• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengembangan wilayah sebelumnya antara lain : Balitbang Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengembangan wilayah sebelumnya antara lain : Balitbang Kota Medan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai peran sektor industri dan pengembangan wilayah sebelumnya antara lain : Balitbang Kota Medan (2013) melakukan studi mengenai “Identifikasi Sektor Industri Unggulan di Kota Medan” Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sektor-sektor dan sub-sektor ekonomi yang menjadi sub-sektor unggulan pada perekonomian di Kota Medan, mengetahui keterkaitan kegiatan (linkages activity) antar sektor unggulan tersebut dalam perkembangannya di kota Medan, mengestimasi dari variabel sektor unggulan yang yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan serta merumuskan kebijakan yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam rangka pengembangan sektor-sektor unggulan tersebut. Data yang digunakan berasal dari data primer yang diperoleh dengan survei dan wawancara langsung kepada dinas-dinas terkait yang berhubungan dengan sektor-sektor unggulan di kota Medan dan para stakeholders lainnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga pengumpul data baik dari pemerintah dalam hal ini BPS (Biro Pusat Statistik ) Kota Medan, dan kantor Bank Indonesia Medan, dan Bappeda Kota Medan yang telah dipublikasikan. Analisa data menggunakan analisis LQ dan Regressi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur perekonomian Kota Medan dari tahun 2002 sampai tahun 2011 sangat didominasi oleh 4 sektor yang mempunyai kontribusi cukup besar dalam pembentukan PDRB yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, kemudian sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Selanjutnya Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta

(2)

Industri Pengolahan dan Bangunan. Hasil perhitungan LQ, menunjukkan bahwa sektor dan sub sektor untuk Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor dan sub-sub sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor dan sub-sub-sub-sub sekor Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor unggulan. Sedangkan untuk sektor industri pengolahan, hanya beberapa sub sektornya yang merupakan sektor unggulan. Hasil estimasi pertumbuhan ekonomi kota Medan menunjukkan bahwa semua variabel bebas yaitu produksi sektor industri, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan sektor jasa memiliki pengaruh positif dan signifikan pada level 1% dan 5%.

Hasibuan (2013) melakukan studi mengenai “Analisis Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Kota Medan”. Sektor Industri merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap PDRBdi kota Medan setelah sektor perdagangan dan sektor bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Sektor industri merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, dengan laju pertumbuhan yang positif setiap tahunnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar kontribusi sektor industri terhadap PDRB di kota Medan. Hasil penelitian ini adalah nilai produksi sektor industri kota Medan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan tetapi kontribusi sektor industri terhadap PDRB kota Medan mengalami penurunan. Ini disebabkan oleh semakin besarnya sektor-sektor lain yang memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap PDRB dan dikarenakan potensi ekonomi kota Medan adalah pada sektor perdagangan dan sektor angkutan dan komunikasi.

Kustanto, dkk (2012) melakukan studi mengenai “Reindustrialisasi dan Dampaknya terhadap Ekonomi Makro serta Kinerja Sektor Industri di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak reindustrialisasi terhadap ekonomi makro dan kinerja sektor industri, termasuk industri kecil, menengah dan

(3)

besar. Reindustrialisasi dalam penelitian ini diukur dari peningkatan pangsa output sektor industri. Penelitian ini menggunakan model ekonomi keseimbangan umum recursive dynamic untuk mengukur dampak reindustrialisasi sebagai upaya untuk mengantisipasi faktor-faktor penyebab deindustrialisasi. Reindustrialisasi dilakukan dengan serangkaian kebijakan melalui simulasi peningkatan investasi sektor industri, peningkatan ekspor produk-produk industri, peningkatan penggunaan produksi dalam negeri untuk mengurangi jumlah impor barang-barang konsumsi, peningkatan produktivitas sektor industri, subsidi harga energi dan pengembangan klaster industri prioritas yaitu klaster industri agro, klaster industri basis manufaktur dan klaster industri alat angkut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam simulasi yang dilakukan mampu meningkatkan kinerja ekonomi makro yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan pangsa output sektor industri lebih tinggi daripada simulasi baseline. Pada semua simulasi, reindustrialisasi mampu meningkat pertumbuhan output sektor industri kecil menengah lebih tinggi dibandingkan dengan industri besar. Untuk meningkatkan pangsa output sektor industri dapat dilakukan melalui serangkaian kebijakan reindustrialisasi dengan meningkatkan investasi baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing, peningkatan ekspor dan penurunan impor produk-produk industri melalui peningkatan penggunaan produksi dalam negeri, kebijakan untuk mengatur harga energi, dan peningkatan teknologi dan produktivitas sektor industri.

Kurniawan (2009) melakukan studi mengenai ”Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri kecil di Kota Surabaya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita (X1), nilai produksi (X2), investasi industri kecil (X3), dan jumlah tenaga kerja industri kecil (X4).

(4)

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari instansi–instansi terkait seperti BPS Surabaya. Analisis data menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat, baik secara simultan maupun secara parsial terhadap jumlah industri kecil (Y). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial semua variabel bebas pendapatan perkapita (X1), nilai produksi (X2), investasi industri kecil (X3) dan jumlah tenaga kerja industri kecil (X4) berpengaruh secara nyata terhadap jumlah industri kecil (Y).

Kusumastuti (2006) melakukan studi mengenai “Analisis Strategi Pemasaran Industri Kecil Roti dan Kue”. Penelitian ini bertujuan : 1) Mengidentifikasi bauran pemasaran (marketing mix) yang telah diterapkan Toko Roti dan Kue yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi; 2) Mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan; dan 3) Menganalisis dan menyusun rekomendasi alternatif strategi pemasaran yang tepat dan efektif melalui pendekatan analisa bauran pemasaran (marketing mix). Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner kepada pihak perusahaan sebanyak 3 responden dan penyebaran kuesioner kepada 30 konsumen Toko Roti dan Kue dengan metode Judgement Sampling dan data sekunder yang diperoleh melalui pihak lain. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan melalui IFE, EFE, dan IE untuk mengetahui posisi perusahaan dalam menghadapi persaingan, serta QSPM untuk pengambilan keputusan alternatif strategi yang akan direkomendasikan kepada perusahaan. Secara umum matriks IFE menghasilkan total skor terbobot sebesar 2,34 yang menunjukkan bahwa posisi internal perusahaan cenderung lemah, yang artinya perusahaan harus lebih

(5)

memanfaatkan kekuatannya dan mengatasi kelemahan yang dimilikinya dengan baik. Analisis matriks EFE secara umum menghasilkan skor terbobot sebesar 2,41 yang menunjukkan bahwa situasi eksternal perusahaan cenderung di bawah rata-rata, artinya perusahaan kurang memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan atau tidak menghindari ancaman-ancaman eksternal. Hasil analisis Matriks IE, perusahaan berada di sel V yaitu Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Berdasarkan analisis QSPM diperoleh strategi yang menjadi prioritas utama untuk diterapkan oleh perusahaan, yaitu kegiatan menambah jumlah agen dan meningkatkan kuantitas produk yang ditawarkan (Jumlah Total Attractiveness Score = 6,55).

Rachmawati dan Amir (2003) meneliti mengenai “Studi Potensi Industri Kecil di Desa Tertinggal dalam Rangka Pemberdayaan Pengusaha Kecil di Kabupaten Banyumas”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji : 1) Keanekaragaman industri kecil didesa tertinggal; 2) Profil pengusaha industri kecil didesa tertinggal berdasar karakteristik tingkat pendidikan, jenis kelamin, usia; 3) Faktor-faktor kendala dan faktor-faktor pendukung industri kecil di desa tertinggal dari faktor-faktor permodalan, tenaga kerja, bahan baku, peralatan produksi, serta pemasaran; dan 4) Menemukan Pola pemberdayaan industri kecil didesa tertinggal berdasarkan faktor-faktor kendala dan pendukung. Pendekatan yang digunakan adalah analisis kualitatif melalui survey lapangan dan studi observasi. Sampel penelitian adalah industri kecil dan pengusaha industri kecil dengan metoda purposive sampling. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Jenis industri kecil adalah tempe, tahu, kerajinan bambu, tas, meubel, mie soun, gula jawa dan jenis-jenis makanan seperti roti, gula kacang; 2) Kendala yang dihadapi adalah motivasi

(6)

usaha rendah; pengetahuan dan ketrampilan tenaga kerja kurang memadai; permodalan dan aksesnya; peralatan/teknologi produksi mamual dan sederhana, tidak ada standarisasi produksi, produk, kemasan dan jangkauan pemasaran terbatas; sedangkan limbah yang belum dimanfaatkan: sisa kulit/plastik untuk produk tas, dompet, souvenir. Limbah industri tahu bisa dimanfaatkan untuk nata de soya; pada meubel, potongan kayu kecil untuk souvenir; dan pembentukan kelompok/asosiasi usaha. 3) Faktor pendukung: bahan baku dari lingkungan sekitar, harganya relatif murah, jumlah tenaga kerja usia produktif & bisa mengurangi pengangguran 4) perlunya pola pemberdayaan adalah pelatihan AMT; pelatihan manajemen dan pengembangan budaya inovasi, temu pengusaha dengan pihak penyandang dana, pembuatan atau pengembangan teknologi dengan bantuan perguruan tinggi dan LSM, atau bantuan teknologi dari pemerintah; pelatihan komunikasi bisnis, desain dan model untuk pemasaran; bantuan teknis AMDAL dan pengembangan produk sampingan dari limbah, dan pembentukan kelompok usaha. Solusi penyelesaiannya harus sesuai dengan jenis industri, besar kecilnya skala usaha dan skala prioritas masing-masing pengusaha.

2.2. Industri

Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan secara sempit. Pengertian secara luas adalah industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif, sedangkan pengertian secara sempit adalah industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, dan termasuk juga kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Industri dalam istilah ekonomi

(7)

mempunyai dua pengertian, yaitu : 1) industri merupakan himpunan perusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kertas, dan 2) industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy, 1996).

Pengertian kata industri sering disebut sektor industri pengolahan/manufaktur yaitu salah satu faktor produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi. Menurut Hadikusumo dalam Hanum (2010) pengertian industri adalah suatu unit atau kesatuan produk yang terletak pada suatu tempat tertentu yang meletakan kegiatan untuk mengubah barang-barang secara mekanis atau kimia, sehingga menjadi barang (produk yang sifatnya lebih dekat pada konsumen terakhir), termasuk disini memasang bahagian dari suatu barang (assembling). Yustika (2000) menyatakan bahwa ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor industri sebagai leading sector maka dapat dikatakan negara tersebut sudah mengalami industrialisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa industrialisasi sebagai transformasi struktural dalam suatu negara. Oleh sebab itu, proses industrialisasi dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja.

Industrialisasi dalam pengertian lain adalah proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruk sektor ekonomi yang mempunyai kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan sebagai leading sector.

(8)

Pengalaman pada hampir semua negara menyimpulkan bahwa industrialisasi adalah suatu keharusan karena menjamin kelangsungan proses pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan yang menghasilkan pendapatan perkapita setiap tahun.

2.2.1. Industri Besar Sedang

Pengelompokan sektor industri di Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu 1) pembagian sektor industri pengolahan berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Berdasarkan pengelompokan ini sektor industri pengolahan dibedakan menjadi sembilan sub sector dan 2) pembagian berdasarkan banyaknya tenaga kerja, dengan pengelompokan ini sektor industri pengolahan dibedakan menjadi empat sub golongan, yaitu: industri rumah tangga, industri kecil, industri sedang, dan industri besar. Berdasarkan pengolompokan ini, industri besar sedang menghasilkan nilai tambah terbesar.

2.2.2. Industri Kecil

Pengertian industri kecil belum ada batasan mutlak yang dapat dijadikan sebagai pedoman umum. Menurut Winardi (1994) industri kecil adalah usaha produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang menyelenggarakan jasa-jasa misalnya transportasi, atau jasa perhubungan yang menggunakan modal dan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif kecil.

Batasan normatif menurut SK. Menperindag Nomor 254 Tahun 1997, Industri kecil diartikan sebagai suatu kegiatan usaha industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan 200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Industri kecil tergolong usaha kecil. Oleh karena itu perlu batasan yang tegas tentang pengertian usaha kecil. Hal ini dimaksudkan agar terdapat

(9)

konsistensi pemahaman atas kedua konsep tersebut. Menurut UU. Nomor 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah suatu usaha yang mempunyai kekayaan bersih maksimum 200 juta rupiah di luar tanah dan bangunan atau mempunyai omzet penjualan maksimum 1 miliar rupiah per tahun.

Industri Kecil Menengah (IKM) adalah suatu kegiatan usaha industri yang memiliki asset sampai dengan 5 miliar rupiah di luar tanah dan bangunan serta beromzet sampai dengan 25 miliar rupiah per tahun (Mayer dalam Ridwan,2005). Industri kecil adalah kegiatan untuk mengubah bentuk secara mekanis dan kimiawi produk baru yang lebih tinggi manfaatnya, baik dengan menggunakan mesin, tenaga kerja atau alat bantu lainnya guna dijual atau dipergunakan sendiri. Dengan kata lain, industri adalah kegiatan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang lebih tinggi nilainya (Rhodant dalam Ridwan, 2005).

Menurut Deperindag (2002) industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan yang bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah dan mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar 1 miliar rupiah atau kurang. Merujuk kepada beberapa pengertian industri yang telah diuraikan tersebut, maka pada prinsipnya industri itu terkait dengan unsur-unsur tertentu, antara lain:

a. Kelompok-kelompok perusahaan atau kelompok produksi yang mengolah barang homogen atau sejenis.

b. Perubahan wujud fisik suatu benda, baik melalui proses mekanik maupun kimia dengan melibatkan faktor-faktor produksi.

c. Orientasi kegiatan industri dititikberatkan kepada dua target yang mendasar, yakni 1) untuk mendapatkan manfaat/nilai yang lebih tinggi dari semula, dan

(10)

2) sebagai jawaban alternatif atas kelangkaan suatu produk dengan cara substitusi.

Pertimbangan lain yang mendasari pentingnya industri kecil, meliputi : a. Proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya integrasi

kegiatan sektor-sektor ekonomi yang lain.

b. Potensi penciptaan dan perluasan kesempatan kerja bagi pengangguran.

c. Dalam jangka panjang, peranannya sebagai suatu basis pembangunan ekonomi yang mandiri.

Penjabaran mengenai potensi pengembangan industri kecil di Indonesia dalam kaitannya dengan penyerapan tenaga kerja setidaknya memberikan gambaran tentang perihal yang sama bagi sektor-sektor ekonomi secara keseluruhan. Kemampuan penyerapan tenaga kerja pada industri kecil lebih besar jika dibandingkan dengan industri besar dan sedang.

Irzan (1996) menyatakan bahwa dimensi problematik yang menyangkut persoalan kesempatan kerja, betapapun terbatasnya akan melahirkan suatu urgensi kerja guna memberikan prioritas tersendiri pada pengembangan industry kecil. Untuk itulah sikap pemerintah yang meletakkan sub sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga sebagai kantong dari berbagai upaya perluasan dan penciptaan lapangan kerja, merupakan keharusan dalam menentukan tindakan yang rasional.

Dalam rangka menunjang pembangunan di sektor industri, pemerintah tidak hanya memperhatikan pertumbuhan industri besar dan sedang saja, melainkan juga membantu berkembangnya industri kecil dan rumah tangga. Industri kecil dan rumah tangga memegang peranan penting dalam pembangunan, khusunya negara-negara yang sedang membangun, karena industri ini dapat

(11)

membuka lapangan kerja yang luas, membuka kesempatan usaha dan memperluas basis pembangunan. Dalam berbagai bidang, industri kecil dan rumah tangga juga meningkatkan ekspor. Dalam pembentukan PDRB, peranan industri kecil dan rumah tangga sebenarnya tidaklah terlalu besar, bahkan dapat dikatakan sangat kecil. Akan tetapi peranan sektor ini dalam penyerapan tenaga kerja cukup besar.

Sementara itu UKM (Usaha Kecil Menengah) meliputi usaha kecil informal/ tradisional dan juga usaha menengah, yang mengelola usahanya sudah lebih maju jika dibandingkan dengan industri kecil informal dan tradisional. Disamping itu juga dari segi permodalan juga sudah lebih besar dan manejemen juga lebih maju.

Upaya pemerintah melalui berbagai kebijaksanaan, yaitu denga menciptakan iklim usaha yang kondusif, sehingga sektor industri terutama sektor industri UKM dapat terus tumbuh dan berkembang, seiring dengan majunya industri besar. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan industri berdasarkan tujuan perekonomian serta kebijaksanaan ekonomi, yaitu peningkatan pendapatan nasional, perluasan kesempatan kerja, pembagian pendapatan secara merata, perkembangan industri regional, serta pengurangan jumlah pengangguran.

2.3. Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi

Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.

(12)

Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal” semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara “horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.

Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.

UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization) dalam Muhammad (1992) mengelompokkan negara-negara sebagai berikut :

1. Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap PDB kurang dari 10 persen.

(13)

2. Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.

3. Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30 persen.

4. Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen. Perroux mengemukakan pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux dalam (Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :

1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Karena keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut.

2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainya.

3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.

(14)

2.4. Pengembangan Wilayah

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Wilayah adalah, daerah atau region, pada umumnya diartikan sebagai suatu ruang yang dianggap merupakan suatu kesatuan perkembangan kehidupan fisik, sosial maupun ekonomi. Dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, wilayah diartikan sebagai ruang yang merupakan satuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif di mana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik Indonesia (Mulyanto, 2008). Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah yang bersangkutan (Susantono, 2009).

Menurut Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan

(15)

masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Konsep perencanaan wilayah pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengalokasikan sumber daya demi tercapainya tujuan yang lebih baik dimasa yang akan datang (Tarigan, 2006). Perencanaan pembangunan wilayah semakin relevan dalam mengimplementasikan kebijakan ekonomi dalam aspek kewilayahan. Hoover dan Giarratani dalam Nugroho dan Dahuri (2004) menyimpulkan tiga pilar penting dalam proses pembangunan wilayah, yaitu : 1. Keunggulan komparatif (imperfect mobility of factor). Pilar ini berhubungan

dengan keadaan dtemukannya sumber-sumber daya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik, misalnya iklim dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumber daya tersebut sehingga wilayah memiliki komparatif. Sejauh ini karakteristik tersebut senantiasa berhubungan dengan produksi komoditas dari sumber daya alam, antara lain pertanian, perikanan, pertambangan, kehutanan, dan kelompok usaha sektor primer lainnya.

2. Aglomerasi (imperfect divisibility). Pilar aglomerasi merupakan fenomena eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan ekonomi secara spasial. Hal ini terjadi karena berkurangnya biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi produk.

3. Biaya transpor (imperfect mobility of good and service). Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian. Implikasinya

(16)

adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah antara lain dipengaruhi oleh aspek-aspek keputusan lokasional, terbentuknya sistem perkotaan, dan mekanisme aglomerasi. Istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah sesungguhnya tidak bermakna sama. Pertumbuhan dan perkembangan wilayah merupakan suatu proses kontinu hasil dari berbagai pengambilan keputusan di dalam ataupun yang mempengaruhi suatu wilayah.

Kata pengembangan dalam pengembangan wilayah tidak dapat dilakukan serentak pada semua sektor ekonomi akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor–sektor ekonomi yang memiliki potensi berkembangnya cukup besar, karena sektor yang memiliki potensi berkembang cukup besar diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektor– sektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi perkembangan sektor potensial tersebut. Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan mendorong polarisasi dari unit–unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak langsung sektor ekonomi lainnya akan mengalami perkembangan.

Jadi pengembangan suatu sektor potensial dapat menciptakan peluang bagi berkembangnya sektor lain yang terkait, baik sebagai input bagi sektor potensial maupun sebagai imbas dari meningkatnya kebutuhan tenaga kerja sektor potensial yang mengalami peningkatan pendapatan. Hal ini yang memungkinkan pengembangan sektor potensial dilakukan sebagai langkah awal dalam pengembangan perekonomian wilayah dan pengembangan wilayah sekitarnya.

(17)

Peranan industri dalam pertumbuhan wilayah secara jelas dikemukakan oleh Yeates dan Gardner dalam Arifin (1997), bahwa kegiatan industri merupakan salah satu faktor penting dalam mekanisme perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Hal ini disebabkan adanya efek multiplier dan inovasi yang ditiimbulkan oleh kegiatan industri yang berinteraksi dengan potensi dan kendala yang dimiliki wilayah. Seorang pakar ekonomi Rusia (Rostow), juga mengatakan bahwa tahap tinggal landas dalam pembangunan ekonomi ditandai oleh pertumbuhan yang pesat pada satu atau beberapa sektor industri (Rostow dalam Jhingan, 2010).

Hubungan antara industri dan wilayah adalah bervariasi antar berbagai wilayah. Pertama yaitu adanya keterkaitan dengan lingkungan, meningkatkan kesempatan kerja, kebutuhan akan bahan baku, sumberdaya alam dan manusia, serta perbandingan keuntungan nasional dan internasional dalam penggunaannya pda berbagai industri. Kedua, dalam kaitannya dengan industri sendiri yang meliputi : 1) Kepentingan industri dan fungsi yang berkaitan dengan berbagai elemen ekonomi wilayah, sepert jenis pekerjaan, kesempatan kerja, pendapatan rumah tangga, penggandaan antar sektor, pendapatan sektor ekspor dan penggunaan lahan dari berbagai kegiatan ekonomi, 2) Organisasi sistem dalam arti kepemilikan, pengendalian, skala ekonomi, teknologi, kapitalisasi dan keterkaitan antara organisasi, 3) Dinamika sistem, terlihat dari adanya pertumbuhan, perkembangan, stagnasi, kemunduran dan stagnasi, kemunduran dan restrukturisasi yang dihasilkan dari kombinasi kelahiran, migrasi masuk, migrasi keluar atau perubahan laian terhadap kondisi perusahaan yang ada, 4) Tipe industri seperti terlihat pada sektor ekonomi fungsi industri dalam mata ranatai produksi, serta tempatnya dalam, divisi tenaga kerja baik secara nasional maupun internasional. Ketiga, adanya dampak dari sistem industri dan dinamikanya

(18)

terhadap kulitas ekonomi, sosial, fisik dan komponen terbangun dari lingkungan masyarakat, khususnya kondisi pasar tenaga kerja, pendapatan riil, kesejahteraan, dan sejenisnya. Untuk dapat mengatasi persoalan yang akan ditimbulkan oleh pembangunan industri, pemerintah daerah perlu mengetahui gambaran menyeluruh mengenai industri itu sendiri seta dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan.

2.5. Kerangka Pemikiran

Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat dipengaruhi oleh potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam. Sumber daya manusia yang handal dan didukung oleh potensi sumber daya alam yang besar akan mampu

mewujudkan kondisi perekonomian yang lebih baik yang ditunjukkan dengan adanya pemerataan pembangunan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

Potensi wilayah Medan Bagian Utara yang didukung sebagai daerah kawasan industri, pelabuhan Belawan dan memiliki luas wilayah 40,58% dari luas wilayah Kota Medan, serta memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian Kota Medan. Untuk dapat mengetahui peran sektor industri wilayah Medan Bagian Utara menggunakan analisis deskriftif, Location Quotient dan regresi linier berganda, sehingga diperoleh sektor basis pada wilayah Medan Bagian Utara. Gambaran konseptual pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(19)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

2.6. Hipotesis Penelitian

Kontribusi sektor industri wilayah Medan Bagian Utara berpengaruh signifikan terhadap kontribusi sektor industri Kota Medan.

Medan Bagian Utara

Kontribusi Peran Pengaruh

Sektor Industri

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Yang menarik dalam proses justifikasi pengetahuan ini ialah, kepercayaan (pengetahuan-yang-dipercaya) itu dapat saja mempeorleh dukungan atau penolakan dari kondisi mental

Dan hal ini tidak lepas dari aspek friksi yang bisa terjadi diluar kemungkinan atau diluar prediksi, baik menyangkut pelayanan manajemen maupun kualitas produk

Pola bakteri Gram positif (+) selanjutnya pada pasien infeksi tonsilofaringitis di poli THT-KL RSUD Arifin Achmad kota Pekanbaru adalah Staphylococcus albus sebesar 24,2%, bakteri

Realisasi keuangan lebih besar dari realisasi fisik dikarenakan proses pembayaran untuk pengadaan baru dilaksanakan pada triwulan IV. Realisasi fisik lebih besar dari

NCB-Interpol Indonesia dalam menanggulangi kejahatan narkotika dan obat-obatan berbahaya, khususnya pada kasus perdagangan gelap narkotika yang melewati dua negara atau lebih

Perusahaan akan memberikan imbalan sesuai dengan kinerjanya, jika kinerja karyawan dapat mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan maka kompensasi yang

Nunung Sudibyo Ir..

NCCC bekerjasama rapat dengan pihak berkuasa yang berkaitan seperti Bahagian Penguatkuasa, Kementerian Perdagangan Dalam negeri dan Hal Ehwal Pengguna, Tribunal Tuntutan