• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstraksi Untuk mengatasi persaingan, perusahaan tidak hanya berfokus pada modal fisik, tapi juga berfokus pada modal intelektual (Intellectual Capita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstraksi Untuk mengatasi persaingan, perusahaan tidak hanya berfokus pada modal fisik, tapi juga berfokus pada modal intelektual (Intellectual Capita"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

RELATIONSHIP ANALYSIS OF FINANCIAL PERFORMANCE INTELLECTUAL CAPITAL INSURANCE COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

Fernando Pardede

Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id

Keywords: Financial, insurance, stock ABSTRACT

To cope with competition, the company not only focuses on physical capital, but also focuses on intellectual capital (Intellectual Capital). Companies can achieve competitive advantage and benefit from the Intellectual Capital. Intellectual Capital is located on the potential relationship between the Intellectual Capital and Financial Performance. A company will grow as an increasing number of physical capitals in the same row with the increased number of Intellectual Capital.

The purpose of this thesis is to investigate the effect Intellectual Capital on Financial Performance in an insurance company. This study uses empirical data from the Jakarta Stock Exchange (JSE). This study uses quantitative analysis. The population of this research is insurance companies listed on the JSE. Hypothesis testing is done by simple regression analysis model with significant level at 0.005. The main conclusions of this study were Intellectual Capital influence on Financial Performance.

(2)

Abstraksi

Untuk mengatasi persaingan, perusahaan tidak hanya berfokus pada modal fisik, tapi juga berfokus pada modal intelektual (Intellectual Capital). Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif dan mendapatkan keuntungan dari Intellectual Capital. Intellectual Capital terletak pada hubungan potensial antara Intellectual Capital dan Financial Performance. Sebuah perusahaan akan berkembang jika semakin banyak modal fisik dalam baris yang sama dengan peningkatan jumlah Intellectual Capital.

Tujuan skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital terhadap Financial Performance pada perusahaan asuransi. Penelitian ini menggunakan data empiris dari Bursa Efek Jakarta (BEJ). Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang terdaftar di BEJ. Pengujian hipotesis dilakukan dengan model analisis regresi sederhana dengan tingkat signifikan pada 0,005. Kesimpulan utama dari studi ini adalah Intellectual Capital berpengaruh terhadap Financial Performance.

Pendahuluan

Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Oleh karena itu, organisasi bisnis semakin menitik beratkan akan pentingnya knowledge asset (asset pengetahuan) sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud. Pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan mempertahankan

competitive advantage (keunggulan kompetitif). Bahkan pengetahuan telah menjadi mesin

baru dalam pengembangan suatu bisnis.

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge

asset (aset pengetahuan) tersebut adalah Intellectual Capital (selanjutnya disingkat IC) yang

telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000). IC adalah sumber daya perusahaan yang memegang peranan penting, sama

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

halnya seperti physical capital dan financial capital. Berdasarkan konteks tersebut, perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk dapat bersaing dipasaran. Pada prinsipnya,

sustainable dan kapabilitas suatu perusahaan didasarkan pada IC, sehingga seluruh sumber

daya yang dimiliki dapat menciptakan value added (nilai tambah).

Salah satu area yang menarik perhatian akademisi maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan IC sebagai salah satu alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997). Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Abidin (2000), yang menyatakan bahwa market value terjadi karena masuknya konsep modal intelektual yang merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang dibayar investor atas sahamnya dipasar. Semakin meningkatnya perbedaan antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan lebih atas suatu

(3)

perusahaan dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang dimiliki perusahaan (Chen et.al, 2005). Berkurangnya atau bahkan hilangnya aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya penghargaan pasar terhadap perusahaan, hal tersebut tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas perusahaan perusahaan tersebut sangat tinggi (Roos et al., 1997 dalam Suwarjono, 2003). Oleh karena itu Intellectual Capital telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan.

Akuntansi tradisional yang digunakan sebagai dasar pembuatan laporan keuangan dirasa gagal dalam memberikan informasi mengenai IC (Sawarjuwono, 2003). Dilain pihak, para pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi kuantifatif dan kualitatif sebagai evaluasi kinerja perusahaan serta informasi mengenai IC yang dimiliki perusahaan. Praktik akuntansi tradisional hanya mampu mengakui intellectual property sebagai aset tak berwujud dalam laporan keuangannya, seperti paten, merk dagang dan goodwill.

Intangible baru seperti kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi,

system komputer dan administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional, ungkap Stewart (1997) dalam Tan et al., 2007). Pengakuan terhadap modal intelektual yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan kompetitif makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yang tepat atas modal intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et.al, 2005). Sulitnya mengukur Intellectual Capital secara langsung tersebut, kemudian Pulic (1998) mengusulkan pengukuran secara tidak langsung terhadap IC dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient – VAIC™). Konsep nilai tambah adalah indicator obyektif secara keseluruhan dari kesuksesan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dengan memasukkan investasi sumber daya termasuk gaji dan bunga untuk asset keuangan, deviden, pajak serta biaya research and development. Komponen utama dari VAIC™ yang dikembangkan Pulic (1998) tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan. VAIC™ dirasakan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi kontemporer dari "sistem pengukuran" yang menunjukkan nilai sebenarnya dan kinerja suatu perusahaan. Penciptaan value added pada perusahaan memungkinkan benchmarking dan memprediksi kemampuan perusahaan di masa depan. Hal ini berguna bagi semua stakeholder yang berada di dalam value creation process (pemberi kerja, karyawan, manajemen, investor, pemegang saham dan mitra bisnis) dan dapat diterapkan pada semua tingkat aktivitas bisnis (Pulic, 2000).

Hubungan VAIC™ dengan kinerja keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh Firer and Williams (2003) yang menggunakan sampel 75 perusahaan publik dari 4 jenis industri di Afrika Selatan. Chen et al. (2005) melakukan hal yang sama dengan menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan. Mavridis (2004) dan Kamath (2007) memilih khusus sektor perbankan masing-masing di Jepang dan India sebagai sampel. Terakhir, Tan et al. (2007) menggunakan 150 perusahaan yang terdaftar di bursa efek

(4)

Singapore sebagai sampel penelitian. Hampir seluruh penelitian tersebut menguji hubungan

VAIC™ dengan kinerja keuangan perusahaan yang dikaitkan dengan perbedaan jenis

industri. Hanya Chen et al. (2005) yang menambahkan vaiabel R&D (research and

development) dan advertising expenditure dalam penelitiannya. Di Indonesia, penelitian

tentang IC belum banyak dilakukan. Ivada (2004) meneliti persepsi akuntan atas pengakuan dan pelaporan IC. Astuti (2004) menguji hubungan IC terhadap kinerja perusahaan di Jawa Tengah dengan menggunakan instrument kuesioner yang dibangun oleh Bontis (1998). Ivada dan Bawono (2006) mengkaji Intellectual Capital Realization Process (ICRP) terkait dengan upaya untuk memetakan dan membentuk persediaan IC bagi perusahaan. Terakhir, Setiarso (2006) mengkaji IC untuk pemberdayaan UKM. Sementara penelitian yang secara khusus menggunakan VAIC™ sebagai instrumen IC sejauh ini belum ditemukan. Penelitian ini mengukur kinerja intellectual capital sektor perbankan di Indonesia dan kemudian membuat peringkat bank berdasarkan best performance index (BPI) yang diukur dengan menggunakan VAIC™. Sektor perbankan dipilih sebagai objek ideal penelitian ini karena (1) tersaji data laporan keuangan (neraca, laba/rugi) publikasi yang dapat diakses setiap saat; (2) bisnis sektor perbankan adalah “intellectually” intensif (Firer and William 2003); dan (3) secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan “intellectually” lebih homogen dibandingkan dengan sector ekonomi lainnya (Kubo and Saka 2002).

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel independent yaitu Model Pulic (VAIC) dan variabel dependent yaitu Financial Performance dengan indicator sebagai berikut:

VA=OUT - IN Dimana:

1. OUT = Output: total penjualan dan pendapatan lain.

2. IN = Input: beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan). Value added (VA) juga dapat dihitung dari akun-akun perusahaan sebagai berikut: VA = OP + EC + D + A

Dimana:

1. OP = operating profit (laba operasi) 2. EC = employee costs (beban karyawan) 3. D = depreciation (depresiasi)

(5)

VACA = VA/CE Dimana:

1. VACA = Value Added Capital Employed: rasio dari VA terhadap CE. 2. VA = value added

3. CE = Capital Employed: dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih) VAHU = VA/HC

Dimana:

1. VAHU = Value Added Human Capital: rasio dari VA terhadap HC. 2. VA = value added 3. HC = Human Capital: beban karyawan. STVA = SC/VA Dimana: 1. STVA = Structural

Capital Value Added: rasio

dari SC terhadap VA.

2. SC = Structural

Capital : VA – HC

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

3. VA = value added

VAIC™ = VACA + VAHU + STVA

Pembahasan

Vallue Added Intellectual Capital (VAICTM)

Total VAICTM Nama Tahun Perusahaan 2005 2006 2007 2008 2009 ABDA 1.06 2.55 2.62 2.69 2.95 AHAP 3.44 3.14 3.14 3.43 3.71 AMAG 2.57 2.11 2.10 2.45 3.04 ASBI 2.65 2.08 -2.68 1.93 0.97 ASDM 2.87 2.16 1.65 2.49 2.59 ASJT 3.84 3.41 2.12 3.20 3.75 ASRM 3.57 3.17 3.28 3.44 3.55

(6)

Sumber: Diolah

Berdasarkan data di atas dapat dilihat nilai VAICTM masing-masing perusahaan. Terjadi penurunan dan peningkatan disebabkan karena faktor yang meng-konstruk VAICTM yaitu nilai VACA, VAHU, dan STVA yang juga mengalami penurunan dan peningkatan sehingga dapat dibuat peringkat berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai berikut:.

1. Top performers => Skor VAICTM diatas 3

2. Good performers => Skor VAICTM antara 2,0 sampai 2,99 3. Common performers => Skor VAICTM antara 1,5 sampai 1,99 4. Bad performers => Skor VAICTM dibawah 1,5

Rata-rata skor VAICTM dalam penelitian ini adalah 2,64 (Good performers) untuk tahun 2005, 2,57 (Good performers) untuk tahun 2006, 1,77 (Common performers) untuk tahun 2007, 2,85 (Good performers) untuk tahun 2008, dan 2,91 (Good performers) untuk tahun 2009. Secara individual, perusahaan asuransi yang masuk dalam kategori Top performers pada tahun

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

2005 dan 2006 sebanyak 3 perusahaan, tahun 2007 sebanyak 2 perusahaan, tahun 2008 dan 2009 sebanyak 3 perusahaan. Tabel dibawah ini menginformasikan data perusahaan asuransi yang termasuk ke dalam Top performers

Daftar Perusahaan Asuransi yang Masuk Top Performers

2005 2006 2007 2008 2009 1. ASJT 1. ASJT 1. ASRM 1. ASRM 1. ASJT 2. ASRM 2. ASRM 2. AHAP 2. AHAP 2. AHAP 3. AHAP 3. AHAP 3. ASJT 3. ASRM

Sedangkan perusahaan asuransi yang masuk dalam kategori Bad Performers hanya terdapat di tiga tahun yaitu tahun 2005 sebanyak 1 perusahaan, tahun 2007 sebanyak 2 perusahaan, dan tahun 2009 sebanyak 1 perusahaan sebagaimana disajikan dalam table berikut:

Daftar Perusahaan Asuransi yang Masuk Bad Performers LPGI 2.27 2.39 1.27 2.36 2.23 MREI 1.52 2.09 2.44 3.64 3.36

2005 2007 2009 1. ABDA 1. ASBI 1. ASBI

(7)

Financial Performance (ROA)

Total ROA

Sumber: Diolah

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

Dari tabel di atas dapat diketahui nilai ROA tertinggi pada tahun 2005 didapat oleh perusahaan ASRM sebesar 73,5 %, 64,7 % pada tahun 2006, dan 61,5 % pada tahun 2007 yang masing-masing masih didapat oleh perusahaan ASRM. Untuk tahun 2007 dan 2008 nilai ROA tertinggi didapat oleh perusahaan AMAG masing-masing sebesar 66,4 % dan 96,8 %. Sedangkan untuk ROA terendah didapat oleh ABDA sebesar -36,9 % pada tahun 2005, LPGI sebesar 2,1 % pada tahun 2006, ASBI sebesar -66,3 % pada tahun 2007, LPGI sebesar 16,6 % pada tahun 2008, dan ASBI sebesar 16,1 % pada tahun 2009.

Hubungan Antara Intellectual Capital (VAICTM) dan Financial Performance Untuk mengetahui hubungan antara Intellectual Capital dan Financial Performance menggunakan regresi sederhana yang terbagi menjadi:

1. Analisis Uji Normalitas Data

Bertujuan untuk untuk menguji apakah dalam model statistic variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Salah satu cara untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat grafik

normal P Plot of Regression Statistic. Bila titik-titik menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, berarti model regresi telah memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2001).

Uji Normalitas 2. LPGI Nama Tahun Perusahaan 2005 2006 2007 2008 2009 ABDA -3.69 0.43 4.44 3.33 5.02 AHAP 4.76 4.76 2.04 2.50 7.00 AMAG 4.50 5.36 5.21 6.64 9.68 ASBI 1.72 0.55 -6.63 2.50 1.61 ASDM 3.35 1.20 1.27 1.95 2.67 ASJT 4.64 3.14 -3.23 1.88 5.06 ASRM 7.35 6.47 6.15 5.40 6.04 LPGI 4.45 0.21 2.28 1.66 3.73 MREI 1.78 5.59 6.12 8.14 9.20

(8)

2. Analisis Korelasi

Bertujuan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

Perhitungan dari derajat keeratan didasarkan pada persamaan regresi. Akan tetapi analisis korelasi dapat dilakukan tanpa adanya persamaan regresi. Suatu catatan, bahwa tingginya tingkat korelasi tidak menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel. Mungkin diperoleh korelasi yang antara dua variabel tetapi tidak menunjukkan hubungan antara dua variabel tersebut. Analisis yang digunakan pada penulisan ini adalah analisis korelasi sederhana yang menunjukkan hubungan dua variabel yaitu antara variabel dependen dan variabel independent.

Correlations Correlations Financial Performance Intellectual Capital Pearson Correlation Financial Performance 1.000 .702

Intellectual Capital .702 1.000 Sig. (1-tailed) Financial Performance . .000

Intellectual Capital .000 .

N Financial Performance 45 45

Intellectual Capital 45 45

Untuk tabel korelasi, ketentuan Pearson Correlation sebagai berikut: 1. 0.00 – 0.2 : Korelasi memiliki keeratan sangat lemah

2. 0.21 – 0.4 : Korelasi memiliki keeratan lemah 3. 0.41 – 0.7 : Korelasi memiliki keeratan kuat

(9)

5. 0.91 – 0.99 : Korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali 6. 1 : Korelasi sempurna

Sedangkan ketentuan Sig sebagai berikut:

1. > 0.005 : Tidak ada hubungan antara Variabel Dependent dengan Variabel Independent.

2. < 0.005 : Ada hubungan antara Variabel Dependent dengan Variabel Independent.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai Pearson Correlation memiliki keeratan yang kuat yaitu 0.702 dan nilai Sig menunjukkan adanya hubungan antara Variabel Dependent dengan Variabel Independent yaitu 0.000.

3. Analisis Regresi

Bertujuan untuk dua hal pokok yaitu untuk memperoleh suatu persamaan dan garis yang menunjukkan persamaan hubungan antara dua variabel. Persamaan dan garis yang didapat disebut dengan persamaan regresi,

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

yang berbentuk linear maupun non linear. Di samping itu dapat juga digunakan untuk menaksir satu variabel, yang disebut variabel dependen dengan variabel lain yang disebut variabel independen, berdasarkan hubungan yang ditunjukkan oleh persamaan regresi. Model Summary Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .702a .492 .481 2.29990

a. Predictors: (Constant), Intellectual Capital b. Dependent Variable: Financial Performance

Untuk tabel Model Summary dapat dilihat bahwa nilai R Square adalah sebesar 0.492 yang berarti Intellectual Capital mempengaruhi Financial Performance sebesar 49 %. Hasil ini menunjukkan tingkat pengaruh Intellectual Capital terhadap Financial Performance sebesar 49 %, dan 51 % ditentukan oleh variabel lain.

Coefficients Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -1.761 .886 -1.987 .053 Intellectual Capital 2.072 .321 .702 6.459 .000 a. Dependent Variable: Financial Performance

(10)

Lalu untuk tabel Coefficients dapat dibuat persamaan Y = -1.761 + 2.072 x + 0.886 yang berarti:

1. Jika Intellectual Capital berkurang sebesar 1.761, maka Financial Performance akan bertambah 2.072 jika dengan catatan jika ada tambahan 1 rasio variabel. 2. Jika tidak ada variabel penambah, Financial Performance adalah sebesar -1.761.

