• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lingkungan Keluarga Kristen Terhadap Perkembangan Moral Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Lingkungan Keluarga Kristen Terhadap Perkembangan Moral Anak"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 Anastesya Anggelika Hutajulu, IAKN Tarutung Email: Anasstesya84@gmail.com

183 |

Pengaruh Lingkungan Keluarga Kristen Terhadap

Perkembangan Moral Anak

Anastesya Anggelika Hutajulu1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lingkungan keluarga Kristen terhadap perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat tahun 2020. Penelitian ini regresi dengan teknik Statistik Deskriptif. Populasi seluruh anak usia 10-12 tahun di HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat tahun 2020 yaitu 40 orang. Sampel penelitian adalah seluruh populasi. Instrumen penelitian angket tertutup. Nilai rhitung=0,708 > rtabel=0,312 dan thitung=6,180 > ttabel=2,021 menunjukkan

adanya hubungan lingkungan keluarga Kristen dengan perkembangan moral anak dan persamaan regresi

Y

ˆ

21

,

37

1

,

20

X

. Diperoleh Fhitung=38,038>Ftabel=1,51maka H0 ditolak dan Ha diterima

yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga Kristen terhadap perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat tahun 2020 sebesar 50,12%.

Kata Kunci: lingkungan keluarga kristen, perkembangan moral anak. Abstract

The aim of study was to determine the effect of the Christian family environment on children moral development of aged 10-12 years at HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat in 2020. This study used regression with descriptive statistical techniques. The population were 40 participants, all children who aged 10-12 years at HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat in 2020. The research sample was the entire population. The study used closed questionnaire as research instrument. The statistic calculation showed that value of rcount was greater than ttable (0.708 > 0.312) and tcount was higher than ttable (6.180 > 2.021) indicated that there was a relationship between the Christian family environment and children moral development. The regression equation was obtained that value of Fcount was greater than Ftable (38.038 > 1.51) then H0 was rejected and Ha was accepted. It means there was a positive and significant effect between the Christian family environment on children moral development of aged 10-12 years at HKBP Partalitoruan Resort Hutabarat in 2020. The effect was to 50.12%.

Keywords: Christian Family Environment, Children Moral Development.

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat, akan tetapi mempunyai pengaruh besar bagi bangsa dan negara. Keluarga mempunyai dampak yang dramatis dalam hidup seseorang. Keluarga memberi arti mendalam bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang, karena keluarga merupakan tempat utama dan pertama dalam hidup seseorang. Keluarga menjadi jantung dn persemaian nilai-nilai hidup Kristiani. Maka, dari keluargalah diharapkan orang-orang yang mengalami dan kemudian mewartakan kabar gembira.

Orangtua memegang tanggung jawab utama dalam keluarga. Selanjutnya anggota keluarga yang lain hanya membantu atau sebagai pelengkap. Orangtua adalah seorang laki-laki dan perempuan yang berjanji dihadapan Tuhan untuk hidup sebagai suami/isteri yang bersedia memikul tanggung jawabsebagai seorang ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkan. Berdasarkan pengamatan penulisdan fakta dilapangan pada kenyataan sekarang banyak

(2)

184 | orangtua yang sudah mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya di dalam keluarga. Kesibukan orangtua dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari membuat mereka kurang memberikan waktu untuk anak-anaknya. Orangtua pergi keladang/sawah, berdagang dan pekerjaan lainnya membuat orangtua tidak lagi menjalankan tanggung jawab sepenuhnya untuk anak-anak mereka, orangtua hanya melengkapi kebutuhan finansial anak, dan kurang memperhatikan bagaimana perilaku anak sehari-hari oleh karena kesibukan perkerjaannya. Banyak anak yang sudah menyimpang dari norma-norma atau aturan-aturan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Nilai-nilai Kristiani. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi seperti handphone android yang canggih, internet, televisi, plyastasion, warnetmembuat anak yang menjadi pribadi yang tidak jujur, kurang ramah, mudah marah, egois, tidak mau membantu teman, kasar, suka berbicara tidak membangun (kotor).

Moral biasa diartikan dengan nilai-nilai atau kebiasaan. Moral bisa dibagi menjadi dua tipe, yaitu moral baik dan moral buruk. Semua orang pasti menginginkan untuk memilki moral yang baik. Baik itu untuk orangtua, orang dewasa, remaja bahkan anak-anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam buku Aman (2016:viii) mengemukakan bahwa: ‘Tiga arti dari kata moral. Pertama, (ajaran tentang baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dsb; akhlak budi pekerti; susila. Kedua, kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah; berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan. Ketiga, ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari satu cerita.”

Menurut Yusuf (2016:132) “Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.” Hal senada juga dikemukakan Ali dan Asrori (2004: 136) mengatakan bahwa “moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur tingkah laku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Dan moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil dan seimbang.”

Selanjutnya menurut Jahja (2016:50) bahwa“istilah moral berasal dari bahasa Latin mos

(moris), yang berarti adat istiadat peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Adapun

Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.” Sependapat dengan Ismail (2011:70-71) mengemukakan bahwa “moral berasal dari kata Latin mos (jamak: mores) yang artinya adat kebiasaan. Moralitas berasal dari kata Latin moralis. Kata ini pada dasarnya sama saja dengan moral hanya lebih

(3)

185 | abstrak dan berarti sifat dari moral dan asas berkaitan dengan hal yang baik dan buruk. Kemudian menurut Junihot (2016:136) mengemukakan bahwa “Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, serta kewajiban. Moralitas merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud.” Kemudian menurut Santrock dalam buku Desmita (2016:258) mengemukakan bahwa “perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan acuan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Dari pendapat ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa moral merupakan tata cara kehidupan dan kebiasaan, dan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai moral. Tingkah laku yang bermoral artinya, tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang ada atau yang berlaku di dalam satu kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya. Seseorang dapat dianggap bermoral apabila memiliki kesadaran untuk menerima serta melakukan peraturan yang berlaku dan bersikap atau tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.

METODE PENELITIAN

Jenis pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan inferensial. Sugiyono mengemukakan bahwa : “Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi”. Penelitian dilaksanakan di Gereja HKBP Partalitoruan Ressort Hutabarat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2020 sampai dengan Januari 2021. Populasi penelitian adalah seluruh anak usia 10-12 Tahun di Gereja HKBP Partalitoruan Ressort Hutabarat Tahun 2020 yaitu 40 orang. Sampel penelitian adalah seluruh populasi. Dalam mengumpulkkan data penulis membuat langkah–langkah sebagai berikut: (1) Sebelum soal diberikan kepada responden terlebih dahulu peneliti memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian serta memberikan pengarahan tentang cara pengisian soal. (2) Memberikan soal untuk dijawab oleh responden. (3) Setelah soal dibagikan kepada responden diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tersedia. (4) Kemudian soal dikumpulkan saat itu juga oleh peneliti. Untuk membuktikan apakah hipotesis ditentukan penulis apakah diterima atau ditolak, maka dilakukan analisa data jawaban responden dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membuat tabel distribusi jawaban responden berdasarkan alternatif jawaban. 2) Membuat tabel distribusi jawaban responden berdasarkan skor alternatif jawaban. 3) Menguji Hipotesa.

(4)

186 |

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Moral

Kohlberg dalam buku Gunarsa (2012:79-81) mengemukakan bahwa “Perkembangan moral meliputi enam tahap dan terbagi dalam tiga tingkat sebagai berikut:

a. Pre-Convenional Level

1) Tahap 1 (Umur 0-7 Tahun)

a) Orientasi pada hukuman dan kepatuhan/ketaatan. b) Hukum fisik terhadap suatu perbuatan baik atau buruk.

c) Perbuatan baik oleh anak dirumuskan sebagai perbuatan yang tidak akan membawa hukuman,

d) Pada tahap ini, menghindari hukuman dan kepatuhan terhadap otoritas yang berkuasa akan dinilai positif oleh anak.

2) Tahap 2 (Sekitar 10 Tahun)

a) Orientasi instrumental yang relatif b) Anak hanya mencari hadiah yang nyata

c) Perbuatan yang benar merupakan perbuatan yang hanya memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.

d) Hubungan timbal balik sangat ditekankan: “saya dipukul, saya akan memukul” b. Conventional Level

1) Tahap 3 (Sekitar umur 13 Tahun) a) Orientasi persesuaian antarpribadi.

b) Perbuatan baik adalah perbuatan yang disenangi dan diterima baik orangtua, guru, teman sebaya, tetangga atau teman sejawat.

c) Tekanan diletakkan atas kesesuaian dan menjadi anak yang baik. d) Takut dibicarakan orang lain.

e) Pada tahap ini, anak sudah mencapai tingkat kognitif yang lebih tinggi sehingga sudah dapat mengambil tempat orang lain atau mengerti pandangan orang lain dan apa yang dapat menyenagkan orang lain.

2) Tahap 4 (Sekitar Umur 16 Tahun)

a) Orientasi pada hukum dan tata tertib/aturan.

b) Orientasi diarahkan kepada usaha melakukan tugas/kewajiban masing-masing, mematuhi peraturan tertentu dan mempertahankan ketertiban sosial.

c) Doktrin-doktrin politik dan keagamaan lebih mudah dimengerti dan diterima. c. Post-Conventional Level

1) Tahap 5 (Masa dewasa muda)

a) Seseorang yang berada pada tingkat ini akan mengambil keputusan-keputusan berdasarkan apa yang baik dan tepat, berdasarkan suatu kontrak/perjanjian, baik sosial maupun pribadi.

b) Seseorang sudah dapat mempertimbangkan dan memperhatikan sudut pandang masyarakat pada umumnya.

c) Seseorang pada level ini jelas menyadari relatifnya nilai-nilai pribadi.

d) Dalam hal hukum dan proses-proses yang mengubahnya, mereka dibimbing oleh rasionya.

(5)

187 | a) Orientasi prinsi etis-universal

b) Moralitas dirumuskan sebagai keputusan dari hati nurani (conscience)

c) Prinsip-prinsip etis dipilih sendiri berdasarkan konsep-konsep abstrak, keadilan, dan persamaan (abstract concepts, justice, dan equality)

d) Pada level ini mereka memperlihatkan suatu respek/memandang harga diri teman dan pemikiran bahwa penghargaan yang timbal balik ini berlaku secara universal.”

Tiga Tingkat Penalaran Moral

Menurut Kohlberg dalam buku Teaching With Heart (2012:99-100) mengemukakan bahwa “tiga tingkat penalaran moral yaitu:

a) Tingkat satu-Pra-Konvensional:

Pada tahap ini anak-anak menyadari beberapa peraturan dalam dunia mereka, tetapi perhatian mereka terfokus pada kesenangan yang berkaitan dengan tindakan, bukan pada implikasi moralnya. Penalaran di balik tindakan mereka adalah mendapatkan pahala atau menghindari hukuman. Dengan kata lain, penalaran moral mereka muncu dari figur otoritas dan tidak bersifat hakiki.

b) Tingkat Dua-Konvensional:

Anak-anak pada tahap ini hidup sesuai dengan standar moral teman-teman mereka dan dunia di sekitar mereka. Anak-anak mulai menetapkan kategori sederhana dalam pikiran mereka yang mengatakan benar adalah apa yang dilakukan orang-orang yang jahat. Pada tingkat ini anak-anak mulai melihat Allah sebagai seseorang yang harus dihargai karena Dia mengasihi mereka. Yesus adalah model utama bagi murid-murid pada level ini. c) Tingkat Tiga-Post-Konvensional

Menurut penalaran moral pada level ini, melakukan apa yang benar merupakan bagian dari hidup berdasarkan prinsip-prinsip moral, dan kesalahan didenfinisikan sebagai apa pun yang melanggar prinsip-prinsip ini. Anak-anak pada level ini ingin memenuhi harapan keluarga, teman, dan masyarakat mereka. Bagi mereka, ini jauh lebih penting daripada akibat langsung tindakan itu. Pada level tiga anak-anak mulai memahami bahwa orang-orang memiliki nilai dan bahwa perhatian terhadap orang-orang lain sama pentingnya seperti perhatian pada diri sendiri.”

Selanjutnya, Menurut Frued yang dikemukakan Adisusilo (2017:7-8) mengemukakan bertitik tolak dari kebutuhan seorang anak, bahwa penahapan perkembangan moral sebagai berikut:

a) The oral stage

Tahap ini terjadi pada usia seseorang sudah 1 tahun, di mana anak melakukan segala sesuatu dengan orientasi memuaskan kebutuhan hidupnya semata-mata.

(6)

188 | Tahap ini terjadi ketika anak-anak memasuki usia 2-3 tahun, dimana anak mulai berkenalan dengan cara-cara bagaimana mengatur kebersihan, dan lain-lain.

c) The Phallic Stage

Tahap ini terjadi pada usia 4-6 tahun di mana anak lebih merspons terhadap daya tarik seks yang berbeda, serta mulai timbul sika cemburu terhada orang tua yang mempunyai organ seks yang sama atau ‘oedipus complex’.

d) Latency period

Pada sekitar usia 6-14 tahun anak mulai memasuki periode yang disebut ‘latency period’ atau periode diam, tidak bereaksi atau tidak bergerak.

e) The genital stage

Mulai pada usia 14 tahun anak akan memasuki stau tahap yang disebut ‘the genital stage’, suatu tahap di mana rasa cinta terhadap orang lain mulai berkembang.”

Dari pendapat beberapa ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa Perkembangan moral pada anak terdiri dari beberapa tahap. Tiap-tiap tahap itu mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu sesuai dengan usia mereka, namun pada umumnya sulit untuk menentukan batas-batas yang jelas antara tahap yang satu dengan yang lainnya. Perkembangan moral anak usia 10-12 yaitu perkembangan pra konvensional moralitas yaitu anak sudah mengetahui aturan diciptakan oleh manusia, hadiah dan hukuman menjadi acuan anak melakukan perbuatan moralnya, disini dikatakan bahwa semakin bertambahnya usia maka tahap perkembangan moral anak akan menentukan tingkah laku dalam arti perbuatan nyata, dan juga semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang akan menunjukkan perbuatan yang semakin mengarah kepada moralitas yang mantap dan dapat mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatannya.

Karakteristik Nilai Moral

Karakteristik nilai-nilai moral Kristen pada anak usia 10-12 Tahun yang diharapkan dalam penulisan ini adalah:

1. Kejujuran

“jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.”

Jujur merujuk pada suatu karakter moral yang mempunyai sifat-sifat positif dan mulia seperti integritas, keadilan, penuh kebenaran, dan lurus sekaligus tiadanya bohong, curang ataupun mencuri.

(7)

189 | 2. Keadilan

Keadilan adalah sifat dari perbuatan atau kelakuan yang tidak memihak, tidak berat sebelah, dan berpihak pada kebenaran. Seseorang yang mengimplementasikan nilai keadilan membuatnya disukai oleh banyak orang karena ia tidak memihak, melakukan sesuatu dengan kondisi yang sebenarnya.

3. Ketelitian

Ketelitian artinya ada kecermatan, sifat kehati-hatian, dan waspada agar tehindar dari kesalahan, kekurangan, atau kelebihan. Seseorang yang mengimplementasikan nilai ketelitian membuat orang itu dipercaya untuk mengerjakan suatu pekerjaan; ia tidak melakukan kesalahan. Hasil pekerjaannya rapi, enak dipandang, dan tentunya tidak didapati adanya kesalahan.

4. Kelemahlembutan

Kelemahlembutan adalah nilai Kristiani yang mempunyai kekuatan (power) yang dapat menyelamatkan jiwa atau memelihara nyawa.

5. Tidak mementingkan diri sendiri

Karakter yang tidak mementingkan diri sendiri dibentuk dari pengalaman nilai-nilai tidak mementingkan diri sendiri. Nilai-nilai yang tidak mementingkan diri sendri itu antara lain: a) Bersedia dan suka menolong orang-orang yang memang perlu ditolong, misalnya orang

yang berada dalam keadaan kekurangan makanan, kekurangan dana, menanggung beban karena pernyakir atau ketidakmampuannya dalam melakukan sesuatu.

b) Memberi pertolongan tidak hanya dallam bentuk fisik (uang, makanan, atau benda lainnya), tetapi juga dalam bentuk nonfisik, seperti memberi penguatan kepada yang tertindas, memberi motivasi agar tetap semangat, dan memberi jalan keluar kepada yang sedang menghadapi masalah.

c) Tidak menuntut balasan atau konpensasi dari orang lain atas apa yang telah diberikannya sebagai bantuan.

6. Suka menolong

Suka menolong adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya membantu orang lain. (Gal. 6:2) mengatakan “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianla kamu memenuhi hukum Kristus.” Menolong adalah kesediaan memberikan bantuan, secara sadar orang itu mulai memberikan bantuan itu dari gerak hatinya. Kemudian bantuan itu diberikan dalam bentuk apa saja yang memang diperlukan orang yang mau ditolong, baik itu dalam bentuk ucapan, perbuatan, ide, ataupun barang.

(8)

190 | 7. Sabar

Dalam kehidupan Kekristenan masa kini, kesabaran sangatlah dibutuhkan. Kesabaran merupakan salah satu buah Roh (Galatia 5:22). Kesabaran merupakan kunci kemenangan bahkan kunci keberhasilan. Kesabaran dapat bekerja apabila Roh Allah bekerja di dalam hati, karena Dia adalah sumber kesabaran itu sendiri (Roma 15:5). Teladan kesabaran berada dan bersumber dari dari Yesus Kristus. Oleh karena itu, sebagai umat Tuhan harus memberi ruang yang terbuka bagi kesabaran dalam kondisi apapun sebagai bagian dari pilar dan ketahanan iman di tengah-tengah gempuran kuasa serta tantangan kegelapan dunia zaman ini.

8. Ulet

Esensi dari keuletan adalah pantang menyerah, patah tumbuh hilang berganti; upaya terus menerus; tidak gampang bosan dan tidak gampang lelah; konsisten.

Keluarga adalah lembaga yang pertama yang ada di dunia ini. Semua bermula dari keluarga, baik itu pendidikan, ilmu atau iman. Keluarga Kristen adalah bagian integral dari keluarga-keluarga dalam masyarakat yang plural. Di dalam keluarga-keluarga terdapat sejumlah unsur terkait atau saling mempengaruhi. Pengetahuan diperoleh anak terlebih dahulu dari keluarga, yaitu melalui orangtua. Homrighausen dan Enklar (2013:128) mengemukakan “Keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya. Keluarga Kristenlah yang memegang peranan yang terpenting dalam PAK, bahkan jauh lebih penting pula dari segala jalan lain yang dipakai gereja untuk pendidikan itu.” Hal senada juga dikemukakan Harianto (2012:71) mengemukakan bahwa “Keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai.”Keluarga Kristenlah yang memegang peranan yang terpenting dalam PAK, bahkan jauh lebih penting pula dari segala jalanlain yang digunakan gereja untuk pendidikan itu.” Alexander (2008:23) mengemukakan “Keluarga di mata Tuhan merupakan suatu lembaga yang dipersiapkan untuk menyelamatkan suatu bangsa/generasi. Dengan kata lain keluarga itu penting dimata-Nya. Sedemikian pentingnya sampai Alkitab dalam porsi yang besar. Bahkan Alkitab pun bisa disebut sebagai kitab keluarga.” Kemudian Thompson (2001:55) mengemukakan bahwa “Keluarga Kristen adalah tempat bernaung yang dindingnya dapat memberi pelindungan terhadap nilai-nilai budaya yang merusak.”

Keluarga Kristen

Selanjutnya, menurut Chafin dalam buku Kristanto (2006:139) memberi gambaran lima defenisi tentang keluarga yaitu:

(9)

191 | 1. Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan

sosial, kasih dan rohani. Manusia diciptakan menurut gambar Allah sehingga mempunyai potensi untuk bertumbuh. Keluarga merupakan temppat memberi energi, perhatian, komitmen, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah Kristus Yesus.

2. Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang bebas mengembangkan setiap karunianya masing-masing. Di dalam keluarga landasan kehidupan anak-anak dibangun dan dikembangkan

3. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan. Barangkali orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita rasakan tetapi di dalam keluarga kita mendapat perhatian dan perlindungan.

4. Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap anggota dan saling belajar hal yang baik.

5. Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya. Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan hidup. Seringkali permasalahan muncul secara tidak terduga. Misalnya, hubungan suami-isteri, masalah yang dihadapi anak belasan tahun, dan masalah ekonomi.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa Keluarga kristen adalah Pemberian Tuhan yang tak ternilai. Keluarga mempunyai tempat mutlak dalam sejarah suci. Keluarga Kristen terdiri dari Ayah, Ibu, dan anak yang dilandaskan atas pernikahan dan di dalamnya harus ada kasih Yesus Kristus. Lingkungan keluarga yang pertama dikenal anak adalah orangtuanya, maka orangtua mempunyai peranan penting dalam proses membentuk perilaku anak.Kebijaksanaan, kasih, kekuatan, dan hidup dalam Kristus di tengah-tengah keluarga yang memungkinkan mereka menjadi keluarga yang diharapkan Allah. Hubungan dengan orangtua dan saudara-saudara kandungnya menjadi penting dan menentukan. Dengan tanpa disadari, anak-anak merefleksikan perasaan-perasaan, nilai-nilai kepercayaan dan pola-pola kehidupan orangtua mereka, serta menyerapnya dengan cepat melalui keluarganya. Kristanto (2006:146-149) mengemukakan: “Seorang Ayah mempunyai peranan penting dalam keluarga. Ayah adalah kepala keluarga yang mengendalikan bahtera keluarga. Tanggung jawab pendidikan anak tetap pada Ayah tetapi ibu sebagai penolong dalam pendidikan anak. Tuhan Yesus menunjukkan perhatian mengenai peran ayah atau bapak dirumah. Jika kamu yang jahat tahu bagaimana memberikan kepada anak-anakmu apa yang baik, terlebih lagi bapamu di surga (Matius 7:11). Anak-anak memerlukan kebuuthan fisik

(10)

192 | dan perlindungan dari seorang ayah. Ayahnya tahu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.” Harianto (2012:70) mengemukakan bahwa:

“Orangtua memegang tanggung jawab utama dalam keluarga. Selanjunya anggota keluarga yang lain hanya membantu atau sebagai pelengkap. Keluarga juga bertanggung jawab memberikan teladan kepada anak, mendidik mereka dalam kasih dan ajaran Tuhan Ef. 6:4), serta menerima segala keadaan mereka. Namun demikian, orangua harus tetap egas dalam mengajar dan mendisiplinkan anak, memiliki ketekunan yang tidak instan, sertha harus konsisten dalam pengajaran dan melakukan Firman Tuhan.”

Kemudian Marbun (2017:13-16) mangatakan “keluarga bertanggung jawab sebagai berikut: 1. Keluarga menghadirkan suasana surga di dalam rumah.

2. Keluarga menjadi rumah yang ramah.

3. Keluarga sebagai rumah tempat perlindungan yang aman.

Kemudian Heath (2016:39-42) mengatakan “tanggung jawab keluarga Kristen sebagai berikut:

1. Keluarga menjadi agen Allah dalam perbaikan sikap.

2. Keluarga menjadi agen Allah dalam pembentukan Keperibadian. 3. Keluarga Menjadi agen Allah dalam pembentukan iman.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa orangtua memegang tanggung jawab utama dalam keluarga. Peranan penting keluarga dan rumah tangga akan bertambah jelas jika kita memikirkan seluruh tahapan perkembangan anak. Keluarga mengambil tempat penting dalam sosialisasi anak, karena anggota keluarga, orangtua, dan saudara kandung merupakan kontak sosial pertama bahkan mungkin satu-satunya kontak sosial bagi anak pada tahun-tahun pertamanya. Ketika orangtua menjalankan tanggung jawabnya dengan baik di dalam keluarga, maka keluarga tersebut akan memiliki suasana cinta kasih dan memiliki nilai-nilai moral yang sesuai dengan ajaran nilai Kristiani.

Indikator Lingkungan Keluarga Kristen

Indikator Lingkungan Keluarga Kristen yaitu:

1. Keluarga Menjadi Agen Allah dalam Perbaikan sikap

Kita semua dituntut untuk memiliki pengertian dan kesadaran bahwa kehidupan ini bergantung pada adanya hubungan yang dinamis dengan Sang Pencipta, sehingga dapat dipastikan kelestarian budaya yang stabil dan jamninan perwujudan keadilan sosial. Firman Allah sudah menetapkan tanggung jawab mutlak: Allah tidaak menganggap pendidikan anak sebagai masalah sepele. Jika kita taat, keluarga pasti terlindungi. Jika kita mengambil dasar lain, keluarga pasti dihukum.

(11)

193 | Peranan penting keluarga dan rumah tangga akan bertambah jelas jika kita memikirkan seluruh tahapan perkembangan anak. Usia lima sampai dua belas: (masa pembentukan pola etis). Sepanjang masa ini dunia si anak bertambah meluas. Ia menghadapi banyak orang lain yang berpola pikir berbeda dari orangtuanya sendiri. Ia sangat memerlukan pengarahan sang ayah agar perbedaan itu dapat dimengerti dan disadari dirinya bahwa iman itu menguntungkan. Di samping itu, setiap ada ajaran di sekolah yang tidak sesuai dengan Alkitab, orangtuanya harus menjelaskan mengapa Alkitab lebih benar daripada apa yang diterimanya di luar rumah. Pahala dan hukuman masih dapat menjadi pengendali pertumbuhan.

3. Keluarga menjadi agen Allah dalam pembentukan iman.

Arti praktis beriman adalah hidup bersama dengan Yesus. Seorang anak tidak mungkin hidup beriman jika dia belum memiliki relasi pribadi dengan Yesus. Ini sangatlah penting. Sesuai dinamika iman tersebut (orang yang hidup bersama Yesus), kesempatan yang paling efektif bagi orangtua mendidik iman anak-anak mereka saat mereka dibawah usia remaja. kesempatan mendidik anak untuk hidup beriman dimulai sejak dia percaya kepada Yesus sampai menjelang usia remaja. Dengan demikian, prinsip dasar untuk pembinaan seorang anak ialah menolong dia Untuk percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat, sejak usia sedini mungkin.

4. Mengajar dan mendisiplinkan anak.

Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan berdosa dan inti kehadiran dosa selalu mengakibatkan anak cenderung hidup tidak taat dan bersikap memberontak. Karena itu sejak kecil setiap anak membutuhkan disiplin dan sebaliknya orangtua adalah partner Tuhan yang diberi mandat untuk mendisiplikan anak.

5. Keluarga sebagai rumah tempat perlindungan yang aman.

Rumah adalah “pusat rohani” tempat kita mendidik anak-anak kita menjadi umat Tuhan yang dikenan Allah. Rumah adalah pusat pelatihan diri menjadi sebuah pribadi yang mencerminkan Kristus, menjadi bagian dari masyarakat. Kehidupan kita adalah kesaksian hidup bagi Kristus.

Jadikanlah rumah menjadi sebuah tempat yang “paling aman”, aman bagi jiwa dan aman bagi raga. Rumah yang utuh adalah rumah yang aman bagi penghuninya, dan jadikan suasana rumah itu sebagai pembangkit semangat. Jika ada satu orang saja dalam keluarga dimenangkan dalam Kristus, dia akan menjadi terang bagi keluarganya. Dan terang itu akan menjadi kesaksian hidup yang akan memberi teladan bagi anggota keluarga lainnya untuk pula datang kepada Yesus dan diselamatkan.

(12)

194 |

Hasil

Dari pendistribusian hasil jawaban siswa tentang lingkungan keluarga Kristen diperoleh item dengan nilai tertinggi adalah nomor 15 dengan skor 150 dan nilai rata-rata 3,75 yaitu banyak anak menjawab bahwa orangtua selalu membimbing anak dalam pengerjaan PR yang sulit dari guru. Sementara nilai terendah dari item yang lain adalah nomor 6 dengan skor 123 dan nilai rata-rata 3,08 yaitu masih ada beberapa anak menjawab bahwa beberapa dari orangtua anak kadang-kadang mengajari anak mereka harus bersifat sopan ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua. Pencapaian rata-rata keseluruhan lingkungan keluarga Kristen adalah 3,50 dan nilai ini termasuk pada kategori baik, artinya orangtua dalam lingkungan keluarga Kristen telah memberikan didikan, arahan, perhatian dan bimbingan kepada anak dalam perkembangan moral anak.

Dari pendistribusian hasil jawaban siswa tentang perkembangan moral anak diketahui item dengan nilai tertinggi adalah adalah nomor 42 dengan skor 150 dan nilai rata-rata 3,75 yaitu banyak anak menjawab bahwa mereka selalu mau memberi makanan/jajanan kepada teman yang tidak memiliki makanan/jajanan. Sementara nilai bobot terendah dari item yang lain adalah nomor 33 dengan skor 125 dan nilai rata-rata 3,13 yaitu masih ada beberapa anak yang menjawab bahwa mereka kadang-kadang saja menegur teman yang mencoret buku tugas. Pencapaian rata-rata keseluruhan untuk perkembangan moral anak adalah 3,52 dan nilai ini termasuk pada kategori baik, artinya moral anak telah berkembangan dengan baik dengan adanya pendidikan dan pembinaan dalam lingkungan keluarga.

Dari uji persyaratan analisis yaitu menguji apakah ada hubungan yang positif diperoleh nilai rxy=0,708. Nilai rhitung dibandingkan dengan nilai rtabel( =0,05,IK=95%,n=40) yaitu 0,312. Diperoleh

nilai rhitung=0,708 > rtabel=0,312 dengan demikian terdapat hubungan yang positif antara

variabel X dengan variabel Y yaitu hubungan yang positif antara lingkungan keluarga Kristen dengan perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di Gereja HKBP Partalitoruan Ressort Hutabarat tahun 2020.

Dari uji persyaratan analisis yaitu menguji apakah ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y, diperoleh dari nilai thitung=6,180 dibandingkan dengan nilai ttabel

untuk uji dua pihak dengan dk pembilang α=0,05 dan dk penyebut n-2=38 yaitu 2,021. Diperoleh perbandingan thitung=6,180> ttabel=2,021. Dengan demikian diketahui bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga Kristen dengan perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di Gereja HKBP Partalitoruan Ressort Hutabarat tahun 2020.

(13)

195 | Dari uji regresi diperoleh: a) Persamaan regresi adalah

Y

ˆ

21

,

37

1

,

20

X

persamaan regresi ini menunjukkan bahwa dalam keadaan konstanta=21,37 maka untuk setiap penambahan lingkungan keluarga Kristen akan meningkat perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di Gereja HKBP Partalitoruan Ressort Hutabarat tahun 2020 sebesar 1,20 dari nilai satuan lingkungan keluarga Kristen. b) Dari uji koefisien determinasi diperoleh nilai r2=0,5012 dari nilai determinasi (r2) dapat diketahui persentase pengaruh antara lingkungan

keluarga Kristen terhadap perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di Gereja HKBP Partalitoruan Ressort Hutabarat tahun 2020 adalah 50,12% sementara 49,88% dipengaruhi oleh faktor lain sebagaimana yang diuraikan pada kajian pustaka yaitu lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.

Dari uji hipotesa diperoleh nilai Dari daftar analisis varians di atas diperoleh nilai

Fhitung=38,038 dan nilai ini lebih besar dari Ftabel dengan dk pembilang=k=20 dan dk

penyebut=n-2=40-2=38 yaitu 1,51. Dengan demikian Fhitung=38,038>Ftabel=1,51 maka H0

ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hipotesa penelitian yang

diajukan oleh penulis diterima yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga Kristen terhadap perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di Gereja HKBP Partalitoruan Ressort Hutabarat tahun 2020.

Hasil penelitian ini membuktikan kebenaran teori yang dikemukakan oleh Harianto (2012:71) bahwa: “Keluarga yang bertanggung jawab mengajarkan moral dan hal-hal rohani kepada anak-anak mereka. Oleh karena itu hendaknya orangtua tidak mengharapkan bantuan dari luar.” Kemudian Homrighausen (2011:129) mengungkapkan bahwa “Fungsi keluarga Kristen adalah sebagai suatu persekutuan antara anak-anak dan ayah-ibunya, dan anggota keluarga lainnya yang sanggup menciptakan suasana Kristen sejati di dalam lingkungan mereka sendiri. Keutuhan keluarga dan keserasian yang menguasai suasana di rumah merupakan salah satu faktor penting harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dalam suasana kasih sayang antara pengasuh (orangtua) dengan yang diasuh (anak).”

Keluarga adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan moral anak, karena keluarga adalah lingkungan yang pertama dikenal anak adalah orangtua, maka orangtualah yang memegang tanggung jawab utama dan pertama dalam perkembangan moral anak. Keluarga Kristen merupakan tempat bernaung yang kudus. Dengan menjalankan tanggung jawab keluarga yang baik, keluarga Kristen akan mampu mengarahkan anak dalam pembentukan perilaku dan watak anak sesuai dengan nilai-nilai moral Kristen.

(14)

196 |

KESIMPULAN

Lingkungan keluarga Kristen adalah pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya, terdiri dari ayah, ibu dan anak yang dilandaskan atas pernikahan Kristen. Dalam upaya menjalankan perannya dalam pendidikan moral anak usia 10-12 tahun lingkungan keluarga harus mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk pembentukan nilai moral pada anak. Indikator lingkungan keluarga Kristen adalah: 1) agen Allah dalam perbaikan sikap, 2) agen Allah dalam pembentukan kepribadian, 3) Agen Allah dalam pembentukan iman, 4) mengajar dan mendisiplinkan anak, 5) Rumah tempat perlindungan yang aman.

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan acuan dan konvensi mengenai baik-buruknya suatu sikap atau perbuatan. Nilai-nilai moral bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang mulai sejak lahir, melainkan sesuatu yang diperoleh dari luar. Nilai moral Kristen dapat kita lihat dari akhlak, sikap, karakter dan tingkah laku yang bersumber dari Alkitab. Indikator perkembangan moral anak adalah: 1) Kejujuran, 2) Keadilan, 3) Ketelitian, 4) Kelemahlembutan, 5) Sifat yang altruistis atau tidak mementingkan diri sendiri, 6) Suka menolong, 7) Sabar, 8) Ulet.

Dari hasil penelitian maka diketahui bahwa dari uji hipotesa diperoleh nilai Fhitung=38,038

>Ftabel=1,51 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

hipotesa penelitian yang diajukan oleh penulis diterima yaitu terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga Kristen terhadap perkembangan moral anak usia 10-12 tahun di Gereja HKBP Partalitoruan Ressort Hutabarat tahun 2020 yaitu sebesar 50,12%.

Berdasarkan teoritis dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan semakin sungguh-sungguh orangtua dalam lingkungan keluarga Kristen menjadi agen Allah dalam perbaikan sikap, pembentukan kepribadian, pembentukan iman, mengajar dan mendisiplinkan anak maka moral anak usia 10-12 tahun di Gereja HKBP Partalitoruan Ressort Hutabarat akan berkembang dengan baik dan sesuai dengan nilai-nilai Kristen.

SARAN

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberi saran kepada: 1. Guru PAK supaya mempertahankan pencapaian yang sudah baik dalam lingkungan

keluarga Kristen yaitu orangtua selalu membimbing anak dalam pengerjaan PR yang sulit dari guru. Hal ini diupayakan oleh orangtua untuk memberikan pendidikan dan bimbingan kepada anak dalam belajar dan menyelesaikan tugas yang sulit sehingga anak merasakan rasa nyaman dan keperdulian orangtua terhadap pendidikan anak di sekolah.

(15)

197 | 2. Guru PAK juga disarankan untuk meningkatkan pencapaian yang masih rendah dalam

lingkungan keluarga Kristen yaitu beberapa dari orangtua anak kadang-kadang mengajari anak mereka harus bersifat sopan ketika berhadapan dengan orang yang lebih tua. Untuk selanjutnya diharapkan kepada orangtua untuk mampu menjadi agen perbaikan sikap anak untuk sopan santun kepada orang yang lebih tua.

3. Anak disarankan untuk mempertahankan perkembangan moral yang sudah tercapai dengan baik, yaitu selalu selalu mau memberi makanan/jajanan kepada teman yang tidak memiliki makanan/jajanan. Hal ini menunjukkan bahwa anak telah memiliki sikap suka menolong dan berbagi dengan teman yang membutuhkan.

4. Siswa disarankan untuk meningkatkan perkembangan moral yang belum tercapai dengan baik, yaitu kadang-kadang saja menegur teman yang mencoret buku tugas. Untuk selanjutnya diharapkan kepada anak supaya lebih tegas kepada teman yang berbuat kesalahan supaya tidak mengulanginya kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Evan. 2008. Keluarga yang di sukai Tuhan.Yogyakarta:CBA.

Ali dan Asasori. Psikoogi remaja perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Desmira. 2016 Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT remaja Rosdakarya. Gunarsa, Singgih D. 1991 Psikologi Perkembangan Anak dan remaja. Jakarta:BPK Gunung

Mulia.

_______. 2012. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta:Libri.

_______.2012 Asas-asas psikologi untuk keluarga. Jakarta:Libri.

_______.2000.Psikologi Praktis: ANAK, REMAJA, Dan KELUARGA. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Harianto. GP. 2012. Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab & Dunia Pendidikan masa

kini. ANDI:Yogyakarta.

Heath, Stenly Warren. 2016. Keluarga Kristen Antisipasi Pengaruh Pendidikan Global dalam

keluarga. Bandung: Biji Sesawi.

Homrighausen dan Enklaar. 2009. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta:BPK Gunung Mulia. Ismail, Andar. 2001. Ajarlah Mereka Melakukan. Jakarta:BPK Gunung Mulia.

Jahja, Yudrik. 2015. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenadamedia Group. Junihot. 2016. Psikologi Pendidikan agama Kristen. Yogyakarta: ANDI.

(16)

198 | Kristanto, Paulus Lilik. 2016. Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen.

Yogyakarta:ANDI.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alpa Beta. Thompson, L Marjorie. 2001. Keluarga sebagai pusat pembentukan. Jakarta:BPK Gunung

Mulia.

Wijaya, Yahya. 2012. Iman atau Fanatisme. Jakarta BPK Gunung Mulia.

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran menggunakan model nilai wajar akan menjadi sulit dan kemungkinan akan memerlukan biaya yang lebih mahal dari pada manfaatnya untuk aset biologis yang belum menghasilkan.

Pengelompokan turbin angin berdasarkan prinsip aerodinamik pada rotor yang dimaksud yaitu apakah rotor turbin angin mengekstrak energi angin memanfaatkan gaya drag

Gereja Bukit Zaitun tidak memiliki saldo kewajiban pada akhir tahun karena telah melunasi kewajibannya sebelum tanggal 31 Desember 2011.Aset Bersih Gereja Bukit Zaitun terdiri

(c) Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan media slide powerpoint pada pembelajaran IImu

sebelum pasien menjalani program fisioterapi adalah pasien merasakan adanya nyeri, atropi otot, penurunan kekuatan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi dan gangguan

Tujuan utama network policy adalah untuk mengamankan Jaringan Komputer, mengamankan jaringan pada dasarnya bukanlah tujuan utama dari network policy, yang menjadi

Didalam penelitian yang dilakukan oleh Rae dan Subramaniam (2008) dalam Pramudita (2013) menunjukkan bahwa di suatu lingkungan yang lebih etis, seorang karyawan

Data perbedaan hasil belajar siswa yang terdapat pada tabel 3 dan tabel 4 dianalisis dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t untuk