• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU MENYONTEK SISWA DITINJAU DARI KECENDERUNGAN LOCUS OF CONTROL. Anniez Rachmawati Musslifah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU MENYONTEK SISWA DITINJAU DARI KECENDERUNGAN LOCUS OF CONTROL. Anniez Rachmawati Musslifah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU MENYONTEK SISWA DITINJAU DARI KECENDERUNGAN LOCUS OF CONTROL

Anniez Rachmawati Musslifah Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sahid Surakarta

Abstract

Cheating behavior is one of education phenomena that not only often but also always appearing in the teaching learning process. One of the factor which influence cheating behavior is the tendency of locus of control. The population of the research is Widodaren I senior high school students while the number of sample is 70 students. The sampling technique used cluster random sampling. Data collecting method used locus of control and cheating behavior scale. In analizing data Annava two line was conducted . The result shows that there is a significant differences to students behavior observed from the tendency of locus of control with the value of R2is 0.079 and FA is 5.961 with p=0.016

(p<0.05). Moreover, the result also shows that there is not a significant differences in cheating behavior observed from gender with the value of F is 2.813 and p=0.094 (p>0.05). The result means variable locus of control covers internal aspect can be become predictor to predict or measure cheating behavior.

(2)

Abstrak

Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering dan bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek adalah kecenderungan locus of control. Populasi adalah siswa-siswi SMAN 1 Widodaren dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang. Sampel tersebut diambil dengan teknik cluster random sampling. Metode pengambilan data dengan menggunakan skala locus of control dan skala perilaku menyontek yang kemudian di analisis dengan Annava dua jalur. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan perilaku siswa ditinjau dari kecenderungan locus of control dengan nilai R2 sebesar 0,079 dan FA sebesar 5,961 dengan p=0,016 (p<0,05). Hasil analisis juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal perilaku menyontek ditinjau dari perbedaan jenis kelamin dengan nilai F sebesar 2,813 dengan p=0,094 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel locus of control mencakup aspek-aspek yang ada di dalamnya dapat dijadikan sebagai prediktor untuk memprediksi atau mengukur perilaku menyontek.

(3)

PENDAHULUAN

Dalam menghadapi tantangan globalisasi, bangsa Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan, baik pendidikan formal dan pendidikan non formal. Upaya tersebut dimulai dengan memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, memperbaiki kualitas guru dan memperbaiki sistem pendidikan yang ada.

Upaya konkret pemerintah Indonesia dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan jalan menetapkan nilai minimum yang harus diraih oleh para siswa peserta ujian nasional. Misalnya saja, nilai minimal yang harus diraih oleh para peserta ujian nasional tingkat SMA adalah 4,70. Nilai minimum ini meningkat 0,44 dari tahun sebelumnya, yaitu 4,26. Upaya tersebut mewajibkan para siswa merubah cara belajarnya, mulai dari

mengikuti pelajaran tambahan di sekolah, membuat kelompok belajar, hingga mengikuti kegiatan bimbingan belajar (Rizkia, 2007).

Selain mengubah cara belajar siswa, di sisi lain target pemerintah di atas juga menimbulkan masalah lain, yaitu menyebabkan banyaknya praktik ketidakjujuran atau kecurangan dalam dunia pendidikan. Sugita mengatakan (Daud, 2007) modus operandi ketidakjujuran dalam dunia pendidikan bisa bermacam-macam, mulai dari mengatur posisi tempat duduk siswa (siswa pintar biasanya diposisikan di tengah dan “bertugas” membantu kawan-kawan di sekelilingnya), pengawas ujian yang sengaja “berbaik hati” membiarkan siswa saling menyontek, bocornya soal lengkap dengan kunci jawabannya sebelum hari H ujian, sampai dengan ikutnya guru memberikan kunci jawaban saat ujian berlangsung.

Perilaku menyontek atau cheating sendiri merupakan salah satu fenomena pendidikan yang sering dan

(4)

bahkan selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar, namun ironisnya jarang mendapat perhatian yang serius dari praktisi pendidikan di Indonesia. Perilaku menyontek masih dipandang sebagai masalah yang ringan dan ”sepele”, sehingga perilaku ini sering ditolerir oleh kebanyakan masyarakat. Menurut Alhadza (2005) perilaku menyontek atau cheating adalah suatu wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang yang merupakan hasil belajar dari interaksi dengan lingkungannya.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil survey Litbang Media Group yang dilakukan pada tanggal 19 April 2007, yang dilakukan di enam kota besar di Indonesia (Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan), yang menyebutkan hampir 70% responden menjawab pernah melakukan praktik menyontek ketika masih sekolah dan kuliah. (Halida, 2007).

Data tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan

seorang siswa SMA favorit di Surabaya terhadap teman sekolahnya dengan sampel 7 % dari seluruh siswa (lebih dari 1400 siswa). Penelitian tersebut menyebutkan bahwa, 80 % dari sampel pernah menyontek (52 % sering dan 28 % jarang), sedangkan medium yang paling banyak digunakan sebagai sarana menyontek adalah teman 38 % dan meja tulis 26 %. Uniknya ada 51 % dari siswa yang menyontek, ingin menghentikan kebiasaan buruknya tersebut (Widiawan, 1995).

Bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Klausmeier (1985), yaitu: menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian, menyontoh jawaban dari siswa lain, memberikan jawaban atau tugas yang telah selesai kepada teman, dan mengelak dari aturan-aturan.

Berkaitan dengan perilaku menyontek siswa di atas, Sujana dan Wulan (Haryono, dkk, 2001), menyebutkan bahwa sebab yang mendorong pelajar menyontek antara

(5)

lain kecenderungan pusat kendali atau locus of control, kecemasan yang dialami, situasi, dan persetujuan teman sebaya.

Perilaku individu dalam prespektif psikologi salah satunya ditentukan bagaimana individu melihat faktor yang mempengaruhi kehidupannya atau yang lazim disebut locus of control (pusat kendali). Individu yang dominan dengan locus of control internal mempercayai bahwa kemajuan dalam hidupnya ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam diri sendiri. Mereka cenderung senang bekerja keras, mempunyai cita-cita tinggi, ulet, dan menganggap kemajuan dirinya disebabkan ia bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya. Sebaliknya, individu yang lebih dominan dikendalikan faktor-faktor dari luar dirinya (faktor eksternal), mempercayai bahwa keberhasilannya ditentukan oleh hal-hal di luar dirinya, seperti nasib baik, adanya koneksi, dan bukan karena kerja keras diri sendiri. Individu yang mempunyai locus of control

eksternal cenderung beranggapan bahwa kerja keras, menepati waktu, bekerja penuh disiplin bukanlah faktor utama penyebab keberhasilan (Direzkia, 2006).

Menurut Levenson

(Rahmawati, 2007) aspek-aspek locus of control meliputi:

a. Aspek I (Internal), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh dirinya sendiri.

b. Aspek P (Powerfull Other), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh orang lain yang berkuasa.

c. Aspek C (Chance), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh nasib, kesempatan dan keberuntungan.

Penelitian Lebedour (Asmiana, 2003) terhadap 25 universitas yang ada di 5 negara (United State, Nederland, Israel, Palestine, dan Taiwan), menyebutkan bahwa jenis kelamin dan kebudayaan sangat mempengaruhi

(6)

tingkat percaya diri individu. Secara spesifik penelitian ini menyebutkan bahwa perbedaan jenis kelamin akan membawa perbedaan pada rasa percaya diri individu. Selanjutnya, penelitian Jhonson (Asmiana, 2003) pada 363 pelajar di 3 sekolah dasar umum dengan 174 wanita dan 189 pria menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin mengakibatkan perbedaan rasa percaya diri pada pelajar, dan hal tersebut berkorelasi terhadap perilaku menyonteknya.

METODE

Subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Widodaren. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI. Teknik sampling dengan cluster random sampling, artinya peneliti mengambil sample dari populasi dengan jalan merandom berdasarkan kelas. Hal tersebut dilakukan karena populasi yang luas dan berbentuk.

Alat pengumpul data. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua buah skala, yaitu skala locus of control, dan skala perilaku menyontek.

a. Skala Perilaku Menyontek. Perilaku menyontek dalam penelitian ini diungkap dengan menggunakan skala perilaku menyontek dari Wibowo (2006) yang telah dimodifikasi sendiri oleh penulis. Skala ini disusun berdasarkan bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Klausmeier (1985), yaitu: 1). Menggunakan catatan jawaban sewaktu ujian, 2). mencontoh jawaban dari siswa lain, 3) memberikan jawaban atau tugas yang telah selesai kepada teman, 4). mengelak dari aturan-aturan.

Skala ini berjumlah 54 aitem yang terdiri dari 31 favorable dengan skor yang bergerak dari: sangat sering (SS)4, sering (S) 3, Kadang (K) 2, dan Tidak pernah (TP) 1. Selanjutnya, 23 aitem unfavorable dengan skor yang bergerak dari: sangat sering (SS) 1,

(7)

sering (S) 2, Kadang (K) 3, dan Tidak pernah (TP) 4.

Semakin tinggi skor yang diperoleh pada skala perilaku menyontek menunjukkan semakin tinggi perilaku menyontek dilakukan, demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh pada skala perilaku menyontek menunjukkan semakin rendah pula perilaku menyontek dilakukan.

b. Skala Locus Of Control

Kecenderungan locus of control diungkap dengan skala locus of control yang merupakan modifikasi dari skala yang disusun Rahmawati (2007). Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek kecenderungan locus of control yang dikemukakan oleh Levenson (Rahmawati, 2007) yang meliputi :

1. Aspek I (Internal), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh dirinya sendiri.

2. Aspek P (Powerfull Other), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh orang lain yang berkuasa.

3. Aspek C (Chance), adalah keyakinan seseorang bahwa kejadian dalam hidupnya ditentukan oleh nasib, kesempatan dan keberuntungan.

Skala ini berjumlah 54 yang terdiri dari 16 aitem internal dengan skor yang bergerak dari: sangat sesuai (SS) 4, sesuai (S) 3, tidak sesuai (TS) 2, sangat tidak sesuai (STS) 1. Selanjutnya 38 aitem eksternal memiliki skor yang bergerak dari: sangat sesuai (SS) 1, sesuai (S) 2, tidak sesuai (TS) 3, sangat tidak sesuai (STS) 4.

Semakin tinggi skor total subjek menunjukkan bahwa semakin internal locus of control yang dimilikinya, sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh maka semakin eksternal locus of control yang dimiliki.

(8)

Selanjutnya skala ini diuji cobakan (try out) terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa:

1. Skala perilaku menyontek, aitem yang valid dalam skala ini dalah 38 dengan koofesien validitas (rbt) bergerak dari 0,214 sampai 0,953 dengan p<0,05, koofesien reliabilitas (rtt) sebesar 0,0902.

2. Skala locus of control, aitem yang valid dalam skala ini adalah 38 dengan koofesien validitas (rbt) bergerak dari 0,212 sampai 0,640 dengan p<0,05, koofesien reliabilitas (rtt) sebesar 0,877.

Pengujian validitas dan reabilitas alat ukur ini menggunakan bantuan komputer SPS (Seri Program Statistik) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia, versi IBM/IN, Hak cipta © 2005.

Metode analisis data

Data yang terkumpul dari 2 skala tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi annava dua jalur yang perhitungannya menggunakan bantuan komputer SPS (Seri Program Statistik) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia, versi IBM/IN, Hak cipta © 2005. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan perilaku siswa ditinjau dari kecenderungan locus of control dengan nilai R2 sebesar 0,079 dan FA sebesar 5,961 dengan p=0,016 (p<0,05). Hasil analisis juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal perilaku menyontek ditinjau dari perbedaan jenis kelamin dengan nilai F sebesar 2,813 dengan p=0,094 (p>0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa perilaku menyontek subjek tergolong sedang yang di tunjukkan oleh rerata hipotetik 95, dan rerata empiric sebesar 92, 843. sedangkan locus of control subjek

(9)

tergolong sedang yang ditunjukkan dengang rerata hipotetik 95 dan rerata empiric sebesar 111,171.

HASIL

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik analisis variansi dua jalur diperoleh nilai R2 sebesar 0,079 dan FA sebesar 5,961 dengan p=0,016 atau p<0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan perilaku menyontek siswa ditinjau dari kecenderungan locus of control. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku menyontek siswa yang berlocus of control internal dengan siswa yang berlocus of control eksternal. Semakin internal locus of control siswa, maka semakin jarang perilaku menyontek dilakukan, sebaliknya semakin eksternal locus of control siswa, maka akan semakin sering perilaku menyontek dilakukan. Hal ini berarti variabel locus of control mencakup aspek-aspek yang ada di dalamnya dapat dijadikan sebagai

prediktor untuk memprediksi atau mengukur perilaku menyontek.

PEMBAHASAN

Perilaku menyontek (cheating) merupakan perilaku yang tidak asing lagi dalam dunia pendidikan Indonesia. Perilaku ini merupakan bagian dari sistem pendidikan yang menuntut keberhasilan tanpa mempertimbangkan kemampuan anak didik. Berbagai macam model perilaku mencontek sudah dikenal dari siswa SD, SMP, SMA bahkan mahasiswa. (Rizkia, 2007; Mujiran, 2007; Daud, 2007; Halida; 2007). Lebih lanjut lagi Menurut Alhadza (2005) perilaku menyontek atau cheating merupakan wujud perilaku dan ekspresi mental seseorang yang merupakan hasil belajar dari interaksi dengan lingkungannya.

Penelitian ini mencoba membuktikan hasil beberapa penelitian diatas, dan hasilnya sejalan yakni, ditemukan perilaku mencontek pada subjek penelitian walau dalam kategori yang sedang. Hal tersebut terlihat dari

(10)

rerata empirik sebesar 92,843 dan rerata hipotetik sebesar 95.

Perilaku menyontek sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: yaitu karena faktor situasional yang meliputi pengaruh teman sebaya dan adanya peluang, soal yang terlalu buku sentris, kecemasan karena takut gagal, peresepsi yang salah terhadap fungsi tes, malas belajar, kecenderungan pusat kendali atau locus of control. (Sujana dan Wulan, 2001; Christensen, 2003; Eric, dkk, 2003; Klausmeier, 1985)

Locus of control dalam prespektif psikologi merupakan salah satu yang menentukan bagaimana individu melihat faktor yang mempengaruhi kehidupannya. Individu yang dominan dengan locus of control internal mempercayai bahwa kemajuan dalam hidupnya ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam diri sendiri. Sebaliknya, individu yang lebih dominan dikendalikan faktor-faktor dari luar dirinya (faktor eksternal), mempercayai bahwa

keberhasilannya ditentukan oleh hal-hal di luar dirinya, seperti nasib baik, adanya koneksi, dan bukan karena kerja keras diri sendiri (Direzkia, 2006).

Kecenderungan pusat kendali atau locus of control sebagai salah satu penyebab pelajar terdorong melakukan perilaku menyontek merupakan cara pengambilan sikap seseorang yang relatif konstan mengenai anggapan tentang sejauhmana orang tersebut merasakan adanya suatu hubungan antara usaha-usaha yang telah dilakukan dengan akibat-akibat yang diterimanya. Dengan kata lain, pelajar dengan kecenderungan locus of control internal akan jarang atau menolak untuk menyontek dibanding pelajar dengan kecenderungan locus of control eksternal.

Sejalan dengan teori diatas, penelitian ini juga menyebutkan bahwa perilaku menyontek sangat dipengaruhi oleh kecenderungan locus of control individu. Hal tersebut nampak jelas dalam hasil analisis data

(11)

yang menemukan adanya perbedaan signifikan antara kecenderungan locus of control internal dan eksternal terhadap perilaku menyontek dengan nilai R2 sebesar 0,079 dan FA sebesar 5,961 dengan p=0,016 (p≤0,05). Data tersebut diperkuat dengan kategorisasi yang menyebutkan bahwa subjek yang memiliki perilaku menyontek yang rendah cenderung memiliki locus of control internal. Sebaliknya, subjek yang memiliki perilaku menyontek yang tinggi memiliki kecenderungan locus of control eksternal.

SIMPULAN

Penelitian ini menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan perilaku menyontek ditinjau dari jenis kelamin yang ditunjukkan nilai R2 sebesar 0,037 dan FB sebesar 2,813 dengan p=0,094 atau p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara perilaku menyontek siswa ditinjau dari jenis kelamin. Hasil tersebut bersebrangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jhonson (dalam Asmania, 2003), yang menyebutkan

bahwa ada perbedaan perilaku menyontek berdasarkan jenis kelamin

Namun di sisi lain, penelitian ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh Maccoby dan Jacklin (Asmiana, 2003) berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin, mereka menemukan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan dalam banyak hal, dan sekaligus membantah dugaan masyarakat bahwa laki-laki dan perempuan berbeda sama sekali. Menurut Atkinson (Asmiana, 2003) diantara perbedaan yang ditemukan, beberapa perbedaan mungkin berasal dari hasil proses belajar sosial, dan selebhnya mungkin mencerminkan perbedaan yang dipengaruhi secara biologis. Tetapi perbedaan yang dipengaruhi faktor biologis dapat diubah dengan proses belajar.

Secara keseluruhan penelitian ini juga tidak menemukan perbedaan antara perilaku menyontek dengan kecenderungan locus of control dan jenis kelamin yang ditunjukkan oleh nilai R2 sebesar 0,004 dan FAB sebesar

(12)

0,319 dengan p=0,581 (p>0,05), yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara perilaku menyontek siswa ditinjau dari locus of control dan jenis kelamin.

Sayangnya dalam penelitian ini tidak mengungkap spesifikasi perilaku menyontek subjek. Padahal, perkembangan teknologi media belajar, semakin ketat persaingan siswa, dan semakin tinggi standar hasil belajar (UAN) pemerintah akan memacu tumbuhnya fariasi baru perilaku menyontek siswa. Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah sempitnya sampel dan terbatasnya variabel penelitian yang digunakan.

DAFTAR RUJUKAN

Adrian, M. A. 2005. Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Mencontek pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Semarang :

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Alhadza, Abdullah (Rektor Universitas Muhammadiyah Kendari). 2005. Masalah Menyontek (Cheating) Di Dunia Pendidikan.Kendari:http://ww w.depdiknas.go.id/Jurnal/38/M ASALAH_MENYONTEK_DI_ DUNIA_%20PENDIDIKAN.ht m

Asmiana, Windy (Dept. of Psychology). 2003. Perbedaan Rasa Percaya Diri Antara Mahasiswa Yang Aktif Dengan Mahasiswa Yang Tidak Aktif

Dalam Organisasi Kemahasiswaan Di UMM. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php? mod=browse&op=read&id=ji ptumm-gdl-s1-2003-windy-8811-percaya_di Coop, R. H., White, K. 1974. Psychological Concepts in the Classroom. New York : Narper and Row Publishers.

(13)

Cristensen, H. J. 2001. Why Do

Students Cheat?.

http://www.usask.ca/tlc/bries- journal/v1n3-jan-03/v1n3-why-cheat.

Daud, Afrianto. 23 April 2007. Ujian Nasional dan Ketidakjujuran Itu. Padang : Padang Ekspres.

Direzkia, Yulia (Peneliti Aceh Institut dan psikolog pada Badan Pelayanan Kesehatan Jiwa-Aceh). 2006. Antara Cheating Dan White Ccrimers. http://www.acehinstitute.org/o pini_yulia.htm

Halida, Rizka (Litbang Media Group). 2007. Mayoritas Siswa-Mahasiswa Menyontek. http://www.sampoernafoundati on.org/content/view/699/48/lan g,id/ Klausmeier, H. J. 1985. Educational Psychology 5th Ed. New York : Harper & Row Publisher.

Mahendrasdewi, Wenny. 2007. Kecenderungan Menyontek

(Cheating) dalam Ujian Ditinjau dari Posisi Tempat Duduk Pada Siswa-siswi SMK Negeri 1 Salatiga. . Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Monks, F. J., Knoers, A. M. P. dan Haditono, S. R. 2001. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Putri, A. M. A. 2005. Keharmonisan Keluarga Ditinjau Dari Locus Of Control Internal Dan Komunikasi Seksual Pada Pasangan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahmawati, Wuri. 2007. Hubungan Antara Kualitas Komunikasi Orang Tua-Anak dan Locus Of Control dengan Kenakalan Remaja.

(14)

Rizkia, Dina. 15 April 2007. Apa Kabar Ujian Nasional? . Jakarta: Seputar Indonesia.

Sujana, Y. E., Wulan, Ratna. 1994. Hubungan Antara Pusat Kendali dengan Intensi Menyontek. Jurnal Psikologi.

Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Vegawati, D., Dwita, O. P., Noviani, D. R. 20 September 2004. Perilaku Menyontek di Kalangan Mahasiswa. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0904/20/11 04.htm

Referensi

Dokumen terkait

On acid sulfate soils with low and high pyrite content, initial drying increase sums acid cations, but not significantly different between drying for 2 days and 4 days at 45ᵒC..

Kata Kunci: Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Implementasi, Mutu Pendidikan, SDN Tawangsari 01 Pujon. Untuk mencukupi kebutuhan pelaksanaan pendidikan, sejak tahun 2012

Furnishing A Home For Cheap... Furnishing A Home

Upaya yang Dapat Dilakukan Untuk Meningkatkan Keberadaan Serikat Pekerja/Buruh yang Berasal dari Pekerja/Buruh Outsourcing...56.. BAB IV PENUTUP

akiiihs kelcnjar riroid, [arem b.tuh re.jadi pctrgarmD vang s.mounr l{e{tr- kes.n inidahh ne0ganrh hfgsu,r8 tjngkutrsan CanA dan bukan akibnttcrgaDh. Mclihai

}.AXULTAS EKONOI/tr

n{inbdhn s^sere krhrba tuh} Lin&amp;r

AXIAAT PUTUSAN PAILIT BACI HARTA KEKAYAAN DEBITUR MENURUT UNDANG - UNDANG NO.. 4/ Prp / TAHUN