• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Penerimaan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Penerimaan Negara Melalui Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Cukai"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Penerimaan Negara Melalui

Pembenahan Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) dan Cukai

(2)

K

E

T

ID

A

K

O

P

T

IM

A

L

A

N

P

E

N

G

E

LO

L

A

A

N

P

N

B

P

Regulasi

Mekanisme

Sistem

K

E

T

ID

A

K

O

P

T

IM

A

LA

N

P

E

N

G

E

LO

LA

A

N

C

U

K

A

I

Regulasi

Mekanisme

Sistem

Belum Komperhensif

Perhitungan

Pemungutan

Integrasi

Pelaporan

Pembayaran

AKSI PENINGKATAN PENERIMAAN NEGARA MELALUI PEMBENAHAN PNBP

DAN CUKAI

(3)

K

E

T

ID

A

K

O

P

T

IM

A

L

A

N

P

E

N

G

E

LO

LA

A

N

P

N

B

P

Regulasi

Mekanisme

Sistem

Belum Komperhensif

Tidak diperbaharui dan

tidak pernah dikaji lebih

detail

Menyebabkan kehilanan

potensi penerimaan

Perhitungan

Pemungutan

Tidak berbasis potensi,

target dan realisasi

Pemungutan belum

tersistem

Integrasi

Pelaporan

Pembayaran

Masih terdapat

pelaporan dan

pembayaran manual

Belum Terintegrasi di

Pusat

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

U

R

G

E

N

S

I P

E

M

B

E

N

A

H

A

N

P

E

N

G

E

LO

LA

A

N

P

E

N

E

R

IM

A

A

N

N

E

G

A

R

A

B

U

K

A

N

P

A

JA

K

(4)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2021 LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP APBN Perpres

54/2020

Perpres

72/2020 APBN Penerimaan Negara Bukan Pajak 146,9 227,0 215,1 320,6 227,2 268,9 331,5 351,8 354,8 398,6 255,6 262,0 311,2 409,3 409,0 367,0 297,8 294,1 298,2 a. Penerimaan SDA 110,5 167,5 132,9 224,5 139,0 168,8 213,8 225,8 226,4 240,8 101,0 64,9 111,1 180,6 154,9 160,4 82,2 79,1 104,1 1) Migas 103,8 158,1 124,8 211,6 125,8 152,7 193,5 205,8 203,6 216,9 78,2 44,1 81,8 142,8 121,1 127,3 53,3 53,3 75,0 a) Minyak bumi 72,8 125,1 93,6 169,0 90,1 111,8 141,3 144,7 135,3 139,2 48,0 31,4 58,2 101,5 83,6 96,8 40,4 40,4 57,9 b) Gas alam 30,9 32,9 31,2 42,6 35,7 40,9 52,2 61,1 68,3 77,7 30,2 12,6 23,6 41,3 37,5 30,5 12,9 12,9 17,1 2) Non Migas 6,7 9,4 8,1 12,8 13,2 16,1 20,3 20,0 22,8 24,0 22,8 20,8 29,3 37,8 33,8 33,0 28,9 25,8 29,1 a) Pertambangan Mineral dan Batubara 3,2 6,8 5,9 9,5 10,4 12,6 16,4 15,9 18,6 19,3 17,7 15,8 23,8 30,3 26,3 26,2 22,1 19,4 22,1 b) Kehutanan 3,2 2,4 2,1 2,3 2,3 3,0 3,2 3,2 3,1 3,7 4,2 3,8 4,1 4,8 5,0 4,7 4,4 4,2 4,6 c) Perikanan 0,3 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1 0,4 0,5 0,4 0,5 0,9 0,9 0,9 1,0 d) Panas Bumi - - - 0,9 0,4 0,3 0,6 0,7 0,9 0,8 0,9 0,9 0,9 2,3 1,9 1,2 1,5 1,3 1,4 b. Bagian Laba BUMN 12,8 21,5 23,2 29,1 26,0 30,1 28,2 30,8 34,0 40,3 37,6 37,1 43,9 45,1 80,7 49,0 65,0 65,0 26,1 c. PNBP Lainnya 23,6 38,0 56,9 63,3 53,8 59,4 69,4 73,5 69,7 87,7 81,7 118,0 108,8 128,6 124,5 100,9 94,7 100,1 109,2 d. Pendapatan BLU - - 2,1 3,7 8,4 10,6 20,1 21,7 24,6 29,7 35,3 41,9 47,3 55,1 48,9 56,7 55,8 50,0 58,8

Uraian

2020

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK, 2005 – 2021

(miliar rupiah)

(5)

Output

Optimalisasi penerimaan dari PNBP pada K/L

tertentu dan PNBP Migas

Optimalisasi penerimaan dari PNBP pada K/L

tertentu dan PNBP Migas

Tercapainya Realisasi PNBP K/L Tertentu Sesuai Target yang

Telah Ditetapkan Dalam APBN

Tercapainya Realisasi PNBP K/L Tertentu Sesuai Target yang

Telah Ditetapkan Dalam APBN

Indikat

or

Target

Target capaian realisasi PNBP B03 - B24 sesuai dengan

dokumen APBN yang telah disahkan.

Target capaian realisasi PNBP B03 - B24 sesuai dengan

dokumen APBN yang telah disahkan.

1.Tahun 2021 10 KKKS telah mencapai maturity level 5, 58

KKKS telah mencapai matirity level 3.

2.Tahun 2022 50% dari jumlah 68 KKKS telah mencapai pada

maturity level 5.

1.Tahun 2021 10 KKKS telah mencapai maturity level 5, 58

KKKS telah mencapai matirity level 3.

2.Tahun 2022 50% dari jumlah 68 KKKS telah mencapai pada

maturity level 5.

Meningkatnya Akuntabilitas pencatatan PNBP Migas dengan

menurunkan diskrepansi dalam perhitungan penerimaan PNBP

Migas

Meningkatnya Akuntabilitas pencatatan PNBP Migas dengan

menurunkan diskrepansi dalam perhitungan penerimaan PNBP

Migas

Aksi Pembenahan Penerimaan Negara Melalui

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

(6)

Key Acitvity

Key Acitvity

Data Dukung

Data Dukung

1. Regulasi Pengelolaan PNBP masing-masing K/L

2. Rekap Data PNBP masing-masing K/L

3. Bukti koneksi host to host PNBP K/L dengan

Sympony PNBP Kemenkeu

4. Screens shoot Layanan PNBP secara

Elektronik ( Sistim pembayaran secara

elektronik)

Regulasi Terkait QA dan Penerapannya

Tambahan Data Dukung Terkait QA

Optimalisasi

Perbaikan Tata Cara Pelaporan dan Pembayara n Perbaikan Regulasi Perbaikan Tata Cara Perhitunga n dan Pemunguta n

Penilaian aksi berbasis capaian output

Penilaian aksi berbasis capaian output

Pelaporan dilakukan per triwulan melalui focal point masing-masing K/L

Pelaporan dilakukan per triwulan melalui focal point masing-masing K/L

K/L Pelaksana Aksi saling berkolaborasi sesuai dengan kewenangannya masing-masing

K/L Pelaksana Aksi saling berkolaborasi sesuai dengan kewenangannya masing-masing

Aksi Pembenahan Penerimaan Negara Melalui

(7)

K

E

T

ID

A

K

O

P

T

IM

A

L

A

N

P

E

N

G

E

LO

LA

A

N

P

N

B

P

Regulasi

Mekanisme

Sistem

Belum Komperhensif

Tidak ada roadmap

komperhensif

Menyebabkan kehilanan

potensi penerimaan

Perhitungan

Pemungutan

Montoring

Tidak berbasis potensi,

target dan realisasi

Produk illegal belum

terkendali

Integrasi

Pelaporan

Pembayaran

Masih terdapat

pelaporan dan

pembayaran manual

Belum Terintegrasi di

Pusat

Cukai

U

R

G

E

N

S

I P

E

M

B

E

N

A

H

A

N

P

E

N

G

E

LO

LA

A

N

C

U

K

A

I

(8)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 - 2 0 ,0 0 4 0 ,0 0 6 0 ,0 0 8 0 ,0 0 1 0 0 ,0 0 1 2 0 ,0 0 1 4 0 ,0 0 1 6 0 ,0 0 1 8 0 ,0 0 2 0 0 ,0 0 8 5 ,0 % 9 0 ,0 % 9 5 ,0 % 1 0 0 ,0 % 1 0 5 ,0 % 1 1 0 ,0 % 1 1 5 ,0 % 1 2 0 ,0 % 111,6% 113,1% 114,1% 103,6% 100,5% 99,2% 97,6% 100,2% 102,7% 104,2%

TARGET REALISASI CAPAIAN

Selama 10 tahun terakhir melalui kebijakan cukai yang prudent dan optimal target penerimaan cukai relative selalu

terlampaui kecuali pada tahun 2015 dan 2016 karena

1.

Tahun 2015, ada target penerimaan yang cukup tinggi terutama untuk HT sekitar 16 triliun serta target dari MMEA yang tidak

tercapai karena mulai diberlakukannya Permendag Nomor 06/M-DAG/PER/1/2015 terkait pembatasan penjualan MMEA

(pelarangan penjualan MMEA di minimarket)

2.

Tahun 2016, adanya perubahan siklus pelunasan dari 14 bulan ke 10 bulan.

(9)

83%

83%

Pendapatan bea dan

cukai berasal dari CUKAI

96%

96%

Pendapatan cukai berasal

dari cukai rokok

4%

4%

Pendapatan cukai berasal

dari MMEA dan EA

Prinsip penerapan cukai menggunakan asas domisili: di mana barang kena cukai

digunakan, di situ dikenakan cukai

Cukai itu indirect tax; karena pungutan untuk pengendalian konsumsi, Namun Untuk

kemudahan administrasi, maka cukai dipungut di produsen bukan konsumen.

Prinsip penerapan cukai menggunakan asas domisili: di mana barang kena cukai

digunakan, di situ dikenakan cukai

Cukai itu indirect tax; karena pungutan untuk pengendalian konsumsi, Namun Untuk

kemudahan administrasi, maka cukai dipungut di produsen bukan konsumen.

85,9% penerimaan cukai rokok dari tarif golongan 1 14,1% penerimaan cukai rokok dari tarif golongan 2 dan 3 85,9% penerimaan cukai rokok dari tarif golongan 1 14,1% penerimaan cukai rokok dari tarif golongan 2 dan 3

Kerugian Negara

akibat illegal

produk 4,8 T

Kerugian Negara

akibat illegal

produk 4,8 T

Kerugian Negara

akibat illegal

produk 42,5 M

Kerugian Negara

akibat illegal

produk 42,5 M

Cukai

(10)

EXCISE

FUNCTION

SET

(regulerend

)

THE

FUNCTION OF

THE BUDGET

(budgetair)

Cukai dapat berfungsi

untuk mengendalikan

konsumsi di

masyarakat,

melindungi

keberlangsungan

tenaga kerja, dan

meminimalisir

peredaran rokok ilegal

Cukai juga sbg

sumber penerimaan

negara yang

potensial. Dalam

struktur penerimaan

perpajakan saat ini

setidaknya 10%

berasal dr cukai

PADA TAHUN 2020 dan 2021 FOKUS POLICY

REGULEREND

(NAIK LEBIH DARI PERTUMBUHAN ALAMI (+8%).

TAHUN 2020 23,5% dan 2021 NAIK

(11)

1 58 00 0 .00 0 1 59 00 0 .00 0 1 60 00 0 .00 0 1 61 00 0 .00 0 1 62 00 0 .00 0 1 63 00 0 .00 0 1 64 00 0 .00 0 1 65 00 0 .00 0 1 66 00 0 .00 0 1 67 00 0 .00 0 1 68 00 0 .00 0 1 69 00 0 .00 0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 R e ve n u e 2 02 0 (P re d ) 0% Revenue

R

0

R

1

T

1

T

0

T

2

A

B

Excise Tarif

C

23% (603/ btg)

E

(a) (b) (c) Tax-pass through

(forward shifting) Tax-pass through (backward shifting) Quit smoking or ilegal

B’

E’

T

3

MAKSIMUM DI KENAIKAN 15%

KENAIKAN DALAM PMK

1. Model

Laffer Curve

telah di

Adjust

dg

Format

Policy

Indonesia: tarif tertimbangan

(ekstrapolasi dari kanaikan tarif

dan /atau HJE)

2. Economic Growt

digunakan.

Akan Tetapi pada saat di

Derivatif

mencari

titik

Maksimum menjadi Konstanta

1. Posisi kebijakan tarif cukai tahun 2020 telah melewati titik optimumnya 2. Penambahan tarif tidak serta merta menambah penerimaan

3. Tingkat tarif saat ini berorientasi pada pengendalian/aspek kesehatan

Cukai

Hasil

(12)

Cukai

Hasil

Tembakau

D

a

ta

P

ro

d

u

k

C

u

ka

i I

le

g

a

l

R

o

ko

k

(13)

Cukai

Hasil

Tembakau

A

n

a

lis

is

P

e

n

g

e

n

d

a

lia

n

H

a

sil

T

e

m

b

a

ka

u

Il

e

g

a

l

(14)

Cukai

Hasil

Tembakau

A

n

a

lis

is

H

a

sil

T

e

m

b

a

ka

u

Il

e

g

a

l T

e

rh

a

d

a

p

K

e

b

ija

ka

n

(15)

Cukai

Hasil

Tembakau

A

n

a

lis

is

H

a

sil

T

e

m

b

a

ka

u

Il

e

g

a

l T

e

rh

a

d

a

p

K

e

b

ija

ka

n

(16)

