• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil yang pertama kali mulai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil yang pertama kali mulai"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil yang pertama kali mulai mempersiapkan dan mendidik anak sebelum mereka mulai berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya. Dalam keluarga, orangtua tidak hanya berperan melahirkan individu namun juga berperan mendidik, melindungi serta memenuhi kebutuhan anak agar anak dapat melewati setiap tahap perkembangannya dengan baik. Di Indoensia, pentingnya ayah pertama kali disadari oleh Ibu dari kelompok PPIP (Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi) yang merupakan sebuah kelompok lintas agama, menyadari pentingnya peran ayah bagi pembentukan karakter keluarga. Kesadaran itu membuat mereka memutuskan menggelar deklarasi Hari Ayah pada 12 November 2006 di Pendapi Gede Balaikota Solo, Jawa Tengah. Hal ini memprakarsai hari ayah yang kemudian dirayakan setiap tanggal 12 November di Indonesia. (Isnaeni, 2014).

Sayangnya meskipun sudah ada hari ayah di Indonesia namun demikian baru segelintir orang yang menyadari pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak. Hal Ini dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan oleh Elly Rusman,dkk selama tiga tahun di 33 provinsi di Indonesia antara tahun 2008 sampai 2010, menobatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang paling “yatim” di dunia. Bukan karena banyaknya anak yatim namun karena ketidaktahuan pria tentang cara membesarkan anak-anak. Setelah mewawancarai beberapa pasangan hasilnya menunjukkan para ayah tertinggal di dalam pengasuhan karena masih percaya bahwa tugas ayah adalah bekerja dan menghasilkan uang sementara ibu yang bertugas mengasuh anak. (Krismantari, 2012).

Perubahan gaya hidup, meningkatnya tuntutan hidup serta persaingan antar individu menghambat peran orangtua untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama di daerah

(2)

perkotaan seperti di Jakarta. Keadaan ini membuat ayah sebagai tulang punggung keluarga lebih banyak menggunakan waktunya di luar rumah untuk bekerja. Jam kerja yang panjang dan keadaan lalu lintas yang macet juga membuat ayah sibuk dengan pekerjaannya dan hanya memiliki sedikit waktu luang. (Sidi & Setiadi, 2013). Kesibukan ayah di luar rumah dari pagi sampai malam seringkali membuat ayah tidak memiliki waktu untuk berinteraksi dengan anak dan mengambil bagian dalam pengasuhan anak. Situasi ini membuat anak merasakan ketiadaan sosok ayah, sekalipun secara biologis anak memiliki seorang ayah. Oleh karena itu ketiadaan sosok ayah bisa dirasakan tidak hanya oleh anak yatim piatu namun juga oleh anak yang memiliki ayah namun ayah terlalu sibuk untuk berinteraksi dengan anaknya.

Ketiadaan sosok ayah seringkali kurang disadari dan terjadi perlahan-lahan. Awalnya efek ketiadaan ayah tidak terasa karena adanya ibu maupun keberadaan anggota keluarga lain di sekitarnya namun lama-kelamaan sekalipun anak mulai terbiasa dengan ketiadaan ayah namun anak akan merasakan kekosongan sosok ayah tersebut yang akan menjadi hambatan bagi perkembangannya (Sundari & Herdajani, 2013). Hal ini dapat terjadi dikarenakan ayah memiliki peran-peran penting lainnya seperti menemani anak bermain, pekerjaan rumah dan pengasuhan anak, menjadi panutan bagi perilaku maskulin yang tepat, sebagai figur otoritas, sebagai panutan dalam berprestasi dan menjamin keselamatan dan perlindungan anak di masyarakat. (Cabrera & Tamis-LeMonda, 2002).

Father involvement adalah keterlibatan positif yang dilakukan ayah bersama dengan anaknya (Pleck, 1997 dalam Hodgins, 2007). Menurut Pleck (2010), father involvement dibagi menjadi tiga komponen utama yaitu positive engagement, warmth and responsiveness, dan control. Komponen pertama, positive engagement merupakan interaksi yang intensif antara ayah dan anak dalam bentuk kegiatan yang mendorong perkembangan anak, seperti bermain bersama anak, membaca buku bersama atau berolahraga bersama. Komponen kedua, warmth and responsiveness merujuk pada kemampuan untuk merespon kebutuhan anak

(3)

dengan hangat. Komponen ketiga, control yaitu bentuk keterlibatan ayah dalam memantau dan mengetahui tentang anak dan keberadaan anak, dan membuat keputusan yang terkait dengan pemantauan (dalam Sweet, 2012).

Adanya father involvement memberikan banyak pengaruh positif bagi perkembangan anak dan ketiadaan father involvement membawa pengaruh negatif. Pengaruh positif adanya father involvement baik secara kognitif, emosi maupun sosial yaitu anak menunjukkan prestasi akademik yang lebih baik di sekolah (William, 1997 dalam Allen & Daly, 2007). Anak yang memiliki involved fathers lebih jarang mengalami distress secara emosional dan dalam hal sosial, interaksi tatap muka antara anak dan ayah mungkin memberikan kesempatan pada anak untuk belajar keterampilan sosial yang penting dalam membina hubungan dengan teman sebaya. (Parke & O’Neil, 1997 dalam Cabrera & Tamis-LeMonda, 2002). Sebaliknya efek negatif dari ketiadaan father involvement yaitu menjadi terlalu dependen dan memiliki kesulitan berkonsentrasi (Mott, 1994 dalam Cabrera & Tamis-LeMonda, 2002).

Namun demikian, father involvement merupakan keterlibatan yang berjangka panjang sehingga butuh kesadaran serta keinginan dari ayah sendiri untuk involve dalam hidup anaknya. Saat ayah tidak menyadari dan hanya terlibat dengan terpaksa karena diminta oleh ibu maka efek involvement yang didapat akan kurang signifikan dibandingkan dengan ayah yang yang terlibat karena keinginan dan kesadaran sendiri. (Johnson & Abramovitch, 1985 dalam Lamb, 2010 hlm 8). Menurut Parke (2000) beragam tahap perkembangan yang harus dilewati ayah maupun anak mengakibatkan father involvement berbeda dari waktu ke waktu (dalam Allen & Daly, 2007).

Ayah tidak hanya berperan pada masa kanak-kanak tetapi juga pada masa remaja karena baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa remaja mayoritas anak masih tinggal bersama dengan orangtuanya. Menurut Parke (2000), beragam tahap perkembangan yang

(4)

harus dilewati ayah maupun anak mengakibatkan father involvement berubah dari waktu ke waktu. Tahap perkembangan remaja merupakan tahap perkembangan yang penting karena selain merupakan masa transisi, anak mengalami banyak perubahan dari segi fisik, sosial maupun kognitif pada tahap perkembangan ini. Pada masa remaja,, keinginan anak diberikan kebebasan untuk dapat melakukan hal yang dia inginkan semakin meningkat, demikian pula keinginan anak untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman sebaya juga semakin meningkat (Hosley & Montemayor, 1997 dalam King, 2008).

Menurut Crandell et al (2011) saat remaja secara kognitif anak sudah memiliki kemampuan dalam berpikir abstrak, yang akan lebih memudahkan anak dalam memecahkan masalah. Namun demikian karena pengalaman remaja masih sedikit, akan banyak hal yang belum remaja pahami. Hal ini dapat menjadi masalah tersendiri untuk anak. Di samping perubahan dalam hal kognitif, pada tahap perkembangan ini juga, anak berada pada proses pembentukan identitas diri. Father involvement juga memainkan peranan penting dalam membentuk self esteem remaja. Ayah yang berbicara tentang hal-hal positif yang telah dicapai anak dan memuji hal-hal positif yang telah dilakukan anak akan banyak membantu perkembangan self esteem anak (dalam Crandell et al 2011). Ayah dapat membantu mendorong remaja dalam pemecahan masalah melalui komunikasi dengan remaja (Hauser et al., 1987 dalam Brotherson et al, 2003 hlm 194). Saat remaja, interaksi ayah dengan remaja lebih banyak dilakukan dalam bentuk komunikasi/ diskusi. Hal ini akan membantu remaja mengembangkan keterampilan problem solving (McWayne, Campos & Owsianik, 2007 dalam Susanto, 2013 hlm 109-110).

Berbeda dengan masa remaja, saat middle chidhood, anak baru mulai bersekolah secara formal. Hal ini membuat anak perlu menyesuaikan diri dan mulai mempelajari berbagai hal baru di lingkungannya seperti belajar menaati aturan sekolah, mulai membiasakan diri untuk belajar dan mengejar prestasi secara akademik maupun belajar

(5)

berinteraksi dengan orang lain di luar keluarga baik dengan teman sebaya maupun dengan orang dewasa lainnya seperti guru. Pada tahap perkembangan ini meskipun anak baru mulai belajar tentang dirinya dan lingkungan namun pola dan kebiasaan interaksi sosial pada tahap ini akan mempengaruhi tahap perkembangan lainnya, tidak hanya akan mempengaruhi tahap perkembangan saat remaja namun juga akan menetap sampai tahap perkembangan dewasa (dalam Crandell et al, 2011). Sejalan dengan perubahan ini, anak juga mulai memiliki kemampuan, memiliki ketertarikan untuk belajar dan mencoba sendiri melakukan berbagai keterampilan hidup (dalam Crandell et al, 2011).

Father involvement dapat membantu anak melewati tahap perkembangan ini seperti dengan mendorong anak untuk mendapatkan prestasi akademik yang lebih baik (National Center for Education Statistics, 1997; Nord & West, 2001 dalam Allen & Daly, 2007). Ayah juga memengaruhi pemahaman anak middle childhood tentang gambaran hubungan dengan teman sebaya, yang nantinya mempengaruhi penerimaan teman sebaya mereka (Rah & Parke, 2008 dalam Lamb, 2010). Komunikasi antara ayah dan anak middle childhood yang lebih fungsional berhubungan dengan self-efficacy dan penyesuaian diri anak yang lebih tinggi. (Oh, 2004 dalam Lamb, 2010).

Berdasarkan perbedaan tugas perkembangan pada anak middle childhood maupun pada anak remaja, serta dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Diferensial mengenai father involvement pada ayah dengan anak middle childhood dan ayah dengan anak remaja pada di Jakarta. “

1.2. Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui sejauhmana perbedaan antara father involvement pada ayah dengan anak usia middle childhood dan ayah dengan anak usia remaja

(6)

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud :

Untuk memperoleh data dan gambaran mengenai father involvement pada ayah yang memiliki anak middle childhood maupun ayah yang memiliki anak remaja di kota Jakarta Tujuan :

Untuk memperoleh gambaran mengenai father involvement pada ayah yang memiliki anak middle childhood dengan father involvement pada ayah yang memiliki anak remaja.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis

 Memberikan masukan dalam bidang Psikologi Keluarga dan Psikologi Perkembangan khususnya yang berkaitan dengan perbedaan father involvement pada ayah dengan anak usia middle childhood dan pada ayah dengan anak usia remaja.

 Mendorong peneliti lain untuk mengembangkan dan meneliti lebih lanjut mengenai father involvement.

1.4.2. Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi tentang pentingnya peran ayah pada keluarga melalui father involvement yang tidak kalah pentingnya dengan peran ibu karena keduanya sama-sama memiliki peran dan perlu berperan.

1.5 Kerangka Pikir

Dalam keluarga, setiap anggota keluarga memiliki perannya masing-masing dan saling mempengaruhi satu sama lain, demikian pula dengan peran ayah. Ayah memiliki peran dan pendekatan yang unik terhadap anak, yang membuat ayah menjadi pribadi yang tidak hanya penting namun juga sulit digantikan oleh orang lain meskipun peran ayah dalam hidup

(7)

anak tidak sebesar peran ibu. Waktu, ketersediaan, keterlibatan dalam kegiatan bersama dan kehangatan ayah kritis untuk perkembangan anak (dalam Crandell, et al, 2011). Pada tiap tahap perkembangan anak ayah memiliki peran demikian pula saat anak pada tahap perkembangan remaja.

Pada tahap perkembangan remaja, ayah sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada diri remaja terutama yang berkaitan dengan meningkatkannya kemandirian remaja, an emerging sense of identity or self , berubahnya berbagai pandangan remaja. Remaja mulai memikirkan tentang prestasi karena remaja mulai memandang penting masa depan sehingga remaja mulai memilikirkan tujuan apa yang ingin mereka capai dan apa saja yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Perubahan kemampuan kognitif remaja juga membuat remaja mengalami transformasi dalam pandangan pribadi maupun sosial (Hill, 1980 dalam Shulman & Krenke, 1997). Dalam berperilaku ayah tidak hanya berperan sebagai orangtua tetapi ayah juga berperan sebagai teman sebaya sehingga hal ini memungkinkan ayah lebih fleksibel dalam membimbing dan merawat remaja. Hal ini juga dapat mengurangi terjadinya situasi konflik ayah dan remaja. Ayah juga menyadari dan mendukung perubahan yang remaja coba untuk atasi dan hal ini membuat ayah dapat menjadi model yang mudah untuk diidentifikasi. Meskipun ayah fleksibel dalam membimbing anak namun dalam interaksinya dengan remaja, bila dibandingkan dengan ibu ayah lebih cenderung menghukum remaja sambil mendorong kemandirian mereka. Menurut Madsen (1973), hal ini ayah lakukan untuk mentransmisi nilai-nilai sosial dan untuk mengubah remaja menjadi anggota masyarakat yang dewasa (dalam Shulman & Krenke, 1997) .

Tahap perkembangan middle childhood merupakan masa yang penting bagi anak untuk belajar tentang dirinya dan lingkungan. Anak mulai dikenalkan pada peran sosial baru dimana mereka mendapatkan status sosial melalui kompetensi dan performances mereka, anak mulai dituntut untuk mengerjakan berbagai tugas, ujian dan menaati aturan di sekolah

(8)

untuk mendapatkan rangking. Menurut Erickson pada tahap perkembangan ini anak harus mengembangkan “sense of industry” dan belajar untuk bekerja sama dengan teman sebaya maupun orang dewasa. Pada masa ini, ayah yang involve akan mengambil keputusan yang terkait dengan anak seperti sekolah maupun tempat kursus yang sesuai untuk anak, mengingatkan dan memberi semangat kepada anak untuk belajar karena anak masih sulit untuk memahami manfaat dari pendidikan untuk masa depannya (dalam Crandell et al, 2011). Semakin dewasa usia anak, semakin anak ikut terlibat dalam pengambilan keputusan (Ozretich & Bowman, 2001 dalam Crandell et al, 2011). Ayah yang involve akan memberi kesempatan pada anak untuk mencoba dan memuji anak saat anak melakukannya. Hal ini akan membuat anak memperoleh harga diri yang sehat (dalam Crandell et al, 2011).

Father involvement adalah keterlibatan positif yang dilakukan ayah bersama dengan anaknya (Pleck, 1997 dalam Hodgins, 2007) yang terdiri atas tiga komponen yaitu positive engagement, warmth & responsiveness dan control. Father involvement ayah dengan anak remaja maupun ayah dengan anak middle childhood juga dapat ditelaah melalui ketiga komponen tersebut. Bila ayah menampilkan positive engagement pada remaja, ayah berkomunikasi dengan remaja seputar masa depannya maupun berdiskusi tentang berbagai isu dengan remaja seperti mendiskusikan dengan remaja tentang bahaya penyalahgunaan narkoba maupun berhubungan seksual di luar nikah. Ayah melakukan kegiatan yang diminati remaja bersama-sama serta ayah mendukung pendidikan remaja seperti ayah mendorong remaja untuk melanjutkan studi ke tingkatan yang lebih tinggi maupun ayah mendukung anak untuk meneruskan studi pada jurusan yang ia minati.

Bila ayah menampilkan warmth & responsiveness pada remaja, ayah menunjukkan kepada remaja bahwa ayah memperhatikan mereka seperti ayah menyadari perubahan penampilan pada diri remaja, ayah menyadari perubahan sikap remaja saat remaja merasa marah, sedih maupun senang. Ayah juga menunjukkan bahwa ia menyayangi anak baik

(9)

melalui perkataan maupun tingkah laku seperti menyatakan bahwa ia menyayangi remaja, menyempatkan diri bertemu dengan anak sebelum / sepulang kerja. Ayah juga memberikan respon yang sesuai dengan kebutuhan emosional anak seperti memuji penampilan fisik remaja, memberikan dukungan saat remaja menghadapi kegagalan. Bila ayah menampilkan control pada remaja, ayah mengetahui keberadaan anak karena ayah memperhatikan keberadaan remaja serta mengetahui kegiatan sehari-hari remaja. Ayah mengetahui saat remaja melakukan pelanggaran karena ayah memperhatikan perilaku remaja seperti ayah mengetahui saat remaja pulang melebihi aturan jam pulang yang telah disepakati serta ayah juga berani mengambil keputusan untuk menghukum remaja saat anak melakukan pelanggaran aturan yang telah disepakati bersama baik itu dalam bentuk teguran maupun hukuman.

Pada tahap perkembangan middle childhood, bila ayah menampilkan positive engagement , ayah meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama-sama dengan anak seperti bermain bersama anak di taman bermain maupun berolahraga bersama dengan anak. Ayah juga berbincang dengan anak mengenai kesehariaannya di sekolah seperti berkomunikasi dengan anak seputar teman-teman bermain anak, kesehariaan yang anak lakukan di sekolah maupun kesulitan yang anak alami di sekolah. Ayah juga mendukung pendidikan anak dengan sesekali membantu anak mengerjakan PR maupun mendorong anak untuk berprestasi di sekolah. Bila ayah menampilkan warmth & responsiveness pada middle childhood, ayah menujukkan kasih sayangnya pada anak seperti dengan memeluk anak maupun dengan memegang tangan anak saat sedang berjalan bersama anak. Ayah menghibur anak saat ayah menyadari bahwa anak sedang kurang bersemangat / sedang sedih seperti dengan mengajak anak bercanda. Bila ayah menampilkan control pada middle childhood, ayah menetapkan batasan perilaku maupun konsekuensi yang akan anak terima saat anak melakukan pelanggaran perilaku seperti saat ayah mengajarkan kepada anak untuk berbicara

(10)

kasar pada orang lain namun anak masih melanggar, ayah tidak segan-segan menegur anak atau memberi hukuman pada anak seperti mengurangi uang jajan anak. Dalam penelitian, father involvement dari kedua kelompok akan dibandingkan.

Pada penelitian ini akan dijaring juga data sosiodemografis responden berupa pendidikan terakhir ayah, pendapatan ayah, pekerjaan ayah, usia ayah yang akan menggambarkan latar belakang sosial ekonomi responden secara lebih komprehensif. Studi tingkat nasional telah secara konsisten menemukan hubungan kuat antara status sosial ekonomi dan keterlibatan ayah. Beberapa peneliti menyatakan bahwa pendidikan ayah yang rendah merupakan hambatan yang cukup besar dalam keterlibatan ayah dan anak (Saleh et al dalam Wu, 2005 dalam Dwitya, 2012). Partisipasi rutin ayah dalam perawatan anak lebih tinggi pada ayah yang pekerjaannya white collar jobs dan pekerjaan profesional yang memiliki kedudukan yang lebih rendah. Sebaliknya partisipasi ayah dalam perawatan anak lebih rendah di antara ayah yang bekerja sebagai wiraswasta, ayah dalam pekerjaan blue

collar jobs. (childtrends.org diunduh 15 Oktober 2015). Ayah pada keluarga yang miskin dan

kurang sejahtera kurang terlibat dalam pengasuhan anaknya, semakin lama keluarga mengalami kemiskinan maka father involvement akan semakin berkurang (Harris & Marmer, 1996)

Jenis kelamin anak, urutan kelahiran anak yaitu anak keberapa dari berapa bersaudara dan usia anak untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang anak responden yang sesuai dengan kriteria dan untuk menentukan responden termasuk dalam kelompok ayah dengan anak middle childhood atau ayah dengan anak remaja. Ayah biologis dengan anak laki-laki cenderung meningkatkan involvement mereka; tapi ayah biologis dengan anak perempuan atau anak kecil, atau ayah yang memiliki jam kerja yang panjang, cenderung untuk terlibat dalam kegiatan yang lebih sedikit dengan anak-anak mereka (Wood & Repetti 2004 dalam Crandell et al, 2011). Menurut Pleck (1997 dalam Dwitya, 2012),

(11)

father involvement akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia anak. Temuan ini menunjukkan bahwa ayah cenderung lebih terlibat dengan anak lelaki mereka dan memiliki kontak yang kurang dengan anak perempuan mereka (Hosley & Montemayor, 1997). Terakhir adalah ada tidaknya hari libur dalam seminggu untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai tersedianya waktu ayah untuk anak. Ayah yang menurunkan jam kerja mingguan mereka sering meningkatkan jumlah waktu yang mereka habiskan dengan anak-anak mereka (Allen & Daly, 2007).

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir Bagan 1.1 Kerangkan Pikir

Father Involvement Ayah dengan anak remaja Ayah dengan anak middle childhood Data Sosiodemografis : -Pendidikan ayah -Usia ayah -Pekerjaan ayah -Pendapatan ayah

-Adakah hari libur dalam seminggu -Jenis kelamin anak

-Usia anak

-Urutan kelahiran anak

Father Involvement

Dibandingkan Komponen :

-Positive engagement, -warmth & responsiveness -control . Data Sosiodemografis : -Pendidikan ayah -Usia ayah -Pekerjaan ayah -Pendapatan ayah

-Adakah hari libur dalam seminggu -Jenis kelamin anak

-Usia anak

(12)

1.6. Asumsi

1. Tahap perkembangan anak bagi ayah memberikan dampak tertentu bagi father involvement ayah.

2. Father involvement ayah dengan anak middle childhood dan ayah dengan anak remaja akan ditentukan oleh penghayatan ayah atas positive engagement, warmth & responsiveness control dalam berhubungan dengan anak.

1.7. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan father involvement antara ayah yang memiliki anak remaja dengan ayah yang memiliki anak middle childhood

H1 : Terdapat perbedaan father involvement antara ayah yang memiliki anak remaja dengan ayah yang memiliki anak middle childhood.

Referensi

Dokumen terkait

Data Primer Dalam penelitian ini data primer berupa data yang di peroleh langsung dari wawancara mengenai tentang pelayanan yang berbasis digital di desa mengen

Kualitas interaksi ibu-anak terlihat cenderung lebih mendalam dibandingkan ayah-anak; (b) sebanyak 22 orang ayah (78,57%) menyatakan tugas mengasuh anak merupakan tugas bersama

Rangkasbitung dan Kota Serang akan di selesaikan terlebih dahulu. Kecamatan Rangkasbitung merupakan ibu kota yang dimiliki kabupaten Lebak, merupakan pusat

Khanif (2012) menyatakan T. gondii mempengaruhi sel spermatogenik dan testis. gondii dapat terjadi pada semen mencit, jika mencit jantan yang terinfeksi T. gondii tersebut

Dalam kaitan dengan ini (Soeharto, 1999:232) mengungkapkan suatu pengendalian proyek/program yang efektif ditandai hal-hal berikut ini; 1) tepat waktu dan peka

mendeskripsikan bentuk kerusakan lingkungan dan bentuk relasi atau hubungan manusia dengan lingkungan berdasarkan kajian ekokritik pada novel Tanjung Kemarau karya

Keberhasilan menemukan makna dalam hidup akan menciptakan kebahagian (Bastaman, 2007). Makna kehidupan yang telah ditemukan membuat kehidupan seseorang lebih bernilai

Single-mothers di Komunitas “X” dengan derajat Positive Relation with Others yang tinggi, mengevaluasi dirinya berhasil menjalin relasi yang baik dan hangat,