• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RIAP TANAMAN GMELINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RIAP TANAMAN GMELINA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006

ANALISIS RIAP TANAMAN GMELINA (Gmelina arborea Linn) DALAM RANGKA EVALUASI PENETAPAN DAUR PADA PENGELOLAAN HTI PT. AYA YAYANG

INDONESIA DI KALIMANTAN SELATAN

Analysis of Volume Increament of Gmelina (Gmelina arborea Linn) Stand in Conjunction with Evaluation of Cutting Age Determination in the Plantation

Management of PT. Aya Yayang Indonesia in South Kalimantan Oleh/By

H. GUNAWANSYAH

Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

Jl.A. Yani KM 36 Banjarbaru Kalimantan Selatan

ABSTRACT

The program of forest plantation development is expected to increase the supply of timber as raw material for the wood processing industry and also expand the employment opportunity and the quality of environment and also to support local development. One of the forests Concession Company, which establish the forest plantation, is PT. Aya Yayang Indonesia. One of the recommendations from the feasibility study of forest plantation for PT. Aya Yayang Indonesia is Gmelina planting with the cutting age of 12 years and standing stock of 210 m3/ha. This study is based on the research result of BTR Banjarbaru from the Riam Kiwa site at the stand age of 1 –3 years. The increment of tree vegetation is highly affected by edaphic and climatic factors so that it is possible that the predicted cutting age, which has been stated can, differs from the expected yield. This research aims to analyze the volume increment of Gmelina stand in conjunction with of cutting age of PT. Aya Yayang Indonesia. This research is expected to give benefit as the preventive step in evaluating the application of silvicultural measures and the basis for the calculation of profit – loss flow for the company especially the Forest Company planting Gmelina. The frame of through which is developed in the research is the projection of increment and cutting age of Gmelina from the feasibility study might be not the same with the Gmelina’s increment from the plantation program of PT. Aya Yayang Indonesia. In view that the presumed growths curve (the result of feasibility study) and the actual growth curve (the result of permanent plot from plantation of PT. Aya Yayang Indonesia) may be different or not a group of data was analyzed by comparing the result of regression analysis to determine whether the curve is feasible or not for the basis for determining the cutting age and increment of Gmelina plantation of PT. Aya Yayang Indonesia. It was known that the result of feasibility study from the Riam Kiwa site could not be used to determine the stand increment of Gmelina plantation of PT. Aya Yayang Indonesia. At the age of 9 years the increment line of MAI and CAI has cross each other. This finding becomes the basis for determining the predicted harvesting time for the Gmelina plantation of PT. Aya Yayang Indonesia, which is at the age of 9 years. The mean annual increment (MAI) of 85 m3/ha/year can be used to determine the profit – loss flow for the forest plantation of PT. Aya Yayang Indonesia.

Keywords : Increament, Gmelina, Forest Plantation

(2)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 2 I. PENDAHULUAN

Industri pengolahan kayu yang berkembang dengan pesat telah berhasil memberikan kontribusi yang besar dalam penerimaan devisa negara dari sektor non migas. Penyediaan bahan baku kayu bulat secara mantap dan berkesinambungan merupakan salah satu upaya dalam mempertahankan kelestarian industri pengolahan kayu.

Program pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) diharapkan dapat meningkatkan penyediaan bahan baku kayu bulat bagi industri pengolahan kayu yang ada serta memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, memelihara kualitas lingkungan hidup serta mendukung pembangunan daerah.

Salah satu HPH yang melaksanakan pembangunan HTI adalah PT. Aya Yayang Indonesia (PT. AYI). Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 22/Kpts-II/1992, luas areal HPHTI PT. AYI sebesar 20.000 ha. Dalam perkembangannya, luasan ini tinggal 8.760 ha sebab seluas 8.310 ha menjadi areal kerja HPHTI PT. Janggala Semesta dan PT. Hutan Sembada (SK Menhut No. 143/Kpts-II/1997 dan SK Menhut No. 445/Kpts-II/1997; seluas 2.540 ha menjadi areal kerja PT. Inhutani II (SK Menhut No. 244/Menhut-IV/1994) dan seluas 390 ha tumpang tindih dengan kawasan/hutan lindung RTRWP Propinsi Kalimantan Selatan (hasil padu serasi tahun 1996).

Pembangunan HTI ini merupakan program yang membutuhkan investasi besar dengan resiko yang tidak kecil, oleh karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan proyek secara rasional.

Sembilan aspek pokok yang dikaji meliputi prospek pasar, perencanaan lokasi, perencanaan produksi, perencanaan organisasi dan tenaga kerja, kelayakan usaha, analisis biaya, kelayakan finansial, evaluasi manfaat sosial ekonomi dan rekomendasi. Studi Kelayakan menghasilkan data dasar yang digunakan dalam penyusunan Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH) yang menjadi pedoman pelaksanaan pengelolaan HTI.

Salah satu rekomendasi hasil studi kelayakan HTI PT. AYI yang disetujui Dirjen Pengusahaan Hutan No. 955/V-HTI/1991 tanggal 12 Agustus 1991 adalah penanaman Gmelina dengan daur dua belas tahun dan potensi 210 m3/ha. Kajian ini berdasarkan hasil penelitian Balai Teknologi Reboisasi Banjarbaru di lokasi Riam Kiwa pada tegakan berumur satu sampai tiga tahun.

Mengingat riap vegetasi sangat dipengaruhi oleh faktor edafis dan klimatis memungkinkan prediksi daur yang ditetapkan dapat menyimpang dari hasil yang diharapkan. Bertolak dari hal ini dan memperhatikan hasil pengukuran riap pada areal Petak Ukur Permanen (PUP), penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Riap Tanaman Gmelina (Gmelina arborea Linn) Dalam Rangka Evaluasi Penetapan Daur pada Pengelolaan HTI PT. Aya Yayang Indonesia di Kalimantan Selatan”.

II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa riap tanaman Gmelina sebagai tanaman HPHTI PT. Aya Yayang Indonesia. Adapun manfaat penelitian ini diharapkan sebagai langkah preventif evaluasi penerapan tindakan silvikultur dan sebagai dasar perhitungan arus rugi-laba perusahaan khususnya bagi perusahaan yang menanam Gmelina.

(3)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 3 III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di areal kerja HTI PT. Aya Yayang Indonesia di Kalimantan Selatan. Waktu penelitian 3 bulan dengan yang meliputi persiapan, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan peneyelesaian laporan.

B. Data dan Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data yang bersumber dari data dasar penyusunan Studi Kelayakan dan data pertumbuhan tanaman hasil pengukuran pada PUP oleh petugas HTI PT. Aya Yayang Indonesia. Secara rinci elemen, sumber dan alokasi data disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Elemen, Sumber dan Alokasi Data Penelitian

No. Elemen Data Sumber Data Alokasi Data

1. Riap Gmelina - Studi Kelayakan Kurva asumsi Pertumbuhan

- PUP Kurva Realisasi Pertumbuhan

2. Data Klimatis dan Edafis

- BMG terdekat Faktor yang Mempengaruhi riap

Gmelina

Studi Kelayakan dan

RKPH

Faktor yang Mempengaruhi riap Gmelina

3. Asumsi Daur Studi Kelayakan dan

RPKH

Daur Asumsi Penelitian

4. Daur Revisi Hasil Analisis Daur Optimal/Realitas

C. Obyek dan Peralatan Penelitian

Obyek penelitian adalah tanaman Gmelina yang diwakili oleh tanaman dalam Petak Ukur Permanen (foto keadaan tanaman Gmelina dapat dilihat pada Lampiran 2). Mengingat bahan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil pengukuran PUP maka peralatan penelitian meliputi peralatan tulis-menulis, alat hitung dan alat dokumentasi.

D. Analisis Data

1. Kurva Pertumbuhan Asumsi

Kurva pertumbuhan asumsi adalah kurva yang dipakai sebagai dasar prediksi pertumbuhan dan riap Gmelina sebagaimana tertera dalam dokumen Studi Kelayakan yang telah disetujui oleh Departemen Kehutanan tahun 1996.

Kurva pertumbuhan hasil studi kelayakan tersebut dinyatakan secara garis lengkung (curve) seperti yang disajikan pada Gambar 2.

(4)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 4

Gambar 3. Kurva Asumsi Pertumbuhan Gmelina

Selanjutnya kurva pertumbuhan hasil studi kelayakan tersebut disebut sebagai kurva A.

2. Kurva Pertumbuhan Sebenarnya

Kurva pertumbuhan sebenarnya dibuat berdasarkan rekaman data pertumbuhan dan riap hasil pengamatan di PUP. Kurva pertumbuhan sebenarnya sebagai hasil pengukuran PUP dinyatakan secara garis dengan teknik yang sama dengan kurva A dan selanjutnya disebut kurva B.

3. Analisis Pertumbuhan

Analisis data yang dipakai dalam penelitian adalah membandingkan kurva pertumbuhan asumsi (kurva A) dengan kurva pertumbuhan sebenarnya (kurva B). Bila kurva A dan B ini berbeda maka daur yang ditetapkan dalam Studi Kelayakan tidak dapat dipakai.

Untuk mengetahui kurva pertumbuhan asumsi dan kurva pertumbuhan sebenarnya berbeda atau tidak dilakukan analisa kelompok data dengan membandingkan hasil persamaan analisis regresi sebagaimana yang dikemukakan oleh Freese (1974) dengan model regresi linier sebagai berikut :

y = a + b.x

Keterangan : y = riap (m3/ha) x = umur (tahun) a & b = konstanta regresi

Hubungan antara variabel x dan y dapat diketahui dengan koefisien korelasi (r) dan koefisien determinasi (R2). F hitung ditentukan dengan :

F =

regresi

sisa

JKT

Kurva

Slope

sisa

JKT

Layak atau tidaknya kurva tersebut sebagai acuan dapat dilihat pada nilai F hitung dan F tabel pada analisis regresi tersebut, yaitu :

- Jika F hitung ≥ F tabel menunjukkan bahwa kurva layak dipakai - Jika F hitung < F tabel menunjukkan bahwa kurva tidak layak dipakai.

Kemudian untuk lebih jelasnya perbedaan antara kurva A dan B maka hasil analisis regresi tersebut dianalisis dengan rumus seperti dinyatakan Freese (1974) pada Tabel 5. V (m3) Vo lu m e 1 2 3 n (tahun)U m u r

(5)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 5

Tabel 5. Analisa Pengujian Perbedaan Dua Kurva (Kurva Pertumbuhan Asumsi Terhadap Kurva Pertumbuhan Sebenarnya)

No . Kurva Derajat Bebas Nilai Sisa ΣY2 Σxy ΣX2 DB JK JKT 1. 2. A. B. n A-1 n A-1 ΣY2 A ΣxyA ΣX2A n A – 2 ΣY2 B ΣxyB ΣX2B n B – 2 3. JUMLAH SISA

4. Beda Slope Kurva Σ

kurva 5. Total (nA – 1) + (nA – 1) ΣY2 A + ΣY2 B ΣxyA + ΣxyB ΣX2 A + ΣX2 B (n A – 2) + (n B – 2)

F hitung yang didapatkan dari

F hitung =

(

)(

)

(

)

t 2 t 2 t 2 t t B A JKs x xy y DB xy xy xy ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ −

Kriteria hipotesisnya adalah :

- Jika F hitung ≥ F tabel menunjukkan bahwa kedua kurva berbeda

- Jika F hitung < F tabel menunjukkan bahwa hasil studi kelayakan dapat menggambarkan pertumbuhan pada PUP HTI PT. Aya Yayang Indonesia.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Data pengukuran diameter dan tinggi tanaman Gmelina untuk masing-masing PUP pada HTI PT. Aya Yayang Indonesia (untuk seterusnya disebut PT. AYI) dan data hasil studi kelayakan pada HTI PT. AYI berdasarkan penelitian di Riam Kiwa (untuk seterusnya disebut hasil studi kelayakan) dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil rekapitulasi data perhitungan volume untuk PUP pada HTI PT. AYI sebanyak 7 kali pengukuran dari tahun 1993 sampai dengan tahun 1999 (umur 6 tahun), dan pengukuran tahun 2003 (umur 10 tahun) serta riap rata-rata tahunan atau MAI (Mean Annual Increment untuk seterusnya disebut riap MAI) dan riap berjalan tahuan atau CAI (Current Annual Increment untuk seterusnya disebut riap CAI) dapat dilihat pada Tabel 6.

(6)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 6

Tabel 6. Rekapitulasi data perhitungan volume serta riap MAI dan CAI untuk PUP pada HTI PT. Aya Yayang Indonesia

Umur (thn) Vol/PUP (m3) Vol/ha (m3/ha) MAI m3/ha CAI m3/ha

1 0,5087 11,5362 11,5362 11,5362 2 1,1715 26,5635 13,2817 15,0273 3 4,3980 99,7277 33,2426 73,1642 4 6,3098 143,0796 35,7699 43,3519 5 12,2300 277,3241 55,4648 134,2446 6 18,4744 418,9200 69,8200 141,5958 10 33,9993 770,9588 77,0959 88,0097

Hasil rekapitulasi data perhitungan volume untuk hasil studi kelayakan sebanyak 3 kali pengukuran dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1993 (umur 3 tahun) serta riap MAI dan riap CAI dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi data perhitungan volume serta riap MAI dan CAI untuk hasil studi kelayakan di Riam Kiwa

Umur (thn) Tinggi (m) Diameter (m) Vol (m3) Vol/ha (m3/ha) MAI Riap/ha CAI Riap/ha 1 2,1 0,053 0,0028 3,0856 3,0856 3,0856 2 4,7 0,098 0,0213 23,6110 11,8055 20,5254 3 6,2 0,102 0,0304 33,7409 11,2469 10,1299

Kemudian untuk mengetahui apakah data hasil studi kelayakan bisa dipakai pada HTI PT. AYI atau tidak maka dilakukan analisis regresi. Hasil analisis regresi untuk data hasil kegiatan PUP pada HTI PT. AYI dapat dilihat pada Tabel 8 serta pada Gambar 4.

Tabel 8. Hasil uji F analisis regresi untuk data hasil kegiatan PUP pada HTI PT. Aya Yayang Indonesia

Sumber keragaman Db JK KT F hit F0,05 Regresi 1 3544,1851 3544,1851 34,7209 s 6,6079 Error 5 510,3815 102,0763 Total 6 4054,5665 Keterangan : s = Significance Koefisien : Korelasi = 0,9349 Determinasi = 0,8741 Regresi = 6,3428 x = 8,1229

(7)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 7

Gambar 4. Kurva regresi linier untuk data hasil kegiatan PUP pada HTI PT. Aya Yayang Indonesia

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien x bernilai positif (+) artinya setiap penambahan pada x (umur) maka y (riap) akan bertambah pula. Untuk koefisien regresi juga mempunyai nilai positif (+), nilai koefisien regresi tersebut hanya sebagai kontrol atau koreksi saja.

Koefisien korelasi yang didapat adalah 0,9349 yang berarti bahwa antara umur dan riap mempunyai hubungan yang sangat erat, atau umur tanaman sangat berpengaruh terhadap besarnya riap tahunan. Menurut Santoso (2001) nilai koefisien korelasi yang baik berkisar antara 0,6 – 1,0 dan akan semakin baik jika nilai koefisien korelasi mendekati 1,0.

Koefisien determinasi yang didapat adalah 0,8741 yang berarti bahwa umur tanaman mempengaruhi riap sebesar 87,41% dan 12.59% oleh faktor lain seperti misalnya topografi, iklim dan curah hujan.

Hasil uji F pada analisis regresi diperoleh Fhit > F0,05 yang berarti bahwa persamaan tersebut significance atau layak untuk dipakai menentukan proyeksi riap dan daur Gmelina pada HTI PT. AYI.

Hasil analisis regresi untuk data hasil studi kelayakan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 5.

Tabel 9. Hasil uji F analisis regresi untuk data hasil studi kelayakan di Riam Kiwa Sumber

keragaman Db JK KT F hit F0,05

Regresi 1 33,3041 33,3041 2,3211 ns 161,4462

Error 1 14,3483 14,3483

Total 2 47,6524

Keterangan : ns = Non Significance Koefisien : Korelasi = 0,8360 Determinasi = 0,6989 Regresi = 0,5513 x = 4,0807 y = 6,3428 + 8,1229x 0 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Um ur (tahun) Vol (m 3 /ha) M AI Regresi

(8)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 8

Persamaan regresi yang diperoleh adalah : y = 0,5513 + 4,0807x

Gambar 5. Kurva regresi linier untuk data hasil studi kelayakan di Riam Kiwa

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien x bernilai positif (+) artinya setiap penambahan pada x (umur) maka y (riap) akan bertambah pula. Untuk koefisien regresi juga mempunyai nilai positif (+), nilai koefisien regresi tersebut hanya sebagai kontrol atau koreksi saja.

Koefisien korelasi yang didapat adalah 0,8360 yang berarti bahwa antara umur dan riap mempunyai hubungan yang erat, atau umur tanaman berpengaruh terhadap besarnya riap tahunan. Nilai koefisien korelasi yang baik berkisar antara 0,6 – 1,0 dan akan semakin baik jika mendekati 1,0 (Santoso, 2001).

Koefisien determinasi yang didapat adalah 0,6989 yang berarti bahwa umur tanaman mempengaruhi riap sebesar 69,89% dan 30,11% oleh faktor lain seperti misalnya topografi, iklim dan curah hujan.

Hasil uji F pada analisis regresi dimana Fhit < F0,05 yang berarti bahwa persamaan tersebut non significance atau tidak layak untuk dipakai. Maka proyeksi riap dan waktu panen pada hasil studi kelayakan tidak signifikan atau tidak layak digunakan untuk menentukan riap dan waktu panen pada HTI PT. Aya Yayang Indonesia.

Kedua data hasil analisis regresi riap volume kemudian dimasukan dalam perhitungan, dengan maksud untuk mengetahui lebih jelas mengenai tingkat perbedaan hasil analisis regresi tersebut dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Data hasil perhitungan uji F untuk PUP HTI PT. Aya Yayang Indonesia dan hasil studi kelayakan di Riam Kiwa

No. Dbt y2 xy x2 Dbs JK KT F hit F 0,05 1 6 4054,5665 436,3180 53,7143 5 510,3815 2 2 47,6524 8,1614 2,0 1 14,3483 3 6 524,7298 87,4550 0,3603 5,9874 4 1 31,5064 31,5064 5 8 4102,2189 444,4794 55,7143 7 556,2362 79,4623 4,3772 5,5915 6 1 347,8198 347,8198 7 9 6473,4860 615,8557 68,10 8 904,0560

Riap pada Riam Kiwa

y = 4.0807x + 0.5513 0 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 Umur (thn) Vo l ( m 3 /h a ) MAI Linear (MAI)

(9)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 9

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai Fhit < F0,05, hal tersebut berarti bahwa kedua data riap pertumbuhan tidak jauh berbeda sehingga data hasil studi kelayakan dapat menggambarkan riap pada HTI PT. AYI, namun tidak dapat digunakan untuk menentukan riap pada HTI PT. AYI karena hasil analisis regresinya tidak significance.

E. Pembahasan

Berdasarkan analisis regresi tersebut di atas diperoleh hasil bahwa persamaan regresi yang layak dipakai untuk menentukan proyeksi riap dan waktu panen pada HTI PT. AYI adalah hasil persamaan regresi dari data realisasi riap hasil kegiatan PUP pada HTI PT. AYI, sedangkan hasil studi kelayakan berdasarkan penelitian pada Riam Kiwa tidak dapat dipakai untuk menentukan proyeksi riap dan waktu panen Gmelina di HTI PT. AYI.

Perbedaan antara hasil studi kelayakan dengan realisasi riap hasil kegiatan HTI PT. AYI dimungkinkan dapat terjadi, walaupun hasil studi kelayakan yang dilakukan di Riam Kiwa secara umum mempunyai jenis tanah yang sama dengan HTI PT. AYI yang berlokasi di Kabupaten Tabalong yaitu podsolik merah kuning, namun hal tersebut tidak menghasilkan kondisi dan pertumbuhan tanaman yang sama pula.

Perbedaan hasil studi kelayakan dengan realisasi riap hasil kegiatan HTI PT. AYI terjadi disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi sesuai dengan pendapat Soekotjo (1976) bahwa selain tanaman itu sendiri, pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti klimatis yaitu keadaan iklim pada daerah setempat.

Keadaan iklim dipengaruhi oleh curah hujan dan pada daerah Riam Kiwa curah hujan rata-ratanya adalah 2.256 mm (Hadi, 2000), sedangkan pada Kabupaten Tabalong curah hujan rata-rata sebesar 3.099,63 mm. Perbedaan besarnya curah hujan tersebut dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan tanaman Gmelina pada daerah tersebut.

Curah hujan pada suatu daerah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena berperan penting dalam kelangsungan hidup serta kesuburan tanaman itu sendiri. Curah hujan yang berbeda akan menghasilkan kadar air tanah yang berbeda, sehingga tingkat penyerapan atau penggunaan air tanah oleh akar tanaman akan berbeda pula. Selain itu, perbedaan curah hujan juga akan mempengaruhi besarnya evavorasi dan transpirasi serta intersepsi pada tanaman. Hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman sehingga bila curah hujannya berbeda maka pertumbuhan tanaman yang dihasilkan akan berbeda.

Faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan adalah fisiografis, yaitu bentuk dari permukaan tanah. Topografi di HTI PT. AYI dan di Riam Kiwa adalah bergelombang. Namun tingkat kelerengan yang dimilikinya berbeda, Riam Kiwa memiliki kelerengan lebih kecil yaitu 10 – 15% (Tampubolon, 1999) dibandingkan HTI PT. AYI yang besarnya adalah 17 – 60%. Riam Kiwa berada pada ketinggian 100 – 200 m dari permukaan laut sedangkan HTI PT. AYI berada pada ketinggian 75 – 180 m dari permukaan laut.

Tingkat atau persentase kelerengan pada suatu daerah akan mempengaruhi besarnya erosi pada daerah tersebut. Semakin besar persentase kelerengan maka erosi yang ditimbulkan cenderung semakin besar, yang nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman yang berada pada Riam Kiwa sebagai penetapan studi kelayakan berbeda pertumbuhannya dengan tanaman pada realisasi kegiatan PUP di PT. AYI, walaupun perbedaan kelerengan yang terdapat di kedua lokasi tidak terlalu besar.

(10)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 10

Hasil penelitian pada Riam Kiwa sebagai dasar dalam studi kelayakan pada HTI PT. AYI tidak dapat dipakai karena pengukuran yang dilakukan sebagai data untuk menentukan riap hanya 3 kali pengambilan data sampai umur 3 tahun. Hal tersebut belum layak dijadikan acuan untuk menentukan riap karena tingkat pertumbuhan tanaman Gmelina sampai umur tersebut masih belum stabil. Pada umur 3 tahun terjadi penurunan riap sehingga pada saat digambarkan kurva proyeksi waktu panen maka Gmelina dipanen pada umur 3 tahun karena garis riap MAI dan CAI sudah berpotongan. Penentuan umur daur tersebut ditetapkan bila garis riap MAI dan CAI berpotongan atau bersinggungan (Simon, 1994). Kurva riap tanaman Gmelina antara riap MAI dan CAI untuk menentukan proyeksi waktu panen hasil studi kelayakan dapat dilihat pada Gambar 6.

Riap pada Riam Kiwa

0 5 10 15 20 25 1 2 3 Umur (tahun) Vo l (m 3 /h a) CAI MAI

Gambar 6. Proyeksi waktu panen Gmelina hasil studi kelayakan di Riam Kiwa

Berdasarkan Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa perpotongan atau pertemuan garis riap MAI dan CAI terjadi pada umur 3 tahun. Pada hasil studi kelayakan menyebutkan bahwa daur Gmelina arborea adalah 12 tahun, sehingga data hasil studi kelayakan di riam kiwa tersebut tidak dapat digunakan untuk menentukan proyeksi riap dan waktu panen pada HTI PT. AYI.

Data realisasi riap hasil kegiatan pada PUP di HTI PT. AYI diambil sebanyak 7 kali pengukuran sampai umur 10 tahun, sehingga layak untuk dipakai dalam penentuan riap dan waktu panen apabila dibandingkan dengan hasil studi kelayakan yang hanya 3 kali pengukuran sampai umur 3 tahun. Selain data PUP tersebut signifikan berdasarkan analisis regresi, juga sampai pada umur 10 tahun kurva riap MAI masih meningkat walaupun kenaikannya semakin melemah. Artinya bahwa garis tersebut menunjukan adanya pertumbuhan yang baik pada tanaman Gmelina. Pada umur 10 tahun tanaman Gmelina belum dapat dipanen, hal tersebut dikarenakan garis riap MAI dan CAI hasil kegiatan pada PUP pada HTI PT. AYI masih belum bertemu atau berpotongan. Kurva hubungan antara riap MAI dan CAI dapat dilihat pada Gambar 7.

(11)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 11

Gambar 7. Proyeksi waktu panen Gmelina arborea hasil kegiatan HTI PT. Aya Yayang Indonesia

Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa sampai umur 10 tahun riap MAI dan CAI tanaman Gmelina masih belum bertemu atau berpotongan. Pada Gambar tersebut dapat diprediksikan bahwa kedua garis riap MAI dan CAI akan bertemu atau berpotongan pada umur 11 tahun. Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa persamaan regresi untuk PUP signifikan. Sehingga layak dipakai untuk menentukan proyeksi riap pada waktu panen yang nantinya akan digunakan untuk menetapkan arus rugi laba HTI PT. AYI.

Penetapan waktu panen atau daur ekonomis untuk tanaman Gmelina pada HTI PT. AYI diprediksikan pada umur 11 tahun karena garis riap MAI dan CAI hasil pengukuran pada PUP sudah hampir berpotongan/bersinggungan. Untuk menentukan prediksi riap MAI pada waktu panen maka pada persamaan regresi nilai x (umur tanaman) dimasukkan angka 11 sesuai dengan prediksi waktu panen dan umur daur adalah 11 tahun.

Persamaan regresi yang diperoleh untuk PUP adalah y = 6,3428 + 8,1229x yang digunakan untuk menentukan riap pada saat panen. Kemudian setelah dimasukkan angka 11 pada persamaan regresi tersebut maka diperoleh riap pada umur 11 tahun sebagai berikut :

1. y = 6,3428 + 8,1229.x; di mana y (riap MAI) dan x (umur tanaman) 2. y = 6,3428 + 8,1229 (11)

3. y = 95,7 ≈ 96 m3/ha

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa riap MAI tanaman Gmelina

pada saat panen di HPH PT. AYI adalah sebesar 96 m3/ha pada umur

11 tahun. Riap pertumbuhan sebesar 96 m3/ha/tahun inilah yang digunakan sebagai acuan untuk menghitung atau menetapkan arus rugi laba pada HTI PT. AYI dengan waktu panen atau umur daur ekonomisnya adalah 11 tahun.

Riap tahunan atau MAI pada HTI PT. AYI berdasarkan data realisasi pada

pengukuran PUP pada umur 11 tahun sebesar 96 m3/ha/tahun. Jika dibandingkan

dengan riap hasil studi kelayakan yang besarnya 210 m3/ha/tahun, riap tahunan pada HTI PT. AYI masih lebih kecil dibandingkan dengan riap tahunan hasil studi kelayakan berdasarkan penelitian di Riam Kiwa.

Riap pertumbuhan sebesar 96 m3/ha/tahun diperoleh berdasarkan data sampai umur 10 tahun. Pada umur 10 tahun tersebut rata-rata diameternya adalah 29 cm. Untuk riap diameter rata-rata tahunan adalah 2,9 cm/tahun. Berdasarkan riap diameter rata-rata tahunan yang diharapkan dalam pembangunan HTI untuk Gmelina adalah antara 4 – 6 cm/tahun, berarti untuk HTI PT. AYI riap diameter rata-rata tahunan yang

Riap pada PUP

0 25 50 75 100 125 150 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur (tahun) Vol (m 3 /ha) CAI MAI

(12)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 12

dihasilkan belum mencapai target yang diharapkan dari pengelolaan HTI.

Dalam penelitian Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (DPTH) tahun 2002 menyebutkan bahwa tinggi tanaman Gmelina dapat mencapai 30 – 40 m dengan riap diameter rata-rata tahunan 5 cm/tahun. Pada HTI PT. AYI tinggi rata-rata untuk umur 10 tahun sudah mencapai 29 m. Berarti pada akhir daur (waktu panen) untuk HTI PT. AYI tinggi tanaman Gmelina yang diharapkan akan tercapai, sedangkan riap diameter rata-rata tahunan masih lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian DPTH.

Usaha meningkatkan riap pada HTI PT. AYI diperlukan sebagai langkah preventif dalam pelaksanaan kegiatan HTI. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi dan keadaan di HTI PT. AYI dengan penerapan tindakan silvikultur sehingga dapat meningkatkan besarnya riap tahunan HTI PT. AYI pada waktu akhir daur atau saat panen. Hal tersebut juga akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Untuk mengatur pemanfaatan HTI PT. AYI serta meningkatkan nilai hutan tanaman, baik kuantitas maupun kualitas tanaman Gmelina, maka perlu diterapkan tindakan silvikultur yang sesuai dengan kondisi lingkungan, keadaan lapangan, komposisi dan struktur dari tanaman HTI, sifat tumbuh jenis Gmelina serta pertimbangan pengusahaan yang menguntungkan. Untuk mencapai hasil yang diharapkan perusahaan maka tindakan silvikultur yang perlu diterapkan antara lain adalah permudaan, pembebasan dan penjarangan.

Kegiatan permudaan yang paling penting adalah pengadaan bibit. Pengadaan bibit bertujuan untuk memperoleh benih atau bibit yang bermutu tinggi dalam jumlah yang memadai dan tata waktu yang tepat, serta untuk meningkatkan produktivitas maupun kualitas dari tanaman Gmelina yang sesuai dengan kondisi tempat tumbuh, dengan menggunakan bibit yang berkualitas tinggi dari jenis-jenis yang dikehendaki.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam permudaan antara lain adalah :

1. Pengaturan struktur dan komposisi tegakan secara khusus sesuai dengan tujuan pengelolaan lahan

2. Mengetahui kendala-kendala yang umum terjadi dalam hal pengelolaan, sosial, ekonomi dan ekologi

3. Analisis kondisi tegakan secara khusus seperti masalah penyakit, suhu, evapotranspirasi dan vegetasi pesaing

4. Pengaturan perlakuan seperti pemilihan jenis, kelas umur, sumber biji, jarak tanam dan persiapan lapangan yang tepat dengan memperhatikan aspek ekologis dan fisiologis.

