• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE TRAPESIUM TERKOREKSI KOMPOSIT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA LINEAR JENIS KEDUA. Fitra Anugrah 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE TRAPESIUM TERKOREKSI KOMPOSIT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA LINEAR JENIS KEDUA. Fitra Anugrah 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

METODE TRAPESIUM TERKOREKSI KOMPOSIT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA

LINEAR JENIS KEDUA Fitra Anugrah1∗, Zulkarnain2

1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru 28293, Indonesia

math.fitra@gmail.com

ABSTRACT

This article discusses the repeated modified trapezoid method that is the method in approximating some Volterra integral equations of the second kind. This article presents the work of Nadjafi and Heidari [Appl. Math. Comput., 189 (2007), 980-985]. The numerical simulation shows that the repeated modified trapezoid method is better than the trapezoid method.

Keywords: Volterra integral equations, repeated modified trapezoid method, trape-zoid method

ABSTRAK

Artikel ini membahas tentang metode trapesium terkoreksi komposit yang merupakan metode untuk mengaproksimasi integral pada persamaan integral Volterra linear jenis kedua. Artikel ini menyajikan karya dari Nadjafi dan Heidari [Appl. Math. Comput., 189 (2007), 980-985]. Hasil simulasi numerik menunjukkan bahwa metode trapesium terkoreksi komposit ini lebih baik dari metode trapesium. Kata kunci: Persamaan integral Volterra, metode trapesium komposit terkoreksi, metode trapesium

1. PENDAHULUAN

Persamaan integral adalah suatu persamaan dengan fungsi yang tidak diketahui terletak dalam tanda integral. Jika batas integral konstan, maka dinamakan persamaan integral Fredholm, sedangkan jika batas integral berupa variabel maka dinamakan persamaan integral Volterra.

Pada persamaan integral Volterra, jika fungsi yang tidak diketahui hanya berada di dalam tanda integral dinamakan persamaan integral Volterra jenis pertama. Sementara itu jika fungsi yang tidak diketahui ada di luar dan di dalam

(2)

tanda integral maka dinamakan persamaan integral Volterra jenis kedua. Bentuk umum persamaan integral Volterra linear jenis kedua adalah [3, h. 24]

u(x) = f (x) + Z x

a

k(x, t)u(t)dt, a≤ x ≤ b, (1) dimana f adalah fungsi yang diketahui dan kontinu pada [a, b], k(x, t) adalah fungsi yang diketahui dan kontinu pada [a, b] dan u adalah fungsi yang akan ditentukan.

Pada persamaan integral Volterra, k(x, t) dinamakan fungsi kernel. Fungsi u(x) tidak dapat diperoleh langsung dengan mengintegralkan ruas kanan persamaan (1) karena ada u(t) yang juga tidak diketahui berada di dalam integral.

Masalah utama dari persamaan integral ini adalah menentukan u(t) yang terdefinisi pada [a, b] dan memenuhi persamaan (1). Metode yang digunakan adalah menghampiri integral pada ruas kanan persamaan (1) dengan metode Trapesium terkoreksi komposit yang diperkenalkan oleh Nadjafi dan Heidari [4].

2. INTERPOLASI POLINOMIAL DAN METODE TRAPESIUM Pada bagian ini dibahas mengenai interpolasi polinomial serta metode trapesium dan erornya.

2.1 Interpolasi Polinomial

Teorema 1 (Polinomial Lagrange) [2, h. 110] Jika x0, x1,· · · , xn ∈ R adalah

(n + 1) bilangan berbeda dan f merupakan suatu fungsi yang nilainya diberikan pada bilangan tersebut, maka terdapat polinomial tunggal P (x) derajat n yang memenuhi

f(xk) = P (xk), untuk setiap k = 0, 1, · · · , n,

sehingga interpolasi polinomial Lagrange diberikan oleh P(x) = f (x0)Ln,0(x) + · · · + f (xn)Ln,n(x) =

n

X

k=0

f(xk)Ln,k(x), (2)

dimana untuk setiap k = 0, 1, · · · , n, Ln,k(x) =

(x − x0)(x − x1) · · · (x − xk−1)(x − xk+1) · · · (x − xn)

(xk− x0)(xk− x1) · · · (xk− xk−1)(xk− xk+1) · · · (xk− xn)

.