2020

NAIK 5%

XXX

NON XXX

XXX

NON XXX

I

740

777

0%

-

5%

-SKM

II

470

494

-

57%

-

74%

455

478

-

63%

-

79%

I

790

830

0%

5%

-SPM

II

485

509

-

63%

-

80%

470

494

-

68%

-

85%

SIMPLIFIKASI CUKAI NAIK 5%

CUKAI

SIMPLIFIKASI DAN PT. XXX

1

2

SIMPLIFIKASI CUKAI TAK NAIK

GOLONGAN

ROKOK

NO

1. Simplifikasi SKM dan SPM adalah mengabaikan Lokal Konten Sigaret

2. Menjadikan Penguasaan Market 1-5 pabrik

3. APBN Berpotensi di “Drive”  Kontributor 1 Pabrik 40%

4. Ajang Battle Field  2 Pabrik Multinasional :PMI dan BAT

Cukai

Hasil

Tembakau

A

n

a

lis

is

R

e

si

ko

C

u

ka

i

(17)

Cuka

i

Hasil

Tembakau

A

n

a

lis

is

M

o

d

e

l S

ca

le

C

u

ka

i

(18)

Cuka

i

Hasil

Tembakau

A

n

a

lis

is

D

e

ta

il

M

o

d

e

l S

ca

le

C

u

ka

i

(19)

EMPAT PILAR POLICY MANIFESTASI

KEINDONESIAAN

Solusi &Tindak Lanjut

(20)
(21)

Output

Optimalisasi Penerimaan dari Cukai

Optimalisasi Penerimaan dari Cukai

Tercapaiannya realisasi penerimaan cukai sesuai perhitungan

potensi penerimaan cukai (HT, MMEA, EA)

Tercapaiannya realisasi penerimaan cukai sesuai perhitungan

potensi penerimaan cukai (HT, MMEA, EA)

Indikator

Target

Realisasi penerimaan cukai sesuai perhitungan potensi

penerimaan produk cukai (HT, MMEA, EA)

Realisasi penerimaan cukai sesuai perhitungan potensi

penerimaan produk cukai (HT, MMEA, EA)

Jumlah Penurunan peredaran produk cukai ilegal (HT, MMEA,

EA)

Jumlah Penurunan peredaran produk cukai ilegal (HT, MMEA,

EA)

Adanya penurunan perederan produk cukai ilegal (HT, MMEA,

EA)

Adanya penurunan perederan produk cukai ilegal (HT, MMEA,

EA)

(22)

Key Acitvity

Key Acitvity

Data Dukung

Data Dukung

• Data perusahaan yang terklasifikasi berdasarkan golongan dan

jenisnya

• Jumlah produksi yang dikenakan cukai dari masing-masing

perusahaan

• Data produksi cukai ilegal

• Laporan hasil analisis :

1. potensi, target dan realisasi cukai 5 tahun

2. posisi tarif optimum cukai

3. output dan outcome kebijakan cukai thd fungsi cukai

(budgetair/penerimaan dan regularend/pengendalian)

4. 4 pilar kebijakan cukai

5. kebijakan tarif cukai

Optimalisasi

Penurunan Produk Ilegal Perbaikan Regulasi Roadmap Perbaikan Tata Cara Perhitungan dan Pemungutan

Penilaian aksi berbasis capaian output

Penilaian aksi berbasis capaian output

Pelaporan dilakukan per triwulan melalui focal point masing-masing K/L

Pelaporan dilakukan per triwulan melalui focal point masing-masing K/L

K/L Pelaksana Aksi saling berkolaborasi sesuai dengan kewenangannya masing-masing

K/L Pelaksana Aksi saling berkolaborasi sesuai dengan kewenangannya masing-masing

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Pemberlakuan Gardu Toll Otomatis (GTO) di jalan toll mengharuskan para pengguna kendaraan untuk menggunakan kartu electronic toll dan dijelaskan dengan teori

ƒ The agreement to restructure the syndicated loans of 3 companies within the group (“Riau Complex”) was concluded on 19 October 2006, with the total facilities of USD 1.43 billion

Unpublished thesis at Department of English Literature, Faculty of Languages and Arts, Indonesia University of Education.. Retrieved

IPA adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui atribut-atribut dengan kinerja yang baik, maupun atribut-atribut yang perlu peningkatan dan penanganan

mengenai adsorpsi logam kromium (VI) dengan arang aktif serabut kelapa dan pelepasan logam kromium (VI) dalam limbah adsorben arang aktif serabut kelapa yang

Salah satu organisasi pengelola zakat adalah LAZISMU Kabupaten Kulon Progo merupakan perwakilan lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan

Dalam menyusun social marketing, tahap awal yang dilakukan oleh EH Jogja yaitu menentukan tujuan. Tujuan dilakukannya social marketing kampanye “Switch Off” yaitu untuk

Senyawa kalsium fosfat hidroksiapatit biasanya digunakan dalam bentuk serbuk atau bentuk kompak yang telah disinter, karena hidroksiapatit yang telah disinter pada suhu tertentu akan