Pertimbangan keempat faktor tersebut akan lebih memungkinkan menjamin kesuksesan pengelolaan hutan tanaman industri sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh HTI PT. AYI.

Tindakan silvikultur lain adalah pembebasan tanaman. Maksud dari kegiatan pembebasan adalah untuk menyediakan ruang tumbuh yang optimal bagi tanaman Gmelina agar pertumbuhannya tidak terganggu dengan tumbuhan lain. Sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan riap serta produktivitas tegakan Gmelina yang nantinya akan memaksimumkan keuntungan perusahaan.

Kegiatan penjarangan juga perlu diterapkan dalam pengelolaan HTI. Sedangkan pada kegiatan pemeliharaan HTI PT. AYI sampai pada umur 10 tahun masih belum ada kegiatan penjarangan, padahal kegiatan tersebut semestinya sudah dilaksanakan pada waktu tanaman berumur 5 tahun (penjarangan pertama). Seandainya penjarangan ini dilaksanakan, maka diperkirakan riap tanaman pada umur 6 – 7 tahun lebih tinggi dari riap yang ada. Maksud kegiatan penjarangan ini adalah memelihara kebebasan sinar dan memberikan ruang dari tajuk-tajuk tanaman Gmelina

(13)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 13

agar riap pertumbuhannya maksimum. Sedangkan tujuannya adalah untuk memusatkan riap tanaman Gmelina agar diperoleh pertambahan riap pertumbuhan.

Dengan adanya penerapan tindakan silvikultur tersebut diharapkan tanaman Gmelina yang dihasilkan oleh HTI PT. AYI memiliki riap pertumbuhan yang baik sesuai dengan yang diharapkan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dari tanaman Gmelina baik kualitas maupun kuantitas dan memberikan keuntungan yang maksimum bagi HTI PT. AYI.

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil studi kelayakan yang berdasarkan penelitian di Riam Kiwa tidak dapat

digunakan untuk menentukan riap HTI PT. Aya Yayang Indonesia

2. Persaman regresi linier yang diperoleh dari data realisasi hasil kegiatan HTI PT. Aya Yayang Indonesia yang diwakili oleh data hasil pengukuran pada PUP untuk menentukan riap adalah y = 6,3428 + 8,1229x

3. Pada umur 10 tahun garis riap MAI dan CAI sudah mulai bersinggungan sehingga diperkirakan pada umur 11 tahun akan bersinggungan/berpotongan. Hal tersebut menjadi dasar penetapan prediksi waktu panen untuk kegiatan HTI PT. Aya Yayang Indonesia yaitu pada umur 11 tahun

4. Riap tahunan (MAI) sebesar 96 m3/ha/tahun pada umur 11 tahun dapat digunakan untuk menentukan arus rugi laba HTI PT. Aya Yayang Indonesia.

B. Saran

Riap tahunan pada HTI PT. Aya Yayang Indonesia sebesar 96 m3/ha/tahun dengan daur 11 tahun, untuk meningkatkan riap tersebut perlu dilakukan penerapan tindakan silvikultur antara lain permudaan, pembebasan dan penjarangan. Dengan penerapan tindakan silvikultur tersebut diharapkan dapat meningkatkan riap tanaman Gmelina serta meningkatkan produktivitas tanaman yang dihasilkan sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimum bagi HTI PT. Aya Yayang Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid, H dan Widiarti. 1992. Teknik Penanaman dan Pemungutan Hasil Gmelina

arborea (YAMANE). Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor.

Anshary, A. 1997. Riap Rata-rata Tahunan (MAI) Tanaman Jenis Eucalyptus pelita di

Hutan Tanaman Industri Sabuhur Pleihari PT. Inhutani III Unit Banjarbaru

Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Badan Litbang Kehutanan, 1999. Petunjuk Teknis Pembuatan dan Pengukuran Petak

Ukur Permanen (PUP) HTI. Dephut. Jakarta.

Baker,F.S, Helms,J.A, Daniel,T.W, 1992. Pinciples of Silviculture (Prinsip-prinsip

Silvikultur).Terjemahan oleh Djoko Marsono, Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Bakri, S. 1998. Pengaruh Pemberian Pupuk Gandasil D melalui Daun Terhadap

Pertumbuhan Awal Anakan Gmelina arborea Linn di lapangan. Laporan

Penelitian. Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Bruce, D. and F.X. Schumacher, 1950. Forest Measuration. Third Edition, Mc.

Graw Hill Book Company Inc. New York.

Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan. 1996. Persetujuan Studi Kelayakan HTI-Trans

PT. Meranti Sembada di Kabupaten Barito Utara Propinsi Kalimantan Tengah.

(14)

Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 18, Maret 2006 14

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT. Gramedia. Jakarta. Freese, Frank., 1974. Elementary Statistical Methode for Foresters. Agriculture

Hand Book 317. U.S. Department of agriculture Forest Service. Washington D.C.

Henny Rachmawati, Djoko Irianto dan Chritian P. Hansen, IFSP. 2002. Informasi

Singkat Benih Gmelina arborea. Indonesian Forest Seed Project. Bandung.

Jumaiedi, D. dan Marom, O. 2001. Pertumbuhan Tanaman Jati Putih (Gmelina

arborea Linn) Hasil Biakan Vegetatif (Stek) di Kebun Percobaan Rumpin,

Bogor.

Junus,H.M, Wasaraka,A.R,Fransz, J.J, Rusmaedy,M, Soeyitno,S, Digut,S.N, 1985.

Dasar Umum Ilmu Kehutanan (Buku II). Badan Kerjasama Perguruan Tinggi

Negeri Indonesia Bagian Timur, Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.

Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan. 1995. Pedoman Teknis

Penyelenggaraan Pembuatan Hutan Tanaman Industri. Jakarta.

Leuschner, W.A. 1974. Forest Regulation : Harvest Scheduling and Techniques, John Wiley and Sond Inc. New York.

Menteri Kehutanan, 1992. Surat Keputusan no. 22/Kpts-II/1992 tentang Hak

Pengusahaan HTI seluas 20.000 Ha kepada PT. Aya Yayang Indonesia.

Jakarta.

PT. Aya Yayang Indonesia. 1991. Studi Kelayakan HTI PT. Aya Yayang Indonesia

Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan. Jakarta.

______________________. 2001. Profil HTI. Banjarmasin.

Riyanto, H.D. dan E. Kusnandar, 1994. Pertumbuhan dan Laju Pertumbuhan (CAI)

Diameter Tegakan Acacia mangium Temuan Ilmiah Hasil Pengembangan Teknologi Reboisasi Palembang, 30 – 31 Maret 1994, BTR-Badan Penelitian

dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Palembang.

Rachmawati, H. Iriantono, D. Hansen, CP, 2002. Informasi Singkat Benih Gmelina

arborea Roxb. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. Bandung.

Sabaruddin, S. 1981. Fisiologi Pohon. Cetakan Ke Dua, Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Santoso, Singih. 2001. Aplikasi Excel dalam Statistik Bisnis. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Simon, Hasanu. 1994. Pengaturan Hasil Hutan. Bagian Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Soekotjo, 1976. Silvika. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sudyono, Y. dan Suharlan. 1978. Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor.

Suharsono, D. 1984. Perencanaan Hutan II. Kerjasama Fakultas Kehutanan UGM dan Proyek Pendidikan dan Pengendalian Tenaga Kerja Pengusahaan Hutan, Depertemen Kehutanan. Jakarta.

Sukajadi. 1992. Sekelumit Tentang Tanaman Gmelina. Duta Rimba VIII (149 – 150): 45 – 50.

Wasiyanto, D. 1998. Usulan Magang. Kegiatan Magang Pembangunan HPHTI

Transmigrasi di PT. Purwa Permai Provinsi Kalimantan Tengah (Studi Kasus Teknis Penanaman Gmelina arborea Linn, Peronema canaescens Jack, dan Ormosea sp) Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

____________. 1976. Silvika. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yunan, S. 1984. Dasar-dasar Silvikultur, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Gambar

Tabel 4.  Elemen, Sumber dan Alokasi Data Penelitian
Tabel 7. Rekapitulasi data perhitungan volume serta riap MAI dan CAI untuk hasil studi  kelayakan di Riam Kiwa
Tabel 9. Hasil uji F analisis regresi untuk data hasil studi kelayakan di Riam Kiwa  Sumber
Gambar 5. Kurva regresi linier untuk data hasil studi kelayakan di Riam Kiwa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mampu memilih Jurusan di Perguruan Tinggi yang sesuai dengan bakat dan minat.. Menyiapkan siswa

Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk mengurangi waktu bekerja saya dan bergantian dengan suami serta melakukan pendampingan secara intens terhadap anak saya.130 Untuk

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (H1, H2, H3 dan H4) dapat disimpulkan bahwa secara parsial hanya variabel Penghargaan Finansial yang berpengaruh secara signifikan terhadap

Arsitektur struktur organisasi perusahaan PT Timur Jaya Panel saat ini telah memiliki beberapa jabatan, yaitu: direktur, komisaris, bagian produksi, bagian

Hal ini berarti, untuk meningkatkan kinerja Guru SD Gugus 1 Sidoharjo Kabupaten Sragen sebaiknya memperhatikan faktor-faktor dalam meningkatkan Kompetensi kerja agar

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kulit pisang dapat mengantarkan arus listrik, sehingga dapat digunakan untuk menggantikan elektrolit pada baterai komersil yang

Cuplikan hasil tes berpikir kreatif matematis S21 mengenai indikator keluwesan pada butir soal nomor 1 disajikan pada Gambar 4.43 berikut. Gambar 4.43 Cuplikan S21

Data yang masuk ke dalam sistem komunikasi (communication system) atau sistem penyimpanan (storage system) dari sumber informasi (information source) akan diproses pertama kali