Teorema 2 ( Polinomial Hermite ) [1, h. 144-145] Jika f ∈ C1[a, b] dan

x0,· · · , xn ∈ C[a, b] adalah berbeda. Polinomial tunggal dari derajat terkecil yang

memenuhi f dan f′pada x

0,· · · , xnadalah polinomial berderajat paling tinggi 2n+1

diberikan oleh H2n+1(x) = n X j=0 f(xj)Hn,j(x) + n X j=0 f′(x j) ˆHn,j(x),

(3)

dimana, untuk Ln,j(x) merupakan koefisien polinomial Lagrange ke j berderajat n

dengan

Hn,j(x) = [1 − 2(x − xj)L′n,j(xj)]Ln,j2 (x)] dan Hˆn,j(x) = (x − xj)L2n,j(x).

Selain itu jika f ∈ C2n+2[a, b], maka

f(x) = H2n+1(x) +

(x − x0)2· · · (x − xn)2

(2n + 1)! f

(2n+2)(ξ(x)),

untuk beberapa ξ(x) yang tidak diketahui pada interval (a, b). 2.2 Metode Trapesium dan Erornya

Metode trapesium adalah pendekatan integral tentu secara numerik yang meng-gunakan interpolasi linear P1(x) untuk mengaproksimasi f (x) [2, h. 194].

Misalkan f (x) kontinu pada [a, b], definisikan titik a = x0, b = x2, dan

c = x1 = a + h dengan h = (b−a)2 , maka dengan menggunakan persamaan (2)

diperoleh P1(x) = (x − b) (a − b) f(a) + (x − a) (b − a) f(b), sehingga Z b a f(x)dx ≈ Z b a P1(x)dx T1(f ) = (b − a) 2 [f (a) + f (b)]. (3)

Persamaan (3) merupakan hampiran integral menggunakan metode Trapesium. Selanjutnya misalkan [a, b] dipartisi sebanyak n subinterval dengan n adalah bilangan genap dan h = b−a

n adalah panjang dari setiap subinterval. Titik-titik

partisi yang dihasilkan adalah

a= x0 < x1 <· · · < xn−1< xn= b,

atau

xj = a + jh, j = 0, 1, · · · , n.

Jumlah Riemann yang merupakan pendekatan untuk integralRxn

x0 f(x)dx, diberikan oleh Z x1 x0 f(x)dx + Z x2 x1 f(x)dx + · · · + Z xn xn1 f(x)dx. (4)

Dengan menerapkan metode Trapesium untuk setiap subinterval pada persamaan (4), diperoleh Tn(f ) = h 2f(x0) + h n−1 X j=1 f(xn−1) + h 2f(xn). (5)

Persamaan (5) merupakan hampiran integral menggunakan metode Trapesium Komposit.

(4)

Teorema 3 (Eror Metode Trapesium) [2, h. 206] Misalkan f ∈ C2[a, b], h = (b−a) n ,

dan xj = a + jh, untuk setiap j = 0, 1, · · · , n. Terdapat ξ ∈ [a, b] sedemikian

hingga metode Trapesium komposit untuk n subinterval dapat ditulis dengan bentuk erornya, yaitu Z b a f(x)dx = h 2  f(a) + 2 n−1 X j=1 f(xj) + f (b)  − b− a 12 h 2f′′(ξ),

sehingga eror metode Trapesium Komposit ETn(f ) = −

b− a 12 h

2f′′(ξ).

3. METODE TRAPESIUM TERKOREKSI KOMPOSIT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA

LINEAR JENIS KEDUA

Pada bagian ini dibahas metode yang diperkenalkan oleh Nadjafi dan Heidari [4]. Pembahasan dimulai dengan menurunkan modifikasi baru dari metode Trapesium kemudian menyelesaikan persamaan integral Volterra linear jenis kedua dengan metode Trapesium dan metode Trapesium terkoreksi, selanjutnya melakukan simulasi numerik.

3.1 Metode Trapesium Terkoreksi dan Erornya

Metode Trapesium Terkoreksi adalah suatu bentuk modifikasi dari metode Trapesium, dimana metode Trapesium Terkoreksi ini diperoleh dengan meng-gunakan interpolasi polinomial Hermite orde tiga H3(x) untuk mendekati fungsi f .

Misalkan f (x) kontinu pada [a, b], definisikan titik a = x0 = x1 dan b = x2 = x3

dengan jarak yaitu h = (b − a), maka

f(x) = H3(x) = f [x0] + f [x0, x1](x − x0) + f [x0, x1, x2](x − x0)2 + f [x0, x1, x2, x3](x − x0)2(x − x1), sehingga Z b a f(x)dx = Z b a H3(x)dx CT(f ) = (b − a) 2 [f (a) + f (b)] − (b − a)2 12 [f ′(b) − f(a)]. (6)

(5)

Selanjutnya apabila [a, b] dipartisi sebanyak n subinterval dengan n bilangan genap, misalkan h = b−a

n adalah panjang dari setiap subinterval dengan titik-titik

partisi

a= x0 < x1 <· · · < xn−1< xn= b,

yang didefinisikan oleh

xj = a + jh, j = 0, 1, · · · , n,

maka jumlah Riemann yang merupakan pendekatan untuk integral Rxn

x0 f(x)dx, diberikan oleh Z xn x0 f(x)dx = Z x1 x0 f(x)dx + Z x2 x1 f(x)dx + · · · + Z xn xn −1 f(x)dx. (7) Bila diterapkan metode Trapesium terkoreksi untuk setiap subinterval pada persamaan (7), diperoleh CTn(f ) = h 2f(x0) + h n−1 X i=1 f(xi) + h 2f(xn) − h2 12 [f ′(b) − f(a)]. (8)

Persamaan (8) adalah metode Trapesium Terkoreksi Komposit.

3.2 Penyelesaian Persamaan Integral Volterra Linear Jenis Kedua

Tinjau kembali persamaan (1). Untuk menyelesaikan integral pada persamaan (1) dengan metode Trapesium terkoreksi komposit, interval [a, b] dibagi atas n subinterval xi = a + ih dengan h = b−an . Untuk x = xi, i = 0, 1, · · · , n, penyelesaian

persamaan (1) diperoleh u(xi) = f (xi) + Z x1 x0 k(xi, t0)u(t0)dt + Z x2 x1 k(xi, t1)u(t1)dt + · · · + Z xi xi1 k(xi, ti)u(ti)dt. (9)

Misalkan i = 1, maka interval [a, x1] adalah subinterval dari [a, b] dengan h = b−an .

Dengan menggunakan metode Trapesium terkoreksi komposit pada persamaan (9) nilai u(x1) adalah

u(x1) = f (x1) + h 2[k(x1, t0)u(t0) + k(x1, t1)u(t1)] − h 2 12  ∂k(x1, t1) ∂t u(t1) + k(x1, t1)u ′(t 1) − ∂k(x1, t0) ∂t u(t0) − k(x1, t0)u ′(t 0)  .

(6)

Untuk i = 2, interval [a, x2] adalah subinterval dari [a, b] dengan h = b−an dan

dengan menggunakan metode Trapesium terkoreksi komposit pada persamaan (9) nilai u(x2) juga dapat diperoleh sebagai berikut

u(x2) = f (x2) + h 2[k(x2, t0)u(t0) + k(x2, t1)u(t1)] + h 2[k(x2, t1)u(t1) + k(x2, t2)u(t2)] − h 2 12  ∂k(x2, t2) ∂t u(t2) + k(x2, t2)u ′(t 2) − ∂k(x2, t0) ∂t u(t0) − k(x2, t0)u ′(t 0)  .

Dengan cara yang sama nilai u(x3), u(x4), · · · , u(xn) dapat diperoleh, sehingga

persamaan umum untuk mencari u(xi) dapat ditulis sebagai berikut

u(xi) = f (xi) + h 2k(xi, t0)u(t0) + h i−1 X j=1 k(xi, tj)u(tj) + h 2k(xi, ti)u(ti) + h 2 12  J(xi, t0)u(t0) + k(xi, t0)u′(t0) − J(xi, ti)u(ti) − k(xi, ti)u′(ti)  , (10) dengan J(x, t) = ∂k(x, t) ∂t .

Misalkan u(xi) = ui, f (xi) = fi dan k(xi, tj) = kij maka persamaan (10) menjadi

u0 = f0, (11) ui = fi+ h 2ki0u0+ h i−1 X j=1 kijuj+ h 2kiiui + h 2 12  Ji0u0+ ki0u′0− Jiiui− kiiu′i  . (12)

Selanjutnya, dengan menggunakan aturan Leibnitz [5, h. 17], turunan pertama dari persamaan (1) terhadap x dapat dinyatakan sebagai berikut

u′(x) = f(x) + Z x a H(x, t)u(t)dt + k(x, x)u(x), (13) dengan H(x, t) = ∂k(x, t) ∂x .

(7)

Untuk menyelesaikan persamaan (13), akan dibedakan menjadi dua kasus. Kasus pertama untuk ∂

2k(x, t)

∂x∂t tidak ada. Metode Trapesium komposit digunakan untuk mengaproksimasi integral pada kasus ini. Kasus kedua untuk ∂

2k(x, t)

∂x∂t ada. Metode Trapesium terkoreksi komposit digunakan untuk mengaproksimasi integral pada kasus ini.

Kasus 1. Turunan parsial ∂

2k(x, t)

∂x∂t tidak ada

Dengan menggunakan metode Trapesium komposit untuk mengaproksimasi integral pada ruas kanan persamaan (13), diperoleh

u′ i = fi′+ h 2Hi0u0+ h i−1 X j=1 Hijuj+ h 2Hiiui+ kiiui, (14) untuk i = 0, dari persamaan (14) diperoleh

u′

0 = f0′ + k00u0. (15)

Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (15) ke persamaan (11) dan persamaan (14) ke persamaan (12), diperoleh persamaan sebagai berikut

u0 =f0, (16) ui =  fi+ h2 12(ki0f ′ 0− kiifi′)  + h 2ki0+ h2 12(Ji0+ ki0k00− h 2kiiHi0)  u0 + h i−1 X j=1 (kij − h2kii 12 Hij)uj+  h 2kii− h2 12(Jii+ k 2 ii+ h 2kiiHii)  ui, (17) i= 1,2, · · · , n. Misalkan α1 =  fi+ h2 12(ki0f ′ 0− kiifi′)  , β1 =  h 2ki0+ h2 12(Ji0+ ki0k00− h 2kiiHi0)  , δ1 =h i−1 X j=1 (kij − h2kii 12 Hij), γ1 =  h 2kii− h2 12(Jii+ k 2 ii+ h 2kiiHii)  , maka persamaan (17) dapat disederhanakan menjadi

ui =

α1+ β1u0+ δ1uj

1 − γ1

(8)

Persamaan (16) dan (18) adalah penyelesaian persamaan (1) dengan metode Trapesium komposit. Nilai ui dapat diperoleh langsung dengan menggunakan nilai

u0, u1,· · · , ui−1 yang sudah diketahui.

Kasus 2. Turunan parsial ∂

2k(x, t)

∂x∂t ada

Dengan menggunakan metode Trapesium terkoreksi komposit untuk mengaproksi-masi integral pada ruas kanan persamaan (13), diperoleh

u′ i = fi′ + h 2Hi0u0+ h i−1 X j=1 Hijuj + h 2Hiiui+ kiiui +h 2 12[Li0u0+ Hi0u ′ 0− Liiui− Hiiu′0], (19) dengan L(x, t) = ∂ 2k(x, t) ∂x∂t . Untuk i = 0, dari persamaan (14) diperoleh

u′

0 = f0′ + k00u0. (20)

Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (20) ke persamaan (11) dan persamaan (19) ke persamaan (12), diperoleh persamaan sebagai berikut

u0 =f0, (21) ui =  fi+ h2 12ki0f ′ 0− h2k ii 12 + h2H ii (f′ i + h2 12Hi0f ′ 0)  + h 2ki0+ h2 12(Ji0+ ki0k00) − h2kii 12 + h2H ii  h 2Hi0 + h2 12(Li0+ Hi0k00)  u0 + h i−1 X j=1 (kij − h2kii 12 + h2H ii Hij)uj + h 2kii− h2 12Jii− h2kii 12 + h2H ii (kii+ h 2Hii− h2 12Lii)  ui. (22) i= 1,2, · · · , n

(9)

Misalkan α2 =  fi+ h2 12ki0f ′ 0− h2kii 12 + h2H ii (f′ i + h2 12Hi0f ′ 0)  , β2 =  h 2ki0+ h2 12(Ji0+ ki0k00) − h2k ii 12 + h2H ii  h 2Hi0+ h2 12(Li0+ Hi0k00)  , δ2 =h i−1 X j=1 (kij− h2k ii 12 + h2H ii Hij), γ2 =  h 2kii− h2 12Jii− h2kii 12 + h2H ii (kii+ h 2Hii− h2 12Lii)  , maka persamaan (22) dapat disederhanakan menjadi

ui =

α2+ β2u0+ δ2uj

1 − γ2

, i= 1,2, · · · , n. (23) Persamaan (21) dan (23) adalah penyelesaian persamaan (1) dengan metode Trapesium terkoreksi komposit. Nilai ui dapat diperoleh langsung dengan

menggunakan nilai u0, u1,· · · , ui−1 yang sudah diketahui.

3.3 Simulasi Numerik

Pada bagian ini dilakukan simulasi numerik yang bertujuan untuk membandingkan hasil komputasi dari metode Trapesium komposit dan metode Trapesium terkoreksi komposit. Simulasi numerik ini menggunakan aplikasi MATLAB v8.1. Persamaan integral yang digunakan dalam simulasi numerik ini adalah

u(x) = x +1 5

Z x

0

xtu(t)dt, 0 ≤ x ≤ 2, dengan solusi eksak

u(x) = xex 3 15.

Solusi dengan komputasi numerik disajikan pada Tabel 1, 2 dan 3. Pada tabel, jumlah partisi dinotasikan dengan n, metode Trapesium komposit dengan Tn,

metode Trapesium terkoreksi komposit dengan CTn, eror aproksimasi metode

Trapesium komposit dengan ETn, dan eror aproksimasi dengan metode Trapesium

(10)

Tabel 1: Hasil Komputasi untuk n = 4.

x Solusi Eksak T n CT n |ET n| |ECT n|

0 0 0 0 0 0

0.5 0.5041840761 0.5063291139 0.5052255659 0.0021450378 0.0010414898 1.0 1.0689391057 1.0792804797 1.0732524187 0.0103413739 0.0043133130 1.5 1.8784840743 1.9153428231 1.8892052175 0.0368587488 0.0107211432 2.0 3.4092097306 3.5513648178 3.4320497256 0.1421550872 0.0228399949

Tabel 2: Hasil Komputasi untuk n = 20.

x Solusi Eksak T n CT n |ET n| |ECT n|

0 0 0 0 0 0

0.5 0.5041840761 0.5042696939 0.5042259933 0.0000856178 0.0000419172 1.0 1.0689391057 1.0693500009 1.0691142393 0.0004108952 0.0001751335 1.5 1.8784840743 1.8799305328 1.8789282489 0.0014464586 0.0004441747 2.0 3.4092097306 3.4146358950 3.4102114413 0.0054261644 0.0010017107

Tabel 3: Hasil Komputasi untuk n = 200.

x Solusi Eksak T n CT n |ET n| |ECT n|

0 0 0 0 0 0

0.5 0.5041840761 0.5041849322 0.5041844954 0.0000008561 0.0000004193 1.0 1.0689391057 1.0689432135 1.0689408582 0.0000041078 0.0000017524 1.5 1.8784840743 1.8784985274 1.8784885224 0.0000144531 0.0000044481 2.0 3.4092097306 3.4092638894 3.4092197840 0.0000541588 0.0000100533

Pada Tabel 1, 2 dan 3 dapat dilihat bahwa untuk beberapa n yang berbeda, perbandingan nilai hampiran yang dihasilkan oleh kedua metode pada setiap titik x mendekati solusi eksak. Akan tetapi dapat dilihat bahwa metode Trapesium terkoreksi komposit lebih baik dibandingkan dengan metode Trapesium komposit.

4. KESIMPULAN

Untuk menyelesaikan persamaan (1) tidak dapat diintegralkan secara analitik, maka dapat diselesaikan dengan menggunakan salah satu metode numerik yang disebut metode Trapesium terkoreksi. Metode Trapesium terkoreksi ini dapat diperoleh dengan menggunakan interpolasi polinomial Hermite orde tiga H3(x) untuk

mendekati fungsi yang sebenarnya.

Dengan memodifikasi metode Trapesium diperoleh metode Trapesium terkoreksi yang memberikan nilai hampiran lebih baik dibandingkan dengan metode Trapesium dalam menyelesaikan persamaan (1).

(11)

Secara teoritis didukung dengan simulasi numerik, keunggulan metode Trapesium terkoreksi dibandingkan dengan metode Trapesium dapat dilihat dari nilai erornya. Berdasarkan simulasi numerik, dapat disimpulkan secara umum bahwa metode Trapesium terkoreksi komposit lebih baik dibandingkan dengan metode Trapesium dalam menyelesaikan persamaan (1).

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih diberikan kepada Dr. Leli Deswita, M. Si. yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] K. E. Atkinson, An Introduction to Numerical Analysis, Second Ed., John Wiley and Sons, New York, 1989.

[2] R. L. Burden dan J. D. Faires, Numerical Analysis, Ninth Ed., Brooks Cole, Boston, 2011.

[3] A. J. Jerri, Introduction to Integral Equations with Applications, Second Ed., John Wiley and Sons, New York, 1999.

[4] J. S. Nadjafi dan M. Heidari, Solving linear integral equations of the second kind with repeated modified trapezoid quadrature method, Appl. Math. Comput., 189 (2007), 980-985.

[5] A. M. Wazwaz, Linear and Nonlinear Integral Equations: Methods and Appli-cations, Higher Education Press, Beijing, 2011.

Gambar

Tabel 2: Hasil Komputasi untuk n = 20.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Sibarani (2010) menunjukkan hubungan positif signifikan antara variabel corporate governance yaitu secara simultan kepemilikan

Teknik pengumpulan data untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Guided Discovery terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas 5 SDN 2 Mojotengah

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang hasil kajian pustaka yang mengacu pada penelitian serta landasan teori meliputi groundsill , hujan, Daerah Aliran Sungai (DAS),

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan program dan kebijakan teknis pelayanan oleh bidan desa dengan kepuasan ibu nifas di Wilayah

Namun segala sesuatu ada kata perubahan hanya saja dalam segala persoalan-persoalan, semua ini tidak dapat dijalankan tanpa sebuah kesadaran dari setiap individu

 Dalam hal tidak ada pengaturan tertentu dalam SAK ETAP untuk transaksi atau peristiwa maka entitas harus menetapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi

Perumusannya adalah sebagai berikut. Namun pada kondisi eksisting dinding penahan tertanam dalam pilecap yang dibawahnya terdapat pondasi tiang, maka kontrol heave dianggap

Selama ini, tindakan dalam usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh pemerintah yang pelaksanaannya kemudian dilakukan bersama antara pemerintah daerah dengan