dalam beberapa waktu terakhir, membuat Pemda DIY belum bisa membuka pintu wisatawan yang datang berombongan. Baskara Aji (Sekda DIY) mengungkapkan, guna

menekan terjadinya penambahan atau

penularan kasus positif Covid-19 sejumlah upaya dilakukan oleh Pemda DIY. Salah satunya melakukan pembatasan wisatawan yang datang ke obyek wisata (Harian

Kedaulatan Rakyat, Kamis 23 Juli 2020 : 1). Pembatasan jumlah wisatawan ke obyek wisata, tentu saja akan mengurangi pendapatan daerah dan pekerja wisata. Penghasilan

pengusaha industri wisata mengalami

penurunan yang sangat drastis.

Pada bulan Mei 2020, tidak ada kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah mengenai larangan berkunjung bagi warga negara asing ke Indonesia sejak 2 April 2020, hingga saat ini Juli 2020 (Harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu 4 Juli 2020 : 9). Jadi dengan adanya pelarangan

kunjungan wisatawan asing, berdampak

pendapatan pemerintah dan pekerja industri pariwisata mengalami penurunan penghasilan sangat drastis. Kalau ini berjalan terus menerus, maka akan berdampak pada kemiskinan ekonomi negara dan masyarakat, sebab

pariwisata menjadi tulang punggung

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan negara.

4.2 Masa Jelang “New Normal”

Industri pariwisata memberikan kontribusi yang besar bagi roda perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan pada tahun 2019 pariwisata mampu memberikan kontribusi perekonomian DIY sebesar Rp 10,2 triliun serta 64,6 persen dari PDRB (Harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu 11 Juli 2020 : 8). Karena peranan atau kontribusi pariwisata ekonomi negara dan masyarakat sangat besar, maka pemerintah tidak dapat terus menerus menutup wisatawan yang akan berkunjung ke obyek wisata. Namun pemerintah juga harus memikirkan jangan sampai penderita Covid-19 makin bertambah. Untuk itu pemerintah memberlakukan Protokol Kesehatan di obyek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini diterapkan ekonomi tetap tumbuh melalui industri pariwisata, tetapi masyarakat juga jangan sampai menjadi korban pandemi Covid-19.

Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta telah

menyiapkan strategi pemulihan industri

(6)

perekonomian daerah yang terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19. Strategi pemulihan tersebut adalah menentukan dan menerapkan standar maupun protokol atas kesehatan,

keamanan, dan keselamatan. Kemudian

kolaborasi pemerintah dengan swasta dalam pembukaan kembali pariwisata secara selektif dengan mempertimbangkan kondisi kasus Covid-19. Fokus tahapan awal pemulihan

adalah menggenjot jumlah kunjungan

wisatawan lokal (wislok) dan wisatawan nusantara (wisnus). Upaya ini harus tetap

menerapkan protokol kesehatan dan

keselamatan dalam industri pariwisata di DIY, harus diikuti dengan informasi yang jelas dan detil bagi setiap wisatawan terkait jaminan, hak-hak konsumen hingga prosedur jika terjadi gejala kasus Covid-19 (Harian Kedaulatan Rakyat, Senin 13 Juli 2020 : 9). Harus ada

kebersamaan dan keseimbangan bagi

pengembangan industri pariwisata dengan menjaga keselamatan warga negara.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 01.07/MENKES/382/2020 tanggal 19 Juni

2020 tentang Protokol Kesehatan bagi

masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), maka

kegiatan di hotel, rumah makan, dan tempat wisata harus mengacu kepada Protokol Kesehatan, yakni cuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, dan selalu menjaga kebersihan tempat, serta ketahanan diri (Menteri Kesehatan RI, 2020).

Protokol kesehatan menjaga supaya

pandemi Covid-19 makin berkurang terlebih-lebih bisa berhenti, dan keselamatan warga masyarakat terutama di bidang pariwisata dapat

berjalan lancar sehingga dapat

menyumbangkan dalam penegakan ekonomi masyarakat dan negara.

Pembukaan kembali pariwisata di DIY secara selektif dengan mempertimbangkan

kondisi kasus Covid-19. Seperti diketahui

pariwisata merupakan pendorong geliat

perekonomian DIY, maka pembukaan aktivitas produk industri pariwisata sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai potensi resiko tiap jenis usaha. Kemudian wajib dilakukan uji coba dan simulasi penerapan protokol di destinasi pariwisata terlebih dahulu.

Jadi dalam saat “New Normal” dengan menerapkan Protokol Kesehatan, di sektor

pariwisata, akan dapat mewujudkan

keselamatan, warga masyarakat dari ancaman Covid-19. Namun ekonomi bangsa dan keluarga dapat pulih kembali karena pariwisata sebagai tulang punggung kehidupan ekonomi negara.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pandemi Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat berdampak negatif terhadap kegiatan pariwisata.

Namun dengan diterapkannya “New

Normal” maka perkembangan pariwisata lebih

berkembang positif, karena pariwisata sebagai tulang punggung tegaknya perekonomian negara dan masyarakat.

Disarankan ada sosialisasi yang terus menerus tetapi santun, supaya masyarakat selalu menerapkan Protokol Kesehatan selama menjalankan kegiatan, khususnya kegiatan dalam bidang pariwisata.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimius. 2020. Tambah 19 Kasus Positif Corona di DIY. Harian Kedaulatan

Rakyat. Senin, 3 Agustus 2020, halaman

4.

________. 2005. Akibat Bom Bali. Harian

(7)

M. Agus Prayudi https://jurnal.akparda.ac.id/ 20

________. 2005. Keamanan dianggap Paling Penting. Harian Kedaulatan Rakyat. Jumat 7 Januari 2005

Fahmi Amhar. 2020. Pariwisata inspiratif Pasca Pandemi. Harian Kedaulatan Rakyat. Selasa 14 Juli 2020, halaman 11.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2020.

Surat Keputusan Nomor 65/KEP 2020 Tanggal 20 Maret 2020 Tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Covid-19. Tidak Diterbitkan.

________. 2020. Surat Keputusan Nomor

121/KEP/2020 Tanggal 27 Mei 2020 Tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Covid-19. Tidak

Diterbitkan.

________. 2020. Surat Keputusan Nomor

227/KEP/2020 Tanggal 30 Juli 2020 Tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Bencana Covid-19. Tidak

Diterbitkan.

________. 2020. Potensi Kerugian Melebihi Rp 27 Miliar. Harian Tribun Yogya, Senin 20 Juli 2020. Halaman 3.

________. 2020. DIY “Tutup Pintu”

Wisatawan Rombongan. Harian

Kedaulatan Rakyat, Kamis 23 Juli 2020.

Halaman 3.

________. 2020. Nihil Turis di DIY Selama Mei 2020. Harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu 4 Juli 2020.

________. 2020. DIY Siapkan 35 Destinasi Wisata. Harian Kedaulatan Rakyat, Sabtu 11 Juli 2020, halaman 8.

________. 2020. DIY Fokus Pulihkan Industri Pariwisata. Harian Kedaulatan Rakyat, Senin 13 Juli 2020, halaman 9.

Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. 2018. Panduan Sadar

Wisata. Yogyakarta. Dinas Pariwisata

DIY.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2020.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, Nomer HK 01.07/ MENKES/ 382/ 2020. Tidak diterbitkan.

Mukaromah, Vina F. 2020. Update Virus

Corona Dunia 3 Agustus: 18,2 juta orang Terinfeksi | Cile laporkan Ribuan Kasus Baru. (Htpp://www.kompas.com. diakses

tanggal 3 Agustus 2020).

Oka A Yoeti. 2008. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa.

Riris Andono Ahmad, dkk. 2020. Buku Saku :

Desa Tangguh Covid-19. Yogyakarta :

Universitas Gadjah Mada. Ver. 1 (140420).

Spillane. 2007. Pengertian Pariwisata. (http: // www.google.co.id. diakses tanggal 27 Juni 2020).

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur

Penelitian. Jakarta : Penerbit Rineka

Cipta.

Syaukani, HR. 2013. Pesona Pariwisata

Indonesia. Jakarta : Penerbit Nuansa

Referensi

Dokumen terkait

Ilustrasi cover ini terdiri dari pesan visual dan pesan verbal, dimana pesan visual ini berupa lima orang laki – laki yang dilihat dari kontur mereka adalah sebagai tokoh

Audit manajemen sumber daya manusia merupakan penilaian dan analisis yang komprehensif terhadap program-program sumber daya manusia yang menekankan penilaian (evaluasi)

Menurutmu bagaimana kondisi hutan Kalimantan pada tahun 2030? Jelaskan pendapatmu ! Warnai gambar peta di bawah ini dengan warna hijau untuk menunjukkan masih adanya pohon di hutan

merupakan mata kuliah yang akan membahas tentang konsep dan desain agroekosistem yang sehat, hubungan manipulasi habitat dengan pengelolaan organisme pengganggu tumbuhan

BBPB awalnya terbentuk karena disebabkan oleh terjadinya masalah yang berkaitan dengan sampah plastik yang terjadi pada Pulau Bali yang membuat kedua perempuan

Pada tugas akhir ini dibuat aplikasi Robot Soccer dengan Pengendalian Melalui Gelombang Radio Frekuensi berbasis mikrokontroler yang merupakan salah satu bentuk aplikasi

Bab III berisi tentang analisa yang merupakan inti dari keseluruhan penulisan yang terdiri atas tiga subbab yaitu biografi penyair dalam puisi By ō sh ō yang terbagi lagi

 Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan