DOI 10.22460/jpmi.v3i4.303-312
303
ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA
DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
Maria Droste Don Rena1, Farida Daniel2, Prida N. L. Taneo3
1, 2, 3 Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Soe, Jln. Badak No 5a, Soe, NTT 1 mariadonrena@gmail.com, 2 faridaniel46@gmail.com, 3 nemserayah.19@gmail.com
Diterima: 26 Februari, 2020; Disetujui: 2 Juli, 2020 Abstract
The purpose of this study was to determine the ability of students' mathematical connection in solving story problems. The research method used is descriptive qualitative. The study was conducted in junior high school Christian Soe 1with the source of the data was a student of class VII B as many people as 27 people. Data collection techniques using observation, mathematics connection ability test and interviews. The research instrument was observation sheets, mathematical connection ability questions and interviews. The research instruments were observation sheets, mathematical connection ability questions, and interview guidelines. Data analysis techniques include Miles and Huberman models with data validity testing using the technique triangulation model. The results of the analysis show that students' high mathematical connection ability of students in solving story problems is high for indicators looking for the relationships of various representations of concepts and procedures, understanding relationships between mathematical topics, understanding the equivalent percentage of a concept and looking for relationships of one procedure with other procedures in equivalent representation while low for indicators of applying mathematics in other fields of study or in everyday life as well as in applying relationships between mathematical topics with topics outside mathematics.
Keywords: : mathematical connection, matter of story.
Abstrak
Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di SMP Kristen 1 Soe dengan sumber data adalah siswa kelas VII B sebanyak 27 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes kemampuan koneksi matematis dan wawancara. Instrumen penelitian berupa lembar observasi, soal kemampuan koneksi matematis siswa berupa soal cerita dan pedoman wawancara. Teknik analisis data mengikuti model Miles dan Huberman dengan uji keabsahan data menggunakan model trianggulasi teknik. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah tinggi untuk indikator mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, memahami hubungan diantar topik matematika, memahami representasi ekuivalen suatu konsep dan mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen sedangkan rendah untuk indikator menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau dalam kehidupan sehari-hari serta dalam menerapkan hubungan antar topik matematika dengan topik di luar matematika.
Kata Kunci: Koneksi Matematis, Soal Cerita
How to cite: Don Rena, M. D., Daniel, F. dan Taneo, P. N. L. (2020). Analisis
Kemampuan Koneksi Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal cerita. JPMI – Jurnal
Don Rena, M. D., Daniel, F. dan Taneo, P. N. L, Analisis Kemampuan Koneksi...
304
PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah seperti guru, sumber atau fasilitas dan teman sesama siswa (Suherman dkk, 2003:8). Salah satu ilmu yang perlu dipelajari adalah matematika. James dan James menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang berhubungan antara satu dan lainnya dengan jumlah banyak serta terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri (Suherman dkk, 2003:16). Matematika memuat suatu kumpulan konsep dan operasi-operasi, tetapi di dalam pengajaran matematika pemahaman siswa mengenai hal-hal tersebut lebih objektif dibandingkan mengembangkan kekuatannya dalam perhitungan-perhitungan, matematika merupakan ilmu yang memiliki keterkaitan antar topik-topiknya maupun dengan ilmu lainnya (Hendriana danSoemarmo, 2017:6-7). Matematika tidak diajarkan secara terpisah antar topik karena masing-masing topik bisa dilibatkan atau terlibat dengan topik lainnya. Pemahaman siswa terhadap suatu topik akan membantu untuk memahami topik yang lain, tetapi hal ini bisa terjadi jika siswa mampu mengkoneksikan topik-topik tersebut. Kemampuan matematika dalam menghubungkan topik yang satu dengan yang lainnya adalah kemampuan koneksi matematis (Latipah dan Afriansyah, 2018).
Menurut Suherman, kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan untuk mengaitkan konsep atau aturan matematika yang satu dengan yang lainya, dengan bidang studi lain atau dengan aplikasi pada dunia nyata (Lestari dan Yudhanegara, 2017:82-83). Indikator kemampuan koneksi matematis yang digunakan dalam penelitian ini merujuk dari yang dikemukakan oleh Sumarmo yaitu 1) mencari hubunganberbagai representasi konsep dan prosedur; 2) memahami hubungan diantara topik matematika; 3) menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari; 4) memahami representasi ekuivalen suatu konsep; 5) mencari hubungan satu prosedur dan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen; 6) menerapkan hubungan antar topik matematika dan antar topik matematika dengan topik diluar matematika (Lestari dan Yudhanegara, 2017:83). Kemampuan koneksi matematis dapat dikembangkan melalui penyelesaian soal cerita matematika.
Sugondo mendeskripsikan soal cerita matematika sebagai soal-soal matematika yang menggunakan bahasa verbal dan umumnya berhubungan dengan kegiatan sehari-hari (Nafi’an, 2011). Mulyadi (2018) berpendapat bahwa soal cerita matematika adalah pernyataan yang umumnya berhubungan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dicari penyelesaiannya menggunakan kalimat serta rumus matematika.
Penelitian Aspuri dan Pujiastuti (2019) menyatakan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah karena siswa belum mampu menggunakan semua informasi dari soal dan belum mampu membuat model matematis sehingga jawaban yang diperoleh tidak relevan. Hal ini juga dialami oleh siswa di SMP Kristen 1 Soe. Kemampuan koneksi yang masih rendah dilihat dari hasil kerja siswa yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Hasil Kerja Siswa A
Gambar 2. Hasil Kerja Siswa B
Gambar 1 menunjukkan bahwa siswa A sudah memahami representasi konsep persegi panjang dan prosedur pengerjaannya dalam bentuk aljabar, mampu menghubungkan antara konsep keliling persegi panjang dengan bentuk aljabar dari panjang dan lebar yang telah diketahui, tetapi siswa belum mampu dalam menghubungankan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representase yang ekuivalen sehingga keliru dalam operasi penjumlahan bentuk aljabar. Siswa keliru dalam menggantikan nilai x pada bentuk aljabar untuk mendapat panjang dan lebar persegi panjang sehingga kesimpulan yang diperoleh salah.
Gambar 2 menunjukkan bahwa siswa B belummampumenentukan konsep keliling persegi panjang dan prosedur pengerjaannya dalam bentuk aljabar sehingga siswa belum mampu menghubungkan dan menyelesaikan keliling persegi panjang dengan bentuk aljabar sesuai prosedur pengerjaan. Siswa juga keliru dalam melakukan operasi perkalian bentuk aljabar sehingga tidak dapat menarik kesimpulan. Berdasarkan permasalahan yang ada maka perlu untuk menganalisis kemampuan koneksi matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita agar
Siswa belum memahami konsep dan prosedur serta hubungan persegi panjang dan bentuk aljabar.
Don Rena, M. D., Daniel, F. dan Taneo, P. N. L, Analisis Kemampuan Koneksi...
306
dapat digunakan dalam perbaikan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kemampuan koneksi matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
METODE
Salah Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan di SMP Kristen 1 Soe semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes kemampuan koneksi matematis dan wawancara. Instrumen penelitian berupa lembar observasi, soal kemampuan koneksi matematis siswa berupa soal cerita dan pedoman wawancara. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B sebanyak 27 orang. Data dianalisis menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Pada tahapan reduksi data hasil tes, observasi dan wawancara dirangkum dan difokuskan pada ketercapaian setiap indikator kemampuan koneksi matematis siswa kemudian data disajikan dalam tabel dan gambar untuk kemudian diverifikasi dan disimpulkan. Uji keabsahan data menggunakan model triangulasi teknik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil observasi terhadap kemampuan koneksi matematis siswa selama 2 pertemuan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Skor Rata- Rata Observasi Kemampuan Koneksi Matematis Siswa No
Indikator
Skor rata-rata Rata-rata Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur
2, 81 2, 89 2,85
2 Memahami hubungan diantara topik matematika
2, 63 3, 04 2,84
3 Menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari
1,56 2, 76 2,16
4 Memahami representasi ekuivalen suatu konsep
2, 41 2, 81 2,61
5 Mencari hubungan satu prosedur dan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen
2, 52 3, 11 2,82
6 Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antar topik matematika dengan topik diluar matematika
1,85 2, 85 2,35
Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika skor rata-rata ketercapaian indikator kemampuan koneksi matematis siswa untuk indikator 1, 2, 4 dan 5 sudah mendekati skor maksimal yaitu 4,00. Rata-rata siswa sudah mampu mencari dan memahami hubungan berbagai representasi dan konsep antara topik matematika, skor rata-rata ketercapaian siswa pada indikator 3 dan 6 masih rendah dikarenakan siswa masih menganggap bahwa materi matematika tidak berkaitan dengan materi lainnya sehingga masih kurang acuh dalam penyelesaian soal yang berkaitan dengan penerapan matematika dengan topik di luar matematika. Kemampuan koneksi matematis siswa yang tinggi pada indikator 1, 2, 4 dan 5 juga
sejalan dengan hasil analisis kerja siswa pada tes kemampuan koneksi matematis siswa yang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Ketercapaian Indikator Kemampuan Koneksi Matematis Siswa
No Indikator JumlahSiswa Persentase (%)
1 Mencari hubunganberbagai representasi konsep dan prosedur
27 100
2 Memahami hubungan diantara topik matematika 27 100 3 Menerapkan matematika dalam bidang studi lain
atau kehidupan sehari-hari
14 51,85
4 Memahami representasi ekuivalen suatu konsep 24 88,88 5 Mencari hubungan satu prosedur dan prosedur
lain dalam representasi yang ekuivalen
26 96,29
6 Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antar topik matematika dengan topik diluar matematika
15 55,55
Tabel 2 menunjukkan paling banyak siswa sudah mencapai indikator 1, 2, 4 dan 5 sedangkan hampir 50% siswa masih kurang dalam indikator 3 dan 6. Sebagian besar siswa juga belum mampu mengaitkan topik matematika dan topik lain di luar matematika. Hasil kerja siswa disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Don Rena, M. D., Daniel, F. dan Taneo, P. N. L, Analisis Kemampuan Koneksi...
308
Gambar 3. Hasil Kerja Siswa S-20
Gambar 4. Hasil kerja siswa S-21
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada penyelesaian nomor 1 siswa S-20 mampu mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, memahami hubungan antar topik matematika yaitu dapat menuliskan hasil perkalian ke dalam bentuk himpunan, memahami representasi ekuivalen suatu konsep, mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain
dalam representasi yang ekuivalen yaitu menyelesaikan dahulu prosedur barulah menuliskannya dalam prosedur himpunan. Selanjutnya pada penyelesaian nomor 2 siswa belum tepat dalam menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau dalam kehidupan sehari-hari karena keliru dalam menuliskan informasi yaitu warna dari rambu lalu lintas, pelangi maupun bendera Indonesia. Hasil wawancara dengan siswa diperoleh bahwa siswa masih kesulitan menyelesaikan soal nomor 2 karena pengetahuan siswa terkait unsur-unsur tersebut masih kurang, siswa jarang melihat rambu lalulintas dan juga lupa warna rambu lalu lintas tersebut maupun warna pelangi.
Gambar 4 menunjukkan bahwa pada penyelesaian nomor 3 siswa S-21 belum mampu mengaitkan topik matematika dengan bidang studi IPA karena siswa belum lengkap bahkan keliru dalam menuliskan anggota himpunanan indera pada manusia sesuai ketentuan yang diminta.Hasil wawancara dengan S-21 diperoleh bahwa siswa tidak menuliskan anggota himpunan dengan lengkap karena lupa materi tentang indera yang telah dipelajarinya pada mata pelajaran IPA dan juga binggung menuliskannya dalam bentuk himpunan, hal ini berarti siswa kurang menggunakan semua informasi yang sudah dipelajarinya baik dalam bidang matematika maupun bidang di luar matematika dalam menyelesaikan masalah koneksi.
Pembahasan
Siswa Soal cerita matematika selalu berhubungan dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dalam penyelesaiannya dapat dihubungkan dengan bidang ilmu matematika. Hal ini berarti siswa harus memiliki kemampuan koneksi matematis yang baik agar dapat menyelesaikan soal cerita. Menurut Suherman, kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan untuk mengaitkan konsep atau aturan matematika yang satu dengan yang lainya, dengan bidang studi lain atau dengan aplikasi pada dunia nyata (Lestari dan Yudhanegara, 2017:82-83). Kemampuan koneksi matematis siswa dikatakan tinggi karena siswa mampu mengaitkan semua informasi dalam soal baik konsep maupun aturan yang ada untuk memperoleh solusi dari soal cerita dan sebaliknya seperti yang disimpulkan pada hasil penelitian Aspuri dan Pujiastuti (2019) yaitu kemampuan koneksi matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah karena siswa belum mampu menggunakan semua informasi dari masalah yang ada dalam soal cerita dan membuat model matematis sehingga terjadi kesalahan dalam menghubungkan dengan koneksi konsep dan prosedur.
Hasil observasi, tes dan wawancara menunjukkan siswa masih kesulitan dalam mengenali dan menerapkan matematika ke dalam konteks di luar matematika. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa masih memandang bahwa matematika sebagai bagian yang terpisah dengan bidang ilmu lain bahkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga kesulitan dalam menghubungkan semua pengetahuan baru maupun pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam menyelesaikan soal cerita matematika. Saat belajar matematika siswa masih menganggap tidak ada kaitannya dengan materi IPA, IPS dan lain sebagainya. Siswa perlu dibiasakan untuk belajar dan memandang matematika sebagai bagian tak terpisahkan dalam semua bidang kehidupannya sebagaimana yang ditekankankan dalam teori Ausubel yang dikenal dengan belajar bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Suherman dkk, 2003:32). Struktur kognitif sendiri yaitu fakta, konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa sehingga mempermudahnya dalam mengoneksikan matematika dan matematika, matematika dan ilmu lain serta matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Don Rena, M. D., Daniel, F. dan Taneo, P. N. L, Analisis Kemampuan Koneksi...
310
Teori Thorndike menyatakan pada hakekatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dan respon (Suherman dkk, 2003:28). Dalam pengembangan koneksi matematis dibutuhkan rangsangan atau penjelasan mengenai keterkaitan dalam matematika sehingga siswa tidak hanya mengetahui tentang ilmu matematika tetapi juga dapat mengetahui manfaat yang akan diterima khususnya dalam penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata siswa sudah mampu mencari dan memahami hubungan berbagai representasi dan konsep antara topik matematika karena rangsangan untuk memahami matematika sebagai suatu ilmu dalam pembelajaran matematika itu sendiri sudah baik. Diperlukan rangsangan yang lebih berupa pemberian soal-soal kontekstual yang berkaitan dengan konteks di luar matematika untuk menghasilkan respon siswa yang tepat dalam pengembangan kemampuannya mengaitkan matematika dengan bidang di luar matematika, sehingga semua informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian soal bersifat utuh sebagaimana hasil penelitian Sari, Sudirman dan Chandra (2018) yang menyimpulkan bahwa dalam menyelesaikan soal cerita siswa dapat menggunakan semua informasi yang diketahui dan menghubungkan informasi tersebut, dimana proses koneksi matematis siswa ditunjukkan dengan kemampuan menerjemahkan soal kedalam bentuk matematis dan menghubungkan konsep dan prosedur matematika. Hasil penelitian Amalia, Lutfiyah dan Permatasari (2019) juga menyimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa berkemampuan tinggi dalam menyelesaikan soal cerita adalah hanya sebagian konsep/prosedur terhubung dan teraplikasi pada konseksi hubungan antara konsep dalam satu topik yang sama dan sebagian besar konsep/prosedur/masalah terhubung dan teraplikasi pada koneksi hubungan antara konsep pada satu topik dan konsep pada topik maupun ilmu lain serta kehidupan sehari-hari.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah tinggi pada indikator mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, memahami hubungan antar topik matematika, memahami representasi ekuivalen suatu konsep dan mencari hubungan satu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen sedangkan rendah pada indikator menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkan hubungan antar topik matematika dan antar topik matematika dengan topik diluar matematika masih rendah. Kemampuan koneksi matematis yang rendah disebabkan karena siswa kesulitan dalam mengenali dan menerapkan matematika ke dalam konteks di luar matematika.
Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan dalam pembelajaran guru lebih banyak memberikan soal kontekstual yang berkaitan dengan topik lain diluar matematika sehingga siswa tidak hanya mampu mengaitkan antar topik matematika saja tetapi juga matematika dengan ilmu lain ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga diharapkan memperluas wawasannya dalam berbagi topik pembelajaran agar bisa mengaitkannya dalam penyelesaian soal matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., Lutfiyah dan Permatasari, V. (2019). Deskripsi Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Berkemampuan Tinggi dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,4(1): 44-52.
Menyelesaikan Soal Cerita: Studi Kasus di SMP Negeri 3 Cibadak. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 7(2): 124-131.
Hendriana. H. dan Sumarmo. U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: Refika Aditama.
Latipah, E. D. P. dan Afriansyah, E. A. (2018). Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa menggunakan Pendekatan Pembelajaran CTL dan RME. Jurnal Matematik, 17(1): 1-12. Lestari. K. E. dan Yudhanegara. M. R. (2017). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung:
Refika Aditama.
Mulyadi, S. (2018). AnalisisKesalahanSiswa dalamMenyelesaikanSoalCerita ditinjau dariPerbedaanGender.Apotema, 4(1): 80-86.
Nafi’an, M. I. (2011). Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita ditinjau dari Gender di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 571-576.
Sari, F. K., Sudirman dan Chandra, T. D. (2018). Proses Koneksi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan, 3(6): 715-722.
Suherman. H. E., dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.
Don Rena, M. D., Daniel, F. dan Taneo, P. N. L, Analisis Kemampuan Koneksi...