• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Efektivitas Penggunaan Model Problem Based Learning Dibanding dengan Model Discovery dalam Pembelajaran IPA Materi Peristiwa Alam Kelas 5 SD"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Eksperimen

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). “Pemilihan jenis penelitian dikarenakan penelitian eksperimen semu lebih kuat daripada penelitian praeksperimen, tetapi lebih lemah daripada eksperimen sungguhan.” Dantes (2012:97).

3.1.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen Nonequivalent Control Group Design, yakni desain penelitian yang terdapat Pre-Test sebelum mendapat perlakuan, agar hasil perlakuan lebih akurat karena dapat membandingan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan, dengan kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dankelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011:89).

Gambar 3.1 Bentuk Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

Keterangan:

O1= Hasil belajar siswa sebelum ada perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Discovery Learning.

O3= Hasil belajar siswa sebelum ada perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learning.

O1 X1 O2

(2)

36

X1= Perlakuan menggunakan pendekatan saintifik model Discovery Learning. X2= Perlakuan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. O2= Hasil belajar siswa setelah ada perlakuan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan saintifik melalui model Discovery Learning.

O4= Hasil belajar siswa setelah ada perlakuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui model Problem Based Learning.

Keadaan awal kelompo keksperimen dan kelompok kontrol adalah setara, penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan

pendekatan saintifik melalui model Discovery Learningdengan model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar IPA.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Kaligentong 1 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dan SD Negeri Sruwen 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Dalam penelitian ini kelas 5 SD Negeri Kaligentong 1 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali sebagai kelas eksperimen dan kelas 5 SD Negeri Sruwen 03 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebagai kelas kontrol. Kelas 5 SD Negeri Kaligentong 1sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 29 yang terdiri laki – laki 19 dan perempuan 10. Kelas 5 SD Negeri Sruwen 03 sebagai kelas konrol dengan jumlah siswa 23 yang terdiri laki-laki 12 dan perempuan 11. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran. Total seluruh subjek dari kedua sekolah yang diteliti berjumlah 52 siswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Siswa kelas 5 SD Negeri Kaligentong 1 merupakan kelas eksperimen dan siswa kelas 5 SD Negeri Sruwen 03 merupakan kelas kontrol.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasioal

3.3.1 Variabel Penelitian

(3)

37

ini terdapat dua variabel yang saling terkait yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model model problem based learning dibanding dengan model discovery . Sedangkan variabel terikat adalah hasil belajar IPA siswa kelas kelas 5 SD .

3.3.2 Definisi Operasional

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan saintifik melalui model discovery dan model problem based learning. Penerapan model

discovery didefinisikan operasional sebagai proses pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD dimana siswa dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dengan melakukan aktivitas mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring serta mengikuti langkah-langkah model pembelajaran

discovery meliputi: Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah),

Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang), Data collection (pengumpulan data),

Data Processing (pengolahan data), Verification (pembuktian) dan Generalization

(menarik kesimpulan/generalisasi) yang dalam penerapannya mengutamakan keaktifan siswa dalam mencari dan menemukan pengetahuannya sendiri. Penerapan model problem based learning didefinisikan secara operasional sebagai proses pembelajaran IPA siswa kelas 5 SD dimana siswa dalam pembelajaran disajikan masalah kontekstual yang merangsang siswa untuk belajar. Adapun pelaksanaan model problem based learning meliputi: Mengorientasi peserta didik, Mengorientasi peserta didik untuk belajar, Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

(4)

38

pembelajaran discovery dan hasil belajar IPA dengan perlakuan pedekatan saintifik melalui model problem based learning.

3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data tentang hasil belajar siswa. Untuk mengumpulkan data dan keterangan-keterangan yang diperlukan peneliti menggunakan metode pengumpulan data tes dan nontes. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa sebelum perlakuan. Jenis tes yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes pilihan ganda. Teknik pengumpulan data nontes menggunakan teknik observasi yang digunakan untuk menilai sintaks pembelajaran yang dilaksanakan guru.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data 3.4.2.1 Instrumen Tes

Instrumen yang digunakan adalah tes. Tes berupa soal pilihan ganda. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Prosedur yang harus ditempuh dalam penyusunan tes adalah: (1) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi. (2) menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih.(3) Menyusun butir tes berdasarkan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. (4) Melakukan penilaian terhadap butir tes. (5) Melakukan analisis butir soal.

Kisi-kisi disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditetapkan, yaitu dengan Standar Kompetensi Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam dan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan.

(5)

39

pada sekolah yang menjadi subyek penelitian. Untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen yang telah disusun diujikan di kelas 5 SD Negeri Kaligentong 1 pada 09 April 2015. Kisi-kisi instrumen tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 19.

3.4.2.2 Instrumen Observasi

Observasi digunakan untuk mengetahui apakah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran dan sintaks pembelajaran. Observasi dilakukan pada kedua kelompok saat pembelajaran berlangsung. Kelompok eksperimen discovery learning akan diobservasi berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran discovery learning. Kemudian kelompok eksperimen

problem based learning diobservasi berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran problem based learning. Kisi-kisi yang digunakan saat observasi dapat dilihat pada lampiran 20 dan lampiran 21.

3.5 Validitas dan Reabilitas Instrumen

3.5.1 Validitas Instrumen

Arifin (2012:245) menyebutkan validitas adalah suatu derajat ketepatan instrument (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betuk tepat untuk mengukur apa yang akan diukur. Menurut Azwar dalam Priyatno (2010:90) batas kriteria minimal koefisien korelasi 0,30 tapi jika item belum mencukupi bisa menurunkan batas kriteria minimal menjadi 0,20 tetapi menurunkan batas kriteria dibawah 0,20 sangat tidak disarankan.

Dalam penelitian ini validitas instrumen yang digunakan adalah intrumen yang memiliki validitas > 0,3. Setelah instrumen diuji, data yang diperoleh diuji menggunakan SPSS for windows version 20.0. Adapun tabel hasil validitas instrumen pada penelitian ini apat dilihat pada lampiran 22.

3.5.2 Reliabilitas Instrumen

(6)

40

dalam menilai apa yang dinilainya, artinya kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama” (Sudjana, 2011:16). Reliabilitas suatu soal dapat diukur dengan menggunakan program SPSS 16.

Uji reliabilitas penelitian adalah menggunakan teknik teknik Reability Coefficien Alpha dengan menggunakan program SPSS for windows version 16.0.. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2010:98) reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. Uji reliabilitas soal post-test menunjukkan bahwa hasilnya baik dengan indikator Cronbach’s Alpha (Alpha) kurang dari 0,8 yaitu 0,415. Maka dapat dikatakan bahwa seluruh indikator empirik adalah cukup reliabel dan layak digunakan dalam penelitian. Tabel uji reliabilitas instrumen penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 8.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa uji homogenitas, analisis deskriptif dan uji hipotesis. Teknik analisis data menggunakan program SPSS for windows version 16.0.

3.6.1 Analisis Uji Normalitas

Menurut Priyatno (2010:36) uji normalitas dilakukan untuk mngetahui data hasil belajar yang berasal dari kedua kelas berdistribusi normal atau tidak.Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data. Analisis uji normalitas data menggunakan One-Sample-Kolmogorov-Smirnov Test kriterianya adalah jika signifikansi hasil perhitungann > 0,05 berarti data berdistribusi normal sebaliknya jika signifikansi hasil perhitungan < 0,05 berarti data berdestribusi tidak normal. Menurut Priyatno (2010:36) uji normalitas dilakukan untuk mngetahui data hasil belajar yang berasal dari kedua kelas berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan program SPSS for windows version 16.0 dengan syarat output a > 0,05.

(7)

41

maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji normalitas kelas eksperimen discovery

berdistribusi normal. Kemudian tingkat signifikan untuk hasil uji normalitas kelas eksperimen problem based learning sebesar 0,000. atau lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji normalitas untuk kelas eksperimen discovery

dan eksperimen problem based learning berdistribusi normal. Tabel uji normalitas dan gambar sebaran data uji normalitas pra penelitian dapat dilihat pada lampiran 16.

3.5.4.2 Analisis Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui sama atau tidaknya varian populasi data. Dalam uji kesetaraan data ini menggunakan bantuan SPSS for windows version 16,0 yaitu dengan tabel F test (Levanes Test). Menurut Priyanto (2010:115) kriteria pengujian uji homogenitas untuk menentukan kedua kelompok berasal dari kelompok homogen atau tidak adalah jika signifikansi hasil perhitungan > 0,05 berarti data kedua kelompok berasal dari kelompok yang homogen sebaliknya jika signifikansi hasil perhitungan < 0,05 berarti data kedua kelompok berasal dari kelompok yang tidak homogen.

Dari hasil uji homogenitas pra penelitian diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,330. Karena nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa nilai pra penelitian kelas eksperimen discovery

dan kelas eksperimen problem based learning memiliki varian yang sama (homogen). Tabel hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 17.

3.5.5 Uji Hipotesis dengan Uji T Tes

(8)

42

kedua kelompok eksperimen discovery dan kelompok eksperimen problem based learning memiliki kemampuan awal yang sama.

Uji t setelah perlakuan dilakukan untuk menemukan menemukan efektivitas model pembelajaran problem based learning dibanding dengan model

discovery dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam kelas 5 SD. Dalam penelitian ini terdapat hipotesis nihil atau nol hipotesis dan hipotesis alternatif yaitu sebagai berikut: 1) Hipotesis nihil atau nol hipotesis (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan perbedaan efektivitas penggunaan model

problem based learning dibanding dengan model discovery dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam kelas 5 SD. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan adanya perbedaan efektivitas penggunaan model problem based learning dibanding dengan model discovery dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam kelas 5 SD. Hipotesa statistik penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ho . µX1 = µX2 maka H0 diterima dan Ha ditolak Ha . µX1 ≠ µX2 maka H0 diterima dan Ha ditolak

Keterangan :

Ho : Tidak ada perbedaan efektivitas penggunaan model problem based learning

dibanding dengan model discovery dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam kelas 5 SD.

Ha : Terdapat perbedaan efektivitas penggunaan model problem based learning

dibanding dengan model discovery dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam kelas 5 SD.

(9)

43

dari dua kelompok adalah sama. Uji ini dapat digunakan untuk menemukan efektivitas model pembelajaran problem based learning dibanding dengan model

Gambar

Gambar 3.1 Bentuk Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

Referensi

Dokumen terkait

Nilai di dalam suatu modul program Pascal sifatnya adalah lokal, artinya hanya dapat digunakan pada modul atau unit program yang bersangkutan saja, tidak dapat digunakan pada modul

Dokumen yang dikaji dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu buku teks Fisika SMA sebagai buku yang diteliti dan buku Fisika Universitas sebagai rujukan

Penulis menyusun penelitian ini dengan judul Pengaruh Kepribadian Merek Terhadap Ekuitas Merek Yang Dimediasi Oleh Citra Merek Konsumen Coklat SilverQueen Di

NaCl dalam larutannya memang merupakan elektrolit kuat, karena dalam larutan, partikel-partikel NaCl akan terionisasi seluruhnya sehingga menghasilkan banyak

dimiliki oleh ekuitas merek, pengukuran tersebut yaitu: kesadaran konsumen akan keberadaan sebuah merek, selalu menjadi pilihan pertama konsumen dalam membeli suatu

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan tentang keputihan terhadap perilaku vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Purwosari Gununngkidul Yogyakarta

Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati-hati yang umumnya seorang yang wajar dan hati-hati akan melakukan di dalam keadaan tersebut ,

Berdasarkan nilai signifikan yang kurang dari 0,05 maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang bersifat negatif atau berlawanan, dismenorea diikuti secara negative