• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR ANALISIS KESTABILAN LERENG TAMBANG BATU ANDESIT DI CV.TRIARGA NUSA TAMA DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR ANALISIS KESTABILAN LERENG TAMBANG BATU ANDESIT DI CV.TRIARGA NUSA TAMA DENGAN METODE ELEMEN HINGGA"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESTABILAN LERENG TAMBANG BATU ANDESIT

DI CV.TRIARGA NUSA TAMA DENGAN METODE ELEMEN

HINGGA

RANDY RACMAN YUSUF 1510024427075

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG

2020

(2)
(3)

untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Disusun Oleh: RYAN MANDARI 1510024427086 Padang, Agustus 2020 Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Refky Adi Nata, ST., MT Ahmad Fadhly, ST., MT

NIDN: 1028099002 NIDN: 10251119001

Ketua Prodi Teknik Pertambangan, Ketua STTIND Padang,

Riam Marlina A, ST.,MT Riko Ervil, MT

(4)

NPM :1510024427075

Pembimbing 1 : Riam Marlina A. ST., MT

Pembimbing 2 : Rizto Salia Zarki ST., MT

Abstrak

CV. Triarga Nusa Tama adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batu andesit yang lokasi terletak di Sumatra Barat. Kriteria cadangan batu andesit tergolong keras yang sulit untuk diberai, CV. Triarga Nusa Tama melakukan kegiatan penambangan di lokasi IUP PT. Pebana Adi Sarana dan dengan melakukan sistem penambangan quarry. CV Triarga Nusa Tama, memiliki masalah pada lereng di karena kemiringan lereng saat ini 85° dan pada lereng tedapat banyaknya joint (kekar) dan mengakibatkan terjadinya kelongsoran sedangkan idealnya tidak <45°. Masalah stabilitas lereng menjadi hal yang penting karena berhubungan dengan kegiatan penambangan. Untuk mengetahui faktor keamanan dan geometri ideal pada lereng. Sehingga sebelum dibuat lereng pada penambangan maka perlu dianalisis terlebih dulu apakah jenis bahan tersebut medukung untuk dibuat lereng kita menganalisis apakah bahan tersebut support terhadap lereng dilakukan analisis pasih dan geomekanik. Salah satu metode dalam menilai kekuatan bahan adalah RMR. Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui faktor keamanan pada lereng tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan metode Finite Elemen. Konsep paling dasar FEM adalah menyelesaikan suatu problem dengan cara membagi obyek analisa menjadi bagian-bagian kecil yang terhingga. Berdasarkan dari hasil perhitungan dilapangan di peroleh nilai RMR batu andesit 72 dengan kelas masa batuan baik. Menggunakan Software phase2 didapatkan nilai SRF 1.4 dengan keterangan lereng stabil.

(5)

Nsme :Randy Racman Yusuf

NPM :1510024427075

Supervisor 1 : Riam Marlina A. ST., MT Supervisor 2 : Rizto Salia Zarki ST., MT

Abstrct

CV. Triarga Nusa Tama is a company engaged in andesite stone mining, located in West Sumatra. The criteria for andesite rock reserves are classified as hard and difficult to use, CV. Triarga Nusa Tama carries out mining activities at the IUP location of PT. Pebana Adi Sarana and by carrying out a quarry mining system. CV Triarga Nusa Tama, has a problem on the slope because the slope is currently 85 ° and on the slope there are many joints and landslide events, whereas ideally it is not < 45 °. Slope stability is an important issue because it is related to mining activities. To see safety factors and ideal geometry on slopes. So before the slope is made in mining, it is necessary to do first whether the type of material supports our slopes, whether the material supports the slope, then a tidal and geomechanical analysis is carried out. One method of assessing materials is RMR. This research is very important to do to see the safety factor on these slopes. In this study using the Finite Element method. The most basic concept of FEM is to solve a problem by dividing the object of analysis into infinitely small parts. Based on the results of field calculations, the RMR value of andesite stone was 72 with good rock mass class. Using software phase2 get SRF 1.4 value with stable slope information.

(6)
(7)

vi

Shalawat beriring salam tak lupa juga penulis ucapkan kepada nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul“Analisis Kestabilan Lereng Tambang Batu Andesit Di CV. Triaga Nusa Tama Dengan Metode Elemen Hingga

.”

Dalam penulisan dan tugas akhir ini peneliti banyak menemukan kendala-kendala atau masalah yang menjadi suatu tantangan tersendiri untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Dalam penyusunan tugas akhir ini peneliti merasakan bahwa banyak sekali kekurangan, maka dari itu penulis berharap adanya saran dan kritikan bagi yang membaca proposal ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat.

2. Bapak H. Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknik Industri (STTIND) Padang.

3. Ibuk Riam Marlina .A ST, MT Selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknik Industri (STTIND) Padang Sekaligus Dosen Pembimbing I Dalam Penulisan Tugas Akhir Ini.

4. Bapak Rizto Salia Zakri ST, MT Selaku Pembimbing II Dalam Penulisan Tugas Akhir Ini .

(8)

vii

semangat pada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita tentang cara penyusuan dan penulisan Tugas Akhir

Padang, September 2020

(9)

i Hal DAFTAR ISI ... i DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR TABEL ... v KATA PENGANTAR ... vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Identifikasi Masalah ... 3 1.3 Batasan Masalah ... 3 1.4 Rumusan Masalah ... 3 1.5 Tujuan Penelitian ... 3 1.6 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... .5

2.1.1 Pengertian lereng... 5

2.1.2 Kelongsoran dan Pengelompokannya ... 5

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kestabilan Lereng ... 8

2.1.4 Sifat fisik dan mekanik Batuan ... 9

2.1.5 Metode Rock Mass Rating ...12

2.1.6 Cara Msnstabilakan Lereng...20

2.1.7 Tinjauan Umum Perusahaan...22

(10)

ii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian ... ... 30

3.2 Lokasi Penelitian dan waktu penelitian ... 30

3.3 Variabel Penelitian ... 31

3.4 Jenis data dan Sumber data ... 31

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.6 Teknik Pengolahan Data ... 34

3.6.1 Teknik Pengolahan Data...34

3.7 Analisis Data ... 34

3.8 Kerangka Konseptual...35

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data ... ... 37

4.1.1 Data Primer ...37

4.1.2 Data Sekunder...45

4.2 Pengolahan Data ... ... 46

4.2.1 Faktor Keamanan Lereng .... ... 46

4.2.2 Geometri ideal...55

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Faktor Keamanan ... ... 56

5.2 Analisis Faktor Keamanan ... ... 57

5.2.1 Uji Kuat Tekan Batuan ... ... 58

(11)

iii

5.2.4 Sudut Geser Dalam ...59

5.3 geometri Lereng... 57

5.3.1 Analisa Kestabilan Lereng... 58

5.3.2 Analisa Geometri Lereng... 58

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan...61

6.2 Saran ... ... 61 DAFTAR PUSTAKA

(12)

iv

Gambar 2.2 Skema Longsoran Bidang ... 7

Gambar 2.3 Skema Longsoran Bajih ... 7

Gambar 2.4 Skema Longsoran Guling ... 8

Gambar 2.5 Pengukuran Jarak Antar Kekar ... 17

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual ... 26

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian ... 33

Gambar 4.1 Pengukuran Kekar ... 36

Gambar 4.2 Pengukuran Jarak Antar Kekar ... 36

Gambar 4.3 Pengukuran Pada Kekar ... 38

Gambar 4.4 Tinggi Lereng CV. Triarga Nusa Tama ... 39

Gambar 4.5 Sampel Batu Andesit ... 39

Gambar 4.6 Uji Sampel Batuan ... 40

Gambar 4.7 Pengukuran PLI ... 42

Gambar 4.8 Langkah 1 Phase 2 ... 47

Gambar 4.9 Langkah 2 Phase 2 ... 48

Gambar 4.10 Langkah 3 Phase 2 ... 48

Gambar 4.11 Langkah 4 Phase 2 ... 49

Gambar 4.12 Langkah 5 Phase 2 ... 49

(13)

v

Tabel 2.1 Tabel Kualitas Batuan ... 17

Tabel 2.2 Hubungan Spasi Kekar Terhadap Bobot ... 18

Tabel 2.3 Kondisi Air Tanah ... 20

Tabel 4.1 Data Pengukuran Kekar ... 35

Tabel 4.2 Jarak Antar Kekar ... 36

Tabel 4.3 Kondisi Kekar ... 37

Tabel 4.4 Kondisi Kekar ... 38

Tabel 4.5 Berat Sampel Batuan ... 40

Tabel 4.6 Ukuran Sampel Batuan ... 41

Tabel 4.7 Uji Kuat Batuan ... 41

Tabel 4.8 Hasil Kuat Tekan Batuan ... 43

Tabel 4.9 Nilai RQD ... 43

Tabel 4.10 Jarak Kekar ... 44

Tabel 4.11 Kondisi Kekar ... 44

Tabel 4.12 Kondisi Air Tanah ... 45

Tabel 4.13 Pembobotan Total ... 46

Tabel 4.14 Deskripsi Massa Batuan ... 46

Tabel 4.15 Bobot Isi Batuan ... 47

Tabel 4.16 Kerangka Lereng ... 47

(14)

1

1.1Latar Belakang Masalah.

