PENERAPAN ACCEPTANCE SAMPLING GUNA MENENTUKAN RISIKO PRODUK CACATPADA PT. CAHAYA LESTARI PERMAI ABADI
Alfredo TjiptoSetiawan – 1501157713 Kevin- 1501157726
Abstrak
Tujuan Penelitian ini untuk memudahkan pihak perusahaan mengetahui jumlah produ yang cacat pada setiap periodenya.Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskripti pada Acceptance Sampling dengan bantuan program Minitab 17.Hasil dan Penelitian pada produk Homogenious Tile dengan skenario loosen, maka perusahaan perlu memeriksa sebanyak 3515 unit dengancacat 19 unit cacat, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.562.593,00. Granite dengan skenario loosenperusahaan perlu memeriksa sebanyak 1855 unit dengancacat 12 unit biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.045.515,00. Pada KeramikTile dengan skenario loosen, maka perusahaan perlu memeriksa sebanyak 6830 unit dengancacat 32 unit, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.177.862,00. Simpulan dan Saran Perusahaan disarankan untuk menerapkan metode Acceptance Sampling dalam menghitung jumlah produk cacat karena dengan menggunakan metode ini, ditemukan bahwa jumlah produk yang harus diperiksa jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah produk keseluruhan, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya pemeriksaan produk cacat.
Kata Kunci: Acceptance Sampling, SkenarioLoossen, Produkcacat.
Abstract
The research goal is to facilitate the company knows the amount of defective products in each period. The research method uses quantitative methods with descriptive approach to the Acceptance Sampling with Minitab 17 program. Results and Research on Homogenious Tileproduct withLoosen scenario, companies need to examine as many as 3515 units with 19 units disabilities, costs Rp 1,562,593.00. Granite Loosen scenario companies need to check out as many as 1855 units with 12 units disability costs incurred Rp 1,045,515.00. At Ceramic Tile with Loosen scenario, companies need to examine as many as 6830 units with disabilities 32 units, the cost is Rp 3,177,862.00. Conclusions and Recommendations Companies are advised to implement Acceptance Sampling method in calculating the number of defective products due to the use of this method, it was found that the number of products to be inspected much less than the total number of products, so it can save time and cost of inspection of defective products.
Keywords: AcceptanceSampling, Loossenscenario, a defective Product.
Pendahuluan
Kegiatan ekspor-impor saat ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena kebijakan-kebijakan dalam aturan bisnis perdagangan internasional yang regulasinya diatur sedemikian oleh Pemerintah untuk memudahkan Importir mendatangkan barang dari luar negeri masuk ke Indonesia sebagai tujuan mendongkrak perekonomian dalam negeri. Ini ditandai dengan banyaknya produk-produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri Indonesia. Produk import dalam perjalanannya akan dikenakan biaya-biaya tambahan lain, seperti : biaya masuk (pajak cukai), biaya
transportasi, biaya kirim, dll, tetapi untuk produk tertentu harga yang ditawarkan masih Reliabe (masuk akal) dan bisa diterima pasar domestik Indonesia, serta kualitas yang ditawarkan bisa menyaingi produk.
Menurut data yang dipublikasikan oleh kementrian perindustrian, lewat website www.kemenperin.go.id salah satu produk yang menjadi komoditi diandalkan oleh importir untuk dipasarkan di pasar Indonesia adalah produk keramik. Lewat kutipan “Data di Kementerian Perindustrian, impor keramik dari China sepanjang 2007-2010 rata-rata sebesar US$ 174,6 juta. Namun tahun ini (2014)membengkak menjadi US$ 278 juta.Membanjirnyakeramik China ini juga lantaran adanya pasar yang begitu besar di Indonesia.Apalagi kebanyakan keramik China yang masuk ke Indonesia ini dibanderol dengan harga lebih murah ketimbang keramik lokal.Alasannya memang masuk akal konsumen local ternyata masih lebih suka produk murah meski berkualitas rendah.” Walaupun secara global penjualan akan produk keramik impor dinyatakan meningkat, tetapi untuk beberapa kasus, terutama dalam internal perusahaan pernyataan ini malah sebaliknya. Karena data yang dicatat dan didatakan oleh Kementrian Perdagangan dan Perindustrian adalah data secara global.