Dapat dilihat juga bahwa nilai Sig < 0.005 yaitu sebesar 0.000. Dengan menggunakan asumsi Ho diterima jika Sig > 0.005 dan Ha diterima jika Sig < 0.005, Ha diterima karena nilai Sig < 0.005 yaitu sebesar 0.000.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

Karena Ha diterima maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh signifikan antara Intellectual Capital terhadap Financial Performance pada perusahaan-perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kesimpulan

Hasil penelitian dapat membuktikan bahwa Intellectual Capital mempengaruhi Financial Performance perusahaan-perusahaan asuransi di Bursa Efek Jakarta. Pembahasan metode yang digunakan untuk menghitung Intellectual Capital diperlukan pengembangan penelitian lain dengan menggunakan metode yang berbeda. Konsep Intellectual Capital relatif baru, tidak hanya di Indonesia, tetapi dalam lingkungan bisnis global. Oleh karena itu negara maju telah menerapkan konsep bisnis tersebut. Masyarakat bisnis menghadapi masalah pengukuran Intellectual Capital yang sesuai sehingga hal itu membuat tantangan tersendiri bagi masyarakat ilmu pengetahuan. Dalam penekanan pola pikir tradisional, ilmu ekonomi hanya menitik beratkan dan membahas physical capital. Human Capital sebagai sumber utama dalam suatu organisasi atau perusahaan untuk mendukung produktivitas dan kegiatan ekonomi sering ditinggalakn.

(11)

Daftar Pustaka

Abidin. 2000. “Upaya Mengembangkan Ukuranukuran Baru”. Media Akuntansi. Edisi 7. Thn. VIII. pp. 4647.

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to

Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 1998. “Posedur Penelitian”. Jakarta : Rineka Cipta.

Astuti, Partiwi Dwi. 2004. “Hubungan Intellectual Capital dan Business Performance”. Tesis. Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang.

Boekestein, B. 2006. “The relation between intellectual capital and intangible assets of

pharmaceutical companies”. Journal of Intellectual Capital Vol. 7 No. 2. pp. 241-253.

Bontis, N. 1998. “Intellectual capital: an exploratory study that develops measures and

models”. Management Decision, Vol. 36 No. 2, p. 63.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

Chen, M.C., Cheng, S.J., Hwang, Y. 2005. “An empirical investigation of the relationship

between intellectual capital and firms’ market value and financial performance”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 N0. 2. pp. 159-176

Cooper, D.R., Emory, C.W., 1995. “Business research methods”. Richard D. Irwin, Inc. Edvinsson, L. and Malone, M. 1997. “Intellectual Capital: Realizing Your Company’s True

Value by Finding Its Hidden Brainpower”. HarperCollins, New York, NY

Firer, S. and Williams, S.M. 2003. “Intellectual capital and traditional measures of

corporate performance”. Journal of Intellectual Capital Vol. 4 No. 3. pp. 348-360.

Ghozali, Imam. 2002.” Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Alat

Ukur EVA, MVA, dan ROA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ”. Jurnal Penelitian Akuntansi-Bisnis dan Manajemen. Vol.9, No.1, April 2002.

Guthrie, James; Richard Petty, Intellectual Capital: Australian Annual Reporting

Practices, Journal of Intellectual Capital, 2000, Vol 1, No 3, Hal 241-249.

Halim, A dan Supomo. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi 1. Cetakan. Kesepuluh. Penerbit BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Holmen, Jay, Intellectual Capital Reporting, Management Accounting Quarterly, 2005, Vol 6, No 4, Hal 1-9.

(12)

Hudson, W. 1993 Intellectual capital: How to build it, enhance it, use it, John Wiley & Sons, New York.

Ivada, Elvia. 2004. “Persepsi Akuntan atas Pengakuan dan Pelaporan Intelectual Capital”,

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3 NO. 2: 153-166

Kamath, G.B. 2007. “The intellectual capital performance of Indian banking sector”.

Journal of Intellectual Capital Vol. 8 No. 1. pp. 96-123.