CV. Triarga Nusa Tama adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan batu andesit yang lokasi terletak di Sumatra Barat. Kriteria cadangan batu andesit tergolong keras yang sulit untuk diberai, CV. Triarga Nusa Tama melakukan kegiatan penambangan di lokasi IUP PT. Pebana Adi Sarana dan dengan melakukan sistem penambangan quarry. CV Triarga Nusa Tama, memiliki masalah pada lereng di karena pada lereng tedapat banyaknya joint (kekar) dan sudut kemiringan lereng 600 – 900, dan mengakibatkan terjadinya kelongsoran sedangkan idealnya tidak <45°, untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada lampiran 1.

Penambangan quarry adalah sistem tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri yang terdiri dari beberapa bench. Pada tambang terbuka sangat identik dengan lereng dan dapat memicu terjadinya kelongsoran. Bentuk dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk sudut miring dengan bidang horizontal disebut dengan lereng. Di dalam kegiatan pertambangan seperti kegiatan tambang terbuka faktor kestabilan lereng sangat perlu diperhatikan karena lereng yang stabil menyebabkan lereng menjadi aman dan kecil kemungkinan terjadi longsor. Longsor adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis. Pemicu ini biasanya disebabkan

(15)

aktifitas penggalian dan pengangkutan sedangkan faktor dari dalam adalah kondisi geologi, joint (kekar) dan lain sebagainya. Oleh sebab itu perlu dilakukannya analisis kestabilan lereng untuk mengetahui faktor keamanan lereng agar kegiatan penambangan aman.

Masalah stabilitas lereng menjadi hal yang penting karena berhubungan dengan kegiatan penambangan. Sehingga sebelum dibuat lereng pada penambangan maka perlu dianalisis terlebih dulu apakah jenis bahan tersebut medukung untuk dibuat lereng kita menganalisis apakan bahan tersebut suport terhadap lereng dilakukan analisis fisik dan geomekanik. Salah satu metode dalam menilai kekuatan bahan adalah RMR.

Rock mass rating system (RMR) adalah pembobotan masa batuan. Metode Rock mass rating system (RMR) dari bieniawski (1989) sebagai sistem klasifikasi massa batuan untuk keteknikan sebagai metode untuk perencanaan tambang bawah permukaan. Penggunaan penilaian tersebut tergantung dari kondisi geologi suatu daerah. Selain sistem klasifikasi massa batuan, ada juga berbagai macam software yang dapat diaplikasikan untuk menganalisis faktor keamanan .

Sehingga penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui faktor keamanan pada lereng tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan metode Finite Elemen (FEM) . Konsep paling dasar FEM adalah menyelesaikan suatu problem dengan cara membagi obyek analisa menjadi bagian-bagian kecil yang terhingga.

Inti dari FEM adalah membagi suatu benda yang akan dianalisa, menjadi beberapa bagian dengan jumlah hingga (finite). Bagian-bagian ini disebut elemen

(16)

yang tiap elemen satu dengan elemen lainnya dihubungkan dengan nodal (node). Kemudian dibangun persamaan matematika yang menjadi reprensentasi benda tersebut. Proses pembagian benda menjadi beberapa bagian disebut meshing.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik mengangkat judul penelitian “Analisis Kestabilan Lereng Tambang Batuan Andesit CV Triarga

Nusa Tama Dengan Metode Elemen Hingga”.

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini :

1. Faktor kemiringan berkisar antara 60°-90° sedangkan idealnya tidak <45° 2. Terjadi longsoran pada front penambangan.

1.3Batasan Masalah

Agar penelitian lebih ter arah maka peneliti memberi batasan sebagai berikut: 1. Menganalisis FK tanpa memperhitunkan keberadaan bidang lemah. 2. Menganalis faktor keamanan lereng dengan metode element hingga.

1.4Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana faktor keamanan lereng tambang CV. Triarga Nusa Tama? 2. Bagaimana geometri ideal lereng tambang CV Triarga Nusa Tama? 1.5Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui faktor keamanan lereng tambang CV. Triarga Nusa Tama. 2. Mengetahui geometri ideal lereng tambang CV Triarga Nusa Tama.

(17)

Setelah penelitian ini di lakukan di harapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi perusahaan

Di harapkan menjadi informasi positif bagi perusahaan untuk mempertimbangkan nilai faktor keaman lereng tambang.

2. Bagi penulis

Dapat mengaplikasikan teori yang telah di pelajari pada saat perkulihanan dan menambah wawasan di dalam ilmu teknik pertambangan berupa geometri lereng dengan software phase2.

3. Bagi STTIND padang

Peneletian ini diharkan dapat menjaadi referensi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa teknik pertambangan sebagai referensi untuk judul penelitian ataupun kerja praktek.

(18)

5 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Lereng

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu terhadap suatu bidang horisontal dan tidak terlindungi (Das 1985). Lereng yang ada secara umum dibagi menjadi dua kategori lereng , yaitu lereng alami dan lereng buatan. Lereng alami terbentuk secara alamiah yang biasanya terdapat di daerah perbukitan. Sedangkan lereng buatan terbentuk oleh manusia biasanya untuk keperluan konstruksi, seperti tambang, tanggul sungai, bendungan tanah, tanggul untuk badan jalan kereta api. Lereng alami maupun buatan masih dibagi lagi dalam dua jenis (Soepandji, 1995), yaitu :

1. lereng dengan panjang tak hingga (infinite slopes), 2. lereng dengan panjang hingga (finite slopes).

Keruntuhan pada lereng bisa terjadi akibat gaya dorong yang timbul karena beban pada tanah. Lereng secara alami memiliki kekuatan geser tanah dan akar tumbuhan yang digunakan sebagai gaya penahan. Apabila gaya penahan lebih kecil dibandingkan gaya pendorong maka akan timbul keruntuhan pada lereng.

2.1.2 Kelongsoran dan Pengelompokannya

Longsoran (landslide) adalah luncuran atau gelinciran (sliding) atau jatuhan (falling) dari massa batuan/tanah atau campuran keduanya (Sharpe,1938 dalam Hansen, 1984).

(19)

1. Longsoran Busur (Circular Failur)

Longsoran busur banyak terjadi pada material yang bersifat tanah (over burden, waste dan batuan lapuk), dengan sistem kekar yang rapat dan tidak mempunyai pola struktur. Bentuk bidang gelincir pada longsoran busur, sesuai dengan namanya, akan menyerupai busur bila digambarkan pada penampang melintang. Gambar skema longsor busur dapat di lihat di gambar 2.1 dibawah ini.

(Sumber: Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, M.Sc., 2016) Gambar 2.1 Skema Longsoran Busur 2. Longsoran Bidang (Plane Failure)

Longsoran bidang relatif jarang terjadi. Namun, jika ada kondisi yang menunjang terjadinya longsoran bidang, longsoran yang terjadi mungkin akan lebih besar (secara volume) daripada longsoran lain. Longsoran ini terjadi karena kemiringan bidang kekar rata-rata hampir atau searah kemiringan lereng ataupun disebabkan oleh adanya kekar dan juga patahan yang dapat menjadi bidang luncur. Gambar skema lonsoran bidang dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.

(20)

(Sumber: Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, M.Sc., 2016) Gambar 2.2 Skema Longsoran Bidang 3. Longsoran Baji (Wedge Failure)

Longsoran baji merupakan jenis longsoran yang sering terjadi di lapangan. Sama halnya dengan longsoran bidang, longsoran baji juga diakibatkan oleh adanya struktur geologi yang berkembang. Perbedaan pada longsoran baji adalah adanya perpotongan dua bidang kekar yang mempunyai kemiringan ke arah kemiringan lereng. Gambarr skema lonsoran baji dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.

(Sumber: Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, M.Sc., 2016) Gambar 2.3 Skema Longsoran Baji

(21)

4. Longsoran Guling (Toppling Failure)

Longsoran Guling umumnya terjadi pada lereng terjal dan pada batuan keras, dimana bidang lemahnya berbentuk kolom. Longsoran ini biasanya terjadi bila kemiringan bidang lemahnya berlawanan dengan kemiringan lereng. Gamnbar skema longsoran guling dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini.

(Sumber: Prof. Dr. Ir. Irwandy Arif, M.Sc., 2016) Gambar 2.4 Skema Longsoran Guling 2.1.3 Faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng

Keruntuhan pada lereng alami atau buatan disebabkan karena adanya perubahan antara lain yaitu topografi, seismik, aliran air tanah, perubahan tegangan dan musim / iklim/ cuaca. Akibat adanya gaya gaya luar yang bekerja pada material pembentuk lereng mempunyai kecendrungan untuk mengelincir, kecendrungan mengelincir ditahan oleh kekuatan geser material sendiri, meskipun suatu lereng telah stabil dalam jangka waktu yang lama, lereng tersebut dapat menjadi tidak stabil karena beberapa faktor seperti berikut ini:

(22)

1. Jenis dan keadaaan lapisan tanah atau batuan pembentuk lereng.

2. Bentuk geometris pembentuk lereng minsalnya tinggi dan kemiringan lereng. 3. Penambahan kadar air pada tanah minsalnya terdapat rembasan air atau inflasi

hujan.

4. Berat dan distribusi beban. 5. Getaran atau gempa. 6. Soil properties (c, , ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng dapat menghasilkan tegangan geser pada seluruh massa tanah dan suatu gerakan akan terjadi kecuali tahanan geser pada setiap permukaan runtuh yang mungkin terjadi lebih besar dari tegangan geser yang bekerja.

2.1.4. Sifat fisik dan mekanik batuan 1. Sifat Fisik Batuan

Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng adalah bobot isi, porositas dan kadar air. Berikut penjelasan dari sifat fisik batuan:

1. Bobot Isi ( )

Semakin besar bobot isi suatu batuan atau tanah, maka gaya penggerak yang menyebabkan longsor semakin besar juga. Dengan demikian, kemantapan lereng tersebut semakin berkurang. Bobot isi terdiri dari:

(23)

1) Bobot Isi Asli ( n)

Bobot Isi Asli ( n) merupakan perbandingan antara berat batuan asli dengan volume total batuan dengan satuan dalam Gr/Cm3.

n = Wn / (Ww – Ws)………...…...(2.1) keterangan:

Wn = Berat Batuan Air Asli (Gram) Wo = Berat Batuan Air Kering (Gram) Ws = Berat Batuan Jenuh (Gram)

2) Bobot Isi Kering ( o)

Bobot Isi Kering ( o) merupakan perbandingan antara berat batuan kering dengan volume total batuan dengan satuan Gr/Cm3

o = Wo / (Ww-Ws)………...…………....…...(2.2) keterangan:

Wo = Berat Batuan Air Kering (Gram)

Ww = Berat Batuan setelah direndam selama 24 Jam (Gram) Ws = Berat Batuan Jenuh (Gram)

3) Bobot Isi Jenuh ( w)

Bobot Isi Jenuh ( w) merupakan perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume total batuan dengan satuan Gr/Cm3

w= Ww / (Ww –Ws)………...(2.3) \keterangan:

Ww = Berat Batuan setelah direndam selama 24 Jam (Gram) Ws = Berat Batuan Jenuh (Gram)

2. Kadar Air

Kandungan air pada suatu material baik tanah maupun batuan sangat berpengaruh terhadap kemantapan lereng. Semakin tinggi kandungan air

(24)

pada suatu lereng makia semakin kecil nilai kemantapan dari suatu lereng. Kadar ait terdiri dari:

1) Kadar Air Asli ( n)

Kadar Air Asli merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan. asli dengan berat butiran batuan dan dinyatakan dalam %.

n = ((Wn – Wo) / Wo) × 100%...(2.4) keterangan:

Wn = Berat Batuan Air Asli (Gram) Wo = Berat Batuan Air Kering (Gram)

2) Kadar Air Jenuh ( sat)

Kadar air jenuh ( sat) merupakan perbandingan antara berat air dalam batuan jenuh dengan berat butiran batuan dan dinyatakan dalam %. sat = ((Ww-Wo) /Wo) × 100%...(2.5) keterangan:

Wo = Berat Batuan Air Kering (Gram)

Ww = Berat Batuan setelah direndam selama 24 Jam (Gram) 3. Porositas (n)

Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kemantapan lereng. Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan lebih mudah longsor.

Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu,dinyatakan dalam %, yang dirumuskan :

(25)

Keterangan:

Wn = Berat Batuan Air Asli (Gram) Wo = Berat Batuan Air Kering (Gram)

Ww = Berat Batuan setelah direndam selama 24 Jam (Gram) Ws = Berat Batuan Jenuh (Gram)

2. Sifat Mekanik Batuan

Sifat mekanik pada batuan berupa kuat tekan (UCS) dan PLI. . Kohesi dan sudut geser dalam merupakan sifat mekanik batuan yang juga mempengaruhi lereng. Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar.

Nilai kohesi (c) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser langsung (direct shear strength test) dan pengujian triaxial. Sedangkan sudut geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Semakin besar sudut geser dalam suatu material maka material tersebut akan lebih tahan menerima tegangan luar yang dikenakan terhadapnya

2.1.5 Metode Rock Mass Rating

Rock Mass Rating (RMR) dikembangkan oleh Bieniawski pada tahun 1972-1973 dimana sudah mengalami banyak perkembangan, Perkembangan terakhir pada tahun 1989 yang merupakan penyempurnaan dari sebelumnya. Metode klasifikasi RMR merupakan metode yang sederhana dalam penggunaannya dan parameter-parameter yang digunakan dalam metode ini dapat diperoleh baik dari data lubang bor maupun dari pemetaan struktur diskontinuitas

(26)

bawah tanah maupun di permukaan. Metode ini dapat diaplikasikan pada kestabilan lereng, kestabilan pondasi dan juga terowongan.

Tujuan dari metode RMR adalah untuk mengklasifikasikan kualitas massa batuan, memberikan rekomendasi pertambangan, menunjukkan metode yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah seperti risiko-risiko potensial kerugian. Rock Mass Rating (Bieniawski, 1989) adalah sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan massa batuan. Untuk dapat mengklasifikasikan massa batuan maka harus diperoleh parameter-parameter sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Dari masing-masing parameter memiliki bobot, maka semua bobot harus dijumlahkan. RMR terdiri dari 5 parameter antara lain sebagai beikut: 1. Uniaxial Compressive Strength (UCS) dan Point Load Indeks (PLI)

a. Uniaxial Compressive Strength (UCS)

Nilai Uniaxial Compressive Strength (UCS) adalah kekuatan batuan utuh (intack rock) yang diperoleh dari hasil uji UCS. Nilai UCS merupakan besarnya tekanan yang harus diberikan sehingga membuat batuan pecah. Pengujian kuat tekan dilakukan dalam satu arah (uniaxial) dengan sampel geometri batuan yang tidak beraturan, silinder, balok dan prisma. Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) dan dalam pembebanannya mengikuti standar International Society Rock Mechanics (ISRM, 1981).

Untuk nilai UCS dari uji PLI, Bieniawski mengusulkan apabila sampel 55 mm maka menggunakan persamaan berikut:

UCS = 23 Is…...….………..(2.7) Keterangan:

23Is= point load index

(27)

dalam Mega Pascal (MPa). Pada perhitungan nilai RMR parameter kekuatan batuan utuh diberi bobot berdasarkan nilai UCS atau nilai PLI

b. Point Load Indeks

Pengujian PLI merupakan pengujian alternatif lain yang digunakan untuk memperoleh nilai UCS. Jika pengujian UCS dilakukan dengan penekanan pada permukaan sampel, pada pengujian PLI sampel diuji pada satu titik.

Menurut Broch dan Franklin (1972) PLI (Is) suatu contoh batuan yang dapat dihitung dengan persamaan:

Is =P/D2...(2.8)

Keterangan :

P : Tekanan maksimum sampel pecah (kg/cm2)

D : Tinggi sampel (cm) Is : Point load Index (index Franklin) (kg/cm2) Akan tetapi untuk sampel yang diameternya bukan 50 mm serta sampel tidak teratur (irregular) maka diperlukan faktor koreksi (F) yang diturunakan oleh Broch and Franklin. Menurut Greminnger (1982), selang faktor koreksi tergantung besarnya diameter, karena diameter sampel yang ideal adalah 50 mm, maka Greminnger menurunkan persamaan sebagai berikut:

Is(50) = F (P/D2)...(2.9)

Keterangan: F : Faktor Koreksi

D : Tinggi sampel (cm) Is : Point load Index (index Franklin) (kg/cm2) P : Tekanan maksimum sampel pecah (kg/cm2)

(28)

Dimana nilai F diperoleh dari persamaan sebagai berikut :

F= (d/50)0.45...(2.10)

Keterangan: F : Faktor Koreksi

d : Jarak antar konus penekan (cm)

Setelah faktor koreksi diperoleh maka faktor koreksi dimasukkan kedalam PLI (Is) persamaan 2.2 Sehingga jika PLI telah didapat maka nilai UCS dapat ditentukan dari persamaan:

Is(50)=(d/50)0.45(P/D2)...(2.11)

Keterangan:

d : Jarak antar konus penekan (cm)

D : Tinggi sampel (cm) Is : Point load Index (index Franklin) (kg/cm2) P : Tekanan maksimum sampel pecah (kg/cm2)

Jika Is = 1 MPa, indeks tersebut tidak memiliki arti. Maka

penentuan kekuatan harus berdasarkan uji UCS, dan menurut Bieniawski dengan diameter contoh 50 mm maka UCS dapat ditentukan melalui:

c = 23 x Is...(2.12)

Sumber: Irwandi Arif, 2016 Keterangan:

F : Faktor Koreksi

d : Jarak antar konus penekan (cm)

D : Tinggi sampel (cm) Is : Point load Index (index Franklin) (kg/cm2) P : Tekanan maksimum sampel pecah (kg/cm2)

c : Nilai UCS (Unconfined Compressive Strength) (kg/cm2)

Pengujian PLI merupakan pengujian yang sederhana dan mudah dilakukan baik di lapangan maupun di laboratorium disebabkan alat yang mudah dibawa.

(29)

Adalah tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika direnggang atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda.

Beberapa bahan dapat patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda tersebut bersifat rapuh atau getas (brittle). Bahan lainnya akan merenggang dan mengalami deformasi sebelum patah, yang disebut dengan benda elastis (ductile)

Menurut Bieniawski (1967) dan Hawskes & Mellor (1971) serta ISRM ...(2.13)

keterangan:

t = kuat tarik (MPa)

F = Beban atau gaya tarik yang menyebabkan contoh batuan hancur(N) D = Diameter contoh batuan (mm)

t= ketebalan conton batuan (mm)

Uji kuat tekan uniksial (UCS) merupakan metode uji yang paling banyak digunakann untuk menentukan kekuatan batuan utuh. Tujuan utama dari uji ini adalah klasifikasi kekuatan dan karakteristik dari batuan utuh. Menurut Jumkis (1983), nilai UTS dari suatu batuan hanya sekitar 10% dari nilai UCS-nya

2. Rock Quality Designation (RQD)

Rock Quality Designation (RQD) adalah parameter yang menunjukkan keutuhan dari massa batuan sebelum penggalian dilakukan dimana ditunjukkan dengan panjang core yang utuh yang lebih dari 10 cm terhadap panjang total core (Deree, 1967). Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(30)

...(2.14)

Bila inti bor tidak tersedia, RQD dapat dihitung secara tidak langsung dengan melakukan pengukuran orientasi dan jarak antar discontinuitas pada singkapan batuan. (Piest & Hundson, 1976) memberikan persamaan untuk menentukan RQD dari data garis bentangan (Scanline) sebagai berikut:

RQD = 100 (0,1 + 1) e-0,1 ...(2.15)

Sumber: Rijal Askari, dkk, 2017 Keterangan :

: Jumlah kekar per meter e : Exponensial

kualitas masa batuan dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Kualitas Masa Batuan

3. Jarak antar kekar (Spacing Of Discontinuitas)

Jarak antar kekar (spasi) adalah jarak tegak lurus antara dua kekar yang berurutan sepanjang garis pengukuran (Bienawski,1989). Gambar pengukuran jarak antar kekar dapat dilakukan dengan membentan scanline dengan pengukuran jarak antarkekar dan jarak kekar dengan sudut. Dan dapat dilihat dari gambar 2.5 dibawah ini.

Kualitas Massa Batuan RQD (%) Bobot

Sangat Buruk 0-25 3

Buruk 25-50 8

Sedang 25-50 13

Baik 75-90 17

(31)

(a)

(b)

Gambar 2.5 (a)pengukuran jarak antar kekar (b)pengukuran jarak antar kekar dengan sudut

Berikut ini adalah hubungan spasi antar kekar dapat di lihat pada tabel 2.2 Tabel 2.2. Hubungan Spasi Kekar Terhadap Bobot

4. Kondisi Kekar

Ada lima karakteristik kekar yang masuk dalam pengertian kondisi kekar, meluputi kemenerusan, jarak antar permukaan kekar, kekasaran kekar, material pengisi dan tingkat pelapukan (G. P. Giani, 1992).

Deskripsi Spasi Kekar (m) Bobot

Sangat Lebar (very wide) >2 20

Lebar (wide) 0,6-2 15

Sedang (Moderate) 0,2-0,6 10

Rapat (closes) 0,006-0,2 8

(32)

Berikut penjelasan dari lima karakteristik kekar tersebut, antara lain sebagai berikut:

a. Kemenerusan (Continuity)

Panjang dari suatu kekar dapat dikuantifikasi secara kasar mengamati panjang kekar pada suatu bukaan.

b. Jarak Antar Permukaan Kekar Atau Celah (Separation)

Jarak antar permukaan kekar merupakan jarak tegak lurus antar dinding batuan yang berdekatan pada bidang diskontinu.

c. Kekasaran kekar (Roughness)

Tingkat kekerasan dapat dilihat dari bentuk gelombang permukaannya. Gelombang ini diukur relatif dari permukaan datar dari kekar. Semakin besar kekasaran dapat menambah kuat geser kekar.

d. Material Pengisi (Infilling/Gouge)

Material pengisi merupakan material yang berada pada celah antara dua dinding bidang kekar yang berdekatan. Sifat material pengisi biasanya lebih lemah dari sifat batuan induknya.

e. Tingkat Pelapukan

Penentuan tingkat pelapukan kekar didasarkan pada perubahan warna dan disintegrasi (perubahan fisik) batuan. Semakin besar tingkat perubahan warna dan tingkat disintegrasi, maka batuan akan semakin lapuk.

(33)

Kondisi air tanah sangat berpengaruh terhadap kekuatan batuan. Semakin tinggi kandungan air, maka semakin rendah kekuatan batuan. Berikut ini identifikasi air tanah. Pada perhitungan nilai RMR, parameter kondisi air tanah (groundwater conditions) diberi bobot berdasarkan tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kondisi Air Tanah

2.1.6 Cara Menstabilkan Lereng

Penanggulangan longsor yang dilakukan bersifat pencegahan sebelum longsor terjadi pada daerah potensial dan stabilisasi, setelah longsor terjadi jika belum runtuh total. Penanggulangan yang tepat pada kedua kondisi diatas dengan memperhatikan penyebab utama longsor, kondisi pelapisan tanah dan juga aspek geologinya.

Langkah yang umum dalam menangani longsor antara lain: pemetaan geologi topografi daerah yang longsor, pemboran untuk mengetahui bentuk pelapisan tanah/batuan dan bidang gelincirnya, pemasangan piezometer untuk

Kondisi Umum Aliran Per 10 Meter Panjang Singkapan (Lt/Menit) Tekanan Air/Tegangan Utama Major Bobot Kering Kosong 0 15 Lembab <10 <0,1 10 Basah 10-25 0,1-0,2 10 Menetes 25-125 0,2-0,5 4 Mengalir >125 <0,5 0

(34)

mengetahui muka air atau tekanan air porinya, dan pemasangan slope indicator untuk mencari bidang geser yang terjadi. Selain itu dilakukan pula pengambilan tanah tidak terganggu, terutama pada bidang geser untuk dipelajari besar kekuatan tahanan gesernya. Ada beberapa cara untuk menstabilkan lereng yang berpotensi terjadi kelongsoran. Pada prinsipnya ada dua cara yang dapat digunakan untuk menstabilkan suatu lereng, yaitu:

1. Memperkecil gaya penggerak atau momen penyebab longsor. Gaya atau momen penyebab longsor dapat diperkecil dengan cara merubah bentuk lereng, yaitu dengan cara:

a. Merubah lereng lebih datar atau memperkecil sudut kemiringan b. Memperkecil ketinggian lereng

c. Merubah lereng menjadi lereng bertingkat (multi slope)

2. Memperbesar gaya lawan atau momen penahan longsor. Gaya lawan atau momen penahan longsor dapat diperbesar dengan beberapa cara yaitu:

a. Menggunakan counter weight yaitu tanah timbunan pada kaki lereng. Cara ini mudah dilaksanakan asalkan terdapat tempat dikaki lereng untuk tanah timbunan tersebut.

b. Dengan mengurangi air pori di dalam lereng.

c. Dengan cara mekanis yaitu dengan memasang tiang pancang atau tembok penahan tanah.

Berdasarkan studi literatur yang diperoleh dari Kepmen 1827/2018. bahwa lereng stabil dengan nilai faktor keamanan dapat ditunjukkan tabel 2.4 berikut :

(35)

FK Kadakan lereng

F>1.1 Stabil

F<1.05 tidak stabil F=1,0 diambang kelongsoran .

2.1.7 Tinjauan Umum Perusahaan

1. Kondisi Lereng

Kondisi lereng di CV.Triarga Nusa Tama memiliki karakteristik tergolong curam dengan kemiring 85° dan dengan ketinggian lereng 42m dimana lereng tersebut dapat berpotensi longsor dan dengan juga banyak di temukannya rekahan di Lereng di CV.Triarga Nusa Tama. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini dimana kita bisa melihat keadakaan lereng di CV.TNT dimana gambar a dan gambar b memperlihatkan ke adaan lereng. Bisa di lihat pada gambar 2.6.

2. Pelapisan batuan

Kondisi batuan pada lereng CV. Triarga Nusa Tama dimana struktur penyusun pada lereng tersebut disusun oleh batuan andesit yang terbilang keras. Dan dimana tidak ditemukan nya perlapisan batuan lain. Dan struktur batuan dapat dilihayt pada gambar 2.6 dibawah ini.

(36)

(a)

(b)

Gambar 2.6 (a) menampilkan keadaan tinggi lereng (b) memperlihatkan adanya rekahan

(37)

Batuan tertua di daerah ini merupakan batuan formasi Ombilin (Tmol) yang terdiri dari batu pasir kuarsa mengandung mika, pejal dan setempat mengalami malihan(kursit) berumur miosen awal, pada daerah ini juga terdapat podasi gunung api kota alam yang terdiri dari lava menegah-basa, aglomerat dan lahar, batuan termuda yang menutupi wilah ini berupa Aluvium muda (Qh) yang terdiri dari kerikir, pasir dan lempung.

Situasi batuan dasar diinterpetasikan sebagai sentuhan tektonik yang tertutup atau tersembunyi dan batuan-batuan volkanis dan batuan yang berhubungan dengan fornasi gunungapi kota alam (Qtve) dan batuan gunungapi minor yang tak teruraikan (Qtv).

Deformasi plio-pleistosen dari batuan-batuan sedimentdari cekungan back-arc berhubungan erat bersama-asama terhadap lipatan bersumbu barat laut- tenggara dan sesar naik (thrusting) pada daerah sentuhan dengan satuan batu dasar dari Metasedimen sesar-naik ini mempengaruhi batuan dasar pra- Tersier yang terdeformasi dan melibatkan reaktivasi struktur sesar naik yang terdahulu. Zone sesar sumatera boleh jadi aktif dalamm kurun waktu Oligo-miosen, suatu periode volkanisme yang ekstenfis diseluruh pegunungan barisan. Struktur utama yang terdapat yang terdapat di daerah ini adalah lembah kelok sembilan.

(38)

4. Struktur Geologi

Bardasarkan pata geologi bersistem indonesia, skala 1: 250.000 yang dibuat oleh M.C.G Clarke,W. Kartawa, A. Djunuddin, E. Suganda dan M. Bagdja, 1982 diterbitka oleh pusat penelitian dan pengembangan Geologi Bandung, wilayah kabupaten limapuluh kota termasuk ke dalam Lembar Lubuk Sikaping, Lembar Pekanbaru, Lembar solok dan Lembar padang.

Secara singkat geologi umum wilayah lima puluh kota ini dapat diuraikan secara berikut:

1. Fondasi Kuatan (puku), berumur permo-karbon terdiri dari batu sabak, kuarsit dan arenit metakuarsa, wake dan filit.

2. Anggota Kuarsit(PCkq). Berumur pem-karbon terdiri dari kuarsit dan batu pasir kuarsa, kompak rinjangan kelabu sampai kecoklatan setempat

mengandung urat-urat kuarsa, pirit dan sisipan batu lanau kelabu tua dan berlapis baik dan batuan gunung api.

3. Batuan karbonat (PCkl), berumur karbon terdiri dari natu gamping pejal berongga, berwarna putih, abu-abu dan kemerah-merahan, besar butir umumnya bekisar 0,5-5,0 mm.

4. Batu malihan (PCks) berumur karbon, bsiasanya mendasari bukit-bukit dan pegunungan landai terutama terdiri filit dan serpih berwarna kemerah-merahan sampai coklat tua agak sekisan sempat menunjukan laminasi dan lineasi terpilih dari beberapa meter sampai beberpa puluh meter.

(39)

,monzonit kuarsa.

6. Andesit sampai basal (Ta), berumur Eosen. Batuanya hipabisal medasari bukit pintu angin, bukit dingin, bukit batu putih, dan beberapa bukit-bukit lebih rendah di sekitarnya.

7. Formasi brani (Tls), berumur Oligosen. Terdiri dari kolongmerat kasar beraneka ragam dengan sisipan batu pasir.

8. Batu Granitik (Tmgr), berumur Miosen batunya berupa stok, berkomposisi antara granit dan diorite kuarsa.

9. Batu gamping (Tls) berumur Miosen batunya berwarna kelabu muda, berongga dan terkekarkan, menunjukan pelapisan semu, bagian terbawah batuan yang tersingkap peling timur adalah batu gamping terumbu.

10.Formasi gunung api mas (Tmv), berumur Miosen, terdiri dari batuan gunung api klastika menengah, lava dan sedikit intrusive.

11.Batuan sihapas (Tms), berumur Miosen , terdiri dari batupasir, kolongmerat, batu lanau.

12.Formasi Telisa (Tmt) berumur Miosen terdiri dari batulumpur batu gamping abu-abu, batu gamping tipis, batu lanau dan sedikit batu pasir glaukonit.

13.Anggota bawah, formasi Ombilin (Tmol), berumur Moesen teritama batu pasir kuarsa mengandung mika sisisipan arkose, serpihan lempung kolongmerat kuarsa, lapisan-laspisan tipis serpih pasir dan batu pasir glaukonit ban batubara.

(40)

14.Desit Gunung Malintang (Qamg), berumur Pliosen. Terdiri dari breksi sampai basal, aglomeral, pecahan lava beromgga endapan lahar dan lava. 15.Formasi Gunung Kota Alam (Qtve), berumur Pilose terdiri lava

menengah- basal, aglomerat dan lahar.

16.Andesit atau Profit Dasit (Qtp) berumur Plistosen. Umumnya mengandung hornblende, masa dasar agak gelasan dengan beberapa mineral mafik (piroksen) yang telah digantikan oleh Epidot dan klorit. Agaknya tarjadi sebagai sumbatan-sumbatan yang berasosiasi dengan andesit kuarter dan kuarter tersier.

17.Tuf batu apung dan Andesit- basal (Qpt), berumur plistosen. Tuf batu apung umumnya terdiri dari serabut-serabut gelas dan 5 hingga 80% fragmen- fragmen batu apung putih (hampir tidak mengangung minerl-mineral mafik) berukuran garis tengah 1 hingga 20 cm, agak kompak. Setempat terdapat lapisan-lapisan pasir yang kaya akan kuarsa juga lapisan-lapisan kerikir yang terdiri dari koponen kuarsa, batuan gunung api dan batu gamping.

18.Mineral sulfida dalam batu sedimen (stratiform sluphida mineralisastion) adanya mineral pirit arsenopirit sangat halus dan tersebar pada batu sedimen formasi telisa.

Dikabupaten Lima Puluh Kota, Provisnis Sumatera Barat, formasi batuan sebagai kedudukan bahan galian industri terdiri dari batuan malihan anggota bawah formasi formasi disusun oleh kuarsit dan batu pasir. Anggota bawaan formasi Ombilin terutama disusun oleh lempung, pasir kuarsa dan batuan

(41)

berupa granit grenodiorit dan diorit kuarsa.

Geomorfologi daerah kabupaten Lima Puluh Kota dibagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu satuan perbukitan karst, satuan perbukitan lipatan, satuan daratan Homoklin dansatuan Daratan Alluvial, pola aliran sungai wilayah eksplorasi umumnya berpola rektangular karena dikontrol oleh struktur berupa sesar dan rekahan.

(42)

2.2 Kerangka Konseptual

INPUT PROSES output

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Data terdiri:

a. Data primer 1. Dimensi lereng 2. Sample batuan 3. Kohesi

4. Sudut geser dalam 5. Berat isi batuan b. Data sekunder 1. Peta topografi 2. Peta geologi Analisis data. a. analisis nilai FK b. menentukan geometri ideal. Hasil a. Faktor keamanan lereng b. Geometri optimal.

(43)

30

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian terapan (applied research). Menurut Sugiyono (2009), penelitian terapan adalah menerapkan, menguji, mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.

Penelitian terapan ini digolongkan menurut tujuan, penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan produk penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk. maka penelitian ini lebih berorientasi kepada analisis kestabilan lereng tambang batu andesit, yang sesuai dengan dikehendaki

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berlokasi di penambangan Andesit CV Triarga Nusa Tama Jorong Lubuk Jantan, Nagari Manggilang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. untuk menuju kelokasi penelitian dapat dicapai dari kota Padang menggunakan kendaraan roda empat dengan waktu tempuh selama ± 4 jam 28 menit, jarak dari Kota Padang ke pangkalan, kabupaten lima puluh kota mempuh jarak sejauh ± 175 Km, dengan

(44)

menggunkan kendaraan roda empat melalui perjalan lintas Padang - Pekanbaru dengan kondisi jalan beraspal bisa estimasi lokasi penelitian.

2. Waktu Penelitaian

Penelitian ini dilakukan pada 28 juni 2020 sampai 8 juli 2020 pengambilan data.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Hatch dan Farhady (1981), Variabel penelitian yaitu sebagai objek atau atribut yang mempunyai variasi antara objek dengai n objek lainnya, sesuai dengan permasalahan yang diteliti maka variabel penelitian adalah analisi kestabilan lereng tambang

Sesuai dengan masalah yang telah di teliti maka vaiariabel penelitian adalah:

1. variabel bebas

a. Dimensi lereng tambang CV.Triarga Nusa Tama, kalitas masa batuan menggunakan rock mass rating.

b. Niali FK lereng tambang CV. Triarga Nusa Tama, pangkalan Koto Baru Kab. Lima Pulug Kota.

2. Variabel Terikat

Diperoleh dari nilai bobot isi batuan dan nilai kestabilan lereng. 3.4 Jenis data dan sumber data

1. Jenis data

Adapun data-data yang di kumpulkan di bagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder.

(45)

1. Dimensi lereng tambang 2. Sampel batuan

3. Kohesi

4. Sudut geser dalam 5. Berat isi batuan

Data yang termasuk ke dalam data sekunder sepert: 1. Peta topografi

2. Peta geologi 2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan berasal dari pangamatan secara langsung dari dimensi lereng tambang batuan andesit pada lokasi CV Triarga Nusa Tama Jorong Lubuk Jantan, Nagari Manggilang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. ataupun studi kepustakaan serta dari arsip-arsip yang terdapat pada perusahaan.

3.5 Teknik pengumpulan data 1. Sifat fisik batuan

Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data sifat fisik batuan adalah sebagai berikut:

a. Timbang massa batuan natural yang belum diberi perlakuan apapun. b. Batua dijenuhkan dengan menggunakan desikator selama 24 jam lalu

ditimbang .

(46)

d. Contoh batuan jenuh dikeringkan di dalam oven selama 24 jam pada suhu 900 C.

e. Timbang massa batuan kering. f. Volume batuan tanpa pori-pori. g. Volume batuan tota

Perhitungan penentuan sifat fisik batuan:

a. Bobot isi asli (natural density) menggunakan persamaan (2.1) b. bobot isi kering (dry density) menggunakan persamaan (2.2) c. bobot isi jenuh (saturated density) menggunakan persamaan (2.3). 2. Pengukuran Bidang Diskontinu

Pengukuran sepanjang garis bentangan (scanline), menghitung banyak kekar, jarak kekar, panjang kekar, kekasaran kekar, bukaan kekar (aperture), isian kekar dan pelapukan kekar.

3. Pengukuran sudut lereng, stike dan dip disepanjang garis bentangan (scanline) menggunakan kompas geologi.

4. Klasifikasi Massa Batuan Meotode RMR

Adapun metode yang digunaka untuk menganasilis klasifikasikan masa batuan yaitu dengan metode Rock Mass Rating, berikut persamaan dan rumus untuk menganalisis massa batuan dengan metode rock mass rating:

a. Pengujian Point Load Indeks menggunakan persamaan (2.2) kemudian dilanjutkan dengan pengujian kuat tekan dengan persamaan (2.4)

(47)

(2.5)

b. Klasifikasi parameter pembobotan dengan menggunakan tabel ketentuan RMR.

c. Pembobotan orientasi kekar mengguanakan tabel ketentuan RMR. Sebelum melakukan pembobotan dilakukan pengimputan data strike dan dip dengan bantuan software dip untuk mendapatkan orientasi kekar.

d. Kelas massa batuan menurut bobot total menggunakan tabel ketentuan RMR.

3.6 Teknik Pengolahan Data 3.6.1 Teknik Pengolahan Data

Pada teknik pengolahan data ini ada bebrapa hal yang perlu dilakukan.

1. Faktor Keaman Lereng

Menggunakan bantuan software phase2 dengan pengimputan data geometri lereng, litologi batuan, kohesi, sudut geser dalam, dan bobot isi batuan.

2. Geometri ideal lereng

Dengan didapatkannya nilai faktor keamanan lereng setelah itu dapat diketahui nilai geometri ideal lereng tersebut.

3.7 Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk:

(48)

2. Menentukan geometri ideal lereng tambang. 3.8 Kerangka Metodologi

Studi Literatur

Analisis Kestabilan lereng kestabilan lereng tambang batu andesit CV Triarga Nusa Tama

Pengambilan Data

Identifikasi Masalah

1. faktor kemiringan berkisar antara 60°-90° sedangkan idealnya tidak < 45°

2. terjadi longsoran pada front penambangan.

Tujuan penelitian

1. Mengetahui faktor keamanan lereng tambang CV. Triarga Nusa Tama.

2. Mengetahui geometri ideal lereng tambang CV Triarga Nusa Tama

(49)

Gambar 3.1diagram alur peneletian

Data Primer  Dimensi Lereng  Sample Batuan  Kohesi  Sudut geser dalam

 Berat isi batuan

Data Sekunder  Peta kesampaian daerah  Peta geologi  Peta topografi kesimpulan

1. Nilai FK lereng akhir penambangan cv. Triarga Nusa Tama.

2. Rekomendasi dimensi lereng.

Pengolahan data

1. Uji sifat fisik dan mekanik batuan 2. Pengukuran geometri lereng saat ini

Analisa Data

Menganalisa faktor keamanan lereng dengan menggunakan metode Finite emenen dengan bantuan software phase2

(50)

37

Bab ini berisikan pengumpulan data yangg diperlukan dalam penelitian analisa kestabilan lereng mengunakan metode element hingga pada area CV.Triaga Nusa Tama di Kabupaten Lima Puluh Kota.

4.1 Pengumpulan Data

Sebelum melakukan analisa terhadap kestabilan lereng, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersumber dari pengamatan langsung di lapangan dan arsip perusahaan, adapun data-data tersebut.

4.1.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat kan langsung di lapangan berupa pengukuran geometri lereng, pengukuran jarak antar kekar, pengukuran orientasi kekar dan pengambilan sampel.

1. Data lapangan

Data yang di dapat di lapangan berupa pengukuran geometri lereng, pengukuran jarak antar kekar, pengukuran orientasi kekar dan pengambilan sampel, dengan keterangan sebagai berikut:

(51)

Data pengukuran jarak antar kekar didapatkan dengan pengukuran lansung jarak antar kekar yang terdapat di sepanjang bentang scanline sepanjang 16 meter dengan menggunakan meteran terlihat pada gambar 4.1:

Gambar 4.1 Pengukuran Kekar

Data jarak antar kekar yang di dapat dari pengukuran dilapangan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Pengukuran Kekar

Pengukurang Kekar Jarak Kekar

0 – 1 meter 1 1 - 2 meter 0 2 – 3 meter 1 4 – 5 meter 1 5 – 6 meter 0 7 – 8 meter 1 8 – 9 meter 1 9 – 10 meter 0 10 – 11 meter 1 11 – 12 meter 0 12 – 13 meter 0 14 – 15 meter 0 15 – 16 meter 1 Total 7

(52)

b. Jarak Antar Kekar

Data jarak antar kekar di dapat dari melakukan pengukuran lansung antara dua kekar yang terdapat di scanline yang terlihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 gambar pengukuran scanline

Berikut data pengukuran jarak antar kekar dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Jarak antar Kekar

Kekar Jarak Antar Kekar

1 ke 2 2.6 meter 2 ke 3 1.30 meter 3 k3 4 4.55 meter 4 ke 5 1.30 meter 5 ke 6 1.45 meter 6 ke 7 4.4Meter c. Kondisi kekar

Data kondisi kekar, didapat dengan pengamatan lansung dan pengamatan lansung dan pengukuran pada kekar. Dapat dilihat pada tabel 4.3

(53)

No Kekar Kondisi Kekar Panjang Kekar Bukaan Kekar Kekasaran Kekar Isian Kekar Pelapukak Kekar 1 3,30 m 2 mm Slightly rough None Unweathered 2 1,80 m 1 mm Slightly rough None Unweathered 3 1,90 m 2 mm Slightly rough None Unweathered 4 2,20 m 3 mm Slightly rough None Unweathered 5 4,10 m 5 mm Slightly rough None Unweathered 6 1,45 m 2 mm Slightly rough None Unweathered 7 1,30 m 4 mm Slightly rough None Unweathered

d. Pengukuran Strike dan Dip

Data orientasi kekar di dapatkan dengan melakukan pengukuran strike dan dip. Seperti terlihat pada gambar 4.3 di gambar dan data orientasi kekar dapat dilihat pada tabel4.4 dibawah ini.

(54)

(a) (b)

Gambar 4.3 Pengukuran pada Kekar (a) Strike Kekar (b) Dip Kekar Dari data kondisi kekar dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Kondisi Kekar No Kekar Kondisi kekar Panjang kekar Bukaan kekar kekasaran kekar Isian kekar Pelapukak kekar 1 3,30 m 2 mm Slightly rough None Unweathered 2 1,80 m 1 mm Slightly rough None Unweathered 3 1,90 m 2 mm Slightly rough None Unweathered 4 2,20 m 3 mm Slightly rough None Unweathered 5 4,10 m 5 mm Slightly rough None Unweathered 6 1,45 m 2 mm Slightly rough None Unweathered 7 1,30 m 4 mm Slightly rough None Unweathered

(55)

e. Tinggi Lereng

Tinggi lereng pada CV. Triarga Nusa Tama yaitu setinggi 42 meter. Dapat dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4.4 Tinggi Lereng CV. Triarga Nusa Tama f. Kemiringan Lereng.

Kemiringan lereng di CV. Triarga Nusa yaitu dengan kemiringan 85°. g. Sample Batuan

Sampel batuan di ambil secara acak sebanya 3 sampel batu andesit, sampel batu adesit dapat dilihat pada gambar 4.5

(56)

Gambar 4.5 Sampel Batu Andesit 2. Data uji labor

Data yang di dapat pada pengujian laboratorium antara lain, uji sifat fisik dan sifat mekanik pada batuan.

a. Uji sifat fisik

Uji sifat fisik batuan terdiri dari berat natural, berat kering, berat melayang, dan berat jenuh.

Gambar 4.6 Gambar Pengujian Sampel Batuan Hasil yang di peroleh dari pengujian sifat fisik batuan dilihat pada tabel 4.6.

(57)

Tabel 4.6 Berat Sampel Batuan Sampel Keterangan Berat Natural(Wn) Berat Kering(Wo) Berat Melayang(Ww) Berat Jenuh (Ws) Sampel 1 145,5gr 145,3gr 145,8gr 88,5 gr Sampel 2 146,4gr 146,3gr 145,6gr 88,15 gr Rata- rata 145,95gr 145,8gr 145,7gr 88,10gr

b. Uji Sifat Mekanik

Data uji sifat mekanik batuan didapat dari pengujian Unconfined compresing strength (UCS) menggunakan alat point load index (PLI) dengan ketentuan pemotongan sampel batuan harus memenuhi syarat ukuran D/W=1-1,4 dan L=0,5D seperti terlihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Ukuran Sampel Batuan Sampel batuan d (cm) D (cm) W1 (cm) W2 (cm) P (kg/cm) Sampel 1 3,570 3,530 2,450 2,460 1534,0kg/m2 Sampel 2 3,360 3,220 2,530 2,420 1305,0kg/m2 Sampel 3 3,370 3,320 2,430 2,320 1704,0kg/m2 Keterangan:

D = jarak antara konus penekan (cm) d = diameter sampel(cm)

W1 = Lebar sampel bagian bawah(cm)

W2 = Lebar sampel bagian atas(cm)

W = rata-rata lebar sampel(cm) D/W = luas sampel(cm)

Kemudian hasil yang didapat menggunakan alat poin load index (PLI) dapat dilihat pada tabel 4.8

(58)

Tabel 4.8 Uji Kuat Batuan

Sampel batuan P (kg/cm2)

1 1514,3 kg/m2

Gambar 4.7 Pengukuran PLI 4.1.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelituan ini berguna untuk menunjang data yang dibutuhkan dalam pengolahan data, data sekunder di dapat dari arsip perudahaan berupa:

(59)

Triarga Nusa Tama. 2. Peta topografi

Peta topografi bisanya digunakan dengan garis kontur dan pemetaan modren

3. Peta IUP 4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Faktor Keaman Lereng

Setelah menentukan lereng tentukan terlebih dahulu masa batuan dengan menggunakan metode rock mass raiting.

1. Rock Mass Raiting

Rock Mass Rating (RMR) dikembangkan oleh Bieniawski pada tahun 1972-1973 dimana sudah mengalami banyak perkembangan, Perkembangan terakhir pada tahun 1989 yang merupakan penyempurnaan dari sebelumnya.

1. Kuat Tekan Batuan

Uji kuat tekan menggunakan alat point load index. Pengujian ini menggunakan 3 buah sampel dengan ketentuan pemotongan sampel batua harus memenui syarat ukur D/W-1-1,4 dan L=0,5D. Dari nilai hasil kuat tekan dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.9 Hasil Kuat Tekan Batuan Sampel batuan P (kg/cm2) Faktor koresksi (F) PLI (kg/cm2) UCS (kg/cm2) UCS (mpa) Bobot 1 1514,3kg/m2 0,229 40,1979 924,5539 90,6987 2

(60)

2. Rock quality designation (RQD)

Berdasarkan data kekar dengan garis scanline sepanjang 16 meter maka di lakukan perhitungan nilai rock quality designation dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10 Nilai RQD Pengukuran Kekar Jumlah Kekar RQD(%) Rata-Rata Bobot 0-1 meter 1 99,582 1-2 meter 0 100 2-3 meter 1 99,582 3-4 meter 1 99,582 4-5 meter 0 100 5-6 meter 0 100 6-7 meter 0 100 7-8 meter 1 99,582 99,804 20 8-9 meter 1 99,582 9-10 meter 0 100 10-11 meter 1 99,582 11-12 meter 0 100 12-13 meter 0 100 13-14 meter 0 100 14-15 meter 0 100 15-16 meter 1 99,582

3. Jarak Antar Kekar

Jarak antar bidang Diskontinu adalah jarak tegak lurus antar kekar. Untuk mencari kekar dapat di hitung lansung dilapangan, umtuk jarak antar kekar dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini.

(61)

Kekar Jarak Antar Kekar Rata-Rata (meter) Bobot 1 ke 2 2,60 meter 2 ke 3 1,30 meter 3 ke 4 4,55 meter 4 ke 5 1,30 meter 2,615 meter 20 5 ke 6 1,54 meter 6 ke 7 4,4 meter 4. Kondisi Kekar

Kondisi kekar memmiliki lima karakteristik, bisa dilihat pada tabel 4.12 Tabel 4.12 Kondisi Kekar

No Kekar Kondisi kekar Panjang kekar Bukaan kekar kekasaran kekar Isian kekar Pelapukak kekar

1 3,30 m 2 mm Slightly rough None Unweathered

2 1,80 m 1 mm Slightly rough None Unweathered

3 1,90 m 2 mm Slightly rough None Unweathered

4 2,20 m 3 mm Slightly rough None Unweathered

5 4,10 m 5 mm Slightly rough None Unweathered

6 1,45 m 2 mm Slightly rough None Unweathered

7 1,30 m 4 mm Slightly rough None Unweathered

Rata-rata 2,292m m 2,714mm Slightly rough None Unweathered

(62)

5. Kondisi Air tanah

Kondisi Air tanah(groundwater condition) didapat melalui pengamatan di sekitar lereng dan didukung dari arsiperusahaan. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa air tanah kering,daerah penelitian masuk ke dalam zona air tanah langka.dari ke adakaan kondisi air tanah dapat dilihat pada tebel 4.13 dibawah ini.

Tabel 4.13 Kondisi Air Tanah

Kondia Umum Kering (complete dry)

Bobot 10

Setelah didapatkan lima bobot parameter rock mass rating, dilakukan pembobotan total dari seluruh parameter. Pembobotan total dapat dilihat pada tabel 4.14 dibawah ini.

Tabel 4.14 Pembobotan Total.

No Para meter Bobot

1

Unuconfined compresive strength

(UCS) 2

2 Rock quality Designation (RQD) 20

3 Jarak Kekar 20 Kondisi Kekar penjang kekar 4 Bukaan kekar 1 4 Kekerasan kekar 3 Isian Kekar 6 Pelapukan kekar 6

5 Konsidi Air Tanah 10

Bobot Total 72

Pada tabel 4.15 dapat dilihat masa batuan di mana memiliki bobot total 72 dengan kelas batuan 2 dan deskripsi batuan baik

(63)

Tabel 4.15 Deskripsi Masa Batuan No Keterangan Deskripsi 1 Bobot Total 72 2 Kelas II 3 Deskripsi Baik 4 Kohesi 355 Kn/m2

5 Sudut Geser Dalam 42°

2. Faktor Keamanan Lereng

Dengan menggunakan bantuan dari software phase 2 maka pemodelan lereng dan faktor kemanan dari hasil penginputan data geometri lereng sebagai berikut :

Pada tabel 4.16 dibawah ini dapat dilihat hasil dari bobot isi batuan. Tabel 4.16 Bobot Isi Batuan

Keterangan Sampel

Berat Natural 145,95gr

Berat Kering 145,8gr

Berat Jenuh 88,10gr

Berat Mealayang 146,2gr

Rata-rata Bobot isi 2,5124 gr

1gr/cm3=9.8066358553 24,638191 Kn/m3

Setelah semua parameter pendukung telah didapatkan selanjutnya memasukan semua paremeter tersebut ke dalam Software Phase 2 untuk dapat melakukan pengolahan data. Berikut adalah langkah-lakah pengolah data dan mendapatkan faktor keamanan pada lereng.

(64)

a. Pembuatan geometri lereng

Tabel 4.17 kerangka permodelan lereng yang akan dibuat dengan bantuan sftoware phase2 .

Tabel.4.17 Kerangka Lereng

X Y 0 0 63 0 63 42 4 42 0 0

1. Diawali dengan buka sofware Phase 2 klik analysis project lalu klik project setting

(65)

Gambar 4.9 Langkah 2 Phase 2

3. Selanjutnya Pilih Streng Reduction, dan Ceklis Lalu klik oke.

4. Selanjutnya desing material dengan pilih Boundary, Add External, desing sesuai parameter.

Gambar 4.10 langkah 2 Phase 2

(66)

Setelah itu klik define material, lalu pastikan loadingnya Field Stress & Body Force. Lalu masukan kohesi sudut geser dalam dan bobot isi.dan pilih material type dengan Plastik

Gambar 4.11. Langkah2 Phase2

6. Lalu pilih menu Mesh, Mesh Setu lalu pilih Mesh type, uniform lalu pilih Elemn type

7. Dibuat bagian atas daan depanbidang lereng bebas dengan pilih menu

Displacement free lalu pilih bagian yang dibuat bidang bebas

(67)

Gambar 4.12 Faktor phase2

Dari pengolahan software phase2 didapatkanlah nilai SRF nya 1.4 yang dinyatakan bahwa nilai tersebut dianggap lereng stabil dan geometri lereng saat ini sudah stabil.

4.2.2 Geometri Ideal

Geometri ideal lereng di CV.Triarga Nusa Tama didapat stelah melakukan analisis data dengan pengukuran gemetri lereng saat ini dimana data geometri yang diperlukan antara lain:

a. Pengukuran tinggi lereng b. Pengukuran kekar

c. Pengukuran jarak antar kekar d. Kemiringan

(68)

Setelah dilakukan pengambilan data lapangan berupa pegukuran lansung geometri lereng saat ini. Dan dilanjutkan dengan melakukan pengujian masa batuan dengan metode RMR dengan penambilan sampel batuan dan dilakukan pengujian sifat fisik dan mekanik batuan. Berupa pengujian bobot isi batuan dan pengujian kuat tekan batuan.

Setelah semua data terkumpul untuk pemodelan geometri lereng sendiri menggunakan software phase2 sebagai membatu untuk membuat gambaran pemodelan geometri ideal lereng tambang di CV.Triarga Nusa Tama. Untuk permodelan geometri lereng tambang CV.Triarga Nusa Tama dapat dilihat pada gambar di bawah ini, diman nilai SRF yang di dapat 1,4 dimana nilai tersebut menujukan bawha geometri lereng di CV.Triarga Nusa Tama sudah ideal.

(69)

56

dengan pengolahan data atau hasil dari pengolahan data.

5.1 Faktor Keaman

Setelah menentukan lereng tentuka terlebih dahulu masa batuan dengan menggunakan metode RMR

1. Rock Mass Rating (RQD)

Rock Mass Rating (RQD) merupakan parameter yang menunjukan kualitas massa batuan. Data RQD di dapatkan dengann membebtang scanline sepanjang 16 meter, maka pengambilan data RQD pada penelitian ini menggunakan metode sclanline dengan persamaan RQD= 100 (0.1 + 1) e -0,1 , nilai RQD untuk batuan 99,804%dengan nilai rating 20 . semakin tinggi

kualitas RQD nya semakin baik kualitas batuannya. 2. Jarak diskontiniu

Jarak antar kekar di defenisikan sebagai jarak tegak lurus antara dua kekar bebrurutan sepanjang garis pengukuran. Pada perhitungan RMR jarak spasi kekar di beri pembobotan. Sehingga di dapat rata-rata kekarnya 2,615 meter, dengan nilai pembobotan 20.

3. Kondisi kekar

Pada perhitungan Rock Mass Rating (RMR) khususnya parameter kondisi kekar ada lima yaitu :

(70)

a. Kemerusan yang merupakan panjang dari kekar yang di ukur di lapangan dan dapat di simpulkan nilai panjang rata-rata dari 1-3 meter dengan nilai bobot 4 b. Bukaan kekar yang merupakan sebagai lebar kekar yang diukur dilapangan

maka di dapat rata-rata bukanan kekar 2,174 dengan nilai bobot 1.

c. Isian yaitu yang merupakan isian celah antar bidang kekar, bedasarkan penelitian yang di lakukan, tidak ada isian di seluruh kekar setelah di cocokan dengan tabel pembobotan maka di dapat nilai 6.

d. Selain isian, hal lain yang mempengaruhi kuat geser bidang batuan adalah pelapukan, yang mana semakin lapuk suatu bidang kekar, maka semakin besar kuat geser pada bidang batuan.setelah di cocokan dengan tabel pembobotan maka di dapat kan bobot 6.

4. Kondisi Air Tanah

Berdasarkan pengamatan secara lansuang kondisi air tanah pada kekar dilapangan dapat disimpulakan bahwa kondisi kering. Maka dari dapat bobot untuk kondisi air tanah sebesar 10.

5.2Analisis Faktor keaman Lereng

Faktor keaman lereng tambang di CV.Triaga Nusa Tama akan diperoleh dari bebrapa perameter antara lain. Material atau Density () dalam KN/m3, nilai

Kohesi (c) dalam KN/m3 dan sudut geser dalam () derjat.

Untuk menadapatkan nilai dari parameter ini harus didapat dari pengujian Poingt Load Index terhadap material yang akan di analisis. Pengujian harus dilakukan dengan baik dan benar agar dapat mewakili karakteristik penyusun

(71)

untuk mendapatkan faktor keaman..

5.2.1 Uji Kuat Tekan Batuan Point Load Index (PLI)

Uniaxial Compressive Srtrength (UCS) yang di peroleh daridari hasil pengujian UCS menggunakan mesin tekanan untuk menekan sampel batuan dari satu arah. Apabila tidak memiliki mesin kuat tekan kan dapat di gunakan pengujian lain yaitu, Point Load Index.

Dari rata-rata nilai UCS yang sudah di dapatkan, nilai UCS dari batu Andesit 924,5539 kg/cm2 atau 90,6987 Mpa.

5.2.2 Bobot Isi Batuan

Bobot isi batuan merupakan perbandingan antara berat dengan volume material tersebut. Semakin jenuh meterial maka bobot isi batuan semakin besar dan beban di tanggu pada lereng semaki besar, sebaliknya jika kindisi material kering, bobot isi akan semakin kecil sehingga beban nya akan semakin kecil. Nilai bobot isi meterial yang di gunakan untuk analisis kestabilan lereng adalah nilai material yang didapat dari hasil pengujian sifat fisik batuan andesit 2,5124gr/cm2

5.2.3 Kohesi

Dari perhitungan kualitas batuan massa batuan (Rock Mass Rating) dari hasil perhitunga tersebut maka di dapatkanlah nilai kohesi batu andesit sebesar 355 Kn/cm2.

(72)

5.2.4 Sudut Geser Dalam

Sudut geser dalam merupakan sudut yang terbentuk dari hubungan tegangan normat dan tegangan geser dalam materi batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan yang terbentu jika suatu batuan dikenakan tegangan yang melebihi tegangan gesernya. Semakin besar sudut geser dalam suatu material, maka semakin besar sudut geser dalam suatu material, maka material tersebut akan lebih tahan menerima tegangan dari luar yang di kerenkan ketentuan ketinggian, kemiringan lereng, dan properti material yang lain seperti kohesi bobot isi adalah sama.

Nilai sudut geser dalam dari material penyusun lereng dapat di ketahui dari perhitungan pada lampiran maka diperoleh nilai sudut geser dalam sebesar 42°. Adapun hasil rekapitulasi hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Hasil Rekapitulasi Data Penelitian

No Perhitungan jenis batuan hasil Keterangan

1 Rock Mass

Rating Andesit 72 kelas masa batuan baik

2 Faktor

kemanan Andesit 1.4 lereng stabil

Berdasarkan dari hasil perhitungan diatas maka dapat di peroleh nilai RMR batu andesit 72 dengan kelas masa batuan baik. Menggunakan Software phase2

(73)

didapatkan nilai SRF 1.4 dengan keterangan lereng stabil.

5.3 Geometri Lereng

5.3.1 Analisa Kestabilan Lereng

Dari pengolahan data yang sudah dilakukan bedasarkan parameter dan pengolahan dengan bantuan software di dapatkanlah nilai kestabilan lereng tambang CV.Triarga Nusa Tama dengan nilai SRF 1.4 dengan keterangan lereng tersebut stabil.

5.3.2 Analisis Gometri Lereng

Dari nilai kestabilan lereng yang telah di olah dan di analisis dengan nilai SRF yang sudah di ketahui geometri lereng tambang di CV. Triarga Nusa Tama saat ini sudah aman dan di perlukan monitoring untuk pengecekan lebh lanjutnya

Gambar

Gambar 2.1 Skema Longsoran Busur  2.  Longsoran Bidang (Plane Failure)
Gambar 2.2 Skema Longsoran Bidang  3.   Longsoran Baji (Wedge Failure)
Gambar 2.4 Skema Longsoran Guling  2.1.3  Faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng
Gambar 2.5 (a)pengukuran jarak antar kekar (b)pengukuran jarak antar kekar  dengan sudut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait kemantapan sebuah lereng dengan menghitung nilai faktor keamanan lereng tersebut, sehingga dapat

Adapun hasil akhir yang diperoleh setelah dilakukan pengolahan data seismik refraksi adalah sebagai berikut: Berdasarkan pemodelan dengan menggunakan software Plotrefa

menggunakan metode morgenstern-price nilai faktor keamanan yang didapat yaitu 1,498 jika tanpa getaran peledakan yang termasuk dalam kondisi lereng aman. Getaran

Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data tanah dan gambar kerja, melakukan analisis stabilitas lereng dengan metode irisan biasa dengan perhitungan manual dan

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melakukan pengolahan menggunakan metode H/V menggunakan software geopsy dengan melihat nilai frekuensi dominan dan amplifikasi dari data

Untuk pengolahan data dalam penelitian ini, perhitungan nilai kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual berdasarkan masing-masing teori pada

Dari pembobotan yang dilakukan dapat dianalisa bahwa jika suatu lereng tersusun dari batuan yang memiliki kekar dengan jarak yang lebar (wide) maka kekuatan dari

• Magnitudo gempa lebih dari sama dengan 4.5 SR • Tinjauan bumi sebagai media yang isotropis.. • Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan model bumi Jepang yang