Salahsatupermasalahan yang sering terjadi saat ini adalah permasalahan mengenai cacat produk. Hal ini dapat dibuktikan dari kasus-kasus terakhir yang terjadi pada beberapa perusahaan Global seperti Toyota produsenter besar otomotif di Dunia pada akan menarik 4,1 juta kendaraan yang telah dijual di Amerika dan di Eropa untuk memperbaiki kesalahan dalam proses gas pedal yang berpengaruh pada akselerasi yang tidak diinginkan, lebih dari 400,000 unit ranjang bayi bermerek Simplicity di tarik dari pasar yang diakibatkan oleh kematian bayi berumur 8 bulan, penarikan susuproduk China yang bermelamin. Padatahun 2008, produsen susu terbesar di China menarik 700 ton produk susu formula dari pasaran akibat kematian seorang anak dan laporan 50 anak.
yang bermasalahdengan organ hatinya. Dari beberapa contoh kasus diatas mengindikasikan bahwa memang cacat produk telah menjadi suatu momok yang membahayakan perusahaan.
Perusahaan forwarder (perusahaan yang mendatangkan barang import) semakin dituntut untuk bisa meningkatkan product quality sebagai tujuan memenuhi keinginan konsumen dan pemenuhan standar kualititas untuk keamanan dari konsumen. Dimana dewasa ini mindset (pola pikir) konsumen akan produk import memiliki kualitas yang baik. Seperti diketahui sebuah produk terdiri dari banyak komponen-komponen penyusun didalamnya, hal ini menjadi riskan jika dalam alur perpindahan produk itu hingga ke tangan konsumen, produk melewati perpindahan (movement) yang begitu panjang. Mengingat produk import didatangkan dari luar negeri, memerlukan waktu dan proses pengiriman yang panjang hingga barang sampai ke konsumen akhir (pemakai langsung). Perusahaan forwarder tentunya wajib memiliki standar kualitas akan produk (Product Quality) yang diimport bisa diterima, agar mampu bersaing secara kompetitif dan perlindungan akan hak-hak konsumen mengenai keamanan penggunaan sebuah produk.
PT. Cahaya Lestari Permai Abadi adalah salah satu perusahaan importir (forwarder) yang mendatangkan produk dari luar negeri berupa Keramik Tile, Homogenious Tile dan Granite. Ketiga produk tersebut adalah jenis untuk sebuah produk keramik yang berasal dari produsen asal negara Tiongkok. PT. Cahaya Lestari Permai Abadi berlokasi di Jalan Percetakan Negara C253, Rawasari, Jakarta Pusat, kode pos 10570.Distributor tetap dari PT. Cahaya Lestari Permai Abadi adalah PD. Neo Grosir.
Menurut wawancara awal yang dilakukan kepada Pak Aming, selaku direktur utama dari PT. Cahaya Lestari Permai Abadi permasalahan yang dihadapi perusahaan saat ini adalah perhitungan jumlah sampel produk yang harus diperiksa.Saatini, PT. Cahaya Lestari Permai Abadi selalu melakukan pemeriksaan kepada seluruh produk yang akan disalurkan dan hal tersebut sangat membuang waktu.
Dari permasalahan yang diuraikan singkat diatas, PT. Cahaya Lestari Permai Abadi melakukan perhitungan dengan metode acceptance sampling untuk mengetahui proporsi cacat produk yang dapat diterima oleh pihak perusahaan dan produsen sehingga
keluhan mengenai cacat produk oleh konsumen dapat diminimalisasi.Melihat permasalahan mengenai risiko caca tproduk yang dirasakan oleh pihak perusahaan dan pelanggan PT. Cahaya Lestari Permai Abadi, maka perusahaan perlu menerapkan perhitungan Acceptance Sampling agar terdapat keseimbangan antara pihak perusahaan dan produsen mengenai jumlah cacat produk yang dapat diterima sehingga selanjutnya penelitian in iakan diberijudul: “Penerapan Acceptance Sampling Guna Menentukan Risiko Produk Cacat pada PT Cahaya Lestari Permai Abadi”.
Rumusan Masalah
Rumusan masala dalam penelitian yang dijalankan dengan menggunakan pendekatan manajemen operasional ini adalah:
1. Bagaimana efisiensi biaya dalam melakukan pemerikaan produk cacat pada PT. Cahaya Lestari PermaiAbadi?
2. Berapakah jumlah produk yang harus diperiksa untuk setiap pelaksanaan quality control pada PT. Cahaya Lestari Permai Abadi dengan skenario loosen? 3. Berapakah jumlah produk cacat yang masih berada dalam tingkat kewajaran
untuk setiap pelaksanaan quality control pada PT. Cahaya Lestari Permai Abadi dengan skenario tighten?
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini terbatas hanya meneliti mengenai produkHomogenious Tile pada PT. Cahaya Lestari Permai Abadi yang beralamat di Jalan Percetakan Negara C253, Rawasari, Jakarta Pusat-10570, Indonesia.Penelitian ini dijalankan terfokus pada kegiatan operasional pada PT. Cahaya Lestari Permai Abadi terutama pada permasalahan mengenai cacat produk.
Kerangka Pemikiran
PengembanganAlternatifSolusi
Metode Acceptance Sampling digunakan untuk mengetahui tingkat toleransi kecacatan produk Homogenious Tile yang dapat diterima yang dianalisis menggunakan software Minitab 17for Windows berdasarkan perkiraan peramalan permintaan
PT. Cahaya Lestari Permai Abadi
Acceptance Sampling Produk Cacat
Kesimpulan dan Saran Hasil Analisis
AQL LTPD Alph Beta
tahun2015, AQL (Acceptable Quality Level), Lot Tolerance Percent Defective (LTPD), Nilai Error Tipe – I ( ), Nilai Error Tipe – II ( )
Tabel 3.1Jenis danSumber Data
Metode Kriteria
Acceptable Quality Level Kriteria dari AQLdalam
penelitian ini ditentukan dari persentase cacat terendah dari keseluruhan pengiriman pada sebuah periode.
Lot Tolerance Percent Defective Kriteria dari LTPD dalam
penelitian ini ditentukan dari persentase cacat tertinggi yang masih bisa diterima oleh pihak distributor
Alpha Kriteriadarialpha
(risikoperusahaan) pada
skenario tighten adalah 0.5, dan pada skenario loosen 0.8
Beta Kriteriadaribeta (risiko
distributor) pada skenario tighten adalah 0.10, dan pada skenario loosen 0.15
Sumber : Data olahanpenelitian (2015)
3.3 Pengembangan Model Optimasi
Pengembangan model optimasi dalam penelitian in I terdiri dari jenis dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
1. Menentukan AQL
Penentuan AQL atau Acceptable Quality Level didasarkan pada tingkat sejauh mana pihak distributor merasa jumlah lot yang dikirimkan masih berada pada tingkat kualitas yang baik.Apabila standar penerimaan AQL adalah n%, maka dapat diartikan bahwa apabila > 1-n% dari produk yang dikirimkan dalam keadaan baik, maka lot diterima.
2. Menentukan LPTD
Penentuan LPTD atau Lot Tolerance Percent Defective didasarkan pada tingkat sejauh mana pihak distributor merasa jumlah lot yang dikirimkan sudah berada pada tingkat yang buruk apabila standarpenerimaan LTPD adalah n% maka
dapat diartikan bahwa apabila < 1-n% dari produk yang dikirimkan dalam keadaan baik, maka lot ditolak.