Kubo, I., and A. Saka. 2002 ”An inquairy into the motivations of knowledge workers in the

Japanese financial industry” Journal of Knowledge Management. Vol. 6 No. 3. pp.

262-271.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma Kustituanto, Bambang, dan Rudy Badrudin. 1994. Statistika 1, Universitas Gunadarma, Jakarta

Machfoedz. Mas’ud. 1999. Pengaruh Krisis Moneter Pada Efisiensi Perusahaan

Publik di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol 14 No 1

Mavridis, D.G. 2004. “The intellectual capital performance of the Japanese banking sector”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 5 No. 3. pp. 92-115.

Mouritsen, Jan; Per Nikolaj, Bernard Marr, Reporting On Intellectual Capital: Why, What and How? Measuring Business Excellence, 2004, Vol 8, No 1, Hal 46-54.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi 3. Yogyakarta. Bagian Penerbitan Universitas Gajah Mada.

Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Petty, P. and Guthrie, J. 2000. “Intellectual capital literature review: measurement, reporting and

management”. Journal of Intellectual Capital, Vol. 1 No. 2, pp. 155-75.

Pulic, A. 1998. “Measuring the performance of intellectual potential in knowledge economy”, available at: www.measuring-ip.at/OPapers/Pulic/Vaictxt/vaictxt.html (accessed December 2006)

Pulic, A. 2000. “VAICTM – an accounting tool for IC management”, available at:

www.measuringip.at/Papers/ham99txt.html (accessed November 2006).

Roos, Goran and Roos, Johan, 1997. Measuring your Company’s Intellectual Performance.

International Journal of Strategic Management: Long Range Planning, 30 (3), 413-426.

Suwarjono, T. 2003. “Intellectual Capital : perlakuan, pengukuran, dan pelaporan (sebuah library research)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 5 No. 1. pp. 3557.

(13)

Satyo, Sulitnya Mengkuantifikasi Modal Intelektual, Media Akuntansi, Oktober 2000, No 14, Th VII: 45-46.

Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Gunadarma

Sekaran, U. 2003. “Research methods for business, a skill building approach” 4th ed. John Wiley & Sons, Inc. NY.

Setiarso, Bambang. 2006. Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management) dan Modal

Intelektual (Intellectual Capital) untuk Pemberdayaan UKM. Available at: www.ilmukomputer.com

(accessed April 2007).

Smedlund, Anssi and Aino Poynonen. 2005. Intellectual Capital Creation in Regions: A Knowledge System Approach. Dalam Bounfour and Edvinsson.

Stewart, T.A. 1997. Intellectual Capital: The Wealth of New Organisations, Nicholas Brealey Publishing, London.

Sveiby, K.E. 1997. The New Organisational Wealth: Managing and Measuring Knowledge Based

Assets. Berrett-Koehler. San Francisco, CA.

Tan, H.P., D. Plowman, P. Hancock. 2007. “Intellectual Capital and financial returns of companies”.

Journal of Intellectual Capital Vol. 8 No. 1. pp. 7695.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

dokter gigi dikatakan telah melakukan praktik yang buruk atau malpraktik manakala dalam melakukan pelayanan medis, dokter atau dokter gigi tidak memenuhi

Passing harus terukur dan pasti. Tujuannya adalah: Untuk mengetahui kemampuan Passing midfielder asing dan lokal pada pemain Deltras FC. Sasaran penelitian adalah Tim Klub

Schroeder et al., dalam studinya menunjukkan bahwa UBC Rapid memiliki sensitivitas dan sensitivitas yang paling rendah untuk mendeteksi kanker buli jika dibandingkan

Gonggong banyak hidup di perairan Kepulauan Riau khususnya di Tanjungpinang, sehingga hewan yang satu ini menjadi hewan khas Tanjungpinang.. Walaupun menjadi hewan khas

Hal ini berbeda dengan Tarekat Idrisiyyah dimana Mursyid nya (Pimpinan Tertingginya) justru menginstruksikan bahwa tarekat ini harus bisa mandiri tidak boleh

meningkatkan keterampilan guru dalam pembuatan media pembelajaran berbasis Lectora Inspire 17 dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Tahap perencanaan yaitu: (1)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pengembangan Subject Specific Pedagogy (SSP) IPA Terpadu dilaksanakan dalam 4 tahapan berdasarkan model Akker, yaitu: