• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBINAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEHAT OLEH GURU UKS DI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBINAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEHAT OLEH GURU UKS DI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBINAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEHAT OLEH GURU UKS DI SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH KOTA

TASIKMALAYA TAHUN 2013

Nita Novianti1)

Rian Arie Gustaman, S.KM., M.Kes2) dan Sri Maywati, S.KM., M.Kes2) Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

Jl. Siliwangi No. 24 PO box 164 Tlp (0265) 330 634 Tasikmalaya 46115 (http://unsil.ac. Email : info@unsil.ac.id)

1. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

2. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat merupakan salah satu unsur penting dalam membina ketahanan sekolah karena lingkungan kehidupan yang sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan seluruh komunitas sekolah serta peningkatan daya serap murid dalam proses belajar mengajar. Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan keberhasilan implementasi berupa komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang faktor yang berhubungan dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah kota Tasikmalaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di SD/MI kota Tasikmalaya dengan jumlah sampel sebanyak 76 dari populasi 315 dipilih secara acak sederhana yaitu pengundian. Pengolahan data menggunakan SPSS versi 16.0. Hasil penelitian dengan menggunakan Uji rank spearman menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat (p value=0,000 r=0,603), pada uji person ada hubungan signifikan antara sumber daya dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat (p value =0,000 r=0,632), ada hubungan yang signifikan antara disposisi dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat (p value

=0,000 r=0,749), ada hubungan yang signifikan antara struktur birokrasi dengan

implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat (p value=0,000 r=632). Adapun saran dari penelitian ini agar meningkatkan komunikasi dari berbagai pihak, sumber daya, serta pelatihan-pelatihan agar kegiatan UKS berjalan.

Kata kunci: UKS, faktor implementasi, lingkungan sekolah sehat Kepustakaan: 11 (2006-2013)

(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION GUIDANCE HEALTHY ENVIRONMENT BY SCHOOL TEACHER IN PRIMARY SCHOOL UKS / ISLAMIC ELEMENTARY SCHOOL TASIKMALAYA CITY YEAR 2013

Implementation of healthy school environment coaching is one important element in fostering resilience school because a healthy living environment is necessary for improving the health of the entire school community as well as an increase in absorption of students in the learning process. There are several factors related to the successful implementation of a communication, resources, disposition and bureaucratic structures. The purpose of this research is to gain an overview of the factors related to the implementation of healthy school environment coaching in Primary School/Islamic Elementary School Tasikmalaya city. This research is quantitative research with cross sectional approach. Research sites in Primary School/Islamic Elementary School Tasikmalaya city with a total sample 76 of 315 randomly selected population simply to draw. Processing data using SPSS version 16.0. The results using the Spearman rank test showed significant relationship between communication with the implementation of healthy school environment coaching (p value=0.000 r =0.603), the test person is no significant relationship between resources and implementation guidance healthy school environment (p value=0.000 r =0.632), there was a significant relationship between the disposition to the implementation of healthy school environment coaching (p value=0.000 r =0.749), there was a significant relationship between bureaucratic structure with the implementation of healthy school environment coaching (p value=0.000 r =632). The suggestion from this study in order to improve the communication of the various parties, resources, and training in order to run the School Health Activities.

Keywords: UKS, implementation factors, healthy school environment Bibliography: 11 (2006-2013)

PENDAHULUAN

Sekolah dasar merupakan jenjang paling dasar dan wajib untuk mendapatkan pendidikan formal di Indonesia. Tahun ke tahun jumlah anak usia Sekolah Dasar/setingkatnya (usia 7-12 tahun) mengalami kenaikan, dari data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan 2011-2014 pada tahun 2011 sebanyak 28.216.238, tahun 2012 sebanyak 28.636.660, tahun 2013 sebanyak 29.063.346. Jumlah anak usia sekolah dasar/setingkatnya 5 besar provinsi terbanyak di tahun 2012 yaitu Jawa barat 5.307.987 Jawa timur 3.854.708 Jawa tengah 3.534.674 Sumatera Utara 1.755.113 Banten 1.366.013. Jika dilihat di

(3)

Jawa Barat pada tahun 2011 dan 2012 juga mengalami kenaikan yaitu 5.214.838 dan 5.307.987 (Pusat data dan informasi Kemenkes RI:2011).

Usaha kesehatan sekolah merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan disekolah-sekolah. Usaha kesehatan Sekolah sebagai salah satu program yang langsung berhubungan dengan anak sekolah, diharapkan dapat menjamin kesehatan warga sekolah khususnya peserta didik. Pelaksanaan UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat. Program UKS yang dilaksanakan dengan trias UKS diharapkan terlaksana di sekolah-sekolah. Namun pada kenyataannya Usaha Kesehatan Sekolah masih belum berjalan sebagai mana semestinya (Komariah:2011).

Salah satu penyebab yang menghambat perkembangan UKS diantaranya pengajar yang belum memiliki komitmen dan kepedulian untuk melaksanakan program tersebut, terbatasnya sarana dan prasarana, serta tenaga UKS yang belum terlatih (Wahyuni, 2005). Menurut Nugraha 2007 menyatakan pelaksanaan manajemen UKS yang kurang baik dikarenakan belum melaksanakan trias UKS yang sudah ditetapkan, ketidaktahuan atau belum memahaminya tugas-tugas guru UKS sehingga tidak dapat diaplikasikan. Menurut Edwards III faktor yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan pelaksanaan (implementasi) yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi (Airu:2012).

Data Pusat Pengembangan Jasmani Depdiknas, baru sekitar 60% Sekolah Dasar (SD) yang memiliki UKS dan dari jumlah tersebut baru 70% Sekolah yang menjalankan UKS (Depkes RI:2005 dalam Nadia 2012). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya jumlah sekolah UKS 315 (100%), sekolah dengan strata minimal 237 (75,23%), strata standar 61 (19,36%), strata optimal 6 (1,9%), strata paripurna 1 (0,3%). Pengamatan dan wawancara yang dilakukan di 6 Sekolah keberadaan UKSnya di sekolah kurang diperhatikan, meskipun ada dokter kecil namun catatan hariannya belum dijalankan, ketatausahaan di UKS serta penyusunan program sebagai tugas guru UKS sebagian besar belum berjalan. Pembinaan lingkungan keluarga dan masyarakat melalui kunjungan yang dilakukan oleh pelaksana UKS serta ceramah kesehatan yang mengundang orang tua yang diselenggarakan di sekolah secara rutin belum terlaksana, pelaksanaan

(4)

terhadap lingkungan sekolah sehat (kesehatan lingkungan) masih kurang karena belum dilaksanakan semua serta masih jarang dilaksanakan dan hanya sebatas membersihkan ruangan (jadwal piket) saja yang sering dilakukan. Dari 30 warga sekolah yang di survey sebanyak 65% menyatakan kurang nyaman. Padahal lingkungan sekolah berdampak dan berpengaruh besar bagi siswa serta mendukung pada saat proses belajar mengajar berlangsung (Hikmah dan Swari:2012).

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merumuskan permasalahan yaitu “faktor-faktor apa saja yang behubungan dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat oleh guru UKS di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah kota Tasikmalaya tahun 2013?”

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah kota Tasikmalaya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru UKS Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah UKS berjumlah 315. Sampel sebanyak 76 dipilih secara teknik simple random sampling yaitu dengan pengundian. Analisis bivariat digunakan uji korelasi rank spearman (variabel komunikasi terhadap implementasi), korelasi pearson untuk variabel sumber daya, disposisi, struktur birokrasi terhadap implementasi. Derajat kemaknaan yang digunakan α = 0,05. Analisis menggunakan sistem komputer SPSS 16.0

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1

Tabulasi Silang Antara Komunikasi dengan Implementasi Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat oleh guru UKS di Kota Tasikmalaya Tahun 2013

Komunikasi

Implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat Total

Kurang Cukup Baik

N % N % N % N % Kurang 16 88,9 2 11,1 0 0 18 100 Cukup 5 35,8 9 64,2 0 0 14 100 Baik 5 11,3 25 56,8 14 31,8 44 100 Jumlah 26 34,2 36 47,4 14 18,4 76 100

(5)

Berdasarkan tabel 1 diketahui responden yang komunikasinya kurang implementasi kurang ada 16 (88,9%), kemudian yang komunikasinya cukup mengimplementasi kurang 5 (35,8%) sedangkan yang komunikasinya baik implementasinya kurang 5 (11,3%). Pada responden yang komunikasi kurang mengimplementasi cukup 2 (11,1%), responden komunikasi cukup implementasinya cukup 64,2%, rsponden dengan komunikasi baik mengimplemplementasi cukup 25 (56,8%). Adapun responden yang komunikasi kurang, cukup, baik implementasinya baik secara berturut-turut yaitu 0%, 0%, 31,8% (14).

Hasil uji rank spearman dengan derajat kesalahan 0,05 atau 5% didapat nilai signifikansi 0,000 dengan nilai r 0,603 berarti bahwa ada hubungan signifikan antara komunikasi dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kayati di kabupaten Pati tahun 2013 ada hubungan antara komunikasi dengan cakupan KB pasca persalinan Jampersal (p=0,001), juga penelitian Tuharea di Puskesmas kota Semarang tahun 2010 ada hubungan yang bermakna antara faktor komunikasi dengan penemuan pasien TB Paru (p= 0,009 <0,05). Komunikasi kebijakan mempunyai arti proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan

(policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy implementors). Aspek dalam

komunikasi mencakup kejelasan informasi (clarity), transformasi informasi

(transmisi) dan konsistensi informasi (consistency). Jika pelaksana memiliki

komunikasi baik maka akan melaksanakan kebijakan dengan baik karena informasi yang didapat telah jelas, difahami sehingga dapat disampaikan kepada pihak lain ataupun dilaksanakan.

Tabel 2

Tabulasi Silang Antara Sumber Daya dengan Implementasi Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat oleh guru UKS di Kota Tasikmalaya Tahun 2013

Sumberdaya

Implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat Total

Kurang Cukup Baik

N % N % N % N % Kurang 13 72,2 5 27,8 0 0 18 100 Cukup 13 27,1 29 60,4 6 12,5 48 100 Baik 0 0 2 20 8 80 10 100 Jumlah 26 34,2 36 47,4 14 18,4 76 100

(6)

Berdasarkan tabel 2 diketahui responden yang sumber dayanya kurang implementasi kurang ada 13 (72,2%), kemudian yang sumber daya cukup mengimplementasi kurang 13 (27,1%) sedangkan yang sumber daya baik implementasinya kurang tidak ada. Pada responden yang sumber daya kurang mengimplementasi cukup 5 (27,8%), responden sumber daya cukup implementasinya cukup 60,4%, rsponden dengan sumber daya baik mengimplemplementasi cukup 2 (20%). Adapun responden yang sumber daya kurang, cukup, baik implementasinya baik secara berturut-turut yaitu 0%, 12,5%(6), 80%(8).

Hasil uji pearson dengan derajat kesalahan 0,05 atau 5% didapat nilai signifikansi 0,000 dengan nilai r 0,632 berarti bahwa ada hubungan signifikan antara sumber daya dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tuharea tahun 2010 di kota Semarang ada hubungan yang bermakna antara faktor sumberdaya dengan penemuan pasien TB Paru (p = 0,010<0,05). Edward III mengemukakan walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan maka implementasi tidak akan berjalan. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja. Sumber daya berkaitan dengan segala sesuatu (sumber) yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.

Tabel 3

Tabulasi Silang Antara Disposisi dengan Implementasi Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat oleh guru UKS di Kota Tasikmalaya Tahun 2013

Disposisi

Implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat Total

Kurang Cukup Baik

N % N % N % N % Kurang 9 100 0 0 0 0 9 100 Cukup 16 35,6 29 64,4 0 0 45 100 Baik 1 4,6 7 31,8 14 63,6 22 100 Jumlah 26 34,2 36 47,4 14 18,4 76 100

Tabel 3 diketahui responden yang disposisinya kurang implementasi kurang ada 9 (100%), kemudian yang disposisi cukup mengimplementasi kurang 16

(7)

(35,6%) sedangkan yang disposisi baik implementasinya kurang 1. Pada responden yang disposisi kurang mengimplementasi cukup tidak ada, responden disposisi cukup implementasinya cukup 64,4%, responden dengan disposisi baik mengimplemplementasi cukup 7 (31,8%). Adapun responden yang disposisi kurang, cukup, baik implementasinya baik secara berturut-turut yaitu 0%, 0%, 63,6%(14).

Hasil uji pearson dengan derajat kesalahan 0,05 atau 5% didapat nilai signifikansi 0,000 dengan nilai r 0,749 berarti bahwa ada hubungan signifikan antara disposisi dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah.

Penelitian ini sesuai dengan pendapat penelitian Kayati 2013 dan Tuharea 2010 secara berturut ada hubungan disposisi dengan cakupan KB pasca persalinan Jampersal (p=0,002) dan ada hubungan yang bermakna antara faktor disposisi dengan penemuan pasien TB Paru (p =0,016 <0,05). Edward III menyatakan apabila pelaksana memiliki disposisi yang baik, maka dapat melaksanakan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

Tabel 4

Tabulasi Silang Antara Struktur Birokrasi dengan Implementasi Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat oleh guru UKS di Kota Tasikmalaya Tahun 2013

Struktur birokrasi

Implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat Total

Kurang Cukup Baik

N % N % N % N % Kurang 11 91,7 0 0 1 8,3 12 100 Cukup 11 40,7 16 59,3 0 0 27 100 Baik 4 10,8 20 54,1 13 35,1 37 100 Jumlah 26 34,2 36 47,4 14 18,4 76 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui responden yang struktur birokrasinya kurang implementasi kurang ada 11 (91,7%), kemudian yang struktur birokrasinya cukup mengimplementasi kurang 11 (40,7%) sedangkan yang struktur birokrasi baik implementasinya kurang 4 (10,8%). Pada responden yang struktur birokrasi kurang mengimplementasi cukup tidak ada, responden struktur birokrasi cukup implementasinya cukup 16 (59,3)%, responden dengan struktur birokrasi baik mengimplemplementasi cukup 20 (54,1%). Adapun responden yang struktur

(8)

birokrasi kurang, cukup, baik implementasinya baik secara berturut-turut yaitu 8,3%, 0%, 35,1%.

Hasil uji pearson dengan derajat kesalahan 0,05 atau 5% didapat nilai signifikansi 0.000 dengan nilai r 0,632 berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara struktur birokrasi dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Sejalan dengan penelitian Kayati di kabupaten Pati tahun 2013 ada hubungan struktur birokrasi dengan cakupan KB pasca persalinan Jampersal (p=0,001). Dimana menurut Edward III struktur birokrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat standart operation procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.

KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dimana variabel diukur dalam waktu yang bersamaan dan hanya dilakukan sekali, sehingga dalam menganalisis hubungan antara komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur biroktasi terhadap implementasi pembinaan lingkungan sekolah terbatas. Data yang diperoleh belum cukup memadai, penyusunan kuisioner dilakukan sendiri dan tidak menggunakan acuan baku pada kuisioner.

SIMPULAN

1. Komunikasi responden yang dikategorikan baik ada 44 (57,9%), cukup 14 (18,4%) dan yang kurang ada 18 (23,7%).

2. Kategori sumber daya baik ada 10 (13,2%), cukup ada 48 (63,2), dan yang kurang ada 18 (23,7%).

(9)

3. Disposisi responden yang dikategorikan baik ada 22 (28,9%), cukup 45 (59,2%) dan yang kurang ada 9 (11,8%).

4. Kategori struktur birokrasi responden yang baik ada 37 (48,7%), cukup 27 (35,5%) dan yang kurang ada 12 (15,8%).

5. Implementasi (pelaksanaan) pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikategorikan baik ada 14 (18,4%), cukup 36 (47,4%) dan yang kurang ada 26 (34,2%).

6. Variabel yang berhubungan dengan implementasi pembinaan lingkungan sekolah sehat adalah komunikasi (p value 0.000 dan r=0,603), sumber daya (p

value 0.000 dan r=0,632), disposisi (p value 0.000 dan r=0,749) serta struktur

birokrasi (p value 0.000 dan r=0,632).

SARAN

1. Bagi instansi pendidikan

a. Meningkatkan komunikasi antar sekolah maupun pembina UKS b. Diupayakan agar adanya peningkatan sumber daya:

1) Menggunakan kewenangan (sebagai pelaksana) secara maksimal 2) Pengadaan anggaran untuk kegiatan UKS

3) Melengkapi peralatan UKS (snellen chart, kotak P3K, obat-obatan, lemari, poster).

2. Bagi instansi kesehatan

Diupayakan adanya pelatihan-pelatihan untuk guru UKS agar lebih meningkatkan kegiatan UKS.

DAFTAR PUSTAKA

Airu, Implementasi Kebijakan (George Edward III),

http://arenakami.blogspot.com/2012/06/implementasi-kebijakan-george-edward.html

Ananto Purnomo, Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar dan Madrasah

Ibtidaiyah, Yrama Widya, Bandung, 2006

Data penduduk sasaran program pembangunan kesehatan 2011-2014, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan 2011\

(10)

Hikmah, Ika Nur dan Swari. Dewi Ratna, Karya Tulis Ilmiah Pengaruh

Kebersihan Lingkungan Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sma Negeri 1 Wonoayu, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo Dinas Pendidikan Sma Negeri

1 Wonoayu Tahun Pelajaran 2012-2013

Kayati, Analisis Implementasi Program KB Pasca Persalinan Jampersal oleh

Bidan Desa di Kabupaten Pati, Universitas Dipenogoro (http://eprints.undip.ac.id/39891/), 2013

Kemenkes, Direktorat Bina Kesehatan Anak dkk., Usaha Kesehatan Sekolah di

Tingkat Sekolah Dasar Sekolah Menengah dan Pondok Pesantren,

Kementrian Kesehatan, Jakarta, 2011 Komariah Aan, http://www.forumilmu.com, 2011

Nadia, Hubungan Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah Terhadap

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Siswa Sdn 13 Seberang Padang Utara Tahun 2012, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, 2012

Notoatmodjo Soekidjo, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010 Nugraha Yudi, Beberapa faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan

manajemen UKS oleh guru UKS di Sekolah Dasar Kota Tasikmlaya,

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, 2007 Tuhaera Rosmila, Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan implementasi

Penemuan Pasien TB Paru dalam Program Penanggulangan TB di Puskesmas Kota Semarang Tahun 2010, Universitas Dipenogoro

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran Problem Based Learning dipadu Think Pair Share dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Berdasarkan analisis EDX, metode natrium bisulfit menghasilkan emas dengan kemurnian 83%, lebih tinggi dari kemurnian emas yang dihasilkan metode sianida, yaitu 78%.

ylang-ylang oil  Minyak lawang  Minyak mawar  Minyak nilam  Minyak sereh 11 /12 /20 14 Es se ntia lOi l/SU G /20 12... Komponen Heterogen yang ada pada

Berdasarkan data-data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dan lembar

Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan manusia, Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories

Penelitian ini bertujuan untuk menginveniarisasi jenis dan kelimpahan fitoplankton pada tambak biocrete, menentukan model hubungan klorofil-a dengan oksigen total

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Restitusi bagi Anak Korban Tindak Pidana memudahkan anak yang menjadi korban tindak pidana untuk

Fishing di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia perlu dilakukan analisis dan evaluasi terhadap kapal perikanan yang pembangunannya di luar