3. Menentukan Alpha
Alpha adalah tingkat kesalahan atau risiko yang diterima perusahaan melakukan penolakan pengiriman lot yang bermutu baik.Standar alpha adalah 5%.
4. Menentukan Sample Size
Sample size adalah jumlah lot yang dikirimketiap distributor. 5. Melakukan perhitungan Acceptance Sampling
Melakukan perhitungan acceptance sampling dengan menggunakansoftware minitab. Perhitungan acceptance sampling akan menggunakan dua skenario yaitu Tighten dan Loosen. Menurut Russell dan Taylor (2011:80) dijelaskan bahwa penerapan skenario Tighten didasari pada:
Tabel 3.2 Penerapan skenario Tighten dan Loosen
Skenario Deskripsi
Loosen ->Tighten Terjadi penolakan dua
kali berturut-turut
Tighten ->Loosen Terjadi penerimaan dua
kali berturut-turut Analisis
Pada tahap analisis dalam penelitian ini akan menggunakan metode acceptance sampling dengan bantuan program Minitab 17
Simpulan
Melihat dari hasil penelitian yang telah dijalankan, maka simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk produk Keramik Tile dengan skenario loosen, Biaya yang dikeluarkan pada skenario ini adalah sebesar Rp 3.177.862,00. Selanjutnya, denganskenario tighten biaya yang dikeluarkan pada skenario ini adalah sebesar Rp 4.566.723,00. Untuk produk Homogenious Tile dengan skenario loosen, biaya yang dikeluarkan pada skenario ini adalah sebesar Rp 1.562.593,00. Selanjutnya, denganskenario tighten, perusahaan perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 2.289.877,00.Untuk produk Granitedengan skenario loosen, maka perusahaan
perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.045.515,00. Selanjutnya, dengan skenario tighten, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.476.684,00
2. Jumlah produk yang harus diperiksa dengan skenario loosen pada produk Keramik Tile adalah 6830 unit, sedangkan dengan skenario tighten adalah 9815 unit. Jumlah produk yang harus diperiksa dengan skenarioloosen pada produk Homogenious Tile adalah 3515 unit, sedangkan dengan skenario tighten adalah 5151 unit. Jumlah produk yang harus diperiksa dengan skenarioloosen pada produk Granite adalah 1855 unit, sedangkan dengan skenario tighten adalah 2620 unit.
3. Jumlah produk cacat yang dapat diterima pada produk Keramik Tile dengan skenario loosen adalah 32 unit dan dengan skenario tighten adalah 46 unit. Jumlah produk cacat yang dapat diterima pada produk Homogenious Tile dengan skenario loosen adalah 19 unit dan dengan skenario tighten adalah 28 unit. Jumlah produk cacat yang dapat diterima pada produk Granite dengan skenario loosen adalah 12 unit dan dengan skenario tighten adalah 17 unit.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan melihat dari hasil penelitian adalah:
1. Perusahaan disarankan untuk menerapkan metode Acceptance Sampling dalam menghitung jumlah produk cacat karena dengan menggunakan metode ini, ditemukan bahwa jumlah produk yang harus diperiksa jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah produk keseluruhan, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya pemeriksaan produk cacat.
2. Perusahaan disarankan menerapkan skenario loosen pada waktu normal karena jumlah produk yang diperiksa lebih sedikit. Namun, apabila perusahaan mengalami penolakan dari distributor sebanyak 2 kali secara beruntun, maka perusahaan harus menerapkan skenario tighten yang pastinya membutuhkan biaya lebih tinggi. Perusahaan dapat kembali menerapkan skenario loosen apabila setelah beberapa periode, semua pengiriman sudah diterima oleh distributor.
3. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menganalisis penyebab produk cacat dengan menggunakan metode seven basic tools of quality agar nantinya dapat diketahui faktor-faktor utama yang menyebabkan tinggi atau rendahnya produk cacat sehingga dapat meminimalisasi risiko sebuah lot ditolak oleh distributor.